• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN MENTAL ORGANIK DI RUANG BIMA INSTALASI PELAYANAN KESEHATAN JIWA TERPADU RSUD BANYUMAS TAHUN 2017 - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN MENTAL ORGANIK DI RUANG BIMA INSTALASI PELAYANAN KESEHATAN JIWA TERPADU RSUD BANYUMAS TAHUN 2017 - repository perpustakaan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Gangguan Mental Organik

1. Definisi

Gangguan mental organik (GMO) adalah suatu gangguan mental

yang secara patologi bisa dijelaskan, misalnya : tumor otak, penyakit

serebrovaskuler, atau intoksikasi obat. (Prabowo, E. 2014).

Gangguan mental organik merupakan gangguan jiwa yang psikotik

atau non-psikotik yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak.

(Maramis, W.F., & Albert, A.M. 2014). Gangguan fungsi jaringan otak

ini dapat disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai

otak atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu itu

luas, maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja, tidak

tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya bagian otak

dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka lokasi inilah yang

menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit yang menyebabkannya.

Pembagian menjadi psikotik dan tidak psikotik lebih menunjukan kepada

berat gangguan otak pada suatu penyakit tertentu dari pada pembagian

akut dan menahun.

2. Etiologi

Etiologi primer berasal dari suatu penyakit di otak dan suatu cedera

(2)

etiologi sekunder berasal dari penyakit sistemik yang menyerang otak

sebagai salah satu dari beberapa organ atau sistem tubuh.

Istilah organik merupakan sindrom yang diklasifikasikan dapat

berkaitan dengan gangguan/penyakit sistemik/ otak yang secara bebas

dapat didiagnosis sedangkan istilah simtomatik untuk gangguan mental

organik yang pengaruhnya terhadap otak merupakan akibat sekunder dari

gangguan/ penyakit ekstra serebral sistemik seperti zat toksik

berpengaruh pada otak bisa bersifat sesaat/ jangka panjang. (Anisa, I.

2017).

3. Jenis-jenis Gangguan Mental Organik

a. Delirium

Delirium adalah suatu sindrom dengan gejala pokok adanya

gangguan kesadaran yang biasanya tampak dalam bentuk hambatan

pada fungsi kognitif. Delirium merupakan sindrom klinis akut dan

sejenak dengan ciri penurunan taraf kesadaran, gangguan kognitif,

gangguan persepsi, termasuk halusinasi dan ilusi, khas adalah visual

juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti agitasi.

Gangguan ini berlangsung pendek dan berjam-jam hingga berhari,

taraf hebatnya berfluktuasi, hebat dimalam hari, kegelapan membuat

halusinasi visual dan gangguan perilaku meningkat. Biasanya

reversibel. Penyebabnya termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat).

(3)

pencitraan (imaging) untuk menemukan penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan tindakan supportif.

Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia

lanjut. Sedikitnya 10% dari pasien lanjut usia yang di rawat inap

menderita delirium 15-50% mengalami delirium sesaat pada masa

perawatan rumah sakit. Delirium juga sering dijumpai pada panti

asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda biasanya karena

penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam jiwanya.

1) Etiologi delirium

Delirium mempunyai berbagai macam penyebab. Semuanya

mempunyai pola gejala serupa yang berhubungan dengan tingkat

kesadaran dan kognitif pasien. Penyebab utama dapat berasal dari

penyakit susunan saraf pusat seperti (sebagai contoh epilepsi),

penyakit sistemik, dan intoksikasi atau reaksi putus obat maupun

zat toksik. Penyebab delirium terbanyak terletak diluar sistem

pusat, misalnya gagal ginjal, dan hati. Neurotransmiter yang

dianggap berperan adalah asetilkolin, serotonin, serta glutamat area

yang terutama terkena adalah formasio retukalaris.

Penyebab delirium dibagi menjadi :

a) Penyebab Intrakranial yaitu epilepsi atau keadaan pasca kejang,

trauma otak (terutama gegar otak), infeksi (meningitis,

(4)

b) Penyebab Ekstrakranial

(1). Obat-obatan (ditelan atau diputus) seperti (1) obat

antikolinergik, (antikonvulsan, obat antihipertensi, obat

antiparkinson, obat antipsikotik, cimetidine, klonidine,

disulfiram, insulin, opiat, fensiklidine, fenitoin, ranitidine,

sedatif (termasuk alkohol), dan hipnotik, steroid). (2) Racun,

Karbon monoksida, logam berat, dan racun industri lain. (3)

