PORTOFOLIO
Terapi Profilaksis Rabies pada Kasus Gigitan Anjing
Program Internship Dokter Indonesia
Rumah Sakit Umum Daerah Ahmad Ripin
Kabupaten Muaro Jambi
2014/2015
BERITA ACARA DISKUSI/PRESENTASI PORTOFOLIO
Pada hari ini, tanggal .... Agustus 2014, telah dipresentasikan sebuah portofolio oleh Nama : Nila Rosalina
Judul : Tatalaksana Gigitan Anjing Nama Pendamping : dr. Susy Andriati
Nama Wahana : RSUD Ahmad Ripin
No Nama Peserta Diskusi/Presentasi Tanda Tangan 1 dr. Fariz Cahya Nugraha
2 dr. Theodorus Suwendi 3 dr. Nila Rosalina 4 dr. Yurike Hanaka
5 dr. Denise Dewanto Setiawan 6 dr. Graz Yudo Hadi Rimba 7 dr. Andika Perdani
8 dr. Mohammad Saddam Alkautsar 9 dr. Debora Victoria
10 dr. Anastasia
11 dr. Dimas Satria Yolanda 12 dr. Rendy Andika
Berita acara ini ditulis dan disampaikan sesuai dengan yang sesungguhnya.
Pendamping 1, Pendamping 2,
dr. Susy Andriati dr. Sahata
Nama Peserta : dr. Nila Rosalina
Nama Wahana : RSUD Ahmad Ripin Muaro Jambi Topik : Tatalaksana Gigitan Anjing Tanggal (kasus ) : 19 Mei 2014
Nama Pasien : An. Imam, 5 tahun No.RM :
-Tanggal Presentasi : 14 Agustus 2014 Pendamping : dr. Susy Andriati Tempat Presentasi : Ruang Komite Medik RSUD Ahmad Ripin
Objektif Presentasi :
□ Keilmuan □ Keterampilan □ Penyegaran □ Tinjauan Pustaka □ Diagnostik □ Manajemen □ Masalah □ Istimewa
□ Neonatus □ Bayi □ Anak □ Remaja □ Dewasa □ Lansia □ Bumil Tujuan :
Bahan Bahasan : □ Tinjauan Pustaka □ Riset □ Kasus □ Audit
Cara Membahas : □ Diskusi □ Presentasi dan Diskusi □ Email □ Pos
KASUS
1. PRIMARY SURVEY
a. Pediatric Assessment Triangle
Appearance :
Keadaan Umum : Anak tampak gelisah dan menangis, tampak sakit sedang. Tonus : Tidak ada kejang, gerakan ekstremitas normal, tidak ada
kelemahan otot.
Interactive : Terdapat interaksi antara anak dengan lingkungan sekitar. Consolability : Anak mudah ditenangkan.
Look : tatapan mata melihat lawan bicara, mata tidak mendelik keatas Speech : Menangis
o Work of breathing : Napas spontan, napas cepat dan kedalaman cukup Jalan napas bebas, suara napas tambahan(-), penggunaan otot bantu pernapasan (-), pergerakan dinding dada simetris saat inspirasi dan ekspirasi.
Circulation : Nadi teraba cepat, reguler dan isi cukup, perdarahan (-), kulit ujung jari pucat (-), sianosis (-), turgor cukup, akral hangat, Capillary Refill Time (CRT) < 3 detik. b. Penilaian disability : E4M6v5 (GCS 15)
c. Penilaian exposure : luka (-), deformitas (-)
ANAMNESIS
Keluhan Utama(Alloanamnesis Ibu pasien)
Digigit anjingdi tengkuk kanan sejak 30 menit sebelum masuk rumah sakit.
