• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANGGRAENI MASHINTA S

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANGGRAENI MASHINTA S"

Copied!
168
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNINGTEMA AIR SEHAT

TESIS

Disusun untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Magister Pendidikan Sains

Minat Utama Pendidikan IPA

Oleh

Anggraeni Mashinta Sulistyani

S831302006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNINGTEMA AIR SEHAT

TESIS Oleh

Anggraeni Mashinta Sulistyani S831302006

Tim Penguji:

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Prof. Dr. Ashadi ……… ……….

NIP 195101021975011001

Sekretaris Dr. Sri Dwiastuti, M.Si. ……… ……….

NIP 195406261981032001

Anggota Penguji Dr. M. Masykuri, M.Si. ……… ………. NIP 196811241994031001

Dr. Sarwanto, M.Si. ……… ……….

NIP 196909011994031002

Telah dipertahankan di depan penguji Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Pada tanggal ……… 2014 Mengetahui:

Dekan FKIP UNS, Ketua Program Studi

Magister Pendidikan Sains

Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd. Dr. M. Masykuri, M.Si.

NIP 196007271987021001 NIP 196811241994031001

(3)

HALAMAN PERSETUJUAN

PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNINGTEMA AIR SEHAT

TESIS

Oleh

Anggraeni Mashinta Sulistyani S831302006

Komisi Nama Tanda Tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. M. Masykuri, M.Si. ……… ……….

NIP 196811241994031001

Pembimbing II Dr. Sarwanto, M.Si. ……… ……….

NIP 196909011994031002

Telah dinyatakan memenuhi syarat

Pada tanggal ……… 2014

Ketua Program Studi Magister Pendidikan Sains

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNS,

Dr. M. Masykuri, M.Si.

NIP 196811241994031001

(4)

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS

Saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa :

1. Tesis yang berjudul : PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING TEMA AIR SEHATini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas plagiat, serta tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk

memperoleh gelar akademik serta tidak terdapat karya atau pendapat yang

pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali secara tertulis digunakan

sebagai acuan dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber acuan serta

daftar pustaka. Apabila dikemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya

ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai ketentuan peraturan

perundang-undangan (Permendiknas Nomor 17 tahun 2010)

2. Publikasi sebagian atau keseluruhan isi Tesis pada jurnal atau forum ilmiah

lain harus seijin dan menyertakan tim pembimbing sebagai author dan FKIP

UNS sebagai institusinya. Apabila dalam waktu sekurang-kurangnya satu

semester (enam bulan sejak pengesahan Tesis) saya tidak melakukan publikasi

dari sebagian atau keseluruhan Tesis ini, maka Prodi Magister Pendidikan

Sains FKIP UNS berhak mempublikasikannya pada jurnal ilmiah yang

diterbitkan oleh Prodi Magister Pendidikan Sains FKIP UNS. Apabila saya

melakukan pelanggaran dari ketentuan publikasi ini, maka saya bersedia

mendapatkan sanksi akademik yang berlaku

Surakarta, Agustus 2014

Mahasiswa,

Anggraeni Mashinta Sulistyani

NIM S831302006

(5)

MOTTO

1. Menjaga lingkungan alam berarti menjaga diri kita sendiri.

2. Lingkungan alam yang sehat mendorong kehidupan yang sejahtera.

3. Islam itu agama yang bersih, maka jagalah kebersihan. Sesungguhnya

tidak masuk surga kecuali orang-orang yang bersih. (H.R. BAIHAQI)

4. Kebersihan dan kesehatan lingkungan merupakan faktor kenyamanan bagi

hidup kita.

5. Lingkungan alam bukan warisan nenek moyang kita namun titipan anak

cucu kita.

(6)

PERSEMBAHAN

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk :

“ Mutiara-mutiara Hidupku”

(Ayah, Ibu, Adik, dan Sahabatku)

Terimakasih untuk semua cinta, kasih sayang, doa, semangat, dukungan dan

kedamaian yang tak tergantikan.

(7)

Pembimbing I: Dr. M. Masykuri, M.Si., II: Dr. Sarwanto, M.Si. Program Studi Magister Pendidikan Sains Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis: (1) prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat, (2) kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan, (3) efektivitas modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang dikembangkan.

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan dengan model 4-D. Rancangan modul dikembangkan menjadi draft I. Draft I divalidasi oleh validator ahli materi, media, bahasa, praktisi dan peer review kemudian direvisi menjadi draft II. Draft II kemudian diuji coba kecil pada 10 orang siswa kelas 7A SMP Negeri 4 Pracimantoro. Setelah direvisi menjadi draft III, yang diuji coba luas pada siswa kelas 7B SMP Negeri 4 Pracimantoro. Desain penelitian yang digunakan adalah one-group pretest-posttest design. Keefektifan modul terhadap hasil belajar siswa dianalisis menggunakan gain score untuk pretest-posttest

aspek pengetahuan, observasi aspek sikap dan keterampilan. Perbedaan hasil belajar menggunakanpaired sample t-test, ujiKruskal Wallis (parametrik), dan uji

One Way Anova (non-parametrik). Disseminasi dilakukan kepada 5 guru IPA untuk mendapatkan umpan balik.

Kesimpulan penelitian ini adalah: (1) prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat menggunakan model 4D. Prosedur pelaksanaan meliputi: tahap tahap pendefinisian (define), tahap perencanaan (design), tahap pengembangan

(develop), dan tahap penyebaran (disseminate). Validasi ahli pada tahap perencanaan dilakukan 2 kali agar hasil yang diperoleh lebih baik. Tahap penyebaran dilakukan pada guru IPA di 5 sekolah untuk dinilai kelayakannya, sedangkan penyebarluasan dan penggunaan dalam pembelajaran belum dilaksanakan karena keterbatasan penelitian. (2) kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat yang dikembangkan termasuk dalam kategori sangat layak, yaitu dari skor uji validasi sebesar 47,20 dengan kriteria sangat layak. Skor tahap uji coba kecil, uji coba luas, dan penyebaran masing-masing yaitu 66,20 dengan kriteria layak; 89,90 dengan kriteria sangat layak; dan 96,00 dengan kriteria sangat layak. (3) modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based Learning tema Air Sehat efektif meningkatkan hasil belajar siswa dengan hasil gain score aspek pengetahuan 0,54 menunjukkan kategori sedang; aspek sikap 0,76 menunjukkan kategori tinggi; dan aspek keterampilan 0,58 menunjukkan kategori sedang.

Kata Kunci: modul, IPA terpadu, PBL, air sehat

(8)

Theme. THESIS. Advisor I: Dr. M. Masykuri, M.Si., Advisor II: Dr. Sarwanto, M.Si. Master of Science Education, Faculty of Teacher Training and Education, Sebelas Maret University of Surakarta.

ABSTRACT

This research aims to analyze: (1) development procedure of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme, (2) properness of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme, (3) effectiveness of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme.

This research method was research and developed (R&D) that using Four-D models. Module design developed into draft I. It was validated by the experts of material, media and language, practitioners and peer review; the first draft was then revised into draft II. The second draft was used in preliminary field test on 10 students of class 7A SMP N 4 Pracimantoro. The next step was revising the module into draft III; it was then used in operational field test on class 7B SMP N 4 Pracimantoro. This research used one-group pretest-posttest design. Effectiveness of the module towards students’ learning achievement was analyzed using gain score for pre-test and post-test of knowledge aspect, as well as observation of attitude and skill aspects. Improvement of students’ learning achievement was analyzed using paired sample t-test, Kruskal Wallis test (non-parametric), and One Way Anova test (parametric). Dissemination was conducted to five Science teachers to get feedback.

The research findings are: (1) development procedure of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme was Four-D models. It includes define, design, develop and disseminate. Validation expert at this stage of development is done two times in order to obtain better results. Deployment phase is only performed on five science theachers in schools to assess its feasibility, while the dissemination and use in learning has not been implemented due to the limitations of the study; (2) effectiveness of integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme is Excellent; it is proved by score of validity test which was 47.20 (Excellent). Score of small test phase, extensive testing, and deployment of each of the 66.20 (Good), 89.90 (Excellent), and 96.00 (Excellent); (3) integrated science module SMP/MTs using Problem Based Learning model in Healthy Water theme was effective in improving students’ learning achievement proved by the gain score of knowledge aspect which was 0.54 (Medium), attitude aspect was 0.76 (High) and skill aspect was 0.58 (Medium).

