• Tidak ada hasil yang ditemukan

Jurnal Peningkatan Sikap Demokratis Siswa Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran Pkn | Makalah Dan Jurnal Gratis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Jurnal Peningkatan Sikap Demokratis Siswa Melalui Metode Bermain Peran Dalam Pembelajaran Pkn | Makalah Dan Jurnal Gratis"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

|

155

155

155

155

155

I. Pendahuluan

Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, Setiap warga negara di Indo-nesia berhak mendapatkan pendidikan. Dalam UUD Dasar 1945 disebutkan bahwa negara kita ingin mewujudkan masyarakat yang cerdas dan berkarakter.

Lingkungan sekolah merupakan pendidikan yang kedua, guru berusaha menanamkan nilai-nilai karakter seperti menghargai, disiplin, bertang-gung jawab atau kejujuran. Nilai-nilai tersebut da-pat diwujudkan dengan melihat out put pembela-jaran yang dapat dilihat dari sikap siswa setelah mendapat pembelajaran di sekolah. Mata Pela-jaran Pendidikan Kewarganegaraan merupakan

mata pelajaran yang memfokuskan pada pemben-tukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas,

PENELITIAN

PENINGKATAN SIKAP DEMOKRATIS SISWA

MELALUI METODE BERMAIN PERAN

DALAM PEMBELAJARAN PKn

Titin Sunaryati

MI Al Muhajirien. Jl. Cendana II No 84 Jakapermai Bekasi.

Abstract

The research is to find the increasing of democratic affective in PKn learning trhough Role Play Methode. This reasearch was implemented at MI Al Muhajirien Jakapermai Bekasi with 40 students as subject of research.This is an action research by using Kemmis and Taggart model in two cycles. Each cycle consists of planning, acting, observing and reflecting.The qualitative result of this action research showed that student democratic affective can increase the student personality with good character and the implementation of role play method made students happy and active .In other side the quantitative result showed the increasing of percentage anquete from 55% to 68% in cycle I and become 92,5 % in cycle II. In both cycles, students achieved the minimum mastery criteria. The observation result of activity of role play methode of both teacher and students in cycle II achieved 100% of mastery learning.Finally from both qualitative data and quantitative data indicate that PKn learning activities by using role play method can increase the democratic affective of students

terampil, dan berkarakter. Dalam mewujudkan tujuan mata pelajaran PKn di atas guru merupa-kan salah satu fasilitator yang berperan besar atas terwujudnya tujuan tersebut dengan berusaha me-nanamkan nilai-nilai dalam proses pembelajaran di sekolah. Dalam kenyataan di lapangan peneliti masih menemui gaya mengajar guru yang mono-ton satu arah tanpa ada interaksi yang hidup. Guru hanya menggunakan metode yang umum dan konvensional yaitu duduk, dengar, catat, dan hafal.

Metode yang digunakan guru cendrung satu arah dan hanya mengembangkan satu aspek pem-belajaran yaitu kognitif.

Peneliti memilih metode bermain peran

(2)

156

156

156

156

156

|

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

terhadap sesama teman, diperkuat oleh hasil bidang studi PKn yang rendah pada semester I dengan rerata 6,2.

Berdasarkan uraian di atas bahwa salah satu faktor yang penting yang diduga menyebabkan rendahnya sikap demokratis dalam pelajaran PKn adalah karena masih ditemui guru yang menggu-nakan metode yang tidak bervariasi. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan untuk meningkatkan sikap demokratis dalam pelajaran PKn melalui metode bermain peran pada siswa kelas II MI Al Muhajirien Jakapermai, maka perlu penelitian untuk menganalisis lebih dalam dan konfrehensif.

II. Kajian Pustaka

Pengertian Sikap Demokratis

Calhoum & Acocella dalam Alex Sobur (2003:359) mengemukakan “An anttitude is a cluster of ingrained beliefs and feelings about a certain object and a presisposition to act toward that object in a certain way”. Zanna & Rempel (2009:82) dalam bukunya Psikologi Sosial Tim Fakultas Psikologi UI mendefinisikan sikap “A

fa-vorable or unfafa-vorable evaluative reaction toward something or someone exhibited in one’s belief, feelings or intended behavior” Sedangkan menurut Eagly dan Chaiken (2009:82)

menyatakan “Attitude is a psychological tendency that is expressed by evaluating a particular entity with some degree of favor or disfavor”.

