• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS GAYA BAHASA, PSIKOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR ipi324645

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS GAYA BAHASA, PSIKOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR ipi324645"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS GAYA BAHASA, PSIKOLOGI DAN NILAI-NILAI PENDIDIKAN DALAM NOVEL SURAT KECIL UNTUK TUHAN KARYA AGNES DAVONAR

Agus Darmuki

Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni IKIP PGRI Bojonegoro

agus_darmuki@yahoo.co.id

Abstract:

This research aims at revealing a clear depiction of figurative language, literature psychology and educational values of Novel Small Letters to God, Davonar Agnes’ work. It is kind of descriptive qualitative research method. And the source of data is by using Novel Small Letters to God, of Davonar Agnes’ work. The data which is used is the result of the researched annotation in the form of sentences containing figurative language and educational values of Novel Small Letters to God. Furthermore, the data collection was carried out by using literature technique or document. The analysis activity is begun from data reduction that allows the researcher to discharge and enter the useful data as well as triangulation which allows researcher to acquire the validity of the data. Thus, the reduced data as well as triangulation will provide a clear depiction and facilitate researchers for collecting the further data. Based on the research findings, it can be concluded that Novel Small Letters To God has psychology, figurative language and educational values. Novel Small Letters To God, of Agnes Davonar’s work is found to have id, ego and super-ego. This novel uses figurative language as follows: hyperbole, personification, climax, irony, antithesis, satire, litotes, anastrophe, paronomasia, periphrasis, paralipsis, apostrophe, and contains the educational values, including religious, moral, and social value.

Key word : Novel, Figurative Language, Psychology, and Educational Values

Karya sastra adalah suatu hasil cipta manusia yang berdasarkan kenyataandan diberi imajinasi pribadi lewat media lisan maupun tulisan. Membahas masalah karya sastra ada beberapa persoalan yang muncul, antara lain : kurangnya kemampuan pembaca dalam memahami karya sastra yang bersifat kompleks, unik

dan tidak langsungdalam

pengungkapannya. Hal inilah antara lain yang menyebabkan sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra. Hal ini sesuai dengan pendapat Nurgiyantoro (1995:31-32) yang menyatakan bahwa salah satu penyebab sulitnya pembaca dalam menafsirkan karya sastra, yaitu dikarenakan novel merupakan sebuah struktur yang kompleks, unik serta mengungkapkan sesuatu secara tidak langsung. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu usaha kritik terhadap karya sastra untuk menjelaskannya dengan disertai bukti-bukti hasil karya analisis.

(2)

ajaran-ajaran agama yang harus dan wajib diteladani oleh para penikmatnya.

Pada dasarnya karya sastra yang dihasilkan sastrawan selalu menampilkan tokoh yang memiliki karakter sehingga karya sastra juga mengggambarkan kejiwaan manusia. Analisis unsur intrinsik sastra akan mengkaji tentang tema, alur, tokoh, latar, point of view dan gaya bahasa dalam sebuah sastra. Dalam hal ini, pengarang berusaha mengungkapkan pemikiran dan gejolak batin yang biasa dialami manusia. Oleh karena itu, ada hubungan antara sastra dengan psikologi sastra yang meliputi hubungan psikologis tokoh dalam karya sastra, psikologis pembaca sebagai penikmat karya sastra, dan psikologis penulis pada saat melakukan proses kreatifitas yang tergambar lewat karangannya (Hidayati, 2012:3).

Dalam penciptaan karya sastra selalu terdapat tendensi nilai-nilai pendidikan yang sudah diselipkan saat proses pembuatan sastra itu berlangsung sebagai bentuk pendidikan melalui jalur membaca sastra. Meskipun sastra pada era sekarang lebih bebas dan tidak terikat tetapi tendensi sastra tetap ada yang mendasari terciptanya karya sastra. Nilai-nilai pendidikan dalam karya sastra meliputi pendidikan agama, moral, dan karakter. Tendensi yang disampaikan pengarang dalam nilai-nilai sastra baik tersirat maupun tersurat dapat memberikan kemanfaatan bagi penikmat sastra

(pembaca) berupa motivasi dan contoh-contoh baik yang dapat

diimplementasikan dalam kehidupan nyata.

