BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara „purposive’yaitu penentuan secara
sengaja di kecamatan PerbaunganKabupaten Serdang Bedagai Provinsi Sumatera
Utara.Penelitian dilakukan di dua desa yaitu Desa Lubuk Rotan dan Desa Melati II, Adapun alasan pemilihan lokasi penelitian yaitu bahwa Kabupaten Serdang Bedagai merupakan salah satu wilayah sentra produksi Padi dan juga salah satu
wilayah yang melakukan teknologi anjuran Jajar Legowo.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Populasi penelitian adalah 312 petani padi yang melakukan usahatani
dengan sistem budidaya dengan menerapkan teknologi anjuran sistem tanam jajaran legowo 2:1. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Simple
Random Sampling,dimana sampel diambil secara acak yaitu sebanyak 40 petani sampel. Roescoe dalam buku Research Methods For Business memberikan saran
tentang penelitian salah satunya adalah ukuran sampel yang layak dalam penelitian antara 30 sampai dengan 500 (Sugiyono, 2010).
3.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan serta
wawancara kepada responden dengan menggunakan daftar pertanyaan atau kuesioner yang telah disiapkansebelumnya. Wawancara akan dilakukan langsung
oleh peneliti terhadap responden atau sampel. Data sekunder diperoleh dari
instansi- instansi terkait dengan penelitian ini serta literatur dan buku
pendukunglainnya.
3.4 Metode Analisis Data
3.4.1 Model Analisis
Untuk identifikasi masalah 1 dan 2 dianalisis dengan mengunakan metode
model regresi logit binomial (binomial logit regresi) yang mengunakan lebih dari
2 variabel Independen. Regresi logit binomial sebenarnya sama dengan regresi berganda hanya saja variabel terikatnya merupakan variabel dummy (0 dan 1). Regresi logit mempunyai asumsi normalitas meskipun screening data outlier tetap bisa dilakukan.
Model regresi logit binomial mengunakan transformasi logit. Pada model ini yang diregresikan adalah peluang variabel respon = 1. Model regresi logit
binomial untuk hipotesis pertama adalah
{[
]}
= β
0+ β
1+ β
2+ ... β
5+
ln (p/(1-p) adalah Odd Ratio (perbandingan resiko)
dimana (p) menyatakan probabilitas terjadinya peistiwa (y =1) : y =
Dan (p-1) menyatakan probabilitas tidak terjadinya peristiwa (y=0).
= Konstanta
Keterangan :
X1 = Umur (Tahun)
X3 = Jumlah Pendapatan (Rp/hari)
X4 = Penyuluhan
X5 = Biaya tenaga kerja (hko)
Y = Adopsi Teknologi = 1, Tinggi = 0, Rendah
3. 4. 2 Pengujian Parameter
Model persamaan yang diperoleh perlu dilakukan pengujian signifikansi Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetehui apakah variable yang terdapat dalam model memiliki kontribusi yang nyata bagi variable respon. Pengujian yang dilakukan adalah :
1.Uji Multikolonieritas
Untuk memastikan apakah didalam sebuah model regresi ada interkorelasi atau kolonieritas antar variabel bebas, maka sebelum melakukan logit.
2. Test Goodness of fit of model a. Uji Individu (Uji Wald)
Dimaksudkan untuk memeriksa siginifikansi parameter secara individu.