Seorang ahli psikologi W.J. Thomas berpen-dapat bahwa sikap sebagai suatu kesadaran individu yang menentukan perbuatan-perbuatan yang nyata ataupun yang mungkin akan terjadi di dalam kegiatan-kegiatan sosial. Pada tiap sikap mempunyai 3 aspek sebagai berikut:

(1) Aspek kognitif: yaitu terkait dengan pikiran berupa pengolahan, pengalaman, dan keyakinan tentang objek

(2) Aspek afektif:berwujud perasaan-perasaan tertentu yang ditujukan kepada objek-objek tertentu.

(3) Aspek konatif: adalah kecendrungan untuk berbuat sesuatu objek.

Demokrasi adalah keadaan negara di mana dalam sistem pemerintahnya, kedaulatan di

tangan rakyat, kekuasaan tertinggi berada dalam keputusan bersama rakyat. Juan Linz yang dikutip oleh Hyronimus Rowa (1996:83) mendefinisikan demokrasi sebagai berikut :

“We shall call a political system democratic when it allows the free formulation of political pref-erences, through the use of basic freedoms of association, information, and communication, for the purpose of free competition between leaders to validate at regular intervals by non violent means their claim to rule; a democratic system does this without excluding any effective political office from that competition or probibiting any members of the political community from expressing their pref-erence by norms requiring the use of force to en-force them”.

H.A.R. Tilaar (1999:180) menjelaskan Pe-ngembangkan sikap demokratis bukan hanya membentuk jati diri individu yang bhineka, tetapi didukung juga oleh sistem yang mengembangkan sikap demokratis tersebut. Sistem pendidikan harus konfrehensif yang tercermin dalam proses belajar mengajar dengan mengembangkan sikap saling menghargai karena berbeda pendapat,

kreatif dan bebas bertanggung jawab.

Seperti sebuah negara, sekolah juga merupa-kan suatu organisasi, layaknya masyarakat mini yang memiliki pejabat, warga dan peraturan.

Sekolah merupakan sebuah organisasi, yakni unit sosial yang sengaja dibentuk oleh beberapa orang yang satu sama lain berkoordinasi dalam melak-sanakan tujuannya untuk mencapai tujuan ber-sama. Tujuannya yaitu mendidik anak-anak dan mengantarkan mereka menuju fase kedewasaan, agar mereka mandiri baik secara psikologis, biologis, maupun sosial.

Dengan demikian yang dimaksud dengan sikap demokratis adalah ekspresi dari nilai-nilai kreativitas, kesanggupan mengeluarkan penda-pat, menghargai pendapat orang lain, dan melak-sanakan hasil keputusan bersama dengan tang-gung jawab sehingga melakukan tindakan prilaku yg diinginkan meliputi kompenen kognitif, afektif, dan konatif.

Pengertian Mata Pelajaran PKn

(3)

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

|

157

157

157

157

157

kewarganegaraan adalah pendidikan demokrasi

untuk bertujuan mempersiapkan warga masyara-kat berpikir kritis dan bertindak demokratis, melalui aktivitas menanamkan kesadaran kepada gene-rasi baru tentang kesadaran bahwa demokgene-rasi adalah bentuk kehidupan masyarakat yang paling menjamin hak-hak warga masyarakat.

Dalam pandangan lainnya tentang pendidikan kewarganegaraan dalam lembaga pendidikan seperti yang dinyatakan dalam kurikulum KTSP bahwa mata Pelajaran Pendidikan Kewarga-negaraan merupakan mata pelajaran yang mem-fokuskan pada pembentukan warganegara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warganegara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter. Dari uraian di muka dapat disimpulkan bahwa Sikap Demokratis Siswa dalam Pembelajaran PKn adalah ekspresi dari nilai-nilai kreativitas, kesanggupan mengeluarkan pendapat, meng-hargai pendapat orang lain, dan melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab sehingga melakukan tindakan prilaku yg diingikan meliputi kompenen kognitif, afektif, dan konatif,

untuk pembentukan jati diri, watak peserta didik menjadi warga negara yang baik, dengan indika-tor; Aspek kognitif (1) keyakinan tentang gagasan atau ide, (2) Keyakinan tentang kesanggupan

mengeluarkan pendapat, (3) Keyakinan tentang menghargai pendapat orang lain, (4) keyakinan tentang melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab. Aspek afektif; (1) Pera-saan suka tidak suka tentang gagasan atau ide, (2) Perasaan suka tidak suka tentang kesang-gupan mengeluarkan pendapat, (3) Perasaan suka tidak suka tentang menghargai pendapat orang lain, (4) Perasaan suka tidak suka tentang melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab. Aspek konatif (1) Perbuatan yang dapat diamati tentang gagasan atau ide, (2) Perbuatan yang dapat diamati tentang kesang-gupan mengeluarkan pendapat, (3) Perbuatan yang dapat diamati tentang menghargai pendapat orang lain, (4) Perbuatan yang dapat diamati tentang melaksanakan hasil keputusan bersama dengan tanggung jawab.

