• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Pekerjaan di Terminal 3 Ultimate Bandara Soetta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Pelaksanaan Pekerjaan di Terminal 3 Ultimate Bandara Soetta"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

IV. PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pelaksanaan pekerjaan merupakan kegiatan yang dilakukan setelah kontrak terhadap proyek selesai dilaksanakan. Pelaksanaan ini dilakukan sesuai dengan apa yang telah direncanakan dan telah disepakati di dalam kontrak. Dalam pelaksanaan proyek, kontraktor harus mengacu pada RKS (Rencana Kerja dan Syarat-Syarat) baik untuk bahan bangunan maupun mutu bangunan.

Pelaksanaan Proyek Perluasan Gedung Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta memiliki beberapa bagian pekerjaan utama. Semua pekerjaaan ini memiliki durasi waktu masing-masing yang saling berhubungan satu sama lain. Apabila ada salah satu pekerjaan saja yang tertunda pelaksanaannya maka akan mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan lainnya.

Adapun pekerjaan yang diamati pada saat mulai kerja praktik hingga berakhir kerja praktik pada Proyek Perluasan Gedung Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta meliputi pekerjaan sub struktur yaitu pemasangan rangka Space Frame, pengecoran kolom miring, pekerjaan flyover, dan pekerjaan dinding penahan tanah untuk underpass.

A. Pertimbangan Teknis Pelaksanaan

Pertimbangan teknis pelaksanaan pada Proyek Perluasan Gedung Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta adalah sebagai berikut;

(2)

51

Desain Space Frame

Space Frame merupakan rangka baja yang bentuk dan kekuatannya telah dihitung untuk mampu menahan rangka fasade. Rangka baja space frame ini merupakan hasil pabrikasi. Setelah desain kekuatan, permintaan pembuatan rangka baja diserahkan kepada produsen baja. Hasil pabrikasi ini kemudian dibawa ke proyek dalam keadaan terpisah-pisah, lalu dirangkai menjadi kesatuan rangka baja space frame yang utuh.

B. Pelaksanaan Proyek

B.1. Metode Pekerjaan Space Frame

1) Pemasangan dan Pengencangan Space Frame

Dengan desain dan fabrikasi komponen space frame yang sudah memperhitungkan ketepatan kebutuhan besaran dan panjang serta sudut sudut antar member yang diperlukan pemasangan space frame pada prinsipnya sama dengan pemasangan baut biasa dan tidak membutuhkan kunci torsi/momen seperti pada pekerjaan baja konvensional atau jembatan tetapi cukup menggunakan kunci pas sesuai besaran hexagon yang digunakan dengan pengencangan maksimal.

Pemasangan space frame pada prinsipnya adalah merangkai member pada node sesuai notasi yang dibutuhkan dengan cara sbb: a. Menempatkan posisi baut pada ujung member pada lubang

(3)

Gambar 26. Merangkai Space Frame

b. Memutar ke arah kanan hexagon dengan tangan sehingga ulir baut dapat bergerak maju dan masuk kedalam lubang node/ balljoint. Pada pelaksanaannya usahakan posisi baut tidak miring sehingga tidak bergeser dan dapat merusak ulir baut.

(4)

53

c. Apabila sudah tidak bisa diputar dengan kekuatan jari tangan kita gunakan kunci pas/kunci Inggris untuk mengencangkan baut member tersebut sampai kencang.

d. Dengan sistem desain kedalaman lubang node/balljoint dan memperhitungkan kebutuhan panjang baut yang masuk ke Balljoint sebesar 1 s/d 1,5 D dari baut yang digunakan hal yang perlu diperhatikan adalah:

Mengontrol celah antara node dengan hexagon dan hexagon dengan conus member apabila pada komponen tersebut sudah tidak ada celah atau rongga dan sudah diputar maksimal dengan kunci pas dapat dipastikan space frame sudah terpasang dengan kencang dan sistem desain 1 s/d 1,5 D dari baut yang digunkan sudah bekerja dan terpenuhi.

 Apabila hexagon dan baut sudah diputar maksimal dengan menggunakan kunci pas tetapi masih terdapat celah atau rongga, space frame belum dapat dikatakan kencang karena sistem desain 1 s/d 1,5 D dari baut yang digunakan belum tercapai dan belum terpenuhi.

