• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SPASIAL KONDISI HIGIENE SANITASI MAKANAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA ipi200978

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS SPASIAL KONDISI HIGIENE SANITASI MAKANAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE PADA BALITA ipi200978"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS SPASIAL KONDISI HIGIENE SANITASI

MAKANAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT DIARE PADA

BALITA

DI KAMPUNG LIO KECAMATAN PANCORAN MAS

KOTA DEPOK TAHUN 2011

Muhammad Agus Ainur, Avin Mutia Kamala, Gisantia Bestari, Eka Puspita Sari

Fakultas Kesehatan Masyarakat, Kampus Universitas Indonesia

Depok Jawa Barat 16414

ABSTRACT

Risk factors for hygiene and food sanitation alleged effect on the incidence of diarrhea in young children in Kampung Lio, District Pancoran Mas, Depok. The purpose of this study was to determine an overview of food hygiene and sanitation conditions in patients with diarrhea in District Pancoran Mas, Depok. The design is a case-control study, with a sample of 21 cases and 21 controls, taken with quota sampling techniques. Groups of cases are people who register on the health center Pancoran Mas and recorded as diarrhea patients within 6 months (May till October 2011) and the control group is the family who lived at home with a case or a neighbor who lives close to the case. Fetching data hygiene and sanitary conditions of food is done by interview and questionnaire filling. The population of this study is the population residing in the working area Pancoran Mas Health Center. In this study note that all the respondents in the residence there are many animals, especially insects. Conduct process food, drinking water, and neighborhood residents are risk factors for the incidence of diarrhea. To reduce cases, local health workers are advised to conduct outreach to the community in the form of education about hygiene and sanitation, good food to reduce the risk of water-borne diseases

Keywords: diarrhea, children, food sanitation, case-control, risk factors

1.

PENDAHULUAN

(2)

kematian 239 orang (CFR 2,94%). Tahun 2009 terjadi KLB di 24 Kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, dengan kematian 100 orang (CFR 1,74%), sedangkan tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah pen-derita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 %). (Kemenkes RI, 2011)

Salah satu faktor yang diduga menyebabkan diare pada balita adalah higiene makanan dan minuman. Higiene sanitasi makanan dan minuman ada-lah upaya untuk mengendalikan faktor tempat, peralatan, orang dan makanan yang dapat atau mungkin dapat menimbulkan gangguan kesehatan dan kera-cunan makanan. Kualitas hygiene dan sanitasi dipengaruhi oleh dua faktor utama, yaitu faktor penjamah makanan dan faktor lingkungan dimana maka-nan tersebut diolah, termasuk fasilitas pengolahan makamaka-nan yang tersedia. Dalam hal ini, kedua faktor tersebut berperan sangat penting dalam sanitasi makanan. (Depkes RI, 2004)

Berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kota Depok, angka keja-dian diare masih tinggi yaitu 11,20 per 1000 penduduk pada tahun 2007 dan meningkat pesat pada tahun 2008 menjadi 22,44 per 1000 penduduk. Sedangkan di Kecamatan Pancoran Mas, Kampung Lio Kota Depok, ditemu-kan banyak kasus diare pada balita. Data dari Pengendalian Penyakit dan Pe-nyehatan Lingkungan Dinas Kesehatan Kota Depok, mengatakan, sepanjang Januari sampai Mei 2010 penderita diare mencapai 6.989 yang kebanyakan berusia satu sampai lima tahun. Di Kecamatan Pancoran Mas penderita men-capai 484 orang. (Dinkes Depok,2011).

2.

TUJUAN

Saat ini belum diketahui dengan jelas mengenai gambaran higiene dan sanitasi makanan pada penderita diare di Kecamatan Pancoran Mas, Kampung Lio, Kota Depok. Oleh karena itu, maka perlu dilakukan penelitian dengan tujuan untuk mengetahui gambaran kondisi higiene dan sanitasi makanan, khususnya pada variabel cara membersihkan bahan makanan, tempat penyimpanan bahan makanan, sumber air minum, dan keberadaan hewan atau serangga di tempat masak pada penderita diare di Kecamatan Pancoran Mas, Kampung Lio, Kota Depok.

3.

