• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bayi Berat Lahir Rendah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bayi Berat Lahir Rendah"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG 1.1 LATAR BELAKANG

Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir bayi Hubungan antara umur kehamilan dengan berat lahir bayi mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterinya. Penentuan mencerminkan kecukupan pertumbuhan intrauterinya. Penentuan hubungan antara umur kehamilan dan berat lahir bayi hubungan antara umur kehamilan dan berat lahir bayi mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas neonatal mempermudah antisipasi morbiditas dan mortalitas neonatal selanjutnya. Dengan adanya antisipasi yang sesuai, akan selanjutnya. Dengan adanya antisipasi yang sesuai, akan mempermudah mengenali masalah-masalah klinis yang mungkin mempermudah mengenali masalah-masalah klinis yang mungkin dialami oleh bayi baru lahir.

dialami oleh bayi baru lahir.

Keadaan ini harus diatasi dengan segera dan tepat agar Keadaan ini harus diatasi dengan segera dan tepat agar menghasilkan perbaikan pada neonatus. Perbaikan dapat dimulai menghasilkan perbaikan pada neonatus. Perbaikan dapat dimulai dari bayi masih dalam kandungan hingga setelah bayi lahir. Deteksi dari bayi masih dalam kandungan hingga setelah bayi lahir. Deteksi dini pertumbuhan intrauteri yang abnormal menampakkan kemajuan dini pertumbuhan intrauteri yang abnormal menampakkan kemajuan yang berarti. Namun

yang berarti. Namun demikian, pertumbuhan yang menyimpang tidakdemikian, pertumbuhan yang menyimpang tidak selalu dapat diidentifikasi sebelum persalinan, dan jika terjadi saat selalu dapat diidentifikasi sebelum persalinan, dan jika terjadi saat lahir dibutuhkan perawatan neonatal yang spesifik dan segera.

lahir dibutuhkan perawatan neonatal yang spesifik dan segera.

Memahami apa itu bayi berat lahir rendah, klasifikasi serta Memahami apa itu bayi berat lahir rendah, klasifikasi serta penyulit lainnya akan mempermudah bidan dalam

penyulit lainnya akan mempermudah bidan dalam pemberian asuhanpemberian asuhan pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah. Hal ini yang pada bayi baru lahir dengan berat lahir rendah. Hal ini yang mendasari penulis untuk membahas mengenai bayi berat lahir mendasari penulis untuk membahas mengenai bayi berat lahir rendah.

rendah.

1.2

1.2 RUMUSAN RUMUSAN MASALAHMASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini dirumuskan Berdasarkan latar belakang di atas, dalam makalah ini dirumuskan dua pokok besar masalah, yaitu:

dua pokok besar masalah, yaitu: a.

a. Bagaimana Bagaimana definisi Badefinisi Bayi Berayi Berat Lahir t Lahir Rendah?Rendah? b.

(2)

1.3 TUJUAN 1.3 TUJUAN

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah: Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:

a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, insiden, a. Mahasiswa mampu memahami pengertian, etiologi, insiden,

patofisiologi, serta tanda dan gejala Bayi Berat

patofisiologi, serta tanda dan gejala Bayi Berat Lahir Rendah.Lahir Rendah. b.

b. Mahasiswa mengetahui Mahasiswa mengetahui penatalaksanapenatalaksanaan Bayi an Bayi Berat Berat LahirLahir Rendah dan mampu memberikan asuhan yang sesuai.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Bayi Berat Lahir Rendah 2.1.1 Pengertian

a. Bayi Berat Lahir Rendah adalah semua bayi dengan Berat Badan lahir kurang dari 2500 gram dengan mengabaikan penyebabnya dan tanpa memerhatikan umur kehamilan. (Klaus dan Fanaroff: Penanganan Neonatus Risiko Tinggi: 1998)

b. Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499 gram).

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya, BBLR dibedakan dalam:

1) Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 -2500 gram.

2) Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), berat lahir < 1500 gram.

3) Bayi berat lahir ekstrem rendah (BBLER), berat lahir <1000 gram.

