• Tidak ada hasil yang ditemukan

J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "J.D.I.H. - Dewan Perwakilan Rakyat"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

NOMOR 4 TAHUN 1 9 9 2

TENTANG

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang : a. bahwa dalam pembangunan nasional yang pada hakikat nya adalah pembangunan manusia Indonesia seut uhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, perumahan dan permukiman yang layak, schat , aman, scrasi, dan t erat ur merupakan salah sat u kebut uhan dasar manusia dan merupakan f akt or pent ing dalam peningkat an harkat dan mart abat , mut u kehidupan sert a kesej aht eraan rakyat dalam masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945;

b. bahwa dalam rangka peningkat an harkat dan mart abat , mut u kehidupan dan kesej aht eraan t ersebut bagi set iap keluarga Indonesia, pembangunan perumahan dan permukiman sebagai bagian dari pembangunan nasional perlu t erus dit ingkat kan dan dikembangkan secara t erpadu, t erarah, berencana, dan berkesinambungan;

(2)

bernegara;

d. bahwa Undang-undang Nomor 1 Tahun 1964 t ent ang Penet apan Perat uran Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 6 Tahun 1962 t ent ang Pokok-pokok Perumahan (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2476) menj adi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2611) sudah t idak sesuai dengan kebut uhan dan perkembangan keadaan, dan oleh karenanya dipandang perlu unt uk mengat ur kembali ket ent uan mengenai perumahan dan permukiman dalam Undang-undang yang baru;

Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20 ayat (1), Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar 1945;

Dengan perset uj uan

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUIILIK INDONESIA

MEMUTUSKAN:

Menet apkan : UNDANG-UNDANG TENTANG PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN.

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:

1. Rumah adalah bangunan yang berf ungsi sebagai t empat t inggal at au hunian dan sarana pembinaan keluarga;

(3)

3. Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkot aan maupun perdesaan yang berf ungsi sebagai lingkungan t empat t inggal at au lingkungan hunian dan t empat kegiat an yang mendukung perikehidupan dan penghidupan;

4. Sat uan lingkungan permukiman adalah kawasan perumahan dalam berbagai bent uk dan ukuran dengan penat aan t anah dan ruang, prasarana dan sarana lingkungan yang t erst rukt ur;

5. Prasarana lingkungan adalah kelengkapan dasar f isik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berf ungsi sebagaimana mest inya;

6. Sarana lingkungan adalah f asilit as penunj ang, yang berf ungsi unt uk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya;

7. Ut ilit as umum adalah sarana penunj ang unt uk pelayanan lingkungan;

8. Kawasan siap bangun adalah sebidang t anah yang f isiknya t elah dipersiapkan unt uk pembangunan perumahan dan permukiman skala besar yang t erbagi dalam sat u lingkungan siap bangun at au lebih yang pelaksanaannya dilakukan secara bert ahap dengan lebih dahulu dilengkapi dengan j aringan primer dan sekunder prasarana lingkungan sesuai dengan rencana t at a ruang lingkungan yang dit et apkan oleh Pemerint ah Daerah Tingkat II dan memenuhi persyarat an pembakuan pelayanan prasrana dan sarana lingkungan, khusus unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a rencana t at a ruang lingkungannya dit et apkan oleh Pemerint ah Daerah Khusus lbukot a Jakart a;

(4)

unt uk membangun kaveling t anah mat ang;

10. Kaveling t anah mat ang adalah sebidang t anah yang t elah dipersiapkan sesuai dengan persyarat an pembakuan dalam penggunaan, penguasaan, pemilikan t anah, dan rencana t at a ruang lingkungan t empat t inggal at au lingkungan hunian unt uk membangun bangunan; 11. Konsolidasi t anah permukiman adalah upaya penat aan kembali penguasaan, penggunaan, dan pemilikan t anah oleh masyarakat pemilik t anah melalui usaha bersama unt uk membangun lingkungan siap bangun dan menyediakan kaveling t anah mat ang sesuai dengan rencana t at a ruang yang dit et apkan Pemerint ah Daerah Tingkat II, khusus unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a rencana t at a ruangnya dit et apkan oleh Pemerint ah Daerah Khusus Ibukot a Jakart a.

Pasal 2

(1) Lingkup pengat uran Undang-undang ini meliput i penat aan dan pengelolaan perumahan dan permukiman, baik di daerah perkot aan maupun di daerah perdesaan, yang dilaksanakan secara t erpadu dan t erkoordinasi.

(5)

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Pasal 3

Penat aan perumahan dan permukiman berlandaskan pada asas manf aat , adil dan merat a, kebersamaan dan kekeluargaan, kepercayaan pada diri sendiri, ket erj angkauan, dan kelest arian lingkungan hidup.

Pasal 4

Penat aan perumahan dan permukiman bert uj uan Unt uk:

a. memenuh ikebut uhan rumah sebagai salah sat u kebut uhan dasar manusia, dalam rangka peningkat an dan pemerat aan kesej aht eraan rakyat ;

b. memwuj udkan perumahan dan permukiman yang layak dalam lingkungan yang sehat , aman, serasi, dan t erat ur;

c. memberi arah pada pert umbuhan wilayah dan persebaran penduduk yang rasional;

d. menunj ang pembangunan di bidang ekonomi, sosial , budaya, dan bidang-bidang lain.

BAB III PERUMAHAN

Pasal 5

(1) Set iap warganegara mempunyai hak unt uk menempat i dan/ at au menikmat i dan/ at au memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat , aman, serasi, dan t erat ur.

(6)

unt uk berperansert a dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

Pasal 6

(1) Kegiat an pembangunan rumah at au perumahan dilakukan oleh pemilik hak at as t anah sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(2) Pembangunan rumah at au perumahan oleh bukan pemilik hak at as t anah dapat dilakukan at as perset uj uan dari pemilik hak at as t anah dengan suat u perj anj ian t ert ulis.

Pasal 7

(1) Set iap orang at au badan yang membangun rumah at au perumahan waj ib:

a. mengikut i persyarat an t eknis, ekologis, dan administ rat if ;

b. melakukan pemant auan lingkungan yang t erkena dampak berdasarkan rencana pcmant auan lingkungan;

c. melakukan pengelolaan lingkungan berdasarkan rencana pengelolaan lingkungan.

(2) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 8

Set iap pemilik rumah at au yang dikuasakannya waj ib:

a. memanf aat kan rumah sebagaimana mest inya sesuai dengan f ungsinya sebagai t empat t inggal at au hunian;

(7)

Pasal 9

Pemerint ah dan badan-badan sosial at au keagamaan dapat menyelenggarakan pembangunan perumahan unt uk memenuhi kebut uhan khusus dengan t et ap memperhat ikan ket ent uan Undang-undang ini.

Pasal 10

Penghunian, pengelolaan dan pengalihan st at us dan hak at as rumah yang dikuasai Negara diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 11

(1) Pemerint ah melakukan pendat aan rumah unt uk menyusun kebij aksanaan di bidang perumahan dan permukiman.

(2) Tat a cara pendat aan rumah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 12

(1) Penghunian rumah oleh bukan pemilik hanya sah apabila ada perset uj uan at au izin pemilik.

(2) Penghunian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), dilakukan baik dengan cara sewa-menyewa maupun dengan cara bukan sewa-menyewa.

(3) Penghunian rumah sebagaimana di maksud dalam ayat (2) dengan cara sewa-menyewa dilakukan dengan perj anj ian t ert ulis, sedangkan penghunian rumah dengan cara bukan sewa-menyewa dapat dilakukan dengan perj anj ian t ert ulis.