METODE PENELITIAN

(3)

laki-laki dan perempuan yang tinggal di kampung Lio dengan kriteria inklusi untuk kelompok kasus berupa data penduduk yang melakukan registrasi di Puskesmas Pancoran Mas dan tercatat sebagai pasien diare dalam kurun wak-tu 6 bulan terakhir (Mei s.d. Oktober 2011), sedangkan unwak-tuk kelompok kontrol yaitu penduduk yang tinggal satu rumah atau berdekatan rumah den-gan kasus. Unit analisis dalam penelitian ini adalah balita yang bertempat tinggal di kampung Lio, Kecamatan Pancoran Mas.

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara non random (non proba-bility) sampling teknik quota sampling. Teknik ini dilakukan dengan mene-tapkan jumlah anggota sampel secara quotum atau jatah. Pada penelitian ini jumlah quotum sampel yang digunakan adalah 21 kasus dan 21 kontrol.

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data sekunder dan data primer. Pengumpulan data sekunder didapat dari registrasi pasien diare Puskesmas Pancoran Mas, yang selanjutnya digunakan sebagai data kasus. Sedangkan data kontrol adalah data primer yang dicari setelah alamat kasus berhasil ditemukan. Data higiene makanan adalah data primer yang didapat dengan cara wawancara untuk menjawab kuesioner. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum melakukan pengumpulan data primer antara lain: 1)survei pendahuluan;2)Penyusunan Kuesioner; 3)Pelatihan enumerator; 4) Perlengkapan observasi lapangan dan wawancara berupa kuesioner, alat tulis, dan GPS; dan 5)Perizinan kepada Ketua RW dan RT setempat.

Setelah semua data terkumpul dilakukan pengolahan data dengan melakukan editing, koding, entri data dan pembersihan data atau klining. Data dianalisis menggunakan program SPSS versi 13. Dilakukan analisis univariat dan disajikan dalam bentuk tabel, diagram dan peta.

(4)

Lainnya - - 1 6 Sumber Air Minum

Air Isi Ulang 14 67 15 71

Air isi ulang dan Air Matang 2 9 2 9

Air Matang 4 19 3 14

Lainnya 1 5 1 5

Keberadaan Serangga

Tidak Ada 9 43 9 43

Ada 11 52 11 52

Tidak Menjawab 1 5 - -

Ada serangga hinggap di makanan - - 1 5

Tabel 1 Distribusi Variabel Higiene dan Sanitasi Makanan Kecamatan Pancoran Mas Depok

1)

Cara Membersihkan Bahan Makanan

Proporsi cara membersihkan bahan makanan yang dilakukan kelom-pok kasus dan kontrol hampir memiliki kesamaan di mana proporsi terbesar cara membersihkan bahan makanan untuk kelompok kasus (52%) dan kelom-pok kontrol (47%) yaitu menggunakan air mengalir.

2)

Aliran Air Saat Mencuci Bahan Makanan

Dilihat dari jenis aliran air yang digunakan, distribusi frekuensi terbe-sar untuk kelompok kasus adalah menggunakan kran (52%). Sedangkan untuk kelompok kontrol memiliki kesamaan menggunakan kran (57%).

3)

Tempat Penyimpanan Bahan Makanan

Distribusi frekuensi untuk tempat penyimpanan bahan makanan yang dilakukan kelompok kasus (53%) dan kelompok kontrol (47%) juga hampir memiliki kesamaan yaitu menggunakan kulkas. Meskipun dari kelompok kon-trol ada beberapa yang tidak menjawab (42%).

4)

Keberadaan Serangga pada Penyajian Makanan

Pada penelitian ini didapatkan hasil distribusi frekuensi terbesar yang sama antara kelompok kasus dan kelompok kontrol terkait keberadaan se-rangga pada rumah responden (52%).

5)

Sumber Air Minum

(5)

6)

