• Tidak ada hasil yang ditemukan

NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "NILAI TUKAR PETANI JAWA TIMUR BULAN DESEMBER 2016"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 03/01/35/Th.XV, 3 Januari 2017 1

BPS PROVINSI JAWA TIMUR

No.03/01/35/Th.XV. 3 Januari 2017

NILAI

TUKAR

PETANI

JAWA

TIMUR

BULAN

DESEMBER

2016

1. Nilai Tukar Petani Jawa Timur

Salah satu indikator untuk mengukur tingkat kesejahteraan petani di daerah perdesaan adalah indikator Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai Tukar Petani Jawa Timur pada bulan Desember 2016 naik 0,16 persen dibandingkan dengan bulan November 2016 dari 103,79 menjadi 103,95. Hal ini disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dari pada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib). Indeks harga yang diterima petani (It) mengalami kenaikan sebesar 0,46 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani (Ib) naik sebesar 0,30 persen. Jika dibandingkan dengan bulan Desember 2015, perkembangan NTP Bulan Desember 2016 (year-on-year) sekaligus (tahun kalender Desember 2016) mengalami penurunan sebesar 2,05 persen.

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Desember 2016 naik 0,16 persen.

 Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur bulan Desember 2016 naik 0,16 persen dari 103,79 menjadi 103,95. Kenaikan NTP ini disebabkan karena kenaikan indeks harga yang diterima petani (It) lebih tinggi dari pada kenaikan indeks harga yang dibayar petani (Ib).

 Pada bulan Desember 2016, tiga sub sektor pertanian mengalami kenaikan NTP sedangkan dua subsektor lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi pada sub sektor Hortikultura 0,79 persen dari 102,28 menjadi 103,09 diikuti sub sektor Perikanan sebesar 0,72 persen dari 106,31 menjadi 107,07, dan sub sektor Peternakan sebesar 0,37 persen dari 109,48 menjadi 109,89. Sedangkan sub sektor Tanaman Pangan turun sebesar 0,28 persen dari 101,43 menjadi 101,15 dan sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 0,21 persen dari 99,73 menjadi 99,52.

 Indeks harga yang diterima petani naik 0,46 persen dibanding bulan November 2016 yaitu dari 132,69 menjadi 133,30. Kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani pada semua sub sektor pertanian. Kenaikan terbesar pada sub sektor Hortikultura sebesar 1,14 persen, diikuti sub sektor Perikanan sebesar 0,99 persen, sub sektor Peternakan sebesar 0,64 persen, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,08 persen, dan sub sektor Tanaman Pangan sebesar 0,03 persen.

 Sepuluh komoditas utama yang menyebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani bulan Desember 2016 adalah terung panjang, buncis, petsai/sawi, wortel, ikan cakalang, apel, kacang panjang, kol/kubis, kangkung, dan bayam. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat kenaikan indeks harga yang diterima petani adalah cabai merah, ikan kuwe/bebara, kakao, bawang merah, ikan kurisi/kerisi, ikan beloso, ikan swanggi, bawang daun, kentang, dan nilam.

 Indeks harga yang dibayar petani mengalami kenaikan sebesar 0,30 persen dari 127,85 pada bulan November 2016 menjadi 128,23 pada bulan Desember 2016. Kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) sebesar 0,36 persen dan naiknya indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM) sebesar 0,17 persen.

 Sepuluh komoditas utama yang mendorong kenaikan indeks harga yang dibayar petani adalah bekatul, telur ayam ras, solar, cabai rawit, pelet, jeruk, bawang putih, kacang panjang, ikan selar, dan bayam. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat kenaikan indeks harga yang dibayar petani bulan Desember 2016 adalah bawang merah, cabai merah, bibit ayam ras pedaging, jagung pipilan, pisang, mangga, konsentrat, benih bandeng/nener, benih gurame, dan benih lele.

 Dari lima Provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP pada bulan Desember 2016, tiga Provinsi mengalami kenaikan NTP dan dua subsektor lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat sebesar 0,50 persen, diikuti Provinsi Banten sebesar 0,18 persen, dan Provinsi Jawa Timur sebesar 0,16 persen. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta turun sebesar 0,80 persen, dan Provinsi Jawa Tengah turun sebesar 0,20 persen.

(2)

sebelumnya, tiga sub sektor pertanian mengalami kenaikan NTP sedangkan dua subsektor lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi pada sub sektor Hortikultura 0,79 persen dari 102,28 menjadi 103,09 diikuti sub sektor Perikanan sebesar 0,72 persen dari 106,31 menjadi 107,07, dan sub sektor Peternakan sebesar 0,37 persen dari 109,48 menjadi 109,89. Sedangkan sub sektor Tanaman Pangan turun sebesar 0,28 persen dari 101,43 menjadi 101,15 dan sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat turun sebesar 0,21 persen dari 99,73 menjadi 99,52.