(Sarwono Prawirohardjo: Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal: 2008)

c. Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang atau sama dengan 2500 gram. (  Asrining Surasmi: Perawatan Bayi Resiko Tinggi: 2003)

(4)

2.1.2 Klasifikasi Bayi Berat Lahir Rendah: a. Prematuritas Murni

Bayi prematuritas murni lahir dengan umur kehamilan kurang dari 37 minggu dan mempunyai berat badan sesuai dengan berat badan untuk masa kehamilan (NKB-SMK)

b. Dismatur

Bayi dismatur lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa kehamilan. Dapat terjadi dalam tiga kemungkinan, yaitu:

1) Preterm (Neonatus Kurang Bulan-Kecil Masa Kehamilan) adalah bayi dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu.

2) Term (Neonatus Cukup Bulan-Kecil Masa Kehamilan) adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 37 sampai dengan 42 minggu.

3) Postterm (Neonatus Lebih Bulan-Kecil Masa Kehamilan) adalah bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.

(5)
(6)

2.1.4 Etiologi

Terdapat banyak penyebab ketidakteraturan pertumbuhan intrauteri, dan efek mereka terhadap janin bervariasi sesuai dengan cara dan lama terpapar serta tahap pertumbuhan janin saat penyebab tersebut terjadi. Penyebab terjadinya BBLR ada tiga, yaitu faktor ibu, faktor bayi dan faktor lingkungan. Faktor ibu meliputi penyakit, umur, paritas, dan lain-lain. Faktor bayi seperti hidramnion, kehamilan kembar/ganda, kelainan kromosom, dan lain-lain. Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR adalah tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi dan zat racun.

a. Faktor ibu 1. Penyakit

a. Perdarahan antepartum b. Malnutrisi

(7)

d. Penyakit jantung/penyakit kronik lainnya e. Malaria f. Anemia g. Syphilis h. Infeksi TORCH i. Hipertensi  j. Trauma

2. Usia Ibu dan paritas

Usia ibu yang menyebabkan terjadinya BBLR adalah usia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, multi gravida dengan jarak persalinan terlalu dekat.

3. Faktor kebiasaan ibu

Faktor kebiasaan ibu yang juga berpengaruh pada terjadinya BBLR seperti ibu perokok, hal ini terjadi karena ibu dan janin mengalami hipoksia yang disebabkan oleh kenaikan kadar karboksihemoglobin.  Alkoholisme kronis pada ibu dan ibu pengguna

narkotika. b. Faktor Bayi

Selain faktor ibu, faktor janin juga mempengaruhi terjadinya BBLR. Bayi dengan beberapa kelainan saat pertumbuhan intrauterine, menyebabkan terjadinya kelahiran dengan berat lahir rendah. Hidramnion, kehamilan kembar/ganda (gemeli), kelainan kromosom, ketuban pecah dini, cacat bawaan, bayi lahir kecil untuk masa kehamilannya (karena ada hambatan pertumbuhan saat dalam kandungan / janin tumbuh lambat), retardasi pertumbuhan intrauterine berhubungan dengan keadaan yang mengganggu sirkulasi dan efisiensi plasenta. Kasus retardasi pertumbuhan pada janin disebabkan oleh

(8)

penurunan aliran darah uroplasenta pada kehamilan dengan komplikasi penyakit vaskular ibu. Keadaan klinis yang menyebabkan aliran darah yang buruk meliputi penyalahgunaan obat, penyakit vaskular (hipertensi dalam kehamilan atau kronik), penyakit ginjal, penyakit infeksi (TORCH), insersi plasenta umbilikus yang abnormal, dan tumor vaskular.

c. Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang dapat menyebabkan terjadinya BBLR antara lain tempat tinggal di dataran tinggi, radiasi dan zat racun. Bayi-bayi yang dilahirkan di tempat yang tinggi cenderung memiliki berat yang lebih ringan dibanding bayi yang dilahirkan di daerah pantai. Sebab pasti kurangnya berat badan di daerah yang lebih tinggi belum diketahui. Beberapa hasil pengamatan menunjukkan bahwa ibu yang menderita hipoventilasi, hipoksemia, anemia menyebabkan bayinya lahir dengan berat lahir rendah.