Disfungsi endokrin atau hipofungsi atau hiperfungsi

(hipofisis, pankreas, adrenal, paratiroid, dan tiroid). (4)

Penyakit organ non endokrin yaitu hati (ensefalopati hepatik), ginjal dan saluran kemih (ensefalopati uremik), paru-paru (narkosis karbondioksida, hipoksia), sistem

kardiovaskuler (gagal jantung, aritmia, hipotensi). (5)

Penyakit defisiensi diantaranya defisiensi tiamin, asam

nikotinik, B12 atau asam folat. (6) Infeksi sistemik dengan

demam dan sepsis yaitu ketidakseimbangan elektrolit dengan

penyebab apapun keadaan pasca operatif. (7) Trauma (kepala

atau seluruh tubuh). (8) Karbohidrat : hiperglikemi.

2) Patogenesis Delirium

Walaupun patogenesis delirium belum diketahui secara pasti,

beberapa teori yang diungkapkan oleh beberapa pakar tetap penting

(5)

sering terjadi pada delirium yang terkait dengan disfungsi korteks,

hal ini disebabkan karena EEG mengukur aktivitas listrik dikorteks.

Struktur subkorteks (formasiretikuler, thalamus) mengendalikan

aktivitas listrik dikorteks mengindikasikan adanya defisiensi

substrat tertentu, umumnya karena paparan abnormal glukosa dan

oksigen dalam kadar tertentu. Sayangnya tidak semua pasien

dengan delirium menunjukan adanya perlambatan EEG, dan bukti

adanya defisiensi substrat tertentu tidak dapat ditemukan pada

sebagian besar kasus. Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit

mengganggu kemampuan sel saraf untuk menginisiasi aktivitas

listrik. Menurunnya aktivitas listrik antar sel saraf akan

menyebabkan melambatnya gelombang EEG.

3) Faktor predisposisi terjadinya delirium antara lain :

a) Usia

b) Kerusakan otak

c) Riwayat delirium

d) Ketergantungan alkohol

e) Diabetes

f) Kanker

g) Gangguan pancaindera

(6)

4) Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk delirium karena kondisi medis umum :

a) Gangguan kesadaran (yaitu, penurunan kejernihan kesadaran

terhadap lingkungan) dengan penurunan kemampuan untuk

memusatkan, mempertahankan, atau mengalihkan perhatian.

b) Gangguan timbul setelah suatu periode waktu yang singkat

(biasanya beberapa jam sampai hari dan cenderung berfluktuasi

selama perjalanan hari).

c) Perubahan kognisi (seperti defisit daya ingat disorientasi,

gangguan bahasa) atau perkembangan gangguan persepsi yang

tidak lebih baik diterangkan demensia yang telah ada

sebelumnya, yang telah ditegakkan, atau yang sedang timbul.

d) Terdapat bukti-bukti dari riwayat penyakit, penyakit fisik, atau

temuan laboratorium bahwa gangguan adalah disebabkan oleh

akibat fisiologis langsung dan kondisi medis umum.

5) Gambaran Klinis

a) Kesadaran (Arousal)

Dua pola umum kelainan kesadaran telah ditemukan pada pasien

dengan delirium, satu pola ditandai oleh hiperaktivitas yang

berhubungan dengan peningkatan kesiagaan. Pasien dengan

delirium yang berhubungan dengan putus zat seringkali

(7)

takikardi, pupil berdilatasi, mual, muntah dan hipertermia.

Pasien dengan gejala hipoaktif kadang-kadang diklasifikasikan

sebagai depresi, katatonik atau mengalami demensia.

b) Orientasi

Orientasi terhadap waktu, tempat dan orang harus diuji pada

seorang pasien dengan delirium. Orientasi terhadap waktu

seringkali hilang bahkan pada kasus delirium yang ringan.

Orientasi terhadap tempat dan kemampuan untuk mengenali

orang lain (sebagai contohnya dokter, anggota keluarga)

mungkin juga terganggu pada kasus yang berat pasien delirium

jarang kehilangan orientasi terhadap dirinya sendiri.

c) Bahasa dan Kognisi

Pasien dengan delirium seringkali mempunyai kelainan dalam

bahasa. Kelainan dapat berupa bicara yang melantur, tidak

relevan, atau membingungkan (inkoheren) dan ganggun

kemampuan untuk mengerti pembicaraan fungsi kognitif lainnya

yang mungkin terganggu pada pasien delirium adalah fungsi

ingatan dan kognitif umum kemampuan untuk menyusun,

mempertahankan dan mengingat kenangan mungkin terganggu,

walaupun ingatan kenangan yang jauh mungkin dipertahankan.