Hipotesis pengajian ini adalah :
H0 ; H1 :
Dengan uji statistik :
W (Wald)
Daerah penolakan : tolak H0 apabila
atau p- value <α
b. Uji Omnimbus
Uji omnimbus dapat dijelaskan bahwa Tidak ada perbaikan nyata antara setiap blok dan step, atau penambahan variabel bebas ke dalam model regresi binary logistic tidak memperbaiki hasil prediksi model atau model tidak sesuai.
c. Hosmer and Lemeshow
Uji ini bertujuan untuk membandingkan distribusi observasi dengan distribusi teori (uji model). Hipotesis pengujian ini adalah :
H0 :K = (1-B) = 1, tidak ada perbedaan distribusi observasi dengan distribusi
teori / model sesuai dengan data
H1: K = (1-B) 0, ada perbedaaan distribusi obeservasi dengan distribusi
teori / model tidak sesuai dengan data
Kriteria pengujian :
Jika sign < 0,1 maka terima H1 tolak H0
Jika sign > maka terima H0 tolak H1 (Hosmer dan Lemeshow 2002)
3.5 Definisi dan Batasan Operasional
3.5.1 Definisi
1. Tingkat Pendidikan adalah tingkat pendidikan responden yang telahdicapai
pada saat penelitian dilakukan dan diperhitungkan berdasarkan tahun pendidikan formal yang berhasil ditamatkan dan diukur dengan skala ordinal.
2. Pendapatan adalah Selisih dari penerimaan petani dengan biaya produksi 3. Luaslahan adalah luas lahan yang dikuasai oleh petani untuk
4. Umur petani adalah Umur petani pada saat dilakukan penelitian yang
dinyatakan dalam satuan tahun
5. Penyuluhan adalah suatu usaha atau upaya untuk mengubah perilaku petani dan keluarganya, agar mereka mengetahui dan mempunyai kemauan serta mampu memecahkan masalahnya sendiri dalam usaha atau kegiatan-kegiatan meningkatkan hasil usahanya dan tingkat kehidupannya. 6. Biaya tenaga kerja merupakan keseluruhan upah tenaga kerja yang
dibayarkan oleh petani selama proses produksi usahatani berlangsung. 7. Adopsi adalah penerapan penggunaan sesuatu ide atau alat teknologi atau
baru yang dapat disampaikan lewat pesan komunikasi (lewat penyuluhan).
3.5.2 Batasan Operasional
1. Tempat penelitian adalah Kecamatan Perbaungan Desa Lubuk Rotan dan desa Melati II Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara
2. Waktu penelitian adalah November - Desember 2016
3. Responden penelitian adalah Petani Padi yang menerapkan sistem tanam 2:1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1 Deskripsi Umum Kabupaten Serdang Bedagai
Luas wilayah Kabupaten Serdang Bedagai sebesar 1.900, 22km². Wilayah Kabupaten SerdangB edagai sebelah utara berbatasan dengan Selat Malaka,
sebelahselatan dengan Kabupaten Simalungun, sebelah timur dengan Kabupaten Batu Bara danKabupaten Simalungun, serta sebelah barat dengan Kabupaten Deli Serdang.
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki 24 sungai dimana sungai yang terpanjang adalah Sungai Padang dan Bah Hilang yang masing- masing panjangnya
25.000 m², sementara Sungai Mendaris dan Sei Rampah adalah sungai terpendek masing-masing 5.000 m².
4.1.1 Letak Geografis Kabupaten Serdang Bedagai
Kabupaten Serdang Bedagai terletak antara 03‟01‟2,5‟‟ Lintang Utara dan
03‟46‟33‟‟ Lintang Utara dan 98‟44‟22‟‟ Bujur Timur dan 99‟19‟01‟ Bujur Timur
dengan ketinggian 0 - 500 meter di atas permukaan laut. Kabupaten Serdang
Bedagai merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 1.900,22 km².
