ANALISIS PERSEDIAAN BERAS MENGGUNAKAN
METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)
(Studi Kasus: Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora)
LAPORAN KERJA PRAKTIK
Oleh:
Dea Nurfirda Apriliani 102417019
PROGRAM STUDI TEKNIK LOGISTIK
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS PERTAMINA
2020
ii Dosen Pembimbing KP
Rahmad Inca L., S.T, M.Eng. NIP. 119028 Pembimbing Instansi Budi Sulistyono NIP. 087108115 Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Logistik
Dr. Eng. Iwan Sukarno NIP. 1116128
HALAMAN PENGESAHAN Laporan Kerja Praktik yang diajukan oleh,
Nama : DEA NURFIRDA APRILIANI
NIM : 102417019
Program Studi : TEKNIK LOGISTIK
Fakultas : TEKNOLOGI INDUSTRI
Perusahaan/Instansi : GUDANG BULOG BARU TEMPEL LEMAHBANG
202 BLORA
Tanggal Pelaksanaan KP : 10 Agustus 2020 – 10 September 2020
Dengan Judul :
“ANALISIS PERSEDIAAN BERAS MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY (EOQ)”
(Studi Kasus: Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora) Telah disetujui dan disahkan pada:
Hari : Jum’at
Tanggal : 6 November 2020
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada allah swt karena dengan rahmat dan karunia-nya, penulis dapat menyelesaikan laporan kerja praktik yang berjudul “Analisis persediaan beras menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)” (Studi Kasus: Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora)” dengan lancar dan sebaik-baiknya. Laporan kerja praktik yang disusun merupakan hasil dari proses pengamatan langsung dan pembelajaran terkait proses bisnis yang dilakukan penulis saat kerja praktik di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora pada Divisi Pergudangan pada tanggal 10 Agustus hingga 10 September 2020. Selama prosen penelitian sampai penyusuan laporan kerja praktik ini, penulis banyak menerima bantuan dan dukungan sehingga dapat menyelesaikan laporan ini. Oleh karena itu penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak khususnya kepada:
1. Kedua orang tua yang senantiasa mendoakan, memberikan dukungan kepada penulis sehingga mampu melaksanakan kegiatan kerja praktik dengan penuh semangat.
2. Bapak Iwan Sukarno selaku kepala program studi Teknik Logistik, Universitas Pertamina.
4. Bapak Rahmad Inca Liperda selaku dosen pembimbing kerja praktik Teknik Logistik, Universitas Pertamina.
5. Bapak Budi Sulistyono selaku pembimbing instansi atas pelaksanaan kerja praktik saya di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora yang telah memberikan kesempatan dan memfasilitasi penulis
6. Segenap Karyawan di Divisi Pergudangan yang telah membantu dan mendukung penulis selama melaksanakan kerja praktik.
Penulis menyadari bahwa dalam pelaksanaan kerja praktik dan penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan karena adanya keterbatasan ilmu, informasi mengenai data, serta pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu seluruh kritik dan saran yang membangun akan diterima dengan senang hati. Semoga laporan ini dapat dimanfaatkan oleh semua pihak yang memerlukan.
iv
ABSTRAK
Pangan adalah kebutuhan pokok bagi manusia yang harus dipenuhi setiap saat. Ketahanan pangan di Indonesia dikatakan berhasil apabila kebutuhan akan pangan seluruh lapisan masyarakat dapat tercukupi dengan baik dan jauh dari ancaman kondisi kelaparan. Dengan pertimbangan pentingnya akan persediaan beras demi ketahanan pangan nasional maka pemerintah selalu berusaha untuk menjaga ketersediaan beras sepanjang tahun, guna mencapai pemerataan pendistribusian beras, menjaga kestabilan harga beras serta berupaya dalam peningkatan ketahanan pangannya dengan hasil produk pangan dalam negeri (swasembada beras). Pada penelitian ini bertujuan untuk mengnalisis persediaan beras menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)” beras di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dengan beberapa asumsi mengenai komponen biaya, sehingga hasil perhitungan membuktikan bahwa pengimplementasian metode EOQ (Economic Order Quantity) menghasilkan kebijakan pemesanan persediaan beras sebesar 15.319,4 ton dalam sekali pemesanan dengan frekuensi pemesanan sebanyak 119 kali dalam setahun dengan 280 hari kerja. Dengan penerapan kebijakan tersebut Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 424.482.526 dalam setahun. Dengan jumlah Reorder Point (ROP) sebesar 32.533 yang melebihi kapasitas EOQ .Dari rekapituliasi hasil biaya dan kebijakan apabila mengimplementasikan EOQ maka perusahaan dapat meminimumkan biaya dalam sekali pengadaan pemesanan beras. Hal tersebut dikarenakan banyaknya frekuensi pemesanan dalam setahun sehingga mempengaruhi total biaya. Sehingga metode EOQ ini dapat diterapkan apabila bertujuan meminimasi total biaya dalam sekali pemesanan, namun ada beberapa hal yang perlu diuji kembali dengan beberapa pertimbangan lainnya apabila metode EOQ bertujuan untuk meminimasi total biaya yang akan dikeluarkan dalam jangka panjang da beberapa pertimbangan atau kebijakan dari perusahaan.
v
ABSTRACT
Food is the main basic need for humans that must be met at all times. Food security in Indonesia is said to be successful if the need for food in all walks of life can be adequately adequate and away from the threat of famine conditions with the consideration of the importance of rice supplies for the sake of national food security, the government always strives to maintain the availability of rice throughout the year, in order to achieve equal distribution of rice evenly, stabilizing rice prices and working in improving its food security with domestic food products (rice self-sufficiency). In this study aims to catalyze rice supplies using economic order quantity (EOQ)" method of rice in Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora. With some assumptions regarding the cost component, so the calculation results prove that the implementation of the EOQ (Economic Order Quantity) method resulted in a rice supply order policy of 15.319,4 tons in one order with order frequency of 119 times a year with 280 business days. With the implementation of the policy, Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora must spend Rp. 424,484,526 in a year. From the recapituation of cost results and policies when implementing EOQ, the company can minimize the cost in one procurement of rice orders. This is due to the high frequency of bookings in a year, affecting the total cost. So this EOQ method can be applied if it aims to minimize the total cost in one booking, but there are some things that need to be retested with some other considerations if the EOQ method aims to minimize the total cost that will be incurred in the long term and some considerations or policies of the company if the EOQ method aims to minimize the total costs incurred by the company in a year.
vi
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix BAB 1 PENDAHULUAN ... 1 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Rumusan Masalah ... 2 1.3 Tujuan ... 3 1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan KP ... 3
1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah ... 3
1.7 Metodologi Penelitian ... 4
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 7
2.1 Sejarah Perusahaan dan Proses Bisnis ... 8
2.1.1 Sejarah Perusahaan ... 8
2.1.2 Lini Bisnis ... 9
2.2 Visi dan Misi Perum ... 9
2.2.1 Visi ... 9
2.2.2 Misi ... 9
2.3 Logo Perusahaan ... 10
2.4 Nilai – Nilai Perusahaan ... 10
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan ... 10
BAB 3 LANDASAN TEORI ... 14
3.1 Persediaan ... 14
3.1.1 Jenis Persedian ... 14
3.1.2 Fungsi Persediaan ... 15
3.1.3 Faktor- faktor Persediaan ... 15
3.2 Economic Order Quantity (EOQ) ... 15
3.3 Kelemahan dan Keunggulan Metode EOQ ... 18
3.4 Reorder Point (ROP) ... 18
BAB 4 HASIL KERJA PRAKTIK ... 21
4.1 Pengumpulan Data ... 18
4.2 Asumsi Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan ... 22
4.3 Pengolahan dan Analisis Data ... 23
4.3.1 Grafik Permintaan Beras Tahun 2019 dalam Ton ... 23
4.3.2 Jumlah Pengadaan Rata-rata Tahun 2019 ... 23
4.3.3 Biaya Pemesanan ... 23
4.3.4 Biaya Penyimpanan ... 24
4.4 Pengolahan Data ... 25
4.4.1 Perhitungan Persediaan Ekonomis ... 25
4.4.2 Total Biaya Persediaan ... 27
vii
4.5 Analisis Pengolahan Data ... 28
4.5.1 Analisis Perhitungan Sistem Persediaan... 28
4.5.2 Analisis Perbandingan Total Biaya Persediaan ... 28
4.5.2 Analisis Perhitungan Reorder Point (ROP) ... 25
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ... 32
5.1 Kesimpulan ... 32
5.2 Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN A LAMPIRAN B
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Data Historis Permintaan Beras Tahun 2019 ... 22
Tabel 4. 2 Asumsi Biaya dalam Rupiah... 22
Tabel 4.3.1 Rekapitulasi Biaya Pemesanan ... 24
Tabel 4.3.2 Biaya Penyimpanan ... 25
Tabel 4.4 1 Perhitungan Jumlah Pemesanan Beras Ekonomis dengan Metode EOQ ... 26
Tabel 4.4 2 Perhitungan Reorder Point ... 28
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram Alir Penelitian Kerja Praktik ... 6
Gambar 2. Logo Perum BULOG ... 10
Gambar 3. Struktur Organisasi GBB. Tempel Lemahbang 202 Blora ... 11
1
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan yaitu kondisi tercukupinya persediaan pangan dan kemudahaan dalam aksesnya. Ketahanan pangan di Indonesia dikatakan berhasil apabila kebutuhan akan pangan seluruh lapisan masyarakat dapat tercukupi dengan baik dan jauh dari ancaman kondisi kelaparan. Setiap masyarakat Indonesia berhak memperoleh pangan tersebut dalam pasal 27 UUD 1945 serta dalam Deklarasi Roma (1996). Gangguan pada ketahanan pangan khususnya komoditi beras, seperti terbatasnya ketersediaan beras dan lonjakan harga beras bahkan sampai permasalahan kelangkaan dapat memancing permasalahan kerawanan sosial akibat tidak stabilnya ekonomi dan politik dalam kondisi yang sangat kritis dapat menghancurkan stabilitas nasional. Dengan pertimbangan pentingnya akan persediaan beras demi ketahanan pangan nasional maka pemerintah selalu berusaha untuk menjaga ketersediaan beras sepanjang tahun, dengan upaya pemerataan penyaluran beras, penstabilan harga beras serta berupaya dalam peningkatan ketahanan pangannya dengan hasil produk pangan dalam negeri (swasembada beras).
