ASUHANKEPERAWATANTERHADAP Tn.S ASUHANKEPERAWATANTERHADAP Tn.S
DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DIRUANGKUTILANG DENGAN MASALAH UTAMA HALUSINASI DIRUANGKUTILANG
RUMAHS
RUMAHSAKITJIWADAAKITJIWADAERAH ERAH PROPROVINSVINSI LAMPUNI LAMPUNGG
DISUSUN OLEH : DISUSUN OLEH : 1.
1. ASEP MASDUKI, S. KepASEP MASDUKI, S. Kep 2.
2. INDAH PURNAMA SARI, S. KepINDAH PURNAMA SARI, S. Kep 3.
3. M. HARITS JUNAEDI, S. kepM. HARITS JUNAEDI, S. kep 4.
4. RIMADHANA DWI P.S, S. KepRIMADHANA DWI P.S, S. Kep
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes) SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKes)
MUHAMMADIYAH PRINGSEWU MUHAMMADIYAH PRINGSEWU
PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN NERS PROGRAM PROFESI KEPERAWATAN NERS
2018 2018
HALAMANPENGESAHAN HALAMANPENGESAHAN Laporan Kasus berjudul
Laporan Kasus berjudul ““Asuhan KeperawatanTerhadap Tn.S Dengan MasalahAsuhan KeperawatanTerhadap Tn.S Dengan Masalah Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung
Lampung”” yang disusun oleh Kelompok telah disetujui sebagai salah satu tugas yang disusun oleh Kelompok telah disetujui sebagai salah satu tugas Stase Keperawatan Jiwa pada Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Stase Keperawatan Jiwa pada Program Profesi Ners STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung 2018. Pringsewu Lampung 2018. Mengetahui Mengetahui Pembimbing Akademik Pembimbing Akademik
Ns. Nuria Mulyani, M. Kep., Sp
Ns. Nuria Mulyani, M. Kep., Sp. Kep., J. Kep., J
Pembimbing Klinik Pembimbing Klinik
Ns. Andi Susanto, S. Kep Ns. Andi Susanto, S. Kep
KATAPENGANTAR KATAPENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan Rahmat, Hidayah dan
Karunia-Karunia- Nya, Nya, sehingga sehingga penyusunan penyusunan laporan laporan kasus kasus yang yang berjudul berjudul “Asuhan“Asuhan Keperawatan Terhadap Tn.S Dengan Masalah Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang Keperawatan Terhadap Tn.S Dengan Masalah Utama Halusinasi Di Ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung
Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung”, ”, dapat dapat diselesaikan.diselesaikan. Laporan kasusLaporan kasus ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas stase ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan tugas stase keperawatan jiwa. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada keperawatan jiwa. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada ::
1.
1. Ns. Arena Lestari, M. Ns. Arena Lestari, M. Kep., Sp. Kep., Sp. Kep. JKep. J. Selaku . Selaku Ketua STIKes Ketua STIKes MuhamadiyahMuhamadiyah Pringsewu
Pringsewu 2.
2. Ns. Ns. Rani Rani Ardina, Ardina, S. S. Kep., Kep., M. M. Kep., Kep., Selaku Selaku Kepala Kepala Prodi Prodi Ners Ners STIKesSTIKes Muhamadiyah Pringsewu
Muhamadiyah Pringsewu 3.
3. Ns. Ns. Nuria Nuria Mulyani, Mulyani, M. M. Kep., Kep., Sp. Sp. Kep., Kep., J. J. Selaku Selaku Pembimbing Pembimbing AkademikAkademik STIKes Muhamadiyah Pringsewu
STIKes Muhamadiyah Pringsewu 4.
4. Ns. Ns. Andi Andi Susanto, Susanto, S. S. Kep., Kep., Selaku Selaku Pembimbing Pembimbing Klinik Klinik Rumah Rumah Sakit Sakit JiwaJiwa Daerah Provinsi Lampung
Daerah Provinsi Lampung
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, maka dari itu kritik Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini belum sempurna, maka dari itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.Tiada hal yang penulis dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.Tiada hal yang penulis harapkan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.
harapkan semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, 04 juni 2018 Bandar Lampung, 04 juni 2018
Penulis Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL DEPAN ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iv BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Tujuan Penelitian ... 3
C. Ruang Lingkup Penelitian ... 4
D. Manfaat Penulisan ... 4
BAB II TINJAUN PUSTAKA A. Kasus/Masalah Utama : Halusinasi ... 5
B. Proses terjadinya Masalah ... 11
C. Daftar Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji... 20
D. Pohon Masalah ... 23
E. Diagnosa Keperawatan... 24
F. Rencana Tindakan Keperawatan ... 24
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Data ... 26
B. Diagnose keperawatan ... 39
C. Rencana Tindakan Keperawatan ... 40
D. Catatan Perkembangan ... 46 BAB IV PEMBAHASAN A. Pengkajian Penelitian ... 45 B. Tindakan Keperawatan... 46 C. Implementasi ... 50 D. Evaluasi ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 59 B. Saran ... 60
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization menyatakan sehat adalah keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial.Sehat bukan sekedar terbebas dari penyakit atau cacat.Seseorang yang tidak berpenyakitpun belum tentu dikatakan sehat.Seseorang yang dikatakan sehat semestinya dalam keadaan yang sempurna, baik fisik, mental, maupun sosial (Notosoedirdjo 2005).
Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No 3 tahun 1996, adalah sesuatu kondisi yang memungkinkan perkembangan fisik, intelektual, dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu selaras dengan keadaan orang lain. Makna kesehatan jiwa mempunyai makna yang harmonis dan memperhatikan segi kehidupan manusia dan cara berhubungan dengan orang lain. Dari perngertian di atas dapat disimpulkan bahwa kesehatan jiwa adalah suatu kondisi perasaan sejahtera secara subjektif, suatu penilaian diri tentang perasaan mencangkup aspek konsep diri.Indikator mengenai keadaan sehat mental/jiwa yang minimal adalah individu yang tidak merasa tertekan atau depresi (Riyadi 2013, h. 1). (Riyadi 2013)
Notosoedirjo dan Latipun (2007), dimasa lalu gangguan jiwa dianggap sebagai kerasukan setan atau hukuman, karena pelanggaran sosial, agama atau norma sosial. Oleh sebab itu penderita dianiaya, dihukum, dijauhi atau diejek masyarakat.Saat ini pandangan tentang gangguan jiwa berubah.American Psychiatric Association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai sindrom atau pola psikologis atau pola perilaku yang penting secara klinis, yang terjadi pada individu, dan sindrom itu dihubungkan dengan adanya distress (misalnya, gejalanyeri, menyakitkan) atau disabilitas (ketidakmampuan pada salah satu bagian atau beberapa fungsi) atau disertai
peningkatan resiko secara bermakna untuk mati, sakit, ketidakmampuan, atau kehilangan kebebasan (Prabowo 2014, h.7). (Prabowo 2014).
Gangguan jiwa sesungguhnya sama dengan gangguan jasmaniah lainnya. Hanya saja gangguan jiwa bersifat lebih kompleks, mulai dari yang ringan seperti rasa cemas, takut hingga yang tingkat berat berupa sakit jiwa atau kita kenal sebagai gangguan jiwa (Hardianto 2009).Salah satu jenis gangguan jiwa adalah halusinasi. Halusinasi merupakan persepsi tanpa adanya rangsangan apapun pada panca indra seseorang, yang terjadi pada keadaan sadar atau bangun, berupa organik, fungsional, psikotik, atau histerik (Sunaryo 2014, h.
102).
Gangguan jiwa menyebabkan penderita tidak sanggup menilai dengan baik kenyataan, tidak dapat lagi menguasai diri untuk mencegah mengganggu orang lain atau merusak/menyakiti diri sendiri untuk itu perlu dilakukan asuhan keperawatan jiwa. Keperawatan jiwa adalah pelayanan kesehatan profesional yang didasarkan pada ilmu perilaku, ilmu keperawatan jiwa pada manusia sepanjang siklus kehidupan dengan responpsi ko-sosial yang maladaktif yang disebabkan oleh gangguan bio-psiko-sosial, dengan menggunakan diri sendiri dan terapi keperawatan jiwa melalui pendekatan proses keperawatan untuk meningkatkan, mencegah, mempertahankan dan memulihkan masalah kesehatan jiwa individu, keluarga dan masyarakat. Prinsip keperawatan jiwa berdasarkan pada paradikma kesehatan yang dibagi menjadi 4 komponen yaitu manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan (Madalise 2015), Riyadi, sujono, 2013 h. 2-3).
World Health Organisasi (WHO) (2013 (Yosep 2013) sekitar 450 juta orang didunia yang mengalami gangguan jiwa,setidaknya satu dariempat orang didunia mengalami masalah mental. Masalah gangguan kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi masalah yang sangat serius.