Pendidikan sebagai keseluruhan yang kompleks sangat berhubungan dengan akal budi dalam kehidupan seseorang sebagai anggota masyarakat. Proses pendidikan di masyarakat bersifat membudaya. Nilai-nilai pendidikan tersebut perlu di tanamkan, dilestarikan, dan dilaksanakan oleh seluruh anggota masyarakat. Keseluruhan proses tersebut disebut budaya, dengan demikian manusia

hidup itu selalu beriringan dengan kebudayaan. Nilai budaya dikelompokkan menjadi lima macam, yaitu: (1) nilai keagamaan, (2) nilai ilmu pengetahuan, (3) nilai sosial, (4) nilai ekonomi, dan (5) nilai politik.

Novel Surat Kecil Untuk Tuhan merupakan sebuah novel yang sangat mendidik, di dalamnya menceritakan tentang kisah nyata perjuangan seorang gadis remaja melawan penyakit kanker ganas. Dia seorang gadis yang cantik dan pintar dan pantang menyerah. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul “ Analisis Psikologi Sastra, Gaya Bahasa dan Nilai – Nilai Pendidikan dalam Novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar”. Untuk mendapatkan gambaran jelas tentang psikologi tokoh, gaya bahasa dan nilai-nilai pendidikan Novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar.

Atas dasar itu kajian ini mempertanyakan bagaimanakah gaya bahasa dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar?; Bagaimanakah psikologi tokoh dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar?; Bagaimana nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar?

METODE

(3)

tertentu dalam ilmu pengetahuan social yang secara fundamental bergantung dari pengamatan pada manusia, baik dalam

kawasannya ,atupun dalam

peristilahannya. Sedangkan menurut Bog dan Taylor (dalam Prastowo, 2012:22), metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif kualitatif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Data dalam penelitian ini berupa hasil catatan telaah dokumen novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar. Catatan lapangan (fieldnote) yang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian deskripsi dan bagian refleksi. Bagian deskripsi merupakan usaha untuk merumuskan objek yang sedang diteliti, sedangkan bagian refleksi merupakan renungan pada saat penelaahan. Catatan lapangan yang dibuat antara lain : struktur novel (gaya bahasa), analisis psikologi tokoh dan nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan Karya Agnes Davonar tersebut.

PEMBAHASAN DAN HASIL PEMBAHASAN

Psikologi Sastra

Psikoanalisa Sigmun Freeud memandang kepribadian yang meliputi tiga unsur kejiwaan, yaitu id, ego dan super ego. Ketiga sistem ini saling berkaitan serta membentuk totalitas dan tingkah laku manusia yang merupakan produk interaksi ketiganya.Id (das es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar. Id adalah aspek kepribadian yang “gelap“ dalam bawah sadar manusia yang berisi insting dan nafsu-nafsu tidak kenal nilai dan agaknya berupa “energi buta”. Dalam perkembanganya tumbuhlah egosuper ego berkembang mengontrol dorongan-dorongan „buta” id tersebut.Hal ini berarti ego (das ich) merupakan system kepribadian implementatif, yaitu berupa kontak dengan dunia luar. Adapun super ego(das ueber ich) adalah suatu kepribadian yang berisi nilai-nilai atau

aturan yang bersifat evaluatif (menyangkut baik buruk).

Sistem Lapisan das es : Lapisan Tidak Sadar

Lapisan jiwa tidak sadar yang dalam bahasa Inggris disebut the id ; dalam bahasa Jerman disebut das es. Das esberfungsi sebagai sumber atau reservoir segala tenaga atau energi jiwa dan menyediakan seluruh energi atau daya untuk menjalankan sistem ego dan sistem super egodalam membangun tingkah laku manusia.Dan das esberhubungan erat dengan proses-proses jasmaniah (metabolisme) untuk memperoleh energinya.

Sistem Ego : Lapisan Kesadaran

Fungsi ego atas amanat das es, sebagai transaktor, eksekutor, organisator dan regulator dalam mengelola tugas-tugas dari das es untuk berhubungan dengan dunia nyata.

Sistem Super ego : Lapisan Kesadaran Moral

Super ego sebagai suatu sistem yang ketiga dari sistem kepribadian secara totalitas.Super ego adalah kepribadian yang ketiga dan yang terakhir yang dikonsepsikan oleh Freud.Super ego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan oleh orang tua kepada anak-anak.

Gaya Bahasa

(4)

memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai bahasa). Sebuah gaya bahasa yang baik harus mengandung tiga unsur berikut : kejujuran, sopan-santun, dan menarik (Keraf, 1985:113).