Beberapa kemungkinan yang terjadi antara lain adalah: o Penempatan posisi baut miring sehingga terjadi slek

yang merusak ulir baut sehingga baut tidak dapat bergerak maju untuk dikencangkan.

(5)

tertinggal pada saat proses Galvanize, pengecatan atau pada saat pengelasan.

2) Pengencangan Baut Pada Member

Proses pengontrolan kekencangan baut dapat dilaksanakan dengan beberapa cara antara lain:

a. Memutar batangan member space frame ke dua arah, apabila batangan member berputar kemungkinan besar terjadi baut kendor.

b. Memukul atau menggetarkan batangan space frame dengan tangan, apabila terdapat getaran/gesekan suara yang terjadi kemungkinan besar baut kendor.

c. Melakukan pemeriksaan visual pada joint node dan member pada hexagonal apakah terdapat celah atau rongga.

(6)

55

Gambar 28. Pemeriksaan Space Frame

Proses perbaikan pengencangan baut dilakukan dengan memutar/ mengencangkan baut dengan menggunakan kunci pas atau kunci Inggris yang sesuai dengan besaran hexagonal pada member sampai kencang dan tidak terdapat celah pada joint node dan member.

Untuk memastikan baut terpasang dengan kencang dan sesuai dengan kebutuhan desain perencanaan dipastikan dengan melakukan kontrol ulang sesuai langkah tersebut diatas.

Peralatan dan Material yang dibutuhkan : a. Tambang Manila

(7)

d. Kaca Mata Clear

e. Cairan pembersih/ sabun cair f. Air bersih

g. Sarung tangan

h. Kunci pas dan kunci inggris i. Ember plastik

j. WD 40 spray anti karat.

3) Pengecatan Ulang

Untuk pekerjaan pengecatan ulang tidak perlu dilaksanakan selama kondisi warna masih baik, tidak berubah warna atau pudar dan masih dapat dilakukan pembersihan.

Pekerjaan pengecatan ulang sebaiknya dilaksanakan apabila seluruh bangunan dilakukan perbaikan atau renovasi menyeluruh terhadap keseluruhan bangunan dan aktivitas didalam bangunan sementara waktu dihentikan.

(8)

57

Gambar 29. Pengecatan ulang Space Frame 4) Monitoring Kelendutan Struktur

Struktur space frame sebaiknya dilakukan monitoring secara berkala untuk evaluasi struktur terhadap lendutan yang terjadi pada titik tertentu yang pada saat pelaksanaan digunakan sebagai acuan monitoring lendutan maksimum berdasarkan tahapan pelaksanaan antara lain:

a. Space Frame 100 % selesai terpasang

b. Space Frame dan Rangka Gording 100 % selesai terpasang c. Space Frame, Rangka Gording dan Atap 100% selesai

terpasang.

(9)

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta ini, untuk kolom bangunan utamanya menggunakan kolom miring. Kolom miring ini merupakan aplikasi dari tema yang diangkat pada proyek ini, yaitu “Indonesia”.

Pekerjaan kolom miring yang dilakanakan pada saat mulai kerja praktek di lokasi proyek sudah dalam tahap proses pengecoran, sehingga tidak dapat mengamati pelaksanaan pemasangan pancang dan pile cap untuk semua kolom di Proyek Perluasan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta.

Yang dapat diamati hanya proses pengecoran dan pemasangan selubung serta king cross di puncak kolom miring yang nantinya berfungsi sebagai dudukan rafter dan lateral sebagai rangka atap baja.

Metode kerja kolom biasa dengan kolom miring di proyek perluasan terminal 3 ultimate pada dasarnya sama, yang berbeda hanya perlakuan yang lebih khusus untuk kolom miring, diantaranya yaitu pengaruh;

a. Tinggi kolom

b. Rapatnya penulangan c. Bekisting

d. Tinggi maksimal jatuh beton e. Jangkauan vibrator

Dengan semua pertimbangan diatas, maka Proyek Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta membuat sebuah metode untuk pengerjaan kolom miring. Berikut saya akan menguraikan tahapan pengerjaan kolom miring.