Riwayat Penyakit Sekarang
Setengah jam sebelum masuk rumah sakit pasien digigit anjing di tengkuk sebelah kanan. Pasien sedang duduk bermain-main di halaman rumahnya ketika tiba-tiba datang anjing liar dan langsung menggigit tengkuk pasien. Keluarga melihat bahwa tiba-tiba anjing langsung datang dan pasien sebelumnya sama sekali tidak menganggu anjing tersebut. Keluarga tidak melihat detail ciri-ciri anjing yang menggit pasien. Keluarga langsung membantu dengan memukul anjing yang lalu langsung kabur dan tidak diketahui nasibnya. Pasien segera dibawa ke rumah sakit. Gejala demam, sakit kepala, mual & muntah pada pasien disangkal.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat serupa sebelumnya tidak ada
Pasien belum pernah mendapatkan VAR (Vaksin Anti Rabies) sebelumnya
Riwayat Penyakit Keluarga
Riwayat serupa (digigit anjing) dalam keluarga disangkal
Riwayat Lingkungan
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya, nenek dan satu kakak pasien. Keluarga pasien mengaku di lingkungan tempat tinggalnya sering melihat anjing berkeliaran, namun keluarga tidak mengetahui apakah ada tetangga di sekitar rumah yang pernah digigit anjing atau tidak. Sepengetahuan keluarga, tidak ada warga di lingkungan tempat tinggal pasien yang memelihara anjing.
Riwayat Kehamilan
Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara. Tidak ada keluhan atau sakit selama kehamilan. Ibu pasien juga tidak mengonsumsi obat-obatan maupun jamu. Ibu pasien rajin memeriksakan kehamilannya ke bidan sebulan sekali. Merokok dan minum alkohol saat kehamilan disangkal.
Riwayat Kelahiran
Pasien lahir di bidan. Pasien lahir dengan persalinan normal. Pasien lahir cukup bulan, Berat badan dan Panjang badan ibu pasien tidak ingat. Pasien langsung menangis, tidak biru atau kuning.
Riwayat Nutrisi
Pasien mendapat ASI eksklusif selama ± 1,5 tahun. Pasien mulai diberikan makanan lunak pada usia 6 bulan. Sehari-hari pasien makan 3 kali/hari dengan selingan buah tidak rutin terkadang 2 kali/minggu. Makanan pasien sehari-hari adalah nasi, sayur dan lauk..1 porsi makan adalah 1 piring kecil. Pasien minum susu juga tidak rutin hanya jika pasien mau terkadang ± 3 kali/minggu.
Riwayat Tumbuh Kembang
Pasien tumbuh normal selayaknya anak seumurannya.
Riwayat Imunisasi
Berdasarkan keterangan ibu pasien, imunisasi dasar pasien lengkap. Pasien imunisasi di
puskesmas. PEMERIKSAAN Pemeriksaan Fisik 19 Mei 2014 Antropometri BB: 18kg TB: 106 cm BB Ideal: 17 kg
Status Gizi 18/17 x 100= 106 % (gizi baik) height age = 4,5 th
Kebutuhan kalori = 90kkal x 17 kg= 1530 kkal/hari
Tanda vital
Keadaan umum: Tampak sakit sedang Kesadaran: Compos mentis (GCS E4M6V5) Tekanan darah: 90/60 mmHg
Nadi: 90 kali/menit, teratur, isi cukup, ekual pada keempat ekstremitas Frekuensi nafas: 24 kali/menit, abdominotorakal, dalam, teratur Suhu: 36,5oC
Status generalis
Kepala: normocefali, tidak ada deformitas
Mata: Pupil isokor, konjungtiva anemis , sklera ikterik -/-THT: Cairan dari telinga tidak ada, sekret dari hidung tidak ada Mulut: Bibir dan mukosa lembab
Leher: KGB tidak teraba
Paru: Pergerakan simetris. Tidak terdapat penggunaan otot bantu napas. Vesikuler +/+, ronkhi , wheezing
-/-Jantung: Bunyi jantung I dan II reguler, murmur tidak ada, gallop tidak ada
Abdomen: Datar, lemas, tidak ada nyeri tekan, bising usus 4x/menit, hepar dan lien tidak teraba, turgor kembali lambat
Ekstremitas: akral hangat, CRT < 2 s, edema tidak ada
Status Lokalis:
Pada regio tengkuk bagian kanan terdapat vulnus laseratum berjumlah dua, masing masing berukuran 3 x ½ x ½ cm dan 2x ½ x ½ cm, dasar jaringan. Perdarahan (+), eritema (+), edema (+), nyeri tekan (+), pus (-).
