• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA BAHAGIA ISTRI TKI: TENAGA KERJA INDONESIA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKNA BAHAGIA ISTRI TKI: TENAGA KERJA INDONESIA."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

MAKNA BAHAGIA ISTRI TKI (TENAGA KERJA INDONESIA)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata Satu (S1)

Psikologi (S.Psi)

Murdlin Mubarrok B77209149

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL

SURABAYA

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRACT

The key to a good life is happiness. Therefore. Are consciously or not humans continually strive to achieve of happiness. Happiness it self cann be achieved with the needs of life and there are many ways which is taken by each individual. People work to earn income and career achievement. The family to meet the live and affection. Interpersonal interaction that occurs within this family influence to a state of happiness (harmony) or unhappy (disharmony) on one or several other family members. In order to achieve a happy and harmonious family of one of the supporting factors are economic factors. Such a widespread assumption in society that the higher the economic level the higher the level of happiness.

Qualitative approach need is phenomenological approach. Based on the result of this study concluded thet the physiological needs of the most influential in the happiness of a wife who has a husband working abroad.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERNYATAAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

INTISARI ... x

ABSTRACT ... xi

Bab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Fokus Penelitian ... 5

C. Keaslian Penelitian ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 23

E. Manfaat Penelitian ... 24

Bab II KAJIAN PUSTAKA A. Konseptualisasi Bahagia ... 25

B. Perspektif Teoritis ... 38

Bab III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 40

B. Lokasi Penelitian ... 41

C. Sumber Data ... 41

D. Cara Pengumpulan Data ... 43

E. Prosedur Analisis dan Interpretasi Data ... 45

F. Keabsahan Data ... 46

Bab IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 47

B. Hasil Penelitian ... 51

a. Deskripsi Hasil Temuan ... 51

b. Analisis Temuan Penelitian ... 57

C. Pembahasan ... 59

Bab V PENUTUP A. Kesimpulan ... 62

B. Saran... 63

(7)

DAFTAR TABEL

[image:7.595.136.481.225.562.2]
(8)

DAFTAR LAMPIRAN

A. Transkrip Wawancara Informan (Ibu) ... 67

B. Transkrip Wawancara Subjek (Anak)... 79

C. Transkrip Wawancara Subjek (Pak RT) ... 84

D. Lembar Katersediaan ... 87

(9)
(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kebahagiaan merupakan salah satu konstrak ukur dalam bidang psikologi. Berkembangnya bidang kajian positive psychology di era milenium baru, mendo‐rong munculnya berbagai macam publikasi penelitian psikologi yang bertemakan kebahagiaan. Salah satunya adalah konsep subjective wellbeing (SWB) yang kemudian banyak dipakai dikajian‐kajian kebahagiaan individu (Diener 2008). Beberapa peneliti psikologi cenderung menyamakan istilah happiness (kebahagiaan dalam bahasa Inggris) dengan subjective wellbeing (Uchida, dkk., 2004; Lyubomirsky dkk., 2005; Boven, 2005; Pavot, 2008). Namun ada juga yang berpendapat bahwa SWB merupakan konsep lebih luas dan menyeluruh yang meliputi kebahagiaan itu sendiri. Pengertian kebahagiaan bukanlah sesederhana keterbalikan dari rasa sakit, kesedihan, atau ketidaknyamanan (Caiccopo dkk., 1999). Seligman (2002), salah seorang pendiri aliran positive psychology, mendefinisikan kebahagiaan sebagai muatan emosi dan aktivitas positif. Veenhoven (1995) mendefinisikan kebahagiaan sebagai derajat sebutan terhadap kualitas hidup yang menyenangkan dari seseorang. Veenhoven menambahkan bahwa kebahagiaan bisa disebut sebagai

(11)

2

diungkapkan oleh Oishi dan Koo (2008), kebahagian adalah konstrak laten yang secara umum diindikasikan terbaik melalui tingkat kepuasan hidup. Kebahagiaan juga didefinisikan sebagai keunggulan afek positif pada afek negatif dan sebagai kepuasan hidup yang menyeluruh (Argyle, Martin & Crossland, 1989). Diener (2000) mendefinisikan subjective wellbeing (SWB) adalah keseluruhan penilaian kognitif mengenai kualitas kehidupan seseorang.

Kunci dari hidup yang baik adalah kebahagiaan. Oleh karena itu, secara disadari maupun tidak, manusia terus berupaya untuk mencapai kebahagiaan. Kebahagiaan itu sendiri dapat dicapai dengan terpenuhinya kebutuhan hidup dan ada banyak cara yang ditempuh oleh masing-masing individu. Orang bekerja untuk memperoleh penghasilan dan pencapaian karier. Orang berkeluarga untuk memenuhi kebutuhan akan cinta dan kasih sayang. Interaksi antar pribadi yang terjadi dalam keluarga ini berpengaruh terhadap keadaan bahagia (harmonis) atau tidak bahagia (disharmonis) pada salah seorang atau beberapa anggota keluarga lainnya.

(12)

3

wife". Ini berarti bahwa perkawinan adalah bersatunya dua orang sebagai suami-istri.

Sementara itu, Undang-undang Perkawinan, yang dikenal dengan Undang-undang No. 1 Tahun 1974 telah menyebutkan bahwa "Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami dan istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa." (dalam Wantjik, 1976). Perkawinan adalah suatu hubungan antara seorang laki-laki dan perempuan yang diakui secara sosial, menyediakan hubungan seksual dan pengasuhan anak yang sah, dan didalamnya terjadi pembagian hubungan kerja yang jelas bagi masing-masing pihak baik suami maupun istri. (Duvall dan Miller , 1985).

(13)

4

(belonging). 4.Kebutuhan akan penghargaan dan prestasi (self esteem). 5.Kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri).

Demi mencapai keluarga yang bahagia dan harmonis salah satu faktor pendukungnya adalah faktor ekonomi. Seperti asumsi yang beredar di masyarakat yaitu semakin tinggi tingkat ekonomi sebuah keluarga semakin tinggi pula tingkat kebahagiaan. Oleh sebab itu setiap kepala keluarga bekerja keras demi mendapatkan pendapatan yang lebih dengan cara bekerja. Banyak pilihan pekerjaan yang dapat dipilih atau dilakukan contohnya menjadi karyawan swasta, berwirausaha dan tidak sedikit pula menjadi TKI (Tenaga Kerja Indonesia) yang menjadi pilihan bagi kebanyakan masyarakat pedesaan salah satunya di di Desa Lowayu Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.

(14)

5

sendirinya akan kembali dari hasil gaji mereka yang bahkan mungkin melebihi biaya yang mereka keluarkan.

Dengan maraknya kepala keluarga keluar negri, maka hal ini akan mempengaruhi kehidupan kabahagiaan sang istri. Kebutuhan akan kasih sayang (afeksi) dan rasa kebersamaan, kebutuhan akan perwujudan diri (aktualisasi diri) dari seorang suami akan hilang selama masih bekerja di luar negri.

Seperti peribahasa “mangan ora mangan sing penting

kumpul” dan rukun agawe santosa, crah agawe bubrah,

menunjukkan penekanan masyarakat Jawa kepada kebersamaan dan kekeluargaan sehingga senantiasa ingin bersikap yang baik kepada anggota keluarga dan selalu ingin berkumpul bersama dengan keluarga maupun lingkungan sosialnya. (Herusatoto, 2008). Makna dari peribahasa tersebut juga tidak berlaku bagi keluarga TKI (Tenaga Kerja Indonesia).

Berdasasrkan latar belakang itulah peneliti ingin meneliti tentang bagaimana istri TKI (Tenaga Kerja Indonesia) memaknai kebahagiaan dengan menggunanakan pendekatan secara deskriptif.

B. Fokus Penelitian

(15)

6

C. Keaslian Penelitian

Penelitian yang dilakukan oleh Shantory F.S Maniku, J. S. V. Sinolungan H., Opod berjudul Hubungan Kebahagiaan dengan Status Sosial pada Lingkungan Keluarga di Kelurahan Tanjung Batu metode yang digunakan menggunakan kuesioner. Penelitian dilakukan pada 93 responden. Menggunakan uji statistik yaitu uji korelasi Pearson – product moment. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu tidak terdapat hubungan antara kebahagiaan dengan status sosial pada keluarga.