Hakikat Nilai

Pengertian Nilai menurut Darsono (1986:31) adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Sedangkan menurut Schwaitz (1994:21) bahwa nilai adalah suatu keyakinan, berkaitan dengan cara bertingkah laku, atau tujuan akhir tertentu, melampaui situasi spesifik, mengarahkan seleksi atau evaluasi terhadap tingkah laku, individu dan kejadian – kejadian serta tersusun berdasarkan derajat kepentingannya. Adanya dua macam nilai tersebut sejalan dengan penegasan Pancasila sebagai ideology terbuka. Perumusan Pancasila dalam Pembukaan UUD 1945 alenia 4 dinyatakan sebagai nilai dasar dan penjabarannya sebagai nilai instrumental. Nilai dasar tidak berubah dan tidak boleh diubah lagi. Betapapun pentingnya nilai dasar yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945 itu, sifatnya belum operasional. Artinya kita belum dapat menjabarkannya secara langsung dalam kehidupan sehari – hari.

Nilai Pendidikan

Nilai pendidikan berkaitan dengan sastra, Edy (1983:121) memaparkan sebagai berikut :

“Sastra harus bersifat mendidik. Tetapi dalam perannya sebagai alat mendidik masyarakat tidaklah harus menggurui atau menunjukkan apa yang hendak dituju oleh seorang atau masyarakat seperti halnya yang terdapat dalam sastra propaganda atau sastra slogan Lekra. Ia dapat berupa sesuatu yang menjadi alat untuk membangkitkan rasa semangat,

memulihkan kepercayaan diri sendiri dan melepaskan

ketegangan-ketegangan batin. Disini letak edukatif karya sastra.” Nilai-nilai pendidikan sangat erat kaitannya dengan karya sastra. Setiap karya sastra yang baik (termasuk novel) selalu mengungkapkan nilai-nilai luhur yang bermanfaat bagi pembacanya. Nilai pendidikan yang diamaksud dapat mencakup nilai pendidikan moral, agama, sosial, maupun estestis ( keindahan ). Hal ini sesuai dengan pernyataan Waluyo (1990 : 27) bahwa nilai sastra berarti kebaikan yag ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan. Nilai sastra dapat berupa nilai medial (menjadi sarana), nilai final (yang dikejar seseorang), nilai kultural, nilai kesusilaan, dan nilai agama.

Makna nilai dalam sastra menurut Waluyo, (1992 : 28) adalah “kebaikan yang ada dalam makna karya sastra bagi kehidupan seseorang”. Hal ini berarti bahwa dengan adanya berbagai wawasan yang dikandung dalam karya sastra khususnya novel, menunjukkan bahwa pada dasarnya suatu karya sastra akan selalu mengandung bermacam-macam nilai kehidupan yang akan sangat bermanfaat bagi pembaca.

Dari beberapa pendapat tentang nilai pendidikan yang terdapat dalam karya sastra diatas ditarik kesimpulan bahwa ada beberapa nilai pendidikan yang bisa diperoleh dari sebuah cerita (dalam hal ini novel). Nilai pendidikan itu diantaranya adalah yang berhubungan dengan moral, agama, budaya, sosial, dan sebagainya. Novel

(5)

mengisahkan sisi utuh atas problematika kehidupan seseorang atau beberapa orang tokoh. Novel merupakan bentuk karya sastra yang paling populer di dunia. Bentuk sastra ini paling beredar, karena daya komunikasinya yang luas pada masyarakat. Sebagai bahan bacaan, novel dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu sastra serius dan sastra hiburan bisa disebut sebagai karya sastra serius. Sebuah novel serius bukan saja dituntut menjadi karya yang indah, menarik dan juga memberikan hiburan kepada pembacanya, tetapi lebih dari itu. Syarat utama novel adalah harus menarik, menghibur dan mendatangkan rasa puas setelah orang selesai membacanya.

PEMBAHASAN

Gaya bahasa yang terdapat dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan, dijelaskan sebagai berikut:

Berdasarkan Struktur kalimat dapat dijadikan sebagai landasan untuk menciptakan gaya bahasa. Yang dimaksud dengan struktur kalimat di sini adalah kalimat bagaimana tempat sebuah unsur kalimat yang dipentingkan dalam kalimat tersebut, maka dapat diperoleh gaya bahasa sebagai berikut.

Data 1

“ Suara kicau burung di pagi hari, terdengar menembus langit-langit kamarku.”

“Oh iya, tak lupa ku kenalkan pahlawan dalam keluarga kami.

“Air mata yang selama ini tidak pernah aku tunjukkan kepada orang lain, kali ini tumpah ruah.”