Keywords:module, integrated science, problem based learning, healthy water

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, atas berkat rahmat dan karunia-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul

“PENGEMBANGAN MODUL IPA TERPADU SMP/MTs DENGAN MODEL

PROBLEM BASED LEARNINGTEMA AIR SEHAT”

Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh derajat

Magister Pendidikan Sains Program Studi Magister Pendidikan Sains di

Universitas Sebelas Maret Surakarta. Penelitian ini dari awal pelaksanaannya

hingga tersusunnya tesis ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Pada

kesempatan yang baik ini peneliti megucapkan terima kasih yang setulusnya

kepada:

1. Prof. Dr. M. Furqon H., M.Pd., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas kebijakan-kebijakan

yang telah diberikan.

2. Prof. Dr. rer. nat. Sajidan, M.Si., selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atas izin yang

diberikan untuk penelitian.

3. Dr. M. Masykuri, M.Si., selaku Ketua Program Studi Magister Pendidikan

Sains, sebagai Penasehat Akademik, dan sebagai Pembimbing I yang telah

banyak memberikan bimbingan, bantuan, dorongan, saran, dan kritik dalam

penyusunan tesis ini.

4. Dr. Sarwanto, M.Si., selaku Pembimbing II yang telah banyak memberikan

bimbingan, bantuan, dorongan, saran, dan kritik dalam penyusunan tesis ini.

5. Segenap dosen Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah memberikan

bekal ilmu dan pengalaman yang sangat berguna bagi masa depan penulis.

6. Wiyono, S.Pd., selaku kepala SMP Negeri 4 Pracimantoro yang telah

memberikan izin untuk penelitian.

7. Endah Setyorini, S.Pd., selaku guru IPA SMP Negeri 4 Pracimantoro yang

telah memberikan jam pelajaran untuk penelitian.

(10)

8. Segenap siswa kelas 7 SMP Negeri 4 Pracimantoro atas kerjasama yang

diberikan selama pelaksanaan penelitian.

9. Kedua orang tua yang telah memberikan motivasi dalam menyelesaikan tesis

ini.

10. Mahasiswa Magister Pendidikan Sains, selaku teman sejawat yang telah

memberikan bantuan dan kerjasama dalam menyelesaikan tesis ini.

11. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam melaksanakan

penelitian ini.

Demikian tulisan ini dapat diselesaikan. Semoga semua bantuan yang

diberikan selama penelitian hingga terselesaikannya tesis ini mendapatkan balasan

yang lebih dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh

dari sempurna. Oleh sebab itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang dapat

membangun serta menyempurnakan tulisan ini. Akhir kata semoga penelitian ini

dapat membawa manfaat yang berarti bagi pembaca.

Surakarta, Agustus 2014

Penulis,

(11)

ix

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ... iii

PERNYATAAN ORISINALITAS DAN PUBLIKASI ISI TESIS ... iv

MOTTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah... 9

C. Batasan Masalah ... 10

D. Rumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Spesifikasi Modul yang Diharapkan ... 11

G. Manfaat Penelitian... 13

(12)

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

A. Kajian Teori ... 17

1. Karakteristik IPA ... 17

2. Pembelajaran IPA Terpadu ... 19

3. Pembelajaran IPA Terpadu Model Integrated ... 26

4. Model Pembelajaran ... 27

5. Problem Based Learning (PBL)... 29

6. Modul Pembelajaran ... 34

7. Hasil Belajar ... 44

8. Materi Ajar Tema Air Sehat ... 48

B. Penelitian yang Relevan ... 58

C. Kerangka Berpikir ... 63

BAB III METODE PENELITIAN ... 66

A. Desain Penelitian... 66

B. Teknik Pengumpulan Data ... 68

C. Instrumen Pengumpulan Data ... 79

D. Teknik Analisis Data ... 80

E. Tempat dan Waktu Penelitian ... 85

F. Subjek Penelitian ... 85

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 86

A. Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 86

(13)

xi

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 143

A. Simpulan ... 143

B. Implikasi ... 144

C. Saran ... 145

DAFTAR PUSTAKA ... 146

(14)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Fase PBL dalam Kegiatan Pembelajaran... 34

Tabel 2.2 Sifat-sifat Air ... 49

Tabel 2.3 Sifat Asam dan Basa ... 50

Tabel 3.1 Kriteria Skor Rata-Rata Menjadi Nilai dengan Kriteria ... 80

Tabel 4.1 Hasil Analisis Kebutuhan Siswa ... 87

Tabel 4.2 Hasil Analisis Kebutuhan guru ... 88

Tabel 4.3 Peta Kompetensi Tema Air Sehat ... 91

Tabel 4.4 Komponen Sampul Depan Modul ... 93

Tabel 4.5 Komponen Sampul Samping Modul ... 94

Tabel 4.6 Komponen Sampul Belakang Modul ... 94

Tabel 4.7 IconSintaks PBL dalam Kegiatan Belajar ... 99

Tabel 4.8 Ringkasan Hasil Validasi (Sebelum Revisi) ... 101

Tabel 4.9 Analisis Hasil Validasi ... 102

Tabel 4.10 Ringkasan Hasil Validasi (Sesudah Revisi) ... 104

Tabel 4.11 Masukan Siswa Terhadap Modul ... 105

Tabel 4.12 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Uji Coba Kecil ... 109

Tabel 4.13 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Uji Coba Luas ... 111

Tabel 4.14 Statistik Deskriptif Respon Siswa pada Tahap Penyebaran ... 113

Tabel 4.15 Gain ScoreAspek Kognitif ... 116

Tabel 4.16 Penilaian Indikator Aspek Afektif ... 117

Tabel 4.17Gain ScoreAspek Afektif ... 118

(15)

Tabel 4.18 Penilaian Indikator Aspek Keterampilan ... 119

Tabel 4.19 Penilaian Indikator Aspek Portofolio ... 119

Tabel 4.20Gain ScoreAspek Psikomotor ... 120

Tabel 4.21 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Kognitif ... 121

Tabel 4.22 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Sikap Sosial ... 122

Tabel 4.23 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Keterampilan ... 122

Tabel 4.24 Ringkasan Hasil Analisis Aspek Portofolio ... 123

(16)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Alur Model Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu... 23

Gambar 2.2 Diagram Peta Integrated ... 26

Gambar 2.3 Tahapan PBL ... 33

Gambar 2.4 Rangkaian Alat Penjernihan Air Sederhana ... 57

Gambar 2.5 Diagram Kerangka Berpikir ... 63

Gambar 3.1 Diagram Pengembangan Model 4-D ... 66

Gambar 3.2 Diagram Peta Konsep IPA Terpadu Tema Air Sehat ... 70

Gambar 4.1 CoverModul IPA Terpadu Model PBL Tema Air Sehat ... 95

Gambar 4.2 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat ... 110

Gambar 4.3 Grafik Persentase Respon Siswa terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat ... 112

Gambar 4.4 Grafik Persentase Respon Guru terhadap Modul pada Aspek Tampilan, Penyajian Materi, dan Manfaat ... 114

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Peta Kompetensi IPA Terpadu ... 152

Lampiran 2 Peta Kedudukan Modul ... 153

Lampiran 3 Kerangka Modul IPA Terpadu ... 154

Lampiran 4 Angket Kebutuhan Guru ... 156

Lampiran 5 Analisis Hasil Angket Kebutuhan Guru ... 160

Lampiran 6 Contoh Isian Angket Kebutuhan Guru ... 170

Lampiran 7 Angket Kebutuhan Siswa... 173

Lampiran 8 Analisis Hasil Angket Kebutuhan Siswa ... 177

Lampiran 9 Contoh Isian Angket Kebutuhan Siswa ... 184

Lampiran 10 Lembar Validasi RPP... 187

Lampiran 11 Contoh Isian Lembar Validasi RPP ... 191

Lampiran 12 Lembar Validasi Butir Soal ... 195

Lampiran 13 Contoh Isian Lembar Validasi Butir Soal ... 208

Lampiran 14 Lembar Validasi Modul ... 221

Lampiran 15 Cintoh Isian Lembar Validasi Modul ... 235

Lampiran 16 Angket Respon Siswa terhadap Modul ... 247

Lampiran 17 Contoh Isian Angket Respon Siswa terhadap Modul (Uji Coba Kecil dan Uji Coba Luas) ... 351