(8)

(5) Dalam hal penyewa sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) t idak bersedia meninggalkan rumah yang disewa sesuai dengan bat as wakt u yang disepakat i dalam perj anj ian t ert ulis, penghunian dinyat akan t idak sah at au t anpa hak dan pemilik rumah dapat memint a bant uan inst ansi Pemerint ah yang berwenang unt uk menert ibkannya.

(6) Sewa-menyewa rumah dengan perj anj ian t idak t ert ulis at au t ert ulis t anpa bat as wakt u yang t elah berlangsung sebelum berlakunya Undang-undang ini dinyat akan t elah berakhir dalam wakt u 3 (t iga) t ahun set elah berlakunya Undang-undang ini.

(7) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3), ayat (4), ayat (5), dan ayat (6), diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 13

(1) Pemerint ah mengendalikan harga sewa rumah yang dibangun dengan memperoleh kemudahan dari Pemerint ah.

(2) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 14

Sengket a yang berkait an dengan pemilikan dan pemanf aat an rumah diselesaikan melalui badan peradilan sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 15

(1) Pemilikan rumah dapat dij adikan j aminan ut ang.

(9)

perundang-undangan yang berlaku.

b. Pembebanan hipot ek at as rumah besert a t anah yang haknya dimiliki pihak yang sama dilakukan dengan akt a Pej abat Pembuat Akt a Tanah sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 16

(1) Pemilikan rumah dapat beralih dan dialihkan dengan cara pewarisan at au dengan cara pemindahan hak lainnya sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku. (2) Pemindahan pemilikan rumah sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) dilakukan dengan akt a ot ent ik.

Pasal 17

Peralihan hak milik at as sat uan rumah susun dilakukan sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV PERMUKIMAN

Pasal 18

(1) Pemenuhan kebut uhan permukiman diwuj udkan melalui pembangunan kawasan permukiman skala besar yang t erencana secara menyeluruh dan t erpadu dengan pelaksanaan yang bert ahap.

(10)

a. mencipt akan kawasan permukiman yang t ersusun at as sat uan-sat uan lingkungan permukiman;

b. mengint egrasikan secara t erpadu dan meningkat kan kualit as lingkungan perumahan yang t elah ada di dalam at au di sekit arnya.

(3) Sat uan-sat uan lingkungan permukiman sat u dengan yang lain saling dihubungkan oleh j aringan t ransport asi sesuai dengan kebut uhan dengan kawasan lain yang memberikan berbagai pelayanan dan kesempat an kerj a.

(4) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), ayat (3) dilaksanakan sesuai dengan rencana t at a ruang wilayah perkot aan dan rencana t at a ruang wilayah bukan perkot aan.

Pasal 19

(1) Unt uk mewuj udkan kawasan permukiman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18, pcmerint ah daerah menet apkan sat u bagian at au lebih dari kawasan permukiman menurut rencana t at a ruang wilayah perkot aan dan rencana t at a ruang wilayah. bukan perkot aan yang t elah memenuhi persyarat an sebagai kawasan siap bangun.

(2) Persyarat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) sekurang-kurangnya meliput i penyediaan :

a. rencana t at a ruang yang rinci;

b. dat a mengenai luas, bat as, dan pemilikan t anah; c. j aringan primer dan sekunder prasarana lingkungan.

(11)

bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1).

(4) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3), diat ur dengan Pcrat uran Pemerint ah.

Pasal 20

(1) Pengelolaan kawasan siap bangun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 ayat (1) dan ayat (2) dilakukan oleh Pemerint ah.

(2) Penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan oleh badan usaha milik negara dan/ at au badan lain yang dibent uk olch Pemerint ah yang dit ugasi unt uk it u.

(3) Pembent ukan badan lain sert a penunj ukan badan usaha milik negara dan/ at au badan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

(4) Dalam menyclenggarakan pengelolaan kawasan siap bangun, badan usaha milik negara at au badan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan ayat (3) dapat bekerj asama dengan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi, dan badan-badan usaha swast a di bidang pembangunan perumahan. (5) Kerj asama sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) t idak

menghilangkan wewenang dan t anggung j awab badan usaha milik negara at au badan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (2). (6) Persyarat an dan t at acara kerj asama sebagaimana dimaksud

(12)

Pasal 21

(1) Penyelenggaraan pengelolaan lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri yang bukan dilakukan oleh masyarakat pemilik t anah, dilakukan oleh badan usaha di bidang pembangunan perumahan yang dit unj uk oleh Pemerint ah.

(2) Tat a cara penunj ukan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 22

(1) Diwilayah yang dit et apkan sebagai kawasan siap bangun Pemerint ah memberikan penyuluhan dan bimbingan, bant uan dan kemudahan kepada masyarakat pemilik t anah sehingga bersedia dan mampu melakukan konsolidasi t anah dat a rangka penyediaan kaveling t anah mat ang.

(2) Pelepasan hak at as t anah di wilayah yang dit et apkan sebagai kawasan siap bangun hanya dapat dilakukan berdasarkan kesepakat an pemilik t anah yang bersangkut an.

(3) Pelepasan hak at as t anah di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri yang bukan hasil konsolidasi t anah oleh masyarakat pemilik t anah, hanya dapat dilakukan berdasarkan kesepakat an dengan pemilik hak at as t anah.

(4) Pelepasan hak at as t anah di wilayah yang dit et apkan sebagai kawasan siap bangun yang belum berwuj ud kaveling t anah mat ang, hanya dapat dilakukan kepada Pemerint ah melalui badan-badan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 ayat (2). (5) Tat a cara pelepasan hak at as t anah sebagaimana dimaksud dalam

(13)

Pasal 23

Pembangunan perumahan yang dilakukan oleh badan usaha di bidang pembangunan perumahan dilakukan hanya di kawasan siap bangun at au di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri.

Pasal 24

Dalam membangun lingkungan siap bangun selain memenuhi ket ent uan pada Pasal 7, badan usaha di bidang pembangunan perumahan waj ib: a. melakukan pemat angan t anah, penat aan penggunaan t anah,

penat aan penguasaan t anah, dan penat aan pemilikan t anah dalam rangka penyediaan kaveling t anah mat ang;

b. membangun j aringan prasarana lingkungan mendahului kegiat an membangun rumah, memelihara, dan mengelolanya sampai dengan pengesahan dan penyerahannya kepada pemerint ah daerah;

c. mengkoordinasikan penyelenggaraan penyediaan ut ilit as umum; d. membant u masyarakat pemilik t anah yang t idak berkeinginan

melepaskan hak at as t anah di dalam at au disekit arnya dalam melakukan konsolidasi t anah;

e. melakukan penghij auan lingkungan;

f . menyediakan t anah unt uk sarana lingkungan; g. membangun rumah.

Pasal 25

(14)

a. pemat angan t anah;

b. penat aan, penggunaan, penguasaan dan pemilikan t anah; c. penyediaan prasarana lingkungan;

d. penghij auan lingkungan;

e. pengadaan t anah unt uk sarana lingkungan.

(2) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dat a ayat (1) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 26

(1) Badan usaha di bidang pembangunan perumahan yang membangun lingkungan siap bangun dilarang menj ual kaveling t anah mat ang t anpa rumah.

(2) Dengan memperhat ikan ket ent uan Pasal 24, sesuai dengan kebut uhan set empat , badan usaha di bidang pembangunan perumahan yang membangun lingkungan siap bangun dapat

menj ual kaveling t anah mat ang ukuran kecil dan sedang t anpa rumah.

(3) Kaveling t anah mat ang ukuran kecil, sedang, menengah, dan besar hasil upaya konsolidasi t anah milik masyarakat dapat diperj ual belikan t anpa rumah.

