• Tidak ada hasil yang ditemukan

Terapi "growth mindset (Carol S. Dweck, Ph.D.)" untuk meningkatkan keterampilan adaptasi diri pada seorang mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Terapi "growth mindset (Carol S. Dweck, Ph.D.)" untuk meningkatkan keterampilan adaptasi diri pada seorang mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)."

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

TERAPI GROWTH MINDSET (CAROL S. DWECK, PH.D.)” UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN ADAPTASI DIRI PADA SEORANG MAHASISWA MALAYSIA DI UNIVERSITAS ISLAM

NEGERI SUNAN AMPEL (UINSA)

SKRIPSI

Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar

Sarjana Sosial Islam (S.Sos)

Oleh:

Nurin Sabiha Binti Ahmad Shah NIM: B43213042

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Nurin Sabiha Binti Ahmad Shah (B43213042) Terapi “Growth Mindset (Carol S.

Dweck, PH.D.)” untuk Meningkatkan Keterampilan Adaptasi Diri seorang mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)”

Fokus penelitian ini adalah (1) Bagaimana proses terapi Growth Mindset (Carol

S. Dweck, PH.D.)”untuk meningkatkan keterampilan adaptasi diri seorang mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)? (2)

Bagaimana hasil proses terapi Growth Mindset (Carol S. Dweck, PH.D.) untuk

meningkatkan keterampilan adaptasi diri seorang mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)?

Dalam menjawab permasalahan tersebut, maka konselor menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Dalam pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi, setelah data terkumpul analisa dilakukan untuk mengetahui proses serta hasil, serta membandingkan terapi antara teori dan lapangan serta membandingkan kondisi sebelum dan sesudah mendapatkan terapi dalam menganalisa.

Dalam penelitian ini di simpulkan bahwa : (1) proses terapi Growth Mindset

(Carol S. Dweck, PH.D.) untuk Meningkatkan Keterampilan Diri Seorang Mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA). Penelitian ini

mengunakan terapi Growth Mindset serta langkah-langkah dan juga sesi-sesi dalam

terapi Growth Mindset tersebut, diawali dengan menyiapkan konseli untuk diterapi

sama ada kesiapan fisik dan psikis pada tahap langkah-langkah. Manakala, sesi-sesi

digunakan pada konseli bagi mendeteksi Fixed Mindset yang dialami konseli dan

merubahnya dengan terapi Growth Mindset yang membantu klien untuk bisa

(7)
(8)

DAFTAR ISI

JUDUL PENELITIAN... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iii

MOTTO………...…….... iv

C. TujuanPenelitian ... 9

D. Manfaat Penelitian ... 9

E. Definisi konsep ... 10

1. Pengertian Growth Mindset... ... 11

2. Implimentasi Terapi Growh Mindset ... 13

3. Adaptasi diri dan Mindset ... 14

4. Aspek-aspek Adaptasi Diri ... 15

5. Pengembangan Self adaptive system dan self confidence ... 15

F. Metode Penelitian ... 18

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian... 18

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian... 19

3. Jenis dan sumber data ... 20

4. Tahap-tahap Penelitian ... 23

5. Tahap Analisis Data ... 27

6. Teknik Pengumpulan data ... 28

7. Teknik Menganalisa Data ... 32

8. Teknik Keabsahan Data ... 34

G. Sistematika Pembahasan ... 36

(9)

5. Unsur-unsur emotion challenges dalam Terapi

Growth Mindset ... 47

6. Langkah-langkah Terapi Growth Mindset ... 51

7. Asas-asas Terapi Growth Mindset... 52

8. Pengertian Adaptasi Diri... 54

9. Percaya Diri ... 56

B. Implementasi Growth Mindset dan Keterampilan Adaptasi Diri ... 59

BAB III : GROWTH MINDSET DAN KETERAMPILAN ADAPTASI DIRI PADA MAHASISWA MALAYSIA DI UINSA A. Deskripsi Umum Obyek Penelitian ... 62

1. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 62

2. Deskripsi Konselor ... 64

3. Deskripsi Konseli ... 66

4. Deskripsi Masalah Konseli…. ... 69

B. Deskripsi Hasil Penelitian ... 71

1. Deskripsi proses dari Terapi “Growth Mindset (Carol S. Dweck, PH.D.)”Dalam Meningkatkan Keterampilan Adaptasi Diri Pada seorang Mahasiswa Malaysia di Universitas islam negeri sunan Ampel (UINSA ... . 71

2. Deskripsi hasil Terapi “Growth Mindset (Carol S. Dweck, PH.D.)”dalam Meningkatkan Keterampilan Adaptasi diri Pada Seorang Mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri sunan Ampel (UINSA ... . 94

BAB IV : ANALISIS DATA GROWTH MINDSET DAN KETERAMPILAN ADAPTASI DIRI A. Analisis Proses Terapi “Growth mindset (Carol S. Dweck, PH.D.)”dalam Meningkatkan Keterampilan Adaptasi Diri Pada Seorang Mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA)………...………...96

B. Analisis Hasil Dari Terapi “Growth Mindset (Carol S. Dweck, Ph.D.)”dalamMeningkatkan Keterampilan adaptasi Diri Pada Seorang Mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) ... ...108

BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………. 112

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 : Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data

Tabel 1.2 : Carta Organisasi UINSA

Tabel 1.3 : Kondisi Konseli Sebelum Pelaksanaan Terapi

Tabel 1.4 : Treatmen (Terapi) Tabel 1.5 : Mutaba’ah amal

Tabel 1.6 : Kondisi Konseli Setelah Proses Terapi

Tabel 1.7 : Langkah-langkah Terapi Growth Mindset

Tabel 1.8 : Bagan Proses Terapi

Tabel 1.9 : Kondisi konseli sebelum dan setelah proses terapi

Tabel 3.1 : Rincian sesi 1

Tabel 3.2 : Rincian sesi 2

Tabel 3.3 : Rincian sesi 3

Tabel 3.4 : Rincian sesi 4

Tabel 3.5 : Rincian sesi 5

Gambar 3.1: Emotion challenge 1

Gambar 3.2: Emotion challenge 2

Gambar 3.3: Emotion challenge 3

Gambar 3.4: Emotion challenge 4

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kepercayaan diri adalah sikap positif seseorang individu yang

menampilkan dirinya untuk mengembangkan nilai positif baik terhadap diri

sendiri maupun terhadap lingkungan atau situasi yang dihadapinya.

Kepercayaan diri saling terkait rapat dengan adaptasi seseorang didalam

lingkungan karna untuk bisa beradaptasi dengan baik maka perlunya Self

confidence yang tinggi dan kepercayaan diri adalah aset yang lebih penting

daripada keterampilan, pengetahuan atau bahkan pengalaman.1 Hal ini bukan

berarti bahwa individu tersebut mampu dan kompeten melakukan segala

sesuatu seorang diri. Rasa percaya diri yang tinggi pada diri setiap individu

sebenarnya hanya merujuk pada adanya aspek dari kehidupan individu

tersebut. Hampir semua orang merasakan kurangnya percaya diri dalam

rentang kehidupannya, sejak masih anak-anak hingga dewasa bahkan sampai

usia lanjut. Hilang kepercayaan diri akan memberi impak atau dampak ketika

berhadapan dengan situasi baru2

Menurut buku Action Power penulisnya Irwan Wiseful bahawa pikiran

menentukan kehidupan kita dan manusia adalah apa yang dipikirkannya.

1

Ritha J. Nainggolan, Personal Success Cockpit (Jakarta: PT Gramedia, 2003), hal. 45. 2

(13)

2

Pikiran adalah pemimpin atau pelopor dari semua tindakan.

Tindakan-tindakan adalah akibat langsung dari apa yang ada didalam fikiran kita. Jika

yang difikirkan ke arah negatif maka tindakannya juga akan turut negatif

sehingga akan memberi kesan negatif pada kehidupan kita.3 Sebagai contoh,

pohon dikenal dari buahnya. Hal itu juga berlaku dalam hidup kita. Pikiran

menghasilkan buah pikiran yang baik dan mulia akan menghasilkan

kehidupan yang mulia.

Saat menyentuh aspek pola pikir ianya juga sangat menarik untuk

menyentuh yang namanya “Growth Mindset” iaitu tipe orang yang tipenya

terbuka. Orang termasuk pada golongan ini adalah orang yang mau mengikuti

arah perubahan. Mereka memiliki pola pikir yang berkembang sesuai dengan

kebutuhan dan zaman. Mereka menyedari bahawa keberhasilan itu harus

diusahakan. Keberhasilan tidak datang satu kali dalam kehidupan mereka.

