• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA BERBASIS BUDAYA Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Jawa BerbasisBudaya (Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA BERBASIS BUDAYA Pengelolaan Pembelajaran Bahasa Jawa BerbasisBudaya (Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang)."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA

BERBASIS BUDAYA

(Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang)

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memperoleh

Gelar Magister Pendidikan

Oleh:

Rochmad

NIM: Q 100 100 201

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)
(3)

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA BERBASIS BUDAYA

(Studi Situs SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang)

Oleh: Rochmad Abstract

The problem to be examined in this research is how Java language learning based culture at Junior High School State 2 Kajoran Magelang? This is qualitative reserach that conducted in Junior High School State 2 Kajoran. The main subjects in this reserach are principal, teachers and students. Data collection techniques in this research used observation, interview and documentation. The result of research (1) The Java language subjects is a compulsory subject for schools in the Central Java and Yogyakarta province. Java language course material consists of write, read, hear and speak material. Syllabus and lesson plans of Java language subject are created by the Java language teacher and based the curriculum. Teaching materials that is used are written form and also using the computer. In the Javanese language learning, school invites teachers from outside the school to who are competent in their field. (2) Javanese language learning begins with making lesson plans and syllabi. In Java language learning implementation activities consist of the begining, core and the late activity. For beginning activities teachers doing apperception by repeating material that has been taught before. Implementation of the Java language learning was implemented using the Java language by incorporating local culture as one of the material. After core activities are complete, the teacher closed the teaching process activities by doing evaluation for the material that has been taught. (3) Evaluation form consists of three activities, namely the written, oral and tasks evaluation. Evaluation written form conducted in the daily tests, basic competencies, midterm and final exams of the semester. Follow-up activities conducted in the form of remedy and enrichment. The existence of peer tutors used to assist the teachers in improving student scores. Implementation of the Java language learning faced barriers due to lack of teaching enthusiastic students in participating schools and to overcome it the school is conduct home visit.

(4)

PENDAHULUAN

Keberadaan bahasa daerah merupakan salah satu kebanggaan Bangsa Indonesia yang menunjukkan keanekaragaman budayanya. Bahasa Jawa merupakan salah satu dari sekian banyak bahasa daerah di Indonesia yang keberadaannya ikut mewarnai keragaman budaya bangsa Indonesia. Sebagai orang Jawa yang lahir dan besar di Jawa, sudah menjadi kewajiban kita untuk melestarikan bahasa Jawa. Menggunakan bahasa Jawa untuk berkomunikasi dengan sesama pengguna bahasa Jawa adalah salah satu cara untuk melestarikan bahasa Jawa. Akan tetapi, ironisnya sekarang ini pengguna sekaligus pemilik bahasa Jawa sudah enggan menggunakannya, bahkan sudah ada yang mulai meninggalkannya.

Belakangan ini bahasa Jawa sudah mengalami kemunduran secara fungsional, hal ini disebabkan oleh terus menyempitnya pemahaman terhadap jagat kata bahasa Jawa. Selain itu pengajaran bahasa Jawa terancam bubar karena tidak ada petunjuk pelaksanaannya, adanya kecemburuan bahkan rasa isin

dikalangan generasi tua terhadap upaya pembaharuan kreatif pemanfaatan kosakata bahasa Jawa secara maksimal oleh generasi muda juga menjadi salah satu penyebab kemunduran fungsional bahasa Jawa

Fungsi pembelajaran Bahasa Jawa, dalam konteks pendidikan, adalah berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi dalam rangka mengakses informasi dan dalam konteks sehari-hari adalah sebagai alat untuk membina hubungan interpersonal, bertukar informasi serta menikmati estetika bahasa dalam budaya Jawa. Adapun tujuan pembelajaran bahasa Jawa adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dalam bahasa Jawa dalam bentuk lisan dan tulis; menumbuhkan kesadaran tentang hakikat dan pentingnya bahasa Jawa sebagai salah satu bahasa daerah di Indonesia; dan untuk mengembangkan pemahaman tentang saling keterkaitan antar bahasa dan budaya serta memperluas cakrawala budaya (Dinas P dan K Prov. Jawa Tengah, 2006). .