Pasal 27

(1) Pemerint ah memberikan bimbingan, bant uan dan kemudahan kepada masyarakat baik dalam t ahap perencanaan maupun dalam t ahap pelaksanaan, sert a, melakukan pengawasan dan pengendalian unt uk meningkat kan kualit as permukiman.

(15)

a. perbaikan at au pemugaran; b. peremaj aan;

c. pengelolaan dan pemeliharaan yang berkelanj ut an.

(3) Penyelenggaraan kegiat an sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 28

(1) Pemerint ah daerah dapat menet apkan suat u lingkungan permukiman sebagai permukiman kumuh yang t idak layak huni. (2) Pemerint ah daerah bersama-sama masyarakat mengupayakan

langkah-langkah pelaksanaan program peremaj aan lingkungan kumuh unt uk meningkat kan kesej aht eraan masyarakat penghuni. (3) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dan ayat (2) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

BAB V

PERAN SERTA MASYARAKAT

Pasal 29

(1) Set iap warga negara mempunyai hak dan kesempat an yang sama dan seluas-luasnya unt uk berperan sert a dalam pembangunan perumahan dan permukiman.

(16)

BAB VI PEMBINAAN

Pasal 30

(1) Pemerint ah melakukan pembinaan di bidang perumahan dan permukiman dalam bent uk pengat uran dan pembimbingan, pemberian bant uan dan kcmudahan, penelit ian dan pengembangan, perencanaan dan pelaksanaan, sert a pengawasan dan pengendalian.

(2) Pemerint ah melakukan pembinaan badan usaha di bidang perumahan dan permukiman.

(3) Pelaksanaan ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 31

Pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan berdasarkan rencana t at a ruang wilayah perkot aan dan rencana t at a ruang wilayah bukan perkot aan yang menyeluruh dan t erpadu yang dit et apkan olch pemerint ah daerah dengan mepert imbangkan berbagai aspck yang t erkait sert a rencana, program, dan priorit as pembangunan perumahan dan permukiman.

Pasal 32

(1) Penyediaan t anah unt uk pembangunan perumahan dan permukiman diselenggarakan dengan:

a. penggunaan t anah yang langsung dikuasai Negara; b. konsolidasi t anah oleh pemilik t anah;

(17)

sesuai dengan perat uran pcrundang-undangan yang berlaku. (2) Tat acara penggunaan t anah yang langsung dikuasai Negara dan

t at a-cara konsolidasi t anah oleh pemilik t anah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) but ir a dan b diat ur dengan Perat uran Pemerint ah.

Pasal 33

(1) Unt uk memberikan bant uan dana/ at au kemudahan kepada masyarakat dalam membangun rumah sendiri at au memiliki rumah, Pemerint ah melakukan upaya pemupukan dana.

(2) Bant uan dan/ at au kemudahan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berupa kredit perumahan.

Pasal 34

Pemerint ah memberikan pembinaan agar penyelenggaraan pembangunan perumahan dan pemukiman selalu memanf aat kan t eknik dan t eknologi, indust ri bahan bangunan, j asa konst ruksi, rekayasa dan rancang bangun yang t epat guna dan serasi dengan lingkungan.

Pasal 35

(1) Pemerint ah dapat menyerahkan sebagian urusan di bidang perumahan dan permukiman kepada pemerint ah daerah.

(18)

BAB VII

KETENTUAN PIDANA

Pasal 36

(1) Set iap orang at au badan dengan sengaj a melanggar ket ent uan dalam Pasal (7), ayat (1), Pasal 24, dan Pasal 26 ayat (1) dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 10 (sepuluh) t ahun dan/ at au denda set inggi-t ingginya Rp 100. 000. 000, 00 (serat us j ut a rupiah).

(2) Set iap orang karena kelalaiannya mengakibat kan pelanggaran at as ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dipidana dcngan pidana kurungan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan/ at au denda set inggi-t ingginya Rp 10. 000. 000, 00 (sepuluh j ut a rupiah).

(3) Set iap badan karena kelalaiannya mengakibat kan pelanggaran alas ket ent uan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1), Pasal 24, Pasal 26 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan selama-lamanya 1 (sat u) t ahun dan/ at au denda set inggi-t ingginya Rp 100. 000. 000, 00 (serat us j ut a rupiah).

(4) Set iap orang at au badan dengan sengaj a melanggar ket ent uan dalam Pasal 12 ayat (1) dipidana dengan pidana penj ara selama-lamanya 2 (dua) t ahun dan/ at au denda set inggi-t ingginya Rp 20. 000. 000, 00 (dua puluh j ut a rupiah).

Pasal 37

(19)

BAB VIII

KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 38

Penerapan ket ent uan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 36 t idak menghilangkan kewaj ibannya unt uk t et ap memenuhi ket ent uan Undang-undang ini.

Pasal 39

Jika kewaj iban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 t idak dipenuhi oleh suat u badan usaha di bidang pembangunan perumahan dan permukiman, maka izin usaha badan t ersebut dicabut .

BAB IX

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 40

Pada saat mulai berlakunya Undang-undang ini, semua perat uran pelaksanaan di bidang perumahan dan permukiman yaang t elah ada t et ap berlaku sepanj ang t idak bert ent angan dengan Undang-undang ini at au belum digant i at au diubah berdasarkan Undang-undang ini.

BAB X

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 41

(20)

Negara Tahun 1962 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2476) menj adi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 261 1) dinyat akan t idak berlaku.

Pasal 42

Undang-undang ini mulai berlaku pada t anggal diundangkan dan penerapannya diat ur dengan Perat uran Pemerint ah selambat -lambat nya 2 (dua) t ahun sej ak Undang-undang ini diundangkan.

Agar set iap orang mcnget ahuinya, memerint ahkan pengundangan Undang-undang ini dengan penempat annya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.

Disahkan di Jakart a

pada t anggal 10 Maret 1992

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

t t d

SOEHARTO

Diundangkan di Jakart a pada t anggal 10 Maret 1992

MENTERI/ SEKRETARIS NEGARA REPUBLIK INDONESIA

t t d

(21)

PENJELASAN ATAS

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1992

TENTANG

PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN

UMUM

Unt uk memaj ukan kesej aht eraan umum sebagaimana dimuat di dalam Undang-Undang Dasar 1945 dilaksanakan pembangunan nasional, yang pada hakikat nya adalah pembangunan manusia Indonesia seut uhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia yang menekankan pada keseimbangan pembangunan kemakmuran lahiriah dan kepuasan bat iniah, dalam suat u masyarakat Indonesia yang maj u dan berkeadilan sosial berdasarkan Pancasila.

Perumahan dan permukiman merupakan kebut uhan dasar manusia dan mempunyai peranan yang sangat st rat egis dalam pembent ukan wat ak sert a kepribadian bangsa, dan perlu dibina sert a dikembangkan demi kelangsungan dan peningkat an kehidupan dan penghidupan masyarakat .

Perumahan dan permukiman t idak dapat dilihat sebagai sarana kebut uhan kehidupan semat a-mat a, t et api lebih dari it u merupakan proses bermukim manusia dalam mencipt akan ruang kehidupan unt uk memasyarakat kan dirinya, dan menampakkan j at i diri.

Unt uk menj amin kepast ian dan ket ert iban hukum dalam pembangunan dan pemilikan, set iap pembangunan rumah hanya dapat dilakukan di at as t anah yang dimiliki berdasarkan hak-hak at as t anah sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

(22)

digant i secara nasional karena t anah merupakan sumber daya alam yang t idak dapat bert ambah akan t et api harus digunakan dan dimanf aat kan sebesar-besarnya bagi kesej aht eraan masyarakat . Proses penyediaannya harus dikelola dan dikendalikan oleh Pemerint ah agar supaya penggunaan dan pemanf aat annya dapat menj angkau masyarakat secara adil dan merat a t anpa menimbulkan kesenj angan ekonomi dan sosial dalam proses bermukimnya masyarakat .