Dari pertimbangan tersebut terciptalah UU No. 7 Tahun 1996 yang mengemukakan bahwa bagi masyarakat Indonesia, beras merupakan kebutuhan pangan yang sangat penting. Dalam ketahanan pangan, terdapat aspek supply chain atau rantai pasok yang mencakup keseluruahan proses dimulai dari pengadaan, produksi, persediaan sampai dengan distribusi. Kualitas beras yang baik dapat di lihat dari komponen yang ada didalamnya dengan beberapa syarat yang meliputi persentase kadar air maksimal 14%, derajat sosoh 95%, butir menir maksimal 2% dan butir patahan beras maksimal 10%. Oleh sebab itu, perlu adanya manajemen persediaan beras yang layak dan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat.
Perum BULOG merupakan perusahaan BUMN yang bertugas dalam penanaganan manajemen logistik dengan pelayanan diantara lain mengenai manejemen persediaan, penyaluran beras dan menjaga kestabilan harga beras. Adapun usaha Perum BULOG dibidang jasa logistik sebagaiaman tercantum dalam Keppres yang berlaku . oleh sebab itu perlunya pemilihan metode dalam pengelolaan manajemen persediaan beras sangat penting dilakukan karena hal tersebut merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai oleh Perum BULOG dalam hal meminimalkan biaya produksi dan operasi. Dalam menjalankan tugasnya, Perum BULOG memiliki beberapa gudang yang digunakan untuk menyimpan persediaan bahan baku ataupun produk mereka sebelum disalurkan atau didistribusikan baik secara operasional dan admistratif dilakukan oleh divre, subdivre, dan kansilog. Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora mempunyai kewajiban untuk menjaga atau mengelola kebutuhan pangan khususnya komoditi beras dalam program penyaluran kepada seluruh lapisan masyarakat di daerah Blora. Kebutuhan akan produk komoditi beras akan dipesan dari mitra kerja Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dengan mengikuti keseluruhan prosedur negoisasi kontrak sesuai dengan kebijakan atau SOP yang berlaku.
2
Dalam sistem pengelolaan supply chain, strategi yang tepat adalah bagaimana menekan efisiensi dan ketepatan merespon permintaan konsumen (Chopra dan Meindl, 2007). Untuk melancarkan strategi dapat diwujudkan dengan enam faktor antara lain fasilitas, persediaan, transportasi, informasi, sumber daya, dan kestabilan harga (Trisilawaty, dkk.). Permasalahan dalam menentukan banyaknya investasi biaya, peralatan maupun bahan produksi akan berdampak langsung terhadap keuntungan yang akan didapatkan oleh perusahaan. Maka, dalam penentuan kapasitas persediaan yang harus disimpan oleh perusahaan untuk menunjang usahanya, perlu adanya pengelolaan atau manjemen yang tepat.
Dalam tujuan menekan biaya operasional dalam pengadaan beras, Metode Economic Order Quantity (EOQ) merupakan salah satu dari beberapa metode yang dapat diimplementasikan oleh perusahaan untuk memanajemen persediaan beras dengan tujuan mencapai biaya pemesanan yang lebih murah. Metode ini sudah banyak diimplementasikan terhadap beberapa perusahaan dalam manajemen persediaan perusaann mereka berdasarkan penentuan jumlah pemesanan yang ekonomis, jumlah safety stock yang tepat, maksimum persediaan berdasarkan kapasitas yang dimiliki perusahaan, serta penentuan reorder point (pemesanan kembali). Pengelolaan manajemen persediaan yang kurang optimal dapat berdampak terhadap kerugian yang harus ditanggung oleh perusahaan. Namun, perlu diperhatikan bahwa metode ini memiliki beberapa asumsi khusus apabila akan diimplementasikan. Salah satunya adalah ketentuan jumlah permintaan yang konstan disetiap periode.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis mengambil topik penelitian yang berjudul “Analisis Persediaan Beras dengan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (Studi Kasus: Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora)” dalam membantu penyelesaian laporan maka penulis menggunakan beberapa referensi jurnal yang telah dipublikasikan, salah satu jurnal dengan judul “Sistem Pengadaan Beras dan Keputusan yang dilakukan Perum BULOG Divisi Regional Sumatera Utara dalam Pengendalian Persediannya” membuktikan analisis system persediaan beras dengan menggunakan metode Economic Order quantity (EOQ) dapat menghasilkan ketentuan jumlah pemesanan yang ekonomis serta maksimal persediaan yang dibutuhkan dalam 1 periode. Penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pengendalian persediaan pada BULOG adalah penelitian milik (Nur Fitriani, Ria Puspa Yusuf dan I Ketut Rantau, 2014) yang menganalisis persediaan komoditi beras pada Perum BULOG Divre NTT. Penelitian tersebut bertujuan untuk menganalisis persediaan beras dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ), lalu meminimumkan biaya yang timbul apabila menggunakan metode tersebut dengan kondisi nyatanya serta mencari jumlah persedian beras maksimal yang harus dipersiapkan dan titik pemesanan kembali. Berdasarkan perhitungan hasilnya dengan metode Economic Order Quantity (EOQ), diperoleh hasil penurunan pada biaya persediaan beras.
3 1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan atas uraian latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimana menentukan kebijakan terhadap pemesanan persediaan beras yang tepat di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)?
2. Bagaimana kebijakan total biaya yang dikeluarkan atas pengadaan persediaan beras yang diterapkan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dengan kebijakan pemesanan pengadaan beras menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menentukan kebijakan pemesanan persediaan beras dengan metode Economic Order Quantity (EOQ) di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora 2. Mengetahui kebijakan total biaya yang dikeluarkan atas pengadaan persediaan
beras yang diterapkan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dengan kebijakan pemesanan pengadaan beras menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)
1.4 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan atau masukkan kepada pihak Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dalam pengambilan keputusan atas permasalahan manajemen pengadaan persediaan beras untuk mencapai biaya pemesanan yang lebih ekonomis.
2. Manfaat Teoritis
a. Sebagai sarana pembelajaran atau pengetahuan supply chain khususnya di bidang pengelolaan persediaan. Peneliti juga mendapatkan banyak informasi dan ilmu atas kesempatan untuk melihat proses kerja di lapangan dan memperoleh berbagai informasi atas kebijakan yang optimal mengenai pengambilan keputusan pemesanan persediaan beras di Gudang Bulog Baru tempel Lemahbang 202 Blora.
b. Sebagai sarana informasi atau pengetahuan yang dapat digunakan dalam penelitian atau referensi bagi penelitian lanjutan yang mengkaji permasalahan yang sama dengan topik ini.
1.5 Waktu dan Tempat Pelaksanaan KP
Adapun waktu dan tempat pelaksaan Kerja Praktik (KP) sebagai berikut: Waktu Pelaksanaan : 10 Agustus 2020 – 10 September 2020.
4
Tempat Pelaksanaan : Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora, Tempel Lemahbang, Kabupaten Blora, Jawa Tengah 58261 1.6 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah
Agar lebih terfokus dalam topik penelitian ini, penulis membatasi beberapa permasalahan antara lain:
1. Data yang diambil adalah data mengenai persediaan beras selama 12 periode dari bulan Januari 2019 – Desember 2019 khusus untuk pengadaan pemesanan beras di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora.