Tabel 1.

Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur Bulan Desember Tahun 2016 (2012=100)

Subsektor

Bulan Persentase

Des’15 Nov’16 Des’16 Des’16 thd Des’15 Nov16 thd Des’16

(1) (2) (3) (4) (5) (6)

1. Tanaman Pangan

a. Indeks yang Diterima (It) 132,40 133,63 133,67 0,96 0,03

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 125,78 131,75 132,16 5,07 0,31

c. Nilai Tukar Petani (NTP-P) 105,26 101,43 101,15 -3,91 -0,28

2. Hortikultura

a. Indeks yang Diterima (It) 128,65 131,67 133,17 3,52 1,14

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,80 128,74 129,18 4,35 0,34

c. Nilai Tukar Petani (NTP-H) 103,92 102,28 103,09 -0,80 0,79

3. Tanaman Perkebunan Rakyat

a. Indeks yang Diterima (It) 124,50 128,24 128,35 3,09 0,08

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 123,54 128,58 128,97 4,40 0,30

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pr) 100,78 99,73 99,52 -1,25 -0,21

4. Peternakan

a. Indeks yang Diterima (It) 132,41 134,05 134,91 1,89 0,64

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 118,91 122,44 122,77 3,24 0,26

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pt) 111,35 109,48 109,89 -1,30 0,37

5. Perikanan

a. Indeks yang Diterima (It) 133,32 138,95 140,34 5,26 0,99

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 126,81 130,71 131,07 3,36 0,28

c. Nilai Tukar Petani (NTP-Pi) 105,14 106,31 107,07 1,84 0,72

Gabungan/Jawa Timur

a. Indeks yang Diterima (It) 130,53 132,69 133,30 2,13 0,46

b. Indeks yang Dibayar (Ib) 122,99 127,85 128,23 4,26 0,30

c. Nilai Tukar Petani (NTP-JT) 106,13 103,79 103,95 -2,05 0,16

Perkembangan NTP masing-masing sub sektor bulan Desember 2016 terhadap bulan Desember 2015 ( year-on-year), empat sub sektor mengalami penurunan NTP dan sisanya mengalami kenaikan. Penurunan NTP terbesar pada sub sektor Tanaman Pangan sebesar 3,91 persen, diikuti sub sektor Peternakan sebesar 1,30 persen, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 1,25 persen, dan sub sektor Hortikultura sebesar 0,80 persen. Sementara sub sektor Perikanan mengalami kenaikan sebesar 1,84 persen.

2.

Indeks Harga yang Diterima Petani

Indeks harga yang diterima petani naik 0,46 persen dibanding bulan November 2016 yaitu dari 132,69 menjadi 133,30. Kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya indeks harga yang diterima petani pada semua sub sektor pertanian. Kenaikan terbesar pada sub sektor Hortikultura sebesar 1,14 persen, diikuti sub sektor Perikanan sebesar 0,99 persen, sub sektor Peternakan sebesar 0,64 persen, sub sektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,08 persen, dan sub sektor Tanaman Pangan sebesar 0,03 persen.

(3)

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 03/01/35/Th.XV, 3 Januari 2017 3

Grafik 1.

Perubahan Indeks Harga Diterima Petani (It) Jawa Timur Bulan November 2016 – Desember 2016 (2012 = 100)

0 1 2

Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Pertanian

0,03 1,14 0,08 0,64 0,99 0,46

Sepuluh komoditas utama yang menyebabkan penurunan indeks harga yang diterima petani bulan bulan Desember 2016 adalah terung panjang, buncis, petsai/sawi, wortel, ikan cakalang, apel, kacang panjang, kol/kubis, kangkung, dan bayam. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat kenaikan indeks harga yang diterima petani adalah cabai merah, ikan kuwe/bebara, kakao, bawang merah, ikan kurisi/kerisi, ikan beloso, ikan swanggi, bawang daun, kentang, dan nilam.

Tabel 2.