Lampiran 18 Analisis Validasi Modul ... 259

Lampiran 19 Hasil Analisis Validasi Modul ... 267

Lampiran 20 Hasil Analisis Uji Coba Kecil dan Uji Coba Luas ... 278

(18)

Lampiran 21 Pedoman Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 281

Lampiran 22 Contoh Isian Pedoman Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran ... 283

Lampiran 23 Silabus dan RPP ... 289

Lampiran 24 Analisis Reliabilitas dan Validitas Butir Soal ... 325

Lampiran 25 Analisis Butir Soal ... 333

Lampiran 26 Analisis Nilai Uji Coba Luas ... 334

Lampiran 27 Angket Disseminate ... 375

Lampiran 28 Contoh Isian Angket Disseminate ... 379

Lampiran 29 Analisis Angket Disseminate ... 383

Lampiran 30 Dokumentasi ... 384

Lampiran 31 Gambar Isian Modul Tahap Uji Coba... 389

Lampiran 32 Gambar Revisi Modul Tahap Uji Coba Kecil ... 413

Lampiran 33 Gambar Revisi Modul Tahap Uji Coba ... 415

(19)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Secara umum dalam pembelajaran IPA SMP sebagian besar masih

dilaksanakan secara terpisah. Pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi

Dasar mata pelajaran masih dilakukan sesuai dengan bidang kajian

masing-masing yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi. Guru yang mengampu

mata pelajaran IPA berlatar belakang disiplin ilmu tertentu, sehingga

mengalami kesulitan jika mengadakan pembelajaran yang bukan sesuai

dengan latar belakang keilmuannya. Pembelajaran terpadu dapat

dilaksanakan secara team teaching namun pada pelaksanaannya kurang

adanya koordinasi antara guru tim yang menyebabkan tidak akan

terpenuhinya Kompetensi Dasar yang akan dicapai. Guru pun menganggap

untuk melaksanakan model IPA terpadu sulit, sehingga guru takut untuk

melaksanakannya. Padahal jumlah Kompetensi Dasar yang banyak namun

waktu atau jumlah jam pelajaran IPA yang terbatas akan mengatasi

permasalahan ini.

Salah satu kendala lainnya adalah masih terbatasnya buku panduan

atau buku pegangan guru maupun siswa dalam bentuk IPA Terpadu. Buku

yang ada sampai saat ini masih menampilkan materi terpisah-pisah

berdasarkan kelompok Fisika, Kimia maupun Biologi. Bahan ajar adalah

salah satu hal yang diperlukan dalam pembelajaran IPA. Modul

(20)

merupakan salah satu bentuk bahan ajar yang diperlukan dalam proses

pembelajaran IPA. Pembelajaran IPA terpadu juga memerlukan modul

IPA yang terpadu. Pembelajaran IPA pada kurikulum 2013 berupa

pembelajaran IPA terpadu, sehingga kebutuhan akan modul IPA terpadu

merupakan hal penting untuk dapat disediakan di sekolah agar dapat

memudahkan pembelajaran IPA terpadu.

Pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 menyebutkan bahwa

pembelajaran IPA di tingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis

keterpaduan. Pembelajaran IPA SMP dikembangkan sebagai mata

pelajaran integrative science bukan sebagai pendidikan disiplin ilmu.

Pendidikan berorientasi aplikatif, pengembangan kemampuan berpikir,

kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan pengembangan sikap peduli dan

bertanggung jawab terhadap lingkungan alam dan sosial. Integrative

science mempunyai makna memadukan berbagai aspek yaitu domain

sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Secara substansi, IPA dapat

digunakan sebagai tools atau alat untuk mengembangkan domain sikap,

pengetahuan, dan keterampilan (Kemendikbud, 2013: 167).

Pembelajaran adalah upaya untuk membelajarkan siswa.

Pembelajaran terdiri dari kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan

metode atau model pembelajaran untuk mencapai hasil pembelajaran yang

diinginkan. Pemilihan, penetapan, dan pengembangan metode atau model

pembelajaran ini didasarkan pada kondisi pembelajaran yang ada.

(21)

Dalam hal ini istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau

perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan (Hamzah Uno, 2008: 3).

Tujuan dari pembelajaran tersebut yaitu berupa perubahan ke arah yang

lebih baik setelah mengikuti pembelajaran. Perubahan inilah yang menjadi

tolak ukur proses pembelajaran yang dilakukan. Keberhasilan proses

pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang diperoleh siswa.

Kualitas pendidikan Indonesia semakin menurun dari tahun ke

tahun. Hal ini diperlihatkan pada hasil penelitian TIMSS (Trends in

International Mathematics and Science) dan PISA (Programme for

International Student Assessment) yang berstandar internasional. Pada

surveyTIMSS tahun 1999 di bidang sains, Indonesia menduduki peringkat

32 dari 38 negara peserta, kemudian tahun 2003 menduduki peringkat 37

dari 46 negara peserta, tahun 2007 menduduki peringkat 35 dari 49 negara

peserta, tahun 2011 menduduki peringkat 41 dari 43 negara peserta.

Survey PISA dalam kurun waktu tiga tahun, tahun 2003 bidang sains,

Indonesia menduduki peringkat 36 dari 40 negara dengan skor 395, tahun

2006 menduduki peringkat 54 dari 57 negara dengan skor 393, dan tahun

2009 menduduki peringkat 60 dari 65 negara dengan skor 383.

Berdasarkan data hasil studi TIMSS (2011) dan PISA menunjukkan bahwa

soal berbasis masalah dan berkaitan dengan kemampuan analisis rendah,

sehingga konsekuensinya dibutuhkan pembelajaran atau bahan ajar yang

(22)

Modul memiliki peranan di dalam menciptakan pembelajaran yang

inovatif dan kreatif. Pembelajaran menggunakan modul yang dapat

dilakukan untuk memecahkan permasalahan adalah dengan menerapkan

modul yang memberikan pengalaman secara langsung, menantang dan

menyenangkan bagi siswa. Dengan modul tersebut, siswa menjadi aktif di

dalam proses pembelajaran dan juga lebih bersemangat dalam belajar.

Keadaan seperti inilah yang akan memengaruhi peningkatan hasil belajar

siswa.

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMP Negeri 4

Pracimantoro pada mata pelajaran IPA, menunjukkan bahwa belum

tersedianya modul IPA terpadu, pembelajaran secara konvensional dan

masih rendahnya hasil belajar siswa. Sehingga pemberian modul IPA

terpadu dengan model PBL dirasa menjadi penting untuk meningkatkan

hasil belajar siswa. Hal ini didasarkan dari hasil wawancara dengan

beberapa siswa yang mengatakan mereka tidak begitu menyukai mata

pelajaran IPA dengan alasan IPA itu sulit dan membosankan untuk

dipelajari. Terlihat bahwa sikap siswa selama mengikuti pembelajaran IPA

menunjukkan adanya kebosanan ketika guru menjelaskan suatu konsep

IPA dan kurang antusias ketika mengerjakan tugas/latihan soal yang

diberikan guru.

Keberhasilan suatu pembelajaran tidak hanya dilihat dari sikap

siswa dalam mengikuti pembelajaran saja, tetapi juga dapat dilihat dari

(23)

merupakan suatu masalah yang diakibatkan dari kurang maksimalnya

pembelajaran yang dilakukan oleh guru IPA. Model pembelajaran yang

digunakan oleh guru pun, belum mengacu pada suatu proses pembelajaran

aktif dan menyenangkan. Banyaknya materi IPA dan tuntutan kurikulum

yang dipenuhi menyebabkan guru lebih sering menggunakan metode

ceramah, tanya jawab, dan penugasan dalam pembelajarannya. Siswa

hanya duduk diam, mendengar dan mencatat informasi yang diberikan

guru. Proses pembelajaran yang berlangsungpun pada akhirnya masih

didominasi pada teacher centered dan transfer knowledge. Guru hanya

menyampaikan IPA sebagai produk dan siswa hanya menghafal informasi

aktual, sehingga kurangnya keaktifan siswa dalam menemukan konsep

dengan sendirinya. Hal inilah yang menyebabkan masih rendahnya hasil

belajar siswa.