Pemeriksaan Penunjang
Tidak diperiksa pemeriksaan penunjang
DiagnosisKerja
Vulnus Laseratum regio coli posterior dextra ec gigitan anjing
Tatalaksana -wound toilet -hecting -ATS ½ Ampul -Amoksisilin syrup 3x ½ cth -PCT Syrup 3x ½ cth 6
-Injeksi verorab 0,5 ml
TINJAUAN PUSTAKA
PENULARAN VIRUS RABIES
Bagaimana cara penularan virus rabies? - Hewan ke hewan1
Semua spesies mamalia rentan terhadap infeksi virus rabies. Oleh karena itu, tidak mustahil suatu hewan peliharaan yang diklaim sehat oleh pemiliknya ternyata terinfeksi virus rabies. Penularannya dapat dijelaskan dengan langkah-langkah berikut ini:
o Hewan peliharaan digigit atau dicakar hewan liar o Virus rabies diintroduksi melalui saliva yang terinfeksi
o Virus rabies berjalan melalui serabut saraf menuju otak hewan peliharaan. Pada saat ini hewan korban belum menunjukkan gejala. Masa ini disebut masa inkubasi yang bisa berlangsung selama 3-12 minggu. Gigitan hewan selama masa ini tidak beresiko menularkan rabies.
o Virus yang sudah mencapai otak bermultiplikasi dan selanjutnya mengkontaminasi kelenjar air liur hewan korban. Pada masa ini, hewan sudah menunjukkan gejala dan dapat menularkan rabies. Hewan yang sudah menunjukkan gejala biasa akan mati dalam waktu 7 hari sejak onset gejala. Banyak studi yang sudah dilakukan pada hewan-hewan peliharaan seperti anjing dan kucing yang menunjukkan bahwa bahkan beberapa hari sebelum gejala muncul, saliva hewan-hewan tersebut sudah mengandung virus rabies dan dengan demikian mampu menularkan virus rabies.
- Hewan ke manusia1
Banyak hewan yang menjadi reservoir virus rabies yang dapat menginfeksi manusia. Hewan liar yang sering menularkan rabies adalah rubah, coyote, rakun, sigung, dan kelelawar. Anjing dan kucing liar juga dianggap bisa menularkan rabies. Mamalia-mamalia kecil seperti tupai,
chipmunk, hamster, tikus, dan kelinci hampir belum pernah ditemukan terinfeksi rabies dan
belum pernah ditemukan adanya kasus penularan ke manusia melalui gigitan/cakaran hewan-hewan tersebut. Hewan-hewan-hewan domestikasi seperti anjing, kucing, ferret, dan hewan-hewan-hewan-hewan ternak juga dapat menularkan rabies.
Transmisi virus rabies dari hewan ke manusia hanya bisa terjadi jika virus rabies pada saliva hewan mengalami kontak dengan luka terbuka pada kulit atau membran mukosa utuh pada manusia. Secara umum, pajanan dari hewan bisa dibagi menjadi dua bagian besar:1
o Bite exposure
Segala macam gigitan dari hewan-hewan di atas beresiko menularkan rabies. Namun, resiko tertular rabies juga bervariasi berdasarkan spesies hewan yang menggigit, bagian tubuh yang digigit, dan derajat keparahan luka. Gigitan dari hewan yang tak terprovokasi juga dianggap memiliki potensi lebih besar dalam menularkan rabies.
o Non-bite exposure
Non-bite exposure terdiri dari kontaminasi luka terbuka atau membran mukosa manusia oleh
jilatan atau cakaran hewan.
