• Tidak ada hasil yang ditemukan

Qanun NAD NOMOR 15 TAHUN 2002

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Qanun NAD NOMOR 15 TAHUN 2002"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM NOMOR 15 TAHUN 2002

TENTANG

PERIZINAN KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

Menimbang :

a. bahwa hut an merupakan anugerah Allah SWT, merupakan kekayaan al am yang dikuasai oleh negara, memberikan manf aat serbaguna bagi umat manusia karenanya waj ib disyukuri, diurus dan dimanf aat kan secara opt imal sert a dij aga kelest ariannya unt uk sebesar-besarnya

kemakmur an masyarakat .

b. bahwa berdasarkan Undang-undang Nanggroe Aceh Darussalam No. 18 t ahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah Ist imewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussal am, Pemerint ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussal am berwenang menggal i dan

mengelola sumberdaya hut an, bagi kemakmuran rakyat di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam c. bahwa sehubungan dengan but ir a dan b diat as dipandang perlu unt uk dit et apkan dal am suat u

Qanun Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam Mengingat :

1. Undang-undang No. 24 t ahun 1956 t ent ang Pembent ukan Daerah Ot onom Propinsi Aceh dan Perubahan Perat uran Pembent ukan Propinsi Sumat era Ut ara; (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

2. Undang-undang No. 5 t ahun 1990 t ent ang Konservasi Sumberdaya Alam Hayat i dan Ekosist emnya (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3419);

3. Undang-undang No. 22 t ahun 1999 t ent ang Pemerint ahan Daerah (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839);

4. Undang-undang No. 25 t ahun 1999 t ent ang Perimbangan Keuangan Daerah dan Pusat (Lembaran Negara Republ ik Indonesia Tahun 1999 Nomor 64 Tambahan Lembaran Negara Nomor 1103);

5. Undang-undang No. 41 t ahun 1999 t ent ang Kehut anan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3888);

6. Undang-undang No. 44 t ahun 1999 t ent ang Penyelenggaraan Keist imewaan Propinsi Daerah Ist imewa Aceh (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 172, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3893);

7. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 t ent ang Ot onomi Khusus bagi Provinsi Daerah Ist imewa Aceh sebagai Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (Lembaran Negara republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 114, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4134);

(2)

9. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 34 t ahun 2002 t ent ang Tat a Hut an dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hut an, Pemanf aat an Hut an dan Penggunaan Kawasan Hut an (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 66);

10. Perat uran Pemerint ah RI Nomor 35 t ahun 2002 t ent ang Dana Reboisasi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 67).

Dengan perset uj uan :

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM MEMUTUSKAN

Menet apkan : QANUN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM TENTANG PERIZINAN KEHUTANAN PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

BAB I KETENTUAN UMUM

Bagian Kesat u Pengert ian

Pasal 1 Dalam Qanun ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerint ah Pusat , sel anj ut nya disebut Pemerint ah, adal ah perangkat Negara Kesat uan Republik Indonesia yang t erdiri at as Presiden besert a para Ment eri

2. Provinsi adal ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

3. Pemerint ah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam adal ah Gubernur besert a Perangkat Daerah Ot onom sebagai Badan Eksekut if Daerah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

4. Gubernur adal ah Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussal am

5. Kabupat en/ Kot a, adalah Daerah Ot onom dal am Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Bupat i / Wal ikot a at au nama l ain.

6. Dinas Kehut anan adalah Dinas Kehut anan Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

7. Kehut anan adalah sist em pengurusan yang bersangkut paut dengan hut an, kawasan hut an dan hasil hut an yang disel enggarakan secara t erpadu.

8. Hut an adal ah suat u kesat uan ekosist em berupa hamparan l ahan berisi sumber daya al am hayat i yang didominasi pepohonan dalam persekut uan alam lingkungannya, yang sat u dengan lainnya t idak dapat dipisahkan.

9. Kawasan hut an adal ah wilayah t ert ent u yang dit unj uk dan at au dit et apkan oleh Pemerint ah dan at au Pemerint ah Provinsi unt uk dipert ahankan keberadaannya sebagai hut an t et ap yang meliput i kawasan lindung dan kawasan budidaya kehut anan.