Upaya untuk mengatasi permasalahan di atas adalah perlu

dilaksanakannya pembelajaran IPA secara terpadu. Berdasarkan

Kurikulum 2013, bahwa pembelajaran IPA yang diaplikasikan di

SMP/MTs berdasarkan pendekatan scientific dan dilaksanakan dengan

model pembelajaran terpadu. Melalui pembelajaran IPA terpadu, siswa

dapat memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menambah

kekuatan untuk menerima, menyimpan, dan menerapkan konsep yang

telah dipelajari secara menyeluruh, bermakna, autentik dan aktif (Trianto,

2010: 6). Cara pengemasan pengalaman belajar yang dirancang guru

(24)

Pembelajaran IPA Terpadu dikemas dengan tema kontekstual, yang dekat

dengan kehidupan manusia. Materi yang diajarkan dikaitkan dengan

situasi dunia nyata, sehingga dapat menciptakan kondisi pembelajaran

yang menyenangkan, menantang, dan menerapkan proses pembelajaran

yang lebih bervariasi bagi siswa. Proses pembelajaran yang demikian,

dapat menimbulkan dampak pada hasil belajar yang diperoleh siswa.

Menurut Permendiknas No. 24 tahun 2007, salah satu sumber

belajar siswa adalah buku teks. Hakikat pembelajaran IPA terpadu adalah

berfokus pada siswa (student centered) yang menekankan keaktifan siswa

dan menuntut siswa belajar mandiri. Modul dapat berperan sebagai sumber

belajar siswa secara mandiri, sehingga siswa tidak bergantung pada guru.

Oleh karena itu modul untuk pembelajaran IPA terpadu menyajikan materi

IPA secara terpadu dan mampu mendorong siswa untuk belajar mandiri.

Menurut Purwanto, dkk (2007: 9) menyatakan bahwa modul adalah bahan

belajar yang dirancang secara sistematik berdasarkan kurikulum tertentu

dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan

memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.

Ketersediaan bahan ajar IPA terpadu di SMP Negeri 4

Pracimantoro masih dirasakan kurang dalam jumlah yaitu baru tersedia

buku IPA terpadu yang diterapkan di kelas 7, namun baru tersedia di

perpustakaan sehingga tidak seimbang dengan jumlah kelas dan jumlah

siswa di sekolah. Buku IPA terpadu hanya ada di perpustakaan, sedangkan

(25)

Sujanem, I Nyoman Putu Suwindra, I ketut Tika (2009) menjelaskan

bahwa hasil penelitian menunjukkan modul sebaiknya dikembangkan

secara eksplisit memuat materi pembelajaran yang kontekstual.

Pembelajaran IPA sebaiknya dilakukan dengan model pembelajaran

berbasis masalah yang merupakan salah satu strategi pendekatan

kontekstual. Prastowo (2012: 14) mengemukakan bahwa guru belum

mengembangkan kreativitas untuk menyiapkan dan membuat bahan ajar

secara mandiri dan memilih bahan ajar yang siap pakai karena

beranggapan bahwa membuat bahan ajar merupakan pekerjaan yang sulit

dan membutuhkan waktu yang lama.

Proses pembelajaran memerlukan suatu model pembelajaran yang

dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Salah satu model pembelajaran

yang dikembangkan dan mengacu pada suatu proses pembelajaran aktif

dan menyenangkan adalah model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL).Berbeda dengan model-model lain yang penekanannya adalah pada

mempresentasikan ide-ide dan mendemonstrasikan keterampilan, dalam

Problem Based Learning (PBL), maka guru menyodorkan situasi-situasi

bermasalah kepada siswa dan memerintahkan mereka untuk menyelidiki

dan menemukan sendiri solusinya (Arends, 2008: 41). Model PBL dapat

diterapkan manakala guru menginginkan agar siswa tidak hanya sekedar

dapat mengingat materi pelajaran, akan tetapi menguasai dan memahami

secara penuh serta mampu menyelesaikan masalah. Pembelajaran di kelas

(26)

menumbuhkan pengalaman belajar yang lebih menantang dan

menyenangkan bagi siswa. Dengan begitu pembelajaran ini dapat

meningkatkan hasil belajar siswa.

Suatu proses yang terdapat pada sintaks PBL ini dapat memotivasi

siswa dalam belajar IPA sekaligus dapat membantu pemahaman konsep

IPA. Melalui pembelajaran PBL, siswa akan diberikan permasalahan

dalam menemukan konsep-konsep IPA. Penemuan konsep-konsep yang

dilakukan, dapat menjadikan kebermaknaan bagi siswa dalam

pembelajaran berlangsung. Guna terlaksananya pembelajaran IPA secara

terpadu, maka diperlukan modul IPA terpadu yang berfungsi sebagai

bahan ajar dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, dan sebagai fasilitas

untuk dilaksanakannya pembelajaran tersebut.

Pembelajaran terpadu dalam IPA dikembangkan berdasarkan

persoalan atau dapat dikemas secara tematik dari berbagai sudut pandang

atau disiplin keilmuan yang mudah dipahami dan dikenal siswa dalam

bidang kajian IPA. Tema yang diambil adalah tema yang dekat dengan

kehidupan siswa. Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang

memiliki hubungan sangat dekat dengan kehidupan manusia sehari-hari.

Dalam jenjang SMP, IPA terpadu sudah mampu menjelaskan secara

khusus tema tersebut dengan beberapa keterpaduan materi dalam materi

IPA. Akan tetapi, pada realitanya masih banyak SMP yang belum mampu

memberikan pemikiran baru bagi siswa untuk memahami keterpaduan

(27)

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian tentang

pengembangan modul dengan judul “Pengembangan Modul IPA terpadu

SMP/MTs dengan ModelProblem Based LearningTema Air Sehat”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan, maka dapat

diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Amanat Kurikulum untuk menerapkan proses pembelajaran IPA secara

terpadu belum secara utuh terlaksana, dan masih dilaksanakan secara

terpisah sesuai dengan keilmuannya.

2. Masih terbatasnya bahan ajar IPA Terpadu. Dikarenakan penyusunan

bahan ajar masih terpisah-pisah yaitu Fisika, Kimia dan Biologi.

3. Proses pembelajaran masih didominasi pada teacher centered dan

transfer knowledgemengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa.

4. Pembelajaran IPA hanya diberikan secara esensial mengakibatkan

ketidakbermaknaan konsep IPA yang didapat, sehingga hasil belajar

siswa cenderung kurang.

5. Banyaknya materi IPA (KD) dan keterbatasan waktu menyebabkan

kurangnya implementasi model pembelajaran yang lebih inovatif dan

bervariasi.

6. Banyaknya materi IPA (KD) dan keterbatasan waktu mendorong

perlunya bahan ajar yang efektif, efisien serta mendorong siswa untuk

(28)

7. Pembelajaran IPA di dalam kelas cenderung monoton berupa ceramah,

sehingga belum mengacu pada pembelajaran aktif dan menyenangkan.

8. Implementasi model pembelajaran PBL dalam pembelajaran IPA

dipercaya dapat memberikan pengalaman langsung sehingga siswa

menjadi antusias dalam belajar, mampu memecahkan masalah dan

mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

9. Belum dikembangkannya modul IPA terpadu SMP/MTs. Untuk itu,

diperlukan pengembangan modul yang dapat menunjang terlaksananya

pembelajaran tersebut.

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya permasalahan yang ada maka penelitian ini

hanya akan membahas tentang:

1. Pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs berbasis model

Problem Based Learning.

2. Pola integrasi yang digunakan adalah model integrated.

3. Hasil belajar untuk aspek pengetahuan yaitu C1 (pengetahuan), C2

(pemahaman), C3 (aplikasi), dan C4 (analisis); aspek sikap (sikap

sosial); dan aspek keterampilan.

4. Modul yang dikembangkan tersebut diterapkan untuk mata pelajaran

IPA pada tema “Air Sehat”.

5. Modul yang dikembangkan tersebut diimplementasikan di kelas VII

(29)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan

beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs

dengan modelProblem Based Learning tema Air Sehat?

2. Bagaimana kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model

Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan?

3. Bagaimana efektivitas modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model

Problem Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan dari

rumusan masalah adalah untuk menganalisis:

1. Prosedur pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model

Problem Based Learning tema Air Sehat.