1) Marking posisi kolom dan offsidenya.

2) Pasang platform untuk dudukan push pull prop (khusus untuk kolom miring di As AB).

(10)

59

Gambar 30. Pemasangan platform pada tahap lanjut 3) Pemasangan formwork (bekisting) sisi pertama.

Gambar 31. Pemasangan bekisting pada tahap lanjut 4) Pembesian kolom miring.

5) Checklist pembesian kolom miring. 6) Pasang formwork (bekisting) sisi kedua.

(11)

Gambar 32. Formwork (bekisting)

Bekisting untuk kolom miring di pesan khusus dari China. Secara ideal, bekisting ini dapat digunakan sebanyak 3 sampai 4 kali pemakaian agar dapat menghasilkan cetakan yang baik. Namun, di lapangan bekisting diganti ketika memang sudah tidak layak pakai atau mengalami kerusakan parah.

8) Lalu dilakukan pengecoran. Pengecoran yang dilakukan metode pekerjaannya dapat berbeda-beda, tergantung dengan kondisi di lapangan. Salah satu contohnya pengecoran kolom miring pada kolom miring yang sudah mencapai ketinggian lebih dari 20 meter.

(12)

61

Maka, pengecoran dilakukan dengan menggunakan alat-alat lain, seperti mobile crane untuk mengangakat tremi ke atas kolom yang akan dicor. Kemudian diatur oleh pekerja yang ikut naik keatas untuk mengatur secara manual dengan cara membuka tutup selang secara perlahan dan memastikan semua adukan beton masuk kedalam bekisting.

Gambar 33. Pengecoran kolom yang dilakukan dengan bantuan mobile crane

9) Pengecoran tahap berikutnya sama dengan yang pertama, menunggu hingga umur beton 3 hari. Lalu pasang perancah dan platform untuk dudukan bekisting, pembesian dan pengecoran. Begitupun tahap selanjutnya.

(13)

Gambar 34. Pemasangan perancah dan platform

Setelah kolom miring memiliki ketinggian maksimum, selanjutnya akan di pasang selubung yang berfungsi sebagai base plate untuk king cross sebagai dudukan rangka atap baja yaitu untuk rafter dan lateral.

(14)

63

Gambar 35. Pemasangan selubung (base plate untuk king cross)

Gambar 36. King cross untuk dudukan rangka atap baja (rafter dan lateral)

(15)

Alat-alat yang digunakan pada proyek Flyover Perluasan Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta baik yang dimiliki sendiri oleh PT.Waskita Karya, maupun milik subkontraktor, ataupun yang disewa dari rekanan kerja.

1) Perlatan Survey  Theodolite

 Alat penyipat datar 2) Alat berat  BackhoeDump truckTrailerMobile crane 3) Peralatan pengecoran  Bekisting  Bucket  Corong cor  Vibrator

Pekerjaan yang kami amati di lapangan meliputi pekerjaan pemasangan balok girder, diafragma, pengecoran plat lantai jalan, dan pemasangan dinding parapet.

Berikut ini merupakan urutan metode pekerjaan flyover yang kami amati;

a. Setelah kolom portal flyover terpasang, langkah berikutnya adalah memasangkan balok girder satu persatu dengan menggunakan mobile crane.

(16)

65

Gambar 37. Kolom portal flyover

Gambar 38. Pemasangan balok girder

Gambar diatas menunjukan pemasangan balok girder menggunakan 2 (dua) mobile crane untuk mengatur posisi penempatan balok girder agar terpasang sesuai tempat yang sudah ditentukan.

(17)

pemasangan balok girder, karena penempatan balok girder tidak selalu langsung pas ketika di simpan diatas kolom portal flyover. b. Setelah balok girder tersusun, mulai dipasangkan diafragma.

Fungsi diafragma adalah untuk meyatukan balok girder dan menahan gaya puntir yang di hasilkan dari balok girder.