Gaya bahasa dari contoh tersebut jenis gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebih-lebihan kemampuannya, ukurannya atau sifatnya dengan maksud memberi penjelasan pada suatu pernyataan atau situasi untuk memperhebat, meningkatkan kesan dan pengaruhnya. Gaya bahasa ini melibatkan kata-kata, frase, atau kalimat. Dengan demikian kalimat tersebut disebut gaya

bahasa pertentangan sebagai wujud gaya bahasa hiperbola.

Data 2

“Tapi bila aku terus tertidur, matahari akan marah padaku.”

“,tapi tak kuasa menahan sinar matahari yang terus berbayang-bayang di

wajahku.”

“ Indahnya pagi beserta cahaya matahari pagi juga mulai menyentuh seluruh isi ruangan kamarku yang cukup besar.”

Gaya bahasa dari contoh tersebut jenis gaya bahasa personifikasi yang tujuannya adalah melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat – sifat manusia kepada benda – benda mati sehingga seolah – olah mempunyai sifat seperti manusia atau benda hidup.

Data 3

“dan al-hamdulillah hanya dalam hitungan bulan aku dapat membaca al-quran. itu karena peran serta banyak orang, diantaranya guru agamaku.”

Gaya bahasa pada tuturan tersebut dapat disebut gaya basa kalimaks dan kalimat yang bersifat periodik. Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali semakin meningkat kepentingannya dan gagasan-gagasan sebelumnya. Klimaks disebut juga gradasi. Istilah ini dipakai sebagai istilah umum yang sebenamya merujuk kepada tingkat atau gagasan tertinggi. Bila klimaks itu terbentuk dan beberapa gagasan yang berturut-turut semakin tinggi kepentingannya, maka ia disebut anabasis. Data 4

“wah, kak kiki jadi lebih keren loh. Jadi kayak Satria baja hitam, hehehehehe….” “keke mimpi apa sih sampai telat gitu? pegel tau nggak nunggu kamu lama amat!” “aduh maag...aku kesiangan.. maag ya..”

(6)

sebenarnya, ketidaksesuaian antara aura yang ditengahkan dan kenyataan yang mendasarinya dan ketidaksesuaian antara harapan dan kenyataan. Dari tuturan

tersebut mempunyai makna

ketidaksesuaian antara aura dengan kenyataan seperti “Keke mimpi apa sih sampai telat gitu?” dan “ wah, kak kiki jadi lebih keren loh. Jadi kayak Satria baja hitam, hehehehehe….”. Kalimat tersebut gaya bahasa ironi.

Data 5

“Wah, kaka Kiki jadi lebih keren loh. Jadi kayak Satria baja hitam...hehehe..”

Gaya bahasa kalimat tersebut secara alamaih bermakana lawan yang tepat atau pertentangan yang benar-benar. Dapat juga diartikan sebagai jenis gaya bahasa yang mengadakan komparasi atau perbandingan antara dua natonim yaitu Wah, kaka Kiki jadi lebih keren loh. Jadi kayak Satria baja hitam...hehehe..”. kata-kata yang mengandung ciri-ciri semantik yang bertentangan, ini bentuk gaya bahasa antithesis.

Data 6

“Wow.. sejak kapan di sekolah kita ada trendsetter. Boleh berkacamata hitam di kelas!” kata Angel pada sahabatnya, Lia.

Gaya bahasa pada kalimat tersebut bermakna ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu, mengandung kritik tentang kelamahan manusia seperti Wow.. sejak kapan di sekolah kita ada trendsetter. Hal ini mempunyai tujuan agar adanya perbaikan secara etis maupun estika. Selain itu dapat berupa jenis argumen yang beraksi secara tidak langsung, terkadang secara aneh bahkan ada kalanya dengan cara yang cukup lucu yang menimbulkan tertawa dan kalimat tersebut diartikan sebagai gaya bahasa satrie. Kalimat tersebut juga termasuk gaya bahasa Ironi, yang maksudnya untuk menyindir atau sindiran.

Data 7

“Keke tidak sakit parah, itu kan yang ayah bilang. Kalau Keke Cuma sakit flu, Keke masih bisa sekolah.. Keke mau sekolah!!”

Gaya bahasa pada tuturan tersebut pengungkapannya menyatakan sesuatu yang positif dengan bentuk yang negatif atau bentuk yang bertentangan. Gaya bahasa pada tuturan tersebut kebalikan dari hiperbola, jenis bahasa yang mengandung pernyataan yang dikurangi dari kenyataan yang sebenarnya. Gaya bahasa tuturan tersebut adalah litotes.

Data 8

Saya percaya Keke sanggup... saya tau dia anak yang kuat! Dia pasti bisa!”