Disamping penurunan perhatian, paien mungkin mempunyai

penurunan kognitif yang dramatis suatu gejala hipoaktif

(8)

gangguan kemampuan memecahkan masalah dan mungkin

mempunyai waham yang tidak sistematik, kadang-kadang

paranoid.

d) Persepsi

Pasien dengan delirium seringkali mempunyai ketidakmampuan

umum untuk membedakan stimuli sensorik dan untuk

mengintegrasikan persepsi sekarang dengan pengalaman masa

lalu mereka. Halusinasi relatif sering pada pasien delirium.

Halusinasi paling sering adalah visual atau auditoris walaupun

halusinasi dapat taktil atau olfaktoris. Ilusi visual atau auditoris

adalah sering pada delirum.

e) Suasana perasaan

Pasien dengan delirium mempunyai kelainan dalam pengaturan

suasana gejala yang paling sering adalah kemarahan, kegusaran

dan rasa takut yang tidak beralasan. Kelainan suasana perasaan

lain adalah apatis, depresi, dan euforia.

f) Gejala Penyerta : gangguan tidur bangun

Tidur pada pasien delirium secara karakteristik adalah terganggu

adalah sedikit mengantuk selama siang hari dan dapat

ditemukan tidur sekejap ditempat tidurnya atau di ruang

keluarga. Seringkali keseluruhan siklus tidur-bangun pasien

(9)

mengalami eksaserbasi gejala delirum tepat sebelum tidur,

situasi klinis yang dikenal luas sebagai sundowing.

g) Gejala Neurologis

Gejala neurologis yang menyertai, termasuk disfagia, tremor,

asteriksis, inkoordinasi, dan inkontinensia urin.

6) Pengobatan

Tujuan utama adalah mengobati gangguan dasar yang

menyebabkan delirium. Tujuan pengobatan yang penting lainnya

adalah memberikan bantuan fisik, sensorik, dan lingkungan. Dua

gejala utama dari delirium yang mungkin memerlukan pengobatan

farmakologis adalah psikosis dan insomnia obat yang terpilih untuk

psikosis adalah haloperidol (Haldol), suatu obat antipsikotik

golongan butirofenon, dosis awal antara 2-10 mg IM, diulang

dalam satu jam jika pasien tetap teragitasi, segera pasien tenang,

medikasi oral dalam cairan konsentrat atau bentuk tablet dapat

dimulai, dosis oral +1,5 lebih tinggi dibandngkan dosis parenteral

dosis harian efektif total haloperidol 5-50 mg untuk sebagian besar

pasien delirium. Droperidol (Inapsine) adalah suatu butirofenon

yang tersedia sebagai suatu formula intravena alternatif monitoring

EKG sangat penting pada pengobatan ini. Insomnia diobati dengan

golongan benzodiazepin dengan waktu paruh pendek, contohnya

(10)

b. Demensia

Merupakan suatu gangguan organik yang biasanya diakibatkan

oleh proses degeneratif yang progresif yang mengenai fungsi kognitif.

Demensia merupakan sindroma yang ditandai oleh berbagai gangguan

fungsi kognitif (biasanya tanpa gangguan kesadaran) yang

mempengaruhi kepribadian pasien.

Sebuah sindrom yang ditandai dengan berbagai gangguan fungsi

kognitif tanpa adanya gangguan pada kesadaran. Gangguan pada

fungsi kognitif itu dapat berupa gangguan pada intelegensi secara

umum, ingatan, belajar, orientasi, bahasa, konsentrasi, perhatian dan

juga kemampuan sosial. Gangguannya pun dapat berupa progresif,

statis, permanen dan juga reversible jika diberikan pengobatan tepat

pada waktunya.

Penyebab dari gangguan mental ini adalah 75% demensia

Alzheimer serta demesia vaskuler, sisanya dikarenakan oleh penyakit

Hungtington, Pick, serta trauma kepala. Gambaran ini awalnya adalah

berupa gangguan daya ingat yang baru, selanjutnya ingatan yang

sudah lama pun juga akan mengalami gangguan pula. Selain itu

ditemukan juga gangguan bahasa serta gangguan orientasi di masalah

ini.

Bila salah satu keluarga kita mengalami gangguan mental ini, maka

(11)

kepribadian menjadi lebih introvert, gampang marah, serta sering

mengalami halusinasi.