Pengertian Metode Bermain Peran

Menurut Smaldino dalam Benny A. Pribadi, bahwa metode pembelajaran merupakan proses atau prosedur yang digunakan oleh guru atau instruktur untuk mencapai tujuan atau kompetensi. Pemilihan metode pembelajaran yang tepat dapat membantu siswa mencapai tujuan pembelajaran atau melakukan internalisasi terhadap isi atau materi pembelajaran.

Menurut Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2009:290) mengungkapkan, metode bermain peran yaitu :

In role playing, students explore human rela-tions problems by enacting problem situarela-tions and then discussing the enactments. Together, stu-dents can explore feelings, attitudes, values, and problem solving strategies.

Senada dengan pendapat Linda Campbell (2005:81), bermain peran memberikan kepada guru dan siswa kebebasan dalam mengkreasikan permainan dari topik pelajaran yang mementing-kan proses dari permainan daripada hasilnya. Wilbert J. McKeachie dkk (1994:167) mendefinisi-kan Role playing is the setting up of more or less

unstructured situations in which students’ behav-iors are improvised to fit in with their conceptions of roles to which they have been assigned.”

Metode bermain peran merujuk kepada

dimensi pribadi dan dimensi sosial. Dimensi pri-badi bertujuan untuk membantu siswa menemu-kan jati diri dari belajar di lingkungan sekelilingnya. Sedangkan dilihat dari dimensi sosial, bermain peran memberi kesempatan kepada siswa untuk bekerja sama dalam menganalisis situasi-situasi sosial terutama hubungan antarpribadi mereka. Salah satu keuntungan dari bermain peran adalah mengajarkan informasi dan juga mengembang-kan interpersonal, intra personal serta kecakapan memecahkan masalah.

Menurut Fannie Shaftel dan George Shaftel dalam Bruce Joyce, Marsha Weil dan Emily Calhoun (2009:294) mengilustrasikan 9 tahapan bermain peran yaitu :

1. Warm Up the Group: Identily or introduce

problem, make problem explicit.

2. Interpret problem story, explore issues,

(4)

158

158

158

158

158

|

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

3. Select Participants : Analyze roles, select role

players.

4. Set the Stage : Set line of action, restate

roles, get Inside ploblem situation.

5. Prepare the Observers : Decide what to look

for, assign Observation tasks.

6. Enact : Begin role play, maintain role play,

break role play.

7. Discuss and Evaluate : Review action of role

play, (events, positions, realism), discuss major focus,develop next enactment.

8. Reenact : Play revised roles; suggest next,

step or behavioral alternatives.

9. Discuss and Evaluate : As in phase six

10. Share Experiences and Generalize : Relate problem situation to realexperience and cur-rent problems, explore general principles of behavior.

Dengan demikian yang dimaksud metode bermain peran adalah cara belajar dengan meng-eksplorasi kemampuan siswa dalam memeran-kan suatu peranan yang diciptamemeran-kan situasi tertentu tentang masalah-masalah sosial, yang pada

prosesnya siswa akan merasakan, menempatkan dirinya kepada orang lain sehingga siswa dapat mengetahui watak dan merasakan perasaan or-ang lain melalui proses pemanasan, pemilihan

pemainan, penataan panggung, penunjukkan beberapa siswa sebagai pengamat, pelaksanaan permainan peran, pelaksaan diskusi dan evaluasi pelaksanaan bermain peran oleh guru dan siswa, permainan ulang bermain peran, pembahasan diskusi dan evaluasi yang lebih diarahkan pada realitas, dengan berbagi pengalaman serta pengambilan kesimpulan tentang pelaksanaan bermain peran.

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di MI Al Muhajirien Bekasi . Dilaksanakan pada bulan April sampai Juni 2012 Tahun Pelajaran 2011-2012.

III. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas model Kemmis &

McTaggart. Proses pembelajaran setiap siklus meliputi (1) perencanaan (2) pelaksanakan tindak-an (3) pengamattindak-an (4) refleksi. Dengtindak-an pengam-bilan data kualitatif dan kuantitatif. Pelaksanaan melibatkan rekan sejawat sebagai pengamat.

Pengumpulan data

Dalam Penelitian ini tekhnik pengumpulan data diperoleh melalui observasi, catatan lapangan, rekaman audio dan visual serta hasil angket Sikap Demokratis siswa.

IV. Hasil Analisis Dan Pembahasan A. Deskripsi Data Siklus I

Pada Siklus I kegiatan pembelajaran yakni :

1. Guru memberikan pengarahan tata cara

dan gambaran singkat skenorio.

2. Guru berdiskusi karakter tokoh, memilih,

menawarkan peran kepada siswa.

3. Siswa mempelajari skenorio, simulasi

peran dengan kesesuaian alat.

4. Siswa yang ditunjuk sebagai pengamat.

5. Siswa menampilkan bermain peran

6. Guru bersama siswa mengevaluasi atas

penampilan pertama

7. Siswa menampilkan ulang yang kedua

8. Guru membahas lebih diarahkan pada

realitas kehidupan

9. Siswa berbagi pengalaman serta

me-nyimpulkan kepada sesama teman.

Berdasarkan hasil pengamatan pada siklus I ada catatan dari pengamat / kolaborator, guru dalam menjelaskan pada langkah kedelapan lebih diarahkan pada realitas keseharian siswa kurang mendalam. Adapun aktivitas siswa pada saat penampilan masih belum maksimal dengan kurang kondusifnya kelas, masih ada yang teriak, ngobrol dan lupa akan skenorio musyawarah

B. Deskripsi Data Siklus II

Pada Siklus II kegiatan pembelajaran yakni :

1. Guru memberikan pengarahan tata cara

dan gambaran singkat skenorio.

2. Guru berdiskusi karakter tokoh, memilih,

menawarkan peran kepada siswa.

(5)

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

|

159

159

159

159

159

peran dengan kesesuaian alat.

4. Siswa yang ditunjuk sebagai pengamat.

5. Siswa menampilkan bermain peran

6. Guru bersama siswa mengevaluasi atas

penampilan pertama

7. Siswa menampilkan ulang yang kedua

8. Guru membahas lebih diarahkan pada

realitas kehidupan

9. Siswa berbagi pengalaman serta

me-nyimpulkan kepada sesama teman.

Berdasarkan catatan lapangan ketika dilaku-kan pembelajaran dengan metode bermain peran guru sudah baik. Siswa sudah hafal, memahami dan menghayati peran sesuai alur cerita dan dialognya, serta siswa yang berperan sebagai pengamat sudah baik melakoni perannya. Adapun suasana ketika proses penampilan kelas tenang, tertib dan antusias siswa tinggi. Dari hasil pengamatan pengamat selama proses pembelajaran, guru dan siswa 100% dapat memperagakan metode bermain peran.

C. Pembahasan

1. Analisis Data Tindakan Siklus I

a) Analisis Data Peningkatan Sikap

Demo-kratis Siswa dalam Pembelajaran PKn Pada siklus I karakter yang paling

kuat dikuasai siswa berurut dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah percaya diri (52,5%), keberanian (47%), menghargai (42,5%), toleran (27,5%) dan terakhir tanggung jawab (17 %). Dapat disimpulkan karakter yang paling kuat dikuasai pada siklus I adalah sikap percaya diri (52%) dan yang paling lemah sikap tanggung jawab (17%).

Secara kuantitatif (data dapat dilihat pada lampiran pengamatan aktivitas siswa), distribusi hasil nilai angket disaji-kan dalam tabel 1.1. berikut:

b) Analisis Data Pengamatan Kegiatan

Pembelajaran PKn, dengan Menggu-nakan Metode Bermain Peran Siklus I. Dari hasil pengamatan dan refleksi di analisis bahwa ada beberapa keku-rangan ditemui pada aktivitas guru se-tiap langkah metode bermain peran. Yaitu guru dalam penyampaian materi belum maksimal menghubungkan nilai-nilai demokratis pada realitas kehidupan siswa. Guru kurang memberikan

apresi-asi kepada para siswa dan sedikit mem-berikan kesempatan kepada siswa ber-bagi pengalaman kepada teman. Ada-pun dari aktivitas siswa situasi kelas

belum tertib, dan ada beberapa siswa yang tidak antusias dalam bermain peran.