2. Penelitian hanya dilakukan pada wilayah Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dan dilakukan hanya pada hari kerja.
1.7 Metodologi Penelitian
Berdasarkan uraian permasalahan diatas untuk memudahkan pembahasan penyelesaianya maka penulis membagi menjadi beberapa metode sebagai berikut: 1. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan melalui proses pengamatan, kajian dan penentuan kebijakan atas pemesanan pengadaan persediaan beras untuk mencapai biaya pesan yang tepat dan ekonomis dengan mengimplementasikan metode perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) pada Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora.
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini, data diperoleh dari data sekunder yaitu melalui data arsip atau dokumentasi resmi perusahaan berupa data persediaan beras selama 12 periode pada pada Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora.
3. Metode Pengumpulan Data
Beberapa Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: a. Observasi melalui Pengamatan Langsung
Teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan data berdasarkan fakta yang di lapangan melalui pengamatan seluruh kegiatan atau proses yang berkaitan dengan topik penelitian.
b. Wawancara
Kegiatan ini dilakukan dengan pengumpulan data atau informasi dengan melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak di bagian divisi pergudangan. c. Dokumentasi
Kegiatan ini dilakukan dengan pengumpulan data dan fakta dengan objek amatan yang divisualisakian
d. Studi Pustaka
Kegiatan ini dilakukan dengam cara pengumpulan data atau informasi melaui berbagai macam media, baik melalui dokumen tertulis, visual ataupun elektronik seperti jurnal yang sudah dipublikasikan.
5 4. Metode Pembahasan
a. Deskriptif
Dalam pembahasan dengan metode deskriptif maka penulis memberikan uraian atas gambaran deskripsi suatau kegiatan dan fakta atau informasi yang terjadi pada saat penelitian dilakukan.
b. Kuantitatif
Dalam pembahasan dengan metode kuantitatif, maka penulis memberikan uraian mengenai data fakta ataupun informasi yang disajikan dengan angka. 5. Alur penelitian
Adapun alur penelitian, dapat diilustrasikan dalam diagram alir pada gambar 1 sebagai berikut:
6
8
BAB 2 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
2.1 Sejarah Perusahaan dan Proses Bisnis
Sejarah Perusahaan
Sejarah bedirinya Perum BULOG diawali dengan terbentuknya perum BULOG pada tanggal 10 Mei 1967 sesuai dengan kebijakan presidium kabinet No. 114/U/Kep/5/1967 dengan tujuan pokok BULOG yaitu untuk menjaga ketahanan pangan. Terbitnya Keppres No. 39 tahun 1969 tanggal 21 Januari 1969 merevisi tugas pokok BULOG dengan menambahkan tanggung jawabnya yaitu melakukan stabilitas harga beras, dan kemudian dilakukan peninjauan kembali dan ralat melalui terbitnya Keppres No.39 Tahun 1987, yang bertujuan untuk memaksimalkan tugas BULOG dalam upaya mendukung pengembangan komoditas dengan pangan multi komoditas. Selanjutnya, dilakukan revisi kembali melalui Keppres No. 103 tahun 1993 yang memperdalam tanggung jawab BULOG dalam hal koordinasi pembangunan komoditas pangan dengan tujuan peningkatan mutu gizi pangan, dengan penyerahan wewenang tanggung jawab Kepala BULOG yang merangkap sebagai Menteri Negara Urusan Pangan.
Pada tahun 1995, Keppres No 50 diterbitkan guna menstandardisaskan struktur organisasi BULOG yang bertujuan untuk memperjelas tugas pokok, fungsi serta tanggung jawab yang harus dilaksanakan oleh BULOG yang difokuskan terhadap peningkatan stabilisasi dan manajemen persediaan bahan pokok dan pangan masyarakat. Sesuai dengan Keppres tersebut, tanggung jawab BULOG adalah pengendalian kestabilan harga dan pengelolaan persediaan beras dan bahan pangan lainnya, secara direct dan indirect bertujuan untuk mencapai pemerataan akan pangan sesuai dengan kebijakan Pemerintah yang harus ditanggung oleh BULOG. Sesuai dengan kebijakan Keppres No. 45 tahun 1997, adanya pengurangan tugas BULOG terhadap komoditas yang dikelola BULOG hanya mencakup beras dan gula. Selanjutnya, terbitlah Keppres No 19 tahun 1998 pada tanggal 21 Januari 1998 yang mengembalikan tugas BULOG seperti semula yang sesuai dengan Keppres No 39 tahun 1968. Melalui Keppres No 19 tahun 1998, ruang lingkup komoditas yang ditangani BULOG kembali dipersempit seiring dengan kesepakatan yang diambil oleh Pemerintah dengan pihak IMF yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI) (Perum BULOG, 2018). Dalam Keppres tersebut, tugas pokok BULOG mulai dibatasi yaitu hanya untuk menangani komoditas beras. Himbauan pemerintah meminta BULOG untuk menuju pada suatu bentuk badan usaha melaui Keppres No. 29 tahun 2000, BULOG sebagai organisasi transisi (2003) menuju organisasi atau Perum yang bergerak dibidang jasa logistik disamping dengan tugas awalnya. Pada Keppres tersebut, tugas pokok BULOG adalah pelayanan di bidang manajemen logistik melalui pengelolaan persediaan, distribusi dan pengendalian kestabilan harga beras dengan mempertahankan Harga Pembelian Pemerintah-HPP, serta bisnis jasa logistik yang sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku. Selanjutnya terbitlah peraturan
9
Keppres No. 166 tahun 2000 yang di revisi Kembali menjadi Keppres No. 103 tahun 2000 dan mengalami perubahan kembali menjadi Keppres No. 3 tahun 2002 pada tanggal 7 Januari 2002 dengan tugas pokok BULOG yang masih sama dengan ketentuan dalam Keppres No. 29 tahun 2000. Selanjutnyaa perubahan terakhir dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah (PP) No. 7 tahun 2003 BULOG diresmikan menjadi (Perum) BULOG.
Amanah pemerintah terhadap BULOG sebagai perusahaan umum milik negara yang bergerak dibidang logistik pangan, BULOG memiliki tugas pokok untuk menjaga kestabilan bahan pokok khususnya komoditi beras, penyaluran beras untuk warga kurang mampu (miskin) yang disebut Raskin serta pengelolaan stok pangan. Beberpa tugas (Perum) BULOG adalah logistik/pergudangan, pemberantasan hama, penyediaan karung, usaha angkutan dan perdagangan komoditi pangan.
Lini Bisnis
Lini bisnis (Perum) BULOG adalah pelayanan publik yang berupa Movenas, Movereg dan Movelok adapun bisnis penjualan komoditi langsung atau komersial. Proses pendistribusian barang ke seluruh Indonesia dibantu oleh anak perusahaan BULOG sebagai Perusahaan Jasa Pelayanan Transportasi (PJPT), yaitu PT. Jasa Prima Logistik (JPL). Komoditas yang di distribusikan adalah dapat komoditas berbasis pangan, seperti beras, gula, dll ataupun berbasis pendukung atau non-pangan, seperti karung plastik ataupun kemasan dll. Perum BULOG juga akan melakukan penyewaan dan pemberdayaan asset seperti gudang melalui PT. Jasa Prima Logistik. Selain itu, Perum BULOG juga memiliki program bisnis berupa Rumah Pangan Kita (RPK), yaitu sebuah outlet penjualan komoditas BULOG oleh masyarakat melalui pembinaan oleh Perum BULOG. Perum BULOG juga mendukung kegiatas-kegiatan sosial ber-skala besar dibawah naungan Pemerintah seperti Bantuan Sosial ataupun Operasi Pasar Khusus (OPK) yang dilakukan untuk menjangkau masyarakat dengan ekonomi menengah kebawah agar terjamin ketersediaan pangannya. Dalam memperlancar keseluruhan lini bisnis BULOG memiliki mitra kerja yang akan membantu dalam pemenuhan ketersediaan bahan yang akan di produksi
2.2 Visi dan Misi Perum
2.2.1 Visi
“Menjadi perusahaan pangan yang unggul dan terpercaya dalam mendukung terwujudnya kedaulatan pangan.”
2.2.2 Misi
1. Menjalankan usaha logistik pangan pokok dengan mengutamakan layanan kepada masyarakat.
10
2. Melaksanakan praktik manajemen unggul dengan dukungan sumber daya manusia yang profesional, teknologi yang terdepan dan sistem yang terintegarasi.
3. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik serta senantiasa melakukan perbaikan yang berkelanjutan.
4. Menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas komoditas pangan pokok.
2.3 Logo Perusahaan
Berikut merupakan logo Perum BULOG dan makna masing-masing komponen yang terdapat pada logo terebut (Perum BULOG, 2018) :
Gambar 2. Logo Perum BULOG Arti setiap elemen pada logo:
1. Lambang matahari yang memiliki spektrum warna mencolok terang kuning kemerahan menggambarkan bahwa Perum BULOG menjadi basis dari kehidupan bangsa Indonesia yang multikultural. Semangat perubahan untuk menjadi perusahaan yang lebih profesional, transparan serta sehat juga tercermin dalam lambang matahari.
2. Refleksi substansial akan besar peranan perusahaan dalam upaya mewujudkan kesejahteraan bangsa Indonesia dilambangkan dengan tulisan BULOG berwarna biru kokoh. Bentuk huruf yang kokoh tersebut juga sebagai penggambaran bentuk fisik perusahaan solid dan kompak dalam mengelola misi yang telah dirancang. 3. Slogan atau disebut tagline berupa kalimat"Bersama Mewujudkan Kedaulatan
Pangan", dapat disertakan maupun tidak disertakan dalam logo.
2.4 Nilai – Nilai Perusahaan
Perum BULOG menjunjung tinggi nilai-nilai dalam menjalankan amanah tugas negara diantaranya adalah sebagai berikut (Perum BULOG, 2018) :
1. Integritas
Integritas merupakan sifat yang berarti kesesuaian ucapan dan perilaku harus konsisten serta koheren dengan norma juga prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik. Keberhasilan mewujudkan visi dan misi serta kelangsungan usaha wajib menerapkan Good Corporate Governance sebagai landasan.
11 2. Profesional
Profesional artinya adalah bertanggung jawab dan sesuai keahliannya berlandaskan kompetensi terbaik.
3. Dinamis
Dinamis menggambarkan Perum Bulog yang menjunjung nilai untuk selalu bersemangat dalam tumbuh dan berkembang menjadi yang terbaik.
4. Peduli
Peduli artinya memperhatikan, mencermati dan memenuhi kebutuhan serta memberi solusi terbaik kepada pihak yang memangku jabatan atau mengemban amanah yang cukup besar.
5. Totalitas
Nilai terakhir adalah totalitas yang berarti Perum BULOG memanfatkan dengan efisien seluruh kapasitas yang ada serta bekerja sama dalam mencapai visi dan misi perusahaan
2.5 Struktur Organisasi Perusahaan
Berikut adalah struktur Struktur organisasi Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora.
Gambar 3. Struktur Organisasi GBB. Tempel Lemahbang 202 Blora
Berikut merupakan tugas masing-masing divisi dalam struktur organisasi diatas: 1. Kepala Gudang
Kepala gudang memiliki tugas dan wewenang dalam mengorganisir seluruh karyawan atau staff dan bertanggung jawab penuh kepada Subdivre terhadap segala fungsi dan kegiatan didalam gudang.
12 2. Tata Usaha
Tata usaha memiliki tugas dan wewenang dalam urusan adminstrasi pergudangan, kepegawaian dan penyusunan dokumen serta pelaporan system informasi pergudangan.
3. Jurtim
Jurtim atau atau juru timbang memiliki tugas dan wewenang dalam kegiatan penimbangan, pencatatan dan perhitungan atas barang masuk dan keluar serta bertanggungjawab terhadap uji kesesuaian alat timbang serta maintenance kualitas barang komoditi perusahaan.
4. Kerani
Kerani memiliki tugas dan wewenang dalam pemisahan dan peletakkan barang komoditi serta urusan pemasukan, penyimpanan, pengeluaran barang komoditi Perum BULOG di gudang.
5. Staff
Staff memiliki tugas dan wewenang untuk membantu seluruh kegiatan di gudang meliputi administrasi dan kebutuhan urusan lainnya.
6. SIL
SIL memiliki tugas dan wewenang dalam menginput data baik dokumen proses pengadaan maupun pendistribusian
7. Satker
Satker atau satuan kerja memiliki tugas dan wewenang dalam mengawal proses pendistribusian dan pengurusan segala dokumen yang diperlukan untuk melakukan pendistribusian komoditi.
14
BAB 3 LANDASAN TEORI 3.1 Persediaan
Menurut (Widodo, 2005) didalam perusahaan, persediaan meliputi produk jadi (Finished Goods), barang masih dalam proses (Goods in process), bahan baku (Raw Material), persediaan bahan penolong, persediaan habis pakai, dan persediaan suku cadang. (Sofyan, 2004) menyatakan persediaan adalah satu kesatuan komponen yang mencakup keseluruhan barang yang dimiliki oleh perusahaan yang bertujuan untuk dijual pada suatu waktu, atau persediaan mengenai produk yang masih dalam pengerjaan atau proses dalam lini produksi, ataupun persediaan bahan baku dasar yang belum masuk proses produksi sehingga masih menunggu proses antrian untuk digunakan. (Arens, 2003) mengatakan bahwa fungsi persediaan mencakup arus fisik produk dan arus keseluruhan biaya yang dikeluarkan dalam proses, karena itu diperlukan adanya pengelolaan yang tepat untuk mengatur keduanya. Dilihat dari sudut pandang perusahaan, pada kondisi tertentu persedian dapat berarti investasi modal yang diperlukan dalam menyimpan material. (Nasution, 2008) mendefinisikan bahwa persediaan diartikan sebagai sumber daya yang menganggur atau menunggu antrean atau kelanjutan proses yang berupa produksi pada suatu lini perusahaan atau kegiatan pemasaran. Setiap perusahaan maupun manufaktur memerlukan persediaan untuk mengantisipasi apabila di suatu periode perusahaan menemui demand yang yang tiba-tiba melonjak drastis dari periode sebelumnya. Alasan yang mendasari bahwa perusahaan membutuhkan persediaan adalah peramalan permintaan yang tidak pasti ataupun lonjakan demand yang medadak, ketidakpastian pasokan dari supplier, serta ketidakpastian lamanya waktu pemesanan sampai barang sampai.
3.1.1 Jenis Persedian
Menurut jenisnya, persediaan dibagi menjadi lima jenis, yaitu:
1. Raw materials atau bahan baku, yaitu barang akan disimpan untuk kegiatan operasional perusahaan khususnya kegiatan proses produksi. 2. Purchased parts/components atau komponen rakitan, yaitu berupa
komponen yang akan dirakit oleh perusahaan untuk menghasilkan produk. 3. Supplies atau bahan pembantu atau penolong, merupakan barang yang
dibutuhkan dalam kegiatan produksi namun bukan termasuk komponen produk jadi.
4. Work in progress atau barang dalam proses yaitu barang yang sedang dalam proses pengerjaan atau produksi sehingga diperlukan kelanjutan proses agar menjadi produk jadi.
5. Finished goods atau produk jadi, meupakan barang yang sudah sampai tahap akhir proses dan siap didistribusikan sesuai dengan permintaan konsumen.
15 3.1.2 Fungsi Persediaan
Menurut fungsinya persediaan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu: 1. Fungsi Decoupling
Merupakan fungsi kebebasan yang dimiliki oleh suatu perusahaan (independence). Dengan adanya persediaan, diharapkan perusahaaan dapat memenuhi permintaan pelanggan tanpa bergantung terhadap supplier. 2. Fungsi Ekonomi Lot-Sizing
Penyimpanan persediaan perusaahan dapat mengolah sendiri dan membeli sumber daya dalam jumlah tertentu sehingga tercapai biaya minimum yang akan dibebankan setiap satuan produk.
3. Fungsi Antisipasi
Persediaan sebagai antisipasi jika flutuasi demand yang bisa diramalkan dengan pertimbangan data historis permintaan musiman yang melonjak. 3.1.3 Faktor- faktor Persediaan
Menurut (Riyanto, 2001) kapasitas persediaan yang diperlukan oleh perusahaan bergantung atas beberapa faktor berikut:
1. Jumlah yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kekurangan persediaan yang dapat memperlambat dalam arus proses produksi.