1) Etiologi Demensia meliputi : penyakit alzheimer, demensia

vaskuler, infeksi, gangguan nutrisional, gangguan metabolik,

gangguan peradangan kronis, obat dan toksin (termasuk demensia

alkoholik kronis), massa intrakranial : tumor, massa subdural, abses

otak, anoksia, trauma (sedera kepala, demensia pugilistika

(punch-drunk syndrome)), hidrosefalus tekanan normal.

2) Klasifikasi Demensia menurut umur yaitu demensia senilis (>65th),

demensia prasenilis (<65th). Menurut perjalanan penyakit yaitu

reversibel, ireversibel (Normal pressure hydrocephalus, subdural, hematoma, defisiensi vit.B , hipotiroidisma. Menurut kerusakan

struktur otak yaitu tipe alzheimer, Tipe Non Alzheimer, Demensia

Vaskuler, Demesia Jisim Lewy (Lewy Body Dementia), Demensia

Lobus Frontal – Temporal, Demensia Terkait Dengan SIDA

(HIV-AIDS), Mobus Parkinson, Morbus Hungtington, Morbus Pick,

Morbus Jakob-Creutzfeldt, Sindrom Gertsmann-Strauslerr-Scheinker, Prion Disease, Palsi Supranuklear Progresif, Multiple Sklerosis, Neurosifilis, Tipe Campuran. Menurut sifat klinis yaitu

demensia proprius dan pseudo-demensia.

3) Tanda dan gejalanya meliputi seluruh jajaran fungsi otak rusak,

awalnya gangguan daya ingat jangka pendek, gangguan

(12)

fokal, mudah tersinggung, bermusuhan, agitasi, dan kejang,

gangguan psikotik : halusinasi, ilusi, waham dan paronia, agnosia,

apraxia, afasi, ADL ( Activities of Daily Living ) susah, Kesulitan mengatur penggunaan keuangan, tidak bisa pulang bila bepergian,

lupa meletakkan barang penting, sulit mandi, makan, toileting,

berpakaian, pasien bisa berjalan jauh dari rumah, dan tak bisa

pulang, mudah terjatuh, keseimbangan buruk, akhirnya lumpuh,

inkontinensia urine, & alvi, tak dapat makan dan menelan, koma

dan kematian

4) Epidemiologi

Demensia sebenarnya adalah penyakit penuaan. Dan semua

pasien demensia, 50-60% menderita demensia tipe Alzheimer yang

merupakan tipe demensia yang paling sering. Kira-kira 5% dari semua orang yang mencapai usia 65 tahun menderita demensia

tipe Alzheimer, dibandingkan 15-25% dan semua orang yang berusia 85 tahun atau lebih. Tipe dimensia yang paling sering

kedua adalah dimensia vaskuler yaitu demensia yang secara

kausatif berhubungan dengan penyakit serebrovaskuler, berkisar

antara 15-30% dari semua kasus demensia, sering pada usia 60-70

tahun terutama pada laki-laki. Hipertensi merupakan faktor

(13)

5) Diagnosis

Kriteria diagnostik untuk demensia tipe alzheimer :

Pekembangan defisit kognitif multipel yang dimanifestasikan baik:

a) Gangguan daya ingat (gangguan kemampuan untuk mempelajari

informasi baru dan untuk mengingat informasi yang telah

dipelajari sebelumnya).

b) Satu ( atau lebih ) gangguan kognitif berikut : afasia (gangguan

bahasa), apraksia (gangguan kemampuan untuk melakukan

aktivitas motorik walaupun fungsi motorik adalah utuh), agnosia

(kegagalan untuk mengenali atau mengidentifikasi benda

walaupun fungsi sensorik adalah utuh), gangguan dalam fungsi

eksekutif (yaitu merencanakan, mengorganisasi, mengurutkan

dan abstrak), defisit tidak terjadi semata-mata selama perjalanan

delirium

6) Gambaran Klinis

a) Gangguan daya ingat

Gangguan ingatan biasanya merupakan ciri yang awal dan

menonjol pada demensia, khususnya pada demensia yang

mengenai korteks, seperti demensia tipe alzheimer. Pada awal

perjalanan demensia, gangguam daya ingat adalah ringan dan

(14)

b) Orientasi

Karena daya ingat adalah penting untuk orientasi terhadap

orang, waktu, dan tempat, orientasi dapat terganggu secara

progresif selama perjalanan penyakit demensia. Sebagai

contohnya, pasien dengan demensia mungkin lupa bagaimana

kembali keruangannya setelah pergi kekamar mandi. Tetapi

tidak masalah bagaimana beratnya disorientasi, pasien tidak

menunjukan gangguan pada tingkat kesadaran.