Gaya bahasa tuturan tersebut semacam gaya bahasa retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang biasa dalam kalimat. Dengan kata lain perubahan urutan subjek dengan predikat. Dari perubahan urutan tersebut tuturan dinamakan gaya bahasa anastrof. Data 9

Keke tetap anak Tuhan yang cantik, ayah?” tanyaku.

Gaya bahasa kalimat percakapan tersebut berisi penjajaran kata-kata yang berbunyi sama tetapi bermakna lain Keke tetap anak Tuhan yang cantik, ayah?” tanyaku. Kata “anak Tuhan” kata-kata yang sama dengan “anak ayah” akan tetapi artinya berbeda. Hal ini menjelaskan bahwa Tuhan tidak mempunyai anak akan tetapi kasih sayang yang Tuhan pada hambanya. Gaya bahasa kalimat tersebut adalah paronomasia.

Data 10

“Untuk sahabat kami, Keke. Kami selalu ada di hatimu. Dan selalu bersamamu untuk selamanya. Di sini kami menunggumu untuk kembali”.

“ kalian adalah sahabat yang paling berarti dalam hirupku”.

(7)

diganti dengan sebuah kata saja. Gaya bahasa tersebut adalah periphrasis.

Data 11

“Keke, kamu ngapain jalan kayak gitu?” tanya ayah.

“gapapa, Keke cuma pengen kayak Moni... lucu kan? Hehehe...” ujarku berbohong.

Gaya bahasa pada tuturan tersebut merupakan suatu formula yang digunakan sebagai sarana untuk menerangkan bahwa seseorang tidak mengatakan apa yang tersirat dalam kalimat itu sendiri seperti “gapapa, Keke cuma pengen kayak Moni... lucu kan? Hehehe...”. gaya bahasa tesebut tida menerangkan apa yang sebenarnya terjadi akan tetapi menggambarkan sesuatu, gaya bahasa ini adala paralipsis. Data 12

“Ya Tuhan... kakak kan malaikat yang ada di mimpi Keke dulu!” ujarku.

Gaya bahasa pada tuturan tersebut sejenis gaya bahasa yang merupakan pengalihan amanat dari yang hadir kepada yang tidak hadir seperti Ya Tuhan... kakak kan malaikat yang ada di mimpi Keke dulu!” dimana kata-kata “kakak kan malaikat” ini pengalihan amanat bahwa kakak seolah-olah malaikat yang mendapatkan tugas dari Tuhan, gaya bahasa ini adalah apostrof.

Sistem Lapisan das es : Lapisan Tidak Sadar

Das esmerupakan sistem kepribadian yang bersifat asli, kodrati yakni sebagai sistem kepribadian pembawaan.Artinya, sudah sejak bayi lahir di dunia ini.

Misalnya :

“Suara kicau burung di pagi hari, terdengar menembus langit-langit kamarku.Aku masih terbaring, malas untuk bangun. Tapi, sepertinya bila aku terus tertidur, matahari akan marah padaku. Aku mencoba untuk tidur kembali, tapi tak kuasa menahan sinar matahari yang yang terus terbayang-bayang di wajahku”

“Aku hanya tersenyum.Pak Iyus membawakan tasku.Kami pun

berjalan, sepanjang perjalanan semua mata memandangiku dengan aneh.Sobat, tahukah bagaimana perasaanku ketika semua orang mulai melihatku dengan aneh? Ya, semua mulai berpikir dengan apa yang terjadi. Keke yang biasanya tampil ceria dan cantik, kini menjadi sosok aneh dengan bola tenis di wajahnya.” Sistem Ego : Lapisan Kesadaran

Ego merupakan subsistem kedua kepribadian.Ego dibentuk oleh das es.Ego itu terbentuk karena individu sebagai organisme mempunyai kebutuhan-kebutuhan yang memerlukan transaksi-transaksi (hubungan-hubungan kerja) yang sesuai dengan dunia kenyataan yang objektif.

Misalnya :

Dengan malu-malu, aku mendekati ayah yang sedang membaca koran di ruang kerjanya.Ketika berhadapan dengan ayah yang melihatku dengan aneh, aku maju dan berbisik pelan ditelinganya.” “Aku mulai merasa tambah sulit bernafas sehingga harus menggunakan mulutku sebagai bantuan. Ayah langsung berkata, bahwa mungkin aku terkena sinus. Setelah tiba dirumah sakit, kami langsung diterima oleh dr. Adi kusuma yang juga merupakan dokter pribadi keluarga kami. Aku hanya terdiam.dr. Adi mulai memeriksa mulut dan mataku melalui senter kecil”.