2. Jumlah produksi yang telah direncanakan
3. Jumlah pembeliaan bahan baku yang dilakukan utnuk mencapai biaya seminimal mungkin.
4. Perkiraan mengenai kenaikan harga bahan baku yang digunakan dalam proses produksi di suatu periode mendatang.
5. Peraturan-peraturan atau kebijakan pemerintah mengenai persediaan material
6. Biaya simpan dan tanggungan atas penyimpanan persediaan.
7. Lamanya bahan persediaan dapat rusak atau kualitas bahan yang menurun. 3.2 Economic Order Quantity (EOQ)
Economic Order Quantity (EOQ) merupakan metode yang mempertimbangkan kuantitas pembelian yang ekonomis dengan cara pembelian secara teratur dengan tujuan untuk mendapatkan biaya yang seminimum mungkin setiap kali proses pemesanan. Metode EOQ menganggap demand secara pasti dengan pemesanan yang dibuat secara konstan serta tidak adanya kekurangan persediaan. Pernyataan tersebut dikemukakan oleh (Rangkuti, 2007) mengenai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam metode EOQ, yaitu:
16
1. Tingkat permintaan yang konstan dan diketahui 2. Tidak adanya kehabisan persediaan
3. Bahan yang akan dipesan dan diproduksi pada satu periode 4. Biaya pemesan setiap unit adalah konstan
5. Barang yang dipesan adalah tunggal
Namun, dalam kondisi nyatanya keseluruhan anggapan tersebut tidak dapat dijadikan patokan keseluruhannya, bergantung dengan situasi dan kondisi di lapangangan perusahaan saat proses produksi berlangsung. Sehingga metode EOQ perlu pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi lapangan suatu perusahaan khususnya di lini produksi. Namun umumnya rumus EOQ dapat dirumuskan sebagai berikut:
EOQ =√2 ×RC ×D HC Keterangan:
EOQ : Kuantitas pesanan ekonomis setiap kali pesan (ton atau Kg). RC : Biaya pesan per unit barang (Rp).
D : Kuantitas beras yang dibutuhkan dalam satu periode tertentu (Kg). HC : Biaya penyimpanan untuk per satuan unit barang (Rp/Kg).
Dalam menghitung EOQ, dipengaruhi oleh beberapa biaya, yaitu Reorder Cost (RC) atau biaya pesan, dan Holding Cost (HC) atau biaya simpan dalam gudang. Biaya pesan adalah biaya yang digunakan untuk memesan sejumlah barang. Ada beberapa biaya yang perlu dipertimbangkan dalam menghitung EOQ, meliputi:
a. Biaya Pesan
Biaya pemesanan merupakan biaya yang dibebankan kepada perusahaan untuk melakukan proses pembelian dimulai dari perencanaan atau pengadaan, proses pemesanan, penerimaan, sampai dengan pemeriksaan barang yang dipesan. Maka dari itu bayaknya frekuensi pemesanan akan menyebabkan total biaya semakin besar. Adapun rumus biaya pemesanan adalah sebagai berikut
𝐶𝑟 = 𝐷 𝑄(𝑆) Keterangan:
Cr: Biaya pemesanan dalam satu periode (Rp)
D: Total kebutuhan atau permintaan dalam satu periode (Kg) Q: Kuantitas untuk setiap kali pemesanan (Kg)
17 S: Biaya untuk setiap kali pemesanan (Rp) b. Biaya Simpan
Biaya penyimpanan yaitu biaya yang dibebankan kepada perusahaan dalam menjaga kwalitas produk atau bahan yang disimpan sehingga tidak terjadi kerusakan dan menjamin kelancaran proses produksi selama satu tahun berdampak terhadap kerugian perusahaan.
Adapun rumus biaya simpan adalah: 𝐻𝐶 = 𝑄
2(𝐻) Keterangan:
HC: Holding cost setiap periode (Rp)
Q: Kuantitas untuk setiap kali pemesanan (Kg) H: Biaya simpan barang dalam gudang (Rp) c. Purchasing Order
Purchasing order atau biaya pembelian adalah harga atau biaya dari total produk yang dipesan. Adapun rumus untuk biaya pembelian adalah sebagi berikut.
𝑃𝑂 = 𝐷 × 𝐶 Keterangan:
PO: Biaya pembelian
D: Total kebutuhan atau permintaan dalam satu periode (Kg) C: Unit cost atau harga barang per unit kg (Rp)
Dari ketiga biaya tersebut maka perusahaan dapat memperkirakan total biaya yang akan dikeluarkan apabila melakukan pemesanan ulang. Adapun rumus untuk toal biaya persediaan adalah sebagai berikut.
Total Biaya Persediaan =(D
Q)S+ H( Q
2)+(D ×C)
Menurut (Almahdi, 2019) Dalam pengimplementasian metode EOQ, yang perlu diperhitungkan untuk menghitung biaya hanya yang relevan saja terhadap metode tersebut (Biaya Incremental). Biaya yang dapat diabaikan adalah biaya purchasing cost, karena biaya tersebut muncul tanpa harus bergantung pada banyaknya jumlah pemesanan, sehingga sesuai dengan tujuan awal EOQ adalah meminimasi biaya persediaan dengan komponen biaya ordering cost dan holding cost saja.
18 3.3 Kelemahan dan Keunggulan Metode EOQ
Didalam pengimplementasian metode EOQ dalam pengadaan persediaan tentunya juga memiliki kelebihan dan kelemahan yang akan diterima perusahaan. Berikut merupakan keunggulan apabila EOQ diterapkan dalam pengadaan persediaan pada perusahaan:
1. Perusahaan dapat menentukan kuantitas pemesanan bahan yang optimal, sehingga dapat memperkirakan beban biaya yang akan dibebankan setiap periode.
2. Dapat meminimalisir adanya hambatan pada proses produksi yang diakibatkan karena kekurangan persediaan bahan
3. Menanam modal yang berlebihan dalam pengadaan persediaan dapat dikurangi, sehingga dapat dilakukan pada bidang lainnya.
Selain itu, penerapan metode EOQ juga memiliki kelemahan, seperti:
1. Kurangnya data yang diperlukan, kecuali dengan adanya biaya dan waktu yang dapat dipertimbangakn dalam memenuhi komponen data.
2. Apabila biaya tiba-tiba berubah maka diperlukan perhitungan kembali
3. EOQ akan sangat baik dalam diimplementasikan apbila kondisi harga bahan tetap disetiap periodenya, namun pada kenyataanya perusahaan tidak dapat menantisipasi fluktuasi tersebut.
3.4 Reorder Point (ROP)
Menurut (Rangkuti F. , 2004) Reorder point adalah salah satu strategi dalam persediaan yang merupakan titik pemesanan yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan dengan pertimbangan adanya lead time dan safety stock.
Sedangkan menurut (Riyanto, 2001) Reorder point adalah suatu kondisi dimana perusahaan harus melakukan pesanan ulang atas material yang dibutuhkan untuk melakukan proses produksi, dengan maksud agar pada saat periode material yang dibuthkan akan selalu ada. Pada persediaan diatas safety stock sama dengan nol. Dengan beberapa faktor-faktor pertimbangan salah satunya adalah penggunaan material selama tenggat waktu mendapatkan barang (Procurement Leadtime)
Adapan rumus Reorder Point (ROP) adalah sebaagai berikut. 𝑅𝑂𝑃 = (𝐿𝑇 × 𝐷)
Keterangan:
ROP: Reorder Point (Ton) LT: Lead Time (Hari) D: Permintaan (Ton)
19
21
BAB 4 HASIL KERJA PRAKTIK
Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora merupakan kompleks pergudangan
BULOG dibawah pengawasan Perum BULOG Kantor Cabang Pati, Jawa Tengah. Dari pengamatan studi kasus di lapangan, dalam manajemen persediaan bahan produksi mereka masih bergantung terhadap mangsa panen padi para petani daerah. Apabila tepat di masa panen maka persediaan gudang akan sangat melimpah karena banyaknya mitra kerja BULOG yang menyalurkan hasil panen mereka ke gudang. Namun, apabila diluar masa panen padi maka persediaan di gudang menipis. Oleh sebab itu, BULOG memanfaatkan waktu masa panen untuk membeli padi sebanyak-banyaknya agar dapat mencukupi kebutuhan produksinya selama satu tahun. Kondisi wilayah Blora memilliki mangsa panen sebanyak dua kali dalam setahun, tentunya pengadaan perencanaan persediaan hanya dapat dilakukan dua kali dalam setahun dan terpaksa gudang harus siap melakukan penyimpanan produk dalam waktu yang lama untuk meminimalisir stock out. Pada kondisi nyata penyimpanan produk beras dalam kurun waktu yang sangat lama untuk mencukupi kebutuhan produksi mereka tentunya akan berdampak terhadap pembengkakan biaya penyimpanan, seperti biaya maintenance untuk menjaga kwalitas produk yang disimpan, biaya listrik, dan biaya lainnya.
Selain itu, untuk penyimpanan produk dalam volume yang besar pada masa panen, menyebabkan Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora harus menyewa gudang atau biasa disebut filial sehingga diperlukan biaya tambahan untuk melakukan kontrak sewa gudang tersebut selama periode penyimpanan yang berakibat terhadap pembengkakan biaya penyimpanan dan tetunya akan berpengaruh terhadap biaya total persediaan dalam setahun. Alur pengadaan beras yang dilakukan BULOG dapat melalui dua saluran dalam penyerapan produksi petani yaitu satuan tugas (SATGAS), Unit Pengolahan Gabah dan Beras (UPGB). Kedua saluran tersebut membeli gabah langsung dari petani dengan patokan HPP. Alur pengadaan beras dimulai dari Divre meminta Sub Divre untuk melakukan pengadaan beras. Setelah Sub Divre menerima perintah dari Divre, kemudian Sub Divre melakukan negosiasi kontrak dengan mitra kerja. Jika kontrak disetujui, maka Sub Divre akan mengirim Surat Perintah Terima Barang (SPTB) kepada gudang. Selanjutnya, Mitra Kerja akan mengirim beras ke gudang berdasarkan kontrak yang disetujui. Sebelum menerima beras, petugas survey di gudang akan mengecek kelayakan beras (survey kualitas) tersebut. Setelah itu, gudang akan menerima beras tersebut dan membuat laporan penerimaan barang.