Keberhasilan datang berkali-kali karena mereka terus menerus

mengupayakannya.

Semestinya kehidupan manusia mendambakan ketenangan dan tidak

mempersulitkan diri melihat kekurangan diri yang membuatkan kita kurang

percaya diri dan tidak bisa beradaptasi dengan lingkungan ditambah pula

dengan unsur-unsur religius yang tertanam dalam diri, akan tetapi yang

mendapatkannya adalah sebagian kelompok yang memahaminya dan

(14)

3

menyebabkan manusia bagaikan tidak mengenal arti putus asa dalam

kehidupan, Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata, “hati dan jiwa yang sehat

terbebas dari peribadahan selain Allah SWT dan pengambilan hukum kepada

selain Rasul-Nya. Ia mencintai Allah dengan tulus dan mengikuti ketentuan

Rasul-Nya dalam takut, harap dan tawakal, inabah dan ketundukan kepada

Allah, sentiasa mengutamakan ridha-Nya dan menjauhi kemurkaan-Nya

inilah hakikat peribadahan yang hanya boleh diberikan kepada Allah.4

Menurut ahli psikolog manusia ingin memenuhi kebutuhan primer seperti

rasa bahagia, keamanan dan juga tercukupinya dari segi biologis seperti tidur,

makan dan nafsu. Manusia hidup mempunyai rasa dan kemauan agar sifat

kebutuhannya terpenuhi. Ini juga bisa dikaitkan dengan kemauan seseorang

yang mana bisa terpenuhinya impian atau keinginan seseorang seperti ingin

memiliki mobil, rumah, kesuksesan dalam karir, kekayaan dan lain-lain.

Impian juga merupakan salah satu hal yang terkaitan dengan karir5. Impian

sebagaimana yang dinyatakan oleh Sigmund Freud, ia merupakan sebuah hal

yang didambakan oleh manusia secara tidak sadar atas pengaruh dari berbagai

hal untuk menjadi kenyataan.6

Sejak semula, manusia berpikir secara berbeda, bertindak secara berbeda,

dan menjalani hidup secara berbeda satu dengan lainnya, Ahli lainnya

4

Ibnu Qayyim Al-Jauziyah, Isghatsatul Lahfan (Al-Qowam, Sanggarahan, Mantung Grogol Sukoharjo, 2014) hlm 9.

5

Jeffrey M. Schwartz, You Are Not Your Brain ( Canada, Penguin Group, 2012), hal. 86. 6

(15)

4

menunjuk pada perbedaan-perbedaan kuat dalam latar belakang, pengalaman,

pelatihan, atau cara belajar manusia. Adanya orang-orang terpelajar yang

mampu mengungkapkan bahwa pandangan yang diadopsi untuk diri individu

sangat mempengaruhi cara dalam mengarahkan kehidupan dan bagaimana

sebuah kepercayaan sederhana memiliki kekuatan yang dapat mengubah

psikologi (pikiran, kesadaran, perasaan, sikap). Percaya bahwa kualitas

manusia sudah ditetapkan iaitu akan menciptakan kebutuhan untuk

membuktikan diri terus-menerus maju untuk mencapai kesuksesan diri secara

maksimal adalah merupakan suatu hal yang paling alami untuk seseorang

yang mempunyai impian atau pekerjaan yang ingin ia lakukan „suatu hari

kelak walau masih kecil. Bagi seorang yang mempunyai cita-cita namun

terhalang oleh beberapa faktor dan terpaksa merubah arah tujuan hidupnya.

Sedangkan ada juga yang mampu mencapai cita-citanya namun atas

faktor-faktor yang kurang mendukung maka bisa saja memberi efek negatif sehingga

merasa terbebankan oleh halangan tetapi dengan berkembangnya mindset

yang bisa merubah seseorang dari kegagalan dan jatuh terus bangkit lagi dan

tidak pernah patah semangat sampai tercapai impiannya7.

Ketika tumbuh dalam diri seseorang sifat positif dan pembaikan pada

dirinya untuk bisa berprestasi maksimal pada diri, keluarga, masyarakat dan

negara tercinta itu diawali dengan bagaimana diri individu terlebih dahulu

(16)

5

yang dimana ketika dihadapkan permasalahan atau ujian, bagaimana respon

dari seseorang tersebut untuk bisa beradaptasi baik di lingkungan. Maka

perlunya dibahas apa itu emotional challenge. Pada diri individu tersebut jadi

terpacu untuk membuktikan bahwa ia bisa berhasil. Apabila kita berhasil

menghadapinya. Maka, ia menjadikan peribadi jauh lebih berkembang

daripada keadaan sekarang sebagaimana aplikasi terapi growth mindset yang

akan digunakan pada penelitian ini. Emotional challenge ini di dalam terapi

ini pada dasarnya diterjemahkan sebagai tantangan-tantangan yang

menyentuh emosi kita. Justru karena tantangan emosi itu, membentuk diri

untuk tergerak maju, membuat komitmen, melangkah8, akhirnya mencapai

cita-cita tanpa dipengaruhi unsur-unsur negatif yang cenderung kepada

keputus-asaan serta memandang hidup sesuatu yang tidak bisa berubah dan

sulit beradaptasi dengan lingkungan juga masyarakat dan ketika mana

dihadapkan masalah ironisnya banyak diantara mereka yang sampai

memenangkan nafsu dari berpikir secara logis9.

Terapi growth mindset tidak asing lagi dengan penulis yang bernama

Carol S. Dweck dalam dunia psikologi. Tokoh tersebut mengkatagorikan dua

tipe orang ditinjau dari cara berfikir iaitu growth mindset dan fixed mindset.

Growth mindset yang bakal kita kupas adalah tipikal orang tidak pernah

menyerah. Mereka yang berada dalam kategori ini condong berfikir positif

8

Anthony Dio Martin, Smart Emotion ( Jakarta, PT Gramedia, 2014), hal. 78. 9

(17)

6

tentang kemampuan mereka dan mampu memperbaiki diri dengan melihat

sisi kelemahannya dalam segala hal. Kebanyakan orang dengan cara berfikir

growth mindset percaya bahwa kemampuan seseorang terletak pada

dinamisnya dan bisa diperbaiki dengan usaha yang baik. Sebagai contoh,

mereka yang tergolong dalam growth mindset ketika mengalami kegagalan

akan kembali mencoba dan belajar dari kesalahan atas kegagalannya.

Motivasi mereka akan muncul karena tingkat kepercayaan akan kemampuan

mereka selalu mengarah ke sisi positif10.

Disisi lain, Fixed mindset adalah tipikal orang yang gampang menyerah

dan condong menyalahkan kelemahan dalam diri mereka. Orang-orang

seperti selalu melihat sisi negatif dalam diri mereka dan menganggap

kegagalan sebagai akhir dari segalanya. Mereka yang tergolong dalam fixed

mindset condong berfikir negatif jika mengalami kegagalan dalam segala hal

dan mudah putus asa atau tidak mau mencuba kembali serta menyalahkan

takdir. Tanggap pada perubahan adalah sesuatu yang akan sangat

berpengaruh pada keberhasilan seseorang. Karena kita hidup dalam dunia

nyata dan bukan dalam dunia mimpi yang ketika kita terbangun akan

mengecewakan kita. Hidup kita adalah sesuatu yang nyata yang akan menjadi

baik jika kita menjalaninya dengan usaha terus menerus.

10

(18)

7

Oleh karena penelitian ini hanya berfokus pada faktor kejiwaan yang

dialami oleh objek, saya hanya menampilkan ciri-ciri dampak negatif itu dari

sisi psikis. Diantaranya adalah kurang percaya diri, emosi tidak stabil, ragu

dan was-was dalam mengambil keputusan, cemas, penakut, paranoid, tidak

fokus dan pelupa, malas dalam melibatkan diri dalam bersosialisasi.11 Konseli

bertekad untuk membanggakan keluarganya dan telahpun diterima kuliah dia

S1 di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya. Sebagai seorang

mahasiswa, konseli Dalam terapi ini, konselor akan menggunakan Terapi

Growth Mindset untuk meningkatkan keterampilan adaptasi diri.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka peran konselor yang profesional

mampu membimbing pemecahan masalah melalui terapi growth mindset,

maka perlunya keprofesional seorang pemberi terapi pada konseli terhadap

masalah emosional dan rasa kurang percaya diri tersebut supaya bisa

mengembangkan keterampilan adaptasi diri konseli. Dari pendapat tersebut,

pemberi terapi pada terapi ini harus mampu memahami dan memberi banyak

informasi bahwa melalui proses pengembangan pemikiran itu seperti apa dan

mempelajari bagaimana cara mempositifkan diri dalam menanggapi masalah

individu tersebut dan memandang kepada kemajuan diri, pilihan cara

memikirkan masalah, maka, dengan itulah individu semakin percaya diri.