Unt uk mewuj udkan perumahan dan permukiman dalam rangka memenuhi kebut uhan j angka pendek, menengah, dan panj ang dan sesuai dengan rencana t at a ruang, suat u wilayah permukiman dit et apkan sebagai kawasan siap bangun yang dilengkapi j aringan prasarana primer dan sekunder lingkungan.

Penyelenggaraan pembangunan perumahan dan permukiman mendorong dan memperkukuh demokrasi ekonomi sert a memberikan kesempat an yang sama dan saling menunj ang ant ara badan usaha negara, koperasi, dan swast a berdasarkan asas kekeluargaan.

Pembangunan di bidang perumahan dan permukiman yang bert umpu pada masyarakat memberikan hak dan kesempat an yang seluas-luasnya bagi masyarakat unt uk berperan sert a.

Di samping usaha peningkat an pembangunan perumahan dan permukiman perlu diwuj udkan adanya ket ert iban dan kepast ian hukum dalam pemanf aat an dan pengelolaannya.

(23)

bangun, pembiayaan, kelembagaan, sumber daya manusia sert a perat uran perundang-undangan.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 t ent ang Perat uran Dasar Pokok-pokok Agraria yang menj amin perlindungan hak-hak at as t anah yang dimiliki pemilik t anah, dalam pelepasan hak at as t anah didasarkan pada asas kesepakat an, memberikan landasan bagi set iap kegiat an pembangunan di bidang perumahan dan permukiman unt uk t erj aminnya kepast ian dan ket ert iban hukum t ent ang penggunaan dan pemanf aat an t anah.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah memberikan landasan bagi pembangunan perumahan dan permukiman yang pada hakikat nya sangat kompleks dan bersif at mult idimensional sert a mult isekt oral, perlu dit angani secara t erpadu melalui koordinasi yang berj enj ang di set iap t ingkat pemerint ahan sert a harus sesuai dengan t at a ruang.

Di samping it u, Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, j uga memberikan landasan bagi pembinaan perangkat kelembagaan di daerah dalam rangka penyerahan urusan pemerint ahan di daerah dengan pelaksanaan ot onomi daerah yang nyat a dan bert anggung j awab dengan t it ik berat pada daerah t ingkat II.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1979 t ent ang Pemerint ahan Desa, memberikan landasan bagi pembinaan penyuluhan kegiat an pembangunan perumahan dan permukiman di daerah perdesaan dalam rangka mendorong dan menggerakkan usaha bersama masyarakat secara swadaya.

(24)

at au badan yang melakukan kegiat an pembangunan rumah at au perumahan unt uk memenuhi persyarat an t eknis, ekologis, dan administ rat if .

Guna menj awab t unt ut an kebut uhan perumahan dan permukiman pada masa kini dan masa yang akan dat ang, Undang-undang Nomor 1 Tahun 1964 t ent ang Penet apan Perat uran Pemerint ah Penggant i Undang-undang Nomor 6 Tahun 1962 t ent ang Pokok-pokok Perumahan (Lembaran Negara Tahun 1962 Nomor 40, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2476) menj adi Undang-undang (Lembaran Negara Tahun 1964 Nomor 3, Tambahan Lembaran Negara Nomor 2611) sudah t idak sesuai. Sehubungan dengan it u, maka dipandang perlu unt uk menggant i Undang-undang Nomor 1 Tahun 1964 t ersebut dengan Undang-undang baru t ent ang Perumahan dan Permukiman.

PASAL DEMI PASAL

Pasal 1

Angka 1

Selain berf ungsi sebagai t empat t inggal at au hunian yang digunakan manusia unt uk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah j uga merupakan t empat awal pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga, dalam lingkungan yang sehat , aman, serasi, dan t erat ur.

Angka 2

(25)

sarana lingkungan dan sebagainya, dimaksudkan agar lingkungan t ersebut akan merupakan lingkungan yang sehat , aman, serasi, dan t erat ur sert a dapat berf ungsi sebagaimana diharapkan.

Angka 3

Permukiman yang dimaksud dalam Undang-undang ini mempunyai lingkup t ert ent u yait u kawasan yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan f ungsi ut ama sebagai t empat t inggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan, dan t empat kerj a yang memberikan pelayanan dan kesempat an kerj a t erbat as unt uk mendukung perikehidupan dan penghidupan sehingga f ungsi permukiman t ersebut dapat berdaya guna dan berhasil guna.

Angka 4

Sat uan lingkungan permukiman merupakan kawasan perumahan dengan luas wilayah dan j umlah penduduk yang t ert ent u, yang dilengkapi dengan sist em prasarana, sarana lingkungan, dan t empat kerj a t erbat as dan dengan penat aan ruang yang t erencana dan t erat ur sehingga memungkinkan pelayanan dan pengelolaan yang opt imal.

Angka 5

Sarana dasar yang ut ama bagi berf ungsinya suat u lingkungan permukiman adalah:

1. j aringan j alan unt uk mobilit as manusia dan angkut an barang, mencegah perambat an kebakaran sert a unt uk mencipt akan ruang dan bangunan yang t erat ur.

(26)

3. j aringan saluran air huj an unt uk pemat usan (drainase) dan pencegahan banj ir set empat .

Dalam keadaan t idak t erdapat air t anah sebagai sumber air bersih, j aringan air bersih merupakan sarana dasar.

Angka 6

Fasilit as penunj ang dimaksud dapat meliput i aspek ekonomi yang ant ara lain, berupa bangunan perniagaan at au perbelanj aan yang t idak mencemari lingkungan, sedangkan f asilit as penunj ang yang meliput i aspek sosial budaya, ant ara lain berupa bangunan pelayanan umum dan pemerint ahan, pendidikan dan kesehat an, peribadat an, rekreasi dan olah raga, pemakaman, dan pert amanan.

Angka 7

Ut ilit as umum meliput i ant ara lain j aringan air bersih, j aringan list rik, j aringan t elepon, j aringan gas, j aringan t ransport asi, dan pemadam kebakaran. Ut ilit as umum membut uhkan pengelolaan secara berkelanj ut an dan prof esional oleh badan usaha agar dapat memberikan pelayanan yang memadai kepada masyarakat .

Angka 8

Yang dimaksud dengan j aringan primer prasarana lingkungan dalam kawasan siap bangun adalah j aringan ut ama yang menghubungkan ant ar kawasan permukiman at au ant ara kawasan permukiman dan kawasan yang lain.

Jaringan sekunder prasarana lingkungan adalah j aringan cabang dari j aringan primer prasarana lingkungan yang melayani kebut uhan di dalam sat u-sat uan lingkungan permukiman.

(27)

dalam kawasan siap bangun secara hierarkis berj enj ang.

Angka 9 Cukup j elas

Angka 10

Penggunaan, penguasaan, dan pemilikan t anah perkot aan perlu dibakukan, selain unt uk menghemat dalam invest asi prasarana lingkungan j uga unt uk mencegah penggunaan di bawah st andar at au melampaui st andar melalui penerapan persyarat an pembakuan dan penet apan pola rencana t at a ruang.

Angka 11

Pembangunan lingkungan siap bangun yang dilakukan sendiri oleh masyarakat pemilik t anah melalui konsolidasi t anah, dapat dilaksanakan dengan dana yang lebih kecil dari pada yang dilakukan oleh badan usaha di bidang perumahan dan permukiman.