Sepuluh Komoditas Indeks Harga Diterima Petani (It) yang Mengalami Perubahan Harga Bulan November 2016 – Desember 2016 (2012 = 100)

Komoditas yang mengalami kenaikan harga Komoditas yang mengalami penurunan harga

No. Komoditas RH (%) Andil No. Komoditas RH (%) Andil

1 Terung panjang 15,37 0,0094 1 Cabai merah -12,73 -0,0402

2 Buncis 12,51 0,0104 2 Ikan kuwe/bebara -7,80 -0,0121

3 Petsai/sawi 11,14 0,0186 3 Kakao -7,49 -0,0355

4 Wortel 9,32 0,0404 4 Bawang merah -6,66 -0,0889

5 Ikan cakalang 8,04 0,0624 5 Ikan kurisi/kerisi -6,61 -0,0099

6 Apel 7,58 0,1297 6 Ikan beloso -6,09 -0,0038

7 Kacang panjang 7,52 0,0056 7 Ikan swanggi -5,27 -0,0214

8 Kol/kubis 7,48 0,0358 8 Bawang daun -4,75 -0,0115

9 Kangkung 7,38 0,0026 9 Kentang -4,37 -0,0082

10 Bayam 6,44 0,0007 10 Nilam -3,92 -0,0249

3.

Indeks Harga yang Dibayar Petani

Indeks harga yang dibayar petani terdiri dari 2 golongan yaitu golongan konsumsi rumah tangga dan golongan biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM). Golongan konsumsi rumah tangga dibagi menjadi kelompok makanan dan kelompok non makanan. Pada bulan Desember 2016, indeks harga yang dibayar petani naik sebesar 0,30 persen dibanding bulan November 2016 yaitu dari 127,85 menjadi 128,23, kenaikan indeks ini disebabkan oleh naiknya indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) sebesar 0,36 persen dan naiknya indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM) sebesar 0,17 persen.

Indeks harga konsumsi rumah tangga (inflasi pedesaan) bulan Desember 2016 naik sebesar 0,36 persen dari 134,45 pada bulan November 2016 menjadi 134,94 dan Indeks harga biaya produksi dan pembentukan barang modal (BPPBM) bulan Desember 2016 naik sebesar 0,17 persen dari 117,02 menjadi 117,22.

Grafik 2.

Perubahan Indeks Dibayar Petani (Ib) Jawa Timur Bulan November 2016 – Desember 2016 (2012 = 100)

0,31 0,34 0,30 0,26 0,28 0,30 0,35 0,39 0,38 0,35 0,27 0,36 0,19 0,22 0,05 0,17 0,28 0,17 0,0 0,5

Pangan Hortikultura Perkebunan Peternakan Perikanan Pertanian

(4)

ayam ras, solar, cabai rawit, pelet, jeruk, bawang putih, kacang panjang, ikan selar, dan bayam. Sedangkan sepuluh komoditas utama yang menghambat kenaikan indeks harga yang dibayar petani bulan Desember 2016 adalah bawang merah, cabai merah, bibit ayam ras pedaging, jagung pipilan, pisang, mangga, konsentrat (campuran beras dan jagung), benih bandeng/nener, benih gurame, dan benih lele.

Tabel 3.

Sepuluh Komoditas Indeks Harga Dibayar Petani (Ib) yang Mengalami Perubahan Harga Bulan November 2016 – Desember 2016 (2012 = 100)

Komoditas yang mengalami kenaikan harga Komoditas yang mengalami penurunan harga

No. Komoditas RH (%) Andil No. Komoditas RH (%) Andil

1 Bekatul 7,54 0,0249 1 Bawang merah -13,34 -0,0376

2 Telur ayam ras 8,11 0,0158 2 Cabai merah -10,19 -0,0111

3 Solar 0,64 0,0138 3 Bibit ayam ras pedaging -0,91 -0,0090

4 Cabai rawit 3,84 0,0096 4 Jagung pipilan -0,99 -0,0050

5 Pelet 0,78 0,0090 5 Pisang -2,66 -0,0033

6 Jeruk 4,40 0,0076 6 Mangga -2,69 -0,0026

7 Bawang putih 2,36 0,0073 7 Konsentrat -0,53 -0,0023

8 Kacang panjang 6,84 0,0069 8 Benih bandeng/nener -0,68 -0,0022

9 Ikan selar 9,67 0,0066 9 Benih gurami -0,50 -0,0020

10 Bayam 8,87 0,0066 10 Benih lele -0,53 -0,0020

4.

Perbandingan NTP Antar Provinsi di Pulau Jawa

Dari lima Provinsi di Pulau Jawa yang melakukan penghitungan NTP pada bulan Desember 2016, tiga Provinsi mengalami kenaikan NTP dan dua subsektor lainnya mengalami penurunan. Kenaikan NTP terbesar terjadi di Provinsi Jawa Barat sebesar 0,50 persen, diikuti Provinsi Banten sebesar 0,18 persen, dan Provinsi Jawa Timur sebesar 0,16 persen. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta turun sebesar 0,80 persen, dan Provinsi Jawa Tengah turun sebesar 0,20 persen.