10. Hut an produksi adal ah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok memproduksi hasil hut an.

11. Hut an Lindung adal ah kawasan hut an yang mempunyai f ungsi pokok sebagai perlindungan sist em penyangga kehidupan unt uk mengat ur t at a air, mencegah banj ir, mengendal ikan erosi, mencegah inst rusi air laut , dan memelihara kesuburan t anah.

12. Hut an Konservasi adalah kawasan hut an dengan ciri khas t ert ent u, yang mempunyai f ungsi pokok pengawet an keanekaragaman t umbuhan dan sat wa sert a ekosist emnya yang t erdiri at as kawasan hut an suaka alam, kawasan hut an pel est arian al am dan t aman buru.

(3)

14. Cagar al am adalah kawasan suaka alam yang karena keadaan al amnya mempunyai kekhasan t umbuhan dan at au sat wa sert a ekosist emnya yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara al ami

15. Taman Nasional adal ah kawasan pelest arian al am yang mempunyai ekosist em asri, dikelola dengan sist em zonasi yang dimanf aat kan unt uk t uj uan penelit ian, il mu penget ahuan, pendidikan, menunj ang budidaya, pariwisat a dan rekreasi alam.

16. Zona int i adal ah bagian kawasan Taman Nasional yang mut lak dilindungi dan t idak diper bolehkan adanya perubahan apapun oleh akt ivit as manusia

17. Zona rimba adalah bagian kawasan Taman Nasional yang berf ungsi sebagai penyangga zona int i.

18. Hut an Kemasyarakat an adal ah hut an negara dengan sist em pengelolaan hut an yang bert uj uan unt uk memberdayakan masyarakat set empat t anpa menggangu f ungsi pokoknya.

19. Hut an rakyat adal ah hut an t anaman yang berada di at as t anah yang dibebani hak milik maupun hak l ainnya di luar kawasan hut an.

20. Hasil Hut an adalah benda-benda hayat i, non hayat i dan t urunannya, sert a j asa yang berasal dari hut an.

21. Sumberdaya Alam adalah unsur lingkungan hidup yang t erdiri Sumberdaya al am hayat i dan non hayat i.

22. Tat a hut an adalah kegiat an rancang bangun unit pengelolaan hut an, mencakup

pengel ompokan sumberdaya hut an sesuai dengan t ipe ekosist em dan pot ensi yang t erkandung di dalamnya dengan t uj uan unt uk memperol eh manf aat yang sebesar-besarnya bagi

masyarakat secara lest ari yang meliput i pembagian kawasan hut an dal am blok-bl ok berdasarkan ekosist em, t ipe, f ungsi dan rencana pemanf aat an hut an.

23. Pemanf aat an hut an adal ah bent uk kegiat an pemanf aat an kawasan hut an, pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu, pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu sert a kegiat an hut an kemasyarakat an secara opt imal, berkeadilan unt uk

kesej aht eraan masyarakat dengan t et ap menj aga kelest ariannya.

24. Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK) adalah Izin usaha unt uk memanf aat kan ruang t umbuh sehingga diperoleh manf aat sepert i usaha budi daya dengan t idak mengurangi f ungsi ut ama kawasan

25. Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL) adalah izin usaha yang memanf aat kan pot ensi j asa l ingkungan dengan t idak merusak lingkungannya dan t idak mengurangi f ungsi pokoknya

26. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) adal ah izin unt uk memanf aat kan hut an produksi yang kegiat annya t erdiri dari penyiapan lahan, perbenihan at au pembibit an, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan at au penebangan, pengolahan dan pemasaran hasil hut an kayu.

27. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Tanaman (IUPHHK-HT) adal ah suat u kegiat an usaha di dal am kawasan hut an produksi, baik t anaman murni at au campuran, unt uk

menghasilkan produk ut ama berupa kayu, yang kegiat annya t erdiri dari penyiapan lahan, pembibit an, penanaman, pemeliharaan, pengamanan, pemanenan at au penebangan, pengol ahan dan pemasaran.

28. Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu (IUPHHBK) adalah izin usaha unt uk melaksanakan pemanf aat an hasil hut an bukan kayu pada areal hut an yang t el ah dit et apkan dan t idak dibebani hak-hak lain sej enisnya.

29. Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPKTM) adalah izin unt uk mel aksanakan pemungut an berupa kayu dari hut an rakyat dan at au areal t anah yang t elah dibebani hak milik secara sah 30. Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) adal ah izin yang diberikan unt uk mel aksanakan

penebangan dan penggunaan kayu dari areal hut an yang t elah dit et apkan at au pada areal penggunaan l ain yang t idak dibebani HPH at au hak-hak l ain di bidang Kehut anan. 31. Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu (IPHHBK) adalah izin unt uk melaksanakan

pemungut an / pengumpulan/ penyadapan dan penggunaan hasil hut an bukan kayu dari areal hut an yang dit et apkan at au pada areal penggunaan l ain yang t idak dibebani hak-hak lain yang sej enis.

(4)

33. Indust ri primer hasil hut an kayu adal ah pengol ahan kayu bul at dan at au kayu bahan baku serpih menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.

34. Indust ri primer hasil hut an bukan kayu adal ah pengol ahan hasil hut an bukan kayu menj adi barang set engah j adi at au barang j adi.

35. Hut an alam adal ah suat u l apangan yang bert umbuhan pohon-pohon al ami yang secara keseluruhan merupakan persekut uan hidup alam hayat i besert a al am lingkungannya.

36. Hut an t anaman adalah hut an yang dibangun dalam rangka meningkat kan pot ensi dan kualit as hut an produksi dengan menerapkan silvikult ur int ensif

37. Tanaman pokok adalah j enis t anaman hut an yang memil iki luas dan at au nilai ekonomi dominan

38. Daur t anaman adalah j angka wakt u yang diperlukan bagi suat u j enis t anaman sej ak mulai penanaman sampai mencapai masa t ebang.

39. Masyarakat set empat adal ah kelompok-kelompok masyarakat yang t inggal didal am at au disekit ar hut an dan memil iki ciri sebagai suat u komunit as yang didasarkan pada kekerabat an, kesamaan mat a pencaharian yang t erkait dengan hut an.

40. Peorangan adalah orang perorang anggot a masyarakat set empat yang cakap bert indak menuirut hukum dan Warga Negara Indonesia

41. Koperasi adal ah suat u badan hukum yang beranggot akan masyarakat yang berl andaskan kegiat annya pada prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar at as asas kekeluargaan

42. BUMN adal ah Badan Usaha Milik Negara yang memperol eh izin usaha di bidang kehut anan 43. BUMD adal ah Badan Usaha Milik Daerah yang memperoleh izin usaha di bidang kehut anan 44. Badan Usaha Milik Swast a Indonesia/ Asing adal ah Badan Usaha Milik Swast a yang berbent uk

perseroan t erbat as yang berbadan hukum Indonesia dan memperoleh izin usaha di bi dang kehut anan

45. Iuran Izin Usaha Pemanf aat an Hut an adalah pungut an yang dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanf aat an hut an at as suat u kawasan hut an t ert ent u, yang dilakukan sekali pada saat izin t ersebut diberikan.

46. Provisi sumber daya hut an adal ah pungut an yang dikenakan sebagai penggant i nilai inst rinsik dari hasil hut an yang dipungut dari hut an negara.

47. Dana reboisasi adal ah dana unt uk reboisasi dan rehabilit asi hut an sert a kegiat an

pendukungnya yang dipungut dari pemegang izin usaha pemanf aat an hasil hut an dari hut an al am berupa kayu.

48. Penggunaan kawasan hut an adal ah kegiat an penggunaan kawasan hut an unt uk pembangunan di luar kegiat an kehut anan t anpa mengubah st at us dan f ungsi pokok kawasan hut an.

Bagian Kedua Asas dan Tuj uan

Pasal 2

Penyelenggaraan Perizinan Kehut anan dilaksanakan berdasarkan asas rasionalit as, opt imalit as, manf aat yang berkelanj ut an dan lest ari dengan memperhat ikan rasa keadilan, kerakyat an, kebersamaan, ket erbukaan, ket erpaduan dan kemit raan.

Pasal 3 Pemanf aat an hut an dan Penggunaan kawasan hut an bert uj uan :

a. mewuj udkan keberadaan sumber daya hut an yang berkualit as t inggi, memperol eh manf aat ekonomi, sosial dan ekol ogi yang opt imal dan l est ari sert a menj amin dist ribusi manf aat nya secara adil dan merat a dengan mengikut sert akan masyarakat di sekit ar hut an;

(5)

c. menghasilkan produk ut ama berupa hasil hut an kayu dan at au bukan kayu, j asa lingkungan guna memenuhi kebut uhan masyarakat dan/ at au memperluas kesempat an bekerj a dan berusaha.