Sistem Super ego : Lapisan Kesadaran Moral

Super ego adalah perwujudan internal dari nilai-nilai dan cita-cita tradisional masyarakat sebagaimana diterangkan oleh orang tua kepada anak-anak.Misalnya :

(8)

untuk sekolah, akhirnya kami pun luluh.Dengan mengucapkan syukur dengan Nawaitu lalu berdo’a

Bismillai tawakaltu ‘Alallah, kami

memutuskan untuk kembali sekolah. Ternyata doa kami terkabulkan. Pilihan ini tidak salah..Aku sangat bahagia dapat menjadi bagian di Yayasan Pondok Pesantren Al Kamal sebagai siswi disana

Dan Alhamdulillah hanya dalam hitungan bulan aku dapat membaca Al-Qur’an. Itu karena peran serta banyak orang, diantaranya guru agamaku. Aku bersyukur, sebagai seorang anak aku dapat menjalankan semuanya dengan penuh kebahagiaan. Terkadang aku berbagi bersama sahabat-sahabatku tentang apa yang aku bisa termasuk mengajarkan cara membaca Al-Qur’an kepada teman-temanku yang belum bisa.

Nilai Pendidikan Regelius

Nilai religius merupakan sudut pandang yang mengikat manusia dengan Tuhan pencipta alam dan seisinya. Berbicara tentang hubungan manusia dan Tuhan tidak terlepas dari pembahasan agama. Agama merupakan pegangan hidup bagi manusia. Agama dapat pula bertindak sebagai pemacu faktor kreatif, kedinamisan hidup, dan perangsang atau pemberi makna kehidupan. Melalui agama, manusia pun dapat mempertahankan keutuhan masyarakat agar hidup dalam pola kemasyarakatan yang telah tetap sekaligus menuntun untuk meraih masa depan yang lebih baik. Seperti dalam kutipan di bawah ini.

Tuhan....

Andai aku bisa kembali

Aku tidak ingin ada tangisan di dunia ini

Tuhan...

Andai aku bisa kembali

Aku berharap tidak ada lagi hal yang sama terjadi padaku,

Kutipan tersebut mempunyai kandungan nilai pendidikan religius karena secara jelas disampaikan penulis melalui gaya bahasa Pars pro toto yang digunakan terlihat pada kata “Tuhan” yang berarti tentang keyakinan Keke terhadap sang khalik, dalam keadaan sakit tidak lupa terhadap Tuhan dan menyerahkan diri pada-Nya. Pars pro toto adalah gaya bahasa yang melukiskan sebagian dari keseluruhan, berarti kata tersebut dalam kutipan yang hidup penuh dengan perjuangan adalah Keke.

Selain hal terebut, juga terkandung dalam novel ini adalah nilai agama Islam, terlihat dari tempat sekolah Keke yakni Pesantren Al-Hikmah, adanya kebiasaan ayah Keke melakukan sholat tahajud, adanya hari Ramadhan dan Idul Fitri serta adanya hadist-hadist Islam dalam novel ini yang sarat dengan pesan moral.

Sebuah karya sastra yang mengangkat sebuah kemanusiaan yang berdasarkan kebenaran akan menggugah hati nurani dan akan memberikan kemungkinan pertimbangan baru pada diri penikmatnya. Oleh karena itu, cukup beralasan apabila sastra dapat berfungsi sebagai peneguh batin pembaca dalam menjalankan keyakinan agamanya, termasuk yang ada pada novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar, seperti kutipan di bawah ini.

(9)

sembuh dan kanker diwajahku menghilang secara ajaib.

Nilai Pendidikan Moral

Nilai moral sering disamakan dengan nilai etika, yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat. Moral merupakan tingkah laku atau perbuatan manusia yang dipandang dari nilai individu itu berada. Sikap terhadap sesama tidak hanya dilakukan dalam hal beribadah saja, tetapi dalam segala hal, sikap yang saling menghargai, saling peduli terhadap sesama akan menghasilkan kebaikan. Seperti halnya jika dalam agama, jika seorang hamba tidak meninggalkan shalat akan mendapat pahala lebih banyak, demikian juga jika berbuat kebaikan dengan sesama akan mendapatkan kebahagian yang hakiki, seperti pada kutipan berikut.

