• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. yang materinya tidak dapat dikelompokkanke dalam mata pelajaran yang ada. Kabupaten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. yang materinya tidak dapat dikelompokkanke dalam mata pelajaran yang ada. Kabupaten"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB V

PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

Muatan lokal merupakan kegiatan kurikuler untuk mengembangkan kompetensi yang disesuaikan dengan ciri khas daerah dan potensi daerah termasuk keunggulan daerah yang materinya tidak dapat dikelompokkanke dalam mata pelajaran yang ada. Kabupaten Balangan sebagai kabapaten baru memiliki masyarakatnya yang cukup kental nuansa religiusnya.Untuk mengembangkan masyarakat religius pemerintah daerah berupaya melakukan kebijakan di bidang pendidikan dan keagamaan. Di antara kebijakan pemerintah tersebut adalah menetapkan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang muatan lokal Pendidikan Al-Qur’an bagi peserta didik pada pendidikan dasar dan menengah di wilayah Kabupaten Balangan.

Untuk menyamakan persepsi dan gerak langkah dalam menerapkan isi peraturan daerah tersebut di lapangan, maka perlu disusun sebuah rancangan kurikulum muatan lokal di setiap jenjang pendidikan. Untuk tingkat SMP mata pelajaran Pendidikan Al-Qur’an sebagai mata pelajaran Muatan Lokal wajib dalam rangka pelaksanaan perda Pendidikan Al-Qur’an tersebut.

Pendidikan Al-Qur’an adalah istilah yang semakna dengan “Baca Tulis al-Qur’an”.Pendidikan Al-Qur’an adalah kegiatan pembelajaran tentang membaca, menulis, dan mengkaji al-Qur’an. Banyak ayat al-Qur’an yang mendorong manusia agar mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an, diantaranya adalah:

ارٍ لِ سَّ قُ ادْ لِ ادْ وَ وَفَ الِ دْ ذِّل لِااوَا وَ دْ قُ دْا ا وَ دْ سَّ وَ ادْ وَ وَاوَ

139

(2)

Hadits Nabi Muhammad SAW juga menjelaskan bahwa “sebaik-baik kamu

adalah orang yang belajar al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain”.(HR.Bukhari dan Tirmidzi).

Dari ayat dan hadits tersebut tegas sekali memerintahkan kepada kita agar mempelajari dan mengajarkan al-Qur’an.Pendidikan Al-Qur’an sebagai bagian dari Pendidikan Islam melalui lembaga pendidikan baik madrasah maupun sekolah bertujuan untuk memberikan wawasan ilmu pengetahuan secara mendasar sebagai segala sesuatu yang dibutuhkan manusia dalam hidupnya, baik kebutuhan duniawi maupun kebutuhan ukhrawi.

Berkaitan dengan hal itu firman Allah dalam Al-Qur’an Surah al-Qashash ayat 77 menerangkan sebagai berikut:

ا وَموَ ادْ لِ دْحوَأوَ ا وَيدْفَ ُّ ا اوَ لِ اوَكوَبيلِصوَ اوَسدْنوَفَتالاوَ اوَةوَ لِخلآ اوَر سَّ ا اقُهسَّ ا اوَك وَتآا وَميلِ الِغوَتدْفَب وَ

اوَ لِ لِ دْفقُمدْا اُّبلِقُيُالااوَهسَّ ا اسَّالِإالِضدْرلأ ا لِفِاوَد وَ وَفدْا الِغدْبوَفَتالاوَ اوَكدْيوَالِإاقُهسَّ ا اوَ وَ دْحوَأ

(

٧٧

)

Tujuan al-Qur’an diturunkan adalah sebagai petunjuk bagi manusia agar hidup bahagia dunia dan akhirat, demikian pula halnya al-Qur’an itu dipelajari dalam rangka mencapai tujuan diturunkannya al-Qur’an yakni agar hidup bahagia dunia dan akhirat.

Berdasarkan hal di atas, untuk mencapai tujuan yang diinginkan dalam proses Pendidikan Al-Qur’an perlu dirancang kurikulum yang sistematis dalam sebuah proses pengembangan kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an, untuk selanjutnya diimplementasikan dalam proses pembelajaran di kelas.

Sehubungan dengan pernyataan-pernyataan di atas, penulis akan membahas hasil penelitian dengan mengelompokkan pembahasan menjadi dua sub pembahasan, yakni: 1)

(3)

implementasi kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an di SMPN 4 Paringin dan SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan, dan 2) beberapa faktor pendukung dan penghambat implementasi kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an di SMPN 4 Paringin dan SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.

Pemaparan mengenai analisis dan pembahasan terhadap hasil penelitian yang telah dilakukan dijabarkan sebagai berikut:

1. Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an di SMPN 4 Paringin dan SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.