Kontak dengan darah, urin, dan kotoran hewan tidak termasuk dalam non-bite exposure. - Manusia ke manusia1
Hampir tidak pernah ada kasus penularan dari manusia ke manusia. Satu-satunya kasus penularan rabies dari manusia ke manusia yang perrnah didokumentasikan terjadi antara 8 resipien transplantasi kornea dan 3 resipien transplantasi organ lainnya. Walaupun secara teori memungkinkan, belum pernah sekalipun diketahui adanya kejadian penularan rabies antar manusia yang terjadi melalui gigitan atau cakaran manusia. Kontak biasa antar manusia (seperti bersentuhan) dan kontak dengan cairan darah, urin, atau feses penderita rabies tidak beresiko menularkan rabies.
MANAGEMENT GIGITAN HEWAN
A. PERAWATAN LUKA
Setiap ada kasus gigitan hewan menular rabies harus ditangani dengan cepat dan sesegera mungkin. Untuk mengurangi/mematikan virus rabies yang masuk pada luka gigitan, usaha yang paling efektif ialah mencuci luka gigitan dengan air (sebaiknya air mengalir) dan sabun atau diteregent selama 10-15 menit, kemudian diberi antiseptik (alkohol 70 % dan betadine).
Meskipun pencucian luka menurut keterangan penderita sudah dilakukan, namun di Puskesmas Pembantu/Puskesmas/Rumah Sakit harus dilakukan kembali seperti di atas.2,3
Luka gigitan tidak dibenarkan untuk dijahit. Bila memang perlu sekali untuk dijahit, maka diberi Serum Anti Rabies (SAR) sesuai dengan dosis, yang disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin dan sisanya disuntikan secara intra muskuler. Disamping itu harus dipertimbangkan perlu tidaknya pemberian serum/ vaksin anti tetanus, antibiotik untuk mencegah infeksi, pemberian ATS, dan pemberian analgetik.2,3
B. POST-EXPOSURE PROPHYLAXIS TERHADAP RABIES
B.1 Indikasi pemberian VAR dan SAR 1. Jenis hewan dan status hewan.
Tabel 1. Panduan Profilaksis Pasca Pajanan Berdasarkan Jenis dan Status Hewan1
2. Jenis Pajanan
WHO
Jenis kontak adalah sebagai berikut :
kategori I menyentuh atau memberi makan hewan, jilatan pada kulit
Kategori II gigitan, cakaran kecil atau lecet tanpa pendarahan, jilatan pada kulit yang luka Kategori III gigitan/cakar transdermal single atau multiple, air liur dari jilatan yang mengkontaminasi selaput mukosa, gigitan atau cakaran kelelawar.
Depkes 2011
a. Luka risiko rendah adalah jilatan pada kulit luka, garukan atau lecet (erosi dan ekskoriasi ), luka kecil disekitar tangan, badan dan kaki.
b. Luka risiko tinggi adalah:
- Jilatan pada selaput mukosa yang utuh, seperti selaput lendir (konjungtiva) mata, selaput lendir mulut, selaput lendir anus dan selaput lendir alat genitalia eksterna.
- Jilatan atau luka diatas daerah bahu ( leher, muka dan kepala).
- Luka gigitan pada jari tangan dan jari kaki (daerah yang banyak persyarafan). - Luka gigitan pada genitalia
- Luka gigitan yang lebar/dalam. - Jumlah luka banyak (multiple)
3. Status imunisasi pasien.
Tabel 2 dan 3. Jenis Profilaksis Pasca Pajanan Berdasarkan Status Imunisasi.1
Rangkuman (tabel dan algoritme) 3
NO Type Gigitan Luka
Keadaan hewan yang menggigit
Pengobatan yang dilanjurkan Pada waktu
menggigit
Observasi selama 10
hari 1. Kontak tetapi tidak ada luka,
Kontak tidak langsung, tidak ada kontak.