Kami saling bersalaman dan sejak itulah permusuhan antara kami selesai. Satu lah yang aku dapatkan saat aku sakit dulu, kebencian hanya menimbulkan duka yang tak ternilai. Walaupun kami bersaing tapi saat aku sakit, aku sadar kami bersatu dan saling mendukung. Tuhan telah mengajarkan aku tentang arti persahabatan dan kebersamaan. Suatu yang tidak mungkin aku dapatkan bila aku tidak sakit dulu. Kutipan tersebut mempunyai kandungan nilai pendidikan moral karena secara jelas disampaikan penulis bagaimana persahabatan Keke, Tuhan memberikan sakit padanya membuka hatinya untuk menghilangkan rasa permusuhan dengan temannya yang bersaing dalam memperebutkan juara kelas.

Selain hal tersebut, nilai moral yang terkandung dalam novel ini sangat banyak, yakni dapat terlihat dari sikap sopan ramah, keikhlasan dan kasih sayang. Kesopanan dan kasih sayang Keke (pelaku utama) kepada ayahnya. Seperti contoh di bawah ini.

“oh iya, tak lupa ku kenalkan pahlawan dalam keluarga kami. Dia ini adalah raja di istana kami. Ayahku, sekaligus pacar abadiku.”

“Ayahku juga selalu mengingatkan kepadaku untuk tidak berlaku sombong” “Ayah sangat bijaksana. Aku bangga padanya, karena selain berperan sebagai ayah, ia juga berperan sebagai ibu yang baik untukku”

Sikap ramah, kelembutan, bersahaja dan penuh kasih sayang yang ditunjukkan oleh Keke kepada sahabat, teman-teman dan kepada semua orang yang pernah hadir dalam kehidupannya. Hal itu terlihat dari contoh ini. “Walaupun terkadang kami sering berselisih paham tapi tidak ada dendam diantara kami”

Serta keikhlasannya dalam menerima cobaan yang berat dari Tuhan. Juga tercermin dari perjuangan Keke untuk tetap hidup dan memberikan senyuman kepada semua orang. Novel ini mengajarkan banyak hal tentang kehidupan seperti kesabaran, kepasrahan, ketabahan, ketegaran, kelembutan, semangat, kerukunan, saling kasih dan sayang. Seperti dalam kutipan di bawah ini.

” Ayah menangis disampingku. Aku tau bagaimana hancur dan kecewanya ayah. Senyumku menjadi senyum yang kuharapan tidak membuat semua menjadi lebih buruk. Aku sadar, mengapa Tuhan memberikan ujian ini padaku. Ujian ini adalah sebuah pesan kepada dunia bahwa kelak ada orang-orang hebat yang bisa lepas dari hal yang sama seperti yang terjadi dalam hidupku. Aku tidak boleh merasa sedih dan takut, karena bila itu terjadi bagaimanakah dengan ayah, teman-temanku, Andi? Semua perjuangan dan doa mereka yang mencintaiku.”

(10)

yang diberikan kepadanya. Dia berusaha untuk selalu tersenyum dalam ketakutannya, tersenyum agar orang-orang di sekitarnya tidak bersedih.

Nilai Pendidikan Sosial

Nilai sosial merupakan hikmah yang dapat diambil dari perilaku sosial dan tata cara hidup sosial. Suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang juga termasuk di dalamnya. Karya sastra berkaitan erat dengan nilai sosial, karena karya sastra dapat pula bersumber dari kenyataan-kenyataan yang terjadi di dalam masyarakat. Nilai sosial mencakup kebutuhan hidup bersama, seperti kasih sayang, kepercayaan, pengakuan, dan penghargaan. Nilai sosial yang dimaksud adalah kepedulian terhadap sesama. Kepedulian tersebut dapat berupa perhatian maupun berupa nasehat. Seperti pada kutipan berikut.

”Untuk sahabat kami, Keke. Kami selalu ada di hatimu. Dan selalu bersamamu selamanya. Di sini kami menunggumu untuk kembali”. ”Kalian adalah sahabat yang paling berarti dalam hidupku”. Ayahku juga selalu mengingatkan kepadaku untuk tidak berlaku sombong”.

Kutipan di atas dapat dilihat secara jelas mengandung nilai pendidikan sosial, sifat membalas budi atas kebaikan orang lain pada nilai sosial sangatlah penting. Sifat tersebut juga bertujuan untuk membangun sikap saling peduli dan saling peka antar sesama. Nilai sosial berkenaan dengan kemanusiaan dan mengembangkan kehidupan bersama, seperti kasih sayang, penghargaan, kerja sama, perlindungan, dan sifat-sifat yang ditujukan untuk kepentingan kemanusiaan lainnya yang merupakan kebiasaan yang diwariskan secara turun temurun. Saling membantu dan memberi dukungan kepada kawan dan siapapun yang ada di sekitar kita.