(18)

67

Gambar 40. Diafragma yang sudah terpasang menyatukan balok girder

Diafragma antar balok girder berfungsi untuk menahan balok girder utama agar tidak menekuk atau menahan gaya puntir yang dapat dihasilkan oleh balok girder utama. Pemasangan balok difragma dilakukan satu persatu dan secara manual oleh pekerja. c. Langkah selanjutnya adalah penulangan lantai flyover untuk rigid

pavement. Untuk besi tulangan yang di gunakan pada kolom flyover di gunakan besi tulangan sirip atau deform dengan ukuran diameter 25 mm.

Gambar 41. Penulangan lantai flyover untuk rigid pavement d. Setelah selesai penulangan lantai flyover, selanjutnya dilakukan

pengeceron pelat lantai yang nantinya akan mengasilkan lintasan jalan berupa rigid pavement.

(19)

Gambar 42. Pengecoran lantai flyover

Setelah proses pengecoran rigid selesai kemudian di pasang dinding parapet atau dinding pengaman.

(20)

69

B.4 Metode Pekerjaan Dinding Penahan Tanah untuk Underpass

Dalam pembuatan jalan underpass ini terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah adanya pipa saluran pembuangan air kotor dari terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta atau lebih di kenal terminal existing.

Solusi untuk pemecahan masalah pipa saluran air kotor yang menghalangi pembuatan jalan underpass belum dapat di selesaikan dikarenakan perlunya koordinasi terlebih dahulu.

Hingga akhir bulan Maret, masalah pipa saluran air kotor belum dapat diselesaikan.

Maka disini hanya akan dijelaskan metode pekerjaan yang dapat dilaksanakan di pekerjaan underpass, yaitu;

a. Hal pertama yang dilakukan untuk pembuatan underpass ini adalah pengurugan tanah oleh alat berat bulldozer dan pemasangan pile slab dengan menggunakan drop hammer. Pengurugan tanah dan pemasangan pile slab ini mengikuti jalur dan kedalaman yang telah dtentukan. Khusus untuk pile slab, pile slab akan terus ditanam hingga pile slab menyentuh tanah keras. Karena jarak yang berdekatan, pile slab yang tertanam mencapai tanah keras rata-rata pada kedalaman yang hampir sama, yaitu sekitar 20 meter.

(21)
(22)

71

Gambar 45. Pekerjaan urugan tanah untuk underpass

(23)

Bandara Soekarno Hatta lebih banyak di gunakan di banding menggunakan hidrolik jack. Hal itu dikarenakan mobilitas atau perpindahan alat drop hammer lebih cepat di banding dengan hidrolic jack.

b. Selanjutnya adalah pengecoran pile cap untuk dinding penahan tanah underpass. Pengecoran dilakukan menggunakan alat concrete pump dan dioperasikan oleh pekerja secara manual (flexible concrete pipe).

(24)

73

Gambar 48. Pekerja sedang mengarahkan ujung pipa concrete pump (flexible concrete pipe)

(25)

1. Uraian umum

Pengendalian pelaksanaan pekerjaan merupakan salah satu tindakan yang dilakukan pada setiap pelaksanaan pekerjaan. Pengendalian pelaksanaan pekerjaan merupakan salah satu bentuk pengawasan secara teknis maupun administratif terhadap seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada di proyek agar diperoleh hasil yang optimal baik dari segi waktu, biaya, maupun mutu. Pengendalian pekerjaan berguna untuk memantau pelaksanaan pekerjaan sehingga apabila terdapat hal-hal yang akan mengakibatkan keterlambatan pekerjaan, menurunnya kualitas pekerjaan, pembengkakan biaya dapat diketahui dari awal agar dapat dicari alternatif pemecahannya. Salah satu cara untuk memantau pelaksanaan pekerjaan adalah dengan membuat laporan-laporan tentang kemajuan pelaksaan pekerjaan.

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass ini laporan harian dibuat oleh pihak kontraktor pelaksana dan konsultan pengawas. 2. Pengendalian waktu

Masalah pengendalian waktu dapat menjadi tolok ukur keberhasilan suatu proyek. Penggunaan waktu yang kurang efektif dan ekonomis akibat dari tidak adanya perencanaan yang baik akan menyebabkan suatu pekerjaan tidak dapat selesai tepat pada waktu.