Pembelajaran Bahasa Jawa khususnya dalam penerapan unggah-ungguh

(5)

unggah-ungguh diharapkan siswa mampu menguasai kompetensi berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Unggah-ungguh dalam berbahasa Jawa sebenarnya secara kelompok besar dikategorikan menjadi tiga jenis yakni ngoko, madya dan krama. Bahkan ketiga kelompok tersebut kemudian diuraikan lagi menjadi sembilan yaitu: (1) ngoko andhap antya basa, (2) ngoko andhap basa antya, madya ngoko, (4) madya krama, (5) kramantara, (6) wredakrama, (7) kramadesa, (8) mudakrama dan (9) kramainggil.

Materi pembelajaran (instructional materials) adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus diajarkan oleh guru dan harus dipelajari oleh siswa untuk mencapai standar kompetensi dan kompetensi dasar. Ada beberapa jenis materi pelajaran. Jenis-jenis itu adalah fakta, konsep, prinsip, prosedur, dan sikap atau nilai (Zulkarnain, 2009: 4).

Keberadaan mata pelajaran bahasa Jawa sebagai mata pelajaran muatan lokal yang dalam Ujian Akhir Nasional tidak diujikan memang kurang mendapat perhatian yang besar dari siswa. Dalam proses pembelajarannyapun hanya sebagian kecil siswa yang mau memperhatikan dengan sungguh-sungguh. Di samping itu, dalam lingkungan keluarga dan dalam pergaulan siswa tidak terbiasa menggunakan bahasa Jawa ragam krama. Di rumah siswa juga terbiasa berkomunikasi menggunakan bahasa Jawa ngoko atau bahasa Indonesia. Faktor-faktor tersebut itulah yang mempengaruhi kemampuan berbicara bahasa Jawa siswa khususnya bahasa Jawa ragam krama. Berdasarkan hasil pengamatan penulis, kondisi seperti ini juga terjadi pada sebagian besar siswa di SMP Negeri 2 Kajoran,Kabupaten Magelang.

(6)

Tujuan pembelajaran Bahasa Jawa dalam Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP) di tingkat SD/SMP cenderung pada pemenuhan keterampilan berbahasa yang ideal: mendengarkan, menulis, membaca, berbicara, dan. Tujuan pembelajaran Bahasa Jawa, apakah tidak sebaiknya berdasarkan fungsi kebutuhan siswa. Sebagai bahasa daerah, Bahasa Jawa berfungsi sebagai (1) lambangdaerah, (2) lambang identitas daerah, dan (3) alat perhubungan dalam keluarga dan masyarakat daerah. Fungsi Bahasa Jawa yang hakiki adalah fungsi ketiga, sehingga Bahasa Jawa dominan digunakan dalam wujud bahasa lisan. Dari kenyataan ini, tujuan pembelajaran Bahasa Jawa di SD diusulkan mengutamakan keterampilan berbicara (Suara Merdeka, 2006: 4).

Rendahnya penguasaan Bahasa Jawa pada tingkat dasar (SD/MT) dan (SMP/MTs). Penelitian Supriyanto dan kawan-kawan (1997), menemukan kenyataan pendekatan pembelajaran bahasa Jawa sangat struktural sehingga menekankan segi struktur bahasa, sebagaimana pembelajaran bahasa Indonesia maupun Inggris. Di banyak sekolah di Kota Semarang, guru bahasa Jawa bukan berasal dari pendidikan bahasa Jawa. Mereka ada yang berlatar belakang Tata Boga, PPKn, Elektro, dan lainnya yang tak mendapat jam di sekolah (Supriyanto, 2009: 4).

Pembelajaran menurut Uno (2008: 2) adalah pembelajaran memusatkan perhatian pada “bagaimana membelajarkan siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa”. Oleh karena itu ada beberapa komponen pembelajaran yang harus diperhatikan oleh pihak yang telibat dalam pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran terdiri dari perencanaan, pelaksanaan evaluasi.

(7)

sehingga dapat diperoleh hasil belajar yang optimal. Siswa merasa senang dan diakui keberadaan serta perbedaannya, karena pengetahuan dan pengalaman budaya yang sangat kaya yang mereka miliki dapat diakui dalam proses pembelajaran.

Dengan memperhatikan latar belakang masalah maka fokus dalam penelitian ini adalah bagaimanakah PENGELOLAAN PEMBELAJARAN BAHASA JAWA BERBASIS BUDAYA di SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang Adapun fokus penelitian tersebut dijabarkan menjadi 3 subfokus yaitu (1) Bagaimanakarakteristik materi ajar dalam pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran?, (2) Bagaimana proses pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran? (3) Bagaimana evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran?