(19)

8

Dari pendapat di atas, maka perlunya pemberian dari pengembangan

minda dan fikiran yang landasannya “The Iceberg Illusion” yang pada dasar

apa yang manusia lihat dengan sesuatu yang lebih positif dan memang

lumrah manusiawi setiap kejayaan pasti banyak halangan dan cubaan yang

harus kuat dan tegar kita jalani untuk mencapai kesuksesan. Dengan adanya

memberikan inspiration video atau motivation video serta emotional

challenges ianya merupakan satu media kepada membantu konseli dalam

membangun atau perkembangan mindsetnya dan pengungkapan makna dari

video tersebut serta gerak kerja membuktikan bahawa mindsetnya sudah

benar-benar bisa membantunya untuk berubah dan dipandu oleh konselor

yang mahir dan kreatif serta memperhatikan setiap gerak tubuh yang

merespon..

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang diuraikan tersebut, maka rumusan

masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana proses Terapi “Growth Mindset (Carol S. Dweck, PH.D.)”

dalam meningkatkan keterampilan adaptasi diri seorang mahasiswa

(20)

9

2. Bagaimana hasil dari pelaksanaan Terapi “Growth Mindset (Carol S.

Dweck, PH.D.)” dalam meningkatkan keterampilan adaptasi diri

seorang mahasiswa Malaysia di Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel (UINSA) ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan yang telah di uraikan di atas maka tujuan

penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui proses pelaksanaan Terapi “Growth Mindset (Carol

S. Dweck, PH.D.)”dalam meningkatkan keterampilan adaptasi diri

seorang mahasiswa Malaysia beradaptasi di Universitas Islam Negeri

Sunan Ampel (UINSA) ?

2. Mengetahui respon dari konseli setelah dijalankan Terapi “Growth

Mindset ( Carol S. Dweck, PH.D.)” dalam meningkatkan keterampilan

adaptasi diri seorang mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel (UINSA)?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini diharapkan sebagai berikut:

1. Manfaat dari segi teoritis

a. Dengan dilaksanakan penelitian ini, maka diharapkan agar ia

(21)

10

Dweck, PH.D.)” untuk meningkatkan keterampilan adaptasi diri

dikalangan mahasiswa maupun masyarakat umum yang

mengalami problema yang diakibatkan masa lalu yang tidak

menyenangkan secara teoritis di bidang konseling Islam.

2. Sebagai sumber dan referensi bagi Program Bimbingan dan Konseling

Islam khususnya dan bagi mahasiswa umumnya tentang fungsi terapi

Growth Mindset (Carol S. Dweck, PH. D.)”Manfaat dari segi praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat membantu mahasiswa bisa

meningkat keterampilan adaptasi diri .

b. Bagi konselor, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

sebagai salah satu teknik pendekatan menggunakan Terapi

Growth Mindset (Carol S. Dweck, PH.D.)” yang efektif dalam

meningkatkan keterampilan adaptasi diri untuk bisa beradaptasi

dengan baik serta perubahan pada diri konseli setelah menjalani

terapi yang dihadapi oleh mahasiswa.

E. Definisi Konsep

Dalam pembahasan ini, peneliti haruslah membatasi dari sejumlah konsep

agar mudah dipahami dan agar memperoleh kejelasan dari judul yang akan

(22)

11

Meningkatkan Keterampilan Adaptasi Diri Pada Seorang Mahasiswa Malaysia

di Universitas Islam negeri Sunan Ampel (UINSA)”

Untuk memperjelas variabel dalam penelitian ini, yaitu bagaimana

mengimplementasi terapi “Growth Mindset (Carol S. Dweck, PH.D.)”untuk

meningkatkan keterampilan adaptasi diri klien. Menurut Howard Gardner

menyimpulkan didalam buku Extraordinary Minds bahwa individu-individu

yang luar biasa memiliki bakat khusus untuk mengidentifikasi

kekuatan-kekuatan serta kelemahan-kelemahan mereka sendiri.12

1. Pengertian Growth Mindset

Bagi yang pernah mendengar nama Carol Dweck mungkin tidak

asing lagi dengan teori growth mindset dalam dunia psikologi. Carol

Dweck adalah professor yang aktif mengajar di Stanford University,

California, amerika. Dalam tinjauannya, Growth mindset adalah tipikal

orang yang tidak mudah menyerah. Mereka yang berada dalam katagori

ini condong berpikir positif tentang kemampuan mereka dan mampu

memperbaiki diri dengan melihat sisi kelemahannya dalam segala hal.

Kebanyakan orang dengan cara berpikir growth mindset percaya bahwa

kemampuan seseorang itu adalah dinamis dan bisa diperbaiki dengan

usaha yang baik. Sebagai contoh, mereka yang tergolong dalam growth

mindset ketika mengalami kegagalan akan kembali mencoba dan belajar

(23)

12

dari kesalahan atas kegagalannya. Motivasi mereka akan muncul karena

tingkat kepercayaan akan kemampuan mereka selalu mengarah ke sisi

positif.

Growth berati perkembangan atau pertumbuhan dan Mindset

merupakan bagian penting dari kepribadian dan di dalam buku “The Secret

Of Mindset”, Adi W. Gunawan mengutip dari kamus elektronika

menyebutkan mind-set terdiri dari dua kata : Mind dan set. Kata “mind”

berarti “sumber pikiran dan memori; pusat kesadaran yang menghasilkan

pikiran, perasaan, ide, persepsi yang menyimpan pengetahuan dan memori.

Kata “Set” berarti “mendahulukan peningkatan kemampuan dalam sesuatu kegiatan, keadaan utuh/solid”.

Mindset adalah kepercayaan-kepercayaan yang memngaruhi sikap

seseorang; sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir yang

menentukan perilaku dan pandangan, sikap, dan masa depan. Sikap mental

tertentu atau watak yang menentukan respons dan pemaknaan seseorang

terhadap situasi. Jadi, mindset sebenarnya kepercayaan (belief), atau

sekumpulan kepercayaan (set of beliefs), atau cara berpikir yang

mempengaruhi perilaku dan sikap seseorang. Pemikiran yang mendalam

sehingga mencapai level yang disebut dengan keyakinan. Mindset ini di

(24)

13

Mindset juga adalah cara berpikir dan kepercayaan seseorang yang

mempengaruhi setiap sikap dan perilaku seseorang yang pada akhirnya

menentukan masa depan dan level keberhasilan hidup seseorang. Banyak

sekali yang dapat mempengaruhi terbentuknya mindset. Seperti pendidikan

dan juga pengalaman. Kenyataannya,kemampuan tertentu dapat dipelajari

dan bahwa tugas tertentu akan memberi mereka kesempatan untuk

belajar.13

2. Implimentasi Terapi Growth Mindset

Secara umumnya, ada 2 tipe orang yang tertutup dan terbuka dan

semuanya berawal dari pola pikir. Pada dasarnya, orang yang termasuk

dalam fixed mindset adalah orang-orang yang merasa dirinya sudah berhasil,

mapan dan nyaman dalam hidupnya dan merasakan sudah tidak perlu

dalam dirinya untuk berubah dan ketika mengalami kegagalan tipe

berpikiran tetap ini gampang menyerah, mudah menyalahkan kelemahan

dalam diri dan melihat sisi negatif dalam diri dan kegagalan adalah sebagai

akhir dari segalanya. Manakala, tipe growth mindset pula adalah orang yang

berpikirnya mengikuti arah perubahan, menyadari bahwa keberhasilan tidak

datang satu kali dalam hidup tetapi keberhasilan datang ketika terus

menerus dalam mengupayakannya. Terlebih dahulu akan dijelaskan rincian

(25)

14

tentang apa yang dikupas didalam Terapi Growth Mindset yang fokusnya

pada meningkatkan keterampilan adaptasi diri individu.

3. Adaptasi diri dan mindset

Adaptasi diri atau penyesuaian diri dapat didefinisikan sebagai

interaksi yang kontinu dengan diri sendiri , dengan orang lain dan dengan

dunia anda dan usaha manusia untuk mencapai harmoni pada diri sendiri

dan pada lingkungannya. Sehingga rasa permusuhan, dengki, iri hati,

prasangka, depresi, kemarahan dan lain-lain sikap negatif sebagai respon

peribadi yang tidak sesuai dan kurang efisien bisa dikikis habis. Satu

bentuk kebahagiaan sejati adalah ketika disamping kita cuba menjauhi

dan merubah pikiran negatif ke positif pentingnya kita mengantungkan

segala urusan hanya pada Allah yang kita letakkan sebagai spiritual life

skill14.