c) Gangguan bahasa

Proses demensia yang mengenai korteks, terutama demensia tipe

Alzheimer, dan demensia vaskuler, dapat mempengaruhi

kemampuan berbahasa pasien. Kesulitan berbahasa ditandai oleh

cara berkata yang samar-samar, stereotipik tidak tepat, atau

berputar-putar.

d) Perubahan kepribadian

Perubahan kepribadian merupakan gambaran yang paling

mengganggu bagi keluarga pasien yang terkena. Pasien

demensia mempunyai waham paranoid. Gangguan frontal dan

temporal kemungkinan mengalami perubahan kepribadian yang

(15)

e) Psikosis

Diperkirakan 20-30% pasien demensia tipe Alzheimer, memiliki

halusinasi, dan 30-40% memiliki waham, terutama pada sifat

paranoid atau persekutorik dan tidak sistemik.

f) Gangguan lain

(1). Psikiatrik

Pasien demensia juga menunjukan tertawa atau menangis

patologis yaitu, emosi yang ektrim tanpa provokasi yang

terlihat.

(2). Neurologis

Disamping afasia apraksia, dan afmosia pada pasien

demensia adalah sering. Tanda neurologis lain adalah

kejang pada demensia tipe Alzheimer dan demensia

vaskuler.

Pasien demensia vaskuler mempunyai gejala neurologis

tambahan seperti nyeri kepala, pusing, pingsan, kelemahan,

tanda neurologis fokal, dan gangguan tidur. Palsi

serebrobulbar, disartria, dan disfagia lebih sering daripada

demensia vaskuler.

(3). Reaksi yang katastropik

Ditandai oleh agitasi sekunder karena kesadaran subyektif,

tentang defisit intelektualnya dibawah keadaan yang

(16)

mengkompensasi defek tersebut dengan menggunakan

strategi untuk mmenghindari terlihatnya kegagalan dalam

daya intelektual, seperti mengubah subjek, membuat

lelucon, atau mengalihkan pewawancara dengan cara lain.

(4). Sindroma sundowner

Ditandai oleh mengantuk, konfusi, ataksia, dan terjatuh

secara tidak disengaja. Keadaan ini sering terjadi pada

pasien lanjut usia yang mengalami sedasi berat dan pada

pasien demensia yang bereaksi secara menyimpang bahkan

terhadap dosis kecil obat psikoaktif.

g) Pengobatan

Pendekatan pengobatan umum adalah untuk memberikan

perawatan medis suportif, bantuan emosional untuk pasien dan

keluarganya, dan pengobatan farmakologis untuk gejala spesifik

(perilaku yang mengganggu). Pendekatan farmakologis dengan

obat yang mempunyai aktivitas antikolinergik yang tinggi harus

dihindari. Walaupun thioridazine (Mellaril), yang mempunyai

aktivitas antikolinergik yang tinggi, merupakan obat yang

efektif dalam mengontrol perilaku pasien demensia jika

diberikan dalam dosis kecil. Benzodiazepim kerja singkat dalam

dosis kecil adalah medikasi anxiolitik dan sedatif yang lebih

(17)

sebagai suatu pegobatan untuk penyakit alzheimer, obat ini

merupakan inhibitor aktivitas antikolinesterase dengan lama

kerja yang agak panjang.

c. Gangguan Amnestik

Gangguan amnestik ditandai terutama oleh gejala tunggal suatu

gangguan daya ingat yang menyebabkan gangguan bermakna dalam

fungsi sosial atau pekerjaan. Diagnosis gangguan amnestik tidak dapat

dibuat jika mempunyai tanda lain dari gangguan kognitif, seperti yang

terlihat pada demensia, atau jika mempunyai gangguan perhatian

(attention) atau keasadaran, seperti yang terlihat pada delirium.