Cara Membersihkan Bahan Makanan

Berdasarkan tabel hasil (tabel 1) diatas, dapat diketahui distribusi cara membersihkan bahan makanan pada kelompok kasus dan kontrol di Kecama-tan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011. Pada kelompok kasus, responden yang tidak menjawab pertanyaan terdapat di RT 1 RW 19, sementara di ke-lompok kontrol tidak ada. Kemudian responden yang membersihkan bahan makanan menggunakan air mengalir pada kelompok kasus tersebar di RT 1, 3, 6, dan 7 RW 19; RT 2, 5, dan 6 RW 13; dan di RT 2, 4, dan 5 RW 14. Se-mentara pada kelompok kontrol tersebar di RT 1, 3, 6 dan 7 RW 19; RT 2, 5 dan 6 RW 19; dan di RT 2 dan 5 RW 14. Kemudian responden yang member-sihkan bahan makanan menggunakan air yang tidak mengalir pada kelompok kasus tersebar di RT 2, 3, dan 7 RW 19; RT 6 RW 13; dan di RT2 RW 14 dengan mayoritas terdapat di RT 3 RW 19. Sementara pada kelompok kontrol tersebar di RT 2, dan 3 RW 19; RT 6 RW 13; dan di RT 2 RW 14 dengan mayoritas terdapat di RT 3 RW 19. Kemudian responden yang menggunakan sabun cuci untuk membersihkan bahan makanan hanya terdapat pada kelom-pok kontrol yaitu di RT 4 RW 14. Lalu, responden yang tidak mencuci bahan makanan hanya terdapat pada kelompok kontrol yaitu di RT 1 RW 19. Pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol persebaran

7)

Aliran Air Saat Mencuci Bahan Makanan

Berdasarkan tabel 1, dapat diketahui distribusi aliran air untuk mem-bersihkan bahan makanan pada kelompok kasus dan kontrol di Kecamatan Pancoran Mas, Depok. Pada kelompok kasus, responden yang mencuci bahan makanan melalui kran tersebar di RT 3, 6 dan 7 RW 19, RT 2, 6 RW 13, dan RT 4 , 5 RW 14 sedangkan responden yang mencuci bahan makanan me-lalui penampungan air tersebar di RT 2, 3, dan 7 RW 19 dan RT 5 RW 14 dan responden yang mencuci bahan makanan di tempat selain kran dan pe-nampungan air tersebar di RT 1, 5. Pada kelompok kontrol, mencuci bahan makanan melalui kran tersebar di RT 1,3,6,7 RW 19, RT 2,6 RW 13, dan RT 2,4,5 RW 14, responden yang mencuci bahan makanan melalui penampungan air tersebar di RT 2,3 RW 19 dan RT 2 RW 14 dengan mayoritas responden terdapat di RT 3 RW 19, dan responden yang menggunakan alat lain dalam mencuci bahan makanan tersebar di RT 1 RW19 dan RT 5 RW 13. Pada ke-lompok kasus maupun keke-lompok kotrol persebaran jumlah responden yang menggunakan ali air kran untuk membersihkan bahan makanan hampir sama. Berdasarkan tinjauan pustaka, kondisi yang dapat mencegah terjadinya diare adalah pencucian bahan makanan dengan menggunakan air mengalir (kran). Oleh karena itu, dapat terlihat berdasarkan peta bahwa tidak terdapat perbe-daan perilaku pembersihan bahan makanan menggunakan aliran air yang mengalir. Tidak adanya perbedaan perilaku responden pada kelompok kasus dan kontrol mungkin karena responden pada kelompok kasus dan kontrol tinggal pada rumah yang sama sehingga pengolah makanannya adalah orang yang sama.

(6)

8)

Tempat Penyimpanan Bahan Makanan

Berdasarkan peta (gambar 1 dan 2), dapat diketahui distribusi tempat penyimpanan bahan makanan pada kelompok kasus dan kontrol di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011. Pada kelompok kasus, responden yang tidak menjawab pertanyaan terdapat di RT 1,2 dan 3 RW 19; dan RT 5 RW 14, sementara pada kelompok kontrol terdapat di RT 1, 2, 3 dan 7 RW 19; RT 2 dan 5 RW 14. Kemudian responden yang menyimpan bahan makana didalam kulkas pada kelompok kasus tersebar di RT 1, 3, 6, dan 7 RW 19; RT 2, 5 dan 6 RW 13; dan di RT 4 RW 13. Sementara pada kelompok kontrol tersebar di RT 1, 3, 6 dan 7 RW 19; RT 5 dan 6 RW 13; dan di RT 2 dan 4 RW 14. Kemudian responden yang menyimpan bahan makanan di lemari da-pur pada kelompok kasus terdapat di RT 3 RW 19 dan RT 2 RW 14. Sementa-ra pada kelompok kontrol hanya terdapat di RT 3 RW 19. Lalu, responden yang menyimpan bahan makanan di tempat selain kulkas dan lemari dapur hanya terdapat pada kelompok kontrol yaitu di RT 2 RW 13. Pada kelompok kasus maupun kelompok kontrol persebaran jumlah responden yang menyim-pan bahan makanan di kulkas hampir sama, namun ada kelompok kasus jum-lah responden yang menimpan bahan makanan di lemari dapur lebih banyak dari pada kelompok kontrol. Berdasarkan tinjauan pustaka, bahan makanan seharusnya disimpan di kulkas agar bakteri pada bahan makanan tidak ber-kembangbiak dan menyebabkan diare pada konsumen. Oleh karena itu, dapat terlihat berdasarkan peta bahwa tidak terdapat perbedaan perilaku penyimpa-nan bahan makapenyimpa-nan pada kelompok kasus ataupun kelompok kontrol.