Penelitian yang dilakukan oleh Gloria E. Wenas, Henry Opod ,Cicilia Pal yang berjudul Hubungan Kebahagiaan dengan Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Artembaga II di kota Bitung menggunakan metode penelitian kuantitatif dengan simple random sampling. Selain itu pada penelitian ini disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara kebahagiaan dengan status sosial ekonomi dengan tingkat hubungan yang rendah.

(16)

7

Konsep kebersamaan mendorong munculnya kekuatan-khas dan kebajikan personal dalam bentuk kearifan dan pengetahuan, keberanian, kemanusiaan dan cinta, keadilan, kesederhanaan, serta transendensi..

Penelitian yang dilakukan oleh Murti Mujamiasih yang berjudul

Subjective Well Being : Studi Indigenius pada PNS dan Karyawan swasta

(17)

8

Jawa. Model sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik snow ball sampling, dengan alat pengumpul data berupa open-ended

questionnaire. Hasilnya diketahui bahwa SWB menurut karyawan Jawa

adalah jika mereka berkecukupan secara materi (60.89%), faktor-faktor yang mempengaruhi SWB menurut karyawan Jawa juga karena faktor kecukupan materi (38.90%), upaya yang dilakukan karyawan Jawa untuk mencapai SWB adalah dengan bekerja keras (76.23%).

(18)

9

mengalami ketegangan, rasa takut, mengalami kecemasan dan emosi negatif. Meski responden mengalami beberapa masalah, namun hampir semuanya menyatakan bahwa mereka merasakan kebahagiaan dalam hidupnya. Sebesar 21,7 % Mahasiswa Psikologi angkatan 2013 tingkat kebahagiaan sangatlah tinggi. Mahasiswa yang memiliki tingkat kebahagiaan yang tinggi adalah mahasiswa yang tidak mengalami ketegangan, rasa takut, tidak mengalami kecemasan dan terbebas dari emosi negatif. Tingkat kebahagiaan dalam kategori rendah sebesar 15 % . mahasiswa yang memiliki tingkat kebahagiaan rendah adalah mereka yang mengalami ketegangan, ada rasa takut, atau mengalami kecemasan dalam hidupnya. Terdapat hubungan yang sangat signifikan antara asertif dengan kebahagiaan pada Mahasiswa Psikologi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angkatan 2013. Sebagaimana ditunjukkan dengan hasil 0,657. Korelasi yang signifikan dilihat dari sig = 0,000 ˂ 0,05. Adanya Korelasi yang tinggi ini dikarenakan dalam pengungkapan perasaan positif, afirmasi diri, serta pengungkapan perasaan negatif cukup baik.

Penelitian yang dilakukan oleh Asri Mutiara Putri dengan judul Kebahagiaan dan Kualitas Hidup Penduduk Jabodetabek (Studi pada Dewasa Muda Bekerja dan Tidak Bekerja). Penelitian ini dilakukan pada 132 penduduk Jabodetabek. Desain penelitian yang digunakan adalah cross

sectional study dengan menggunakan kuesioner sebagai instrumen

(19)

10

alat ukur Schedule for Evaluation of Individual Quality of Life- Direct

Weighting. Hasil penelitian menunjukkan bahwa individu yang bekerja

lebih bahagia dibandingkan dengan individu yang tidak bekerja. Namun, diperoleh hasil yang berbeda untuk kualitas hidup, dimana tidak terdapat perbedaan tingkat kualitas hidup antara individu yang bekerja dan tidak bekerja. Hal ini menunjukkan bahwa pekerjaan memiliki pengar uh terhadap kebahagiaan, namun tidak berpengaruh terhadap kualitas hidup. Individu yang tidak bekerja ditemukan tidak memandang pekerjaan sebagai aspek kehidupan yang penting. Kondisi ini membuat individu yang tidak bekerja tetap dapat memiliki kualitas hi dup yang baik.

(20)

11

diharapkan pada keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam) adalah keluarga yang sakkinnah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang sakinnah, mawaddah, warahmah yang didalamnya memiliki perasaan yang tenang, saling menyayangi dan mengasihi antar sesama anggota keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebahagiaan dalam keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam) yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi, kesehatan anggota keluarga, pengertian antar anggota keluarga, dan keyakinan akan kekuatan Allah SWT. Faktor eksternal yang mempengaruhi kebahagiaan meliputi kebersamaan anggota keluarga dan ekonomi keluarga, maka dengan adanya beberapa faktor tersebut akan terciptanya suatu kebahagiaan dalam keluarga khususnya pada keluarga yang berlatarbelakang budaya Jawa dan beragama Islam.

(21)

12

sebanyak tiga orang yang masing-masing memiliki cacat tubuh sejak lahir. Prosedur pengambilan data dilakukan berdasarkan konstruk operasional

(operational construct sampling). Metode pengumpulan data yang dipakai

adalah wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan ternyata orang yang tuna daksa juga memiliki kebahagiaan didalam kehidupannya. Terdapat beberapa aspek dan karakteristik yang menunjukkan ketiga responden mencapai kebahagiaan. Menjalin hubungan yang positif dan optimis membuat ketiga responden mampu menjalani kehidupan seperti orang yang memiliki fisik yang normal. Selain itu ketiga responden merasa bangga karena dengan kecacatan yang ketiga responden miliki tidak mampumenghalangi ketiganya untuk terus berkarya dan bekerja. Ketiga respondenmempunyai tujuan hidup yang sama yaitu ingin menjadi orang yang berhasil, membangun keluarga yang bahagia, dan tidak hidup bergantung pada orang lain.

(22)

13

Kabupaten Minahasa Tenggara. Berdasarkan hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini maka terdapat beberapa hal yang akan dibahas. Dari 101 keluarga yang menjadi sampel penelitian, digolongkan kedalam tiga status sosial ekonomi yaitu atas, menengah, dan bawah.Kemudian didapatkan 21 keluarga memiliki status sosial ekonomi atas, 24 keluarga memiliki status sosial ekonomi menengah, dan 56 keluarga memiliki status sosial ekonomi bawah. Status sosial ekonomi tersebut digolongkan melalui data karakteristik yang diisi oleh responden yaitu pekerjaan bapak dan ibu, pendidikan terakhir bapak dan ibu, dan pendapatan keluarga per bulan.Sedangkan kebahagiaan keluarga diukur dengan kuesioner kebahagiaan keluarga yang disusun dari acuan teori Aristoteles. Teori Aristoteles menyebutkan bahwa kebahagian yang sesungguhnya dinilai dari cara individu memandang kehidupannya dan mensyukuri apa yang ada pada dirinya, tetapi ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan yaitu pekerjaan, pendapatan, pendidikan, kesehatan, kehidupan dengan masyarakat sekitar, dan kepuasan hidup. Hasil yang didapatkan pada Tabel 3 dilakukan uji correlate pearson secara umum kedua variabel yaitu status sosial ekonomi (atas, menengah dan bawah) dengan kebahagiaan keluarga didapatkan hasil r=0,010 dengan p=0,918 > α=0,05 secara statistik tidak bermakna. Artinya, kebahagiaan tidak hanya

(23)

14

(24)

15

dan memiliki pendapatan yang besar. Hal ini sama dengan Data dari Gallup Global Poll tahun 2005 menyebutkan bahwa tingkat kepuasan hidup dan kebahagiaan bergantung pada pekerjaan, jabatan, dan pendapatan mereka. Pada akhirnya kebahagiaan itu bergantung dari cara pandang individu. Kesimpulan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan status sosial ekonomi dengan kebahagiaan keluarga dalam masyarakat Desa Betelen 1 Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan antara status sosial ekonomi dengan kebahaagian keluarga.