Masalah kesehatan jiwa di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sangat penting dan harus mendapat perhatian sungguh-sungguh dari seluruh jajaran lintas sektor Pemerintah baik di tingkat Pusat maupun Daerah, serta perhatian dari seluruh masyarakat. Beban penyakit atau burden of disease penyakit jiwa di Tanah Air masih cukup besar. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, menunjukkan bahwa prevalensi gangguan mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% untuk usia 15 tahun keatas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan, prevalensi gangguan jiwa berat, seperti schizophrenia
adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar 400.000 orang (Depkes RI 2014). Melihat dari pencatatan rekammedik dirumah sakit jiwa prof. dr. Soerodjo Magelang. Jumlah pasien gangguan jiwa terus mengalami peningkatan, pada tahun 2014 didapatkan data pasien gangguan jiwa sebanyak 9.591 orang dan pada tahun 2015 terhitung sampai bulan November ada 10.591 orang yang mengalami gangguan jiwa. Gangguan persepsi sensori : halusinasi menduduki angka terbanyak yaitu sebanyak 5.389 orang dan menjadi kasus terbanyak pertama di RSJ. Prof. dr. Soerodjo. Magelang.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu menggambarkan asuhan keperawatan secara komprehensif yang meliputi biologis, psikologis, sosial dan spiritual pada pasien resiko prilaku kekerasan dengan pendekatan proses keperawatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan ujian praktek di ruang Kutilang pada klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran penulis dapat:
a. Menuliskan konsep dan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan benar.
b. Melakukan pengkajian Tn. S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran secara komprehensif.
c. Menuliskan analisa data hasil pengkajian pada Tn. S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan benar.
d. Menuliskan diagnosa keperawatan yang muncul pada Tn. S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan tepat.
e. Menuliskan rencana asuhan keperawatan sesuai dengan diagnosa yang muncul pada Tn. Sdengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran dengan benar.
f. Melakukan evaluasi asuhan keperawatan pada Tn. Sdengan benar. g. Membuat dokumentasi asuhan keperawatan pada Tn. Sdengan benar. C. Ruang lingkup
Ruang lingkup dalam penulisan study kasus ini hanya berfokus pada Tn. S dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tanggal 21 - 23 Mei 2018 di ruang Kutilang Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi Lampung.
D. Manfaat Penulisan
Penulisan Karya Tulis Ilmiah ini mempunyai beberapa manfaat yang diharapkan antara lain :
1. Bagi ilmu pengetahuan
Sebagai literature untuk menambah pengetahuan tentang asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi: pendengaran .
2. Bagi penulis
Menambah pengetahuan dan pengalaman penulis dalam melakukan asuhan keperawatan jiwa pada klien dengan gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran.
3. Bagi institusi
Memberikan wacana dan masukan dalam proses belajar mengajar tentang asuhan keperawatan jiwa.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KASUS / MASALAH UTAMA : HALUSINASI 1. Pengertian Halusinasi
a. Menurut fontaine, 2009(dalam Satrio KL, dkk ) halusinasi adalah terjadinya penglihatan, suara, sentuhan , bau maupun rasa tanpa situmulus ekternal terhadap organ-organ indra.
b. Sedangkan menurut Towsend, 2009(dalamSatrioKL,dkk ), halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalan indra dimna tidak terdapat sitimulasi terhadap reseptor-reseptor nya,halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah yang mungkin meliputi salah satu dari menunjukan bahwa halusinasi dapat bermacam-macam yang meliputi halusinasi pendengaran, penglihatan , penciuman, perabaan dan pengecapan.
c. Menurut Stwar, 2009 (dalamSatrioKL,dkk), halusinasi adalah distorsi persepsi palsu yang terjadi pada respon neorobiologis yang maladaktif, klien mengalami distorsi sensori yang nyata dan merespon nya, namun dalam halusinasi situmulus internal dan ekternal tidak dapat di identifikasi.
d. Sedangkan NANDA-I (2009-211)(dalamSatrioKL,dkk), juga mengatakan bahwa halusinasi merupakan perubahan dalam jumlah dan pola situmulus yang diterima sertai penurunan berlebih atau distori atau
kerusakan respon beberapa situmulus.
e. Vidbeck (2009)(dalamSatrioKL,dkk) juga menyebutkan bahwa halusinasi bahwa persepsi sensori yang salah satu pengalaman persepsi yang tidak trjadi dalam realitas, halusinasi dapat melibatkan panca indra dan sensasi tubuh.
f. Halusinasi yang paling sering tejadi adlah halusinasi dengar ( Vidbeck 2008).
g. Stuwer (2009) juga menytkan bahwa halusinasi dengar merupakan masalah utama yang paling sering dijumpai.
h. Fontaine (2009) juga menyatakan bahwa halusinasu dengar merupakan gejala skizofrenia yang sering di jumpai, mencakup 70% dari keseluruhan halusinasi.
i. Sedangkan Sturat dan laraia (2005;struat 2009) juga mejelaskan bahwa 70% klien skizofernia mengalami halusinasi dengar.persentase diatas menunjukan bahwa halusinasi dengar merupakan halusinasi yang mayoritas di jumpai pada klien skizoferenia.
2. Jenis Halusinasi
a. Halusinasi pendengaran
Halusinasi dengar merupakan gejala mayoritas yang sering dijumpai pada klien skizoferinia.papolos dan papolos (2002, dalam fokan bahwa halusinasi ntaine, 2009) menyatkan halusinasi delusi mencapai 90% merupakan masalah utama yang paling sering di jumpai 70%. Diperkuat oleh stuart dan laria (2005) yang menyatakan bahwa klien skizoferinia 70% mengalami halusinasi dengar. Senada dengan pertanyaan diatas (2009) yang juga menyatakan bahwa halusinasi yang paling sering dikaitkan dengan skizoferenia, skitar 70% klien skizofrenia mengalami halusinasi dengar.
Pertanyaan diatas menunjukan bahwa perentase halusinasi dengar merupakan perentase terbesar yang di temukan pada copel ( 2007), halusinasi pendengaran paling sering terjadi pada skizofrenia, ketika klen mendengar suara-suara,suara tersebut terpisah dari pikiran klien sendri. Isi suara-suara tersebut mengancam dan menghina, sering sekali suara tersebut memerintah klien untuk melakukan tindakan yang akan melukai klien dan orang lain.
Menurut stuart (2009), pada klien halusinasi dengar tanda dan gejala dapat dikateristik dengar bunyi atau suara, paling sering dalam bentuk suara, rentang dari suara sederhana atau suara yang jelas, suara
tersebut membicarakan tentang pasien,sampai percakapan yang komplet antara dua orang atau lebih seperti orang yang berhalusinasi.
b. Halusinasi penciuman
Pada halusinasi penciuman isi halusinasi dapat berupa mencium aroma atau bau tertentu sperti urine atau feces atau bau yang bersifat lebih umum atau bau busuk atau bau yang tidak sedap ( cancro dan lehman, 2000 dalam videbeck, 2008 ).
Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh struat (2009) pada halusinasi penciuman, klien dapat mencium busuk,jorok,dan bau tengik seperti darah,urin, atau tinja, kadang-kadang bau bias menyenangkan, halusinasi penciuman biasanya berhubungan dengan stroke,kejang, dan demens.
c. Halusinasi penglihatan
Sedang pada halusinasi penglihatan, isi halusinasi berupa melihat bayangan yang sebenarnaya tidak ada sama sekali, misalnya cahaya atau orang yang telah meninggal atau mungkin sesuatu yang bentuk nya menakutkan ( cancro & lehman, 2000 dalam videbeck, 2008 ). Isi halusinasi penglihatan klien adlah klien melihat cahay, bentuk geometris, kartun atau campuran antara gambaran bayangan yang komplek, dan bayangan tersebut dapat menyenangkan klien atau juga sebalik nya mengerikan ( struat & laraia,2005;struat,2009).
d. Halusinasi pengecapan
Sementara itu pada halusnasi pengecapan, isi berupa klien mengecap rasa yang tetap ada dalam mulut, atau perasaan bahwa makanan terasa seperti sesuatu yang lain. Rasa tersebut dapat berupa rasa logam atau pahit atau mungkin seperti rasa tertentu. Atau berupa rasa busuk, tak sedap dan anyir seperti darah, urine atau feces ( struat& laraia., 2005 ;stuart, 2009 ).
e. Halusinasi perabaan
Isi halusinasi perabaan adalah klien merasakan sensasi seperti aliran listrik yang menjalar keseluruh tubuh aatu binatang kecil yang merayap di kulit ( cancro& lehman, 2000 dalam videbeck, 2008). Klien juga dapat mengalami nyeri atau tidak nyaman tanpa adanya situmulus yang nyata, seperti sensasi listrik dan bumi, benda mati ataupun dan orang lain ( struat& laraia, 2005;struat,2009).
f. Halusinasi chenesthetik
Halusinasi chenesthetik klien akan merasa pungsi tubuh seperti darah berdenyut melalui vena dan arteri, mencerna makanan, atau bentuk
urin ( videbeck, 2008; struat, 2009).
g. Halusinasi kinestetik
Terjadi ketika klien tidak bergerak tetapi melaporkan sensai tubuh, gerakan tubuh yang tidak lazim seperti melayang di atas tanah. Sensasi gerakan sambil berdiri tak bergeraak ( videbeck, 2008; struat, 2009 )
3. Fase halusinasi
a. Comporting ( halusinasi menyenangkan,cemas ringan)
Klien yang berhalusinasi mengalami emosi yang itense seperti cemas, kesepian, merasa bersalah, dan takut dan mencoba untuk berfokus pada pikiran yang menyenang kan untuk menghilangkan kecemasan.seseorang mengenal bahwa pikiran pengalaman sensori berada dalam kesadaran control jiika kecemasan tersebut
Bias dikelola.
Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Tersenyum lebar, menyeringai tetapi tanpak tidak tepat 2) Menggerakan bibir tanpa membuat suara
4) Respon verbal yang lambat seperti asyik 5) Diam dan tanpak asik
b. Comdeming ( halusinasi menjijikan, cemas sedang )
Pengalaman sensori menjijikan dan menakutkan. Klien yang berhalusinasi yang mulai merasa kehilangan control dan mungkin berusaha menjauh diri, sertra merasa malu karna adanya pengalaman
sensori tersebut dan menarik dari diri orang lain. Perilaku yang dapat diobservasi:
1) Ditandai dengan peningkatan kerja syisem syraf autonomic yang menunjukan kecemasan missal nya terdapat peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.
2) Rentangperhatian menjadi sempit
3) Asyik dengan pengalaman sensori dan mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan halusinasi dengan realias
c. Controlling ( pengalaman sensori berkuasa, cemas berat )
Klien yang berhalusinasi menyerah untuk mencoba melawan pengalaman halusinasinya.Isi halusinasi bisa menjadi menarik/ memikat. Seseorang mungkin mengalami kesepian jika pengalaman sensori berakhir:
1) Arahan yang disertai halusinasi tidak hanya dijadikan obyek saja oleh klien tetapi mun gkin diikuti/dituruti
2) Klien mengalami kesulitan berhubungan dengan orang lain 3) Rentang perhatian hanya dalam beberapa detik atau menit
4) Tanpak tanda kecemasan berat seperti berkeringtat,teremor, tidak mampu mengikuti perintah.
d. Conquering ( melebur dalam pengaruh halusinasi, panic )
Pengalaman sensori bisa mengancam jika klien tidak mengikuti perintah dari halusinasi.halusinasi mungkin berakhir dalam waktu
empat jam atau sehari bila tidak ada itrvensi traupetik. Perilaku yang dapat di observasi:
1) Perilaku klien tanpak seperti dihantui tremor dan panic 2) Potensi kuat untuk bunuh diri dan membunuh orang lain
3) Aktifitas fisik yang menggambarkan klien menunjukan isi dari halusinasi misalnya kelien melakukan kekerasan, igatasi, menariik diri atau katatonia.
4) Klien tidak dapat berespon pada arah kompleks
5) Klien tidak dapat berespon pada lebih dari satu orang
4. Rentang respon neorobiologis Rentang respon Neorobiologis
RESPON ADAFTIF RESPON MALADAFTIF
1.Pikirn logis 2.persepsi akurat 3.emosi konsisten dengan pengalaman 4.prilaku sesuai 1.gangguan proses fikir (waham) 2.halusinasi 3.RPK 4.prilaku tidak terorganisir 5.isolasi sosial 1.kadang proses fikir terganggu 2.ilusi 3.emosi 4.prilaku tidak biasa 5.menarik diri
B. PROSES TERJADINYA MASALAH
Halusinasi sering secara umum diemukan pada klien skizoferinia. Proses terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia dapa dijelakan berdasarkan model adaptasi struat dan laraia ( 2005; struart , 2009 ) yaitu faktor predisposisi, faktor pridoposisi, penilaian stressor, sumber koping dan juga mekanisme koping.
1. Faktor predisposisi
Menurut stuart dan lansia (2005;stuart 2009), faktor presdisposisi yang dapat mengakibatkan terjadinya halusinasi pada klien skizofrenia meliputi faktor biologi,psikologi dan juga sosialkultural.
a. faktor biologi
Menurut videback (2008), faktor biologi yang dapat menyebabkan terjadinya skizofrenia adalah faktor genetic,neurotomi,neurokimia serta imunovirologi.
1) Genetik
Secara genetic ditemukan perubahan pada kromosom 5 dan 6 yang mempredisposisikan individu mengalami skizofrenia (copel, 2007). Sedangkan Buchanan dan carpeter (2000, dalam dalam stuart dan laraia,2005;stuart,2009) menyebutkan bahwa kromosom yang
berperan dalam menurunkan skizofrenia adalah
kromosom6.sedangkan kromosom lain yang juga berperan adalah kromosoni 4, 8, 15, dan 22,cracdock et al (2006 dalam stuart, 2009). Penelitian lain juga menemukan gen GAD 1 yang tanggung jawab memproduksi GABA, dimana pada klien skizofrenia tidak
dapat meningkat secara normal sesuai perkembangan pada daerah frontal,dimana bagian ini berfungsi dalam proses berfikir dan pengambilan keputusan hung et al, (2007 dalam stuart,2009).
Penelitian yang paling penting memusatkan pada penelitian anak kembar yang menujukan anak kembar identik beresiko mengalami skizofrenia sebesar 50% sedangkan pada kembar non
identik/fraternal beresiko 15% mengalami skizofrenia, angka ini meningkat sampai 35% jika kedua orang tua biologis menderita skizofrenia n (cancro&lehman,2000;videback,2008;stuart,2009) semua penelitian ini menunjukan bahwa faktor genetic hanya sebagian kecil penyebab terjadinya skizofrenia dan ternyata masih ada faktor lain yang juga berperan sebagai faktor penyebab terjadinya skixofrenia.
2) Neuroanatomi
Penelitian menunjukan kelainan anatomi,fungsional dan neurokimia di otak klien skizofrenia hidup dan postmortem,penelitian menunjukan bahwa kortek prefrontal dan system limbic tidak sepenuhnya berkembang di otak klien dengan skizofrenia. Penurunan volume otak mencerminkan penurunan baik materi putih dan materi abu-abu pada neuron akson (Kuroki et al,2006;hegigins,2007 dalam stuart,2009).hasil pemekrisaan computed tomography (CT)dan magnetic resonance imaging (MRI), memperlihatkan penurunan volume otak pada individu perkembangan skizofrenia, temuan ini memperlihatkan adanya keterlambatan perkembangan jaringan otak dan atropi. Pemeriksaan posistron Emission Termografi (PET) menunjukan.penurunan aliran darah ke otak pada lobus frontal selama tugas perkembangan kongnitif pada individu dengan skizofrenia.penelitian lain juga menunjukan terjadinya penurunan volume otak dan fungsi otak yang abnormal pada area temporalis dan frontal (videback,2008) perubahan pada kedua lobus positif skizofrenia tersebut belum di ketahui secara pasti penyebabnya.n
Keadaan patologis yang terjuadi pada lobus temporalis dan frontalis berkorelasi dengan terjadinya tanda-tanda positif negative dan skizofrenia .copel (2007) menyebutkan bahwa tanda-tanda
positif skizofrenia.seperti psikosis disebabkan karena fungsi otak yang abnormal pada lobus temporalis .sedangkankan tanda-tanda negatif seperti tidak ada kemauan atau motivasi dan anhedonia disebabkan oleh fungsi otak yang abnormal pada lobus frontalis.
Hal ini sesuai sadock dan sadock (2007 dalam towsen,2009) yang menyatakan bahwa fungsi utama lobus frontalis adalah aktivasi motorik,intelektual,perencanaan konseptual, aspek kepribadian,aspek produksi bahasa . sehingga apabila terjadinya gangguan pada lobus frontalis, maka akan terjadi perubahan pada aktivitas motorik, gangguan intelektual, perubahan kepribadian dan juga emosi yang tidak stabil.sedangkan fungsi utama dan lobus temporalis adalah pengaturan bahasa,ingatan dan juga emosi. Sehingga gangguan yang terjadi pada kortek temporalis dan nucleus-nukleus limbic yang berhubungan pada lobus temporalis akan menyebabkan timbulnya gejala halusinasi.