Kabupaten Serdang Bedagai memiliki iklim tropis dimana kondisi
Luas Kabupaten Serdang Bedagaitermasuk besar apabila dibandingkan dengan jumlah penduduk yang tinggal setiap kilometer perseginya. Berdasarkan
kecamatannya, Kota Kabupaten Serdang Bedagai terdiri dari 17 kecamatan yang memiliki luasan wilayah yang sangat beragam. Kecamatan dengan luasan wilayah
terkecil adalah Kecamatan Serba jadi yaitu 50,69 km2, sedangkan kecamatan dengan luasan wilayah terbesar adalah Kecamatan Dolok Masihul yaitu 237,42
4.1.2 Keadaan Penduduk Kabupaten Serdang Bedagai
Jumlah penduduk pria dan wanita cenderung hampir berimbang untuk setiap kecamatan di Kabupaten Serdang Bedagai, hanya sedikit lebih dominan
penduduk dengan jenis kelamin laki-laki. Kabupaten Serdang Bedagai merupakan Kabupaten baru yang merupakan hasil pemekaran dari wilayah Kabupaten Deli
Serdang. Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai pada tahun 2015 berjumlah 608.691 jiwa dengan komposisi jumlah penduduk laki-laki 305.513
jiwa dan perempuan 303.178 jiwa.
Berikut adalah tabel penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di
Kabupaten Serdang Bedagai :
Tabel 5. Jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai menurut Kecamatan dan jenis kelamin
Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
Berdasarkan Tabel 5 diketahui bahwa jumlah penduduk Kabupaten Serdang Bedagai sebanyak 608.691 jiwa terdiri dari 305.513 jiwa orang laki-laki
dan sebanyak 303.178 jiwa orang perempuan. Dari data ini dapat diketahui bahwa
diKabupaten Serdang Bedagai saat ini jumlah penduduk laki-laki lebih besar dari jumlah penduduk perempuan.
Dilihat dari segi penyebaran penduduk, jumlah penduduk terbanyak adalah di
Kecamatan Perbaungan yaitu sebesar 103.296Jiwa. Jumlah penduduk terendah ada
di Kecamatan Kotarihyaitu sebesar 8.133 jiwa.
4.2 Data Keadaan Desa Lubuk Rotan
4.2.1 Keadaan Geografi Desa Lubuk Rotan
Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 5 Dusun, dengan Luas Wilayah 4.09 km
dengan Ketinggian tempat 0-10 meter diatas permukaan laut. Batas Wilayah Desa Lubuk Rotan. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Naga Kisar Kecamatan
Pantai Cermin. Sebelah Selatan berbatas dengan Desa Tanah Merah Kecamatan Perbaungan.Sebelah Barat berbatas dengan DesaKesatuan Kecamata Perbaungan Sebelah Timur berbatas dengan Desa Lubuk Bayas kecamatan Perbaungan Secara
Geografis Desa Lubuk Rotan merupakan dataran rendah yang beriklim tropis dengan suhu maksimum 30 - 32 0,dengan luas lahan Persawahan seluas 260 Ha yang terdapat di Desa Lubuk Rotan.
33
Tabel 6. Keadaan Umum Luas Lahan Desa Lubuk Rotan
No Desa
Luas Lahan Sawah
Irigasi (Ha) Luas Lahan Kering (Ha)
Klm
Sumber : Programa Penyuluh Pertanian Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan ( UPTB - BPKP ) Pematang Sijonam Kabupaten Serdang Bedagai 2016
4.2.2 Keadaan Penduduk Desa Lubuk Rotan
Secara umum keadaan penduduk di Desa Lubuk Rotan sesuai dengan Data Statistik Kecamatan Perbaungan dalam angka tahun 2016 menurut mata pencahariannya adalah sebagai berikut :
Tabel 7. Keadaan Penduduk dan Mata Pencaharian di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016
No Dusun Petani Nelayan Pedagang Peg.Negeri Karywn Swasta
bertani berjumlah 672 orang yang terdiri dari jumlah keseluruhan dari dusun 1 sampai dengan dusun 5 didesa Lubuk Rotan Keamatan PerbaunganKabupaten Serang
Tabel 8. Keadaan Penduduk Menurut Jenis Kelamin Di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016
No Dusun Jlh KK Jenis Kelamin Jumlah
Sumber : Programa Penyuluh Pertanian Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan ( UPTB - BPKP ) Pematang Sijonam Kabupaten Serdang Bedagai 2016
Tabel 8 menjelaskan bahwa Jumlah penduduk secara keseluruhan di desa
Lubuk Rotan adalah 2344 orang yang terdiri dari jenis kelamin perempuan berjumlah 1152 sedangkan untuk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 1192 dengan jumlah 667 KK dari keseluruhan jumlah dusun.