Adaptasi diri adalah satu proses yang mencakup respon mental dan

tingkah laku, dimana individu berusaha untuk dapat berhasil mengatasi

kebutuhan-kebutuhan dalam dirinya, ketegangan-ketegangan,

konflik-konflik dan yang dialaminya, sehingga terwujud tingkat keselarasan atau

harmoni antara tuntutan dari dalam diri dengan apa yang diharapkan

oleh lingkungan ia tinggal.

14

(26)

15

4. Aspek-aspek adaptasi diri

Menurut Fromm dan Gilmore, ada empat aspek kepribadian dalam

penyesuaian diri yang sehat antaranya

a. Kematangan suasana kehidupan emosional

b. Kematangan intelektual

c. Kematangan sosial

d. Tanggungjawab.

5. Pengembangan self adaptive system dan Self Confidence

Menurut Gunarsa ada menjelaskan tentang Adaptive dimana

bentuk pengembangan sering dikenal dengan adaptasi. Bentuk adaptasi

ini bersifat badani, artinya perubahan-perubahan dalam proses badani

untuk menyesuaikan diri terhadap keadaan lingkungan misalnya

berkeringatan adalah usaha tubuh mendinginkan tubuh dari suhu panas

atau dirasakan terlalu panas.

Adjustive juga perlu dijelaskan selari dengan perlunya

pengembangan self adaptive system iaitu bentuk menyesuaikan diri dari

tingkah laku terhadap lingkungan yang dalam lingkungan ini terdapat

aturan-aturan atau norma. Misalnya, jika kita harus pergi ke tetangga atau

(27)

16

sehingga menampilkan wajah duka, sebagai tanda ikut menyesuaikan

terhadap suasana sedih dalam keluarga tersebut.

Self confidence atau percaya diri adalah sejauh mana adanya

keyakinan terhadap penilaian atas kemampuan untuk berhasil, secara

sederhana Ignoffo mendefinisikan self confidence memiliki keyakinan

terhadap diri sendiri. Menurut Neill, self-confidence adalah kombinasi

dari self esteem dan self-efficacy. Percaya diri yang perlu kita fahami juga

muncul Karena ruang lingkup pada diri berada dalam kebenaran yang

nyata. Kualitas kepercayaan diri berbanding lurus dengan kuatnya

hubungan dengan Allah, meyakini Allah selalu bersama kita, mendukung

dan membela kita.15 Seperti dalil dari surah an-nahl ayat 97;



Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik[839] dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

Berdasarkan berbagai pendapat yang terdapat dalam perkembangan

mindset yang telah dijelaskan, maka peneliti ingin menjelaskan bahawa di

dalam Terapi “Growth Mindset ( Carol S. Dweck, PH.D)” ini terapannya

15

(28)

17

seperti pemberian unsur-unsur positif dan sesuatu yang bisa mengubah

fixed mindset kepada growth mindset dengan menggunakan media seperti

video motivation yang mengubah pola pikir konseli yang tidak terbuka

dengan sekitar agar keterampilan adaptasi diri bisa ditingkatkan dan

semakin percaya diri.

Dengan pemberian video motivation yang terkaitan dengan

pembangunan mindset yang terfokus pada ciri khas pada seorang

konselor yang profesional yang mengendalikan dan mengimplentasi

dalam proses terapi tersebut. Seperti yang pernah dijelaskan dalam

sebuah buku tulisan Carol S. Dweck yang pernah membuat program

Brainology yang di aplikasi dengan penyampaian dari para pakar

pendidikan , media, otak untuk mengembangkan program Brainology

iaitu program yang menampilkan tokoh-tokoh animasi, Christ dan Dahlia

yang mempunyai masalah dengan tugas mereka dan setelah mengikuti

program brainology tersebut mereka memiliki pandangan baru tentang

segala hal. Sikap terhadap sesuatu dan berusaha lebih keras secara lebih

bijak.16

(29)

18

F. Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang

kelak akan digunakan dan berfungsi untuk kegunaan tertentu. Langkah-langkah

dalam metode penelitian ini adalah:

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, konselor akan menggunakan penelitian

deskriptif kualitatif. Metode penelitian kualitatif atau disebut dengan

metode penelitian naturalistik dan etnographi merupakan sebuah

penelitian yang dilakukan di ruang lingkup budaya, alamiah dan

berlawanan dengan sifat eksperimental. Dalam metode peneltian

kualitatif, instrumennya konselor itu sendiri sehingga sebelum peneliti

ke lapangan maka peneliti harus mempunyai wawasan yang luas serta

teori akan digunakan agar bisa menanya, mengobservasi, menganalisa

serta mengkonstruksi sebuah situasi sosial agar menjadi lebih jelas dan

mempunyai makna.17Metode deskriptif kualitatif ini adalah

penggambaran secara kualitatif fakta, data, atau obyek material yang

bukan berupa rangkaian angka, melainkan berupa ungkapan bahasa atau

wacana melalui interpretasi yang tepat dan sistematis. Metode deskriptif

kualitatif membuang jauh-jauh hipotesis atau asumsi dan mengubahnya

17

(30)

19

menjadi “perumusan masalah”, yakni dalam rangka menerang jelaskan

fenomena-fenomena secara praktis atau dalam rangka menyusun atau

merumuskan teori, prinsip, konsep, atau pengetahuan baru berdasarkan

data yang dikumpulkan oleh peneliti.18

Jenis penelitian yang akan digunakan oleh konselor adalah studi

kasus. Studi kasus adalah suatu penyelidikan yang dilakukan secara

intensif terhadap suatu individu dan ia juga bisa digunakan untuk

menyelidiki unit sosial yang kecil seperti kelompok keluarga dan juga

kelompok yang dilabelkan seperti “geng” tertentu.19

Studi Kasus menekankan tiga aspek dalam pelaksanaan penelitian

yaitu konselor adalah pengumpul data, yang bersifat deskriptif dan

mengutamakan proses berbanding hasil yang akan diperoleh.

2. Sasaran dan Lokasi Penelitian

Subjek penelitian peneliti adalah merupakan seorang mahasiswa

Malaysia yang bernama Salina binti Raduan yang mengalami

kurangnya keterampilan adaptasi diri pada awalnya dan menyebabkan

Salina kurang percaya diri dan mengakibatkan kemunduran dalam

menjalani kehidupannya yang diakibat kejadian masa lalu yang buruk.

18

Wahyu Wibowo, Cara Cerdas Menulis Artikel Ilmiah ( Jakarta: PT Kompas Media Nusantara, 2011), hal. 43-44.

19

(31)

20

Lokasi penelitian ini akan dilakukan Universitas Islam Negeri Sunan

Ampel (UINSA). Mahasiswa Malaysia khususnya bagian negeri

Sarawak yang berada di Surabaya Indonesia itu dihantar atau hubungan

dengan Madrasah al-Quran Bintulu dan Pusat latihan Dakwah.

Konselor tertarik untuk meneliti karena konseli adalah salah seorang

mahasiswa yang punya rasa yang kuat ingin mengubah dirinya ke arah

positif dan membantunya bisa beradaptasi dengan lingkungan dan

sekelilingnya sama ada budaya organisasi walaupun mindsetnya pada

awalnya fixed mindset yang mendominan, Konselor melakukan

observasi yang bersifat observasi partisipatif iaitu peneliti terlibat

kegiatan sehari-hari orang yang sedang di amati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian, sambil melakukan pengamatan, peneliti

ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut

merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka data

yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai mengetahui pada

Observasi penuh terhadap konseli baik dari segi emosi maupun latar

belakang suasana lingkungannya.

3. Jenis dan Sumber Data

Data statistik akan digunakan dalam penelitian ini. Data

(32)

21

dalam bentuk angka. Jenis data yang akan diperoleh dalam penelitian

ini terbagi kepada dua yaitu:

a. Jenis data primer

Adalah data yang lansung didapat dari subjek yang diteliti

yakni konseli yang mengalami lemahnya dalam keterampilan

adaptasi diri dan mau meningkatkan rasa percaya dirinya berupa

informasi dan data deskriptif. Teknik yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan data primer antara lain observasi dan wawancara.

Wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian

terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya.

Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif

adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (In-Depth

Interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan

penelitian dengan cara tanya jawab bertatap muka antara

pewawancara (konselor). Wawancara dilaksanakan di rumah

kontrakan konseli sendiri, dalam kondisi konseli yang kelihatan

murung dan tidak terurus.