[image:5.595.310.501.146.313.2]

Jumlah skor pengamatan aktivitas guru yang diperoleh pada tindakan I adalah 31 atau 86%. Adapun jumlah skor siswa adalah 24 atau 67% (dapat dilihat pada lampiran). Selengkapnya disajikan dalam tabel 1.3. berikut.

Tabel 1.1.

(6)

160

160

160

160

160

|

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

Dari hasil analisis siklus I di atas, maka dapat disimpulkan tindakan yang dilakukan belum tuntas, sehingga harus ditingkatkan pada kekurangan yang ada, dan diputuskan untuk melanjutkan pada siklus II.

2. Analisis Data Tindakan Siklus II

a) Analisis Data Peningkatan Sikap

Demo-kratis Siswa dalam Pembelajaran PKn Siklus II

Pada siklus II karakter yang paling kuat dikuasai siswa berurut dari yang tertinggi sampai yang terendah adalah menghargai (95%), Percaya diri (92,5%), Keberanian (87,5%), tanggung jawab (85,0%) dan terakhir toleran (80%). Jadi dapat disimpulkan bahwa karakter yang paling kuat dikuasai pada siklus I adalah sikap menghargai (95%) dan yang paling lemah adalah sikap tanggung jawab (80%). Adapun gambaran secara visual dapat dilihat pada diagram batang di bawah ini :

[image:6.595.159.444.148.241.2]

Secara kuantitatif siswa diberikan angket berupa 25 pernyataan tentang pembelajaran PKn sikap demokratis dalam musyawarah, kemudian diperoleh (dapat dilihat pada lampiran), maka data nilai angket siswa disajikan dalam tabel 4.5 berikut:

Tabel 1.3.

Distrubusi Hasil Nilai Angket Sikap Demokratis Siswa dalam Pembelajaran PKn Siklus II.

Dari analisis data di atas bahwa siswa yang belum tuntas mencapai KKM ada pada interval nilai 5,5 - 5,9 sampai 7,0 - 7,4 yaitu ada 6 siswa 7,5 %). Sedangkan nilai

yang dikategorikan tuntas yaitu pada interval 7,5 – 7,9 sampai 9,5 – 10.0 ada 34 siswa (92,5%) dan siklus II nilai

rata-rata satu kelas 8,75. Pening-katan sikap demokratis dengan bermain peran telah mencapai target (melebihi 80 % jumlah siswa yang mencapai KKM). Tabel 1.2.

Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Melalui Metode Bermain Peran pada Siklus I

[image:6.595.90.489.329.732.2]
(7)

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

|

161

161

161

161

161

b) Analisis Data Pengamatan kegiatan

pembelajaran PKn, dengan Menggu-nakan Metode Bermain Peran

Tabel di bawah ini adalah Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa Melalui Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran PKn pada Siklus II yaitu :

Berdasarkan hasil analisis siklus II, dapat disimpulkan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan pada pembelajaran PKn sikap demokratis melalui metode bermain peran dalam musyawarah.Tindakan pembelajaran yang dilakukan telah tuntas mencapai 100 % (mastery learning), dengan meningkatkan dan melengkapi

kelemahan serta kekurangan pada siklus I. Oleh karena itu, tindakan tidak dilanjutkan pada siklus berikutnya.

3. Interpretasi Hasil Analisis

[image:7.595.105.498.252.330.2]

Perbandingan hasil analisis data pengamatan aktivitas melalui metode bermain guru dan siswa disajikan juga dalam gambar diagram berikut :

Gambar 4.7. Perbandingan Hasil Pengamatan Aktivitas Guru dan Siswa melalui Metode

Bermain Peran Siklus I dan II

Pada diagram gambar 4.7. pada siklus I presentasi keberhasilan guru baru mencapai 86% dan siswa 67 %, sedangkan pada siklus II

presentasi hasil guru dan siswa 100%.

Berdasarkan data catatan lapangan, dan dokumentasi, dari proses pembelajaran serta berdasarkan pada teori yang dikaji peneliti, maka dapat diinterpretasikan bahwa telah terjadi peningkatan yang signifikan dalam pembelajaran PKn tentang sikap demokratis siswa melalui metode ber-main peran. Implementasi-nya dapat di-kembangkan pada pembe-lajaran materi yang lain yang menekankan pada pening-katan bersikap demokratis.

V. KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Kesimpulan

1. Pembelajaran dengan menggunakan

metode bermain peran dapat mening-katkan sikap demokratis siswa dalam

pembelajaran PKn.

2. Pembelajaran PKn tentang sikap

demo-kratis melalui metode bermain peran dalam musyawarah dapat membuat

siswa bersikap menghargai, toleran, percaya diri, penuh keberanian dan bertanggung jawab serta termotivasi untuk lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas dengan tertib.

3. Dari hasil pengamatan aktivitas guru dan

siswa melalui metode bermain peran pada siklus II mencapai 100% (mastery

learning)..

B. Implikasi

1. Secara teoritik, metode bermain peran

tentang sikap dapat menstimulus, siswa untuk mengekspresikan perasaannya dalam bentuk lisan dan prilaku.

2. Secara Praktis Penerapan metode

ber-main peran menjadikan guru sebagai fasilitator dan bagi siswa menstimulus percaya diri dan bekerjasama.

Tabel 1.4.

[image:7.595.109.301.542.631.2]
(8)

162

162

162

162

162

|

Jurnal Pendidikan Dasar Vol. 3, No. 5 – Desember 2012

C. Saran

1. Bagi siswa hendaknya dapat

meman-faatkan kesempatan untuk lebih meng-eksplor kemampuannya,antusias, aktif dengan etika dan estetika yang baik,

sopan dan tertib.

2. Bagi peneliti diharapkan dapat meneliti

dibidang yang sejenis pada tingkat kelas

yang berbeda dengan proses

reflek-si yang lebih bervariareflek-si.

Daftar Pustaka

Campbell,Linda. Metode Praktis Pembelajaran Berbasis. Depok: Intuisi Press , 2004.

Joyce,Bruce. Marsha Weil dan Emily Calhoun. Models of Teaching, Boston: Pearson,2012..

Sobur ,Alex. Psikologi Umum. Bandung:Pustaka Setia, 2003.

Syafiie, Inu Kencana. Pengantar Ilmu Pemerintahan. Bandung: PT Refika Aditama, 2010.

Syamsudin, Erman “Pengaruh Sikap Atas Profesi, Lingkungan Kerja, dan Ketrampilan Teknis terhadap

Kinerja pamong Belajar di sanggar Kegiatan Belajar Jawa Barat,” Jurnal Ilmiah VISI,2009

Tilaar , H.A.R. Pendidikan Kebudayaan, dan Masyarakat Madani Indonesia. Bandung:PT Remaja

Rosdakarya.1999.

Tim Fakultas Psikologi UI. “Psikologi Sosia,l” Salemba Humanika. Jakarta. 2009.

Trianto, Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Prestasi Pustakaraya, 2011.

Ubaedillah, A. Demokrasi. Jakarta:Kencana Prenada Media Group, 2010.

Gambar

Tabel 1.1.
Tabel 1.3.
Tabel 1.4.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa pada penambahan oksidator (hidrogen peroksida) nilai kandungan fukosantin berpengaruh nyata terhadap kontrol hingga lama

Perkembangan futsal di Indonesia terbilang sangat maju, itu dibuktikan dengan prestasi-prestasi di tingkat Internasional. Namun ekspos terhadap olahraga yang satu ini masih

Tingkat II Semarang Nomor 3 Tahun 1984 tentang Ijin Pemakaian Sementara Jalan-jalan Umum, Lapangan-lapangan lain yang Dikuasai Pemerintah Daerah Kotamadya Seamarang

Penelitian ini menganalisis kinerja pada website resmi pariwisata Indonesia yaitu indonesia.travel, yang dibandingkan dengan website resmi pariwisata dari tiga negara lain

Masalah yang dihadapi para pelaku usaha tidak sedikit, melainkan banyak sekali, termasuk masalah keuangan serta masalah pemasaran dari hasil produk atau usaha

Menurut Schaufeli (2011), karyawan yang memiliki engagement tinggi akan lebih baik dalam menampilkan kinerja karena mereka proaktif, merasa berkompeten sehingga membuat

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil topik penelitian yang berjudul “Analisis Persediaan Beras dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (Studi

a) Pengabaian terhadap sebahagian tugas dan kerja pengetua. Antara isu yang akan timbul ialah terdapat sesetengah pengetua tidak dapat melaksanakan sepenuhnya pengajaran