Tabel 9. Data Penduduk berdasarkan umur di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016
Menurut Kelompok Umur (Tahun)
Sumber : Programa Penyuluh Pertanian Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan ( UPTB - BPKP ) Pematang Sijonam Kabupaten Serdang Bedagai 2016
Tabel 9 menjelaskan bawa data penduduk dilihat berdasarkan kelompok
umur yang secara keseluruhan diperoleh dari jumlah masing - masing dusun, dimana untuk kelompok umur 0-15 berjumlah 627 orang,kelompok umur 16-60
berjumlah 1.611 orang dan kemolpok umur lanjut usia berjumlah 89 orang
Tabel 10. Keadaan Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016
Sumber : Programa Penyuluh Pertanian Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan ( UPTB - BPKP ) Pematang Sijonam Kabupaten Serdang Bedagai 2016
Tabel 10 menjelaskan bahwa tingkat pendidikan yang paling tinggi yaitu
pada tingkat pendidikan SMP berjumlah 1027 orang sedangkan untuk tingkat pendidikan Sarjana hanya berjumlah 21 orang, hal ini disebabkan faktor ekonomi keluarga sehingga untuk melanjutkan sekolah hanya sampai batas pendidikan SMP saja,serta pola fikir seorang anak untuk membantu orang tuanya bertani
sehingga menyebabkan anak tersebut tidak melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi.
Tabel.11. lanjutan
Sumber : Programa Penyuluh Pertanian Desa Lubuk Rotan Kecamatan Perbaungan ( UPTB - BPKP ) Pematang Sijonam Kabupaten Serdang Bedagai 2016
Tabel 11 menjelaskan bahwa keadaan sarana dan prasarana di desa Lubuk
Rotan sangat kurang, untuk itu Pemerintah diharapkan lebih memperhatikan, terutama untuk pengadaan sarana dan prasarana fasilitas Usahatani (Bank) ini
sangat berguna untuk memudahkan petani agar belajar menabung untuk
kepentingan keluarga dan masa depan anak.
4.3 Data Keadaaan Desa Melati II
4.3.1 Keadaan Geografi Desa Melati II
Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai,
Propinsi Sumatera Utara terdiri dari 23 Dusun, dengan Luas Wilayah 11.8 Km2 dengan Ketinggian tempat 15 m diatas Permukaan Laut.
Batas Wilayah Desa Melati II : Sebelah Utara Berbatasan Dengan Kelurahan Melati I Sebelah Selata Berbatasan Dengan PTPN II Kebun Melati Sebelah Barat
Berbatasan Dengan Desa Citaman Jernih Sebelah Timur Berbatasan Dengan Desa Jati Mulya Kecamatan Pegajahan.
Topografi daerah umumnya datar, secara geografis wilayah Penyuluhan Pertanian, Desa Melati II adalah dataran rendah, beriklim tropis dengan suhu
minimum 30 - 32oC, curah hujan tinggi pada bulan Nopember sampai Desember, sedangkan musim kemarau terjadi pada bulan Januari sampai bulan Agustus,
umumnya wilayah Kerja Penyuluhan Pertanian Desa Melati II, Kecamatan
Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai merupakan daerah pertanian yang cukup
subur ditanami sepanjang tahun serta potensi peternakan yang cukup baik untuk dikembangkan.