2. Kelayakan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem

Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan.

3. Efektivitas modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem

Based Learning tema Air Sehat yang telah dikembangkan.

F. Spesifikasi Modul yang diharapkan

Modul yang diharapkan dalam penelitian ini berupa Modul IPA

(30)

untuk meningkatkan hasil belajar siswa SMP. Produk Modul IPA terpadu

mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

1. Materi dikemas dengan tema “Air Sehat” berdasarkan Kurikulum

2013. Tema “Air Sehat” merupakan hasil keterpaduan antara pokok

bahasan Asam, Basa, Garam; Karakteristik Zat dan Pencemaran

Lingkungan.

2. Modul yang disusun adalah modul IPA terpadu SMP/MTs dengan

model Problem Based Learning, karena tema yang dibahas dalam

modul ini berkaitan langsung dengan kehidupan siswa sehari-hari dan

dapat digunakan dalam pemecahan masalah.

3. Modul IPA terpadu implementasinya menggunakan model Problem

Based Learning dengan sintaks persoalan real yang diungkapkan,

analisis masalah dan isu belajar, pembagian kelompok kecil,

pemecahan masalah, menampilkan/mempresentasikan solusi, dan

evaluasi.

4. Tema pembahasan pada modul adalah Air Sehat pada mata pelajaran

IPA kelas VII SMP semester genap.

5. Bagian-bagian modul yang dikembangkan terdiri dari cover, halaman

depan, halaman francis, kata pengantar, daftar isi, peta kedudukan

modul, peta kompetensi, tujuan pembelajaran, petunjuk penggunaan

modul, isi pembelajaran (materi), rangkuman, uji kompetensi, kunci

(31)

6. Covermodul terdiri dari unsur modul IPA terpadu, tema modul, kelas,

gambar yang sesuai dengan tema, basis pembelajaran, nama

pengarang, penerbit, dan warna yang menarik.

7. Disajikan dalam bentuk buku/modul berukuran A4.

8. Sasaran produk adalah guru dan siswa SMP/MTs.

G. Manfaat Pengembangan 1. Bagi Guru

Dapat digunakan sebagai bahan ajar dalam melaksanakan proses

pembelajaran dan dapat digunakan sebagai acuan dalam menyusun

modul pada tema yang lain.

2. Bagi Siswa

Adanya modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based

Learning, hasil belajar siswa dapat meningkat.

3. Bagi Peneliti

Memberikan pengetahuan dalam mengembangkan modul IPA terpadu

SMP/MTs dengan model Problem Based Learning. Penelitian ini

dapat dijadikan sebagai acuan bila ingin mengadakan penelitian lebih

lanjut tentang modul dengan mengimplementasikan nilai positif

(32)

H. Asumsi dan Keterbatasan

Perlu dikemukakan beberapa asumsi dan keterbatasan pengembangan

dalam uraian ini. Adapun asumsi dan keterbatasan pengembangan adalah

sebagai berikut:

1. Asumsi

Pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan modelProblem

Based Learning tema Air Sehat disusun dengan beberapa asumsi

sebagai berikut:

a. Siswa dapat belajar secara mandiri dengan modul IPA terpadu

SMP/MTs dengan modelProblem Based Learningtema Air Sehat.

b. Modul IPA terpadu SMP/MTs dengan model Problem Based

Learning tema Air Sehat disusun secara tematik sehingga siswa

lebih tertarik untuk belajar.

c. Pembelajaran dengan tema Air Sehat berkaitan erat dengan

kehidupan siswa sehari-hari.

d. Pembelajaran dengan tema Air Sehat mempunyai manfaat

langsung maupun tidak langsung bagi siswa.

2. Keterbatasan Pengembangan

Pengembangan modul IPA terpadu SMP/MTs dengan modelProblem

Based Learningtema Air Sehat disusun dengan berbagai keterbatasan

yaitu:

(33)

b. Modul hanya ditinjau oleh dosen pembimbing untuk memberikan

masukan.

c. Kelayakan modul dinilai oleh validator (ahli materi, bahasa, dan

media), praktisi (guru IPA), teman sejawat (peer review), dan

siswa sebagai subjek penelitian.

d. Pemilihan persoalan real yang diungkapkan pada modul lebih

merujuk kepada persoalan/masalah konkrit yang cenderung pada

inkuiri. Sedangkan masalah pada PBL merupakan masalah

kontekstual yang dimodifikasi.

I. Definisi Operasional Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

1. Analisis Kompetensi Kurikulum IPA

Kegiatan awal dalam pengembangan modul adalah dengan membuat

Analisis Kompetensi Kurikulum IPA. Analisis Kompetensi Kurikulum

IPA dibuat untuk mempermudah dalam melakukan pengembangan

modul selanjutnya. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam Analisis

Kompetensi Kurikulum IPA adalah tema-tema yang diangkat dengan

kajian IPA yang terdiri Kimia, Biologi, Fisika, Kompetensi Inti, dan

Kompetensi Dasar.

2. Modul

Modul digunakan sebagai panduan dalam pembelajaran. Modul

(34)

Modul yang dikembangkan didesain dengan pembelajaran terpadu

model integrated.

3. Pembelajaran IPA Terpadu merupakan pembelajaran bermakna bagi

siswa dengan tujuan supaya bahan ajar yang disampaikan tidak

terpisah-pisah tetapi merupakan kesatuan yang utuh. Pembelajaran IPA

Terpadu dapat dikemas dengan tema atau topik yang dibahas dari

berbagai bidang kajian supaya lebih efektif dalam penggunaan waktu

untuk mencapai tujuan pembelajaran.

4. Pembelajaran terpadu integrated (keterhubungan) dilandasi bahwa

butir-butir pembelajaran dapat dipayungkan pada induk mata pelajaran

tertentu. Pembelajaran terpadu model integrated merupakan model

integrasi antar bidang studi dengan mengorganisasikan atau

mengintegrasikan suatu konsep, keterampilan, atau kemampuan yang

di tumbuh kembangkan dalam satu bidang studi.

5. Model PBL merupakan model pembelajaran dengan mengajak siswa

untuk memperoleh pengalaman belajarnya secara langsung. Adanya

suatu kerjasama, saling membantu dan tanggung jawab siswa antar

kelompok, serta adanya pemecahan masalah adalah ciri sintaks

pembelajaran PBL. Suatu proses yang terdapat pada sintaks

(35)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Karakteristik IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran

yang diajarkan di sekolah. IPA adalah suatu bangunan ilmu pengetahuan

teoritis yang diperoleh melalui metode ilmiah dan alam sebagai objek

kajiannya. Selama ini pembelajaran IPA di SMP disampaikan secara terpisah

berdasarkan disiplin ilmunya yaitu Fisika, Kimia, dan Biologi. Pelaksanaan

pembelajaran IPA secara terpisah menyebabkan kurang berkembangnya siswa

dan membuat kesulitan bagi siswa. Selain itu penggunaan waktu kurang

efisien dan efektif. IPA secara terpadu bertujuan meningkatkan efisiensi dan

efektifitas pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi siswa, dan

beberapa KD dapat dicapai sekaligus.

Kata science berasal dari Bahasa Latin ‘scire’, yang bermakna

“mengetahui”. Science merupakan lebih dari observasi (Hurd, 1993: 6). Ilmu

Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari ilmu pengetahuan atau sains

yang semula berasal dari bahasa Inggris ‘science’. Kata ‘science’berasal dari

Bahasa Latin ‘scientia’ yang berarti saya tahu. Wahyana cit Trianto (2011:

136) mengatakan bahwa IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan tersusun

secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada

(36)

gejala-gejala alam. Perkembangannya tidak hanya ditandai oleh adanya

kumpulan fakta, tetapi oleh adanya metode ilmiah dan sikap ilmiah.

Trianto (2011: 151) mendefinisikan bahwa:

Ilmu Pengetahuan Alam sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui

pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk

menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya.

Ada tiga kemampuan dalam IPA, yaitu (1) kemampuan untuk mengetahui hal

yang diamati, (2) kemampuan untuk memprediksi hal yang belum diamati,

dan kemampuan untuk menguji tindak lanjut hasil eksperimen, serta (3)

dikembangkannya sikap ilmiah.

