Analisis Indeks Kekompakan Bentuk Wilayah Terhadap Laju Pertumbuhan
Studi Kasus: Daerah Kabupaten/Kota Pesisir di Jawa Barat
(Analysis of Compactness Index Area due to Regency Growth Rate
Case Study: Coastal Regency Area in West Java)
Muhammad Ramdhan*
*Peneliti Muda pada Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Pesisir Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan
Jalan Pasir Putih I Ancol Timur 14430 Jakarta – Indonesia Telp/Fax: +62 21 64711654 email : m.ramdhan@kkp.go.id
Abstrak
Jawa Barat adalah provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia, di provinsi ini terdapat 11 kabupaten/kota yang memiliki wilayah pesisir. Makalah ini akan memaparkan penilaian indeks kekompakan area dari wilayah pesisir di Jawa Barat dan hubungannya dengan keberhasilan pembangunan di wilayah tersebut, dilihat dari segi laju pertumbuhan produk domestik regional bruto. Dari 11 kabupaten/kota pesisir yang ada di provinsi Jawa Barat terdapat 3 wilayah yang memiliki nilai indeks kekompakan area dengan kategori baik/kompak. Wilayah tersebut adalah Kabupaten Sukabumi, Kabupaten Subang dan Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang memiliki laju pertumbuhan PDRB yang paling tinggi dibanding dengan kabupaten/kota pesisir di Jawa Barat lainnya yaitu sebesar 8,15%.
Kata kunci: Indeks Kekompakan, Bentuk Wilayah, Pesisir Jawa Barat. Abstract
West Java is the most populous province in Indonesia, in this province there are 11 regency that have coastal areas. This paper will describe valuation of compactness index area of coastal areas in West Java and its relation due to the success of development in the region, in terms the rate of growth of gross regional domestic product. From the 11 coastal regency in the province of West Java, there are three areas that have a compactness index value area with a good category. The region are Sukabumi, Subang and Karawang. Karawang regency has the highest growth rate compared with the other regency on the coast of West Java, with the amount of 8.15%.
Keywords: Compactness Indeks, Shape area, Coastal of West Java.
Pendahuluan
Wilayah didefinisikan sebagai suatu unit
geografis dengan batas-batas spesifik
dimana komponen-komponennya memiliki
arti dalam pendeskripsian fenomena,
perencanaan
dan
pengelolaan
sumberdaya
pembangunan
(Rustiadi,
2009). Bentuk dari suatu wilayah dapat
menentukan strategi penataan ruang
regional terkait dengan kebijakan sektor
transportasi, infrastruktur, ekonomi dan
lain sebagainya.
Olmedo (2008) membagi pola bentuk
wilayah kabupaten/kota dapat menjadi tiga
kategori utama yaitu: dispersed city,
compact
city,
dan
polycentric
development. Suatu kota dengan pola
yang
kompak
dapat
memberikan
keuntungan berupa relatif rendahnya
dampak lingkungan dan sosial yang
ditimbulkan
oleh
transportasi
umum
disebabkan adanya kohesi keterhubungan
sosial dengan fasilitas-fasilitas umum,
efisiensi dari jaringan infrastruktur dan
optimalisasi kebutuhan lahan.
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang terbesar di dunia. Indonesia memiliki
13.466 pulau yang terdaftar di PBB
(TNPNR,
2012).
Sebagai
negara
kepulauan yang 60% penduduknya tinggal
di
wilayah
pesisir
(www.kehati.or.id),
penataan
ruang
regional
untuk
pembangunan wilayah pesisir menjadi
sangat penting. Jawa Barat adalah
provinsi
dengan
jumlah
penduduk
terbanyak di Indonesia, di provinsi ini
terdapat
11
kabupaten/kota
memiliki
wilayah
pesisir.
Makalah
ini
akan
memaparkan compactness area index
(Indeks Kekompakan area) dari wilayah
pesisir di Jawa Barat dan hubungannya
dengan keberhasilan pembangunan di
wilayah tersebut.
Keberhasilan
pembangunan
seringkali
dikaitkan
dengan
Produk
Domestik
Regional Bruto (PDRB) suatu wilayah.
PDRB menggambarkan nilai tambah
barang
dan
jasa
yang
dihitung
menggunakan harga pada tahun berjalan,
sedang PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan
jasa tersebut yang dihitung menggunakan
harga yang berlaku pada satu tahun
tertentu sebagai tahun dasar. PDRB
menurut harga berlaku digunakan untuk
mengetahui kemampuan sumber daya
ekonomi,
pergeseran,
dan
struktur
ekonomi suatu wilayah (
www.bi.go.id
).
Metodologi
Gambar
1.
adalah
peta
dari
kabupaten/kota pesisir yang terdapat di
Provinsi
Jawa
Barat.
Ada
11
kabupaten/kota yang akan diperiksa nilai
indeks
kekompakan
area-nya
yaitu:
Cianjur, Ciamis, Tasikmalaya, Garut,
Sukabumi,
Kota
Cirebon,
Cirebon,
Indramayu,
Subang,
Karawang
dan
Bekasi. Peta yang digunakan bersumber
pada peta rupa bumi Indonesia skala
1:250.000
dari
badan
informasi
geospasial.