BAB II

PEMANFAATAN HUTAN DAN PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN

Bagian Kesat u Pemanf aat an Hut an

Pasal 4

(1) Pemanf aat an hut an bert uj uan unt uk memper ol eh manf aat yang opt imal bagi kesej aht eraan seluruh masyarakat secara berkeadilan dengan t et ap menj aga kel est ariannya.

(2) Pemanf aat an hut an dapat berupa pemanf aat an kawasan, pemanf aat an j asa lingkungan, pemanf aat an hasil hut an kayu dan bukan kayu sert a pemungut an hasil hut an kayu dan bukan kayu.

Pasal 5

(1) Pemanf aat an kawasan dapat dilakukan pada kawasan, kawasan hut an l indung dan hut an produksi.

(2) Pemanf aat an Jasa Lingkungan dapat dilakukan pada kawasan hut an konservasi selain hut an cagar alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional, kawasan hut an lindung dan hut an produksi

(3) Pemanf aat an hasil hut an kayu dapat dilakukan pada kawasan hut an yang dikonversi dan kawasan hut an produksi yang t erdiri dari hut an alam dan hut an t anaman.

(4) Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu dapat dil akukan pada, kawasan hut an lindung dan hut an produksi, sert a pada kawasan hut an yang dikonversi.

(5) Pemungut an hasil hut an kayu dapat dilakukan pada kawasan hut an produksi, kawasan hut an yang dikonversi dan kawasan budidaya non kehut anan at au di luar kawasan hut an.

(6) Pemungut an hasil hut an bukan kayu dapat dil akukan pada, kawasan hut an lindung dan kawasan hut an produksi, sert a kawasan hut an yang dikonversi.

(7) Kegiat an hut an kemasyarakat an dil akukan pada kawasan hut an lindung dan kawasan hut an produksi.

(8) Indust ri primer hasil hut an dapat dibangun di dalam kawasan hut an produksi dan di luar kawasan hut an.

(6)

(1) Pemanf aat an kawasan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (1) dilaksanakan melalui pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK)

(2) Pemanf aat an Jasa Lingkungan sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (2) dilaksanakan melalui pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL)

(3) Pemanf aat an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (3) dil aksanakan mel alui pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Alam (IUPHHK-HA) dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu Hut an Tanaman (IUPHHK-HT)

(4) Pemanf aat an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (4) dilaksanakan melalui pemberian Izin Usaha Pemanf aat an Hasi l Hut an Bukan Kayu Hut an Al am (IUPHHBK-HA) dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Tanaman (IUPHHBK-HT)

(5) Pemungut an hasil hut an kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (5) dilaksanakan mel alui pemberian Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu Hut an Alam(IPHHK-HA) dan Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPK-TM)

(6) Pemungut an hasil hut an bukan kayu sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (6) dilaksanakan melalui pemberian Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu Hut an Alam (IPHHBK-HA)

(7) Kegiat an hut an kemasyarakat an sebagaimana dimaksud pada pasal 5 ayat (7) dilaksanakan melalui pemberian Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm).

(8) Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sampai dengan (7) akan diat ur dengan keput usan Gubernur.

Pasal 7

(1) Izin Usaha Pemanf aat an Kawasan (IUPK), Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) pada hut an produksi, dan Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPK-TM) sert a Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu (IPHHBK) masing-masing sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (1), (5) dan (6) dapat diberikan kepada perorangan dan koperasi.

(2) Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUPJL) kecuali usaha dal am kegiat an pembinaan ment al dan f isik, usaha carbont rade, usaha penelit ian dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu (IUPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (2) dan (4) dapat diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia.

(3) Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) dan Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Tanaman (IUPHHT) sert a Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) pada areal hut an yang dikonversi sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) dan (5) dapat diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia.

(4) Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm) sebagaimana dimaksud dal am pasal 6 ayat (7) dapat diberikan kepada Koperasi Masyarakat set empat yang didukung oleh adanya l embaga masyarakat dan memiliki at uran-at uran int ernal baik dalam hal at uran sosial kemasyarakat an maupun at uran-at uran pengelolaan hut an.