(25)

16

(26)

17

(27)

18

sosok yang ditemuinya setiap hari lebih intens dan lebih lama rentang waktu ditemuinya dalam sehari dibanding keluarganya. I merupakan seorang muslim yang tidak taat juga karena ia juga tidak melakukan shalat, Agama hanyalah sebuah identitas belaka baginya. I adalah sosok yang merasa bahwa ia bukanlah seorang yang pantas memiliki cita-cita karena kehidupannya sekarang merupakan kehidupan yang tidak layak untuk mempunyai mimpi, menurut I yang pantas memiliki cita-cita itu adalah seorang yang memiliki kemmapuan yang cukup untuk menggapainya baik itu dari segi dukungan keluarga, finansial atau faktor ekonomi juga pendidikan tentunya sedangkan I untuk menamatkan bangku sekolah dasar saja ia tidak melakukannya apalagi dukungan keluraga dan permasalahan ekonomi yang selalu menjadi benturan dalam hidupnya.Namun I adalah sosok yang memiliki tanggung jawab yang tinggi terhadap keluarganya terutama adik-adiknya, ketika ia merasa tidak pantas memiliki sebuah cita-cita I berharap dan berusaha membantu kedua adiknya meneruskan sekolahnya, ia tidak ingin kedua adik-adiknya tidak menamatkan sekolah seperti dirinya, I menginginkan adiknya lebih baik daripada ia yang berpendidikan rendah sekalipun salah satu faktor yang membuat ia berhenti sekolah tersebut adalah faktor internal karena menginginkan kebebasan.

(28)

19

(29)

20

(30)

21

(31)

22

(32)

23

Berdasarkan dari beberapa penelitian sebelumnya antara lain Hubungan Kebahagiaan dengan Status Sosial pada Lingkungan Keluarga di Kelurahan Tanjung Batu. Hubungan Kebahagiaan dengan Status Sosial Ekonomi Keluarga di Kelurahan Artembaga II di kota Bitung. Makna Kebahagiaan pada Jamaah Maiyah, Komunitas Bangbangwetan Surabaya.

Subjective Well Being : Studi Indigenius pada PNS dan Karyawan swasta

yang bersuku Jawa di Pulau Jawa. Kebahagiaan dan Kualitas Hidup Penduduk Jabodetabek (Studi pada Dewasa Muda Bekerja dan Tidak Bekerja). Faktor-faktor Pembentuk Kebahagiaan dalam Keluarga (Konteks Budaya Jawa dan Pengaruh Islam). Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan faktor-faktor pembentuk kebahagiaan dalam keluarga (konteks budaya Jawa dan pengaruh Islam). Gambaran Kebahagiaan Pada Penyandang Tuna Daksa Dewasa Awal. Hubungan Status Sosial Ekonomi dengan Kabahagiaan Keluarga dalam Masyarakat Desa Betelen 1 Kecamatan Tombatu Kabupaten Minahasa Tenggara. Makna Kebahagiaan pada Anak Jalanan, penelitian yang saya lakukan ini asli bukan meniru dan benar – benar berbeda meski sama membahas makna kebahagiaan namun tidak ada yang menggunakan sampel keluarga TKI.

D. Tujuan Penelitian

(33)

24

E. Manfaat Penelitian

Apabila penelitian ini dilaksanakan, maka hasil penelitiannya akan bermanfaat sebagai:

1. Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam menambah khasana ilmu pengetahuan terutama di bidang psikologi sosial.

2. Praktis

a. Sebagai informasi penting bagi keluarga yang memiliki anggota keluarga berprofesi sebagai TKI agar memahami psikologi istri yang ditinggalkan.

(34)

25

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Bahagia Suami Istri

1. Definisi Bahagia

Arti kata “bahagia” berbeda dengan kata “senang.”

Secara filsafat kata “bahagia” dapat diartikan dengan

kenyamanan dan kenikmatan spiritual dengan sempurna dan rasa kepuasan, serta tidak adanya cacat dalam pikiran sehingga merasa tenang serta damai. Kebahagiaan bersifat abstrak dan tidak dapat disentuh atau diraba. Kebahagiaan erat berhubungan dengan kejiwaan dari yang bersangkutan (Dalam Kosasih, 2002) Sumner (dalam Veenhoven, 2006) menggambarkan kebahagiaan sebagai “memiliki sejenis

(35)

26

”Diener (1985) menyatakan bahwa happinessatau

kebahagiaan mempunyai makna yang sama dengan

subjective wellbeing dimana subjective wellbeing terbagi

atas dua komponen didalamnya. Kedua komponen tersebut adalah komponen afektif dan komponen kognitif.

Furnham (2008) juga menyatakan bahwa kebahagiaan merupakan bagian dari kesejahteraan, contentment, to do your life satisfaction or equally the absence

of psychology distress. Ditambahkan pula bahwa konsep

kebahagiaan adalah merupakan sinonim dari kepuasan hidup atau satisfaction with life (Veenhoven, 2000). Diener (2007) juga menyatakan bahwa satisfaction with life merupakan bentuk nyata dari happiness atau kebahagiaan dimana kebahagiaan tersebut merupakan sesuatu yang lebih dari suatu pencapaian tujuan dikarenakan pada kenyataannya kebahagiaan selalu dihubungkan dengan kesehatan yang lebih baik, kreativitas yang lebih tinggi serta tempat kerja yang lebih baik.

(36)

27

kondisi ini adalah merupakan kondisi kebahagiaan yang dirasakan seorang individu.

2. Komponen-Komponen Kebahagiaan

Diener (1985) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan mempunyai makna yang sama dengan

subjective wellbeing dimana subjective wellbeing terbagi

atas dua komponen didalamnya. Kedua komponen tersebut adalah:

a. Komponen afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan dan emosi. Ditambahkan lagi oleh Diener (1985) bahwa komponen afektif ini terbagi lagi atas afek positif dan afek negatif.

b. Komponen kognitif yaitu kepuasan hidup dan dengan domain kehidupan lainnya.

(37)

28

kepuasan lainnya. Argyle dan Crosland (1987) berpendapat bahwa kebahagiaan terdiri dari tiga komponen, yaitu frekuensi dari afek positif atau kegembiraan; level dari kepuasan pada suatu periode; dan kehadiran dari perasaan negatif seperti depresi dan kecemasan.

Aspek-aspek yang telah disebutkan oleh beberapa tokoh diatas sejalan dengan dua komponen kebahagiaan menurut Rakhmat (2004) dimana komponen kebahagiaan pertama adalah perasaan menyenangkan. Bahagia adalah emosi positif, dan sedih adalah emosi negatif. Sedangkan komponen kebahagiaan yang kedua adalah penilaian seseorang tentang hidupnya. Perasaan kita sebut sebagai unsur afektif dan penilaian unsur kognitif.

3. Faktor–Faktor yang Berkontribusi Terhadap Kebahagiaan.

a. Faktor External

(38)

29

1. Uang

Keadaan keuangan yang dimiliki seseorang pada saat tertentu menentukan kebahagiaan yang dirasakannya akibat peningkatan kekayaan. Individu yang menempatkan uang di atas tujuan yang lainnya juga akan cenderung menjadi kurang puas dengan pemasukan dan kehidupannya secara keseluruhan (Seligman, 2002).

2. Pernikahan

Pernikahan memiliki dampak yang jauh lebih besar dibanding uang dalam mempengaruhi kebahagiaan seseorang. Individu yang menikah cenderung lebih bahagia daripada mereka yang tidak menikah (Seligman, 2002). Lebih bahagianya individu yang telah menikah bisa karena pernikahan menyediakan keintiman psikologis dan fisik, konteks untuk memiliki anak, membangun rumah tangga, dan mengafirmasi identitas serta peran sosial sebagai pasangan dan orangtua (Carr, 2004).

3. Kehidupan Sosial

(39)

30

kebahagiaan, karena pertemanan tersedia dukungan sosial dan terpenuhinya kebutuhan akan affiliasi (Carr, 2004). Mempertahankan beberapa hubungan dekat dipercayai telah ditemukan berkorelasi dengan kebahagiaan dan kesejahteraan subjektif (Argyle, 2001, 2000 dalam Carr, 2004).

4. Kesehatan

Kesehatan yang dapat berpengaruh terhadap kebahagiaan adalah kesehatan yang dipersepsikan oleh individu (kesehatan subjektif), bukan kesehatan yang sebenarnya dimiliki (kesehatan obyektif) (Seligman, 2002; Carr, 2004).