Pada awalnya, konseli sulit untuk diwawancara, tetapi selepas

beberapa menit konseli mulai memberikan respon dan bersedia

untuk menceritakan keadaannya. Menurut konseli, dia adalah

(33)

22

dirinya yang kurang percaya diri dan kurangnya skill untuk

beradaptasi menjadi hambatan buat konseli untuk bertahan dengan

mempositifkan dirinya agar tidak berputus asa dalam memperbaiki

dirinya dalam akademik juga dalam membangun peribadi yang

sukses. Klien pernah juga terlintas di pikiran untuk mencoba

membunuh diri, tetapi, konseli dihalang karna perasaan kasih sayang

yang terhadap keluarganya, tanggungjawab yang diamanahkan

kepadanya. Tetapi seringkali membingungkan diri konseli dan

menyebabkan ia terasa terbeban dan tidak bisa meningkatkan

kualitas dirinya dan kurangnya semangat untuk sukses dan mudah

berputus asa.

b. Jenis data sekunder

Yaitu informasi atau data yang diperoleh dari lingkungan

subjek penelitian seperti tetangga, keluarga dan teman konseli agar

bisa mendukung dan melengkapi data yang telah diperoleh dari

sumber data primer.

Data sekunder adalah data yang diperoleh hasil dari

wawancara dengan orang tua konseli dan temannya, Afiqah. Selesai

wawancara, konselor mengetahui bahwa konseli pernah menjalani

perawatan di rumah sakit umum. Diagnosa dokter adalah konseli

(34)

23

dan psikologi konseli. Di antara dampaknya adalah penurunan berat

badan, kelesuan, banyak tidur. Manakala dampaknya dari sisi

psikologi seperti cepat marah, mudah berputus asa, dan pernah

berkeinginan untuk bunuh diri. Masalah ini bias disebutkan

problematik yang sering manggangu dirinya dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Sumber Data

Sumber data ialah dari mana data yang akan peneliti

dapatkan. Adapun yang menjadi sumber data dalam sebuah

penelitian adalah:

1) Sumber data primer yaitu lansung didapatkan dari lapangan yaitu

konseli.

2) Sumber data sekunder adalah sumber yang diperoleh dari sumber

kedua digunakan untuk memperkuat data primer sama ada dari

gambaran lokasi penelitian, kegiatan sosial di lingkungan,

keluarga dan maupun teman konseli.

4. Tahap-tahap Penelitian

Adapun persediaan yang perlu dilakukan dalam melaksanakan

penelitian adalah seperti berikut:

(35)

24

Tahap eksplorasi yaitu tahap dimana seorang konselor

harus melaksanakan penelitian sebelum terjun ke lapangan untuk

melakukan penelitian, antara lain yaitu: menyusun rancangan

penelitian, memilih lapangan, menjajaki dan menilai keadaan

lapangan tempat klien, memilih dan memanfaatkan informasi serta

menyiapkan perlengkapan untuk melaksanakan penelitian.

1) Menyusun Rancangan Penelitian

Untuk menyusun rancangan penelitian, konselor hendaklah

terlebih dahulu membaca bahan-bahan yang terkaitan dengan

masalah penelitian yaitu bagaimana meningkatkan ketrampilan

konseli yang masih fixed mindset yang menjadi pola pikir

seharian menghadapi kehidupannya. Setelah memahami

fenomena yang terjadi maka konselor membuat latar belakang

masalah, tujuan penelitian, definisi konsep dan membuat

rancangan data-data yang diperlukan untuk penelitian.

2) Memilih Lapangan Penelitian

Dalam hal ini, konselor sendiri salah seorang mahasiswi

dalam di Uinsa Maka, konselor akan melakukan penelitian di

tempat tersebut yaitu di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

(UINSA) yang bertempat di Surabaya, Indonesia.

(36)

25

Konselor pada tahap ini adalah untuk menjejaki lapangan

dengan tujuan untuk mengenali lebih lanjut keadaan dan

apa-apa unsur yang ada di lingkungan sosial serta konseli dengan

metode wawancara dan observasi agar konselor bisa

menyiapkan perlengkapan yang akan diperlukan untuk

melakukan penelitan dan mengumpulkan berbagai data di

lapangan. Hasil daripada observasi di sekitar kontrakan konseli

mendapati kondisi kamar yang kurang bersih, keadaan gelap

dan pintunya jarang dibuka.

b) Memilih dan Memafaatkan Informan

Informan adalah orang yang dimanfaatkan untuk

memberikan informasi tentang situasi, kondisi serta latar

belakang dari sebuah kasus. konselor dalam hal ini akan

memilih orang tua dan temannya sendiri untuk menjadi

informan. Informan yang pertama adalah orang tua konseli,

bagi menggali data-data dan kasus yang pernah terjadi kepada

konseli. Informan kedua adalah Afiqah teman satu negara

dengan konseli. Konselor akan dapat menggali data-data yang

terkini tentang konseli.

(37)

26

Konselor menyiapkan segala hal yang akan digunakan

untuk meneliti kelak seperti alat tulis, buku, perlengkapan

fisik, izin dari konseli atau bahan-bahan yang lain untuk

mendapatkan deskripsi data lapangan.

d) Persoalan Etika Penelitian

Etika Penelitian ialah hal yang menyangkut konseli

seperti mengetahui latar belakang budaya konseli yaitu berasal

dari agama Islam, mempunyai tempat tinggal yang mayoritas

beragama Islam, mengetahui budaya, adat-istiadat serta bahasa

yang digunakan agar konselor sebagai seorang yang

menghormati konseli.

b. Tahap Perkerjaan Lapangan

1. Memahami Latar Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, konselor haruslah

memahami latar penelitian terlebih dahulu serta mempersiapkan

kemampuan diri dari segi fisik dan mental. Oleh karena itu,

konselor harus mempersiapkan mental dan fisik serta yang

paling utama adalah menjaga hubungan dengan Allah SWT agar

terapi ini berjalan lancar.

(38)

27

Seorang konselor harus mempunyai kemampuan untuk

menjalin hubungan yang baik dengan konseli agar tidak terjadi

jurang dalam berhubungan baik secara tatap muka maupun

tidak. Ini karena bertujuan agar saat melakukan interview maka

konseli akan memberikan respon yang baik dan mudah percaya

terhadap konselor.

3. Berperan Sambil Mengumpulkan Data

Konselor ikut berpartisipasi atau berperan aktif dalam

penelitian tersebut yaitu dengan mengumpulkan data dan

menganalisisnya. Konselor disini akan mewawancarai secara

langsung dengan orang tua konseli, dalam menjalani proses

terapi serta terus menghubunginya melalui aplikasi “Whatsapp”,

dan tatap muka agar bisa memotivasi dan mendapatkan data

yang secukupnya kemudian dianalisa.

5. Tahap analisis data

Suatu proses mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam

pola, katogori, dan satuan uraian dasar. Konselor menganalisis data

yang dilakukan dalam ssuatu proses yang berarti pelaksanaannya sudah

mulai dilakukan sejak pengumpulan data dan dikerjakan secara itensif.

(39)

28

Tahap pengumpulan data adalah tahap paling penting sekali

dalam melakukan penelitian karena sebuah penelitian tidak bisa

dilakukan tanpa adanya data. Dalam pengumpulan data haruslah

mengetahui teknik-teknik yang bisa digunakan untuk memperoleh data.

Adapun teknik-teknik pengumpulan data adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Observasi (pengamatan) menurut Nasution (1998) observasi

adalah dasar dari semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan hanya bisa

bergerak atau bekerja berdasarkan data yang diperoleh melalui

observasi. Ia bertujuan agar peneliti mampu memahami konteks data

dalam keseluruhan situasi sosial, memperoleh pengalaman langsung,

bisa mengamati hal-hal yang kurang atau tidak diamati oleh orang

lain.20

yang bersifat observasi partisipatif iaitu peneliti terlibat

kegiatan sehari-hari orang yang sedang di amati atau yang digunakan

sebagai sumber data penelitian, sambil melakukan pengamatan,

peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan

ikut merasakan suka dukanya. Dengan observasi partisipan ini, maka

data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam dan sampai

mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang tampak dan

20

(40)

29

konselor cenderung memilih obeservasi partisipatif yang partisipasi

moderat (moderate participation) dalam observasi ini terdapat

keseimbangan antara konselor menjadi orang dalam dengan orang

luar. Konselor dalam mengumpulkan data ikut observasi partisipatif

dalam beberapa kegiatan, tetapi tidak semuanya

Dalam observasi konselor menggunakan observasi jenis

partisipasi, dimana observer terlibat langsung secara aktif dalam

objek yang diteliti. Hasil dari observasi, konselor mendapatkan ada

beberapa faktor yang turut memperburuk kondisi konseli. Faktor

yang pertama adalah lingkungan tetangga yang kurang kepedulian

terhadap sesama. Faktor yang kedua adalah kondisi rumah yang

kurang kondusif seperti suram, pengudaraan yang kurang baik..