Tabel 12. DataKeadaan Umum Luas lahan Desa Melati II
Luas Lahan Sawah Luas Lahan Kering
Irigasi (Ha) (Ha)
4.3.2 Keadaan Penduduk Desa Melati II
Secara umum keadaan penduduk di Desa Melati II, sesuai dengan data
statistik disetiap kecamatan Perbaungan, dalam angka tahun 2016 dan menurut mata pencahariannya adalah sebagai berikut :
Tabel.13. Lanjutan
Tabel 13 menjelaskan bahwa rata rata penduduk memiliki mata pencaharian bertani berjumlah 3.425 orang yang terdiri dari jumlah keseluruhan dari dusun.
Tabel 14. Data Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016
Tabel.14. Lanjutan perempuan berjumlah 8.199 sedangkan untuk yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 7698 dari jumlah keseluruhan Dusun.
Tabel 15. Data Penduduk Berdasarkan Tingkat pendidikan dan Umur di Desa Melati II Tahun 2016
Tabel 15 menjelaskan bahwa jumlah keseluruhan untuk tingkat pendidikan
Tabel 16. Sarana dan Prasarana Penunjang Pertanian di Desa Melati II Kecamatan Perbaungan Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2016
No Sarana Penunjang Jumlah
Sumber : Programa Penyuluh Pertanian Desa Melati II Kecamatan Perbaungan ( UPTB - BPKP ) Pematang Sijonam Kabupaten Serdang Bedagai 2016
4.4 Deskripsi Karakteristik Responden
4.4. 1 Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 orang responden petani padi, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin,
seperti yang tersaji dalam gambar berikut.
laki-laki perempuan
10%
90%
Gambar 2. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin
Gambar 2di atas adalah menjelaskan data responden berdasarkan Jenis kelamin, dari 40 orang responden terdiri atas 36 orang responden berjenis kelaminlaki-laki dan 4 orang responden berjenis kelamin perempuan.
4.4. 2 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
SMA SMP SD
0%-12%
28% 60%
Gambar 3. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan
Gambar 3 menjelaskan bahwa data persentase responden berdasarkan
Tingkat Pendidikan, dari 40 orang responden terdiri dari 5 orang responden berpendidikan SMA, 11 orang responden berpendidikan SMP dan sisanya 24 orang responden berpendidikan SD. Berdasarkan informasi ini tingkat
pendidikan petani di daerah penelitian beragam dan paling banyak adalah berpendidikan SD.
4.4. 3 Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Usia
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 40 orang responden, diperoleh data karakteristik responden berdasarkan tingkat usia, seperti yang
tersaji dalam gambar berikut.
Usia 19-25 Usia 26-36 Usia 37-49 Usia 50-65
7%
7%
48%
38%
Gambar 4. Karakteristik Responden berdasarkan Tingkat Usia
Gambar 4 menjelaskam bahwa persentase data responden berdasarkan tingkat usia, dari 40 orang responden terdiri dari 3 orang responden berusia antara 19-25 tahun, 3 orang responden berusia antara 26- 36 tahun, 15 orang responden berusia antara 37-49 tahun dan 19 orang
responden berusia di atas 50-65 tahun.
Tabel 17. Deskriptif Berdasarkan Pendapatan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Pendapatan 40 951000 38740000 11362437,5 8923683,6
Valid N 40
(listwise)
Sumber : data primer
Pendapatan minimum petani per-panen adalah Rp 951.000, sementara
4.5 Tingkat adopsi Petani terhadap Penerapan Teknologi Sistem Tanam Jajar Legowo 2:1
Teknologi pertanian merupakan teknik atau cara bercocok tanam yang benar untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi, teknologi yang dimaksud
dalam penelitian ini adalah penerapan teknologi sistem tanam jajar legowo 2 :1 yang mampu meningkatkan produksi hingga mencapai 6- 7 ton/ha.Sehingga
dengan adanya penerapan sistem tanam ini, diharapkan petani mampu untuk mengadopsi teknologi tersebut.