Dalam mengantisipasi persediaan yang kurang pada gudang, pengadaan beras juga dilakukan melalui pertukaran antar Divre dan Sub Divre (Move Reg). Oleh karena itu, pada penelitian ini berusaha untuk menerapkan atau mengimplementasikan perhitungan persediaan beras menggunakan metode EOQ untuk mencapai total biaya pemesanan terendah disetiap periode pemesanannya. Dalam pembahasan hasil yang akan didapatkan dalam penerapan metode ini maka diperlukan adanya data historis yang berupa holding cost, reorder cost, harga perliter beras serta data persediaan beras untuk menguji kelayakkan metode EOQ dalam manajemen persediaan beras di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora.
22 4.1 Pengumpulan Data
Data didapatkan dari hasil wawancara pada kepada bagian pergudangan Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora. Data berupa historis jumlah persediaan beras pada tahun 2019 bulan Januari sampai dengan Desember dalam satuan ton. Dengan jumlah total permintaan dalam satu tahun yaitu sebesar 1.811.822 Ton dengan rata-rata permintaan setiap periodenya adalah sebesar 151.819 Ton. Data historis mengenai permintaan beras Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dapat dilihat pada Tabel 4.1
Tabel 4. 1 Data Historis Permintaan Beras Tahun 2019
Sumber: (Divisi Pergudangan, 2020)
4.2 Asumsi Biaya Pemesanan dan Biaya Penyimpanan
Dikarenakan data mengenai biaya yang dikeluarkan Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora bersifat sangat rahasia, maka data biaya pemesanan dan penyimpanan didapatkan dari beberapa literatur jurnal yang telah dipublikasikan dan asumsi penulis dengan mempertimbangkan beberapa hal seperti biaya rata-rata perkiraan kasaran pengeluaran gudang yang sebelumnya didapatkan dari interview atau wawancara dengan divisi pergudangan Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora. Perkiraan biaya yang di asumsikan penulis dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4. 2 Asumsi Biaya dalam Rupiah
Periode Bulan Demand (Ton)
1 Januari 116.643 2 Februari 92.235 3 Maret 89.536 4 April 127.924 5 Mei 130.628 6 Juni 175.410 7 Juli 184.410 8 Agustus 181.366 9 September 188.944 10 Oktober 180.431 11 November 178.183 12 Desember 176.112 1.821.822 151.819 Total Rata-rata Rincian Keterangan
Biaya Telepon Rp350.000 /bulan
Biaya Bongkar muat Rp15.000 /ton
Dokumen Surat Rp8.500.000 Satu tahun
Biaya Transport - Ditanggung Mitra
Biaya Tenaga Kerja Rp4.500.000 Setiap Karyawan
Biaya Listrik Gudang Rp1.250.000 Dalam satu bulan
Biaya Perawatan Rp2.500.000 Sekali Proses
23 4.3 Pengolahan dan Analisis Data
4.3.1 Grafik Permintaan Beras Tahun 2019 dalam Ton
Gambar 4 Grafik Permintaan Beras GBB Tempel Lemahbang 202 Tahun 2019
Interpretasi grafik diatas berdasarkan data permintaan beras tahun 2019 menunjukkan bahwa demand pada periode awal memiliki peningkatan dan penuruann yang tidak terlalu drastis dan cenderung konstan pada tujuh priode akhir yaitu pada bulan juni sampai dengan desember. Dengan kata lain permintaan beras pada Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora pada tahun 2019 layak untuk diprediksi persediaan beras dengan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ).
4.3.2 Jumlah Pengadaan Rata-rata Tahun 2019
Jumlah pengadaan rata-rata beras Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora pada tahun 2019 adalah sebagai berikut:
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑘𝑒𝑏𝑢𝑡𝑢ℎ𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟𝑠𝑒𝑑𝑖𝑎𝑎𝑛 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑠 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑓𝑟𝑒𝑘𝑢𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑎𝑑𝑎𝑎𝑛 𝑠𝑒𝑙𝑎𝑚𝑎 𝑠𝑒𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 = 1.821.822 ton 12 kali = 151.819 ton 4.3.3 Biaya Pemesanan
Biaya pemesanan yaitu biaya yang ditanggung oleh perusahaan untuk melakukan proses pengadaan beras dari mitra kerja. Adapun biaya pengadaan yang harus dikeluarkan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora meliputi:
a. Biaya Telepon
Merupakan biaya yang perlu dibebankan atas jasa komunikasi dalam pengadaan transaksi proses pemesanan beras. Biaya telepon yang dikeluarkan selama 12 periode pada tahun 2019 yaitu sebesar Rp.4.200.000 sehingga untuk biaya telfon setiap tonnya adalah:
50.000 100.000 150.000 200.000 D E M A N D B E R A S G B B T E M P E L L E M A H B A N G 2 0 2 B L O R A T A H U N 2 0 1 9
24 Biaya telepon = 𝑅𝑝 4.200.000
1.821.822 𝑡𝑜𝑛
= 𝑅𝑝 2,305/ ton b. Biaya Bongkar Muat
Merupakan biaya yang perlu dibebankan kepada perusahaan atas jasa pemakaian tenaga kerja untuk pemindahan beras yang diangkut dari truk ke gudang. Adapun biaya bongkar muat yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebesar Rp 15.000/ton
c. Biaya Transportasi
Sesuai dengan kesepakatan biaya transportasi pada Gudang Bulog akan ditanggung oleh mitra kerja yang menyerahkan berasnya ke gudang. Dari seluruh uraian mengenai komponen biaya pemesanan diatas maka rekapitulasi biaya pemesanan yang perlu dikeluarkan perusahaan untuk sekali pemesanan setiap ton adalah:
Tabel 4.3. 1 Rekapitulasi Biaya Pemesanan
4.3.4 Biaya Penyimpanan
Biaya penyimpanan merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora karena adanya penyimpanan barang di gudang. Apabila jumlah barang yang disimpan dalam gudang semakin banyak maka biaya simpan juga akan semakin tinggi. Biaya penyimpanan tidak terpengaruh dengan jumlah frekuensi pengadaan barang yang dilakukan perusahaan. Komponen biaya penyimpanan yang perlu dikeluarkan oleh perusahaan, meliputi:
a. Biaya Penyusutan Gudang
Dalam kasus penelitian persediaan beras tahun 2019 ini Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora tidak mengeluarkan biaya karena keseluruhan beras disimpan dalam Gudang Bulog sendiri.