Adapun nilai-nilai pendidikan yang terkandung didalam novel ”Surat Kecil

Untuk Tuhan” dapat simpulkan. Sikap sabar, tabah, dan selalu berdoa dalam menghadapi segala cobaan dan penyakit yang diberikan oleh Tuhan kepada keke. Tidak mudah putus asa dalam menghadapi masalah. Kehidupan yang gigih dan selalu bersifat optimis. Menerima suatu kenyataan yang terjadi pada diri tokoh. Selalu menjaga persahabatkan walau berjuang demi mendapatkan kesembuhan.

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data diperoleh kesimpulan bahwa Novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar menggunakan gaya bahasa gaya hiperbola, personifikasi, klimaks, ironi, antithesis, satire, litotes, anastrof, paronomasia, periphrasis, paralipsis, apostrof. Selain itu, Novel Surat Kecil Untuk Tuhan karya Agnes Davonar mengandung nilai-nilai pendidikan, diantaranya nilai religius, nilai moral dan nilai sosial.

SARAN

(11)

DAFTAR PUSTAKA

Arifin, Zaenal. ( 2010). Metodologi Penelitian pendidikan. Surabaya: lentera cendekia.

Davonar, Agnes. (2011). Surat Kecil Untuk Tuhan. Jakarta : Inandra Published.

Hidayati, Nur Alfin. (2012). Analisis Psikologi dan Nilai-Nilai Pendidikan Dalam Novel Hafalan Shalat Delisa Karya Tere Liye. Surakarta: UNS Press.

Keraf, Gorys. (1994). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.

Kosasih, E, (2012). Dasar-dasar ketrampilan bersastra. Bandung : CV YRAMA WIDYA.

Meleong, Lexy j. (2009). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Moeliono, Anton M. (1984). Diksi atau Pilihan Kata (suatu spesifikasi dalam kosakata). Jakarta: PPGB.

Nurgiyantoro, Burhan. (2010). Teori kajian fiksi. Yogyakarta : UGM Press.

Prastowo, andi. (2012). Metode Penelitian Kualitatif. Jogjakarta: Ar-ruzz Media.

Purwanto, Ngalim. M. (1986). Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis.

Bandung: Remaja

Karya.

Sugiono. (2008). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.

Tarigan, Henry Guntur. (1985). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung: Angkasa.

Waluyo, Herman J.. (2002). Apresiasi dan Pengkajian Cerita Fiksi. Salatiga: Widya Sari Press.

Waluyo, H.J. dan Ekowardani, N. (2009). Pengkajian dan Apresiasi Prosa Fiksi. Surakarta : Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Warsiman, (2007). Kaidah Bahasa Indonesia Yang Benar. Bandung: Dewa Rucci.

Referensi

Dokumen terkait

program kebersihan yang dijalankan oleh pemerintah dengan bantuan masyarakat dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Y 1.4 ). 2) Pemahaman masyarakat, instrumen

Seperti yang telah diungkapkan oleh Wahyudi salah satu hakim di Pengadilan Agama Semarang bahwa mediasi ini sangat cocok diterapkan di Pengadilan Agama Semarang

Acara Silatara merupakan kepanjangan dari silaturahmi lewat udara. Target pendengar dalam acara ini kategori remaja yang berusia 15 - 25 tahun. Musik-musik yang disiarkan

Pengembangan kompetensi profesional guru di SMA Negeri 1 Sukodono Sragen ditujukan untuk meningkatkan pemahaman guru terhadap standar isi, pembuatan KTSP, materi

Gendang beleq (genadang besar) merupakan khas suku sasak Lombok yang banyak mengandung pelajaran dan kajian matematika dalam gendang beleq ada beberapa etnomatematika

Sedangkan di Kabupaten Pekalongan dari jumlah kasus kematian tersebut maka akan mendapatkan angka kematian kasar dari cara survei sebesar 247/40.649x1000= 6,1 perseribu sedangkan

Alasan-alasan mereka sekaligus merupakan karakteristik terjemahan yang mudah dipahami, yaitu (1) struktur kalimat yang sederhana, tidak rumit, dan tidak berbelit-belit, (2)

Proses penentuan program keahlian pada SMK Syubbanul Wathon masih menggunakan cara manual, dengan mengumpulkan nilai UN SMP/sederajat, nilai rapor SMP/sederajat dan