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pengelolaan pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya di SMP Negeri 2 Kajoran. Adapun tujuan tersebut dijabarkan menjadi tiga subfokus yaitu (1) Mendeskripsikan bagaimana karakteristik materi ajar dalam pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran, (2) Mendeskripsikan proses pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran, (3) Mendeskripsikan evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran.

Hasil penelitian ini akan sangat berharga dan bermanfaat untuk pengelolaan pembelajaran, khususnya untuk guru mata pelajaran Bahasa Jawa dan umumnya untuk segenap unsur penyelenggara sekolah.

METODE PENELITIAN

(8)

penelitian etnografi ini bekerja dengan mengamati berbagai aspek lingkungan belajar dan mencoba mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan lingkungan yang mengefektifkan belajar tersebut. Rasional di balik penggunaan etnografi adalah adanya keyakinan dasar penelitian, yaitu bahwa perilaku secara signifikan dipengaruhi oleh lingkungan di mana perilaku itu berlangsung (Mantja, 2007: 21-23).

Kehadiran peneliti dalam melakukan penelitian ini terjun langsung mencari data mengenai peranan kepala sekolah dan guru dalam meningkatkan mutu pembelajaran. Kedudukan peneliti adalah sebagai instrumen penelitian dan siswa (Spradley, 2007).

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu data utama dan pendukung. Data utama diperoleh dari informan, yaitu orang-orang yang terlibat dalam kegiatan sebagai fokus penelitian, yang terlibat sebagai informan dalam penelitian ini (kepala sekolah, guru dan siswa), sedangkan data pendukung bersumber dari dokumen-dokumen resmi yang ada di SMP Negeri 2 Kajoran Kabupaten Magelang berupa dokumen, foto, dan catatan penting lainya.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi/ pengamatan, wawancara dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis interaktif dari Miles dan Huberman (2006: 51). Ada empat komponen analisis yang dilakukan dengan model ini, yaitu pengumpulan data, reduksi data, display data, dan penarikan kesimpulan / verifikasi. Penentuan keabsahan data (trust worthiness) pada penelitian kualitatif, menurut Moleong (2007: 173) digunakan empat kriteria, yaitu: Derajat kepercayaan (credibility), Keteralihan (transferability), Ketergantungan

(9)

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

1. Mendeskripsikan karakteristik materi ajar dalam pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran.

Pembelajaran bahasa Jawa di SMP Negeri 2 Kajoran merupakan mata pelajaran muatan lokal yang berbasis budaya lokal untuk Jawa Tengah. Pembelajaran bahasa jawa berbasis budaya lokal adalah mata pelajaran wajib untuk SD, SMP, dan SMA meskipun dalam Ujian Nasional belum diujikan. Mata pelajaran bahasa jawa diajarkan selama 2 jam pelajaran setiap minggunya, sedangkan untuk materinya disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah.

Pembelajaran Bahasa Jawa Berbasis Budaya Lokal pembelajaran yang sesuai dengan budaya adat kebiasaan yang ada di daerah atau lokal tertentu. Pembelajaran di SMP Negeri 2 Kajoran ada budaya yang ada di daerah itu seperti mengadakan Gugur gunung atau gotong royong, Pengumuman atau wara-wara juga menggunakan Bahasa Jawa. Contoh lain ada upacara adat orang yang mau menikahkan anak, Undangan atau Ulemnya juga menggunakan bahasa jawa. Dengan adanya budaya lokal itu diharapkan siswa terampil menggunakan bahasa jawa, penggunaan diksi

unggah-ungguh Bidang muatan lokal Bahasa Jawa.

Yang dimaksud dengan berbasis budaya lokal adalah dalam pelaksanaan pembelajarannya pihak sekolah memasukkan nilai-nilai budaya lokal dimana sekolah itu berada. SMP N 2 Kajoran yang terletak di lereng gunung Sumbing masyarakat di sekitar lingkungan sekolah memiliki kebudayaan seperti upacara adat yang dalam pelaksananya menggunakan bahasa Jawa. Oleh karena itu SMP N 2 Kajoran memasukan budaya lokal dalam kurikulum untuk pelajaran bahasa jawa.

(10)

dengan aspek lainnya, dalam pembelajaran hanya penekanannya lebih difokuskan pada salah satu aspek, artinya pada pembelajaran mendengarkan siswa tidak hanya dituntut mendengarkan saja akan tetapi siswa juga harus dapat berbicara, menulis dan mengapresiasikannya dalam bentuk sastra.