Tabel 4.

Nilai Tukar Petani 5 Provinsi di Pulau Jawa Bulan November 2016 – Desember 2016 (2012 = 100)

No, Provinsi Bulan Perubahan

November 2016 Desember 2016 Nov 2016 – Des 2016

(1) (2) (3) (4) (5) 1 Jawa Barat 103.78 104,31 0,50 2 Jawa Tengah 99.55 99,35 -0,20 3 D.I. Yogyakarta 104.23 103,40 -0,80 4 Jawa Timur 103.79 103,95 0,16 5 Banten 100.30 100,49 0,18

Pada bulan Desember 2016, NTP Provinsi Jawa Tengah sebesar 99,35 merupakan yang terkecil dibanding provinsi lainnya di Pulau Jawa. Sementara NTP Provinsi Jawa Barat sebesar 104,31 merupakan yang terbesar.

5.

Rata-rata NTP Jawa Timur Tahun 2016

Rata-rata NTP Jawa Timur tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 0,20 persen dibanding tahun 2015 yaitu dari 104,84 menjadi 104,62. Penurunan tersebut disebabkan kenaikan indeks harga yang diterima petani (4,81 persen) lebih kecil dari kenaikan indeks harga yang dibayar petani (5,03 persen). Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata nilai tukar produk pertanian terhadap barang konsumsi rumah tangga petani dan biaya produksi tahun 2016, secara umum masih lebih rendah dibanding kondisi tahun 2015.

(5)

Berita Resmi Statistik Provinsi Jawa Timur No. 03/01/35/Th.XV, 3 Januari 2017 5

Grafik 3

Nilai Tukar Petani Jawa Timur Tahun 2015-2016 (2012=100)

Grafik 3. menunjukkan bahwa selama tahun 2016, NTP Jawa Timur secara umum lebih rendah dibanding dengan bulan yang sama tahun 2015, kecuali untuk bulan Januari lebih tinggi 0,63 persen, April sebesar 0,98 persen, Mei sebesar 1,74 persen, Juni sebesar 1,50 persen, dan Juli sebesar 0,66 persen. Jika dilihat besarnya perubahan di tahun 2016, kenaikan NTP tertinggi terjadi pada bulan September sebesar 1,01 persen karena indeks harga yang diterima petani pada bulan yang sama mengalami kenaikan sebesar 1,26 persen sedangkan indeks harga yang dibayar petani hanya naik sebesar 0,25 persen. Penurunan NTP terbesar terjadi pada bulan Maret sebesar 1,48 persen karena indeks yang diterima petani turun sebesar 0,68 persen sedangkan indeks yang dibayar petani naik 0,81 persen.

Gambar

Grafik  3.  menunjukkan  bahwa  selama  tahun  2016,  NTP  Jawa  Timur  secara  umum  lebih  rendah  dibanding  dengan bulan yang sama tahun 2015, kecuali untuk bulan Januari lebih tinggi 0,63 persen, April sebesar 0,98 persen,  Mei sebesar 1,74 persen,  J

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pemberian bantuan pembangunan rusunawa lembaga perguruan tinggi dan lembaga pendidikan berasrama telah diatur dalam Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 tentang Rumah

Terdapat dalam Undang – Undang No.39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia pada Pasal 54 menyatakan bahwa “ anak yang menderita disabilitas mempunyai hak untuk

Hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan modul pembelajaran matematika berbasis learning cycle 7E dengan pendekatan saintifik diperoleh persentase

Penelitian ini merupakan penelitian pustaka ( Library Research) dengan pendekatan historis, dengan sumber data primer adalah buku Saleh Ritual Saleh Sosial

Indikator kinerja Renstra STIKES ‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari tujuh bidang yaitu : Keunggulan dalam riset yang diakui masyarakat akademis internasional melalui

Hasil tersebut menunjukan bahwa p>0,05 yang artinya tidak ada hubungan antara frekuensi konsumsi zat goitrogenik dengan status yodium urin ibu hamil di wilayah

Menemukenali isu-isu pokok dan permasalahan-permasalahan kunci yang dapat memberikan pengaruh dan efek yang bersifat penting dan strategis dalam pengelolaan DAS Citarum..

Pada penelitian ini dipilih reaksi katalisis heterogen, yaitu menggunakan katalis padatan superbasa dengan penyangga alumina untuk reaksi isomerisasi eugenol dan dilanjutkan