Sehat Sehat Tidak Perlu diberikan pengobatan Gila Rabies
2. Jilatan pada kulit luka garukan atau lecet, luka kecil disekitar
a.Sehat Sehat Tidak perlu vaksinasi b.Tersangka
gila
Sehat Segera diberikan vaksinasi. Hentikan vaksinasi tersebut apabila
tangan,badan dan kaki. ternyata hewan yang tersangka masih sehat selama 10 hari observasi c.Hewan lari atau hewan yang gila dan hewan tidak dapat diobservasi
Rabies Segera diberikan vaksinasi anti rabies secara lengkap.
3. Jilatan pada mukosa; luka parah ( multiple; atau luka dimuka, kepala, jari kaki, jari tangan atau leher) Mencurigak an atau gila atau jika hewannya tidak bisa diobservasi Serum +Vaksinasi.
Hentikan pengobatan jika sehat
B.2 Dosis dan cara pemberian Profilaksis Post-exposure
1. Dosis dan cara pemberian Vaksin Anti Rabies (VAR)
Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV) produksi IFFA Merieux Perancis dengan nama dagang VERORAB.3
Indikasi:
1.1 Pencegahan rabies kepada mereka yang mempunyai risiko besar untuk mendapatkan infeksi, kelompok tersebut adalah: 3
- Petugas kesehatan (dokter/perawat) yang menangani kasus luka gigitasn hewan penular rabies/ penderita rabies.
- Dokter hewan
- Teknisi yang berhubungan dengan hewan berisiko - Petugas laboratorium yang bekerja pada virus rabies. - Petugas rumah potong hewan.
- Petugas peternakan yang menangani hewan penular rabies. 1.2 Pengobatan setelah kontaminasi
Bila seorang pasien yang telah selesai divaksinasi dengan vaksin anti rabies secara lengkap dengan PVRV dan dalam jangka waktu 3 bulan setelah divaksinasi digigit oleh anjing, kucing, kera, maupun hewan lain yang positif rabies, maka pasien tadi tak perlu divaksinasi lagi. Sedangkan digigit anjing tersangka rabies lagi antara 3 bulan-1 tahun cukup diberi VAR 1 kali, sedangkan lebih dari 1 tahun atau lebih dianggap penderita baru.3
Kontraindikasi:
Mengingat pentingnya pencegahan rabies, semua kontraindikasi adalah sekunder bila terdapat kasus tersangka/kontaminasi dengan virus rabies.3
Efek samping:
Efek samping yang terjadi seperti: kemerahan dan indurasi ringan pada tempat bekas suntikan. Jarang terjadi demam.Penyimpanan antara 2-8ºC. Lama kadaluarsa tiga tahun.3
Kemasan : vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe.
Komposisi : Vaksin kering beku, 1 dosis imunisasi dengan daya proteksi lebih besar atau sama dengan 2,5 ml internasional unit, sebelum dan sesudah pemanasan selama 1 bulan pada suhu +37ºC. Virus rabies (Wistar Rabies PM/WI 38-1503-3M strain), diperoleh dari biakan pada vero contineous cellines, dinaktivasi dengan beta propiolakton.
Maltosa qs 1 dosis imunisasi.
Albumin plasenta manusiaqs 1 dosis imunisasi. Pelarut : NaCl 4% 0,5 ml.
Harga : Rp. 90.000
Cara pemberian : disuntikkan secara IM di daerah deltoideus (anak–anak di daerah paha).