5. Agama

(40)

31

fisik danp sikologis dalam kesetiaan perkawinan, perilaku prososial, makan dan minum secara teratur, dan komitmen untuk bekerja keras (dalam Carr, 2004).

6. Emosi Positif

Melalui penelitian yang dilakukan oleh Norman Bradburn (dalam Seligman, 2002) diketahui bahwa individu yang mengalami banyak emosi negatif akan mengalami sedikit emosi positif, dan sebaliknya Lafreniere (1999) menyatakan bahwa emosi positif merupakan emosi yang dikehendaki seseorang, seperti :

a. Gembira

Kegembiraan, keriangan dan kesenangan timbul akibat rangsangan seperti keadaan fisik yang sehat atau keberhasilan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ada berbagai macam ekspresi kegembiraan, dari yang tenang sampai meluap-luap. Seiring dengan bertambahnya usia, lingkungan sosial akan memaksa individu untuk mampu mengendalikan ekspresi kegembiraannya agar dapat dikatakan dewasa atau matang (Lazarus dalam Lafreniere, 1999).

(41)

32

Rangsangan yang menimbulkan emosi ingin tahu sangat banyak. Contohnya sesuatu hal yang aneh dan baru akan menyebabkan seseorang berusaha mencari tahu hal tersebut (Izard dalam Lafreniere, 1999).

c. Cinta

Perasaan yang melibatkan rasa kasih sayang baik terhadap benda maupun manusia (Lazarus dalam Lafreniere, 1999).

d. Bangga

Suatu perasaan yang dapat meningkatkan identitas ego seseorang misalnya dengan cara berhasil mencapai sesuatu yang bernilai atau dapat mewujudkan keinginan, seperti meraih prestasi (Lewis dalam Lafreniere, 1999).

7. Usia

(42)

33

8. Pendidikan, Iklim, Ras dan Jender

Keempat hal ini memiliki pengaruh yang tidak cukup besar terhadap tingkat kebahagiaan seseorang. Pendidikan dapat sedikit meningkatkan kebahagiaan pada mereka yang berpenghasilan rendah karena pendidikan merupakan sarana untuk mencapai pendapatan yang lebih baik. Iklim di daerah dimana seseorang tinggal dan ras juga tidak memiliki pengaruh terhadap kebahagiaan. Sedangkan jender, antara pria dan wanita tidak terdapat perbedaan pada keadaan emosinya, namun ini karena wanita cenderung lebih bahagia sekaligus lebih sedih dibandingkan pria (Seligman, 2002).

9. Produktivitas Pekerjaan.

Carr (2004) menyatakan bahwa individu yang bekerja cenderung lebih bahagia daripada yang menganggur, terutama jika tujuan yang dicapai merupakan tujuan yang memiliki nilai tinggi bagi individu. Hal ini disebabkan oleh adanya stimulasi menyenangkan, terpuasnya rasa keingintahuan dan pengembangan keterampilan, dukungan sosial, serta identitas diri yang didapat dari pekerjaan (Carr, 2004).

b. Faktor Internal

(43)

34

kebahagiaan pada masa sekarang. Ketiga hal tersebut tidak selalu dirasakan secara bersamaan, seseorang bisa saja bangga dan puas dengan masa lalunya namun merasa getir dan pesimis terhadap masa sekarang dan yang akan datang.

a. Kepuasan Terhadap Masa Lalu

Kepuasan terhadap masa lalu dapat dicapai melalui tiga cara:

→ Melepaskan pandangan masa lalu sebagai penentu

masa depan seseorang.

→ Gratitude (bersyukur) terhadap hal-hal baik dalam

hidup akan meningkatkan kenangan-kenangan positif.

→ Forgiving dan forgetting (memaafkan dan melupakan)

Perasaan seseorang terhadap masa lalu tergantung sepenuhnya pada ingatan yang dimilikinya. Salah satu cara untuk menghilangkan emosi negatif mengenai masa lalu adalah dengan memaafkan. Defenisi memaafkan menurut Affinito (dalam Seligman, 2002) adalah memutuskan untuk tidak menghukum pihak yang menurut seseorang telah berlaku tidak adil padanya, bertindak sesuai dengan keputusan tersebut dan mengalami kelegaan emosi setelahnya. Memaafkan dapat menurunkan stress dan meningkatkan kemungkinan terciptanya kepuasan hidup.

(44)

35

Optimisme didefinisikan sebagai ekspektasi secara umum bahwa akan terjadi lebih banyak hal baik dibandingkan hal buruk di masa yang akan datang (Carr, 2004).

c. Kebahagiaan Masa Sekarang

Kebahagiaan masa sekarang melibatkan dua hal, yaitu:

→ Pleasure yaitu kesenangan yang memiliki komponen

sensori dan emosional yang kuat, sifatnya sementara dan melibatkan sedikit pemikiran. Pleasure terbagi menjadi dua, yaitu bodily pleasures yang didapat melalui indera dan sensori, dan higher pleasures yang didapat melalui aktivitas yang lebih kompleks. Ada tiga hal yang dapat meningkatkan kebahagiaan sementara, yaitu menghindari habituasi dengan cara memberi selang waktu cukup panjang antar kejadian menyenangkan; savoring (menikmati) yaitu menyadari dan dengan sengaja memperhatikan sebuah kenikmatan; serta mindfulness (kecermatan) yaitu mencermati dan menjalani segala pengalaman dengan tidak terburu–buru dan melalui perspektif yang berbeda.

→ Gratificationyaitu kegiatan yang sangat disukai oleh

(45)

36

komponen seperti menantang, membutuhkan keterampilan dan konsentrasi, bertujuan, ada umpan balik langsung, pelaku tenggelam di dalamnya, ada pengendaian, kesadaran diri pupus, dan waktu seolah berhenti.

4. Pengukuran Kebahagiaan

Beragam teknik telah dikembangkan untuk mengukur kebahagiaan, antara lain dengan pertanyaan seperti “seberapa bahagiakah kamu sekarang?” atau“seberapa

puaskah kamu dengan hidupmu?”. Biasanya responden

(46)

37

dimana subjective wellbeing terbagi atas dua komponen didalamnya. Kedua komponen tersebut adalah:

a. Komponen afektif yaitu menggambarkan pengalaman emosi dari kesenangan, kegembiraan dan emosi. Ditambahkan lagi oleh Diener (1985) bahwa komponen afektif ini terbagi lagi atas afek positif dan afek negatif.

b. Komponen kognitif yaitu kepuasan hidup dan dengan domain kehidupan lainnya.

4. Definisi Suami Istri

Menurut pasal 31 Undang-undang RI No. I tahun 1974 tentang perkawinan :

1. Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangganya dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat.

2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum

3. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga (R. Subekti, SH. 1990: 457).

(47)

38

wanita bahwa laki-laki adalah selalu pencari nafkah utama sementara perempuan bertanggung jawab hanya atas segala pekerjaan reproduktif maupun pekerjaan domestik yang terkait dalam organisasi rumah tangga.

Kemudian Astiti dalam T. O lhromi (1999:226) menjelaskan bahwa dalam kegiatan ekonomi, suami sebagai kepala keluarga bertanggung jawab untuk menghasilkan barang dan jasa yang akan dikonsumsi bersama, sedangkan istri sebagai ibu rumah tangga melakukan peranan yang utama dalam proses sosialisasi anak.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa suami adalah kepala keluarga yang bertugas sebagai pencari nafkah dan istri sebagai ibu rumah tangga yang bertugas mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

B. Perspektif Teoritis

Diener (1985) menyatakan bahwa happiness atau kebahagiaan mempunyai makna yang sama dengan subjective wellbeing dimana subjective wellbeing terbagi atas dua komponen didalamnya. Kedua komponen tersebut adalah:

(48)

39

Diener (1985) bahwa komponen afektif ini terbagi lagi atas afek positif dan afek negatif.

b. Komponen kognitif yaitu kepuasan hidup dan dengan domain kehidupan lainnya.