Tingkat Adopsi Petani Terhadap sistem tanam jajar legowo 2 : 1 di daerah penelitian dianalisis dengan diperlihatkan oleh jawaban petani terhadap pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Dari jawaban petani terhadap setiap pertanyaan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori, kemudian secara kumulatif dilihat
deviasinya menurut deviasi normal sehinggadiperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing jawaban). Interpretasi terhadap skor masing-masing responden
dilakukan dengan mengubah skor tersebut ke dalam skor standar yang mana dalam hal ini digunakan Model Skala Likert (Skor T). Hasil analisis dengan
metode scoring tersebut dapat dilihat pada Tabel 18.
Tabel 18. Tingkat Adopsi Petani terhadap sistem tanam jajar legowo Kecamatan Perbaungan Desa lubuk rotan dan desa Melati II Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan data pada Tabel 18 diketahui bahwa dari 40 orang petani sampel, jumlah petani yang memiliki tingkat adopsi tinggi sebanyak 30 orang
(75%), maka dapat diartikan bahwa petani mampu menerima penerapan adopsi
teknologi pada sistem tanam jajar legowo 2:1 dan yang memiliki tingkat adopsi rendah yaitu sebanyak 10 orang (25%).
Dari 30 orang petani yang mengadopsi teknologi Jajar legowo 2:1, alasan petani mengadopsi sangat tinggi karena mereka merasakan banyak keuntungan
dari sistem tanam jajar legowo ini, antara lain:meningkatkan populasi tanaman peranakan jauh lebih banyak, pertumbuhan tanaman lebih sehat dan seragam, mudah dalam melakukan pemupukan serta dalam penyiangan mengindentifikasi
serangan hama dan penyakit lebih mudah.
4.6 Pengujian Parameter
4.6.1 Uji asumsi multikolinieritas
Untuk memastikan apakah didalam sebuah model regresi ada interkorelasi
atau kolonieritas antar variabel bebas, maka sebelum melakukan logit , terlebih
dahulu melakukan uji multikolonieritas dapat disajikan pada Tabel 19 :
Tabel 19. Nilai Tolerence dan VIF terhadap faktor-faktor sosial ekonomi petani
Variabel Tolerence VIF
Umur 0,574 1,741
Pendapatan 0,807 1,240
Pendidikan 0,522 1,917
Penyuluhan 0,192 5,206
Biaya tenaga kerja 0,191 5,233
Menurut Rasul A (2011) gejala multikolinearitas terjadi jika nilai VIF >10 (untuk R2 maksimum0,9) dan nilai tolerence <0,1. Berdasarkan tabel 19 dapat dijelaskan bahwa tingkat umur, pendapatan, pendidikan, penyuluhan dan biaya tenaga kerja masing-masing nilai VIF nya sebesar 1,741; 1,240; 1,917; 5,206;
5,233 < 10, sedangkan masing-masing nilai tolerence-nya sebesar 0,574; 0,807; 0,522; 0,192; 0,191> 0,1, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala
multikolinieritas di model persamaan pada variabel umur, pendapatan,
pendidikan, penyuluhan, dan biaya tenaga kerja.
4.6.2 Test Goodness of Fit Of Model
a. Uji Omnibus
Uji omnimbus dapat dijelaskan bahwa Apabila Ho diterima, H1 ditolak
artinya Tidak ada perbaikan nyata antara setiap blok dan step, atau penambahan
variabel bebas ke dalam model regresi binary logistic tidak memperbaiki hasil prediksi model atau model tidak sesuai. Apabila Ho ditolak, H1 diterima artinya Ada perbaikan nyata antara setiap blok dan step, atau penambahan variabel bebas
ke dalam model regresi binary logistic tidak memperbaiki hasil prediksi model
atau model tidak sesuai.
Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa nilai Chi-square yang diperoleh yaitu sebesar 13,3 dengan nilai probabilitas 0,02 < 0,05 Maka Ho ditolak H1 diterima artinya Ada perbaikan nyata antara setiap blok dan step, atau penambahan variabel bebas ke dalam model regresi binary logistic tidak
memperbaiki hasil prediksi model.