2.1.5 Insiden

Kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,7%. Beberapa provinsi yang kejadian BBLR nya relatif jauh dengan rata-rata nasional, di antaranya Kepulauan Riau (8,3%), Bali (8,9%), NTT (10%), Kalimantan Tengah (10,8%), Kalimantan Selatan (9,1%) Sulawesi Utara (9,3%), Sulawesi Selatan (9,6%) dan Maluku Utara (11,3%) dan Papua Barat (8,9%). Kiranya perlu dicermati dan dianalisis lebih lanjut mengapa di provinsi tersebut kejadian BBLR cukup tinggi. Tren kejadian BBLR di Indonesia selama 5 tahun terakhir masih belum menunjukkan perubahan yang

(9)

berarti. Kondisi ini menunjukkan bahwa program yang ada belum cukup efektif untuk menurunkan kejadian BBLR.

Kasus anak yang meninggal dengan usia dibawah satu bulan ternyata yang mempunyai riwayat BBLR sebesar 43,3%. sedangkan yang meninggal usia 1 sampai 23 bulan yang mempunyai riwayat BBLR sebesar 21,7%. Hasil ini menguatkan penelitian bahwa kejadian BBLR berpengaruh pada kematian bayi terutama di masa 1 bulan ke bawah. Kasus anak meninggal dari data yang ada semua berjenis kelamin perempuan, apakah ini sebagai faktor kebetulan atau tidak perlu penelitian lebih lanjut. Dari semua kasus anak meninggal dalam 5 tahun terakhir ternyata yang memiliki riwayat BBLR sebesar 33,3%.

2.1.6 Patofisiologi

Berdasarkan etiologi yang telah disebutkan, faktor-faktor tersebut akan menyebabkan gangguan sirkulasi utero plasenta. Akibatnya, akan terjadi insufisiensi plasenta, yang menyebabkan suplai nutrisi dan oksigen ke janin tidak adekuat. Hal ini lama-kelamaan akan menyebabkan gangguan pertumbuhan intrauterin dan terjadilah Bayi Berat Lahir Rendah. Neonatus dengan imaturitas pertumbuhan dan perkembangan atau Bayi Berat Lahir Rendah tidak dapat menghasilkan kalori melalui peningkatan metabolisme. Hal ini disebabkan karena respon menggigil bayi tidak ada atau kurang, sehingga tidak dapat menambah aktivitas.

Sumber utama kalori bila ada stress dingin atau suhu lingkungan rendah adalah thermogenesis nonshiver. Sebagai respon terhadap rangsangan dingin, tubuh bayi akan mengeluarkan norepinefrin yang menstimulus metabolisme lemak dari cadangan lemak coklat untuk menghasilkan kalori

(10)

yang kemudian dibawa oleh darah ke jaringan. Stres dingin dapat menyebabkan hipoksia, metabolisme asidosis dan hipoglikemia. Peningkatan metabolisme sebagai respon terhadap stres dingin akan meningkatkan kebutuhan kalori dan oksigen. Bila oksigen yang tersedia tidak dapat memenuhi kebutuhan, tekanan oksigen berkurang (hipoksia) dan keadaan ini akan menjadi lebih buruk karena volume paru menurun akibat berkurangnya oksigen darah dan kelainan paru (paru yang imatur). Keadaan ini dapat sedikit tertolong oleh haemoglobin fetal (HbF) yang dapat mengikat oksigen lebih banyak sehingga bayi dapat bertahan lebih lama pada kondisi tekanan oksigen yang kurang.

2.1.7 Tanda dan Gejala

 Ada banyak tanda yang dapat digunakan untuk mendeteksi Bayi Berat Lahir Rendah. Tanda dan gejala tersebut antara lain:

a. Berat badan < 2500 gram b. Panjang badan < 45 cm c. Lingkar kepala < 33 cm d. Lingkar dada < 30 cm e. Masa gestasi < 37 minggu

f. Kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin g. Letak kuping menurun

h. Pembesaran dari satu atau dua ginjal i. Ukuran kepala kecil

 j. Masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang)

k. Untuk Bayi Berat Lahir Rendah kurang bulan, tanda prematuritas:

(11)

2. Masih terdapat lanugo

3. Refleks-refleks masih lemah 4. Alat kelamin luar :

Perempuan: labium mayus belum menutup labium minus.