(49)

(50)

(51)

40

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Creswell (dalam Raco, 2010) mendefinisikannya sebagai suatu pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala sentral. Sarantakos (dalam Poerwandari, 2005) secara umum dapat disampaikan bahwa pendekatan kualitatif mencoba menerjemahkan pandangan-pandangan dasar interpretif dan fenomenologis yang antara lain: (1) realitas sosial adalah sesuatu yang subyektif dan diinterpretasikan, bukan sesuatu yang lepas dari individu-individu; (2) manusia tidak secara sederhana disampaikan mengikuti hukum-hukum alam di luar diri, melainkan menciptakan rangkaian makna menjalani hidupnya; (3) ilmu didasarkan pada pengetahuan sehari-hari bersifat induktif, idiografis dan tidak bebas nilai; serta (4) penelitian bertujuan untuk memahami kehidupan sosial.

Alasan peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif karena peneliti ingin mengetahui makna bahagia istri TKI (Tenaga Kerja Indonesia).

(52)

41

akan nampak sebagaimana dia adanya (things as they appear). Masalah utama yang hendak dialami dan dipahami metode ini adalah arti atau pengertian, struktur dan hakikat dari pengalaman hidup seseorang atau kelompok atas suatu gejala yang dialami.

Pendekatan fenomenologis dipilih peneliti karena peneliti dalam pandangan fenomenologis berusaha memahami arti peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang yang berada dalam situasi tertentu (Moleong, 2009).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini mengambil setting tempat tinggal subyek yang terletak cukup jauh dari rumah peneliti yaitu di Desa Lowayu Kecamatan Dukun Kabupaten Gresik.

Adapun pertimbangan yang mendasari peneliti memilih tempat penelitian ini, yaitu subyek tinggal satu atap dengan anaknya yang statusnya sebagai informan sehingga mempermudah mendapatkan data baik melalui wawancara maupun observasi. Selain itu, subjek merasa nyaman bila berada di rumah untuk memberikan informasi tentang diri subyek.

C. Sumber Data

(53)

42

selebihnya adalah tambahan. Seperti dokumen dan lain sebagainya. Adapun sumber data menurut Sugiyono (2011) dibagi menjadi 2, yaitu:

1. Sumber data primer merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data.

2. Sumber data sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data pada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen

Sumber data primer yang digunakan peneliti adalah ibu rumah tangga yang bernama Muklisanah (M) ditinggal oleh suaminya bekerja keluar negeri sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) kurang lebih selama 10 tahun. Memiliki tiga orang anak. Anak pertamanya laki-laki yang sudah menyelesaikan pendidikan tingkat S1 di salah satu Universitas negeri di Surabaya yang sekarang sudah bekerja dan tinggal di daerah Sidoarjo. Dia mengontrak rumah untuk tinggal bersama istri dan anaknya. Anak yang kedua laki-laki juga sudah menyelesaikan pendidikan tingkat S1 di salah satu Universitas negeri di Surabaya dan sekarang sudah bekerja sebagai guru di sekolah menengah atas di Surabaya. Dan yang ketiga anak terakhir perempuan yang sekarang masi mondok di salah satu pesantren di Lamongan, yang setelah mondok akan melanjutkan pendidikan tingkat S1 juga.

(54)

43

pertama subjek yang sekarang sudah berkeluarga dan tinggal bersama istri dan anaknya di kota. Anak subjek sangat tahu tentang kondisi subjek pada waktu suami subjek sedang bekerja diluar negeri karena tinggal serumah.

D. Cara Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2011) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi (pengamatan), interview, kuesioner (angket), dokumentasi dan gabungan keempatnya. Adapun langkah-langkah pengumpulan data meliputi usaha membatasi penelitian, mengumpulkan informasi melalui observasi dan wawancara, baik yang terstruktur maupun tidak, dokumentasi, materi-materi visual, serta usaha merancang protokol untuk merekam/mencatat informasi (Creswell, 2012).

1. Wawancara

(55)

44

atau wawancara mendalam. Dengan wawancara mendalam, peneliti akan menangkap arti yang diberikan subyek pada pengalamannya. Pengalaman dan pendapat inilah yang menjadi bahan dasar data yang nantinya dianalisis (Raco, 2010).

Penelitian ini menggunakan teknik wawancara tidak terstruktur. Sugiyono (2011) menjelaskan wawancara tidak terstruktur merupakan wawancara yang bebas. Dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Wawancara tidak terstruktur atau terbuka, sering digunakan dalam penelitian pendahuluan atau malahan untuk penelitian yang lebih mendalam tentang subyek yang diteliti.

Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan oleh subyek. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari subyek tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan (Sugiyono, 2011).

(56)

45

mendapatkan informasi yang terkait dengan bagaimana subyek mengekspresikan emosinya

2. Dokumen

Menurut Sugiyono (2011), dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Hasil penelitian juga akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis akademik dan seni yang telah ada.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengambil dokumentasi berupa laporan keaktifan mengaji satu juz satu hari.

E. Prosedur Analisis Dan Interpretasi Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan (Sugiyono, 2011)

(57)

46

Ketiga, menganalisis data yang telah dipilah dan dipilih sesuai dengan kepentingan analisis, dan akhirnya menarik kesimpulan

F. Keabsahan Data

Sebelum data hasil penelitian diolah dan dianalisis, dilakukan pemeriksaan keabsahan data. Pada penelitian ini dilakukan pemeriksaan keabsahan data dengan teknik triangulasi. Menurut Sugiyono (Sugiyono, 2011), Triangulasi diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai waktu.

(58)

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Subjek

Penelitian ini dilaksanakan selama kurang lebih selama dua bulan, dimulai sejak pertengahan bulan november 2015 dan berakhir pada awal bulan januari 2016. Adapun waktu penelitian ini dihitung sejak proses pencarian subjek penelitian hingga disusunnya laporan hasil penelitian ini secara bertahap. Waktu penelitian ini adalah waktu efektif. Setiap tahapan yang terjadi tidak berjalan secara mutlak, namun bisa diselingi dengan tahap selanjutnya demi efektivitas waktu tanpa mengurangi esensi dari penelitian itu sendiri.

(59)

48

dalam hasil penelitian dan kemudian subjek mengisi informed consent sebagai bukti kerelaan subjek untuk digali informasi tentang diri subjek.

Subjek dalam penelitian ini adalah ibu rumah tangga yang bernama Muklisanah (M) ditinggal oleh suaminya bekerja keluar negeri sebagai TKI (Tenaga Kerja Indonesia) kurang lebih selama 10 tahun. Memiliki tiga orang anak. Anak pertamanya laki-laki yang sudah menyelesaikan pendidikan tingkat S1 di salah satu Universitas negeri di Surabaya yang sekarang sudah bekerja dan tinggal di daerah Sidoarjo. Dia mengontrak rumah untuk tinggal bersama istri dan anaknya. Anak yang kedua laki-laki juga sudah menyelesaikan pendidikan tingkat S1 di salah satu Universitas negeri di Surabaya dan sekarang sudah bekerja sebagai guru di sekolah menengah atas di Surabaya. Dan yang ketiga anak terakhir perempuan yang sekarang masi mondok di salah satu pesantren di Lamongan, yang setelah mondok akan melanjutkan pendidikan tingkat S1 juga.

(60)

49

Penelitian ini dilakukan melalui beberapa tahapan. Tahap yang pertama adalah penentuan karakteristik dan status subjek penelitian. Penelitian ini ingin mengetahui bagaimana makna bahagia pada istri

seorang TKI. Dalam hal penentuan karakteristik dan status subyek,

pada awalnya peneliti menemukan karakteristik yang berbeda sebelum dan sesudah terjalin kedekatan subjek dengan peneliti. Namun setelah dikaji lebih mendalam melalui teori serta serta pendekatan diri peneliti terhadap semua subjek, akhirnya disusunlah kriteria untuk subjek penelitian berdasarkan apa yang telah diuraikan dalam Bab III.