Tabel 20. Uji Omnibus pada Variabel Karaktersitik Petani
Uji Omnibus
Chi Square 13.300
Sig 0,02
Sumber : Data Primer Diolah
b.Uji Hosmer & Lemeshow
Untuk mengetahui kesesuaian distribusi observasi dengan distribusi teori maka dilakukan pengujian Hosmer dan lemeshow. Hasil uji menjelaskan bahwa Apabila Ho diterima, H1ditolak artinya Tidak ada perbedaan nyata antara data dengan hasil prediksi model regresi binary logistic, atau model mampu
memprediksi nilai observasi model regresi binary logistic dan model sesuai. Apabila H0 ditolak, H1 diterima artinya ada perbedaan nyata antara data dengan hasil prediksi model regresi binary logistic, atau model mampu memprediksi nilai observasi model regresi binary logistic.
Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa nilai Chi-square yang diperoleh yaitu sebesar 5,36 dengan nilai sig 0,71 > 0,05 maka Ho diterima, H1 ditolak artinya Tidak ada perbedaan nyata antara data dengan hasil prediksi model regresi binary logistic, atau model mampu memprediksi nilai observasi model regresi
binary logistic dan model sesuai.
Tabel 21. Uji Hosmer & Lemeshow Variabel Karaktersitik petani
Uji Hosmer & Lemeshow
Chi Square 5.368
Sig 0,71
4.6.3 Uji Pengaruh Variabel Parsial
Untuk mengetahui pengaruh karakteristik sosial ekonomi dengan tingkat
adopsi petani, maka dianalisis dengan menggunakan uji pengaruh variabel
parsialdapat disajikan pada Tabel 19.
Tabel 22. Analisis faktor sosial ekonomi petani dalam mengadposi teknologi Sistem tanam jajar legowo 2:1
Variabel B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Umur (X1) .002 .047 .002 1 .964 1.002
pendapatan(X2) -2.075 1.084 3.665 1 .005 .126 Pendidikan(X3) -.456 .263 2.999 1 .008 .634 Penyuluhan(X4) -1.437 .882 2.655 1 .103 .238 Biaya tenaga
kerja(X5) 1.022 .922 1.229 1 .268 2.779 Constant 5.227 4.260 1.505 1 .220 186.169
Sumber : Data primer diolah
Hasil estimasi logit pada faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat adopsi teknologi petani terhadap penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1adalah :
=
5,227 + 0,002 X1 - 2,075 X2 - 0,456 X3 - 1,437X4 + 1,022X5
=
e
( 5,227 + 0,002X1 - 2,075 X2- 0,456 X3 - 1,437X4 + 1,022X5)= e
5,227x e
0,002X1x e
-2,075 X2x e
0,456 X3x e
-1,437 X3x e
1,022 X5=
186,169 x 1,002X1 X 0,126X2x 0,634X3x 0,238X4x 2,779X5Uji Wald
Uji Wald (Uji Parsial) adalah pengujian yang menjelaskan bagaimana pengaruh variabel umur, pendidikan, pendapatan, penyuluhan dan biaya tenaga
kerja terhadap tingkat adopsi teknologi petani pada penerapan sistem tanam jajar legowo 2:1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa tingkat pendapatan dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat adopsi. Pendapatan berpengaruh dengan
nilai exp(B) sebesar 0,126 dan nilai koefisien sebesar 3,665 ( sig 0,005 < 0,05) artinya pendapatan berpengaruh signifikan terhadap adopsi. Sehingga jika
pendapatan naik sebesar 1 rupiah maka kecenderungan untuk tingkat adopsi menurun sebesar 0,126 kali.