Faktor ketiga adalah konseli gemar bersendirian. Saat diajukan

pertanyaan, konseli memandang konselor dengan sorotan mata yang

tidak enak. Apabila berbicara terkadang konseli seakan berbicara

tetapi sukar memberi perhatian sepenuhnya pada awalnya.

b. Wawancara

Dalam penelitian ini, konselor akan menggunakan

wawancara yang tidak terstruktur dimana konselor bebas untuk

menanyakan serta melakukan sesi wawancara tanpa adanya

(41)

30

mendapatkan data atau informasi awal tentang permasalahan atau isu

yang terkaitan dengan subyek penelitian. Untuk melakukan

wawancara tidak terstruktur, konselor berperan sebagai pendengar

untuk memperoleh data yang sebanyaknya. Wawancara seperti ini

haruslah dirancang terlebih dahulu yakni dengan menghubungi

konseli agar tidak menganggu waktu dan kegiatan konseli. Dalam

wawancara ini, konselor akan menanyakan hal-hal yang berupa garis

besar dari permasalahan yang dihadapi oleh konseli.21

Wawancara tidak terstruktur juga di gunakan bagi

mewawancara dua informan yang berbeda yaitu teman sekontrakan

dan juga orang tua konseli. Dalam wawancara ini konselor menggali

data tentang kasus yang terkini yang pernah terjadi pada konseli.

Informan pertama (teman konseli) perubahan perilaku konseli yang

pemarah, suka menyendiri, berkahayal. Informan yang kedua adalah

orang tua kepada konseli. Wawancara yang dilakukan juga

menggunakan wawancara yang sama. Dari pada informasi yang di

dapatkan orang tua konseli menyatakan perubahan perilaku dan

kesihatan konseli menjadi buruk.

c. Dokumentasi

21

(42)

31

Metode dokumentasi adalah metode dengan mengumpul data

mengenai hal yang berkaitan atau variabel yang berupa catatan,

transkrip, buku, majalah atau lain-lain yang bersangkutan dengan

permasalahan konseli. Metode dokumentasi merupakan pelengkap

dari penggunaan metode-metode sebelumnya yaitu wawancara dan

observasi.22

Data yang kelak akan diperoleh melalui metode ini

merupakan gambaran umum tentang lokasi penelitian, identitas

konseli, biografi dan masalah konseli. Untuk melakukan proses

pengumpulan data, maka peneliti bisa menggunakan dalam bentuk

table. Konselor juga telah mengambil beberapa gambar ketika proses

Terapi Growth Mindset dijalankan.

Tabel 1.1

Jenis Data, Sumber Data, Teknik Pengumpulan Data

No Jenis Data Sumber Data TPD

1. Data Sekunder Orang tua dan teman

sekontrakan + Dokumentasi

W+O+D

22

(43)

TPD :Teknik Pengumpulan Data

O :Observasi

W :Wawancara

D :Dokumentasi

7. Teknik Menganalisa Data

Analisis data kualitatif adalah upaya penyusunan, memilah dan

menyortir data yang banyak diperoleh dari berbagai sumber ketika

mengumpulkan data. Namun, dalam penelitian kualitatif, tidak ada

metode khusus untuk menganalisis data sehingga sulit bagi peneliti

(44)

33

diperoleh dari wawancara, observasi, dokumentasi, catatan lapangan

dan bahan-bahan yang lain akan disusun secara sistematis sehingga

mudah untuk dipahami.

Caranya ialah dengan menjabarkan data-data ke dalam sebuah

unit, mengorganisasikannya, menyusunnya dalam sebuah bab atau

pola agar bisa dipelajari dan mampu membuat kesimpulan yang dapat

diceritakan kepada orang lain. Analisis data kualitatif haruskan

dilakukan sebelum memasuki lapangan berdasarkan data yang

diperoleh. Hanya bersifat induktif sehingga data yang diperoleh

berkembang menjadi hipotesis dan dengan penginduktifan data

tersebut maka bisa membenarkan atau ditolaknya hipotesis yang sudah

dibuat berdasarkan data yang dikumpul.23

Oleh karena penelitian ini bersifat studi kasus maka analisis data

yang digunakan adalah deskriptif-kualitatif yakni dengan

mengolahkannya sehingga dapat dilihat dengan jelas Terapi yang

Growth Mindset dengan merubah pola pikir klien dengan menggunakan

media terapi ini. Sehingga, bisa menilai dan mengetahui perbedaan

sebelum dan sesudah mendapatkan Terapi Growth Mindset yang

membangun self adaptive system dan self confidence dengan memberi

23

(45)

34

sesuatu yang positif seperti video motivation dan emotional challenges

kepada konseli.

8. Teknik Keabsahan Data

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Perpanjangan keikutsertaan adalah konselor dalam melakukan

penelitian ini berpartisipasi dalam mengumpulkan data dibutuhkan

waktu relatif yang lama demi mendapatkan kesahihan data.

b. Ketekunan Pengamatan

Ketekunan pengamatan adalah konselor melakukan observasi

beserta interpretasi yang benar terhadap sesuatu dan ia

membutuhkan tingkat observasi yang tinggi. Antara lain adalah

dengan membaca buku, artikel dan sebagainya terkait dengan

permasalahan maupun hal yang terkait dalam penelitian yang

dilakukan.24

9. Triangulasi

Triangulasi adalah cara pengecekan data dengan menggunakan

sumber-sumber seperti sumber yaitu dari orang, triangulasi teknik

dimana data diperoleh melalui wawancara didiskusikan lebih lanjut

dengan kuesioner, observasi dan lain-lain. Manakala Triangulasi waktu

24

(46)

35

adalah dimana waktu yang dimanfaatkan oleh konselor untuk

mengumpulkan data.25

Dalam penelitian ini konselor menggunakan beberapa metode

seperti wawancara, observasi dan terjun langsung ke lapangan

penelitian. Wawancara dilakukan langsung dengan konseli sendiri dan

juga dua informan. Untuk wawancara, konselor mewawancara dengan

sumber informan yang berbeda bagi mengesahkan data yang di

perolehi. Selain itu, konselor juga menggunakan observasi, sebagi

pengesahan data. Konselor terjun sendiri ke lapangan dengan bermalam

di rumah konseli untuk melihat sendiri dampak-dampak masalah yang

ada pada konseli.

Waktu yang digunakan untuk konselor memberian terapi kepada

konseli adalah selama dua bulan dimana pada bulan yang pertama

konselor hanya melakukan wawancara, dan juga observasi bagi

menggali data awal. Wawancara dan juga obervasi di hanya dilakukan

konselor. Akan tetapi selama proses terapi dijalankan, konselor

memerlukan bantuan teman memberi dorongan untuk membantu

memerhatikan klien bagi melihat kondisi klien.

25

(47)

36

G. Sistematika Pembahasan

1. Bagian Awal

Bagian Awal terdiri dari judul penelitian (Sampul), Persetujuan Pembimbing, Pengesahan Tim Penguji, Motto, Persembahan, Pernyataan

Otentisitas Skripsi, Abstrak, Kata Pengantar, Daftar Isi dan Daftar Tabel.

2. Bagian Inti

Bab I. Pendahuluan. Dalam bab ini meliputi : Latar Belakang Masalah,

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Definisi operasional,

Implimentasi Terapi yang meliputi Pendekatan dan Jenis Penelitian,

aspek-aspek, pengembangan teori, metode penelitian, Sasaran dan lokasi penelitian,

Jenis dan Sumber Data, Teknik Analisis Data, Tahap-Tahap Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Teknik Keabsahan Data dan terakhir yang termasuk dalam

pendahuluan adalah Sistematika Pembahasan.

Bab II. Tinjauan Pustaka. Bab ini berisi kerangka dan , penjelasan konsep

Terapi Growth Mindset, tujuan dan fungsi Terapi Growth mindset tersebut, ,

langkah-langkah membangun mindset dengan bantuan video motivation. Selain

itu, bagaimana perkembangan mindset serta adaptasi diri, Aspek-aspek

membangun percaya diri,

Bab III. penyajian Data. Didalam penyajian data, meliputi tentang

deskripsi umum objek penelitian yang dipaparkan secukupnya agar pembaca

(48)

37

penelitian meliputi hasil penelitian. Pada bagian ini dipaparkan mengenai data

dan fakta objek penelitian, terutama yang terkait dengan perumusan masalah

yang diajukan.