Gambar 1 Distribusi Keberadaan Hewan atau Serangga di Tempat Memasak atau Penyajian Makanan pada Kelompok Kasus

(7)

Gambar 2 Distribusi Keberadaan Hewan atau serangga di Tempat Memasak atau Penyajian Makanan pada Kelompok Kontrol

(8)

9)

Sumber Air Minum

Berdasarkan peta diatas, dapat diketahui distribusi sumber air minum pada kelompok kasus dan kontrol di Kecamatan Pancoran Mas Kota Depok tahun 2011. Pada kelompok kasus, responden yang minum dari air isi ulang tersebar di RT 3 RW 19; RT 2 RW 13; dan di RT 4 dan 5 RW 14 dengan mayoritas terdapat di RT 3 RW 19. Sementara pada kelompok kontrol terse-bar di RT 1 dan 3 RW 19; RT 2 RW 13; dan di RT 4 dan 5 RW 14 dengan mayoritas juga terdapat di RT 3 RW 19. Kemdian responden yang minum dari air isi ulang dan air matang (dimasak sendiri) tersebar di RT 1 RW 19 saja. Sementara pada kelompok kontrol juga hanya terdapat di RT 1 RW 19. Ke-mudian responden yang minum dari air galon saja pada kelompok kasus ter-sebar di RT 1, 2, 6 dan 7 RW 19; dan di RT 6 RW 13. Sementara pada kelom-pok kontrol tersebar di RT 1, 2, 6, dan 7 RW 19; RT 6 RW 13; dan RT2 RW 14. Selanjutnya, responden yang minum dari air matang (masak sendiri) pada kelompok kasus tersebar di RT 5 dan 6 RW 13; dan di RT 2 RW 14. Sementa-ra pada kelompok kontrol terdapat di RT 5 dan 6 RW 19; dan di RT 2 RW 14. Kemudian, responden yang minum air selain air isi ulang, air galon, dan air matang pada kelompok kasus hanya terdapat di RT 7 RW 19. Sementara pada kelompok kontrol juga terdapat di RT 7 RW 19. Pada kelompok kasus mau-pun kelompok kontrol persebaran jumlah responden yang menggunakan sumber air minum dari isi ulang, air matang dan air galon hampir sama. Oleh karena itu, dapat terlihat berdasarkan peta bahwa tidak terdapat perbedaan sumber air minum pada kelompok kasus ataupun kelompok kontrol. Tidak adanya perbedaan perilaku responden padakelompok kasus dan kontrol mungkin karena responden pada kelompok kasus dan kontrol tinggal pada rumah yang sama sehingga pengolah makanannya adalah orang yang sama.

Pada penelitian ini, sebagian besar hasil analisis variabel menunjukan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kondisi sanitasi makanan dan sumber air minum antara kelompok kasus dan kelompok kontrol. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh adanya bias seleksi pada pemilihan sampel kontrol. Sampel kontrol sebagian besar adalah anggota keluarga responden kasus sehingga kondisi sanitasi dan higiene makanannya sama.

5.

KESIMPULAN

(9)

terutama serangga. Perilaku mengolah makanan, sumber air minum, dan lingkungan tempat tinggal responden merupakan faktor risiko kejadian diare.

DAFTAR PUSTAKA

1. Adam, Hs. 1947. Milk and Food Sanitation Practice ; Newyork: The Commonwealth Fund.

2. Anonim. Pengertian Diare [ Diakses tanggal 5 Januari 2012]. www.anneahira.com

3. Anwar, dkk., 1988. Sanitasi Makanan dan Minuman pada Instalasi Tena-ga Sanitasi, Jakarta.

4. Anwar, H [et.al]. 1989.Sanitasi Makanan dan Minuman pada Institusi Pendidikan Tenaga Sanitasi : Proyek Pengembangan Tenaga Sanitasi Pu-sat. Jakarta : Pusdinakes Depkes RI.