Penyelenggaraannya dilakukan oleh usaha bersama masyarakat secara swadaya dengan bimbingan pemerint ah daerah sert a dapat melibat kan kelompok prof esi dan kelompok minat di dalam masyarakat di bidang pembangunan perumahan dan permukiman.

Pasal 2

Ayat (1)

(28)

Rumah dan perumahan yang berada di luar kawasan at au lingkungan permukiman, misalnya rumah dan perumahan di dalam kawasan indust ri, kawasan pariwisat a, sert a rumah-rumah yang let aknya t erpencar-pencar dan t idak membent uk suat u lingkungan permukiman.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 3

Asas manf aat memberikan landasan agar pelaksanaan pembangunan perumahan dan permukiman yang menggunakan berbagai sumber daya yang t erbat as dapat dimanf aat kan sebesar-besarnya bagi kesej aht eraan dan kemakmuran rakyat .

Asas adil dan merat a memberikan landasan agar hasil-hasil pembangunan perumahan dan permukiman dapat dinikmat i secara adil dan merat a oleh seluruh rakyat .

Asas kebersamaan dan kekeluargaan memberikan landasan agar golongan masyarakat yang kuat membant u golongan masyarakat yang lemah dan mencegah t erj adinya lingkungan permukiman yang eksklusif .

Asas kepercayaan kepada diri sendiri memberikan landasan agar segala usaha dan kegiat an dalam pembangunan perumahan dan permukiman bert umpu pada prakarsa, swadaya dan peran sert a masyarakat sehingga mampu membangkit kan kepercayaan akan kemampuan dan kekuat an sendiri.

(29)

Asas kelest arian lingkungan hidup memberikan landasan unt uk menunj ang pembangunan berkelanj ut an bagi peningkat an kesej aht eraan, baik generasi sekarang maupun generasi yang akan dat ang.

Pasal 4

Huruf a Cukup j elas

Huruf b Cukup j elas

Huruf c Cukup j elas

Huruf d

Bidang-bidang lain adalah bidang yang ant ara lain dapat mendukung ket ert iban kehidupan masyarakat dan st abilit as nasional yang dinamis.

Pasal 5

Ayat (1)

Pemenuhan hak warga negara t ersebut dapat dilakukan dengan cara membangun sendiri at au dengan cara sewa, membeli secara t unai at aupun angsuran, hibah dan cara lain yang sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Menempat i at au menikmat i rumah merupakan pemenuhan hak sebelum dapat memiliki rumah sendiri.

(30)

sekurang-kurangnya memenuhi persyarat an keselamat an bangunan dan kecukupan minimum luas bangunan sert a kesehat an penghuniannya.

Lingkungan yang sehat , aman, serasi, dan t erat ur adalah lingkungan yang memenuhi persyarat an penat aan ruang, persyarat an penggunaan t anah, pemilikan hak at as t anah, dan kelayakan prasarana sert a sarana lingkungannya.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 6

Ayat (1)

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk memperj elas hubungan st at us rumah dan t anah.

Hal ini diperlukan unt uk mewuj udkan ket ert iban, dan ket ent eraman baik dalam pembangunan rumah maupun dalam pemanf aat annya.

Ayat (2)

Perj anj ian t ert ulis dimaksud memuat ket ent uan mengenai:

a. hak dan kewaj iban pihak yang membangun rumah dan pihak yang memiliki hak at as t anah;

b. j angka wakt u pemanf aat an t anah dan penguasaan rumah oleh pihak yang membangun rumah at au yang dikuasakannya.

(31)

Pasal 7

Ayat (1)

Yang dimaksud dengan membangun rumah at au perumahan t ermasuk membangun baru, memugar, memperluas rumah at au perumahan, dengan mempert imbangkan f akt or-f akt or set empat mengenai keadaan f isik, ekonomi, sosial dan budaya sert a ket erj angkauan masyarakat , baik di daerah perkot aan maupun di daerah pedesaan.

Pengert ian set iap orang at au badan adalah warga negara Indonesia dan badan hukum Indonesia sert a warga negara asing penduduk Indonesia dan badan asing yang berkedudukan di Indonesia, yang menurut perat uran perundang-undangan yang berlaku t elah dibenarkan unt uk membangun rumah at au perumahan.

Unt uk mewuj udkan rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat , aman, serasi, dan t erat ur, maka pembangunan rumah at au perumahan waj ib mengikut i persyarat an t eknis, ekologis, dan administ rat if sert a waj ib melakukan pemant auan dan pengelolaan lingkungan.

Persyarat an t eknis berkait an dengan keselamat an dan kenyamanan bangunan, dan keandalan sarana sert a prasarana lingkungannya. Persyarat an ekologis berkait an dengan keserasian dan keseimbangan, baik ant ara lingkungan buat an dengan lingkungan alam maupun dengan lingkungan sosial budaya, t ermasuk nilai-nilai budaya bangsa yang perlu dilest arikan.

(32)

Pemant auan lingkungan bert uj uan unt uk menget ahui dampak negat if yang t erj adi selama pelaksanaan pembangunan rumah at au perumahan, sedangkan pengelolaan lingkungan bert uj uan unt uk dapat mengambil t indakan koreksi bila t erj adi dampak negat if dari pembangunan rumah at au perumahan.

Rencana pemant auan dan pengelolaan lingkungan disusun dan dilaksanakan dengan mempert imbangkan t ingkat an dampak yang t imbul sesuai dengan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 8

Kewaj iban ini dit ekankan unt uk mewuj udkan pemanf aat an rumah sesuai dengan f ungsinya yang ut ama sebagai t empat t inggal at au hunian dan pembinaan keluarga dan t idak unt uk keperluan lain.

Pemanf aat an dan penggunaan unt uk keperluan lain yang berbeda dengan f ungsi ut ama rumah, perl u dicegah agar t idak menimbulkan gangguan bagi lingkungan dan t idak melanggar perat uran yang berlaku.

Kewaj iban pengelolaan dan pemeliharaan diarahkan unt uk menj aga keselarasan dengan lingkungan dan sekaligus dimaksudkan unt uk mewuj udkan ket ert iban pemanf aat an ruang sesuai dengan rencana t at a ruang.

Pasal 9

(33)

kebut uhan khusus ant ara lain t ransmigrasi, pemukiman kembali korban bencana dan permukiman yang t erpencar-pencar. Yang t ermasuk kebut uhan khusus t ersebut adalah pembangunan rumah dinas, sedangkan pembangunan perumahan oleh badan-badan sosial at au keagamaan ant ara lain unt uk menampung orang lanj ut usia (j ompo), dan yat im piat u.

Pasal 10

Perat uran Pemerint ah ini sekaligus dimaksudkan unt uk menggant i perat uran mengenai perumahan yang dikuasai negara yang berlaku selama ini, yait u Burgelij ke Woning Regeling (St bl. 1934 Nomor 147 j o St bl. 1949 Nomor 338).

Pasal 11

Ayat (1)

Penyusunan kebij aksanaan di bidang perumahan dan permukiman yang meliput i penat aan dan pengelolaan sert a ket ert iban penyelenggaraannya memerlukan dat a yang bersif at rinci, menyeluruh, dan dilaksanakan secara berkala.

Dat a rumah t ersebut meliput i berbagai hal mengenai rumah dan perumahan ant ara lain aspek lokasi, kondisi, st at us rumah dan t anah, sarana dan prasarananya.

Dat a mengenai set iap unit rumah dapat dimanf aat kan dalam mewuj udkan ket ert iban penat aan dan pengelolaan rumah, ant ara lain, bilamana diperlukan oleh masyarakat dapat dibuat t anda bukt i pemilikan rumah.