b. Biaya Tenaga Kerja
Merupakan biaya yang dibebankan perusahaan atas jasa karyawan gudang dalam keseluruhan proses mulai dari perencanaan pengadaan, pengaturan dan penyimpana beras dalam 12 periode pada tahun 2019. Gudang Bulog Baru. Tempel Lemahbang 202 Blora memiliki 7 orang tenaga kerja dengan
No. Jenis Biaya Rincian Keterangan
1 Biaya Telepon Rp 2,305 sekali pesan/ton
2 Biaya Bongkar Muat Rp 15.000 sekali pesan/ton
3 Dokumen Surat Rp 5 sekali pesan/ton
15.007
Rp sekali pesan/ton Jumlah
25
asumsi gaji sebesar Rp 4.500.000/bulan. Sehingga biaya tenaga kerja dalam setahun adalah:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 = 𝑅𝑝 4.500.000 × 7 𝑂𝑟𝑎𝑛𝑔 × 12 𝐵𝑢𝑙𝑎𝑛 = 𝑅𝑝 378.000.000/tahun
c. Biaya Perawatan Gudang
Merupakan biaya yang dilkeluarkan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora untuk jada perawatan dan pembersihan gudang. Biaya yang ditanggung gudang dalam setiap kali perawatan dan pembersihan adalah sebesar Rp 2.500.000 setiap periodenya. Sehingga biaya perawatan dan pembersihan yang dibebankan perusahaan dalam setahun untuk gudang adalah sebesar:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑃𝑒𝑟𝑎𝑤𝑎𝑡𝑎𝑛 𝐺𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 = 𝑅𝑝 2.500.000 × 12 = 𝑅𝑝 30.000.000/tahun d. Biaya Listrik Gudang
Merupakan biaya yang dikeluarkan Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dalam hal pemakaian listrik yang digunakan untuk penerangan listrik gudang dan penggunaan alat listrik lainnya. Biaya tersebut adalah sebesar:
𝐵𝑖𝑎𝑦𝑎 𝐿𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖𝑘 𝐺𝑢𝑑𝑎𝑛𝑔 = 𝑅𝑝 1.250.000 × 12 = 𝑅𝑝 15.000.000/𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
Dari keseluruhan uraian mengenai komponen biaya penyimpanan Gudang Bulog Baru. Tempel Lemahbang 202 Blora diatas maka diperoleh rekapitulasi biaya penyimpanan dalam setahun
Tabel 4.3. 2 Biaya Penyimpanan
4.4 Pengolahan Data
4.4.1 Perhitungan Persediaan Ekonomis
Dalam penetuan jumlah pemesanan ekonomis persediaan beras yang seharusnya diterapkan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora yang akan disimpan pada gudang dengan beberapa pertimbangan rincian sebagai berikut:
No. Jenis Biaya Rincian Keterangan
1 Biaya Penyusutan Gudang Rp - Tidak ada
2 Biaya tenaga Kerja Rp 378.000.000 / tahun
3 Biaya Listrik Rp 15.000.000 / tahun
4 Biaya Perawatan dan lainnya Rp 30.000.000 / tahun
423.000.000
Rp / tahun
Rp233 /ton
Jumlah Biaya Perton
26
1. Data jumlah persediaan beras Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora pada periode tahun 2019 adalah sebesar 1.821.822 ton (D). 2. Biaya pemesanan sebesar Rp 15.007 per ton dalam sekali pesan (RC). 3. Biaya penyimpanan beras di gudang sebesar Rp 233 per ton. (HC). Berdasarkan data diatas, kuantitas pemesanan persediaan beras yang ekonomis menggunakan metode EOQ dhitung sebagai berikut:
Tabel 4.4 1 Perhitungan Jumlah Pemesanan Beras Ekonomis dengan Metode EOQ
Dengan perhitungan sebagai berikut: EOQ =√2 ×RC ×D
HC
EOQ =√2 ×Rp 15.007 ×1.821.822 ton Rp 233
EOQ = 15.319,4 Ton
Sehingga frekuensi pengadaan pemesanan yang seharusnya dilakukan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang selama satu tahun sebagai berikut: Frekuensi Pengadaan Pemesanan Beras= Total Demand Beras
EOQ Frekuensi Pengadaan Pemesanan Beras = 1.821.822 Ton
15.319,4 Ton
Frekuensi Pengadaan Pemesanan Beras = 119 kali dalam setahun
Periode pemesanan atau jarak antar pemesanan selama 1 periode tahap X adalah sebagai berikut:
Periode Pengadaan Pemesanan = Total Hari Kerja
Frekuensi Pengadaan Pemesanan Beras Periode Pemesanan = 280 Hari
119 Kali Periode Pemesanan = 2 Hari sekali
Sesuai dengan penjabaran perhitungan di atas, maka Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora seharusnya dapat direalisasikan pengadaan
Demand (Ton) Biaya Simpan (Perton) Biaya Pemesanan (Perton) Hari Kerja (Hari) EOQ (Ton) Frekuensi Pengadaan Periode Pemesanan (Hari) 1.821.822 Rp233 Rp 15.007 280 15319,4 119 2
27
pemesanan beras pada tahun 2019 dengan demand sebesar 1.821.82ton untuk disimpan pada gudang dan jumlah pemesanan yang ekonomis sebesar 15.319,4 Ton untuk setiap kali melakukan pemesanan. Dengan frekuensi pemesanan untuk perhitungan EOQ sebesar 119 kali pemesanan dalam setahun.
4.4.2 Total Biaya Persediaan
Total biaya persediaan dapat dihitung dengan penambahan antara komponen biaya incremental yang berupa order cost dan holding cost saja dengan mengabaikan unit cost, dikarenakan unit cost timbul tanpa bergantung dengan frekuensi pemesanan, sehingga tujuan meminimasi biaya persediaan sesuai dengan order cost dan holding cost saja (Indra Almahdi, 2019). Berikut adalah komponen biaya tersebut:
1. Data jumlah persediaan beras Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora pada periode tahun 2019 adalah sebesar 1.821.822 ton (D).
2. Jumlah pemesanan ekonomis beras pada tahun 2019 adalah sebesar 15.319,4 Ton (Q).
3. Order cost atau biaya pemesanan beras adalah sebesar Rp 15.007 per ton (S).
4. Holding cost atau biaya penyimpanan beras Rp 233 per ton (H). Berdasarkan data diatas, total biaya persediaan ekonomis adalah: Dengan penjabaran perhitungannya adalah sebagai berikut:
Total Biaya Pengadaan=(D
Q)S+H( Q
2) Total Biaya Pengadaan =(1.821.822 Ton
15.319,4 Ton) (Rp 15.007)+Rp 233 (
15.319,4 Ton
2 )
Total Biaya Persediaan = Rp 3.569.417-, Dalam sekali pemesanan Total Biaya Persediaan = Rp 3.569.417 × 119 kali
= Rp 424.484.526 dalam setahun
Berdasarkan hasil penjabaran perhitungan diatas, maka total biaya persediaan yang harus dikeluarkan Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora berdasarkan hasil perhitungan EOQ adalah sebesar Rp 3.569.417-, dalam sekali pemesanan dan Rp. 424.484.526 dalam setahun dengan frekuensi pemesanan sebanyak 119 kali.
4.4.3 Perhitungan Reorder Point (ROP)
Dalam melakukan proses pengadaan pemesanan beras Gudang Bulog Baru memerlukan waktu tunggu atau leadtime yaitu etika barang atau produk dipesan sampai dengan tiba di gudang yaitu maksimal selama 5 hari. Dengan
28
total demand selama satu tahun atau 280 hari kerja yaitu sebesar 1.821.822 Ton, maka diperoleh hasil ROP sebagai berikut:
Tabel 4.4 2 Perhitungan Reorder Point
𝑅𝑂𝑃 = 𝐿𝑇 𝑥 𝐷
= 0,018 𝑥 1.821.822 𝑇𝑜𝑛 = 32.533 𝑇𝑜𝑛
4.5 Analisis Pengolahan Data
4.5.1 Analisis Perhitungan Sistem Persediaan
Dari penjabaran hasil perhitungan menggunakan metode EOQ (Economic Order Quantity, dengan jumlah demand beras Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora pada tahun 2019 yakni sebesar 1.821.822 ton menghasilkan jumlah pesanan ekonomis sebesar 15.319,4 Ton dengan frekuensi pemesanan sebanyak 119 kali dalam setahun. Sedangkan, pada kondisi nyatanya dalam pengadaan persediaan beras tahap Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dilakukan dengan 12 periode pemesanan dengan rata-rata pemesanan sebesar 151.819 dengan kedatangan sebagai berikut.
Tabel 4.5 1 Jumlah kedatangan beras ke gudang
4.5.2 Analisis Total Biaya Persediaan
Berdasarkan hasil penjabaran perhitungan mengenai biaya total persediaan yang dikeluarkan apabila mengimplementasikan metode EOQ menggunakan rumus Total Biaya Persediaan, maka biaya persediaan yang dikeluarkan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora adalah sebesar Rp 3.569.417-, dalam sekali periode pemesanan sehingga dengan adanya frekuensi
Lead Time (Hari) Lead Time (pertahun) Demand (280 Hari) ROP ( LT x D ) 5 0,017857143 1.821.822 Ton 32.533 Ton
Periode Bulan Pengadaan
(Ton) 1 Januari 151.819 2 Februari 151.819 3 Maret 151.819 4 April 151.819 5 Mei 151.819 6 Juni 151.819 7 Juli 151.819 8 Agustus 151.819 9 September 151.819 10 Oktober 151.819 11 November 151.819 12 Desember 151.819 1.821.828 Total
29
pemesanan yang harus dilakukan sebanyak 119 kali dalam setahun dengan periode pemesanan setiap 2 kali sehari dengan jumlah yg dipesan sebanyak 15.319,4 ton dalam sekali pesan maka diperoleh beban biaya persediaan yang ditanggung oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora adalah sebesar Rp 424.482.526 dalam setahun. Adapun kondisi nyata yang telah direalisasikan oleh Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dengan melakukan pengadaan pemesanan beras selama 12 periode dengan rata-rata pemesanan sebanyak 151.819. Pada perhitungan total biaya persediaan ini, yang menjadi faktor penentu besar kecilnya biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan adalah banyaknya pengulangan pemesanan dalam setahun dan banyaknya jumlah atau kuantiti yang harus dipesan setiap kali pesan, jika semakin banyak kuantitas jumlah pemesanan, maka biaya simpan rata-ratanya akan semakin besar. Dampaknya adalah hasil pengimplementasian menggunakan metode EOQ akan menghasilkan frekuensi pemesanan yang semakin kecil, sehingga pengulangan pemesanan akan mengecil dan biaya yang dikeluarkan untuk pemesanan dapat diminimumkan.