Sebagian dasar pengendalian waktu pelaksanaan pekerjaa, disusun kurva S dan time schedule. Time schedule adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari bagian-bagian pekerjaan permulaan sampai dengan bagian-bagian-bagian-bagian pekerjaan akhir, yang bertujuan agar seluruh pekerjaan dapat diselesaikan sesuai dengan

(26)

75

jangka waktu yang telah direncanakan dan pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar.

Time schedule berbentuk suatu diagram yang memuat tentang macam-macam pekerjaan yang ada serta bobot volume masing-masing pekerjaan sudah ditentukan waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan dengan cara estimasi dalam menetapkan jumlah waktu yang dibutuhkan untuk satu jenis pekerjaan didasarkan pada jumlah tenaga kerja yang ada dan volume pekerjaan.

Jadi time schedule merupakan analisis terhadap waktu yang dibutuhkan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan proyek dengan memanfaatkan waktu, tenaga kerja dan biaya seefisien mungkin. Sering kali terjadi waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan melampaui batas waktu yang telah direncanakan, sehingga mengalami keterlambatan pekerjaan. Pemecahannya adalah mengubah time schedule atau re-scheduling, sehingga keterlambatan dapat segera diatasi. Pada Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass ini owner meminta dibuatnya kurva S rencana dan realisasi oleh kontraktor pelaksana.

3. Pengendalian kualitas dan kuantitas

Untuk mendapatkan hasil pekerjaan dengan kualitas dan kuantitas seperti yang telah diisyaratkan diperlukan adanya pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan sejak perencanaan mulai dilakukan sampai saat penyerahan pekerjaan. Salah satu cara yang dilakukan untuk pengendalian kualitas dan kuantitas pekerjaan adalah melalui evaluasi laporan-laporan

(27)

saat pelaksanaan.

Untuk mengendalikan kualitas agar sesuai dengan yang diharapkan dapan dilakukan melalui pengujian-pengujian material yang dilakukan di laboratorium maupun di lapangan. Sedangkan untuk pengendalian kuantitas dapat dilakukan dengan mengecek langsung di lapangan, misalnya dilakukan pengecekan jumlah tulangan yang dipasang sebelum dilakukan pengecoran, contoh lain pengecekan volume pengecoran apakan sudah sesuai dengan volume cor yang direncanakan. Dengan adanya pengendalian terhadap kuantitas maupun kualitas diharapkan akan diperoleh pekerjaan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tes kualitas yang dilakukan adalah tes mutu beton.

Tes mutu beton dilakukan dengan pengawasan dari Direksi Lapangan dan Quality Control, agar dapat dievaluasi apakah pekerjaan beton yang sudah dilakukan sesuai dengan spesifikasi yang disyaratkan atau tidak dan perlu tidaknya dilakukan perubahan komposisi adukan. Test yang dilakukan dalam proyek ini adalah slump test dan tes kekuatan sesuai peraturan yang ada dalam SNI 03-1972-1990 tentang Metode Pengujian Slump Beton. Bila dari hasil tes yang dilakukan didapati bahwa mutu beton yang dihasilkan tidak memenuhi mutu yang disyaratkan maka beton segera dibongkar dan dilakukan pengecoran ulang untuk mendapatkan mutu yang disyaratkan. a. Slump Test

Dilakukan pada saat adukan beton akan dituang ke dalam concrete pump untuk mengetahui kekentalan adukan beton. Test ini dilakukan satu kali

(28)

77

untuk tiap concrete mixer truck. Nilai slump yang diijinkan dalam proyek ini adalah 18 ± 2 cm.

Langkah-langkah pelaksanaan slump test adalah sebagai berikut.

1) Setelah concrete mixer truck sampai di lokasi pengecoran, adukan beton dituang sedikit ke papan yang diletakkan di dekat lokasi concrete pump.

2) Alat yang digunakan untuk slump test adalah berupa kerucut Abrams yang berupa kerucut terpancung dengan diameter bagian bawah 20 cm dan bagian atas 10 cm dengan tinggi 30 cm yang diletakkan di atas plat baja yang rata. Permukaan kerucut Abrams yang akan digunakan dibersihkan dan dibasahi dengan air.

3) Adukan beton dimasukkan ke dalam kerucut Abrams sebanyak tiga lapis dan tiap lapis ditusuk-tusuk dengan tongkat baja diameter 16 mm, panjang 60 cm sebanyak 25 kali.