Bab IV. Analisis Data. Berisi tentang pemaparan hasil penelitian yang

diperoleh berupa analisis data dari faktor- faktor, dampak, proses serta hasil

pelaksanaan Terapi “Growth Mindset (Carol S. Dweck,PH.D.)”dalam

meningkatkan keterampilan adaptasi diri pada seorang mahasiswa Malaysia di

Universitas islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Indonesia.

Bab V. Penutup. Dalam hal ini terdapat 2 point, yaitu kesimpulan dan

(49)

37

BAB II

GROWTH MINDSET DAN KETERAMPILAN ADAPTASI DIRI A.Growth Mindset

1. Pengertian Growth Mindset

Dijelaskan oleh Carol S. Dweck yang namanya tidak asing

lagi di bidang psikologi yang membahas tentang mindset dan Kata

Growth dikutip dari kamus lengkap inggeris-indonesia berarti

pertumbuhan, perkembangan manakala, kata mindset terdiri dari dua

kata, Mind dan Set. Kata „mind’ berarti “sumber pikiran atau

memori iaitu pusat kesedaran yang menghasilkan pemikiran,

perasaan, ide, persepsi yan g menyimpan pengetahuan dan memori.

Kata „Set’ berarti „mendahulukan peningkatan kemampuan dalam

sesuatu kegiatan atau dalam keadaan yang utuh. Menurut Dr.

Ibrahim Elfiky, mindset atau pola pikir adalah sekumpulan pikiran

yang menjadi berkali-kali di berbagai tempat dan waktu, serta

diperkuat dengan keyakinan dan proyeksi, sehingga menjadi

kenyataan yang dapat dipastikan di setiap tempat dan waktu yang

sama.1

Menurut Gunawan dan Irwan mindset adalah posisi atau

pandangan mental seseorang yang mempengaruhi pendekatan orang

tersebut dalam menghadapi suatu fenomena. Mindset terdiri dari

(50)

38

seseorang atau kelompok yang tertanam dengan sangat kuat.

Mindset bagi Gunawan adalah kepercayaan yang mempengaruhi

sikap seseorang, sekumpulan kepercayaan atau suatu cara berpikir

yang menentukan perilaku dan pandangan, sikap dan masa depan

seseorang. 2 Mindset sebenarnya lebih mirip dengan sebuah

kepercayaan atau doktrin yang tertanam di otak dan juga mindset

banyak dipengaruhi lingkungan.3

Seorang ahli mengatakan “Mindset is everything”. Ada orang yang mengembangkan “fixed mindset”, yaitu bagaikan

mengukir kualitas diri kita dan orang lain di sebuah batu. Melihat

situasi sebagai hal yang tetap, kaku, tidak pernah berubah. Sekali

pemalas tetap pemalas, sekali pecundang tetap pecundang.

Sebaiknya, orang yang mengembangkan “growth-mindset” bahwa

bimbingan meliputi dua lapangan tugas, yaitu pertama minat,

mempelajari individu untuk mengetahui kemampuan, minat dan

keperibadian; kedua, membantu individu dengan menempatkan

dirinya dalam situasi yang memungkinkan dia dapat berkembang4.

Dari beberapa pengertian mindset di atas, yang dinamakan

mindset adalah cara berpikir dan kepercayaan seseorang yang

mempengaruhi setiap sikap dan perilaku seseorang yang pada

(51)

39

akhirnya yang menentukan masa depan dan level keberhasilan hidup

seseorang. adalah suatu proses pemberian batuan kepada individu

untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki agar mampu

menyelesaikan masalah yang dihadapi dan menentukan jalan

hidupnya sendiri dengan tangungjawab tanpa harus bergantung

kepada orang lain.

Orang yang memiliki growth mindset percaya bahwa

kecerdasan dapat dikembangkan, bahwa otak adalah seperti otot

yang dapat dilatih. Ini mengarah pada keinginan untuk memperbaiki.

Demikian pula hambatan-hambatan yang terjadi, citra diri orang

growth mindset tidak terlihat oleh sebuah kesuksesan, melainkan

bagaimana akan terlihat untuk orang lain. Kegagalan adalah

kesempatan belajar, dan apapun yang terjadi tetap akan berusaha

mencapainya. Bapak Rhenald Kasali mengatakan di satu pihak saya

senang memiliki anak-anak cerdas, namun di pihak lain saya gelisah

kalau mereka yang ber-IPK tinggi itu produk setting-an fixed

mindset. IPK tinggi tetapi terlalu membanggakan jejak sejarah,

“Ijazah”. Menurut Prof. Carol Dweck, seorang pakar psikolog dari

Stanford University berpendapat bahwa “Orang yang memiliki

setting-an fixed mindset biasanya memiliki sifat menolak tantangan

(52)

40

ancaman. Orang-orang seperti itu biasanya menjadi arogan dan

sering membanggakan apa yang sudah ia capai.

Dalam perkembangan mindset juga perlunya kreativitas

karna ianya merupakan kekuatan yang diperlukan dalam mengasah

energi dan pikiran menjadi sesuatu yang berguna. 5 Jika kita

memiliki energi yang kuat untuk melangkah maju menuju

keberhasilan dan jelas di dalam peribadinya menerangi jalan menuju

sukses, maka sering kali ide disimbolkan dalam wujud sebuah

bohlam di atas kepala seseorang. Ide memberi penerangan pada

jalan kita dalam menangani masalah serta mengubah pola pikir kita

dalam memanfaatkan peluang dan mencapai tujuan6.

Menurut Anthony Dio Martin, dalam bukunya Smart

Emotion yang membahas mengenai solusi dengan emosi yang

cerdas untuk membangunkan growth mindset dan mampu

menunjukkan tanda-tanda kecerdasan yang tinggi. Selain itu, apabila

melatihkan kebiasaan diri dengan fixed mindset yang dibawa dengan

emosi kekerasan, perasaan jengkel, atau kemarahan yang tinggi,

tidak akan efektif dalam menyelesaikan masalah.7

Terapi Growth Mindset ini juga mefokuskan bahawa mindset

itu memiliki dua jenis iaitu Mindset tetap (fixed mindset) dan ini

(53)

41

didasari pada kepercayaan bahawa kualitas-kualitas seseorang sudah

ditetapkan. Jika seseorang memiliki sejumlah inteligensi tertentu,

kepribadian tertentu, dan karakter moral tertentu. Ciri-ciri orang

dengan mindset tetap (fixed mindset) itu antaranya memiliki

keyakinan bahawa inteligensi ,bakat, sifat adalah fungsi keturunan

dan sering menghindari adanya tantangan. Demikian juga,

menganggap bahawa usaha tidak ada gunanya. Orang yang

ber-mindset tetap ini juga, mudah mengabaikan kritikan dan merasa

terancam dengan kesuksesan orang lain. Manakala, Mindset

berkembang (growth mindset) ini didasarkan pada kepercayaan

bahwa kualitas-kualitas dasar seseorang adalah hal-hal yang dapat

diolah melalui upaya-upaya tetentu.

Meskipun, manusia mungkin berbeda dalam segala hal,

dalam bakat, dan kemampuan awal, minat atau temperamen setiap

orang dapat berubah dan berkembang melalui perlakuan dan

pengalaman. Ciri-ciri dari orang yang mindset berkembang adalah

memiliki keyakinan bahwa intelegensi, bakat, dan sifat bukan

merupakan fungsi keturunan, belajar menerima tantangan dan

bersungguh-sungguh dalam menjalankannya. Selain itu, Tetap

berpandangan ke depan dari kegagalan. Belajar dari kritik dan

(54)

42

orang lain agar bisa menemukan bakat alami yang dimiliki dan lebih

mudah mencapai excellent8.

2. Tujuan Terapi Growth Mindset

Karna semua berawal dari pikiran, maka perlu diberi kesedaran

yang tidak kurang penting dalam membentuk mindset yang

berkembang agar apabila golongan fixed mindset yang merasa

dirinya sudah berhasil, mapan dan nyaman dalam hidupnya dan

menganggap hidup sudah sempurna sehingga tidak menginginkan

apa-apa lagi. Pemikiran seperti ini sangat berbahaya bagi

kelangsungan kehidupan manusia. Pola pikir yang tetap ini akan

menghambat kemajuan kualitas kehidupan mereka. Orang yang

berpikiran fixed mindset ini akan melihat orang lain maju dan

menjadi lebih baik tanpa ikut di dalamnya dan memilih untuk

menonton di saat yang lain menikmatinya.