3) Neurokimia
penelitian di bidang neurotransmisi telah memperjelas hipotesis disregulasi pada skizorfenia,gangguan terus menerus dalam satu atau lebih neurotrasmiter dan neuromodulator mekanisme pengaturan homeostatic menyebabkan neurotransmisi tidak stabil atau tidak menentu.teori ini menyatakan bahwa area mesolimbik overaktif terhadap dopamine,sedangkan apa area prefrontal mengalami hipoaktif sehingga terjadio keseimbangan antara system neurotransmitter dopamine dan serotonin serta yang lain (stuart,2009)pernyataan memberi arti bahwa neurotransmitter mempunyai peranan yang penting menyebabkan terjadinya skizofrenia.
Beberapa refrensi menunjukan bahwa neurutransmiter yang berperan menyebabkan skizofrenia adalah dopamine dan serotonin.satu teori yang terkenal yang memperlihatkan dopamine sebagai penyebab,ini di buktikan dengan obat-obatan yang menyekat reseptor dopamine pascasinaptik mengurangi gejala psikotik dan pada kenyataan semakin efektif obat tersebut dalam dalam mengurangi gejala skizofrenia. Sedangkan serotonin berperan sebagai modulasi dopamine,yang membantu mengontrol kelebihan dopamine,beberapa peneliti yakin bahwa kelebihan serotonin itu sendiri berperan dalam perkembangan skizofrenia,ini di buktikan dengan penggunaan obat antipsikotik antipikal seperti klozapin (clozaril) yang merupakan antagonis dopamine dan serotonin.penelitian menunjukan bahwa klozapin dapat menghasilkan penurunan gejalapsikotik secara dramatis dan
mengurangi tanda-tanda negative skizofrenia
(o’connor,1998;marder,2000 dalam videback,2008).
Adanya overload reuptake neuro transmitter dopamine dan serotonin menyebabkan kerusakan komunikasi antar sel otak, sehingga jalur penerima dan pengirim informasi terganggu. Keeadaan inilah yang mengakibatkan informasi tidak dapat diprosessehingga terjadi kerusakan dalam persepsi yang berkembang menjai halusinasi dan kesalahan dalam membuat
kesimpulan yang berkembang menjadi delusi.
4) Imunovirologi
Sebuah penelitian untuk menerntukan “Virus Skizofrenia” telah berlangsung (Torrey et al, 2007; Dalman et al, 2008). Bukti campuran menunjukkan bahwa paparan prenatal terhadap virus influenza terutama selama trimester pertama, mungkinn menjadi salah satu faktor penyebab skizofren pada beberapa orang tetapi
tidak pada orang lain ( brown et al, 2004). Infeksi virus lebih sering terjadi pada tempat-tempat keramaian dan musim dingin dan awal musim semi dan dapat terjadi inutero atau pada anak usia dini pada beberapa orang yang rentan (Gallagher et al, 2007;Veling et
al, 2008 dalam Stuart 2009).
b. Faktor Psikologis
Selain faktor biologis diatas, faktor psilkologis juga ikut berperan mengakibatkan terjadinya skizofren.Awal terjadinya skizofren difokuskan pada hubungan dalam keluarga yang mempengaruhi perkembangan ganggian ini, teori awal menunjukkan kurangnya
hubungan antara orang tua dan anak, serta disfungsi system keluarga sebagai penyebab skizofren (Townsen, 2009). Penerlitian lain menyebutkan beberapa dengan skizofren menunjukkan selain kelainan halus yang meliputi perhatian, koordinasi, kemampuan social, fungsin neuromotor dan respon emosional jauh sebelum mereka menunjukkan gejala yang jelas dari skizofren (Schiffman et al, 2004 dalam Stuart, 2009). Sinaga (2007) menyebutkan bahwa lingkungan emosional yang tidak stabil mempunyai resiko yang besar pada perkembangan skizofren, pada masa kanak disfungsi situasi social seperti trauma masa kecil, kekerasan, hostilitas dan hubungan interpersonal yang kurang hangat diterima oleh anak sangat mempengaruhi perkembangan neurogikal anak sehingga lebih rentan mengalami skizofrenia di kemudian hari.
c. Faktor sosial Budaya
Adanya double bind dalam keluarga dan konflik dalam keluarga Torrey ( 1995, dalam videback,2008). Juga menyebutkan bahwa salah satu faktor social yang dapat menyebabkan terjadinya skizofren adalah adanya disfungsi dalam pengasuhan anak maupun dinamika
keluarga.Konflik tersebut apabila tidak diatasi dengan baik maka akan menyebabkan resiko terjadinya skizofren.
Berdasarkan Townsend (2005), faktor social cultural meliputi disungsi dalam keluarga, konflik keluarga. Komunikasi double bind serta ketidak mampuan seorang untuk memenuhi tugas perkembangan. Hal ini didukung oleh Seaward (1997, dalam Videback, 2008) menyebutkan bahwa skizofrenia disebabkan oleh faktor interpersonal yang meliputi komunikasi yang tidak efektif, ketergantungan yang berlebihan atua menarik diri dalam hubungan, dan kehilangan control emosional. Pernyataan ini menunjukkan bahwa faktor sosial budaya seperti pengalaman sosial dapat menjadi faktor penyebab terjadinya skizofrenia.
Pernyataan diatas didukung oleh penelitian tamer dkk (2002) yang menunjukan bahwa karakteristik responden skizofrenia yang mengalami halusinai adalah 216 orang berjenis kelamin laki-laki (70%) dan berusia rata-rata 27 tahun. Hal berbeda dinyatakan oleh sinaga, (2007) yang menyatakan bahwa prevalensi skizofrenia sama antara laki-laki dan perempuan, tetapi berbeda dalam onset dan perjalanan penyakit. Laki-laki mempunyai onset skizofrenia lebbih awal dibandingkan pada wanita.Penelitian tamer dkk (1998) juga menunjukan bahwa 76 responden skizofrenia tidak mempunyai pekerjaan (90%). Pekerjaan sangat erat kaitanya dengan penghasilan dan ststus ekonomi individu.hal ini di dukung oleh sinaga (2007) yang menyatakan bahwa stress yang di alami oleh anggota kelompok kelompok sosial ekonomi rendah berperan dalam perkembangan skizofrenia.
Masalah keluarga dan pendidikan dapat menjadi pencetus terjadinya skizofrenia hal ini ditunjukan oleh penelitian Tarrier dkk (1998) yang
menemukan bahwa skizofrenia ditemukan pada 24 responden (33.33%) yang hidup sendiri dan 78 responden tidak mempunyai pendidikan ataupun keahlian (91%). Hal ini menunjukan bahwa
memang kehidudan perkawinan dapat menjadi pencetus terjadinya skizofrenia jika terjadi akumulasi masalah yang tidak dapat diselesaikan (Hawari,2001 dalam Corolina, 2008). Begiu juga pendidikan, pendidikan dapat menjadi sumber koping individu yang dapat membantu individu dalam mengatasi stress (Stuart & Laraia,2005).
2. Faktor presipitasi
Kondisi normal, otak mempunyai peranan penting dalam meregulasi sejumlah informasi.Informasi normal diproses melalui aktifitas neoron. Situmulus visual dan audiotory dideteksi dan di saring oleh kan pada kelien skizoferinia terjadi mekanisme yang abnormal dalam memperoses informasi adalah faktor kesehehatan, lingkungan, sikap dan perilaku individu ( struat& laria, 2005; stuart, 2009 ).
Faktor pencetus halusinasi diakibatkan gangguan umpan balik diotak yang mengatur jumlah dan waktu dalam peroses informasi.Stimuli penglihatan dan pendengaran pada awal nya disaring oleh hipoyalamus dan dikirim untuk diperoses oleh lobus frontal dan bila informasi yang disampaikan terllu banyak pada suatu waktu atau jika informasi tersebut salah, lobus frontal mengirimkan pesan operload ke ganglia basal dan diingatkan lagi hipotalamus untuk memperlambat tranmisi kelobus frontal. Penurunan fungsi lobus frontal menyebabkan ganguan pada peroses umpan balik dalam penyampaian informasi yang menghasilkan peroses informasi overload ( struat& laraia, 2005; struat, 2009). Setersor persipitasi yang lain adanya abnormal pada pintu mekanisme pada klien skizofrenia, pintu mekanisme adalah peroses elektrik yang melibatkan elektolit, hal ini memicu penghambatan saraf dan rangsang aksi dan umpan balik yang
terjadi pada sistem saraf. Penurunanj pintu mekanisme/gating proses ini ditujukan dengan ketidakmampuan individu dalam memilih sitimuli secara selektif ( Hong et al., 2007 dalam struat 2009).