Sebagai mata pelajaran muatan lokal, maka materi yang diajarkan juga disesuaikan dengan kondisi lingkungan sekolah. Materi yang diajarkan oleh guru di mata pelajaran Bahasa Jawa adalah Pengenalan Budaya (Meliputi tata krama, adat), Berbicara Bahasa Jawa unggah-ungguh , tata krama bahasa Jawa, berpidato dengan bahasa Jawa Menulis aksara Jawa berupa menulis kata dan kalimat menggunakan aksara Jawa, Membaca kalimat, wacana berhuruf Jawa, Membaca Wacana berbahasa Jawa, Mendengarkan berita, cerita yang dibaca orang lain, dll. Materi tersebut tertuang dalam RPP dan silabus yang dibuat oleh guru.

Silabus dan RPP mata pelajaran bahasa Jawa dibuat sendiri oleh guru bahasa Jawa. Guru pelajran bahasa Jawa sering mengikuti MGMP untuk meningkatkan kemampuannya dalam membuat silabus dan RPP. Silabus dan RPP merupakan kompas dalam kegiatan pembelajaran karena tanpa adanya silabus dan RPP kegiatan pembelajaran tidak akan memiliiki arah yang jelas sehingga tidak tahu tujuan apa yang hendak dicapai dan apakah tujuan tersebut sudah tercapai atau belum. Penyusunan silabus dan RPP harus disesuaikan dengan keadaan sekolah sehingga silabus dan RPP harus disusun sendiri oleh para guru.

Penelitian yang dilakukan oleh Rischer (2008) yang berjudul “Management Strategies Help to Promote Student Achievement” yang

(11)

tujuan agar siswa dapat berkonsentrasi dalam kegiatan belajar mengajar. Selain itu, hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan belajar mengajar yang dapat dilakukan oleh guru antara lain pelaksanaan metode pembelajaran guna menunjang minat belajar siswa dalam meningkatkan kualitasnya.

Materi pelajaran Bahasa Jawa dibuat berdasarkan kurikulum yang bersumber dari buku-buku yang berasal dari pemerintah yaitu buku paket maupun LKS. Materi tersebut disesuaikan dengan lingkungan sekolah. Di SMP N 2 Kajoran materi pelajaran bahasa jawa bersumber dari buku paket yang diterbitkan oleh pemerintah.

Penelitian yang dilakukan oleh Charles Nelson (2011) yang berjudul “The Complexity Of Language Learning”. Penelitian ini membahas tentang pentingnya pembelajaran bahasa. Penelitian ini menggunakan pendekatan teori kompleksitas untuk melihat bahasa pembelajaran, pendekatan yang menyelidiki bagaimana pembelajar bahasa beradaptasi dan berinteraksi dengan masyarakat dan lingkungannya.

Pembelajaran Bahasa Jawa khususnya dalam penerapan unggah

-ungguh oleh siswa dianggap kompetensi yang paling sulit, karena untuk menerapkan unggah-ungguh diharapkan siswa mampu menguasai kompetensi berbahasa Jawa dengan baik dan benar. Unggah-ungguh dalam berbahasa Jawa sebenarnya secara kelompok besar dikategorikan menjadi tiga jenis yakni ngoko, madya dan krama.

(12)

Bahan ajar atau materi pembelajaran (instructional materials) secara garis besar terdiri dari pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang harus dipelajari siswa dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah ditentukan. Oleh karena itu dalam pembuatannya dilakukan oleh guru yang bersangkutan. Tujuannya adalah agar para guru tidak lagi tergantung kepada buku teks yang terkadang sulit untuk diperoleh. Selain itu juga memperkaya karena dikembangkan dengan menggunakan berbagai referensi. Dengan pembutaan bahan ajar sendiri dapat menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman guru dalam menulis bahan ajar.

Dalam proses belajar mengajar di dalam kelas sangat didukung dengan adanya metode yang digunakan oleh guru. Penggunaan metode tersebut disesuaikan dengan materi pelajaran yang sedang diajarkan. Di SMP N 2 Kajoran metode pembelajaran yang digunakan oleh guru dalam pelajaran bahasa jawa antara lain Jigsaw, ceramah berfariasi, tanya jawab, pemberian tugas, praktik, demonstrasi. Siswa mendemonstrasikan pidato dihadapan temannya, juga dalam kegiatan pentas tradisional yang ada di lingkungan siswa. Setiap tahun di Desa Sutopati ada tradisi Saparan. Tradisi ini sudah ada sejak lama. Perayaan saparan sangat meriah semua seni budaya yang ada di Desa Sutopati tempat sekolah kami ada mengeluarkan ketrampilan seni pentas. Siswa- siswi kami sudah trampil menari. Di dalam kegiatan Saparan

tersebut siswa-siswi kami ikut pentas, siswa secara langsung tampil dalam kegiatan. Ini salah satu cara dalam mengembangkan kegiatan Belajar Mengajar Bahasa Jawa meskipun tidak berlangsung dalam kelas.