4.5.3 Analisis Reorder Point (ROP)
Sesuai dengan penjabaran perhitungan ROP yang didapatkan yaitu sebesar 32.533 ton sehingga melebihi besarnya kapasitas EOQ sebesar 15.319,5 Ton yang harus dipesan. Hal tersebut dipengaruhi oleh demand yang terlalu tinggi dalam waktu yang singkat atau pendek. Selain itu kebijakan (perum) BULOG dengan system vertikal atau berdasarkan perintah pimpinan pusat dengan dalih menjaga kestabilan pangan masyarakat, maka demand tidak mempertimbangkan atas kebutuhan biaya yang dikeluarkan dalam proses pengadaan persediaan.
30
32
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan
Berdasarkan seluruh tahapan penelitian yang telah penulis lakukan pada Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Jumlah pengadaan pemesanan beras yang dilakukan Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora pada tahun 2019 adalah sebesar 1.821.822ton dengan jumlah frekuensi pengadaan pemesanan sebanyak 12 kali dengan rata-rata jumlah yang dipesan sebesar 151.819 ton. Sedangkan apabila mengimplemetasikan perhitungan dengan metode EOQ (Economic Order Quantity) maka pemesanan pengadaan ekonomis beras Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang Blora dalam setahunnya dapat melakukan frekuensi pemesenan pengadaan beras sebanyak 119 kali dengan periode pemesanan dilakukan setiap 2 kali sehari sekali dalam 280 hari kerja. 2. Total biaya persediaan beras tahun 2019 yang dikeluarkan oleh Gudang Bulog Baru
Tempel Lemahbang 202 Blora dengan mengimplementasian perhitungan persedian metode EOQ (Economic Order Quantity) maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 3.569.417-, dalam sekali pemesanan dan sebesar Rp 424.482.526 dalam setahun 3. Secara keseluruhan pengimplementasian perhitungan pengadaan persediaan beras
dengan metode EOQ (Economic Order Quantity) pada Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang 202 Blora dapat dilakukan dan menghasilkan biaya yang lebih murah dalam setiap kali pesan, hal tersebut dapat meringankan beban biaya bagi perusahaan akan tetapi perlu adanaya penyesuaian dan pengkajian ulang untuk meminimumkan biaya yang harus dikeluarkan perusahaan dalam setahun. Beberapa hal juga harus dipertimbangkan ulang mengenai kesiapan pemasok atau mitra kerja disini sebagai supplier dalam mememnuhi kebutuhan beras di Gudang Bulog Baru Tempel Lemahbang, pasalanya kondisi cuaca yang tidak tentu sehingga banyak pemasok atau mitra kerja yang tidak dapat memastikan kapan barang yang dipesan dapat datang sesuai dengan hasil perhitungan EOQ yaitu setiap 2 kali sehari dilakukan pemesanan.
5.2 Saran
Berdasarkan beberapa penjabaran kesimpulan diatas, penulis dapat memberikan sejumlah saran yang dapat digunakan sebagai pertimbangan instansi dalam menentukan kebijakan atau keputusan pengadaan persediaan beras yang akan datang, yaitu:
1. Pihak instansi dapat mengoptimalkan beberapa pengembangan metode yang dapat digunakan untuk melakukan pengadaan persediaan beras di periode selanjutnya, agar didapatkan biaya persediaan yang lebih efisien.
2. Pihak instansi dapat memperhatikan dan mengkaji ulang mengenai jumlah ekonomis yang dapat dipesan dalam melakukan pengadaan persediaan beras di periode mendatang, dan memperhatikan biaya pemesanan serta biaya simpan
33
3. Pihak instansi dapat melakukan forecasting terlebih dahulu sesuai dengan data historis permintaan sebelumnya. Namun dalam hal ini diperlukan kebijakan dari pusat dikarenakan Perum BULOG hanya menjalankan tugas dari pemerintah dengan mengikuti aturan kuota demand yang sudah ditentukan sebelumnya.
Berdasarkan pengalaman yang sudah didapat penulis, saran penulis kepada peneliti selanjutnya adalah:
1. Menggunakan metode lain selain EOQ yang lebih optimal dan data mengenai kasaran biaya atau asumsi sesuai dengan kondisi nyata.
2. Mengambil data demand dengan range waktu yang lebih panjang sehingga perhitungan yang dihasilkan akan lebih detail
3. Mencari data yang valid atas pertimbangan beberapa faktor yang mempengaruhi pemesanan baras seperti cuaca yang berdampak terhadap banyaknya hasil panen di periode tertentu.
34
DAFTAR PUSTAKA
Almahdi, I. (2019). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Jakarta. Arens, d. (2003). Auditing and Issurance. Yogyakarta: Panapersada.
bulog.co.id. (2016). Sedikit Lemak, Ini Penampakan Daging Kerbau India Yang Diimpor BULOG. (M. Idris, Ed.) Retrieved Agustus 10, 2020, from http://www.bulog.co.id/berita/37/5669/10/9/2016/Sedikit-Lemak,-Ini-Penampakan-Daging-Kerbau-India-Yang-Diimpor-Bulog.html
Divisi Pergudangan, G. (2020, Agustus 21). Data Historis Persediaan Beras GBB.Tempel Lemahbang 202 Blora Tahun 2019.
Donald Walters. (2003). Inventory Control and Management. Chicester, West Sussex, England: John Wiley & Sons Ltd.
Eunike, Agustina et.all. (2018). Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan. Malang: UB Press.ews.kemendag.go.id. (2019, Juli 11). Mencukupkan Konsumsi Daging. (ews.kemendag.go.id, Ed.) Sistem Pemantauan Pasar Kebutuhan Pokok
(SP2KP). Retrieved Agustus 09, 2020, from
https://ews.kemendag.go.id/berita/NewsDetail.aspx?v=7812#:~:text=Menurut%20d ata%20Organisation%20for%20Economic,0%2C4%20kg%20daging%20kambing. Indra Almahdi. (2019). Perencanaan dan Pengendalian Produksi. Retrieved Agustus 13,
2020, from mercubuana.ac.id:
http://mercubuana.ac.id/files/PerencanaanPengendalianProduksi/17040501_PPP-MPC_INDUSTRI_09_MODULN_Indra%20Almahdy.pdf
Irsyanda, M. Alief. (2018). Analisis Persediaan Beras pada Perum Bulog Divisi Regional Sumatera Utara. Repositori Institusi USU. Retrieved Oktober 16, 2020, from https://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/9639
Nasution, A. H. (2008). Perencanaan dan Pengendalian Produksi Edisi Pertama. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Nur Fitriani, Ria Puspa Yusuf dan I Ketut Rantau. (2014, Januari 1). Analisis Persediaan Beras Di Perusahaan Umum BULOG Divisi Regional Nusa Tenggara Timur. E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata, 3. Retrieved Oktober 16, 2020, from http://ojs.unud.ac.id/index.php/JAA
paper.id. (2019, September 19). Economic Order Quantity, Pengertian dan Cara Menghitungnya. (D. Nugraha, Editor) Retrieved Agustus 10, 2020, from paper.id:
https://www.paper.id/blog/tips-dan-nasihat-umkm/economic-order-quantity/#:~:text=Biaya%20pemesanan%20merupakan%20dana%20yang,pada%20 jumlah%20barang%20yang%20dipesan.
Perum BULOG. (2018). Logo Perusahaan. Retrieved Agustus 11, 2020, from BULOG: http://bulog.co.id/logo.php
Perum BULOG. (2018). Nilai - Nilai Perusahaan. Retrieved Agustus 11, 2020, from BULOG: http://bulog.co.id/nilaidasar.php
Perum BULOG. (2018). Perencanaan dan Pengembangan Uusaha. Retrieved Agustus 11, 2020, from BULOG: http://bulog.co.id/ppu.php
Perum BULOG. (2018). Sejarah Perusahaan. Retrieved Agustus 11, 2020, from BULOG: http://bulog.co.id/sejarah.php
Perum BULOG. (2018). Visi dan Misi. Retrieved Agustus 11, 2020, from BULOG: http://bulog.co.id/visimisi.php
Rangkuti, F. (2004). Flexible Marketing. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Reksohadiprojo, Sukanto, Gitosudarmo, dan Indriyo. (2009). Manajemen Produksi (Edisi 2 ed.). Yogyakarta: Yogyakarta-BPFE UGM.
Riyanto, B. (2001). Dasar-dasar Pembelajaran Perusaah: Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Sofyan, A. d. (2004). Manajemen Produksi dan Operasi Edisi Revisi 2004. Jakarta: Lembaga Penerbit FE-UI.
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI TEKNIK LOGISTIK
LAMPIRAN