3. Penilaian terhadap stressor
Penilaiian terhadap stressor merupakan penilaiian individu ketika menghadapi stressor yang datang. Menurut sinaga ( 2007 ), faktor biologis,psikososial dan lingkungan saling menentegrasi atau sama lain saat individu mengalami setres sedangkan individu sendiri memiliki kerentanan ( diatesis ), yang jika diaktifkan oleh pengaruh stress maka akan menimbilkan gejala skizofrenia. Model diatesis setres diatas sama seperti model adaptasi struat dan laria ( 2005 ). Penilaian seseorang terhadap seteresor terdiri dari dan respon kognitif, afektif, fisiologis, perilaku dan sosial. Hal ini memberikan arti bahwa apabila individu mengalami suatu stressor maka ia akan merupakan stressor maka ia akan merespon stressor tersebut dan akan tanpak melalui tanda dan gejala yang muncul.
4. Sumber Koping
Berdasarkan seteruat dan laraia ( 2005 ), sumber koping merupakan hal yang penting dalam membantu klien dalam mengatasi stressor yang di hadapinya. Sumber koping tersebut meliputi aset ekonomi, sosial support, nilai kemmpuan individu mengatasi masalah. Apabila individu mempunyai sumber koping yang adekuat maka ia akan mampu beradaptasi dan mengatasi stressor yang ada.Keluarga merupakan salah satu sumber koping yang ditunjukan individu ketuka mengalami streres. Hal tersebut sesuai dengan videbeck ( 2008 ) yang menyatakan bahwa keluarga merupakan salah satu sumber pendukung yang utama dalam penyembuhan klien skizofrenia. Psikosis atau skizofrenia adalah penyakit menakutkan dan sangat menjengkelkan yang memerlukan penyesuaian yang baik bagi klien dan keluarga. Proses penyesuaian pasca psikotik terdiri dari empat
fase: (1) disonansi kognitif (psikosis aktif),(2) pencapaian wawasan ,(3) stabilitas dalam semua aspek kehidupan(ketetapan kognitif), dan (4) bergerak terhadap prestasi kerja atau tujuan pendidikan (ordinariness). Proses multifase penyesuaian dapat berlangsung 3 sampai 6 tahun ( Moller,2006, dalam Stuart,2009):
a. Efikasi / kemanjuran pengobatan untuk secara konsisten mengurangi gejala dan menstabilkan disonansi kognitif setelah episode pertama memakan waktu 6 sampai 12 bulan.
b. Awal pengenalan diri / insight sebagaio proses mandiri melakukan pemeriksaan realitas yang dapat diandalkan.pencapaian keterampilan ini memakan waktu 6 sampai 18 bulan bulan dan tergantung pada keberhasilan pengobatan dan dukungan yang berkelanjutan.
c. Setelah mencapai pengenalan diri/ insight, proses pencapaian kognitif meliputi keteguhan melanjutkan hubungan interpersonal normal dan reengaging dalam kegiatan yang sesuai dengan usia yang berkaitan dengan sekolah dan bekerja. Fase ini berlangsung 1 sampai 3 tahun. d. Ordinariness / kesiapan kembali seperti sebelum sakit ditandai dengan
kemampuan untuk secara konsisten dan dapat diandalkan dan terlibat dalam kegiatan yang sesuai dengan usia lengkap dari kehidupan sehari-hari mencerminkan tujuan prepsychosis fase ini berlangsung selam 2 tahun. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua terhadap penyakit , keuangan dan keetersediaan energi , dan kemampuan untuk menyediakan dukungan yang berkelanjutan mempengaruhi jalanya penyesuaian postpsychotic.
5. Mekanisme Koping
Pada klien skizofrenia , klien berusaha untuk melindungi dirinya dalam pengalaman yang disebabkan oleh penyakitnya . klien akan melakukan regresi untuk mengatasi kecemasan yang dialaminya , melakukan proyeksi sebagai usaha untuk menjelaskan persepsinya dan menarik diri yhang berhubungan dengan masalah membangun kepercayaan dan keasyikan
C. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI
1. Masalah keperawatan : Diagnosis Keperawatan NANDA-1 rentang respon neurobiologis, skizofrenia dan gangguan psikotik(Stuart,2009):
a. Anxiety
b. Impaired verbal Communication* c. Confusion, Acute
d. Compromised family coping e. Ineffective coping
f. Decisional conflict g. Hopelessness h. Impaired memory i. Noncompliance
j. Disturbed personal identity k. Ineffective role performance
l. Self care deficit (bathing/hygiene, dressing/grooming) m. Disturbed sensory perception*
n. Impaired social interaction* o. Social Interaction
p. Risk of suicide
q. Ineffective therapeutic regiment management r. Disturbed thought processes*
(*Diagnosis keperawatan primer rentang respon neurobiologis , skizofrenia dan gangguan psikotik)
2. Halusinasi
a. Pendengaran
1) Melirik mata ke kanan / ke kiri untuk mencari sumber suara
2) Mendengarkan dengan penuh perhatian pada orang sedang berbicara/benda mati di dekatnya
3) Terlibat pembicaraan dengan benda mati atau orang yang tidak Nampak
4) Menggerakan mulut seperti mengomel b. Penglihatan
1) Tiba-tiba tampak tergagap, ketakutan karena orang lain, benda mati atau stimulus yang tak terlihat
2) Tiba lari ke ruangan lain c. Pengecapan
1) Meludahkan makanan atau minuman 2) Menolak makanan atau minum obat 3) Tiba-tiba meninggalkan meja makan d. Penghirup
1) Mengkerutkan hidung seperti menghirup udara yang tak enak 2) Menghirup bau tubuh
3) Menghirup bau udara ketika berjalan kearah orang lain 4) Berespon terhadap bau dengan panic
e. Peraba
1) Menampar diri sendiri seakan akan memadamkan api
2) Melompat lompat di lantai seperti menghinidari sesuaatu yang menyakitkan
f. Sintetik
1) Mengverbalisasi terhadap proses tubuh
2) Menolak menyelesaikan tugas yang mengguanakan bagian tubuh yang diyakini tidak berfungsi
3. Tanda dan Gejala Secara umum
Data Subjektif Data Objektif
Pasien Mengatakan :
a) Mendengar suara-suara atau kegaduhan
b) Mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap c) Mendengar suara yang
menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
d) Melihat bayangan,sinar,bentuk geometris,bentuk kartun, melihat bantu atau monster e) Mencium bau-bauan seperti
bau darah,urin atau feses.
f) Merasa takut atau senang dengan halusinasinya
1. Bicara atau tertawa sendiri 2. Marah-marah tanpa sebab
3. Mengarahkan telinga kearah tertentu
4. Menutup telinga
5. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu 6. Ketakuatan pada sesuatu yang
tidak jelas
7. Mencium sesuatu seperti membaui bau-bauan tertentu 8. Menutup hidung 9. Sering meludah 10. Muntah 11. Menggaruk-garuk permukaan kulit (kemenkes,2012)
D. POHON MASALAH
Pohon masalah gangguan persepsi sensori : Halusinasi ( Keliat ,2010) Harga Diri Rendah
Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi Risiko Prilaku Kekerasan
Isolasi Sosial Kebingungan Kronis
Kerusakan Memori Defisit Perawatan Diri
Intoleransi Aktivitas GG. Pola Tidur BerdukaA GG. Proses Fikir Ketidakefektifan Penampilan Peran Koping Individu GG. Identitas Diri Koping Keluarga
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan sensori persepsi : Halusinasi
2. Diagnosis medis : Skizofrenie
F. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN SP KLIEN SP KELUARGA Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi SP 1: 1. Identifikasi halusinasi : isi, frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan, respon 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan 3. Latih cara mengontrol
halusinasi dengan menghardik
4. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik
SP 1:
1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala, dan proses terjadinya
halusinasi
3. Jelaskan cara merawat halusinasi
4. Latih cara merawat halusinasi :hardik
5. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal
dan memberi pujian
SP 2 :
1. Evaluasi kegiatan menghardik beripujian 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat (jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis,
SP 2:
1. Evaluasi kegiatan
keluarga dalam
merawat/melatih klien menghardik, beri pujian 2. Jadwalkan 6 benar cara
frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan
menghardik dan minum obat 3. Latih cara memberikan/membimbi ng minumobat 4. Anjurkan membantu klien sesuai jadwal dan memberi pujian
SP 3:
1. Evaluasi kegiatan harian menghardik & obat, beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap saat
terjadi halusinasi
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,minum obat, dan bercakap-cakap SP 3: 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih klien menghardik dan
memberikan obat, beri pujian
2. Jelaskan cara bercakap-cakap dan melakukan
kegiatan untuk
mengontrol halusinasi 3. Latih dan sediakan
waktu bercakap-cakap dengan klien terutama pada saat halusinasi 4. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan memberikan pujian SP 4: 1. Evaluasi kegiatan harian menghardik, minumobat & bercakap-cakap, beri pujian SP 4 : 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih klien menghardik,
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik,minum obat, bercakap-cakap dan kegiatan harian
bercakap-cakap, beri pujian
2. Jelaskan follow up ke
RSJ/PKM, tanda
kambuh dan rujukan 3. Anjurkan membantu
klien sesuai jadwal dan memberikan pujian
BAB III TINJAUAN KASUS A. Pengkajian Data 1. Identitas Klien a. Identitas Klien Inisial : Tn. S
Alamat : Jl. Pangeran Antasari, No. 116
Bandar Lampung
Umur : 32 tahun
Pendidikan : SMA
Suku / bahasa : Jawa, indonesia
Agama : Islam
Informan : klien
Tanggal masuk : 08 Mei 2018
No Register : 007982
b. Identitas penangung jawab
Nama : Tn. M
Alamat : Jl. Pangeran Antasari, No. 116
Bandar Lampung
Umur : 55 tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku / Bahasa : Jawa, Indonesia
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Ayah
2. Alasan Masuk
Berdasarkan data yang didapat dari klien dibawa keluarga melalui UGD dengan keluhan sering ngelamun, bicara sendiri, mondar-mandir, ngamuk,marah – marah dengan orang tua menghancurkan barang, sulit
tidur, ,koping masalah kelurga kurang karena keluarga tidak mengingatkan minum obat yang dilakukan keluarga sebelum klien masuk rumah sakit yaitu membawa ke tempat terapi rukiyah, tidak ada hasildan lalu klien di bawa kerumah sakit.