(7)

(1) Izin usaha indust ri dan izin perluasan indust ri primer hasil hut an kayu dan bukan kayu dapat diberikan kepada :

a. perorangan; b. koperasi;

c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN); d. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD);

e. Badan Usaha Milik Swast a (BUMS) Indonesia.

(2) Izin usaha indust ri penggergaj ian kayu dengan kapasit as produksi sampai dengan 2. 000 (dua ribu) met er kubik per t ahun dapat di berikan kepada :

a. perorangan; b. koperasi.

(3) Tanda daf t ar indust ri unt uk indust ri primer hasil hut an bukan kayu skala kecil dapat diberikan kepada :

a. perorangan; b. koperasi.

(4) Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), (2) dan (3) diat ur dengan Keput usan Gubernur.

Bagian Kedua Penggunaan Kawasan Hut an

Pasal 9

(1) Penggunaan kawasan hut an unt uk kepent ingan pembangunan diluar kegiat an kehut anan hanya dapat dilakukan didalam kawasan hut an produksi dan kawasan hut an lindung t anpa mengubah f ungsi pokok kawasan hut an.

(2) Penggunaan kawasan hut an sebagaimana dimaksud ayat (1) meliput i penggunaan unt uk t uj uan st rat egis dan at au kepent ingan t erbat as.

(3) Ket ent uan lebih lanj ut sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan (2) diat ur dengan Keput usan Gubernur.

BAB III

LUAS AREAL DAN JANGKA WAKTU PERIZINAN Pasal 10

(8)

a. Perorangan dengan l uas areal Maksimal 5 (lima) Ha dan j angka wakt u maksimal 5 (lima) t ahun

b. Koperasi dengan luas areal Maksimal 50 (lima puluh) Ha dan j angka wakt u maksimal 5 (lima) t ahun

c. Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.

(2) Izin Usaha Pemanf aat an Jasa Lingkungan (IUP-JL) sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (2) diberikan :

a. Dengan luas maksimal 1. 000 (seribu) Ha unt uk j angka wakt u paling lama 10 (sepuluh) t ahun; dan

b. Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dal am sat u provinsi.

(3) Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu (IUPHHK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) diberikan kepada koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia dengan luas areal Maksimal 40. 000 (empat puluh ribu) Ha dal am j angka wakt u maksimal 35 (t iga puluh lima) t ahun dan diberikan maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.

(4) Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Tanaman (IUPHHT) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (3) diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia / asing dengan l uas areal Maksimal 50. 000 (l ima puluh ribu) Ha dal am j angka wakt u maksimal 35 (t iga puluh lima) t ahun dit ambah 1 (sat u) daur dan diberikan maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah provinsi.

(5) Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Bukan Kayu (IUPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (4) diberikan kepada perorangan, koperasi, BUMN/ BUMD dan BUMS Indonesia dengan l uas areal Maksimal 5. 000 (lima ribu) Ha dal am j angka wakt u maksimal 5 (lima) t ahun dan diberikan maksimum 1 (sat u) izin unt uk set iap pemohon dal am wilayah provinsi.

(6) Izin Pemungut an Hasil Hut an Kayu (IPHHK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5) diberikan kepada :

a. Perorangan dan koperasi dengan luas ar eal maksimal 100 (serat us) Ha dan j angka wakt u maksimal 1 (sat u) t ahun pada hut an produksi

b. Koperasi , BUMD/ BUMN dan BUMS Indonesia dengan l uas areal Maksimal 500 (lima rat us) Ha dan j angka wakt u maksimal 1 (sat u) t ahun unt uk areal hut an yang dikonversi (IPHHK-HK); dan c. Masing-masing diberikan maksimal 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dal am wil ayah provinsi. (7) Izin Pemungut an Kayu Tanah Milik (IPKTM) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5) diberikan

kepada perorangan dan koperasi dengan t arget produksi maksimal 500 M3 (lima rat us met er kubik) dalam j angka wakt u 1 (sat u) t ahun dan diberikan 1 (sat u) izin unt uk set iap pemohon dalam wilayah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.

(8) Izin Pemungut an Hasil Hut an Bukan Kayu (IPHHBK) sebagaimana dimaksud pada pasal 6 ayat (5) diberikan kepada perorangan dan koperasi dengan luas areal maksimal 100 (serat us) Ha dan j angka wakt u maksimal 1 (sat u) t ahun dan diberikan maksimum 2 (dua) izin unt uk set iap pemohon dal am wilayah Kabupat en/ Kot a at au nama lain.