Berbeda pula dengan tipe yang terbuka iaitu growth mindset

yang dimana golongan yang mengikuti arah perubahan. Memiliki

pola pikir yang berkembang sesuai kebutuhan dan zaman. Menyadari

bahwa keberhasilan itu harus terus diusahakan dan keberhasilan

tidak datang satu kali dalam hidup. Malah menganggap keberhasilan

(55)

43

akan sangat berpengaruh pada keberhasilan seseorang karna

menyadari bahwa hidup ini nyata dan bukan mimpi yang ketika

bangun akan mengecewakan serta menjadikan diri seseorang akan

terus-menerus bertekad untuk memperbaiki kehidupannya dan

mengamalkan nilai-nilai mulia dalam kehidupan, norma, etika, setia

kawan, gotong-royong, dan hal-hal lain sebaiknya tidak berubah.

Akan tetapi, beberapa hal memang harus berubah karena hidup di

dunia yang terus berkembang dan berubah.9

Adapun tujuan akhir dalam terapi Growth Mindset ini adalah;

a. Untuk menghasilkan perubahan, perbaikan, kesihatan dalam

perkembangan mindset dalam pengendalian diri untuk lebih

percaya diri untuk beradaptasi baik dengan lingkungan.

b. Agar mendapat suatu kesopanan tingkah laku yang dapat

memberikan manfaat bagi dirinya sendiri, lingkungan

keluarga, sosial dan sekitarnya.

c. Agar mendapat kecerdasan pada individu agar muncul rasa

toleransi pada dirinya dan orang lain.

d. Agar menghasilkan potensi ilahiyah juga dari perkembangan

pemikiran yang positif, sehingga mampu melakukan tugas

(56)

44

3. Fungsi Terapi Growth Mindset.

Dalam upaya pemberian terapi Growth Mindset ini,bantuan, ia

juga memiliki beberapa fungsi yang nantinya dapat membantu

tercapainya tujuan terapi ini.

Diantara fungsi Terapi Growth Mindset adalah;

a. Fungsi Preventif (pencegahan)

Yaitu membantu individu agar dapat berupaya aktif untuk

melakukan pencegahan sebelum mengalami masalah pada di jiwa

iaitu cepat bersangka buruk, berfikiran negatif serta mudah

berputus asa supaya ini meliputi: pengembangan strategi dan

program yang dapat digunakan mengantisipasi resiko hidup yang

tidak perlu terjadi. Yang dimaksudkan dengan pencegahan ini

adalah menghindari dari perbuatan yang tidak baik atau hasad

serta dendam dan menjauhkan diri dari larangan Allah SWT.

Sesuai dengan firman-Nya surat al-Ankabut: 45

(57)

45

ibadat-ibadat yang lain), dan Allah mengetahui apa yang kamu

kerjakan.”11

Daripada ayat di atas bisa kita pahami bahwa sesuatu yang

dilarang akan menjerumuskan pelakunya ke lembah kebinasaan,

dan juga sesuatu yang dilarang adalah sesuatu yang dicegah Allah

daripada melakukannya, sekiranya kita menghedaki keselamatan,

ketenangan dan juga kasih sayang-Nya.

b. Fungsi Remedail atau Rehabilatif.

Secara historis Terapi lebih banyak memberikan

penekanan pada fungsi remedial karena sangat dipengaruhi oleh

psikologi klinik dan psikiatri. Peranan remedial berfokus pada

masalah: penyesuaian diri, menyembuhkan masalah psikologis

yang dihadapi, mengembalikan kesehatan mental dan mengatasi

gangguan emosional.

c. Fungsi educatif / pengembangan

Fungsi ini berfokus kepada masalah: membantu

meningkatkan keterampilan-keterampilan dalam kehidupan,

mengidentifikasi dan memecahkan masalah-masalah hidup,

membantu meningkat kemampuan menghadapi transisi dalam

(58)

46

mengendalikan kecemasan, meningkatkan keterampilan

komunikasi antar pribadi, memutuskan arah hidup, menghadapi

kesepian dan sebagainya12.

d. Fungsi kuratif (Korektif)

Mambantu individu memecahkan masalah yang sedang

dihadapi oleh klien sehingga masalah dapat diselesaikan dengan

baik. Terapi Growth Mindset ini adalah membantu mengubah

cara hidup klien kepada yang lebih berkualitas dan sukses dalam

merencanakan hidup berkonsepkan Islam secara syumul dan

dari perilaku agar selaras dengan tuntutan agama Islam serta

maju selari dengan zaman.

4. Prinsip-prinsip Terapi Growth Mindset.

Prinsip-prinsip adalah hal-hal yang dapat menjadi pegangan di

dalam proses terapi ini, di nukilkan Martga Bella di dalam karyanya

Mahasiswa ½ Dewa Saatnya Menjadi Mahasiswa Penggempar Dunia,

sebagai berikut:

a. Membantu individu mengembangkan kemampuannya

mengantisipasi masa depan, sehingga mampun memperkirakan

(59)

47

memperkirakan akibat yang akan terjadi, sehingga membantu

mengingati individu untuk lebih berhati-hati dalam bertindak.

b. Membantu individu untuk mengetahui, mengenal dan memahami

keadaan dirinya sesuai dengan hakikatnya.

c. Membantu individu menemukan alternatiif pemecahan masalah.

d. Membantu individu menerima keadaan dirinya sebagai mana adanya

baik dan buruknya kekuatan dan kelemahannya sebagai sesuatu yang

telah ditakdirkan oleh Allah SWT namun, manusia hendaknya

menyadari bahwa diperlukan ikhtiar sehingga dirinya mampu

bertawakal kepada Allah SWT dengan mindset yang dirubah kearah

lebih positif dan berkembang13.

5. Unsur-unsur Emotion challenges dalam Terapi Growth Mindset Antara unsur- unsur yang ada dalam bimbingan dan konseling

Islam pada personal konseling adalah seperti berikut:

a. Konselor

Adalah pendidik yang bertugas mendewasakan manusia agar

selalu bertanggungjawab atas segala tindakan yang dilakukan,

sedang konselor lebih menitik beratkan bantuan yang diberikan pada

(60)

48

melaksanakan hal tersebut, seorang konselor harus memiliki

kemampuan khusus (keahlian tertentu) dan persyaratan-persyaratan

tertentu agar dapat mengantarkan klien kearah kesejahteraan hidup

lahir dan batin. Adapun syarat-syarat konselor professional:

a) Meyakini akan kebenaran agama yang dianutnya, menghayati

dan mengamalkan karena ia akan menjadi pembawa norma

agama serta menjadi idola sebagai muslim sejati baik lahir

maupun batin.

b) Kematangan jiwa dalam bertindak menghadapi permasalahan

yang memerlukan pemecahan.

c) Bersikap wajar, artinya sikap dan tingkah laku konselor harus

wajar tidak dibuat-buat.

d) Ramah, sebab keramahan konselor dapat menjadikan klien

merasa enak, aman, dan betah berhadapan dengan konselor serta

merasa diterima oleh konselor.

e) Hangat, sikap yang hangat dari konselor mempunyai pengaruh

yang penting bagi suksesnya proses konseling, karena sikap

hangat dari konselor dapat menciptakan hubungan baik antara

Gambar

table. Konselor juga telah mengambil beberapa gambar ketika proses
Tabel 1.2 Carta Organisasi UINSA
Tabel 1.3 Kondisi konseli sebelum Pelaksanaan Terapi
  Tabel 1.4  Langkah pertama: Konselor
+7

Referensi

Dokumen terkait

Selain itu, modal manusia juga dapat mengukuhkan institusi dengan meningkatkan kebajikan sosial buruh (Rahmah Ismail 2012) serta meningkatkan kestabilan politik

Unsur-unsur dari pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tujuan dari pengambilan keputusan, adalah mengetahui lebih dahulu apa tujuan dari

Penguasaan kemahiran profesional adalah penting untuk membolehkan graduan menggunakan maklumat dan mengoptimakan pengetahuan ( IFAC 1996). Perbincangan dapatan kajian

Adapun pengelolaan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain dalam mengelola objek wisata

Berdasarkan hasil analisis data mengenai”Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelemahan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah Daerah” (Studi Empiris pada

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa isolat yang bersifat antagonis adalah isolat B2 dengan B3 serta konsorsium bakteri endofit yang paling optimal dalam menghasilkan

Dalam pembuatan konjugat antibodi PVY-nanopartikel emas, hasil reaksi konjugasi nanopartikel emas pada antibodi menunjukkan adanya perubahan warna larutan koloid nanopartikel

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain faktorial ganda 3x3, variabel bebas adalah subtitusi tepung sorgum 10%, 20%, dan 30% dari berat total tapioka