4) Setelah kerucut terisi penuh dengan adukan beton kemudian bagian atas kerucut diratakan dan didiamkan selama 30 detik.

5) Kerucut ditarik vertikal ke atas sehingga adukan beton di dalam kerucut turun.

6) Tinggi penurunan yang terjadi adalah nilai slump yang diperoleh. Tes slump sangat perlu untuk dilakukan sebelum pekerjaan pengecoran dilakukan untuk mengetahui kekentalan adukan beton. Bila adukan beton terlalu kental akan mempersulit pelaksanaan pengecoran dan untuk tempat yang tinggi yang menggunakan concrete pump, adukan yang

(29)

Sedangkan bila adukan terlalu encer akan menurunkan mutu beton. b. Tes kekuatan

Tes kekuatan ini dilakukan untuk mengetahui kuat tekan beton dari adukan beton yang digunakan pada saat pengecoran. Test kekuatan ini dilakukan dengan mengambil sampel adukan beton sebelum adukan beton dituang ke concrete pump. Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, jumlah benda uji yang diambil adalah 3 buah silinder untuk tiap 7 m³ adukan beton. Alat-alat yang digunakan dalam pembuatan benda uji adalah cetakan silinder beton dan alasnya, tongkat baja untuk memadatkan, ember dan cetok. Tes kekuatan pada proyek ini dilakukan di Laboratorium Struktur dan Bahan di lapangan (lokasi proyek) dengan diawasi oleh wakil konsultan pengawas, wakil quality control, dan wakil kontraktor pelaksana.

Langkah-langkah dalam pembuatan benda uji silinder beton tersebut adalah sebagai berikut.

1) Adukan beton yang telah dituang ke papan diambil dan dimasukkan ke dalam cetakan silinder yang telah diolesi oli.

2) Adukan beton dimasukkan ke dalam silinder dan ditusuk-tusuk dengan tongkat baja.

3) Silinder beton disimpan di tempat yang terlindung dari sinar matahari, pada setiap benda uji diberi catatan tanggal pengecoran dan lokasi pengecoran.

4)Sampel ini harus diuji kuat tekannya.

(30)

79

Hal yang perlu menjadi pertimbangan dalam melakukan pengendalian biaya antara lain adalah keseimbangan antara biaya yang dikeluarkan dengan kualitas pekerjaan yang diperoleh dan kelancaran jalannya biaya dari pihak pemilik proyek ke kontraktor. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menghemat pengeluaran biaya proyek adalah dengan pemakaian biaya yang seefisien mungkin untuk mendapatkan hasil yang seoptimal mungkin. Dalam pelaksanaan proyek ini usaha pengendalian dilakukan dengan mencatat semua pengeluaran-pengeluaran proyek agar tidak terdapat pengeluaran-pengeluaran yang menyimpang dari anggaran yang telah dibuat. Pengeluaran biaya untuk kebutuhan material juga dikontrol dan diperiksa agar dapat terhindar dari pengeluaran-pengeluaran yang tidak perlu.

Untuk menekan biaya proyek dibuat suatu sistem kerja dimana setiap komponen yang terkait dapat memberi hasil yang optimal. Tujuan dari pengendalian biaya adalah agar pengaturan dana dapat lebih efisien dan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan atas berbagai alternatif penyelesaian teknis yang berkaitan dengan biaya.

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass pengendalian biaya diserahkan kepada pihak kontraktor pelaksana namun dibawah pengawasan owner dan konsultan pengawas.

D. Pengawasan Proyek

Kegiatan pengawasan proyek dilakukan agar pelaksanaan pekerjaan dapat berjalan dengan lancar, sesuai dengan perencanaan, hasil yang didapatkan bisa memenuhi target, dan terhindar dari aksi penyelewengan yang dilakukan oleh

(31)

pengawasan dan pemantauan terhadap pencapaian progres fisik proyek secara menerus di lapangan dan pengendalian proyek secara sistematis dengan menggunakan metode-metode yang sudah baku guna mencapai sasaran agar hasilnya tepat waktu, tepat biaya, dan tepat mutu.

Pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass ini dilakukan pengawasan berupa hal-hal berikut.

a. Pemeriksaan dan persetujuan shop drawing

b. Penggunaan alat pelindung diri (APD) pada tenaga kerja c. Pemantaun kelayakan peralatan yang ada

d. Pengawasan pengujian mutu material e. Pengawasan pekerjaan laboratorium

f. Pengawasan perakitan dan pengikatan tulangan serta penempatan tulangan g. Pemeriksaan kualitas beton dan pengujian nilai slump beton

h. Pengambilan sampel silinder untuk pengujian kuat tekan beton i. Pencatatan kondisi cuaca setiap hari

Pengawasan kejadian yang dapat mengakibatkan keterlambatan serta melaksanakan langkah-langkah solusi agar keterlambatan dapat diminimalisir. E. Permasalahan Pekerjaan di Lapangan

Dalam pelaksanaan konstruksi seringkali ditemukan beberapa problem dalam setiap item pekerjaan baik dari segi perencanaan, pelaksanaan maupun pengawasan yang bisa berpengaruh terhadap mutu, biaya, dan waktu.

(32)

81

Permasalahan-permasalahan yang terjadi dalam konstruksi tentu akan mengganggu jalannya suatu proyek dan sedapat mungkin harus dihindari. Dalam Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass didapati analisa permasalahan yang terjadi pada perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan selama pelaksanaan pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta yaitu sebagai berikut.

1) Perencanaan pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta secara keseluruhan telah sesuai dengan spesifikasi. Namun ditengah pelaksanaan terdapat beberapa kali perubahan dan ketidaksesuaian antara gambar bestek dengan realisasi dilapangan sehingga mengakibatkan pihak kontraktor harus membongkar beberapa kolom yang telah dicor.

2) Konsep design and built yang digunakan membuat desain selalu berubah-ubah sehingga menghambat pekerjaan yang lain dan tentunya mempengaruhi efektivitas waktu.

3) Pelaksanaan pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta ini bisa dikategorikan cukup baik. Namun pada beberapa pekerjaan ada yang tidak sesuai dengan spesifikasi sehingga sedikit berdampak pada biaya, mutu, dan waktu. Hal ini diakibatkan oleh beberapa hal yaitu, kerusakan alat, kurangnya koordinasi antar line organisasi, faktor cuaca, dan ketidakdisiplinan sumber daya manusia.

(33)

umum bisa dikategorikan kurang maksimal. Beberapa proses pekerjaan luput dari pihak pengawas sehingga terdapat ketidaksesuaian dengan perencanaan yang mengakibatkan berkurangnya mutu dari pekerjaan pekerjaan Space Frame, Kolom Miring, Flyover, dan Underpass pada Proyek Perluasan Terminal 3 Ultimate Bandara Soekarno-Hatta.

Gambar

Gambar 26. Merangkai Space Frame
Gambar 28. Pemeriksaan Space Frame
Gambar 29. Pengecatan ulang Space Frame
Gambar 30. Pemasangan platform pada tahap lanjut 3) Pemasangan formwork (bekisting) sisi pertama.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan alur pemaparan di atas, diidentifikasi terdapat korelasi antara variabel dukungan sosial, persepsi risiko dan interaksi sosial terhadap kepercayaan dan

Bidang atau seksi yang menangani kerja sama melaporkan hasil penatausahaan kerja sama kepada Kepala UK/UPT, yang selanjutnya Kepala UK/UPT secara berjenjang wajib menyampaikan

Dengan berubahnya status menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak, maka RSIA Bunda Setia dapat melayani dan merawat gangguan kesehatan ibu selain masalah kehamilan dan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Laporan keuangan sebagai perwujudan transparansi dan akuntabilitas pemerintahan desa pada Desa Maradekaya Kecamatan Bajeng

Hasil Menunjukkan: (1) profitabilitas (ROA) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap struktur modal, (2) aset struktur (FATA) memiliki pengaruh yang signifikan

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN Untuk dapat mencapai tujuan di atas, metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis yang menelusuri gejala-gejala

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan bila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia

98 Bagi profesi fisioterapi hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan rencana intervensi bagi fisioterapis dalam kasus yang bersangkutan dengan