VAKSINASI DOSIS WAKTU PEMBERIAN
ANAK DEWASA
Dasar 0,5 ml 0,5 ml 4x pemberian :
Hari ke-0, 2x pemberian sekaligus ( deltoideus kiri dan kanan)
Hari ke-7 dan 21
Ulangan - -
-2. Dosis dan cara Pemberian Serum Anti Rabie (SAR)
Serum anti rabies yang digunakan adalah serum homolog dan serum heterolog. Serum ini diproduksi oleh IFFA Merieux Perancis dengan nama imogam, produksi Cutter USA dengan nama Hyperab, dan produksi perancis (Sanofi Pasteur) dengan nama Favirab.3
2.1 Serum Homolog (Human Rabies Immune Globulin=HRIG)
Indikasi : untuk pengobatan tersangka/ rabies di kombinasikan dengan vaksin rabies. Nama dagang : IMOGAM
Komposisi : Human Rabies Immunoglobuline 300 IU/ Syringe 2 ml. Kemasan : vial 2 ml (1 ml = 150 IU)
Harga : Rp. 1.409.091
Cara pemberian:Disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka sebanyak mungkin, sisanya disuntikkan secara intramuskuler.3
JENIS SERUM DOSIS WAKTU PEMBERIAN KETERANGAN Serum Homolog 20 IU/kg BB Bersamaan dengan
pemberian VAR hari ke-0
Sebelumnya tidak perlu dilakukan skin test 2.2 Serum Heterolog (Equine Rabies Immunoglobin = ERIG)
Indikasi : untuk pengobatan tersangka/ rabies di kombinasikan dengan vaksin rabies. Nama Dagang : FAVIRAB
Komposisi : Equine Rabies Immunoglobin (ERIG) 1000 IU/5 ml Kemasan : 1 vial @ 5 cc : 1000 IU/vial.
Harga : Rp.-Cara Pemberian:
- Serengah dosis atau sebanyak mungkin disuntikan secara infiltrasi di sekitar luka. - Sisanya disuntikan secara intramuskuler di regio gluteal.3
JENIS SERUM DOSIS WAKTU PEMBERIAN KETERANGAN ERIG 40 IU/kg BB Bersamaan dengan Sebelum disuntikkan
atau 0,5 cc/kg BB
pemberian VAR hari ke-0 harus dilakukan skin test*
C. Pencegahan
i.Pada hewan3
- Hewan peliharaan sebaiknya dibawa ke dokter hewan untuk mendapatkan vaksin.
- Kontrol teratur ke dokter hewan dan menjaga hewan peliharaan di bawah pengawasan langsung.
- Memandulkan hewan peliharaan untuk membantu mengurangi jumlah hewan peliharaan yang tidak diinginkan atau yang tidak benar dirawat atau yang tidak divaksinasi secara teratur.
- Jangan memelihara hewan sembarangan dari lingkungan sekitar.
ii.Pada manusia
Pre-exposure prophylaxis3
Dosis dan cara Pemberian VAR untuk Pengebalan Sebelum Digigit Purified Vero Rabies Vaccine (PVRV)
Kemasan :
Vaksin terdiri dari vaksin kering dalam vial dan pelarut sebanyak 0,5 ml dalam syringe. Cara pemberian: Disuntikkan secara intra muskuler di daerah deltoideus.
VAKSINASI DOSIS WAKTU PEMBERIAN
Dasar 1.0,5 ml Hari ke-0
2.0,5 ml Hari ke-28
Ulang 0,5 ml 1 tahun setelah pemberian 1 Ulangan selanjutnya 0,5 ml Tiap 3 tahun
DAFTAR PUSTAKA
1. CenterforDiseaseControlandPrevention.Rabies.Diunduh dari:
http://www.cdc.gov/rabies/prevention/index.html[Diunduh pada tanggal 1Juni 2014, pukul 19.00].
2. World Health Organization. WHO:Guides for post-exposure prophylaxis.Diunduh dari:
http://www.who.int/rabies/human/postexp/en/[ diunduh pada1Juni 2014, pukul 20.00].
3. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia .Petunjuk Perencanaan dan Penatalaksanaan
Kausu Gigitan Hewan Tersangka/ Rabies di Indonesia.Bakti Husada. 2011
S: Dari hasil alloanamnesis bisa didapatkan beberapa hal, diantaranya:
- Bagian tubuh yang digigit anjing adalah tengkuk sebelah kanan. Menurut depkes tahun 2011,luka gigitan diatas daerah bahu ( leher, muka dan kepala) termasuk luka resiko tinggi. Menurut WHO jenis pajanan termasuk kategori tiga karena lukanya luka gigitan yang sudah mengakibatkan perdarahan.