Laksmi Prihartono cit Trianto (2011: 137) mengatakan bahwa IPA

hakikatnya merupakan suatu produk, proses, dan aplikasi. Sebagai produk,

IPA merupakan sekumpulan pengetahuan, sekumpulan konsep, dan bagan

konsep. Sebagai suatu proses, IPA merupakan proses yang digunakan untuk

mempelajari objek pembelajaran, menemukan dan mengembangkan produk

sains, dan sebagai aplikasi, teori-teori IPA akan melahirkan teknologi yang

dapat memberi kemudahan bagi kehidupan. Pusat kurikulum (2006: 4)

menjelaskan bahwa IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan

pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja

tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.

Dari pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa IPA merupakan

(37)

langkah-langkah ilmiah yang berupa metode ilmiah dan didapatkan dari hasil

eksperimen atau observasi yang bersifat umum sehingga akan terus

disempurnakan. Penyempurnaan tersebut akan terus-menerus dilakukan

hingga memperoleh sebuah teori.

2. Pembelajaran IPA Terpadu

a. Hakikat Pembelajaran IPA Terpadu

Setiap guru selalu berusaha melakukan kegiatan pembelajaran secara

efektif dan efisien dalam mencapai tujuan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran secara efektif disini dimaksudkan agar pembelajaran tersebut

dapat membawa hasil, dan kegiatan pembelajaran secara efisien

dimaksudkan agar pembelajaran tersebut dapat tepat di lingkungan sekolah

maupun dalam kehidupan bermasyarakat.

Sugihartono, dkk. (2007: 74) mengatakan bahwa belajar merupakan

suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu

dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock

dan Yussen cit Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar sebagai

perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman. Reber cit

Sugihartono (2007: 74) mendefinisikan belajar dalam dua pengertian.

Pertama, belajar sebagai proses memperoleh pengetahuan dan kedua,

belajar sebagai perubahan kemampuan bereaksi yang relatif langgeng

sebagai hasil latihan yang diperkuat. Thorndike citSugihartono (2007: 91)

(38)

asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan

respon (R). Dimyanti dan Mudjiono (2009: 7) mengemukakan bahwa

belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks. Sebagai

tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.

Siswa adalah penentu terjadinya atau tidak terjadinya proses

pembelajaran. Proses pembelajaran terjadi karena siswa memperoleh

sesuatu yang ada di lingkungan sekitarnya. Lingkungan yang dipelajari

oleh siswa berupa keadaan alam, benda-benda, hewan, tumbuh-tumbuhan,

manusia, atau hal-hal yang dijadikan bahan belajar. Tindakan belajar

tentang suatu hal tersebut sebagai perilaku belajar yang tampak dari luar.

Hamalik (2003: 27) berpendapat bahwa belajar merupakan suatu

proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan

hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami. Hasil

belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

kelakuan. Adapun menurut Anthony Robbins cit Trianto (2010: 15)

mendefinisikan belajar sebagai proses menciptakan hubungan antara

sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan sesuatu (pengetahuan)

yang baru.

Sudjana cit Deni Kurniawan (2011: 7) membedakan menjadi teori

belajar eksternal (behavioristik) dan teori belajar internal (kognitivistikdan

konstruktivistik). Dalam pandangan para kognitivistik belajar dipandang

sebagai proses aktif individu dalam memproses informasi, Bruer; O’Neil

(39)

merupakan proses pengetahuan yang mendapat dukungan dari fungsi

ranah keterampilan.

Sugihartono, dkk (2007: 73) menjelaskan bahwa pembelajaran

sesungguhnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan

suasana atau memberikan pelayanan agar siswa belajar. Undang-undang

RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional, dalam

Pasal 1 butir 20 (Udin S. Winataputra, 2007: 5) pembelajaran diartikan

sebagai “… proses interaksi siswa dengan pendidik dan sumber belajar

pada suatu lingkungan belajar. Fontana citUdin S. Winataputra (2007: 8),

mengartikan belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif tetap

dalam perilaku individu sebagai hasil dari pengalaman. Trianto (2010: 17)

berpendapat bahwa pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari

seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi

siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang

diharapkan.

Pembelajaran IPA terpadu menjadi salah satu ciri khas penerapan

kurikulum 2013 di SMP. Pada pelaksanaan kurikulum 2006 keterpaduan

dapat diasosiasikan dengan sebuah gelas berisi beberapa butir kelereng.

Tiap butir diisikan secara terpisah, namun dimasukan dalam satu wadah.

Dalam kurikulum 2013 keterpaduan itu perlu dimaknai terintegrasi.

Adapun teknik mengintegrasikannya dengan memahami konsep berikut

(40)

Memadukan materi mata pelajaran Biologi, Kimia, Fisika sehingga

dengan keterpaduannya memungkinkan siswa secara individual maupun

kelompok aktif mengeksplorasi, mengelaborasi, mengkonfirmasi, dan

mengomunikasikan hasilnya, dan akan membuat siswa aktif mencari tahu.

Keterpaduan berarti merajut keterkaitan antara berbagai aspek dan materi

yang tertuang dalam Kompetensi Dasar IPA untuk melahirkan satu atau

beberapa tema pembelajaran. Pembelajaran terpadu juga dapat dikatakan

pembelajaran yang memadukan materi dalam satu tema atau tematik.

Menurut Trianto (2010: 160) menjelaskan bahwa pembelajaran IPA

secara terpadu diawali dengan penentuan tema, karena penentuan tema

akan membantu siswa dalam beberapa aspek, yaitu sebagai berikut:

1) Siswa yang bekerja sama dengan kelompoknya akan lebih

bertanggung jawab, berdisiplin, dan mandiri.

2) Siswa menjadi lebih percaya diri dan termotivasi dalam belajar bila

mereka berhasil menerapkan apa yang telah dipelajari.

3) Siswa lebih memahami dan lebih mudah mengingat karena mereka

‘mendengar’, ‘berbicara’, ‘membaca’, ‘menulis’ dan ‘melakukan’

kegiatan menyelidiki masalah yang sedang dipelajarinya.

4) Memperkuat berbahasa siswa.

5) Belajar akan lebih baik jika siswa terlibat secara aktif melalui tugas

proyek, kolaborasi, dan berinteraksi dengan teman, guru dan dunia

(41)

Pemilihan tema tersebut dimulai dengan memperhatikan Kompetensi

Inti dan Kompetensi Dasar yang akan dipadukan sehingga keterpaduan

yang dibuat tidak terlalu panjang dan terlalu lebar. Apabila keterpaduan

yang dibuat tersebut terlalu panjang dan lebar maka akan menyulitkan

siswa untuk dapat menyerap materi yang diberikan. Menurut Trianto

(2010: 160) alur model pengembangan pembelajaran IPA Terpadu dapat

dijelaskan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Alur Model Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu

Merujuk pada hakikat IPA sebagaimana dijelaskan di atas, maka

nilai-nilai IPA yang dapat ditanamkan dalam pembelajaran IPA antara lain

(42)

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematik menurut

langkah-langkah metode ilmiah.

2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan,

mempergunakan alat-alat eksperimen untuk memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah

dalam kaitannya dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan

(Prihantro LaksmicitTrianto, 2010: 142).

Jadi dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu proses

perubahan dalam tingkah laku, perubahan yang terjadi melalui latihan dan

pengalaman, perubahan yang terjadi menyangkut beberapa aspek

kepribadian, baik fisik maupun psikis, seperti keterampilan, kecakapan,

kebiasaan, penguasaan konsep ataupun sikap. Dan hanya dapat dirasakan

oleh subyek belajar itu sendiri. Belajar dan pembelajaran merupakan dua

hal berbeda namun memiliki keterkaitan, pembelajaran merupakan upaya

yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan kondisi lingkungan yang

kondusif untuk proses pembelajaran dalam diri siswa.

b. Tujuan Pembelajaran IPA Terpadu

Hakikatnya tujuan pembelajaran IPA Terpadu sebagai suatu

kerangka model dalam proses pembelajaran, mempunyai tujuan pokok

yang hampir sama dengan tujuan pembelajaran terpadu itu sendiri (Pusat

(43)

1) Meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran.