Ayat (2) Cukup j elas

(34)

Ayat (1)

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk mencegah penghunian rumah t anpa perset uj uan at au izin pemilik, dalam rangka mewuj udkan ket ert iban dan kepast ian hukum.

Ayat (2)

Penghunian meliput i pemakaian dan penggunaan rumah sesuai dengan f ungsi ut ama rumah sebagai t empat hunian dan pembinaan keluarga, sert a t idak unt uk keperluan lain.

Yang dimaksud penghunian dengan cara bukan sewa-menyewa ant ara lain meliput i:

a. penghunian rumah inst ansi;

b. penghunian dengan cara menumpang; c. penghunian sement ara.

Ayat (3)

Perj anj ian t ert ulis penghunian rumah dengan cara sewa-menyewa, sekurang-kurangnya memuat ket ent uan mengenai :

a. besarnya harga sewa;

b. bat as wakt u sewa-menyewa;

c. hak dan kewaj iban penyewa dan pemilik rumah.

Perj anj ian t ert ulis penghunian rumah dengan cara bukan sewa-menyewa, sekurang-kurangnya memuat ket ent uan mengenai:

(35)

b. hak dan kewaj iban pemilik dan penghuni rumah.

Ayat (4) Cukup j elas

Ayat (5)

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menj amin ket ert iban dalam pemanf aat an rumah dan mempercepat pengosongan rumah sewa yang dihuni t anpa hak agar pemilik rumah t erlindungi haknya. Hal t ersebut akan mencipt akan iklim yang dapat mendorong masyarakat unt uk membangun rumah sewa.

Ayat (6) Cukup j elas

Ayat (7) Cukup j elas

Pasal 13

Ayat (1)

Pengendalian harga sewa oleh Pemerint ah dimaksudkan agar dapat diwuj udkan asas ket erj angkauan.

Di dalam ket ent uan ini yang dimaksud dengan kemudahan adalah bant uan Pemerint ah ant ara lain, berupa kredit pembangunan perumahan dengan bunga yang ringan maupun bant uan pengadaan prasarana dan sarana lingkungan.

Besarnya harga sewa rumah yang dibangun dengan t idak memperoleh kemudahan dan bant uan Pemerint ah dit et apkan berdasarkan kesepakat an ant ara pemilik rumah dan penyewa.

(36)

Cukup j elas

Pasal 14

Sengket a mengenai pemanf aat an rumah yang dimaksud adalah yang t erj adi selama masa berlakunya perj anj ian ant ara pemilik dan penghuni rumah.

Dengan diundangkannya Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 t ent ang Ket ent uan-ket ent uan Pokok Kekuasaan Kehakiman, yang ant ara lain di dalam Pasal 10 dinyat akan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan dalam lingkungan Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Milit er, Peradilan Tat a Usaha Negara, maka penyelesaian sengket a t ersebut disesuaikan dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970.

Pasal 15

Ayat (1)

Pemilikan rumah oleh bukan pemilik hak at as t anah, dengan perset uj uan t ert ulis pemilik hak at as t anah, dapat dij adikan j aminan ut ang dengan dibebani f idusia.

Pemilikan rumah oleh pemilik hak at as t anah, rumahnya dapat dij adikan j aminan ut ang dengan dibebani f idusia.

Pemilikan rumah oleh pemilik hak at as t anah, rumah besert a t anahnya dapat dij adikan j aminan ut ang dengan dibebani hipot ek.

Ayat (2)

Huruf a

(37)

Huruf b

Cukup j elas

Pasal 16

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2)

Yang dimaksud dengan akt a ot ent ik adalah akt a yang dibuat yang berwenang.

Pasal 17

Peralihan hak milik yang dimaksud, dilakukan berdasarkan ket ent uan Pasal 10 Undang-undang Nomor 16 Tahun 1985 t ent ang Rumah Susun.

Pasal 18

Ayat (1)

Pembangunan rumah, perumahan, dan permukiman diarahkan dalam kawasan permukiman skala besar dengan perencanaan yang menyeluruh dan t erpadu, yang pelaksanaannya. secara bert ahap unt uk memenuhi kebut uhan permukiman j angka pendek, j angka menengah, dan j angka panj ang.

Luas permukiman skala besar disesuaikan dengan lokasi dan besarnya kot a, j umlah penduduk, j umlah unit rumah, dan luas kawasan permukiman.

(38)

Dengan kawasan permukiman skala besar yang t ersusun at as sat uan-sat uan lingkungan permukiman memungkinkan

Huruf a

1. penat aan t anah dan ruang lingkungan t empat t inggal at au lingkungan hunian dalam berbagai bent uk dan ukuran, sert a sarana lingkungan secara serasi dan seimbang;

2. penat aan j aringan prasarana lingkungan dan sarana lingkungan secara t erencana dan t erat ur dengan hierarki yang berj enj ang, yait u:

1) di daerah perkot aan memungkinkan adanya pengembangan ket erpaduan sist em j aringan j alan unt uk angkut an perkot aan yang selamat , aman, cepat , lancar, t ert ib, t erat ur, dan massal dengan sist em j aringan j alan lingkungan yang menampung j asa berbagai moda angkut an berkecepat an sedang unt uk mobilit as manusia dan/ at au angkut an barang;

2) di daerah pedesaan memungkinkan adanya pengembangan ket erpaduan sist em j aringan j alan unt uk angkut an ant ar desa dengan sist em j aringan j alan angkut an int ra desa.

Huruf b

Int egrasi lingkungan permukiman yang sudah ada ke dalam lingkungan baru berskala besar dimaksudkan unt uk mencegah t erj adinya lingkungan yang t idak serasi at au yang eksklusif ,

Ayat (3) Cukup j elas

(39)

Yang dimaksud dengan wilayah bukan perkot aan adalah wilayah yang meliput i kawasan perdesaan dan kawasan yang mempunyai f ungsi t ert ent u yang berada di kawasan budidaya, sepert i ant ara lain kawasan indust ri dan kawasan pariwisat a.

Pasal 19

Ayat (1)

Penet apan kawasan siap bangun dimaksud agar pada j angka wakt u t ert ent u mendapat perhat ian sesuai dengan skala priorit as dalam pelaksanaan invest asi prasarana dan sarana lingkungan permukiman.

Ayat (2)

Huruf a

Cukup j elas

Huruf b

Cukup j elas

Huruf c

Jaringan primer dan sekunder prasarana lingkungan t erdiri at as j aringan j alan unt uk memperlancar hubungan ant ar lingkungan, saluran pembuangan air huj an unt uk melakukan pemat usan (drainase), dan saluran pembuangan air limbah unt uk kesehat an lingkungan, dalam kawasan siap bangun.

(40)

Ayat (4) Cukup j elas

Pasal 20

Ayat (1)

Pengelolaan kawasan siap bangun yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan pada hakikat nya mengubah f ungsi dan nilai t anah sehingga menyebabkan harga t anah yang t inggi di luar kemampuan masyarakat berpenghasilan rendah. Agar memungkinkan menyerap kembali kenaikan nilai t anah

t ersebut unt uk memulihkan biaya invest asi berbagai prasarana dan sarana lingkungan dan memberikan subsidi silang kepada masyarakat berpenghasilan rendah, maka pengelolaan kawasan siap bangun dilakukan oleh Pemerint ah.

Ayat (2)

Mengingat sif at dan f ungsinya, sudah selayaknya penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun dilakukan oleh badan usaha milik negara (BUMN).

Pemerint ah dapat membent uk dan/ at au menunj uk badan lain di pusat dan di daerah (badan usaha milik daerah).

Badan usaha milik negara at au badan-badan lain t ersebut dalam menyelenggarakan usahanya dit uj ukan unt uk meningkat kan kesej aht eraan masyarakat dan kemanf aat an umum dan t idak semat a-mat a unt uk mencari keunt ungan.