Laki-laki: belum terjadi penurunan testis dan kulit testis rata (rugae testis belum terbentuk)

l. Untuk Bayi Berat Lahir Rendah kecil untuk masa kehamilan, tanda janin tumbuh lambat:

1. Tidak dijumpai tanda prematuritas seperti tersebut diatas

2. Kulit keriput

3. Kuku lebih panjang

2.1.8 Komplikasi

Masalah yang terjadi pada bayi dengan berat lahir rendah (BBLR) terutama pada prematur terjadi karena ketidakmatangan sistem organ pada bayi tersebut. Masalah pada BBLR yang sering terjadi adalah gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi.

1. Sistem Pernafasan

Bayi dengan BBLR umumnya mengalami kesulitan untuk bernafas segera setelah lahir oleh karena jumlah alveoli yang berfungsi masih sedikit, kekurangan surfaktan (zat di dalam paru dan yang diproduksi dalam paru serta melapisi bagian alveoli, sehingga alveoli tidak kolaps pada saat ekspirasi). Luman sistem pernafasan yang kecil, kolaps atau obstruksi jalan nafas, insufisiensi klasifikasi dari tulang thorax, lemah atau tidak adanya gag refleks dan pembuluh darah paru yang imatur. Hal  –  hal inilah

(12)

yang menganggu usaha bayi untuk bernafas dan sering mengakibatkan gawat nafas (distress pernafasan).

2. Sistem Neurologi (Susunan Saraf Pusat)

Bayi lahir dengan BBLR umumnya mudah sekali terjadi trauma susunan saraf pusat. Hal ini disebabkan antara lain: perdarahan intracranial karena pembuluh darah yang rapuh, trauma lahir, perubahan proses koagulasi, hipoksia dan hipoglikemia. Sementara itu asfiksia berat yang terjadi pada BBLR juga sangat berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat (SSP) yang diakibatkan karena kekurangan oksigen dan kekurangan perfusi.

3. Sistem Kardiovaskuler

Bayi dengan BBLR paling sering mengalami gangguan/ kelainan janin, yaitu paten ductus arteriosus, yang merupakan akibat intra uterine ke kehidupan ekstrauterine berupa keterlambatan penutupan ductus arteriosus.

4. Sistem Gastrointestinal

Bayi dengan BBLR saluran pencernaannya belum berfungsi seperti bayi yang cukup bulan, hal ini disebabkan antara lain karena tidak adanya koordinasi mengisap dan menelan sampai usia gestasi 33 –34 minggu sehingga kurangnya cadangan nutrisi seperti kurang dapat menyerap lemak dan mencerna protein.

5. Sistem Termoregulasi

Bayi dengan BBLR sering mengalami temperatur yang tidak stabil, yang disebabkan antara lain:

(13)

a. Kehilangan panas karena perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan lebih besar (permukaan tubuh bayi relatife luas )

b. Kurangnya lemak subkutan (brown fat/ lemak cokelat ) c. Jaringan lemak dibawah kulit lebih sedikit.

d. Tidak adanya refleks kontrol dari pembuluh darah kapiler kulit.

6. Sistem Hematologi

Bayi dengan BBLR lebih cenderung mengalami masalah hematologi bila dibandingkan dengan bayi yang cukup bulan. Penyebabnya antara lain adalah:

a. Usia sel darah merahnya lebih pendek b. Pembuluh darah kapilernya mudah rapuh

c. Hemolisis dan berkurangnya darah akibat dari pemeriksaan laboratorium yang sering.

7. Sistem Imunologi

Bayi dengan BBLR mempunyai sistem kekebalan tubuh yang terbatas, sering kali memungkinkan bayi tersebut lebih rentan terhadap infeksi.

8. Sistem Perkemihan

Bayi dengan BBLR mempunyai masalah pada sistem perkemihannya, ginjal bayi tersebut belum matang maka tidak mampu untuk menggelola air, elektrolit, asam  – basa, tidak mampu mengeluarkan hasil metabolisme dan obat  –  obatan dengan memadai serta tidak mampu memekatkan urin.