Metode pembelajaran tersebut berhubungan erat dengan cara guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Pemilihan metode pembelajaran juga mempengaruhi keaktifan siswa dalam proses belajar mengajar. Karena denagn metode yang sesuai dengan materi biasanya dapat menarik antusais siswa. Misalnya untuk pokok bahasan mendengar guru dapat mengundang guru dari luar untuk memberikan ceramah tentang materi yang diajarkan.

(13)

pidato menggunakan bahasa Jawa. Selain menggundang guru dari luar, pihak sekolah juga menerapkan hari bahasa jawa pada hari Jumat. Hari bahasa jawa adalah hari dimana semua aktivitasnya menggunakan bahasa jawa baik dalam aktivitas KBM maupun diluar KBM. Dan bagi siapa saja yang tidak menggunakannya maka akan memperoleh teguran dari pihak sekolah.

2. Mendeskripsikan proses pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran.

Proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran sama di awali dengan perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. dalam pembelajaran bahasa jawa di awali dengan pembuatan RPP dan silabus. RPP dan silabus merupakan acuan yang digunakan oleh guru dalam proses belajar mengajar di sekolah. Para guru harus memiliki kemampuan untuk membuat RPP dan silabus sendiri.

Dalam kegiatan pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Selain itu juga guru memberikan pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang akan diajarkan. Contohnya adalah guru membacakan sebuah artikel bahasa jawa kemudian guru akan mengajukan pertanyaan mengenai artikel tersebut.

Kegiatan inti dalam pembelajaran sangat memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembelajaran maupun dalam membentuk kemampuan siswa yang telah ditetapkan. Proses kegiatan inti dalam pembelajaran akan menggambarkan tentang penggunaan strategi dan pendekatan belajar yang digunakan guru dalam proses pembelajaran, karena pada hakekatnya kegiatan inti pembelajaran merupakan implementasi strategi dan pendekatan belajar.

(14)

memasukkan budaya lokal sebagai salah satu materinya. Budaya lokal yang ada di lingkungan SMP N 2 Kajoran antara lain tradisi Saparan. Sehingga dalam pelaksanaannya dimasukkan budaya lokal dalam kegiatan pembelajaranya.

Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah terdapat interaksi, baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Interaksi merupakan suatu indikasi adanya aktivitas dalam kegiatan pembelajaran. Selain di dalam kelas interaksi antara siswa dengan siswa juga dapat dilihat di luar kelas. Interaksi tersebut terlihat dari aktivitas siswa yang menggunakan bahasa Jawa krama untuk kakak kelasnya baik berupa krama maupun ngoko alus.

Interaksi yang terjalin tidak hanya antar siswa tetapi juga antara siswa dengan guru. Dalam interaksi tersebut dapat dilihat apakah siswa mampu mengaplikasikan materi bahasa Jawa yang telah mereka terima. Terlebih lagi pada hari Jumat yang dijadikan hari bahasa Jawa dimana semua anggota sekolah harus menggunkan bahasa Jawa untuk berkomunikasi satu sama lain.

Penelitian yang dilakukan oleh Ussher (2005) dalam tulisannya yang berjudul menyatakan “Interactions, Student Enthusiasm And Perceived

Learning In An Online Teacher Education Degree”. Dia mengatakan

tentang “Results indicate that learner satisfaction depended on several

factors including tutors‟ interactions and feedback. Students‟ perceptions of „good‟ interactions and how this impact on enthusiasm and learning are

considered for course designers”. Hasil dari penelitian ini menyatakan bahwa kepuasan pelajar tergantung pada beberapa faktor yang meliputi interaksi dengan guru dan umpan balik. Persepsi para siswa tentang interaksi yang baik dan bagaimana hal ini dapat berdampak pada minat belajar. Hal ini dapat diartikan bahwa minat belajar siswa dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti interaksi dengan guru. Guru dapat membuat model pembelajaran yang dapat dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar.