Ayat (3) Cukup j elas

(41)

Dalam rangka meningkat kan peran sert a usaha negara, koperasi dan swast a dalam penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun, badan usaha milik negara at au badan lain dapat mengikut sert akan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi dan badan usaha swast a yang berusaha di bidang pembangunan perumahan.

Dalam rangka meningkat kan kemampuan penyelenggaraan pengelolaan kawasan siap bangun, Pemerint ah dapat membant u badan usaha milik negara at au badan lain dengan pemanf aat an t anah yang langsung dikuasai oleh Negara yang dapat digunakan unt uk pembangunan perumahan dan permukiman.

Ayat (5)

Ket ent uan ini dimaksudkan unt uk menegaskan bahwa dalam kerj a sama dengan badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, koperasi dan badan usaha swast a yang berusaha di bidang pembangunan perumahan, wewenang dan t anggung j awab pengelolaan kawasan siap bangun t et ap dit angan badan usaha milik negara at au badan lain yang dit ugasi unt uk it u.

Ayat (6) Cukup j elas

Pasal 21

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2) Cukup j elas

(42)

Ayat (1)

Agar masyarakat pemilik t anah t erdorong dan bersedia menj alankan konsolidasi t anah, Pemerint ah dapat memberikan bant uan berupa pembangunan j aringan prasarana lingkungan sert a kemudahan berupa rencana det ail, dan berbagai perizinan yang diperlukan.

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3)

Ket ent uan ini dimaksudkan agar t anah-t anah t ersebut yang t elah dilepaskan haknya menj adi t anah negara digunakan unt uk penyediaan t anah bagi pembangunan lingkungan siap bangun. Peningkat an nilai t anah karena pembangunan prasarana dan sarana lingkungan yang dilakukan Pemerint ah dimanf aat kan unt uk memulihkan biaya invest asi j aringan prasarana dan sarana lingkungan sert a unt uk memberikan subsidi silang bagi masyarakat golongan berpenghasilan rendah yang perlu mendapat bant uan dan kemudahan.

Masyarakat pemilik t anah di kawasan siap bangun yang melepaskan hak at as t anahnya mempunyai hak unt uk memiliki saham usaha dari badan usaha pembangunan di bidang perumahan, sedangkan yang t idak bersedia melepaskan haknya hendaknya dapat melakukan konsolidasi t anah.

Ayat (4) Cukup j elas

(43)

Pasal 23

Ket ent uan ini dimaksudkan agar pembangunan perumahan dilakukan secara t erkonsent rasi di dalam kawasan siap bangun at au di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri sehingga memudahkan penyediaan prasarana dan sarana lingkungan. Pembangunan rumah at au perumahan oleh perseorangan, at au usaha bersama dapat dilakukan di kawasan siap bangun, di lingkungan siap bangun yang berdiri sendiri at au di luarnya sej auh sesuai dengan rencana t at a ruang yang dit et apkan oleh pemerint ah daerah set empat .

Ket ent uan ini t idak menut up kemungkinan pembangunan rumah at au perumahan baru di lokasi yang masih kosong di lingkungan perumahan yang sudah ada, baik oleh badan usaha di bidang pembangunan perumahan, usaha bersama maupun perseorangan pemilik t anah.

Yang dimaksud dengan usaha bersama adalah usaha yang dilakukan oleh masyarakat pemilik t anah unt uk mencapai t uj uan bersama secara swadaya dengan hak dan kewaj iban yang diat ur bersama yang t idak berbent uk badan usaha.

Pasal 24

Kewaj iban sepert i ini dimaksudkan agar badan usaha di bidang pembangunan perumahan dalam melaksanakan pembangunan lingkungan siap bangun berdasarkan urut an t ahapan yang t elah dit ent ukan.

(44)

Pasal 25

Ayat (1)

Kegiat an pembangunan lingkungan siap bangun yang dilakukan oleh masyarakat pemilik t anah melalui konsolidasi t anah yang dilakukan secara bert ahap merupakan kemudahan yang dapat meringankan beban masyarakat dalam melakukan penat aan lingkungan huniannya secara dini.

Melalui konsolidasi t anah yang dilakukan oleh masyarakat pemilik t anah, dimaksudkan j uga unt uk mencegah adanya lingkungan perumahan yang t idak mengalami penat aan ruang dan penyediaan prasarana lingkungan sehingga t erwuj ud lingkungan hunian yang sehat , aman, serasi, dan t erat ur.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 26

Ayat (1)

Dengan ket ent uan ini, pada dasarnya badan usaha di bidang pembangunan perumahan dalam melakukan usahanya harus menj ual kaveling besert a rumahnya.

Ayat (2)

(45)

rendah.

Ayat (3)

Kaveling t anah mat ang hasil konsolidasi t anah masyarakat merupakan milik masyarakat sendiri, oleh karena it u para pemilik t anah mempunyai kebebasan unt uk memperj ualbelikannya baik dengan rumah maupun t anpa rumah.

Unt uk melindungi kepent ingan masyarakat , pelepasan hak alas t anah dalam wilayah yang dit et apkan sebagai kawasan siap bangun hanya dapat dilakukan dalam wuj ud kaveling t anah mat ang sesuai dengan rencana t at a ruang yang dit et apkan oleh pemerint ah daerah.

Penet apan luas kaveling t anah mat ang ukuran kecil, sedang, menengah, dan besar dilakukan dengan memperhat ikan keserasian lingkungan f isik, ekonomi, sosial, dan budaya set empat .

Pasal 27

Ayat (1)

Agar peningkat an kualit as permukiman dapat merupakan kegiat an yang bert umpu pada masyarakat dan sekaligus menegaskan bahwa peningkat an kualit as permukiman sebagai bagian dari peningkat an kesej aht eraan masyarakat selain merupakan t ugas dan t anggung j awab Pemerint ah, j uga t idak t erlepas dari t anggung j awab dan peran sert a masyarakat .

Ayat (2)

(46)

b. Peremaj aan merupakan kegiat an dengan perombakan mendasar bersif at menyeluruh dan memerlukan peran sert a masyarakat secara menyeluruh pula.

c. Pengelolaan dan pemeliharaan secara berkelanj ut an, selain dilakukan dengan melest arikan kemampuan f ungsi dan daya dukung lingkungan, j uga unt uk mencegah dan melarang siapapun melakukan hal-hal sebagai berikut :

1) melakukan pemecahan penggunaan, dan pemilikan t anah yang menyimpang dari pembakuan;

2) mendirikan, memperluas rumah t anpa memenuhi persyarat an t eknis, ekologis, dan administ rat if ;

3) memanf aat kan rumah, prasarana dan sarana lingkungan yang menyimpang dari f ungsinya yang ut ama at au melampaui daya dukungnya.

Selain di kawasan permukiman, ket ent uan ini berlaku j uga di daerah t erbuka hij au dan daerah yang berf ungsi sebagai penyangga yang memisahkan kawasan permukiman dengan kawasan indust ri, prasarana perhubungan ant ara lain : daerah manf aat j alan art eri, t ol, keret a api, sungai, dan danau.

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 28

Ayat (1)

(47)

dengan t at a ruang, kepadat an bangunan sangat t inggi, kualit as bangunan sangat rendah, prasarana lingkungan t idak memenuhi syarat dan rawan, yang dapat membahayakan kehidupan dan penghidupan masyarakat penghuni, dapat dit et apkan oleh pemerint ah daerah t ingkat II yang bersangkut an sebagai lingkungan permukiman kumuh yang t idak layak huni dan perlu diremaj akan, khusus unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a dit et apkan oleh Pemerint ah Daerah Khusus Ibukot a Jakart a.