1) Etiologi Gangguan Amnestik

a) Kondisi medis sistemik yaitu defisiensi tiamin (sindroma

korsakoff), hipoglikemia.

b) Kondisi otak primer yaitu kejang, trauma kepala (tertutup dan

tembus), tumor serebrovaskuler (terutama thalamik dan lobus

temporalis), prosedur bedah pada otak, ensefalitis karena

herpes simpleks, hipoksia (terutama usaha pencekikan yang

tidak mematikan dan keracunan karbonmonoksida), amnesia

global transien, terapi elektrokonvulsif, sklerosis multipel.

c) Penyebab berhubungan dengan zat diantaranya gangguan

penggunaan alkohol, neurotoksin, benzodiazepin (dan

(18)

2) Diagnosis

Kriteria diagnosis untuk gangguan amnestik karena kondisi medis

umum:

a) Perkembangan gangguan daya ingat seperti yang

dimanifestasikan oleh gangguan kemampuan untuk

mempelajari informasi baru atau ketidakmampuan untuk

mengingat informasi yang telah dipelajari sebelumnya.

b) Gangguan daya ingat menyebabkan gangguan bermakna dalam

fungsi sosial atau pekerjaan dan merupakan penurunan

bermakna dan tingkat fungsi sebelumnya.

c) Gangguan daya ingat tidak terjadi semata-mata selama

perjalanan suatu delirum atau suatu demensia.

d) Terdapat bukti dari riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, atau

temuan laboratorium bahwa gangguan adalah akibat fisiologis

langsung, dari kondisi medis umum (termasuk trauma fisik).

3) Gambaran Klinis

Pusat gejala dan gangguan amnestik adalah perkembangan

gangguan daya ingat yang ditandai oleh gangguan pada

kemampuan untuk mempelajari informasi baru (amnesia

(19)

tentang waktu saat gangguan fisik mungkin juga hilang. Daya

ingat jangka pendek (short-term memory) dan daya ingat baru

saja (recent memory) biasanya terganggu. Daya ingat jangka jauh

(remote post memory) untuk informasi atau yang dipelajari secara

mendalam (overlearned) seperti pengalaman maka anak-anak adalah baik, tetapi untuk daya ingat peristiwa yang kurang lama

(lewat dari 10 tahun) adalah terganggu.

4) Pengobatan

Pendekatan utama adalah mengobati penyebab dasar dari

gangguan dasar amnestik setelah resolusi episode amnestik, suatu

jenis psikoterapi (sebagai contohnya, kognitif psikodinamika, atau

suportif dapat membantu pasien menerima pengalaman amnestik

kedalam kehidupannya.

d. Gangguan Mental Organik Lain

1) Epilepsi

Suatu kejang (seizure) adalah suatu gangguan patologis paroksismal sementara dalam gangguan patologis proksimal

sementara dalam fungsi cerebral yang disebabkan oleh pelepasan

neuron yang spontan dan luas pasien dikatakan menderita epilepsi

jika mereka mempunyai keadaan kronis yang ditandai dengan

kejang yang rekuren.

Epilepsi merupakan suatu gejala akibat lepasnya aktivitas

(20)

menimbulkan hilangnya kesadaran, gerakan involunter, fenomena

sensorik abnormal, kenaikan aktifitas, otonom dan berbagai

gangguan psikis.

a) Etiologi

Penyebab epilepsi umunya dibagi menjadi dua:

(1). Idiopatik (primer/essensial)

Pada jenis ini, tidak dapat diketemukan adanya suatu

lesi organik di otak. Tidak dimulai dengan serangan fokal.

Gangguan bersifat fungsional didaerah dasar otak yang

mempuyai kemampuan mengontrol aktifitas korteks.

(2). Simptomatik akibat kelainan otak

Serangan epilepsi merupakan gejala dari suatu

penyakit organik otak. Misalnya karena adanya demam,

penyakit otak degeneratif difus, infark, encephalitis, abses,

tumor serebrum, jaringan parut setelah jaringan kepala,

anoksia, toksemia, hipoglikemia, hipokalasemia, atau gejala

putus obat.

Timbulnya serangan kejang adalah kemungkinan

adanya ketidakseimbangan antara asetilkolin, dan GABA

(asam gama amino butirat , merupakan neurotransmitter sel-sel otak. Asetilkolin menyebabkan depolarisasi, yang

(21)

akan merendahkan eksibilitas dan menekan timbulnya

kejang. Berbagai kondisi yang mengganggu metabolisme

otak seperti penyakit metabolik, racun, beberapa obat, dan

putus obat, dapat menimbulkan pengaruh yang sama.

2) Absences (Petit Mal)

Suatu tipe kejang umum yang sulit di diagnosis bagi dokter

psikiatrik adalah absence atau kejang petitmal. Sifat epileptik dari

episode mungkin berjalan tanpa diketahui, karena manifestasi

motorik atau sensorik karakteristik dari epilepsi tidak ada atau

sangat ringan sehingga tidak membangkitkan kecurigaan dokter.

Epilepsi petitmal biasanya mulai dari masa anak-anak mulai dari

umur 5-7th dan menghilang pada saat pubertas.