Gambar 1. Area Studi
Nilai indeks kekompakan area akan
dihitung
berdasarkan
Related
Circumscribing Circle (Baker-Cai, 1992
dan McGarigal, 2014). Indeks ini
merupakan angka yang diperoleh dari
pengurangan angka 1 dengan hasil bagi
dari luas area dari suatu wilayah dengan
luas
area
lingkaran
terkecil
yang
melingkupi wilayah tersebut. Adapun
nilainya berada pada rentang 0 s.d 1,
dimana
semakin
kecil
nilai
indeks
menunjukkan bahwa wilayah tersebut
semakin kompak. Nllai ini akan dihitung
menggunakan bantuan software Fragstats
4.2. Formula yang digunakan adalah
sebagai berikut:
= 1 −
...(1)
dimana RCC : Indeks kekompakan area
ai: Luas area di wilayah ke-i
Ai: Luas area lingkaran terkecil
yang melingkupi wilayah ke-i
Gambar 2. dan tabel 1. menggambarkan
hasil perhitungan indeks kekompakan
area di wilayah kabupaten pesisir provinsi
Jawa Barat. Nilai tertinggi adalah 0.6885
yang
merupakan
nilai
RCC
dari
Kabupaten
Ciamis.
Nilai
terendah
diperoleh Kabupaten Subang dengan
RCC sebesar 0.4605.
Tabel 1. Kabupaten/kota pesir Jawa Barat Beserta Indeks kekompakan wilayahnya
No
Kabupaten/
Kota
Luas
(Km
2)
RCC
1 Cianjur
3595.02
0.5784
2 Ciamis
2726.94
0.6885
3 Tasikmalaya
2658.37
0.5732
4 Garut
3095.98
0.5528
5 Sukabumi
4160.53
0.4936
6 Kota Cirebon
38.54
0.6418
7 Cirebon
1074.20
0.6784
8 Indramayu
2094.77
0.5514
9 Subang
2170.26
0.4605
10 Karawang
1915.32
0.4780
11 Bekasi
1267.24
0.6245
Data laju PDRB di jawa barat diperoleh
dari BPS (2012). Seperti terlihat pada
tabel 2. Rata-rata laju pertumbuhan PDRB
dihitung dari data PDRB tiga tahun: 2009,
2010 dan 2011. Adapun laju tertinggi
sebesar 8,15% terjadi di kabupaten
Karawang. Laju terendah sebesar 3,60%
terjadi di Kabupaten Indramayu.
Tabel 2. Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 di Kabupaten/Kota Pesisir di Provinsi Jawa Barat (dalam %) Gambar 2. Hasil penghitungan Related Circumscribing Circle (RCC) yang digunakan sebagai
Hasil dan Pembahasan
Kabupaten pesisir di jawa barat memiliki
rentang nilai indeks kekompakan area
antara 0.4605 - 0.6885. Nilai indeks akan
dikategorikan berdasar pada klasifikasi
pengindeksan normal 4 kelas, dimana nilai
0 – 0.25 dikategorikan sebagai area yang
sangat kompak, selanjutnya nilai 0.26 –
0.50 adalah area yang kompak. Nilai
0.51-0.75 dikategorikan sebagai area yang
kurang kompak dan nilai 0.76- 1.00
dikategorikan sebagai area yang tidak
kompak. Maka diperoleh wilayah yang
masuk
kategori
kompak
adalah:
Sukabumi, Subang dan Karawang. Untuk
wilayah kabupaten/kota pesisir lainnya
terkatagorikan
sebagai
wilayah
yang
kurang kompak.
Adapun nilai PDRB Kabupaten Karawang
menunjukkan nilai pertumbuhan yang
paling
tinggi
dibandingkan
dengan
kabupaten/kota pesisir lainnya. Hal ini
mendukung teori penataan wilayah yang
menyatakan bahwa kekompakan bentuk
suatu wilayah dapat mendukung terjadinya
pertumbuhan yang baik. Namun untuk
wilayah Sukabumi dan Subang tidak
menunjukkan hubungan yang signifikan
dari
bentuk
kekompakan
wilayahnya
dengan laju PDRB. Pengaruh kedekatan
dengan ibu kota Jakarta mungkin dapat
menjelaskan mengapa hal ini terjadi.
Dari Tabel 3. dan Gambar 3. terlihat
bahwa
wilayah
Cianjur,
Ciamis,
Tasikmalaya, Kota Cirebon, Cirebon dan
Tabel 3. Nilai RCC dan Laju Pertumbuhan PDRB Kabupaten/Kota Pesisir di Provinsi Jawa Barat
Indramayu yang masuk dalam kategori
wilayah kurang kompak memiliki laju
pertumbuhan PDRB yang relatif rendah
yaitu ≤ 5%. Sedangkan untuk Garut dan
Bekasi memiliki tingkat laju PDRB yang
relatif tinggi. Untuk wilayah Garut bisa
diakibatkan karena adanya pengaruh
dekat dengan pusat provinsi yaitu Kota
Bandung.
Untuk
wilayah
Bekasi
diakibatkan oleh adanya kedekatan lokasi
dengan pusat ibukota negara DKI Jakarta.
Gambar 3. Grafik Rata-rata laju PDRB dan Indeks Kekompakan Area di wilayah kabupaten pesisir Jawa Barat