Ayat (2)

Dalam pelaksanaan program peremaj aan lingkungan kumuh t ersebut , perlu adanya kesepakat an ant ara masyarakat pemilik t anah dan/ at au penghuni dengan pemerint ah daerah, karena dalam pelaksanaan peremaj aan t ersebut dapat t erj adi perombakan menyeluruh, sehingga penghuni unt uk sement ara wakt u dimukimkan di t empat lain unt uk kemudian dimukimkan kembali di kawasan yang t elah diremaj akan t ersebut .

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 29

Ayat (1)

Hak dan kesempat an unt uk berperan sert a yang sebesar-besarnya t ersebut meliput i kegiat an dalam proses pemugaran, perbaikan, peremaj aan lingkungan, dan pembangunan perumahan.

(48)

dengan kemampuan masyarakat .

Ayat (2)

Peran sert a masyarakat dilibat kan secara dini, mulai dari t ahapan menyepakat i permasalahan bersama, merumuskan program, menyusun rencana pelaksanaan, mengawasi dan mengendalikan program dengan pendekat an dari bawah ke at as. Pelaksanaan peran sert a masyarakat di bidang perumahan dan

permukiman dapat melalui proses f ormal dan non f ormal, baik dalam bent uk koperasi maupun bent uk usaha bersama swadaya masyarakat yang lain.

Pasal 30

Ayat (1)

Wuj ud pembinaan di bidang perumahan dan permukiman t ersebut berupa kebij aksanaan, st rat egi, rencana dan program yang meliput i berbagai aspek ant ara lain:

a. rumah, prasarana dan sarana lingkungan; b. t at a ruang;

c. pert anahan;

d. indust ri bahan, j asa konst ruksi dan rancang bangun; e. pembiayaan;

f . kelembagaan;

g. sumber daya manusia;

h. perat uran perundang-undangan.

(49)

Pembinaan secara t erpadu dan berkelanj ut an dilakukan t erhadap badan usaha di bidang perumahan yang meliput i pembimbingan usaha, pengembangan kemampuan manaj emen, kemudahan perizinan usaha unt uk meningkat kan hasil kerj a, daya saing dan t anggung j awab prof esi.

Pemerint ah membina badan usaha sebagaimana t ersebut di at as, yait u perusahaan pembangunan perumahan baik BUMN, BUMD, koperasi, perseorangan maupun swast a yang bergerak ant ara lain di bidang usaha indust ri bahan bangunan, indust ri komponen bangunan, konsult an, kont rakt or, developer dan lembaga-lembaga keuangan.

Ayat (3) Cukup j elas

Pasal 31

Berbagai aspek yang t erkait dalam pembangunan perumahan dan permukiman yang waj ib diperhat ikan secara menyeluruh dan t erpadu ant ara lain meliput i peningkat an j umlah penduduk dan penyebarannya, perluasan kesempat an kerj a dan usaha, program pembangunan sekt oral dan pembangunan daerah, pelest arian kemampuan lingkungan, kondisi geograf is dan pot ensi sumber daya alam, t ermasuk daerah rawan bencana, nilai sosial dan budaya daerah, dan pengembangan kelembagaan.

Rencana, program dan priorit as pembangunan perumahan dan permukiman, selain merupakan bagian dari pelaksanaan rencana t at a ruang wilayah perkot aan dan bukan perkot aan daerah t ingkat II yang dij abarkan dari rencana t at a ruang wilayah daerah t ingkat I yang bersangkut an, j uga memperhat ikan st rat egi-nasional pengembangan perkot aan.

(50)

Ayat (1)

Huruf a

Penyediaan t anah unt uk perumahan dan permukiman melalui penggunaan t anah negara, selain dit uj ukan unt uk penyediaan kaveling t anah mat ang dengan penerapan subsidi silang, j uga dit uj ukan sebagai modal unt uk cadangan t anah negara secara berkelanj ut an.

Penerimaan hasil pengusahaan t anah negara t ersebut digunakan unt uk penyediaan t anah di lokasi lain sehingga selalu t ersedia cadangan t anah negara dalam j umlah yang memadai unt uk pembangunan perumahan dan permukiman pada wakt u yang akan dat ang.

Huruf b

Cukup j elas

Huruf c

Pelepasan hak at as t anah oleh pemilik t anah dilakukan dengan kesepakat an, sehingga t idak merugikan pemilik hak at as t anah.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 33

Ayat (1)

(51)

sumber-sumber dana sesuai dengan ket ent uan perat uran perundang-undangan yang berlaku.

Ayat (2)

Kredit unt uk perumahan ant ara lain berupa kredit pemilikan rumah, kredit pembangunan rumah, kredit perbaikan rumah, dan kredit pemugaran rumah.

Melalui bant uan dan/ at au kemudahan ini diharapkan masyarakat mampu membangun, memperbaiki, memugar sendiri at au memiliki rumah sendiri dengan f asilit as yang semakin t ersedia dan t erj angkau.

Pasal 34

Membangun perumahan dan permukiman selalu diusahakan dengan memanf aat kan hasil penelit ian dan pengembangan t eknologi, indust ri bahan bangunan, j asa konst ruksi dan rancang bangun yang sesuai dengan lingkungan dan sej auh mungkin menggunakan bahan bangunan lokal secara bij aksana dan hemat energi sert a sej auh mungkin menggunakan t enaga kerj a set empat .

Hal ini dimaksudkan unt uk menekan biaya pembangunan dengan mut u yang memadai dan mendorong pengembangan usaha dan sent ra produksi, agar dapat memperluas kesempat an usaha dan kesempat an kerj a dan memungkinkan pemerat aan pembangunan dan hasil-hasilnya.

Pasal 35

Ayat (1)

(52)

wewenang pembinaan di bidang perumahan dan permukiman kepada pemerint ah daerah, dimaksudkan unt uk mendorong t erwuj udnya t it ik berat ot onomi berada di daerah t ingkat II sesuai dengan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974 t ent ang Pokok-pokok Pemerint ahan Di Daerah, khusus unt uk Daerah Khusus Ibukot a Jakart a berlaku sesuai dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1990 t ent ang Susunan Pemerint ahan Daerah Khusus Ibukot a Negara Republik Indonesia Jakart a.

Ayat (2) Cukup j elas

Pasal 36

Ayat (1) Cukup j elas

Ayat (2) Cukup j elas

Ayat (3) Cukup j elas

Ayat (4) Cukup j elas

Pasal 37

Cukup j elas

Pasal 38

(53)

Pasal 39

Cukup j elas

Pasal 40

Cukup j elas

Pasal 41

Cukup j elas

Pasal 42

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dispepsia fungsional dengan kualitas tidur di kalangan mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera

Sub Direktorat Statistik Harga Konsumen Jl.. Kompleks

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 orang responden, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan, seperti yang

jumlah persentase yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah

Bertempat di kantor Sekretariat Unit Layanan Pengadaan Kabupaten Lampung Tengah, dengan jadwal kegiatan sebagai berikut :. PEMERINTAH KABUPATEN

MGF II is a form of IGF-1, also known as ˆInsulin-like growth factor 1˜ that is a polypeptide protein hormone similar in molecular structure to insulin.. It plays a key role

For instance, agreeing to a lot of health organizations, a dietary supplement vitamin with at least 12 milligrams per serving of vitamin C could deliver the following declaration on

Menurut hasil penelitian yang diperoleh bahwa, komitmen dan usaha semua pihak untuk mengembangkan pelaksanaan pendidikan dan pengajaran terlaksana, dengan membuat RPP, PBM