Menurut Soekartawi (1988) yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan usaha tani maka semakin tinggi pula tingkat adopsinya. Hal ini
berbanding terbalik dengan penelitian Lampos Gultom (2008) yang menjelaskan bahwa tingkat pendapatan tidak berpengaruh nyata pada tingkat adopsi petani. Hal ini disebabkan pendapatan bersih petani per ha tidak bervariasi. Sementara di daerah penelitian untuk tingkat pendapatan berpengaruh secara signifikan
terhadap tingkat adopsi. Hal ini disebabkan bahwa tingkat pendapatan petani di daerah penelitian sangat bervariasi. Penggunaan teknologi baru mampu meningkatkan pendapatan petani dan di dukung dengan pola fikir petani yang
maju.
Pendidikan berpengaruh dengan nilai exp(B) sebesar 0,634 dan nilai koefisien pendapatan sebesar 2,999 (sig 0,008<0,05) artinya pendidikan berpengaruh signifikan terhadap adopsi. Sehingga jika pendidikan naik sebesar 1
Menurut Sari dewi (2010) menyatakan bahwa seseorang yang berpendidikan tinggi cenderung lebih terbuka untuk menerima dan mencoba hal-
hal yang baru serta tingkat pendidikan seseorang dapat mengubah pola fikir, daya nalar yang lebih baik. Sehingga semakin lama seseorang mengenal pendidikan maka pola fikirnya semakin rasional. Sedangkan di daerah penelitian bahwa
petani rata-rata memiliki pendidikan rendah. Tetapi mereka mampu untuk mengadopsi teknologi yang dianjurkan. Hal ini disebabkan bahwa petani yang
berpendidikan rendah lebih cenderung mampu menyerap informasi yang disampaikan oleh penyuluh lapangan. Informasi yang mereka peroleh berupa penyuluhan, pelatihan-pelatihan dan informasi dari media cetak. Pada penelitian
sebelumnya oleh komaryati (2012) yang menyatakan bahwa pendidikan juga berpengaruh signifikan terhadap tingkat adopsi sesuai dengan teori Sari dewi
(2010), Hal ini disebabkan bahwa kemampuan, kecerdasan dan pengetahuan seseorang diperoleh dari pendidikan. Orang yang berpendidikan dapat berpikir
secara sistematis dan memiliki wawasan yang luas serta lebih kritis dalam menghadapi persoalan yang dihadapi. Adopsi merupakan suatu proses mental dalam menerapkan suatu inovasi/teknologi yang didahului dengan pertimbangan-
pertimbangan untuk mengambil keputusan mengadopsi atau tidak mengadopsi.. Pertimbangan yang dilakukan sangat memerlukan adanya wawasan dan
kecerdasan yang diperoleh melalui pendidikan.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka kesimpulan yang diperoleh
adalah:
1. Petani dalam mengadposi sistem tanam jajar legowo 2:1 memiliki tingkat
adopsi yang tinggi.
2. Variabel faktor sosial ekonomi petani yang memberikan pengaruh signifikan
terhadap tingkat adopsi teknologi pada sistem tanam jajar legowo adalah
pendapatan (X2) dan pendidikan (X3).
5.2 SARAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maka saran yang perlu dilakukan
adalah:
1. Untuk meningkatkan total pendapatan petani di daerah penelitian, diharapkan petani mampu menekan atau mengurangi biaya tenaga kerja dengan memaksimalkan jumlah tenaga kerja yang tersedia tanpa harus menambah jumlah tenaga kerja pada tahap penanaman dan panen.
2. Melihat tingkat pendidikan di daerah penelitian yang masih rendah, maka diharapkan kepada pemerintah dan masyarakat petani agar diedukasi
akan semakin baik. Hal ini berkaitan dengan tingkat kemampuan petani
terhadap adopsi inovasi teknologi pertanian.
3. Untuk peneliti selanjutnya, disarankan untuk meneliti lebih mendalam lagi
tentang issu-issu penyuluhan di lapangan seperti jumlah tenaga penyuluh yang minim yang berdampak pada tidak semuanya petani mampu dijangkau oleh penyuluh karena wilayah kerja penyuluh sangat luas.