9. Sistem Integument

Bayi dengan BBLR mempunyai struktur kulit yang sangat tipis dan transparan sehingga mudah terjadi gangguan integritas kulit.

(14)

10. Sistem Pengelihatan

Bayi dengan BBLR dapat mengalami retinopathy of prematurity (RoP) yang disebabkan karena ketidakmatangan retina.

2.2 Penatalaksanaan Bayi Berat Lahir Rendah 2.2.1 Penanganan

Penanganan yang dapat dilakukan ketika ada BBLR diantaranya adalah membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, membersihkan badan bayi, memberikan obat mata, mempertahankan suhu badan dengan cara membungkus badan bayi dengan selimut yang sudah dihangatkan, menidurkan bayi dalam inkubator buatan dengan lampu penghangat, suhu lingkungan dijaga untuk mengurangi kehilangan panas secara konveksi dan radiasi. Badan bayi harus selalu kering untuk mengurangi kehilangan panas secara evaporasi. Memberikan bayi nutrisi adekuat. Apabila daya hisap belum baik, bayi dicoba menetek sedikit. Apabila belum bisa menetek, berikan ASI dengan sendok atau pipet.  Apabila belum ada refleks menghisap dan menelan, pasang

NGT.

Bayi baru lahir yang sakit/kecil (BB kurang dari 2500 gram atau umur kehamilan kurang dari 37 minggu), perlu penambahan kehangatan tubuh untuk mempertahankan suhu normal. Bayi tersebut dapat dengan cepat terjadi hipotermi dan untuk mempertahankan kembali membutuhkan waktu yang lama. Risiko komplikasi dan kematian meningkat secara bermakna bila suhu lingkungan tidak optimal.

BBLR yang menangis termasuk ke dalam kriteria Bayi Lahir tanpa asfiksia. Bayi tersebut dalam keadaan bernapas

(15)

baik dan warna air ketuban jernih. Untuk BBLR yang lahir menangis atau bernapas spontan ini dilakukan Asuhan BBLR tanpa asfiksia sebagai berikut:

a. Bersihkan lendir secukupnya kalau perlu.

b. Keringkan dengan kain yang kering dan hangat.

c. Segera berikan pada ibu untuk kontak kulit ibu dengan kulit bayi.

d. Segera memberi ASI dini dengan membelai.

e. Memandikan bayi dilakukan setelah 24 jam, atau lebih dari 24 jam jika bayi hipotermi < 36,5 C, suhu lingkungan dingin, ada penyulit yang lain.

f. Profilaksis suntikan Vitamin K1 1 mg dosis tunggal, IM pada paha kiri anterolateral.

g. Salep mata antibiotik.

h. Perawatan tali pusat: kering, bersih, tidak dibubuhi apapun dan terbuka.

i. Bila berat lahir ≥ 2000 gram dan tanpa masalah atau penyulit, dapat diberikan Vaksinasi Hepatitis B pertama pada paha kanan.

BBLR yang tidak bernapas spontan dimasukkan ke dalam kategori Lahir dengan asfiksia dan harus segera dilakukan Langkah Awal Resusitasi dan tahapan resusitasi berikutnya bila diperlukan. Resusitasi:

a. Diputuskan berdasarkan penilaian keadaan Bayi Baru Lahir, yaitu bila:

1) Air Ketuban bercampur mekonium ( letak kepala/gawat janin).

2) Bayi tidak menangis, atau tidak bernapas spontan, atau bernapas megap-megap.

Catatan: Untuk memulai tindakan resusitasi BBLR asfiksia tidak perlu menunggu hasil penilaian skor APGAR.

(16)

b. Langkah awal resusitasi:

1) Jaga bayi dalam keadaan hangat

2) Atur posisi kepala bayi sedikit tengadah (posisi menghidu)

3) Isap lendir di mulut, kemudian hidungKeringkan sambil dilakukan rangsang taktil

4) Reposisi kepala

5) Nilai keadaan bayi dengan melihat parameter : usaha napas.