7. Depkes RI. 2004. Hygiene Sanitasi Makanan dan Minuman. Jakarta: Dit-jen PPM dan PL.

8. ---, 2003. Kepmenkes RI No. 1098/Menkes/SK/VII/2003 tentang Persyaratan Hygiene Sanitasi Rumah Makan dan Restoran. Jakarta: Depkes RI.

9. ---, 2003. Kepmenkes RI No. 942/Menkes/SK/VII/2003 tentang Pedoman Persyaratan Makanan Jajanan. Jakarta: Depkes RI.

10. ---, 2005, www.depkes.go.id. Tata Laksana Diare.

11. ---, 2000, www.depkes.go.id. Pedoman Penatalaksanaan Diare 12. Dinkes Depok. 2011. Profil Dinas Kesehatan Kota Depok. Depok. 13. Djarismawati, dkk. Artikel Pengetahuan dan Perilaku Penjamah tentang

Sanitasi Pengolahan MakanantPada Instansi Gizi RS Jakarta.

14. Kementerian Kesehatan RI. 2011. Situasi DIARE di Indonesia. Jakarta 15. Muhajirin. Hubungan antara Praktek Personal Hygiene Ibu Balita dan

Sarana Sanitasi Lingkungan Dengan Kejadian Diare pada Anak Balita di Kecamatan Maos Kabupaten Cilacap. [Tesis]. Semarang: Universitas Diponegoro ; 2007

16. Notoadmodjo, dan Soehidyo. 1991. Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: BPKM FKM-UI.

Sinthamurniwaty. 2006. Faktor-Faktor Risiko Kejadian Diare Akut Pada Bali-ta.

(10)

18. Takanashi, Kumiko, dkk. 2009. “Survey of Food-hygiene Practices at Home and Childhood Diarrhoea in Hanoi, Viet Nam.”[Diakses tanggal 8 Januari 2012]. www.ncbi.nlm.nih.gov

19. Unicomb, Leanne E. 2009. Food Safety: Pathogen Transmission Routes, Hygiene Practices and Prevention.”[ Diakses tanggal 8 Januari 2012]. www.ncbi.nlm.nih.gov

20. Wiku Adisasmito. 2007. Faktor Risiko Diare Pada Bayi dan Balita di Indonesia

21. WHO. 2009. WHO Fact Sheet of Diarrheal Disease.[ Diakses tanggal 7 Januari 2012].www.who.int

Gambar

Tabel 1 Distribusi Variabel Higiene dan Sanitasi Makanan Kecamatan Pancoran Mas Depok
Gambar 1 Distribusi Keberadaan Hewan atau Serangga di Tempat Memasak atau Penyajian Makanan pada Kelompok Kasus
Gambar 2 Distribusi Keberadaan Hewan atau serangga di Tempat Memasak  atau Penyajian Makanan pada Kelompok Kontrol

Referensi

Dokumen terkait

Syarikat 54 ★ Nanyang Technological University Singapura 55 ► University of Manchester Britain 56 University of North Carolina at Chapel Hill A. Syarikat 57

Populasi satwaliar pada kondisi lingkungan yang tidak terganggu akan mampu menjaga keseimbangannya melalui proses kematian dan kelahiran yang terjadi secara alami

Dalam sistem kromatografi anular, umpan dan elusi menetes bersama-sama sehingga dengan elusi 3-4M H 2 SO 4 maka anion Zr(SO 4 ) 3 -2 yang sudah teradsorpsi di resin akan

Amal saleh yang akan berbuah menjadi ibadah dan dapat diterima- Nya adalah amal yang diniatkan secara benar (semata-mata mengharap rida Allah Swt.), dipikirkan/direncanakan

Pada bulan Desember 2016, indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,30 persen dibanding bulan November 2016 yaitu dari 127,85 menjadi 128,23, kenaikan indeks ini

Metode LSB ini hanya melindungi media host- nya ( original image ) saja dengan cara menyisipkan data pada citra media tersebut, tetapi masih lemah terhadap serangan low

 Ceiling ekspos pipa AC Cassette LG LTC-186ELE Ex.. Berdasarkan pada keterangan diatas gambar ceiling Studio alternatif 1 mampu menghasilkan bentuk yang unik sesuai

Dengan kata lain, tujuan utama dari dibangunnya aplikasi e-Government bertipe G-to-C adalah untuk mendekatkan pemerintah dengan rakyatnya melalui kanal-kanal akses yang