(15)

pembelajaran di dalam kelas dibutuhkan adanya interaksi antara siswa dengan siswa dan juga antara siswa dengan guru. Kegiatan interaksi ini bertujuan untuk memudahkan bagi siswa dan guru untuk saling bertukar informasi satu sama lain. Selain itu juga dibutuhkan adanya penggunaann metode pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa. Sedangkan perbedaaannya adalah dalam penelitian ini para guru belum bisa melaksanakan metode pembelajaran yang sesuia dengan kondisi siswa. Dan juga kegiatan interaksi antar siswa dan guru belum dilaksankan dengan maksimal.

Dengan adanya interaksi tersebut dapat mempengaruhi antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran. Hal itu terbukti dengan keaktifan siswa dalam mengunakan bahasa Jawa pada hari Jumat. Meskipun pelajaran bahasa Jawa tidak di UNAS kan namun antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran bahasa Jawa sangat tinggi. Alasannya karena bahasa Jawa merupakan bahasa yang digunakan oleh siswa sehari-hari.

Antusias siswa untuk mengikuti KBM sangat tinggi terlebih lagi untuk siswa putri. Mereka sangat natusai akrena mereka dapat mempelajari budaya lokal dari daerah mereka seperti seperti Warokan, topeng loreng. Selain itu juga bahasa Jawa merupakan bahasa ibu yang mereka gunakan sejak lahir. Meskipun bahasa Jawa tidak di jadikan mata pelajaran dalam UNAS namun siswa tetap antusias untuk mempelajarinya. Karena itu adalah salah satu cara siswa untuk meningkatkan pemahamnnya tentang budaya mereka.

(16)

Vivien Rolfe, Marcos Alcocer dkk (2009) dalam penelitiannya yang berjudul “Academic staff attitudes towards electronic learning in Arts and

Sciences” mengatakan tentang “The use of electronic media and tools is central to many higher education teaching and learning strategies, but adoption of new technology is more often negatively received by staff, although enthusiastically embraced by students”. Penggunaan media

elektronik dalam KBM merupakan media yang sering digunakan untuk meningkatkan mutu pengajaran dan strategi belajar, namun karena penggunaannya masih baru sehingga dibutuhkan pengelolaan yang cukup baik dengan tujuan tidak merugikan siswa.

Upaya yang dilakukan oleh guru bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran untuk membuat siswa lebih antusias untuk mempelajari bahasa Jawa adalah dengan menggunakan laptop dalam proses KBM. Guru juga mendatang guru dari luar seperti contohnya untuk mempelajari pidato dengan menggunakan bahasa Jawa dan juga tarian daerah, pihak sekolah mengundang guru dari luar yang ahli dibidangnya.

3. Mendeskripsikan evaluasi dan tindak lanjut pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya lokal di SMP Negeri 2 Kajoran.

Pelaksanaan evaluasi dalam pembelajaran bahasa Jawa berbasis budaya local berupa ulangan harian dan soal –soal secara tertulis. Ada juga yang harus saya lakukan dengan perbuatan, misalnya menyanyi tembang macapat, atau melakukan sandiwara berlaku sebagai suatu tokoh dalam cerita. Guru bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran melakukan evaluasi secara tertulis, lisan dan juga berbentuk tugas (praktek). Misalnya guru memberikan tugas kepada siswa untuk berpidato dengan menggunakan bahasa Jawa di depan kelas.

(17)

Teachers' Perceptions of Their Induction Program Experiences”. Mereka menyatakan tentang “Ensuring a qualified teacher in every classroom is a central part of the latest agenda to strengthen public education and maximize student achievement. Effective teaching and delivering quality instruction are lifelong and critical goals of professional development of teachers. High-quality induction programs support qualified teachers for every child”. Hasil dari penelitian yang mereka lakakukan yaitu membahas tentang keberadaan seorang guru yang berkualitas di dalam kelas sangat membantu siswa dalam meningkatkan prestasi belajarnya. Karena dengan adanya guru yang berkualitas tersebut dapat membimbing siswa dalam memaksimalkan kwalitas siswa tersebut.

Pelaksanaan proses evaluasi yang dilakukan oleh guru selain pada saat proses pembelajaran, evaluasi juga dilakukan pada saat Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Hal ini dilakukan untu mengetahui kemampuan siswa tentang materi yang telah mereka terima selama satu semester. Dan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS) dilakukan secara serempak untuk semua sekolah.