- Hewan yang menyerang adalah anjing. Walaupun keluarga tidak memperhatikan ciri-ciri fisik anjing yang menggigit pasien, anjing tersebut berpotensi mengidap penyakit rabies. Hal ini didasarkan pada:
o Anjing tersebut kemungkinan besar adalah anjing liar karena tidak diketahui adanya pemilik anjing disekitar lingkungan tempat tinggal pasien, serta keluarga pasien juga sering melihat anjing yang berkeliaran di lingkungan tempat tinggal mereka. Anjing liar tentu berpotensi mengidap rabies.
o Saat pasien bermain dihalaman rumahnya, keluarga melihat anjing tersebut lsngsung menyerang tanpa sebelumnya diprovokasi oleh pasien.
- Anjing yang menggigit tersebut langsung kabur, sehingga tidak dapat diperiksa lebih lanjut apakah mengidap rabies atau tidak. Dengan demikian tidak ada alasan kuat untuk menyatakan bahwa pasien tidak beresiko terkena rabies.
- Disangkal adanya gejala demam, sakit kepala, mual & muntah pada pasien yang merupakan gejala prodromal rabies. Namun kejadian juga baru berlangsung setengah jam, sehingga tentu gejala prodromal belum terlihat dan artinya kita tidak bisa bergantung dengan gejala klinis untuk menentukan pasien terkena rabies atau tidak.
- Pasien belum pernah divaksin dan diggigit anjing sebelumnya.
O: Status LokalisPada regio tengkuk bagian kanan terdapat vulnus laseratum berjumlah dua, masing masing berukuran 3 x ½ x ½ cm dan 2x ½ x ½ cm, dasar jaringan. Perdarahan (+), eritema (+), edema (+), nyeri tekan (+), pus (-).
Hasil pemeriksaan status lokalis pada pasien sesuai dengankesimpulan yang diperoleh pada alloanamnesis yaitu luka resiko tinggi dan pajanan kategori tiga.
A: Diagnosis gigitan anjing dengan potensi tertular rabies bisa ditegakkan karena : - Dari anamnesis:
o Pasien digigit anjing yang kemungkinan besarliar yang menyerang tanpa provokasi dan kemudian kabur sehingga tidak bisa dipastikan anjing tidak mengidap rabies. Semua temuan ini memiliki arti bahwa kemungkinan pasien tertular rabies pun besar.
o Gigitan anjing dimanifestasikan dengan VL berjumlah 2 buah pada daerah tengkuk kanan yang disertai perdarahan, yang berarti luka termasuk resiko tinggi dan kategori tiga, yang artinya juga potensi penularan rabies besar.
P:
Indikasi terapi
post-exposure profilaksis
Terapi referensi Terapi SOP Terapi yang os dapatkan
Hewan yang menggigit pasien kemungkinan besar adalah anjing liar. Berdasarkan refererensi yang didapat dari CDC pasien harus segera divaksinasi. Anjing tersebut tidak dapat ditangkap. Dengan fakta bahwa luka pada pasien termasuk dalam luka resiko tinggi dan kategori tiga, maka jenis
post-exposure prophylaxis yang harus
diberikan adalah VAR dan SAR. Pemberian VAR dan SAR pada kasus ini juga dibenarkan karena pasien memang belum pernah mendapat terapi profilaksis sebelumnya.
Tidak ada Pada os hanya diberikan VAR. SAR tidak diberikan karena harga mahal, seharusnya os bisa mendapatkan SAR jika dilaporkan ke dinas peternakan karena tergolong kasus risiko tinggi. Dosis dan cara pemberian terapi post-exposure profilaksis
VAR Dosis 0,5 ml, 4x pemberian :Hari ke-0, 2x pemberian sekaligus, hari ke-7 dan 21.
SAR Dosis 20 IU/kg BB. Pemberian: Bersamaan dengan pemberian VAR hari ke-0
Tidak ada Injeksi Verorab 0,5 mlhari ke-0, ke- 3, ke-7, ke-14, dan ke-28.