(9) Izin Kegiat an Hut an Kemasyarakat an (IKHKm) sebagaimana dimaksud dal am pasal 6 ayat (7) diberikan dengan luas areal maksimal 10. 000 (sepul uh ribu) Ha dalam j angka wakt u 10 (sepuluh) t ahun.

(9)

BAB IV

TATA CARA PERMOHONAN Pasal 11

(1) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (3) dan (4) dit uj ukan kepada Gubernur dan t embusannya disampaikan kepada Ment eri Kehut anan danKepala Dinas Kehut anan Provinsi

(2) Penanda t anganan dan penerbit an Izin Usaha Pemanf aat an Hasil Hut an Kayu pada Hut an Alam dan at au Hut an Tanaman sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dilakukan dengan

memperhat ikan Berit a Acara Perset uj uan Bersama ant ara Ment eri Kehut anan dan Gubernur Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

(3) Permohonan izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 10 ayat (5) dit uj ukan kepada gubernur dan t embusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Kehut anan Provinsi

(4) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1), (2), (6) dan (8) dit uj ukan kepada Gubernur, c/ q Dinas Kehut anan Provinsi dan t embusannya disampaikan kepada Kepala Dinas Kehut anan, Inst ansi Teknis Kehut anan Kabupat en/ Kot a at au nama l ain dan Kepala UPT Dinas Kehut anan.

(5) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (7) dit uj ukan kepada Gubernur c/ q Kepala Dinas Kehut anan Provinsi dan t embusannya disampaikan kepada Kepal a Dinas Inst ansi Kehut anan Kabupat en/ Kot a at au nama lain.

(6) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada pasal 7 ayat (4) dit uj ukan kepada Gubernur C/ q Kepala Dinas Kehut anan Provinsi dengan t embusan Dinas Inst ansi Kehut anan Kabupat en/ Kot a at au nama l ain.

(7) Permohonan sebagaimana dimaksud pasal 8 unt uk kapsit as produksi sampai dengan 6. 000 (enam ribu) m3 per t ahun dan Tanda Daf t ar sebagaimana dimaksud ayat (3) dit uj ukan kepada Kepal a Dinas Kehut anan Provinsi dan unt uk kapasit as Produksi lebih besar dari 6. 000 (enam ribu) m3 per t ahun dit uj ukan kepada Gubernur dengan t embusan kepada Kepala Dinas Kehut anan Provinsi. (8) Unt uk menj amin t ert ibnya penyel enggaraan perizinan dibidang kehut anan Pemerint ah Provinsi

dapat menyerahkan t ugas-t ugas perbant uan kepada Kabupat en/ Kot a at au nama lain sert a perlu dilakukan pembinaan, pengendalian dan pengawasan yang diat ur dengan Keput usan Gubernur.

BAB V IURAN KEHUTANAN

Pasal 12

(1) Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (1) dan (2) dikenakan iuran Izin usaha pemanf aat an hut an.

(10)

(3) Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (4) dikenakan iuran izin usaha pemanf aat an hut an dan provisi sumber daya hut an.

(4) Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (5) dikenakan iuran izin usaha dan provisi sumber daya hut an.

(5) Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (7) hanya dikenakan ret ribusi.

(6) Set iap izin sebagaimana dimaksud pada pasal 10 ayat (8) dikenakan provisi sumber daya hut an. (7) Tarif iuran kehut anan mempedomani perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(8) Gubernur dapat memberikan masukan kepada Ment eri Kehut anan t ent ang perubahan t arif iuran izin usaha pemanf aat an hut an.

BAB VI

PEREDARAN DAN PEMASARAN HASIL HUTAN Pasal 13

(1) Dalam rangka melindungi hak-hak negara at as hasil hut an dan kelest arian hut an, dilakuakn pengendalian peredaran dan pemasaran hasil hut an melalui penat ausahaan hasil hut an. (2) Semua hasil hut an yang berasal dari hut an negara dil akukan pengukuran dan penguj ian oleh

pet ugas yang berwenang.

(3) Terhadap f isik hasil hut an yang t el ah diukur dan diuj i sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan t anda sebagai bukt i legalit as.