[image:60.595.98.537.634.728.2]

Tahap kedua adalah tahap pengumpulan data yang berupa wawancara langsung disertai dengan observasi. Namun sebelum tahap ini dilakukan, terlebih dahulu disusun sebuah pedoman wawancara yang menjaga agar penggalian data ini tetap fokus pada data-data yang ingin diungkap. Pedoman wawancara tersebut tidak berlaku mutlak, namun menyesuaikan dengan kondisi yang terjadi di lapangan. Adapun proses pengambilan data untuk penelitian ini dapat diadministrasikan sebagai berikut:

Tabel 1. Jadwal Pengambilan data

Identitas Tempat Waktu Kegiatan

(61)

50

(Subjek)

ZA

(Anak Subjek)

Surabaya 20 Desember 2016 Wawancara

AM

(Ketua RT)

Gresik 19 Desember 2016 Wawancara

Tahap yang ketiga adalah penulisan transkrip wawancara. Untuk keefektifan waktu, penulisan transkrip wawancara tidak menunggu semua wawancara semua subjek selesai. Namun penulisan transkrip wawancara dilakukan sesegera mungkin setelah proses wawancara seorang subjek, asalkan tidak mengganggu proses wawancara yang lain.

(62)

51

2. Hasil Penelitian

A. Deskripsi Hasil Temuan

Maka selanjutnya akan dipaparkan riwayat kasus subyek penelitian sebagai berikut:

a. Profil Subjek

Nama (inisial) : M

Usia : 45 tahun

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Deskripsi :

Penelitian ini pada subyek dilakukan sebanyak tiga kali yaitu satu kali di rumah subjek, satu kali di rumah kontrakan anak subjek, dan terakhir di rumah Pak RT desa subjek tinggal. Suami subjek memilih bekerja di luar negeri dikarenakan susahnya mencari pekerjaan yang layak ditengah – tengah himpitan ekonomi keluarga.

“Jaman dulu udah susah mas cari kerja. Apalagi ijasah SMA dan kebutuhan keluarga juga kurang.”(M191215.2) dan “Cari keja disini

susah apalagi ijasah bapak ya gak mumpuni buat cari kerjaan yang bisa mencukupi kami sekeluarga.”(ZA201215.2)

(63)

52

mencukupi kebutuhan mereka dan pada akhirnya bertahan kurang lebih sepuluh tahun di negeri orang.

“Dari teman sekolahnya dulu yang juga seorang TKI.”( M191215.3), “Ya sedih, khawatir, pikiran tidak tenang intinya kepikiran terus

namanya suami saya ya saya ingin bekerja di dekat-dekat saja tapi gimana lagi tanggung jawab suami untuk menafkahi kami.

( M191215.4), dan “Kira-kira sepuluh tahun jadi bekerja diluar negeri.

Di Arab tiga taun, di Brunai empat tahun dan di Malaysia tiga tahunan.”(M191215.1)

b. Kepuasan Hidup

Keputusan suami subjek bekerja di negeri orang membuahkan hasil yang menyenangkan bagi subjek terutama akan prioritas subjek yaitu menyekolahkan anak – anak di jenjang pendidikan setinggi mungkin. “Sudah lebih-lebih, anak saya yang laki-laki dua-duanya sudah lulus

S1, anak saya yang perempuan sekarang mondok di pesantren. Meskipun rumah tidak menjadi bagus seperti rumah para tetangga, tujuannya hanya anak saya bisa sekolah tinggi dulu, tercukupi sehari-hari dan di tabung sedikit-sedikit.” (M191215.6)

(64)

53

Namanya suami istri kan pasti butuh seperti itu tapi yang saya inginkan itu. Ada bapak saja disini itu sudah cukup menemani hari-harinya itu loh. Saya sudah tidak kepikiran pada waktu bapak kerja di luar negeri, saya cuma berfikir bagaimana melihat anak-anak saya seneng, bisa bayar sekolah, bisa membeli jajan seperti teman-temannya.”

( M141215.7)

Pencapaian tertinggi bagi subjek ialah pendidikan anak. Bagi dirinya tidak terlalu mempermasalahkan suami asalkan kebutuhan anak terutama pendidikan tercukupi.

“Nomor satu niatnya kan buat biaya sekolah anak. Alhamdulillah anak

saya dua yang laki-laki bisa kuliah sampai lulus. Sekarang tinggal anak saya yang perempuan masih mondok di pesantren sudah sekolah tingkat SMA.”( M191215.14)

c. Gairah Positif

Subjek tidak terpengaruh akan media tentang pemberitaan tentang tenaga kerja Indonesia mendapatkan perlakuan yang kurang menyenagkan dari atasan sebab takut bila buah hati mereka ikut cemas. Maka dari itu ia hanya selalu berdoa dengan sang Maha Kuasa.

“Saya pasrahkan kepada Allah dek. Kalau saya kepikiran nanti kasihan

(65)

54

Meskipun subjek acapkali merasa kesepian.Ia merasa bahagia dikelilingi dengan lingkungan yang rukun. Sehingga subjek seringkali lupa dengan kondisinya hidup tanpa suami dengan mengikuti kegiatan positif di kampung. Selain mengusir kesepian dengan cara tersebut, subjek juga menghubungi buah hatinya yang berada di luar kota.

“Disini warganya guyub dan kompak dek, saya sering ikut kegiatan ibu

pkk dan pengajian rutin tiap seminggu sekali di masjid kampung.”

(M191215.15), “Senang lah bisa membantu tetangga kalau misalnya ada acara pernikahan, khitanan saya biasanya ikut membantu senang bisa berkumpul dengan tetangga lainnya bercandaan ya itu yang bisa membuat saya agak lupa dengan kesepian saya kalau tidak ada suami di rumah."( M141215.16), “Ibu M itu orangnya ramah mas. Setiap orang yang ketemu dia selalu disapa meski beda gang rumah. Selain itu juga aktif ikut kegiatan pkk dan pengajian.”( AM191215.3), dan “Setahuku

ibu selalu ikut kegiatan yang dilaksanakan ibu pkk dan pengajian. Kadang juga telpon ke anak – anaknya waktu kita tidak ada di rumah terutama adik sebab dia mondok.”( ZA151215.8).

B. Keabsahan Data

(66)

55

menggunakan significant other atau orang lain yang dipercaya oleh subyek yang diteliti sebagai informan. Dalam hal ini peneliti bermaksud mengecek kembali dengan wawancara.

Keabsahan data yang diperoleh dapat dibuktikan dengan beberapa hasil wawancara subjek sekunder ZA (anak subjek) dan AM (Ketua RT) yang saling mendukung dan berkaitan dengan hasil wawancara subjek primer M (subjek).

Subjek tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya saat awal suami memutuskan untuk bekerja di luar negeri demi memenuhi kebutuhan keluarga dan anak-anaknya. Hal ini dibenarkan hasil wawancara anak subjek.

“Awalnya sih tidak senang karena jauh dari suami serta bingung biaya

kebutuhan saya dan anak – anak. Namun lamban laun hingga saat ini ya seneng sebab suami selalu tidak lupa mengirim uang untuk kebutuhan kami”.(M191215.10), dan “Awalnya gak setuju karena saat itu adik

masih kecil tapi tidak ada pilihan lagi. Bapak cuman ada link yang bisa diterima kerja disana”.(ZA201215.3).

Selama suami bekerja di luar negeri dalam menghadapi rasa kesepian subjek aktif dalam kegiatan PKK dan pengajian yang diadakan di kampung.

“Disini warganya guyub dan kompak dek, saya sering ikut kegiatan ibu

(67)

56

dilaksanakan ibu pkk dan pengajian. Kadang juga telpon ke anak – anaknya waktu kita tidak ada di rumah terutama adik sebab dia mondok”.(ZA201215.8).

Saat ini subjek sudah merasa bahagia karena suami yang bekerja di luar negeri akan segera pulang dan biaya kuliah anak terakhirnya perempuan yang masih mondok sudah tersedia.