Pembelajaran IPA yang secara disiplin keilmuan membutuhkan waktu

dan energi lebih banyak serta membosankan bagi siswa, karena dapat

terjadi kemungkinan adanya tumpang tindih dan pengulangan materi.

2) Meningkatkan minat dan motivasi

Pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi guru untuk

mengembangkan situasi pembelajaran yang utuh, menyeluruh,

dinamis, dan bermakna sesuai dengan harapan. Dalam hal ini,

pembelajaran terpadu memberikan peluang bagi pengembangan ilmu

pengetahuan yang berkaitan dengan tema yang disampaikan.

Pembelajaran IPA Terpadu dapat mempermudah dan memotivasi

siswa untuk mengenal, menerima, menyerap, dan memahami

keterkaitan antara konsep pengetahuan dan nilai atau tindakan yang

termuat dalam isu tersebut. Dengan model pembelajaran yang terpadu

dan sesuai dengan kehidupan sehari-hari, siswa digiring untuk berpikir

luas dan mendalam untuk menangkap dan memahami hubungan

konseptual yang disajikan guru. Siswa akan lebih termotivasi dalam

belajar.

3) Beberapa Kompetensi Dasar dapat dicapai sekaligus

Model pembelajaran IPA Terpadu dapat menghemat waktu, tenaga,

dan sarana, serta biaya karena beberapa KD dapat diajarkan sekaligus.

Di samping itu, pembelajaran terpadu juga menyederhanakan

(44)

keterpaduan dan penyatuan sejumlah Kompetensi Dasar, dan langkah

pembelajaran yang dipandang memilki kesamaan dan keterkaitan.

3. Pembelajaran IPA Terpadu Model Integrated

Menurut Fogarty (1991: 75-78) menjelaskan bahwa model integrated

adalah model pembelajaran terpadu yang menggunakan pendekatan antar

bidang studi. Model ini diusahakan dengan cara menggabungkan bidang studi

dengan cara menetapkan prioritas kurikuler dan menemukan keterampilan,

konsep, dan sikap yang saling tumpang tindih. Untuk membuat tema, guru

menyeleksi terlebih dahulu konsep dari beberapa mata pelajaran, selanjutnya

dikaitkan dalam satu tema untuk memayungi beberapa bidang studi.

Gambar 2.2 Diagram peta integrated

Keunggulan model ini adalah siswa merasa senang dengan adanya

keterkaitan dan hubungan timbal balik antar berbagai bidang studi,

memperluas wawasan dan apresiasi guru, jika dapat diterapkan dengan baik

maka dapat dijadikan model pembelajaran yang ideal di lingkungan

sekolah“integrated day”. Kelemahan model ini adalah sulit mencari

(45)

keterkaitan aspek keterampilan yang terkait. Dibutuhkan banyak waktu pada

beberapa bidang studi untuk didiskusikan guna mencari keterkaitan dan

mencari tema. Menurut Kemendikbud (2013: 175) menjelaskan bahwa pada

model integrated, materi pembelajaran dikemas dari konsep-konsep dalam

KD yang sepenuhnya beririsan.

4. Model Pembelajaran

Model dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan

untuk mempresentasikan sesuatu hal. Dorin, dkk. citElla Yulaelawati (2004:

50) menjelaskan bahwa model merupakan gambaran mental yang membantu

guru untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang

tidak dapat dilihat atau tidak dialami secara langsung. Adapun menurut

Ahmad Abu Hamid (2009: 34) berpendapat bahwa model diartikan sebagai

benda tiruan dari benda aslinya atau sesungguhnya. Sedangkan model

belajar-mengajar (pembelajaran) diartikan sebagai kerangka konseptual yang

melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan serta berfungsi

sebagai pedoman guru dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas

belajar-mengajar (pembelajaran).

Joyce cit Trianto (2010: 22) mengemukakan bahwa model

pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau

(46)

pembelajaran termasuk di dalamnya buku-buku, film, komputer, kurikulum,

dan lain-lain. Sedangkan Arends cit Trianto (2010: 25), menyeleksi enam

model pengajaran yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,

yaitu: presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep, pembelajaran

kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah, dan diskusi kelas.

Model pembelajaran mempunyai makna yang lebih luas daripada

strategi, metode atau prosedur. Rusman (2011: 144-145) berpendapat model

pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk

membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang), merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau

yang lain. Model pembelajaran memiliki ciri-ciri :

1. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu.

2. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu.

3. Dapat dijadikan pedoman untuk perbaikan kegiatan belajar mengajar di

kelas.

4. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan : (a) urutan

langkah-langkah pembelajaran (syntax); (b) adanya prinsip-prinsip reaksi; (c)

sistem sosial; dan (d) sistem pendukung.

5. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran.

6. Membuat persiapan mengajar (desain instruksional) dengan pedoman

model pembelajaran yang dipilihnya.

Berdasarkan teori di atas maka dapat disimpulkan bahwa model

(47)

merencanakan pembelajaran di kelas guna membentuk kurikulum, merancang

bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau

yang lain.

5. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) a. Pengertian Problem Based Learning (PBL)

Model Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran

berdasarkan masalah merupakan model pembelajaran yang didesain

menyelesaikan masalah yang disajikan. Arends (2008: 41) mendefinisikan

bahwa PBL menyuguhkan berbagai situasi bermasalah yang autentik dan

bermakna kepada siswa, yang dapat berfungsi sebagai batu loncatan untuk

investigasi dan penyelidikan.

Trianto (2010: 90) berpendapat bahwa model pembelajaran

berdasarkan masalah merupakan suatu model pembelajaran yang

didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan

penyelidikan autentik yakni penyelidikan yang membutuhkan

penyelesaian nyata dari permasalahan yang nyata. Rhem (1998) cit

Suparno (2013: 108) mengemukakan Problem Based Learning (PBL)

adalah strategi pembelajaran dengan siswa ditatapkan pada persoalan yang

real, kontekstual, yang tidak terstruktur ketat dan mereka berusaha untuk

menemukan pemecahan yang berarti. Dalam beberapa studi lapangan

ditemukan bahwa siswa lebih menguasai isi pelajaran, lebih luas dan

(48)

semakin senang belajar dan semakin mau kerjasama dengan teman-teman

mereka.

Sehingga diharapkan PBL dapat memudahkan siswa dalam

menghadapi dan memecahkan masalah yang terjadi di lingkungan

sebenarnya dan siswa memperoleh pengalaman tentang penyelesaian

masalah sehingga dapat diterapkan di kehidupan nyata. Model ini

menuntut kemampuan untuk dapat melihat sebab akibat atau relasi-relasi

diantara berbagai data, sehingga pada akhirnya dapat menemukan kunci

pembuka masalahnya. Wina Sanjaya (2011: 214) mengemukakan bahwa

ciri utama strategi pembelajaran berdasarkan masalah yang pertama

adalah SPBM merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya siswa

tidak hanya mendengarkan ceramah dan menghafal namun dititik beratkan

pada kegiatan siswa dalam berpikir, berkomunikasi, mengolah data, dan

menyimpulkan. Kedua, aktivitas pembelajaran diarahkan untuk

menyelesaikan masalah. Dalam proses pembelajaran perlu adanya masalah

yang diteliti. Ketiga, pemecahan masalah dilakukan menggunakan

pendekatan berpikir secara ilmiah. Proses berpikir ini dilakukan secara

sistematis dan empiris. Tan (2003: 31) mengemukakan tujuan dari PBL

adalah pembelajaran konten, penguasaan keterampilan proses dan

pengembangan keterampilan pemecahan masalah, dan pembelajaran yang

(49)

b. KarakteristikProblem Based Learning (PBL)

Arends (2008: 42) menjelaskan bahwa model pembelajaran

berdasarkan masalah memiliki karakteristik sebagai berikut :

1) Pengajuan pertanyaan atau masalah. Pembelajaran berdasarkan masalah

mengorganisasikan pengajaran di sekitar masalah sosial yang penting

bagi siswa. Mereka menghadapi situasi kehidupan nyata, menghindari

jawaban sederhana, dan memungkinkan munculnya berbagai solusi

untuk menyelesaikan permasalahan.