(4) Set iap pengangkut an, penguasaan at au pemi likan hasil hut an waj ib dilengkapi bersama-sama dengan dokumen surat ket erangan sahnya hasil hut an yang dit erbit kan oleh pej abat berwenang.

(5) Ket ent uan lebih lanj ut t ent ang t eknis pelaksanaan ayat (1), (2), (3) dan (4) diat ur dengan Keput usan Gubernur.

Pasal 14

Hasil hut an berupa kayu bulat dan bahan baku serpih dilarang unt uk diekspor. Pasal 15

(1) Apabila hasil hut an yang diangkut , dikuasai at au dimiliki t idak dilengkapi bersama-sama dengan surat ket erangan sahnya hasil hut an, maka hasil hut an t ersebut dinyat akan sebagai hasil hut an t idak sah.

(2) Terhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) dil akukan proses penanganan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(11)

(4) Hasil pelelangan t erhadap hasil hut an t idak sah sebagaimana dimaksud dal am ayat (3), yang t elah memiliki kekuat an hukum t et ap, sebagian dial okasikan unt uk insent if bagi pihak yang berj asa dal am penyelamat an kekayaan negara.

(5) Ket ent uan pemberian insent if bagi pihak yang berj asa dal am upaya penyelamat an kekayaan negara sebagaimana dimaksud dal am ayat (3) dan (4) diat ur dengan Keput usan Bersama Ment eri dengan Ment eri yang bert anggung j awab dibidang keuangan.

BAB VII HAK DAN KEWAJIBAN

Pasal 16

(1) Pemegang Izin usaha pemanf aat an hasil hut an dan pemungut an hasil hut an mempunyai hak sebagai berikut :

a. Melaksanakan berbagai kegiat an dal am areal usaha pemanf aat an dan pemungut an hasil hut an yang berkait an dengan izin usahanya

b. Melaksanakan berbagai kegiat an dal am areal usaha hut an t anaman yang berkait an dengan izin usahanya

c. Mel akukan kegiat an ekspl oit asi mul ai dari penebangan sampai dengan pemasaran sesuai dengan izin usahanya

d. Memperoleh pel ayanan yang baik dari inst ansi t erkait

(2) Pemegang Izin usaha pemanf aat an hasil hut an dan pemungut an hasil hut an berkewaj iban sebagai berikut :

a. Membayar iuran kehut anan sesuai perat uran yang berlaku. b. Mencegah / membat asi kerusakan hut an dan kawasan hut an

c. Mempert ahankan dan menj aga hak-hak negara, masyarakat sert a perorangan d. Membuat sert a menyusun RKD, RKL dan RKT secara baik dan benar

e. Melaksanakan penat aan bat as areal dan penat aan hut an

f . Melaksanakan kegiat an pengayaan, pemeliharaan, penj arangan dan pengamanan secara berkelanj ut an

g. Mempekerj akan secukupnya t enaga t eknis di bidang kehut anan dan t enaga lain sesuai dengan kebut uhan dengan mengut amakan t enaga kerj a di sekit ar kawasan hut an. h. Mengadakan kemit raan dengan masyarakat set empat , BUMN, BUMS Indonesia/ Asing i. Membuat Amdal bagi usaha pemanf aat an hasil hut an sesuai dengan perat uran dan

perundang-undangan yang berlaku BAB VIII

HAPUSNYA IZIN DAN PERPANJANGAN IZIN

Pasal 17 Hapusnya Izin (1) Izin pemanf aat an hut an dapat menj adi hapus, apabila :

(12)

b. izin dicabut oleh pemberi izin sebagai sanksi yang kenakan kepada pemegang izin; c. izin diserahkan kembali oleh pemegang izin dengan pernyat aan t ert ulis kepada pemberi

izin sebelum j angka wakt u izin berakhir;

d. t arget volume at au berat yang dizinkan dalam izin pemungut an hasil hut an t elah t erpenuhi.

(2) Sebelum izin dit erima kembali oleh pemberi izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c, t erlebih dahulu diaudit secara komprehensif .

(3) Berdasarkan hasil laporan audit sebagaimana dimaksud dal am ayat (2), pemberi izin dapat menerima at au menerima dengan persyarat an at au menol ak pengembalian izin t ersebut . (4) Hapusnya izin at as ket ent uan sebagaimana dimaksud dal am ayat (1) t idak membebaskan

kewaj iban pemegang izin unt uk :

a. melunasi seluruh kewaj iban f inansial sert a memenuhi kewaj iban-kewaj iban lain yang dit et apkan ol eh Pemerint ah at au Pemerint ah Provinsi;

b. melaksanakan semua ket ent uan-ket ent uan yang dit et apkan berkait an dengan berakhirnya izin sesuai dengan ket ent uan yang berlaku.