3. Faktor Predisposisi
Klien pernah di rawat sebelumnya, pada tahun 2004 dan keluar masuk sebanyak 4 kali terakhir masuk kembali pada tahun 2018, pada tahun 2015 klien kembali lagi karena putus obat selama 2 bulan hasil pengobatan sebelumnya selama 2 bulan tidak ada perubahan, klien tidak pernah mengalami penganiayaan fisik, klien mendapatkan penolakan dari masyarakat, keluarga klien tidak ada yang mengalami gangguan seperti yang di derita oleh klien.
Masalah keperawatan :ketidakefektifan koping keluarga
Klien mengatakan di dalam keluarganya tidak ada yang mengalami seperti yang dialaminya saat ini.
Masalah keperawatan : -4. Pemeriksaan Fisik a. Tanda-tanda Vital TD : 120/80 mmHg N : 86 X/menit RR : 20 X/menit TB : 165 cm BB : 55 Kg b. Keluhan fisik
Klien mengatakan tidak ada fisiknya yang di keluhkan saat ini. Masalah kep :
-5. Psikososial Genogram
Keterangan :
: perempuan : Tinggal serumah
: laki - laki : : Pernikahan
: Klien : keturunan
: Meninggal : Meninggal
Klien mengatakan di dalam keluarganya sering
berkomunikasiPengambilan keputusan didalamkelurga yaitu ayah klien.dalam berkomunikasi dengan keluarga klien baik, pola asuh orang tuanya baik, tidak keras dan dari seluruh anggota keluarga hanya klien yang menderitagangguan jiwa
:-a. Konsep diri
1) Gambaran diri
Klien mengatakan tidak ada yang tidak disukai dari anggota tubuhnya, klien menyukai semua anggota tubuhnya.
2) Identitas diri
Klien mengatakan mengatakan sebelum dirawat dia bekerja sebagai pedagang dan klien sangat puasdengan pekerjaannya, klien juga meras puas terlahir sebagai seorang laki – laki.
Masalah Keperawatan : -1. Peran
Klien mengatakan perannya adalah sebagai seorang kepala keluarga dan mempunyai satu anak dan klien dalam kelurga yang bertanggung jawab dalam mencari nafkah.Untuk saat ini klien beradadirumah sakit jadi tidak bisa menafkahi kelurganya.
Masalah keperawatan : gangguan peran diri 2. Ideal diri
Klien mengatakan ingin menjadi orang sukses dan dapat membahagiakan orang tuanya dan memiliki kehidupan yang cukup saaat ini klien hanya mengharapkan cepat sembuh dan ingin segera pulang.Harapan dilingkungan rumah bisa diterima oleh masyarakat
Masalah keperawatan : -3) Harga diri
Klien mengatakan tidak malu untuk bergaul, klien tidak merasa malu untuk bersosialisasi dengan tetangganya, termasuk orang yang terbuka. Klien mengatakan tidak dihargai oleh lingkungan sekitar klien selalu dihina dan dicacimaki oleh lingkungannya dan klien mengatakan merasa dirinya tidak berguna dijauhi oleh keluargannya. Masalah keperawataan : harga diri rendah
b. Hubungan sosial 1) Orang terdekat
Klien mengatakan orang terdekat klien di rumah adalah ibunya. 2) Peran serta kegiatan kelompok atau masyarakat
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan di masyarakat dan tidak terlibat di kelompok masyarakat.
c. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama islam menurutnya penyakit yang diderita adalah cobaan dari Allah.Klien mengatakan tidak dihargai oleh lingkungan sekitar klien selalu dihina dan dicacimaki oleh lingkungannya.
Masalah keperawatan : 2) Kegiatan ibadah
Klien mengatakan selalu beribadah saat di RSJ. Dan dirumah juga klien melakukan ibadah. Klien mengatakan pendapatnya tentang ibadah itu wajib dan harus dilakukan oleh setiap muslim.
6. Status Mental a. Penampilan
Penampilan klien cukup rapih, rambut klien rapih, klien mengatakan ganti baju 2x sehari, dan klien mandi 2 x/sehari namun tidak menggunakan samphoo dan sabun, klien jarang menggosok gigi.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri b. Pembicaraan
Cara bicara klien lantang keras dan cepat, mudah dimengerti, klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik. Klien bila berbicara suka perpindah pindah dari satu kalimat ke kalimat yang laindan tidak berkaitan.
c. Aktivitas motorik
Klien terlihat lesu, tegang dan gelisah,tetapi klien dapat di suruh duduk dan di ajak berkomunikasi.
Masalah keperawatan :-d. Alam perasaan
Berdasarkan pengkajian klien merasa gembira dan tidak merasa sedih dan khawatir karena dirumah sakit banyak teman.
Masalah keperawatan : -e. Afek
Tumpul : hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat. Masalah keperawatan :
-f. Fase interaksi selama wawancara
Klien kooperatif, klien tidak menunjukan curiga, klien mau berbicara dengan perawat, pandangan mata klien tajam, kontak mata positif, mata klien merah.
Masalah keperawatan : Resiko prilaku kekerasan g. Persepsi
Klien mengatakan mendengar bisikan-bisikan, yang isinya bisikan itu menyuruh klien untuk melakukan zina dan klien menolak untuk melakukannya.klien mendengar bisikan pada malam hari frekuensinya selama15 menit saat klien sendiri.tetapi klien mengatakan bisikan-bisikan atau suara-suara itu sudah tidak ada lagi.klien mengatakan tidak mendengar bisikan itu lagi selama di RS.
Masalah keperawatan : resiko gangguan presepsi sensori : halusinasi pendengaran.
h. Proses pikir
Sirkumstansial :Klien pembicaraannya berbelit – belit tapi sampai pada tujuan pembicara.
-i. Isi pikir
Obsesi :Klien mengatakan isi pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
Masalah keperawatan : - j. Tingkat kesadaran
Klien mengatakan tampak bingung dan kacau, klien tahu bahwa dirinya saat ini sedang berada di RSJ dan sekarang mengalami gangguan jiwa.klien mengatakan ingin berobat,klien mengertiwaktu dan tempat
serta perawat.
Masalah keperawatan : -k. Memori
Klien mengatakan dapat mengingat kejadian jangka panjang dari satubulanyang lalu dan jangka pendek kejadian satu minggu terakhir Masalah keperawatan :
-l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Klien dapat berkonsentrasi dengan baik, klien mampu berhitung dari 1-20, klien mampu melakukan penjumlahan sederhana, saat diberi pertanyaan klien dapat menjawab 2+2 = 4, Klien menjawab 4
m. Kemampuan penilaian
Klien mampu mengambil keputusan sederhana yang berhubungan dengan kebutuhan sehari-hari seperti memilih mandi terlebih dahulu sebelum makan.
Masalah keperawatan : -n. Daya tilik diri
Klien mengatakan bahwa dirinya menyalahkan hal – hal diluar dirinya yaitu menyalahkan orang lain yang menyebabkan kondisinya saat ini. Masalah keperawatan
:-7. Kebutuhan persiapan pulang a. Makan dan minum
Klien mengatakan makan dan minum 3x sehari tanpa bantuan, klien menghabiskan porsi makanan yang disediakan, klien mengatakan menyukai makanan yang diasediakan.