Pada pelaksanaan pembelajaran, setelah dilakukannya evaluasi maka akan diketahui hasilnya. Jika hasil pembelajaran sudah diketahui maka akan memudahkan guru untuk melakukan kegiatan tindak lanjut. Pada umumnya guru akan melakukan tindak lanjut bagi siswa yang memiliki nilai kurang maka akan dilakukan remidi sedangkan bagi siswa yang nilainya sudah baik maka siswa akan mendapatkan penganyaan.

(18)

Pada dasarnya tujuan penilaian hasil belajar dan pembelajaran adalah mengetahui keberhasilan guru membelajarkan dan siswa belajar, sehingga dapat diupayakan tindak lanjutnya. Tindak lanjut itu merupakan fungsi penilaian hasil belajar dan pembelajaran yaitu yang dapat berupa: penempatan peserta didik pada tempatnya yang tepat; pemberian umpan balik; penentuan/diagnosis kesulitan belajar; dan penentuan keberhasilan atau kelulusan peserta didik. Oleh karena itu penilaian dapat bermanfaat baik bagi guru, siswa, orangtua, maupun bermanfaat bagi sekolah dan lembaga.

Dalam proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa Jawa, dikenal dengan istilah “Tutor sebaya” yaitu klasifikasi siswa yang dianggap mampu atau mempunyai kemampuan lebih dibandingkan temannya akan diminta sebagai “tutor” untuk mengajari teman-temannya yang masih mengalami kesulitan dalam belajar. Kegiatan belajar mengajar yang dapat dilakukan dengan cara tanya jawab dengan siswa, sehingga bagi siswa yang mengalami kesulitan dapat mengajukan pertanyaan agar dapat dijelaskan lagi oleh sang guru.

Di SMP N 2 Kajoran keberadaan tutor sebaya dimanfaatkan untuk membantu guru dalam meningkatkan nilai siswa. Karena dengan adanya tutor sebaya tersebut siswa tidak merasa takut untuk bertanya dengan siswa lainnya apabila siswa tersebut kurang memahami suatu materi pelajaran.

Kegiatan remidial yang dilakukan oleh guru adalah kegiatan berupa pengulangan materi pelajaran bahasa Jawa. Setelah pelaksanaan pengulangan materi kemudian guru akan memberikan soal untuk mengevaluasi apakah pengulangan materi tersebut sudah berhasil atau belum. Karena apabila siswa tersebut belum menguasai materi yang ada, hal itu dapat mengganggu proses belajar mengajar karena siswa yang sudah menguasai materi pelajaran tidak dapat meneruskan materi pelajaran.

(19)

belajar mengajar karena kurangnya motivasi dari orang tua siswa yang hanya berprofesi sebagai petani.

Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran mengalami hambatan. Hambatan tersebut adalah kurangnya antusias siswa dalam mengikuti proses belajar mengajar karena kurangnya motivasi dari orang tua siswa yang hanya berprofesi sebagai petani. Bagi mereka berbicara sebagai sarana komunikasi. Yang penting yang diajak bicara mengerti maksud dan makna si pembicara itu sudah cukup. Kalau diperlukan berbicara dihapan orang banyak , nanti sudah ada yang ahli berbicara. Hambatan selanjutnya adalah, penggunaan dialek local yang masih kental, Banyak istilah-istilah yang berbeda makna dengan daerah lain.

Untuk mengatasi hambatan tersebut para guru biasanya melakukan pendekatan kepada para siswa. Pendekatan tersebut bertujuan untuk memberiakn motivasi kepada para siswa agar lebih giat lagi belajar. Serta untuk mengetahui permasalahan lain yang mungkin menjadi hambatan siswa dalam memahami pelajaran bahasa Jawa. Observasi dilapangan menunjukkan bahwa guru bahasa Jawa di SMP N 2 Kajoran melakukan kegiatan home visit untuk bertanya kepada siswa tentang permasalahan yang mereka hadapi dalam pelajaran bahasa Jawa.