(5) Pada saat hapusnya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) barang t idak bergerak dan at au t anaman yang t elah dibangun dan at au dit anam dalam areal kerj a menj adi milik negara. (6) Dengan hapusnya izin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) Pemerint ah dan at au Pemerint ah

Daerah t idak bert anggung j awab at as kewaj iban pemegang izin t erhadap pihak ket iga.

Pasal 18 Perpanj angan Izin

(1) Perizinan kehut anan sebagaimana t ersebut pada pasal 7 ayat 1 dapat diperpanj ang apabil a j angka wakt u yang diberikan t elah berakhir.

(2) Perpanj angan izin sebagaimana dimaksud pada ayat 1 akan diat ur dengan Keput usan Gubernur.

BAB IX SANKSI Pasal 19

Pelanggaran at as penyelenggaraan izin pemanf aat an hut an dan penggunaan kawasan hut an, indust ri primer hasil hut an dikenakan sanksi pidana dan at au sanksi administ rat if berdasarkan kepada ket ent uan perat uran dan perundang-undangan yang berlaku.

(13)

KETENTUAN LAIN Pasal 20 Qanun t ent ang Perizinan Kehut anan ini adalah unt uk :

a. menj adi pedoman bagi Dinas Kehut anan Provinsi, inst ansi t eknis kehut anan / UPT Dinas Kehut anan Kabupat en/ Kot a dan inst ansi t erkait lainnya; sert a

b. merupakan pedoman bagi pemegang izin dalam mel aksanakan kegiat an usaha pemanf aat an dan pemungut an hasil hut an pada hut an lindung, hut an produksi (hut an produksi t erbat as at au hut an produksi yang dapat dikonversi) dan hut an konservasi selain hut an cagar alam sert a zona int i dan zona rimba pada Taman Nasional.

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN Pasal 21

(1). Semua perizinan di bidang kehut anan sebel um dit et apkan Qanun ini t et ap berlaku, sampai dengan berakhir masa berlakunya izin.

(2). Perizinan di bidang kehut anan yang t elah mendapat kan perset uj uan pencadangan, proses penyelesaian perizinannya dil aksanakan oleh Gubernur.

(3). Permohonan izin di bidang kehut anan yang belum mendapat perset uj uan pencadangan, proses penyelesaiannya berpedoman kepada ket ent uan Qanun ini.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 22

Dengan dit et apkannya Qanun ini, maka ket ent uan Perizinan di bidang Kehut anan yang t erbi t sebel um Qanun ini dit et apkan, dan bert ent angan dengan Qanun ini, dinyat akan t idak berlaku lagi.

Pasal 23 Qanun ini berlaku sej ak t anggal diundangkan.

Agar set iap orang menget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Qanun ini dengan penempat annya dal am Lembaran Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam

(14)

GUBERNUR PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

t t d.

ABDULLAH PUTEH

Diundangkan di Banda Aceh Pada Tanggal : 15 Okt ober 2002 8 Sya’ ban 1423

Sekret aris Daerah

Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam ttd.

THANTHAWI ISHAK, SH

Referensi

Dokumen terkait

[r]

04.2/SRT/PL/PEDU- PDT/VIII/2012 tanggal 2 Agustus 2012, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah pada Satuan Kerja Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha di Lingkungan Kementerian

04.1/SRT/PL/PEDU- PDT/VIII/2012 tanggal 2 Agustus 2012, Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah pada Satuan Kerja Pembinaan Ekonomi dan Dunia Usaha di Lingkungan Kementerian

– To revise article 27 paragraph 3 of Indonesian Electronic Information and Transaction Law and emphasize multi-stakeholder dialogue.. •

[r]

Mataram I pada Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Tegal akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan konstruksi secara elektronik

2015 I nt ernat ional Conference on Space Science and Com m unicat ion ( I conSpace) , Langkawi,

Exper im ent al Works on Short Range Com m unicat ion Syst em s Using Phot ovolt aic Based Receiver Journal of Engineering and Applied