“Alhamdulillah sudah, suami saya juga setelah ini pulang karena

kontrak kerjanya sudah habis, anak-anak saya juga sudah selesai kuliahnya dan sudah bekerja juga di Surabaya, anak saya laki-laki yang pertama juga sudah menikah, anak laki-laki yang kedua juga sekarang mengajar di sekolah, ya tinggal yang perempuan masih mondok. Tabungan buat kuliahnya juga sudah ada. Alhamdulillah saya sudah bahagia sekarang”.(M191215.18), dan “ sepertinya sudah, ibu kelihatan

(68)

57

C. Hasil Analisis Data

[image:68.595.110.519.218.697.2]

Untuk dapat lebih memahami makna bahagia menurut ibu M dapat dicermati dalam table berikut :

Tabel 2. Analisa Data

Dimensi makna bahagia M

Kepuasan Hidup Subjek merasa merasa sangat

tercukupi dari hasil suaminya yang bekerja di negeri orang karena dapat memenuhi kebetuhanya serta anak-anaknya mereka

(69)

58

Berdasarkan fokus penelitian yang ingin diungkap dalam penelitian ini, yakni bagaimana makna bahagia menurut istri TKI (Tenaga Kerja Indonesia).tabel diatas bisa dijelaskan sebagai berikut :

a. Kepuasan Hidup

Subjek merasa puas dengan jerih paya suaminnya yang sedang membanting tulang di negeri orang karena dapat memenuhi kebetuhanya serta buah hati mereka.

“Sudah lebih-lebih, anak saya yang laki-laki dua-duanya sudah lulus

S1, anak saya yang perempuan sekarang mondok di pesantren. Meskipun rumah tidak menjadi bagus seperti rumah para tetangga, tujuannya hanya anak saya bisa sekolah tinggi dulu, tercukupi sehari-hari dan di tabung sedikit-sedikit.” (M191215.6)

b. Gairah Positif

Meski subjek hidup sendiri tanpa suami, ia mampu melakukan hal yang positif serta tidak terpengaruh dari segala macam informasi media tentang tenaga kerja indonesia.

“Saya pasrahkan kepada Allah dek. Kalau saya kepikiran nanti kasihan

anak – anak juga ikut kepikiran”.(M191215.13), “Disini warganya guyub dan kompak dek, saya sering ikut kegiatan ibu pkk dan pengajian rutin tiap seminggu sekali di masjid kampung.”

(70)

59

ada acara pernikahan, khitanan saya biasanya ikut membantu senang bisa berkumpul dengan tetangga lainnya bercandaan ya itu yang bisa membuat saya agak lupa dengan kesepian saya kalau tidak ada suami di rumah."( M141215.16), “Ibu M itu orangnya ramah loh mas. Setiap orang yang ketemu dia selalu disapa meski beda gang rumah. Selain itu juga aktif ikut kegiatan pkk dan pengajian.”( AM191215.3), dan “Setahuku ibu selalu ikut kegiatan yang dilaksanakan ibu pkk dan

pengajian. Kadang juga telpon ke anak – anaknya waktu kita tidak ada di rumah terutama adik sebab dia mondok.”( ZA201215.8)

3. Pembahasan

Kebahagiaan dalam aspek psikologi sering dikaitkan dengan well-being atau kesejahteraan, menurut Ryan dan Deci (2001) tradisi well-being meliputi pendekatan hedonic dan pendekatan Eudaimonic.

Pendekatan Hedonic menyatakan bahwa tujuan hidup adalah untuk mencapai kebahagiaan, kesenangan, mendapatkan kenikmatan serta terhindar dari rasa sakit, dalam penelitian tersebut banyak digunakan pemikiran mengenai Subjective Well being dimana Subjective Well

being menyangkut tiga komponen yaitu kepuasan hidup, adanya gairah

(71)

60

Dalam kasus subjek mampu menjalankan perannya sebagai ibu rumah tangga dengan baik meskipun ia hidup sendiri membesarkan buah hatinya tanpa suami yang sedang membanting tulang di negeri orang lain . Namun dapat menunjukan kebahagiaanya yang menurut Diener terbagi menjadi dua dimensi yaitu :

1. Kepuasan Hidup

Secara garis besar, Subjek merasa merasa sangat tercukupi dari hasil suaminya yang bekerja di negeri orang karena dapat memenuhi kebetuhanya serta anak-anaknya mereka.

2. Gairah Positif

Meski subjek hidup sendiri tanpa suami, ia mampu melakukan hal yang positif serta tidak terpengaruh dari segala macam informasi media tentang tenaga kerja indonesia.

Adapun beberapa faktor – faktor yang mempengaruhi kebahagaiian yang dialami subjek, yaitu :

1. Kebutuhan Fisiologis

(72)

61

negara sulit untuk dijelaskan karena negar yang lebih kaya juga memiliki angka buta huruf yang lebih rendah, tingkat kesehatan yang lebih baik, pendidikan yang lebih tinggi, kebebasan yang lebih luas dan barang materil nyang lebih banyak. Seligman (2005) menjelaskan bahwa di Negara yang ssangat miskin, kaya berarti bisa lebih bahagia. Namun di Negara yang lebih makmur dimana hamper semua orang memperoleh kebutuhan dasar, peningkatan kekayaan tidak begitu berdampak pada kebahagiaan. Seligman (2005), manyimpulkan penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya lebih daripada uang itu sendiri.

(73)

62

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kebahagiaan didefinisikan sebagai keadaan psikologis positif yang ditandai dengan tingginya derajat kepuasan hidup serta gairah positif. Menurut Diener kebahagiaan hidup terbagi menjadi dua dimensi yaitu kepuasan hidup dan gairah positif.

Untuk kepuasan hidup Subjek merasa sangat tercukupi dari hasil suaminya yang bekerja di negeri orang karena dapat memenuhi kebetuhanya serta anak-anaknya mereka. Dan untuk gairah positif meski subjek hidup sendiri tanpa suami, ia mampu melakukan hal yang positif serta tidak terpengaruh dari segala macam informasi media tentang tenaga kerja Indonesia.

Tapi dalam kasus ini, subjek merasa bahagia bila masalah himpitan ekonomi dapat terselesaikan dengan baik. Dalam kurung waktu sepuluh tahun suaminya bekerja di negeri orang, kondisi ekonomi keluarga subjek sudah membaik. Hal ini ditujukan dengan kepuasaanya mampu memberikan pendidikan untuk buah hatinya setinggi mungkin. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian yaitu “Alhamdulillah sudah, suami saya juga setelah ini pulang karena

(74)

63

kuliahnya dan sudah bekerja juga di Surabaya, anak saya laki-laki yang pertama juga sudah menikah, anak laki-laki yang kedua juga sekarang mengajar di sekolah, ya tinggal yang perempuan masih mondok. Tabungan buat kuliahnya juga sudah ada. Alhamdulillah saya sudah bahagia sekarang”.(M191215.18), dan “ sepertinya sudah, ibu kelihatan

lebih gembira saat tahu kontrak kerja bapak mau habis dan pulang lagi ke rumah. Dan, “Sedih senang ya ada. Sedih kalau ketika saya

membutuhkan suami saya tapi suami saya tidak ada, melihat anak-anak saya kalau pulang sekolah tidak bertemu bapaknya seperti teman-temannya. Senang ya ketika bisa bayar sekolah itu tidak bingung uang lagi karena sudah dapat kiriman dari bapaknya, kalau minta uang untuk membeli jajan bisa ngasih”.(M191215.11).

Adapun dari hasil penelitian ini disimpulkan bahwasanya kebutuhan fisiologis yang paling berpengaruh dalam kebahagiaan seorang istri yang memiliki suami bekerja di luar negeri.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka dapat disarankan bagi:

1. Bagi Masyarakat Umum

(75)

64

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

(76)

65

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M. Causes and Correlates of Happiness. Edited by Kahneman, D. Diener, E. Schwarz, N. (1999). Well - Being: The Foundations of Hedonic Psychology. New York: Russell Sage Foundation.

Cacioppo, J. T., Gardner, W. L., & Berntson, G. G. (1999). The affect system has parallel and integrative processing components: Form follows function. Journal of Personality and Social Psychology, 76, 839–855. Carr, A. (2004). Positive Psychology The Science of Happiness and

Human Strength. New York: Brunner Routledge.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Diener, E., Scollo n, C.N., dan Lucas, R.E. (2003). The evolving concept

of subjective well-being: the multifaceted nature of happiness.

Advances in Cell Aging and Gerontology, vol. 15, 187–219.