Bila setelah dilakuan penilaian, bayi tidak menangis atau tidak bernapas spontan dan teratur: Lakukan Ventilasi sesuai dengan tatalaksana manajemen Asfiksia Bayi Baru Lahir. Bila setelah ventilasi selama 2 menit, tidak berhasil, siapkan rujukan. Bila bayi tidak bisa dirujuk dan tidak bisa bernapas hentikan ventilasi setelah 10 menit denyut  jantung tidak ada/tidak terdengar, kemudian siapkan

konseling dukungan emosional dan pencatatan bayi meninggal.

BBLR harus segera dirujuk ke Rumah Sakit apabila terdapat tanda-tanda sebagai berikut:

a. Masalah pemberian ASI atau tidak dapat menghisap

b. Letargi

c. Gangguan pernapasan

d. Kejang

e. Teraba dingin atau panas

f. Perdarahan tali pusat

g. Ikterus berat

h. Muntah terus-menerus dengan perut kembung, diare dan atau darah

(17)

 j. Pucat, sianosis / biru pada bibir, lidah, mulut atau bagian akral

k. Phletora (bayi tampak kemerahan pada muka dan badan

2.2.2 Peran Bidan

Bidan sebagai tenaga kesehatan yang menjadi titik tumpuan pada Asuhan Persalinan Normal perlu memahami tentang BBLR agar dapat memberikan asuhan yang tepat dan konseling pada keluarga.

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh bidan adalah:

a. Memberikan support mental kepada ibu agar menerima kondisi bayinya.

b. Memberitahu ibu dan keluarga langkah yang harus diambil segera untuk menangani BBLR.

c. Mengajari ibu dan keluarga tentang cara mempertahankan suhu.

d. Mengajari ibu dan keluarga tentang tata cara mencegah infeksi.

e. Mengajari ibu dan keluarga tentang perawatan BBLR dan nutrisi bayi sehari-hari.

f. Pemulangan dan Monitoring

Bayi dapat dipulangkan lebih cepat (berat < 2000 gram) dari rumah sakit yang merawatnya dengan catatan ada fasilitas kesehatan yang dapat memantau tumbuh-kembang dan dapat merujuk ke fasilitas yang lebih lengkap bila bayi menunjukkan tanda bahaya.

(18)

Tabel Cara Menghangatkan Bayi

Cara Petunjuk Penggunaan

Skin to skin contact

 Untuk semua bayi

 Untuk mengahangatkan bayi dalam waktu singkat

atau menghangatkan bayi hipotermi (suhu badan 32-36,4ºC) apabila cara lain tidak mungkin dilakukan.

Kangaroo mother care(KMC)

 Untuk menstabilkan bayi dengan BB kurang dari

2500 gram terutama direkomendasikan untuk perawatan berkelanjutan dengan BB kurang dari 1800 gram.

  Tidak untuk bayi yang sakit berat (sepsis,

gangguan nafas berat).

 Tidak untuk ibu yang menderita penyakit berat

dan tidak bisa merawat bayinya.

Pemancar panas  Untuk bayi sakit atau bayi dengan BB 1500 gram

atau lebih.

 Untuk pemeriksaan awal bayi, selama dilakukan

tindakan atau menghangatkan kembali bayi hipotermi.

Inkubator  Penghangatan berkelanjutan bayi dengan BB

kurang dari 1500 gramyang tidak dapat dilakukan KMC.

 Untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan nafas

berat) Penghangat

ruangan

 Untuk merawat bayi dengan BB kurang dari 2500

gram yang tidak memerlukan tindakan diagnostik/prosedur pengobatan.

 Tidak untuk bayi sakit berat (sepsis, gangguan

(19)