2) Berfokus pada keterkaitan antardisiplin. Meskipun pembelajaran

berdasarkan masalah berpusat pada pelajaran tertentu (IPA, Matematika,

Sejarah), namun permasalahan yang diteliti benar-benar nyata untuk

dipecahkan. Siswa meninjau permasalahan itu dari berbagai mata

pelajaran. Sebagai contoh, masalah polusi di Teluk Chesapeake

menyangkut dari berbagai mata pelajaran dan terapan seperti Biologi,

Ekonomi, Sosiologi, Pariwisata, dan Pemerintahan.

3) Penyelidikan autentik. Pembelajaran berdasarkan masalah

mengharuskan siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk

menemukan solusi nyata untuk masalah nyata. Siswa harus menganalisis

dan menetapkan masalah, kemudian mengembangkan hipotesis dan

membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisis informasi,

melaksanakan percobaan (bila diperlukan), dan menarik kesimpulan.

4) Menghasilkan produk dan mempublikasikan. Pembelajaran berdasarkan

(50)

bentuk karya nyata atau peragaan yang dapat mewakili penyelesaian

masalah yang mereka temukan.

5) Kolaborasi. Pembelajaran berdasarkan masalah ditandai oleh siswa yang

saling bekerja sama, paling sering membentuk pasangan dalam

kelompok-kelompok kecil. Bekerja sama memberi motivasi untuk

secara berkelanjutan dalam penugasan yang lebih kompleks dan

meningkatkan pengembangan ketrampilan sosial.

c. Manfaat Problem Based Learning (PBL)

Trianto (2010: 96) mengemukakan bahwa kelebihan PBL sebagai

suatu model pembelajaran adalah:

1) Realistik dengan kehidupan siswa

2) Konsep sesuai dengan kebutuhan siswa

3) Memupuk sifat inkuiri siswa

4) Retensi konsep jadi kuat

5) Memupuk kemampuan problem solving

d. Sintaks Problem Based Learning (PBL)

Rusman (2011: 233) berpendapat tentang langkah-langkah PBM,

yaitu analisis inisial, mengangkat isu-isu belajar, interaksi kemandirian

dan kolaborasi pemecahan masalah, integrasi pengetahuan baru, penyajian

solusi dan evaluasi. Adapun alur Problem Based Learning (PBL)yaitu:

1) Menentukan masalah

2) Analisis masalah dan isu belajar

(51)

4) Penyajian solusi dan refleksi

5) Kesimpulan, integrasi, dan evaluasi

Menurut Suparno (2013: 108) mengemukakan langkah pembelajaran

PBL dapat digambarkan sebagai berikut:

1) Persoalan real diungkapkan

2) Pembagian kelompok kecil

3) Kelompok aktif mencari pemecahan

4) Diskusi dalam kelompok kecil

5) Menuliskan temuan

6) Presentasi hasil temuan

7) Assesmen

Kerangka pembelajaran berbasis masalah biasanya melibatkan

pergeseran dalam tiga tahap cakupan pendidikan, yaitu cakupan

keterlibatan isi masalah, peran mengajar menjadi peran pembinaan, dan

siswa sebagai siswa pasif menjadi siswa aktif pemecah masalah. Gambar

di bawah ini menggambarkan komponen kunci dalam pendekatan PBL

(Tan, 2003: 20)

Gambar 2.3 Tahapan PBL Menampilkan Masalah

Masalah Mencetuskan Penyelidikan

Tahap PBL :  Analisis awal

 Menghasilkan isu pembelajaran

 Pembaharuan pemecahan masalah independen dan kolaborasi

Menampilkan Solusi dan

(52)

Berdasarkan beberapa teori tentang sintaks PBL di atas, maka dapat

disimpulkan sintaks PBL yang dikehendaki dan sesuai dengan siswa,

lingkungan dan tema pembelajaran IPA terpadu disajikan pada tabel 2.1:

Tabel 2.1 Fase PBL dalam Kegiatan Pembelajaran

Fase PBL Kegiatan Pembelajaran

1) Persoalan real diungkapkan Mengungkapkan pengetahuan awal siswa mengenai pencemaran air 2) Analisis masalah dan isu belajar Mengerjakan LKS di dalam modul

yang mengarah ke keterampilan memecahkan masalah yang meliputi mengidentifikasi masalah, menegaskan masalah, memilih strategi dan mengevaluasi hasil. 3) Pembagian kelompok kecil Berkelompok sesuai perintah guru 4) Pemecahan masalah Berkelompok dan berdiskusi secara

kelompok untuk mengidentifikasi permasalahan pencemaran air yang ada dilingkungan, mencari penyebab dan dampak serta solusi terhadap masalah tersebut

5) Menampilkan/mempresentasikan solusi

Memberikan solusi dan refleksi terhadap masalah yang dihadapi

6)Evaluasi Membuat kesimpulan dari kegiatan

yang telah dilakukan

6. Modul Pembelajaran a. Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu media pembelajaran yang dapat

digunakan untuk menunjang dalam kegiatan belajar mengajar. Media

merupakan kata medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’, ‘perantara’

atau ‘pengantar’. Pemerolehan pengetahuan dan keterampilan,

perubahan-perubahan sikap dan perilaku dapat terjadi karena interaksi antara

pengalaman baru dengan pengalaman yang pernah dialaminya (Arsyad,

(53)

Menurut Purwanto, dkk (2007: 9) berpendapat bahwa modul adalah

bahan belajar yang dirancang secara sistematik berdasarkan kurikulum

tertentu dan dikemas dalam bentuk satuan pembelajaran terkecil dan

memungkinkan dipelajari secara mandiri dalam satuan waktu tertentu.

Depdiknas (2008: 3) menjelaskan bahwa modul merupakan bahan ajar

cetak yang dirancang untuk dapat dipelajari secara mandiri oleh peserta

pembelajaran. Modul disebut juga media untuk belajar mandiri karena di

dalamnya telah dilengkapi petunjuk untuk belajar sendiri. Depdiknas

(2008: 4) menjelaskan bahwa modul merupakan salah satu bentuk bahan

ajar yang dikemas secara utuh dan sistematis, didalamnya memuat

seperangkat pengalaman belajar yang terencana dan didesain untuk

membantu siswa menguasai tujuan belajar yang spesifik.

b. Karakteristik Modul

Depdiknas (2008: 4) menjelaskan bahwa untuk menghasilkan modul yang

mampu meningkatkan motivasi belajar, pengembangan modul harus

memperhatikan karakteristik yang diperlukan, yaitu:

1) Belajar Mandiri(Self Instruction)

Dengan karakter ini memungkinkan seseorang belajar secara mandiri

dan tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self

instruction, maka modul harus:

a) Memuat tujuan pembelajaran yang jelas, dan dapat

menggambarkan pencapaian Kompetensi Inti dan Kompetensi

Gambar

gambar yang sesuai dengan tema, basis pembelajaran, nama
Gambar 2.1 Alur Model Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu
Gambar 2.3 Tahapan PBL
Tabel 2.1 Fase PBL dalam Kegiatan Pembelajaran
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal kajian yang berkaitan dengan pemanfaatan struktur, nilai-nilai sosial, dan nilai-nilai budaya novel Negeri 5 Mena ra sebagai bahan ajar sastra di SMA, siswa

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “HUBUNGAN KOMPENSASI FINANSIAL DAN NON FINANSIAL DENGAN KINERJA PERAWAT PELAKSA DI RUMAH SAKIT HORAS INSANI

DIJADIKAN BISNIS // UNTUK MENCAPAI LOKASI / PARA PEMBURU CODOT / HARUS LEBIH DULU MENYUSURI JALAN SETAPAK / YANG TERJAL // MELEWATI PERBUKITAN / BAHKAN MELEWATI HUTAN // LOKASI

Dalam penelitian ini, sumber data adalah keseluruhan informasi yang berupa kata, kalimat, pernyataan, paragraf yang menggambarkan struktur novel, nilai-nilai

Disarankan kepada pihak manajemen rumah sakit untuk mulai meningkatkan pemberian kompensasi finansial khususnya pada gaji yang diberikan dan juga mempertimbangkan

Skripsi yang penulis angkat berjudul”Status Pencemaran Air Sungai Dengan Gastropoda Sebagai Bioindikator Di Aliran Sungai Sumur Putri Teluk Betung”, merupakan tugas

(2) Kendala – kendala yang dialami oleh guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam memanfaatkan teknologi informasi pada pembelajaran Pendidikan Pancasila

[r]