4. Ciri-Ciri Gangguan Mental Organik

Berikut ini adalah ciri-ciri umum gangguan mental organik

menurut (Nevid, J. S. & Rathus, S. A. 2007) :

a. Penurunan fungsi intelektual dan ingatan.

b. Gangguan dalam berbicara dan berbahasa.

c. Disorientasi ruang, waktu, dan orang.

d. Adanya gangguan motorik.

e. Mengalami gangguan dalam membuat keputusan.

f. Emosi dan perasaan menjadi tidak stabil.

(22)

B. Karakteristik Pasien Gangguan Mental Organik:

1. Karakteristik Demografi

Demografi berasal dari kata Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat

atau penduduk dan graphein yang berarti menggambar atau menulis. Oleh

karena itu, demografi dapat diartikan sebagai tulisan atau gambaran

tentang penduduk, terutama tentang kelahiran, perkawinan, kematian, dan

migrasi.

Beberapa faktor demografi yang berpengaruh pada pasien gangguan

mental organik antara lain:

a. Kelompok Umur

Umur atau usia adalah individu menghitung mulai dari usia sejak

lahir sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat

kematangan dan kekuatan seseorang lebih matang dalam berfikir dan

bekerja. Dari segi kepercayaan masyarakat seseorang yang lebih

dewasa dipercayai dari sebelum tinggi dewasanya.

Usia 20-30 tahun merupakan usia yang reproduktif bagi seseorang

untuk dapat memotivasi diri memperoleh pengetahuan yang

sebanyak-banyaknya. Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat

dilahirkan sampai berulang tahun, jadi semakin matang usia

seseorang, maka akan memahami suatu masalah akan lebih mudah

dan dapat menambah pengetahuan semakin banyak umur atau

(23)

Usia 31-50 tahun sudah bisa dipastikan bahwa tugas perkembangan

di masa dewasa menengah adalah peralihan. (Muzzakiyah, N. 2016)

Dewasa muda memiliki peran-peran baru, seperti peran suami-istri,

pekerjaan, orang tua, dan juga perkembangan diri yang menuntut

individu untuk mampu mengambil sikap, keinginan dan nilai sesuai

dengan tujuan individu tersebut. Beban tanggung jawab yang besar

dapat menjadi sumber stressor bagi individu yang tidak bisa

beradaptasi sehingga individu tersebut akan mudah sakit misalnya

gangguan psikologis. (Rosalia, I. 2016)

b. Jenis kelamin

Jenis kelamin adalah perbedaan bentuk, sifat, dan fungsi biologi

laki-laki dan perempuan yang menentukan perbedaan peran mereka

dalam menyelenggarakan upaya meneruskan garis keturunan. Para

ahli psikologi membedakan pria dan wanita dari otaknya. Otak

manusia terdiri dari dua bagian, yaitu sisi yang kanan dengan sisi yang

kiri. Setiap sisi bertanggung jawab untuk fungsi yang berbeda. Dalam

otak wanita, lebih banyak serat penghubung dan serat ini lebih besar

dibanding yang terdapat pada otak pria. Hal ini membuat wanita

memiliki kecenderungan lebih besar untuk menggunakan kedua sisi

otak secara bersamaan. Sehingga wanita lebih pandai berbicara, open minded juga lebih pandai menjalin hubungan atau berinteraksi dengan individu lain. Tetapi, wanita cenderung menggunakan emosi ketika

(24)

Sebaliknya, pria memiliki kecenderungan lebih banyak

menggunakan logika dan pemikiran rasional. Pria juga cenderung

mempunyai koordinasi mata-tangan yang lebih baik, hal ini sangat

membantu di saat berolahraga dan melakukan kegiatan mekanis

ataupun membaca peta. Jika pria sedang melakukan satu aktifitas,

maka pria tidak akan bisa konsentrasi terhadap hal lainnya. Berbeda

dengan wanita, mereka bisa mencampur semua pikirannya dalam satu

waktu, sehingga emosi, logika, percintaan, dan komunikasi bercampur

menjadi satu.

c. Tingkat Pendidikan

Menurut Muhibbin, S. (2002) pendidikan adalah tahapan kegiatan

yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang

dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam

menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Tingkat

pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlihat dalam

suatu pengambilan keputusan. Tingkat pendidikan dapat dibedakan

menjadi tiga tingkatan, yaitu (UU RI tentang Sisdiknas No.20 Tahun

2003) :

1) Rendah, artinya individu memiliki tingkat pendidikan dasar (SD).