PENUTUP

(20)

yang kompeten dibidangnya. Sekolah juga menerapkan hari bahasa jawa pada hari Jumat dimana semua aktivitasnya menggunakan bahasa jawa. (2) Dalam pembelajaran bahasa jawa di awali dengan pembuatan RPP dan silabus. Dalam pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir. Untuk kegiatan awal guru melakukan apersepsi dengan mengulang materi yang telah diajarkan sebelumnya. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Jawa dengan memasukkan budaya lokal sebagai salah satu materinya. Penggunaan bahasa Jawa pada hari Jumat untuk semua anggota sekolah. Setelah kegiatan inti selesai dilaksanakan, guru menutup proses KBM melakukan kegiatan evaluasi untuk materi yang telah diajarkan. (3) Evaluasi dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memahami materi yang telah diajarkan oleh guru. Bentuk evaluasi yang dilakukan disekolah biasanya terdiri dari 3 kegiatan yaitu evaluasi secara tertulis, lisan dan evaluasi yang berbetuk tugas-tugas. Evaluasi dalam bentuk tertulis dilakukan dalam bentuk ulangan harian, kompetensi dasar, ujian tengah semester (mid semester), dan ujian akhir semester. Kegiatan tindak lanjut yang dilakukan berupa remidi dan pengayaan. Keberadaan tutor sebaya dimanfaatkan untuk membantu guru dalam meningkatkan nilai siswa. Pelaksanaan pembelajaran bahasa Jawa mengalami hambatan karena kurangnya antusias siswa dalam mengikuti KBM dan untuk mengatasinya pihak sekolah melakukan home visit.

(21)

menerus terhadap para guru dalam pengelolaan pembelajaran melalui supervisi pembelajaran.

Penyelesaian tesis ini tidak lepas dari dukungan dan bantuan banyak pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih kepada (1) kepala sekolah SMP N 2 Kajoran yang telah memberikan ijin penelitian, (2) Rekan-rekan guru di SMP N 2 Kajoran yang telah mendukung penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Algozzine, Gretes dan Queen. 2007. “Beginning Teachers' Perceptions of Their Induction Program Experiences”.

Charles Nelson. 2011.“The Complexity Of Language Learning”.

Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, 2009, Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas, Jakarta.

Dinas P dan K. 2006. MGMP Bahasa Jawa. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Bahasa Jawa. Semarang: Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Garna, Judistira K. 2008. Budaya Sunda: Melintasi Waktu Menantang Masa Depan. Bandung: Lemlit Unpad.

Mantja. 2007. Etnografi; Desain Penelitian Kualitatif Guruan dan Manajemen Guruan. Malang: Elang Mas

Miles, Mattew dan Huberman, Michael. 2004. Analisis Data Kualitatif. Jakarta:Universitas Indonesia.

Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010, Pengembangan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa. Balitbang : Kemendiknas.

Rischer. 2008. “Management Strategies Help to Promote Student Achievement

Spradley. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana.

(22)

Supriyanto, Teguh. 2009. Sastra Jawa Di Sekolah, Hidup Segan Mati Tak Mau

.http://rizalihadi.wordpress.com/2009/04/06/sastra-jawa-di-sekolah-hidup-segan-mati-tak-mau/

Uno, Hamzah. 2008. Perencaan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Ussher. 2005. “Interactions, Student Enthusiasm And Perceived Learning In An Online Teacher Education Degree”

Vivien Rolfe, Marcos Alcocer dkk. 2009.“Academic staff attitudes towards electronic learning in Arts and Sciences”

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh Perputaran Persediaan Barang jadi terhadap Profitabilitas pada PT.Fajar Surya WisesaTBK. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil penelitian menggambarkan bahwa: (1) keterlibatan informasi yang dicari dan digunakan terkait pekerjaan orang miskin di pedesaan, umumnya melekat dan mewujud dalam bentuk

Untuk memperoleh objektivitas dalam penilaian prestasi kerja digunakan parameter penilaian berupa hasil kerja yang nyata dan terukur yang merupakan penjabaran dari

Undur-undur laut dari famili Hippidae di pantai Bengkulu memiliki jumlah telur meningkat seiiring dengan meningkatnya panjang karapaks, hal ini telah menjadi

Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan (Lembaran Negara Tahun 2OIO Nomor 23, Tambahan Lembaran Negara.. Nomor 5105)

Distribusi Reviewer dan Jadwal Kunjungan Monevin PHK Akhir Tahun 2015    NEW Daftar Nomor Ponsel Auditor Monevin PHK 2015. Daftar Nomor Ponsel

Pada siklus II ini peneliti dan kolaborator merencanakan untuk melakukan tindakan 2 kali pertemuan, jika 2 kali sudah memenuhi target maksimal pencapaian maka dianggap tindakan sudah

Hasil perhitungan pembesian balok dan kolom dengan kombinasi pembebanan yang telah ditetapkan dapat dilihat pada Gambar 33.Tampak bahwa tak satupun elemen balok atau