Eddington, N. dan Shuman, R. (2005). Subjective Well Being (Happiness) http://www.texcpe.com/cpe/PDF/ca- happiness.pdf .

http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html.

Furnham, Adrian; Fudge, Carl, 2008. The Five Factor Model of Personality

and Sales Performance, Journal of Individual Differences, Vol 29(1),

PsycINFO Database Record, APA, all rights reserved

Hornby, A.A.S. Gatenby, M.E. V., Wakefield, M. (1957). The Advanced Learner` s. Dictionary of Current English. London: University Press. Khayam, U. (2010). Mangan Ora Mangan Kumpul. Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti

Lyubomirsky, S & Leppe, H.S. (1997). Measures of Subjective

Happiness: Preliminary Reliability and Construct Validation. Social

Indicators Research 46:1337- 155. Diunduh dari http ://www.springerlink.com/co ntent/u07421g90j170805/fulltext.pdf. Maleong Lexi J, 1993, Methode Penelitian Kualitatif, Bandung ; PT. Remaja

Rosdakarya.

(77)

66

Oishi S. & Koo M. (2008). Two New Questions about Happiness. Dalam Eid M. & Larsen R. J., (Eds). The Science of Subjective WellBeing. New York: Guilford Press

Patton. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. New York: Sage Piblication, Inc.

Poerwandari, E. Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. E. Kristi Poerwandari; pengantar, Fuad Hassan edisi revisi Jkarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Pavot, W. (2008). The Assesment of Subjective well‐Being. Dalam Eid M. & Larsen R. J. The Science of Subjective WellBeing. New York: Guilford Press.

Wantjik, S.K. (1976). Hukum Perkwinan Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Artikel Christin Haryati dkk. Permasalahan yang Terjadi pada Keluarga

Tenaga Kerja Wanita, 2009.

Artikel Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. Psikologi Perkawinan dan

Keluarga. Senin, 03 Mei 2010.

Rakhmat, Jalaludin, 2004. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Ryan, Richard M dan Deci, Edward L.(2001). On happiness and human potentials :Review of reserch on hedonic and eudaimonic well-being. Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive

psychology to realize your potential for lasting fulfill-ment. New York: Free Press

Seligman, M (2005). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology

to Realize Your Potiential for Lasting Fulfi Ilment (Eva Yulia Nukman,

Penerjemah). Bndung: PT. Mizan Pustaka.

Sutrisno Hadi. (1990). Metodologi (jilid 3). Yogyakarta: Andi Offset.

Uchida, Y., Norasakkunkit, V., Kitayama, S., (2004). Cultural Constructions of Happiness: Theory and Empirical Evidence.

Journal of Happiness Studies, 5: 223‐239. Netherlands: Kluwer

Acade‐mic.

Veenhoven, R. (1995). The cross‐national pattern of happiness: Test of predictions implied in three theories of happiness. Social Indicators

(78)

62

DAFTAR PUSTAKA

Argyle, M. Causes and Correlates of Happiness. Edited by Kahneman, D. Diener, E. Schwarz, N. (1999). Well - Being: The Foundations of Hedonic Psychology. New York: Russell Sage Foundation.

Cacioppo, J. T., Gardner, W. L., & Berntson, G. G. (1999). The affect system has parallel and integrative processing components: Form follows function. Journal of Personality and Social Psychology, 76, 839–855. Carr, A. (2004). Positive Psychology The Science of Happiness and Human

Strength. New York: Brunner Routledge.

Creswell, John W. 2010. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif,

dan Mixed.Yogyakarta : Pustaka Pelajar

Diener, E., Scollo n, C.N., dan Lucas, R.E. (2003). The evolving concept

of subjective well-being: the multifaceted nature of happiness.

Advances in Cell Aging and Gerontology, vol. 15, 187–219.

Eddington, N. dan Shuman, R. (2005). Subjective Well Being (Happiness) http://www.texcpe.com/cpe/PDF/ca- happiness.pdf .

http://www.kajianpustaka.com/2012/11/definisi-fungsi-dan-bentuk-keluarga.html.

Furnham, Adrian; Fudge, Carl, 2008. The Five Factor Model of Personality and

Sales Performance, Journal of Individual Differences, Vol 29(1),

PsycINFO Database Record, APA, all rights reserved

Hornby, A.A.S. Gatenby, M.E. V., Wakefield, M. (1957). The Advanced Learner` s. Dictionary of Current English. London: University Press. Khayam, U. (2010). Mangan Ora Mangan Kumpul. Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti

Lyubomirsky, S & Leppe, H.S. (1997). Measures of Subjective Happiness:

Preliminary Reliability and Construct Validation. Social Indicators

Research 46:1337- 155. Diunduh dari http ://www.springerlink.com/co ntent/u07421g90j170805/fulltext.pdf.

Maleong Lexi J, 1993, Methode Penelitian Kualitatif, Bandung ; PT. Remaja Rosdakarya.

(79)

63

Oishi S. & Koo M. (2008). Two New Questions about Happiness. Dalam Eid M. & Larsen R. J., (Eds). The Science of Subjective WellBeing. New York: Guilford Press

Patton. 1990. Qualitative Evaluation and Research Methods. New York: Sage Piblication, Inc.

Poerwandari, E. Kristi. 2001. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian Perilaku Manusia. E. Kristi Poerwandari; pengantar, Fuad Hassan edisi revisi Jkarta: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi (LPSP3).

Pavot, W. (2008). The Assesment of Subjective well‐Being. Dalam Eid M. & Larsen R. J. The Science of Subjective WellBeing. New York: Guilford Press.

Wantjik, S.K. (1976). Hukum Perkwinan Indonesia. Jakarta: Ghalia Indonesia. Artikel Christin Haryati dkk. Permasalahan yang Terjadi pada Keluarga Tenaga

Kerja Wanita, 2009.

Artikel Prof. Dr. Lydia Freyani Hawadi, Psikolog. Psikologi Perkawinan dan

Keluarga. Senin, 03 Mei 2010.

Rakhmat, Jalaludin, 2004. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Ryan, Richard M dan Deci, Edward L.(2001). On happiness and human potentials :Review of reserch on hedonic and eudaimonic well-being. Seligman, M. (2002). Authentic happiness: Using the new positive

psychology to realize your potential for lasting fulfill-ment. New York: Free Press

Seligman, M (2005). Authentic Happiness: Using The New Positive Psychology

to Realize Your Potiential for Lasting Fulfi Ilment (Eva Yulia Nukman,

Penerjemah). Bndung: PT. Mizan Pustaka.

Sutrisno Hadi. (1990). Metodologi (jilid 3). Yogyakarta: Andi Offset.

Uchida, Y., Norasakkunkit, V., Kitayama, S., (2004). Cultural Constructions of Happiness: Theory and Empirical Evidence. Journal of Happiness

Studies, 5: 223‐239. Netherlands: Kluwer Acade‐mic.

Veenhoven, R. (1995). The cross‐national pattern of happiness: Test of predictions implied in three theories of happiness. Social Indicators

Gambar

Tabel 2 Analisis Data ......................................................................................
Tabel 1. Jadwal Pengambilan data
Tabel 2. Analisa Data

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan menganalisis pengaruh perceived ease to use dan subjective norm terhadap intention to use dengan perceived usefulness

Tugas dan kewajiban itu kita wujudkan melalui bidang tugas kita masing masing dalam melayani kebutuhan masyarakat baik di dalam maupun di luar negeri dengan

[r]

4.9.2 Menyusun teks information report lisan dan tulis, sangat pendek dan sederhana, terkait topik yang tercakup dalam mata pelajaran lain di Kelas IX, dengan

- Describe an action plan designed to improve health status by continuing the process of strengthening the systems for reproductive health education and training and

Anwar, dkk (2011) dalam penelitiannya dengan judul Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Parepare dan Lintasan Sejarahnya, mengungkapkan bahwa berdasarkan data2007

Describes a new design for a shovel, which reduces the workload and

Melihat dari faktor penyebab orangtua atau wali dari pecandu yang belum cukup umur tidak melapor kepada Institusi Penerima Wajib Lapor (IPWL) di Badan Narkotika Nasional (BNN)