Masalah keperawatan :
- b. BAK / BAB
Klien mengatakan mengguanakan wc untuk BAK dan BAB, klien mandiri, klien mengatakan BAB 1x sehari dan BAK 5-6x dalam sehari, kien mampu membersihkan wc secara mandiri setelah menggunakannya. Masalah keperawatan :
-c. Mandi
Klien mengatakan mandi 2x sehari kadang 3x pagi dan sore, tidak menggunakan sabun, klien mengatakan tidak gosok gigi, gigi klien terlihat kotor.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri d. Berpakaian/berhias
Klien mengatakan tidak pernah berdandan, klien mengatakan tidak menyisir rambut, klien tampak kurang rapih.
Masalah keperawatan : Defisit perawatan diri. e. Istirahat tidur
Klien mengatakan sering tidur, tidur malam kurang lebih 8 jam dan tidur siang 4-5 jam, persiapan sebelum tidur klien menyikat gigi cuci kaki dan berdoa. Kegiatan bangun tidur merapikan tempat tidurmandi cuci muka.
Masalah keperawatan : -f. Pengguanaan obat
Klien dapat minum obat sendiri, setelah minum obat klien mengatakan tenang tidurnya enak dan lebih rileks
Masalah keperawatan : -g. Pemeliharaan kesehatan
Klien mengatakan perawatan lanjut akan dilakukan secara rawat jalan di RS ini dan system pendukung yang dimiliki adalah keluraga.
Kegiatan di dalam rumah
Klien mengatakan didalam rumahnya klien mampersiapkan makan, menjaga kerapihan rumah, mencuci pakaian dan mengatur keuangannya adalah ibunya.
Masalah keperawatan :
-h. Kegiatan di luar rumah
Klien mengatakan belanja untuk keperluan sehari – hari dan dalam melakukan perjalanan mengguanakan kendaraan pribadi..
8. Mekanisme Koping a. Adaptif
Klien mau bicara dengan perawat, dan mampu menyelesaikan masalah melakukan tehnik relaksasi jika ada masalah dan klien suka berolahraga. b. Mal adaptif
Reaksi lambat dan pernah menciderai diri sendiri dan orang lain. Masalah keperawatan : koping individu tidak efektif
9. Masalah psikososial dan Lingkungan
a. Masalah berhubungan dengan dukungan kelompok
Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kelompok yang ada dimasyarakat
b. Masalah berhubungan dengan lingkungan fisik Masyarakat terganggu jika klien mengamuk. Masalah keperawatan : perilaku kekerasan c. Masalah berhubungan dengan pendidikan
Klien mengatakan berpendidikan hanya SMA d. Masalah berhubungan dengan pekerjaan
Klien mengatakan pekerjaannya adalah wiraswasta e. Masalah berhubungan dengan perumahan
f. Masalah berhubungan ekonomi
Klien mengatakan ekonomi keluargannya tercukupi g. Masalah berhubungan dengan pelayanan kesehatan
Klien mengatakan jika sakit berobat kepuskesmas.
10. Kurang pengetahuan
Klien mengetahui sedang berada dirumah sakit jiwaklien mengatakan ingin berobat.klien mengatakantidak mengetahui mengenai penyakitnya saat ini.Faktor yang mempengaruhi dan obat – obatan jika berhenti mengkonsumsinya.
Masalah keperawatan :kurang pengetahuan
11. Aspek medik
Diagnosa Medis : Schizofrenia Trihexyphenidile : 2 X 2 Mg Trifluoperazine : 2 x 5 Mg Prolepsi : 2 x 150 mg Risperidone 2 x 3mg 12. Data fokus a) Data Subjektif :
- Klien mengatakan dulu pernah mendengar bisikan-bisikan saat di rumah.
- Klien mengatakan bisikan-bisikan itu menyuruhnya untuk mengamuk dan untuk melakukan hal yang negatif
- Klien mengatakan mendengar bisikan itu lagi selama di RS. - Klien mengatakan marah dengan orang tuanya.
- Klien mengatakan mengamuk - Klien mengatakan sulit tidur
- Klien mengatakan marah bila tersinggung.
- Klien mengatakan mandi terkadang hanya 1 kali. - klien mengatakan jarang mencuci rambut.
- klien mengatakan jarang menggosok gigi.
b) Data objektif :
- Klien tampak tegang - Klien tampak gelisah
- Klien suka tertawa tanpa sebab. - Nada bicara klien tinggi
- Klien tampak bicara sendiri
- Saat dating kerumah sakit klien bertengkar dengan pasien lain. - Pandangan mata tajam
- Badan klien terlihat kotor - Rambut klien kotor dan kusam - Gigi klien kuning dan kotor.
13. Analisa Data
No Data Masalah
1 Ds :
- Klien mengatakan dulu pernah mendengar bisikan bisikan saat dirumah
- Klien mengatakan bisikan itu menyuruhnya untuk mengamuk dan untuk melakukan hal negatif.
- Klien mengatakan mendengar bisikan selama di RS.
Do :
- Klien suka tertawa tanpa sebab - Klien tampak gelisah
- Klien tampak mondar mandir
Resiko gangguan persepsi sensori
halusinasi
2 Ds :
- Klien mengatakan marah dengan orang tuanya - Klien mengatakan marah bila tersinggung.
Resiko perilaku kekerasan
- Klien mengatakan saat marah-marah membanting barang
- Klien mengatakan tidak bisa tidur
Do :
- Nada bicara tinggi - Pandangan mata tajam
- Saat datang ke RS klien bertengkar dengan klien lain - Tangan mengepal
- Wajah tegang
- Klien terlihat bicara sendiri 3 Ds :
- Klien dibawa ke RSJ karena dirumah mengamuk,menghancurkan barang , melamun, bicara sendiri
- Keluarga klien tidak mengingatkan minum obat - Klien pernah dibawa ke tempat terapi r ukiyah Do
- Klien dirawat untuk yang ke 4 kalinya
Koping keluarga tidak efektif
4 Ds
- Klien mengatakan pernah melakukan penganiayaan kepada keluarganya
- Klien mengatakan putus obat 2 bulan Do
- Klien putus obat ± 2 bulan
Koping individu in efektif
5 Ds
- Klien mengatakanpernah tidak dihargai oleh lingkunganya
- Klien mengatakanpernah di hinadan diejek - Klien pernah merasa tidak berguna
Do
- Klien merasa malu dengan keluarga dan lingkungan
6 Ds :
- Klien mengatakan mandi terkadang hanya 1kali - Klien mengatakan jarang mencuci rambut
- Klien mengatakan jarang menggosok gigi dan keramas
Do :
- Badan klien terlihat kotor - Rambut klien kusam - Gigi klien terlihat kotor
Devisit perawatan Diri
7 Ds
- Klien mengatakan seorang kepala keluarga - Klien mengatakan yang mencari nafkah Do
- Klien tidak bisa mencari nafkah kareana berada di RS
Gangguan Peran Diri
8 Ds
- Reaksi lamban dank lien mengatakan pernah menciderai diri dan orang lain
- Klien mengatakan pernah berkelahi dengan kakaknya
Resiko menciderai orang lain dan lingkungan
9 Ds
- Klien mengatakan sehari – hari membantu berjualan - Klien mengatakan berbelanja untuk keperluan sehari –
hari Ds
- Klien sekarang berada di RSJ dan tidak bisa membantu atau melakukan aktivitas seperti biasanya
Gangguan
14. Daftar Masalah
a. Gangguan presepsi sensori halusinasi b. Reiko perilaku kekerasan
c. Defisit perawatan diri d. Regimen terapi inefektif e. Koping individu in efektif f. Harga Diri Rendah
g. Gangguan Peran Diri
h. Resiko menciderai orang lain dan lingkungan i. Gangguan intoleransi aktivitas
15. Pohon masalah
Defisit perawatan diri ggn.Intoleransi aktivitas Resiko Perilaku Kekerasan
Ggn pola istirahat tidur
Harga Diri Rendah
Isolasi sosial
Koping indifidu tidak efektif
Koping keluarga tidak efektif GSP : Halusinasi
B. Diagnosa keperawatan
1. Gsp : halusinasi pendengaran 2. Resiko perilaku kekerasan 3. Defisit perawatan diri
42
C. Rencana Keperawatan
No Diagnosa Tindakan Pertemuan
1 2 3 4 5
1 Halusinasi Pasien 1. Identifikasi halusinasi( isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, respon) 2. Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan. 3. Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik. 4. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik 1. Evaluasi kegiatan menghardik. Beri pujian. 2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan obat ( jelaskan 6 benar : jenis, guna, dosis, frekuensi,cara, na untuk latihan menghardik kontuinitas minum obat) 3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat. 1. Evaluasi kegiatan latihan menghardik dan obat. Beri pujian 2. Latih cara
mengontrol obat dengan bercakp-cakap saat terjadi halusinasi 3. 3.Masukkan pada
jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, dan bercakap-cakap
1. Evaluasi kegitan latihan menghardik dan obat, serta bercakp-cakap. Beri pujian
2. Latih cara mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan harian (mulai 2 kegiatan)
3. Masukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik, minum obat, bercakp-cakap, dan kegiatan harian
1. Evaluasi kegitan latihan kegiatan meghardik, minum obat, bercakap-cakap- dan kegiatan harian. Beri pujian 2. Latih kegiatan harian 3. Nilai kemampuan yang telah mandiri 4. Nilai apakah
halusinasi terkontrol
43
2 Risiko PK Pasien 1. Identifikasi penyebab, tanda
dan gejala PK yang dilakukan akibat PK
2. Jelaskan cara mengontrol PK : fisik, obat, verbal, spiritual