2) Sedang atau menengah, artinya individu memiliki tingkat

pendidikan menengah (SLTP dan SLTA).

(25)

d. Pekerjaan

Pekerjaan yaitu sebuah aktifitas antar manusia untuk saling

memenuhi kebutuhan dengan tujuan tertentu, dalam hal ini

pendapatan atau penghasilan. Penghasilan tersebut yang nantinya akan

digunakan sebagai pemenuhan kebutuhan, baik ekonomi, psikis

maupun biologis. Pekerjaan dan stress hampir semua orang di dalam

kehidupan mereka mengalami stres sehubungan dengan pekerjaan

mereka. Faktor-faktor yang dapat membuat pekerjaan itu stressful,

antara lain :

1) Tuntutan pekerjaan dapat menimbulkan stress dalam 2 cara, yaitu

pekerjaan terlaku banyak dan jenis pekerjan itu sendiri sudah lebih

stresful daripada jenis pekerjaan lain.

2) Pekerjaan-pekerjaan yang menuntut tanggung jawab bagi

kehidupan.

Menurut Sarafino, stres kerja dapat disebabkan karena lingkungan

fisik yang terlalu menekan, kurangnya kontrol yang dirasakan,

kurangnya hubungan interpersonal, hingga kurangnya pengakuan

terhadap kemajuan kerja. Sementara itu, Sutherland dan Cooper

menyatakan bahwa sumber stres yang berasal darininteraksi sosial

dengan pekerjaan, meliputi stressor yang ada di dalam pekerjaan itu

sendiri, konflik peran, masalah dalam hubungan dengan orang lain,

perkembangan karir, iklim dan struktur organisasi, hingga adanya

(26)

2. Karakteristik Klinikal

a. Lama Rawat

Lama rawat adalah istilah yang berarti proses perawatan pasien

oleh tenaga kesehatan profesional akibat penyakit tertentu, dimana

(27)

Bagan 2.1 Kerangka Teori

Modifikasi Sumber : Maramis, W.F., & Albert, A. M. (2009). Novitayani,S.(2016), Anisa,I. (2017), Wayan, N. (2017). Etiologi primer : langsung pada otak

- Rudapaksa

- Infeksi

- Gangguan vaskuler

- Tumor

sumber : Anisa, I. (2017)

Etiologi sekunder : Tidak langsung, melalui gangguan sistemik

- Jenis gangguan mental organik - Ciri-ciri gangguan mental organik

Sumber : Maramis, W.F., & Albert, A. M. (2014).

- Riwayat penyakit/ gangguan sistemik

(28)

D. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana peneliti menyusun teori/ menghubungkan secara logis beberapa

faktor yang dianggap penting untuk masalah (Notoatmodjo, 2010). Kerangka

konsep dalam penelitian adalah:

Karakteristik Gangguan Mental organik

1. Umur

2. Jenis Kelamin 3. Pendidikan 4. Pekerjaan 5. Lama Rawat

6. Penyebab Gangguan Mental Organik 7. Riwayat Gangguan Jiwa Sebelumnya

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Gambar

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Referensi

Dokumen terkait

Beberapa senyawa kompleks dari ion logam Zn(II), Cd(II) dan Hg(II) dengan ligan monodentat dari unsur golongan 15, terutama nitrogen, dan Hg(II) dengan ligan

Seperti mengendari sepeda motor tidak menggunakan helm, boncengan tiga orang satu motor dan lain-lain, serta adanya pola perilaku sebagian masyarakat dalam berlalu lintas

Akibatnya makanan tidak dapat melewati usus dan tertahan di saluran bagian atas.Hal ini menyebabkan terjadinya muntah yang berulang untuk mengeluarkan makanan tadi

Titrasi harus dilakukan dalam larutan yang bersifat asam kuat karena reaksi tersebut tidak terjadi bolak balik, sedangakan potensial elektroda sangat tergantung pada pH.. Beberapa

Namun, perlu dipahami bahwa doctype bukan sebuah tag HTML, akan tetapi merupakan sebuah instruksi atau memberikan informasi kepada browser mengenai versi HTML

In interview with the teacher, the writer will ask about suggestion of strategies that can be used by students who often make errors in reading comprehension

Skripsi berjudul “ Upaya Sekolah Dalam Meningkatkan Kreatifitas Siswa Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler Pramuka Di SMP N 1 Jatiwangi Kabupaten Majalengka ” oleh Hidayati

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan karunia- Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Faktor- faktor Penyebab