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari makalah diatas adalah:

a. Bayi Berat Lahir Rendah adalah bayi yang lahir dengan berat badan < 2500 gram. Faktor penyebab terjadinya BBLR ada tiga yaitu faktor ibu, faktor bayi dan faktor lingkungan. Insiden Bayi Berat Lahir Rendah di Indonesia selama 5 tahun terakhir adalah sebesar 5,7%. BBLR dapat diidentifikasi dengan berat kurang dari 2500 gram, kulit tipis, transparan, tampak mengkilat dan licin, letak kuping menurun, pembesaran dari satu atau dua ginjal, ukuran kepala kecil, masalah dalam pemberian makan (refleks menelan dan menghisap kurang). Akibat dari belum matangnya beberapa organ, komplikasi yang sering dialami oleh BBLR antara lain gangguan pada sistem pernafasan, susunan saraf pusat, kardiovaskular, hematologi, gastrointerstinal, ginjal, termoregulasi. b. Penanganan yang dapat dilakukan ketika ada BBLR diantaranya

adalah membersihkan jalan napas, memotong dan merawat tali pusat, membersihkan badan bayi, memberikan obat mata, mempertahankan suhu badan, dan memberikan nutrisi yang adekuat. Peran bidan sangat penting dalam penanganan BBLR. Support mental pada ibu dan keluarga sangat dibutuhkan ketika terjadi BBLR. Selain itu, melakukan konseling pada ibu dan keluarga tentang perawatan BBLR juga merupakan peran penting bidan dalam memberikan asuhan.

(20)

3.2 Saran

a. Bidan hendaknya memiliki kompetensi yang baik agar dapat menangani BBLR dan memberikan asuhan yang sesuai.

b. Bidan memiliki peran penting dalam penanganan masalah BBLR, pencegahan terjadinya BBLR dapat dimulai dari ketika janin masih di dalam kandungan.

(21)

DAFTAR PUSTAKA

Klaus dan Fanaroff.1998.  Care of the high-risk neonate. 4/E, Editor edisi

bahasa Indonesia, Achmad Surjono, Penatalaksanaan neonatus

resiko tinggi E/4. EGC, Jakarta.

Kosim, MS, dkk.2003. Buku Panduan Manajemen Masalah Bayi Baru lahir untuk Dokter, Bidan dan Perawat di Rumah Sakit . IDAI, MNH-JHPIEGO-Depkes RI, Jakarta.

Maryunani Anik. 2010. Ilmu Kesehatan Anak Dalam Kebidanan. Trans Info Media, Jakarta.

Muslihatun, WN. 2010.  Asuhan Neonatus, Bayi dan Balita. Fitramaya, Yogyakarta.

Pramono S. Mochamad, Muzakkiroh Umi. 2010. Pola Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah dan Faktor yang Mempengaruhinya di Indonesia Tahun 2010 . Peneliti di Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Penelitian dan

Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI, Surabaya. Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan

Kesehatan Maternal dan Neonatal . YBP-SP, Jakarta.

Sulani Fatni, dkk. 2011. Buku Acuan Manajemen BBLR untuk Bidan Desa. Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak KEMENTERIAN KESEHATAN RI, Jakarta.

Gambar

Tabel Cara Menghangatkan Bayi

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang analisis perilaku eksportir dalam memilih PT Bank Rakyat Indonesia Kantor Cabang Sudirman Surakarta sebagai Partner Ekspor, untuk memperluas

- Menghitung hasil jawaban kuesioner pertanyaan no.1-6 terkait partisipasi masyarakat dalam pengelolaan sampah, dimana jawaban (Ya) yang telah diberikan skor pada

Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi efek hipoglikemik kecambah beras merah pada tikus diabetes yang diinduksi STZ-NA terhadap kadar glukosa darah, insulin, serta indeks

dalam aktivitas belajar mengajar kepada “anak merdeka” terdapat proses learning culture/belajar sambil lalu yaitu proses belajar yang dilakukan di luar kelas belajar

Bila sinyal AC yang kecil digandengkan pada basis melelui kapasitor maka sinyal ini akan menghasilkan ayunan-ayunan pada arus kolektor dengan dengan bentuk

membentuk lapisan &gt;e(/2 atau hidrksida yang terus menerus bertambah seiring dengan  berjalannya waktu. Piringan pisau menggunakan bahan dasar durall . Bahan dasar durall 

Studi penelitian ini diberi judul “ Pengaruh Tingkat Kesehatan Bank ter- hadap Pertumbuhan Laba pada Peru- sahaan Sektor Perbankan,” Penelitian ini merupakan replikasi dari

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 7 ayat (1) Peraturan Menteri Keuangan Nomor : 8/PMK.07/2020 tentang Tata Cara Penyaluran Dana Alokasi Umum