3. Latihan cara mengontrol PK secara fisik : tarik napas dalam dan pukul kasur dan bantal
4. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan fisik
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, beri pujian
2. Latih cara mengontrol PK dengan obat (6 benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik dan minum obat
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik dan obat, beri pujian 2. Latih cara mengontrol PK secara verbal (mengungkapka n, meminta, menolak dengan benar) 3. Memasukkan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik minum obat dan verbal
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik, obat dan verbal, beri pujian 2. Latih cara
mengontrol spiritual (2 kegiatan)
3. Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan fisik, minum obat verbal dan spiritual
1. Evaluasi kegiatan latihan fisik 1, 2 & obat serta verbal, spiritual dan beri pujian
2. Nilai kemampuan yang telah mandiri 3. Nilai apakah PK
44 Keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien 2. Jelaskan pengertian
tanda dan gejala serta proses terjadinya PK 3. Jelaskan cara
merawat PK 4. Latih satu cara
merawat PK dengan melakukan kegiatan fisik : tarik nafas dalam dan pukul kasur atau pukul bantal 5. Anjurkan
membantu pasien sesuai jadwal dan memberi pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan obat 3. Latih cara memberikan/ membimbing minum obat 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan beri pujian
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik dan
memberikan obat, beri pujian 2. Latih cara
membimbing : cara bicara yang baik 3. Latih cara membimbing kegiatan spiritual 4. Anjurkan membantu pasien sesuai dengan jadwal dan memberi pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik, memberikan obat, latihan bicara yang baik dan kegiatan spiritual, beri pujian 2. Jelaskan follow up ke RSJ/ PKM, tanda kambuh, rujuk 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadwal dan memberikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien fisik, memberikan obat, cara bicara yang baik dan kegiatan spiritual dan follow up
2. Beri pujian nilai kemampuan keluarga merawat pasien 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM
45
Keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya halusinasi (gunakan booklet) 3. Jelaskan cara
merawat halusinasi 4. Latih cara merawat
halusinasi : hardik 5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan memberi pujian
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien menghardik, beri pujian 2. Jelaskan 6 benar cara memberikan/ membimbing minum obat 3. Latih cara memberikan/ membimbing minum obat 4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien menghardik dan memberikan obat, beri pujian 2. Jelaskan cara
bercakap-cakap dan melakukan kegiatan untuk mengontrol halusinasi
3. Latih dan sediakan waktu bercakap-cakap dengan pasien terutama saat halusinasi
4. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien menghardik, memberikan obat dan bercakap-cakap, beri pujian 2. Jelaskan follow up ke RSK/PKM, tanda kambuh, rujukan 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien menghardik dan memberikan obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan harian, follow up dan beri pujian 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM
46 perawatan diri perawatan diri; kebersihan diri, berdandan, makan/minum, BAK/BAB 2. Jelaskan pentingnya kebersihan diri 3. Jelaskan cara dan
alat kebersihan diri 4. Latih cara menjaga
kebersihan diri: mandi dan ganti pakaian, sikat gigi, cuci rambut, potong kuku
5. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan mandi, sikat gigi (2 kali per hari), cuci rambut (2 kali perminggu), potong kuku (1 kali per
kegiatan kebersihan diri, beri pujian 2. Jelaskan cara
dan alat untuk berdandan 3. Latih cara
berdandan setelah kebersihan diri, rias muka untuk perempuan, sisiran, cukuran untuk pria 4. Masukan pada jadual kegiatan untuk kebersihan diri dan berdandan
kebersihan diri dan berdandan, beri pujian
2. Jelaskan cara dan alat makan minum 3. Masukan pada jadual
kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan dan makan & minum yang baik
kebersihan diri, berdanda, makan, minum dan beri pujian
2. Jelaskan cara BAB dan BAK yang baik 3. Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan kebersihan diri, berdandan, makan, minum dan BAB/ BAK
latihan perawatan diri, kebersihan diri, berdandan, makan dan minum, BAB/ BAK
2. Latih kegiatan harian 3. Nilai kemampuan
yang telah mandiri 4. Nilai apakah
keperawatan diri telah baik
47
minggu)
Keluarga 1. Diskusikan masalah yang dirasakan dalam merawat pasien
2. Jelaskan pengertian, tanda dan gejala, serta proses terjadinya defisit perawatan diri 3. Jelaskan cara merawat defisit perawatan diri 4. Latih dua cara
merawat: kebersihan diri dan berdandan 5. Anjurkan membantu
pasien sesuai jadual dan memberikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/ melatih pasien kebersihan diri dan berikan pujian 2. Latih dua (yang lain) cara merawat : makan, minum, BAB dan BAK 3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual dan memberi pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan
diri dan berdandan dan beri pujian 2. Bimbing keluarga
merawat kebersihan diri dan berdandan, makan, minum pasien
3. Anjurkan membantu pasien sesuai jadual
dan berikan pujian
1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien kebersihan
diri, berdandan, makan dan minum 2. Bimbing keluarga
merawat BAB dan BAK pasien 3. Jelaskan follow up ke RSJ/PKM tanda kambuh, rujukan 4. Anjurkan membantu sesuai jadual dan memberikan pujian 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam merawat/melatih pasien dalam perawatan diri : kebersihan diri dan berndandan 2. Nilai kemampuan keluarga merawat pasien 3. Nilai kemampuan keluarga melakukan kontrol ke RSJ/PKM
D. CATAT PERKRMBANGAN Nama klien : Tn. S NO.MR/CM : 007982 Ruang : Kutilang Dx. Medis : Skizofrenia No Tanggal /
jam Implementasi Evaluasi
1 Senin, 21Mei 2018
Sp pengkajian. Data :
- Klien mengatakan dulu pernah mendengar bisikan bisikan saat dirumah. Klien mengatakan bisikan itu menyuruhnya untuk mengamuk dan untuk melakukan hal negatif. Klien mengatakan mendengar bisikan selama di RS. Klien suka tertawa tanpa sebab, Klien tampak gelisah, Klien tampak mondar mandir. Klien belum mampu mengindentifikasi
halusinasi dan menghardik
-Diagnosa keperawatan
- GSP : Halusinasi pendengaran
Tindakan :
- Membina hubungan saling percaya
- Mengajarkan klian untuk mengidentifikasi masalah yang terjadi.
RTL :
- Identifikasi halusinasi halusinasi( isi, frekuensi, waktu terjadinya,
S:
- Klien mengatakan
marah-marah dengan
orangtuanya
- Klien mengatakan bila marah-marah
menghancurkan barang- barang
- Klien mengatakan sulit tidur
O:
- Klien suka tertawa tanpa sebab
- Klien tampak gelisah - Klien tampak mondar
mandir A :
- GSP : halusinasi pendengaran
P :
Latihan umtuk mengenal masalah yang terjadi.
situasi pencetus, respon)
- Jelaskan cara mengontrol halusinasi : hardik, obat, bercakap-cakap, melakukan kegiatan.
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
- Masukan pada jadual kegiatan untuk latihan menghardik
Ttd Kelompok 2 Selasa 22Mei 2018 Sp 1 Ds: Data :
- Klien mengatakan dulu pernah mendengar bisikan bisikan saat dirumah. Klien mengatakan bisikan itu menyuruhnya untuk mengamuk dan untuk melakukan hal negatif. Klien mengatakan mendengar bisikan selama di RS. Klien suka tertawa tanpa sebab, Klien tampak gelisah, Klien tampak mondar mandir. Klien belum mampu mengindentifikasi
halusinasi dan menghardik
Do :
- Klien suka tertawa tanpa sebab - Klien tampak gelisah
- Klien tampak mondar mandir
Dx keperawatan :
- GSP : Halusinasi pendengaran
Tindakan :
- Identifikasi halusinasi halusinasi( isi, frekuensi, waktu terjadinya, situasi pencetus, respon)
- Jelaskan cara mengontrol S :
- Klien mengatakan
marah-marah dengan
orangtuanya
- Klien mengatakan bila marah-marah
menghancurkan barang- barang
- Klien mengatakan sulit tidur
O:
- Klien suka tertawa tanpa sebab
- Klien tampak gelisah - Klien tampak mondar
mandir A: - GSP : halusinasi pendengaran (+) P : - Latihanmenghardik 5x/hari - Masukkanjadwalkegiatan harian