Dari data penelitian yang sudah penulis paparkan dalam sub pembahasan penyajian data dapat disimpulkan bahwa guru-guru Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an di SMPN 4 Paringin dan SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan telah berupaya mengimplementasikan kurikulum Pendidikan Al-Qur’an ke dalam pembelajaran di kelas. Implementasi kurikulum adalah operasionalisasi kurikulum yang masih bersifat potensial

(tertulis) menjadi aktual dalam bentuk kegiatan pembelajaran.1

Dalam kegiatan pembelajaran, guru-guru Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an telah melakukan tiga kegiatan penting dalam proses implementasi kurikulum yakni pengembangan program (perencanaan), pelaksanaan pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran. Nana Syaodih Sukmadinata mengemukakan bahwa dalam proses implementasi kurikulum setidaknya ada tiga tahapan yang harus dilaksanakan, yaitu :

tahap perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.2

1

E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi: Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2003), h.93

2

Syaifuddin Sabda, Model Kurikulum Terpadu Iptek dan Imtaq, (Ciputat: Quantum Teaching, 2006), Cet. Ke-1, h.102

(4)

Pada aspek pengembangan program (perencanaan), semua guru telah membuat persiapan tertulis dan tidak tertulis. Persiapan tertulis yang dilakukan guru antara lain: membuat program alokasi waktu (program tahunan dan semester), mengembangkan silabus, dan mengembangkan RPP. Persiapan tidak tertulis yang dilakukan guru adalah mempelajari materi pembelajaran yang ada dalam SK/KD, menyiapkan sarana dan media pembelajaran, dan memilih penggunaan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Pada aspek pelaksanaan pembelajaran, semua guru Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an telah melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan rencana yang tertuang dalam langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran dengan alokasi waktu yang telah direncanakan. Namun diakui alokasi waktu yang tersedia belum mencukupi untuk mencapai ketuntasan kompetensi yang diinginkan. Untuk menyiasati keterbatasan waktu dalam mencapai kompetensi yang diharapkan, ada beberapa sekolah yang menggunakan waktu sore sebagai kegiatan ekstra kurikuler wajib seperti yang dilakukan SMPN 1 Lampihong, sedangkan di SMPN 4 Paringin untuk menyiasati hal ini dengan melaksanakan kegiatan pembelajaran pengembangan diri di hari Jum’at pagi setelah senam pagi. Penggunaan metode dan media pembelajaran dapat dikatakan kurang bervariasi, hal ini disebabkan kurangnya kemampuan sekolah memenuhi kebutuhan tersebut.

Pada aspek penilaian pembelajaran, semua guru pada dasarnya sudah melakukan penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran. Pada penilaian proses dapat dikatakan berjalan dengan lancar, tertib, dan menyenangkan. Namun dilihat dari penilaian hasil pembelajaran tidak sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan kurikulum.Hal itu terbukti masih banyak siswa yang belum mampu menyelesaikan hafalan surah pendek dan kurang

(5)

memiliki keterampilan membaca al-Qur’an secara fasih sesuai tajwid yang benar.

Sebagai tahapan akhir dari kegiatan implementasi kurikulum dituntut adanya ketuntasan aktivitas dan keterukuran hasil yang dicapai.Oleh karena itu mutlak diperlukan adanya evaluasi. Dalam konteks kurikulum berbasis kompetensi hasil belajar tidak terbatas pada aspek kognitif saja, akan tetapi mencakup hasil belajar dalam aspek afektif,

dan psikomotor.3

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Implementasi Kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an di SMPN 4 Paringin dan SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.

Setelah melewati analisis dan pembahasan data tentang pengembangan dan implementasi kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an di SMPN 4 Paringin dan SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan di atas, maka sampailah analisis ini kepada beberapa faktor pendukung dan penghambat penerapan kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an di SMPN 4 Paringin dan SMPN 1 Lampihong Kabupaten Balangan.

Sebagaimana dikemukakan sebelumnya, bahwa kedua SMP di Kabupaten Balangan dengan berbagai potensi yang dimilikinya, dapat dikatakan telah mengimplementasikan kurikulum Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an sebagai wujud penerapan Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2009 tentang Pendidikan Al-Qur’an. Kemampuan mengimplementasikan kurikulum tersebut ke dalam pembelajaran dengan asumsi adanya faktor pendukung yang dominan yakni kompetensi guru dan dukungan kepala sekolah.

3

Wina Sanjaya, Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006), Cet. ke-2, h.35-36

(6)

Dalam implementasi kurikulum hampir seluruhnya bergantung pada kreativitas, kecakapan, kesungguhan, dan ketekunan guru.Nana Syaodih Sukmadinata menjelaskan bahwa untuk mengimplementasikan kurikulum dibutuhkan kesiapan pelaksana (guru).Sebagus apapun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki, tetapi keberhasilannya sangat tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhanapun apabila gurunya memiliki kemampuan , semangat, dan dedikasi yang tinggi hasilnya akan lebih baik daripada kurikulum yang hebat tetapi kemampuan, semangat, dan dedikasi gurunya

rendah. Guru adalah kunci keberhasilan kurikulum.4

Dari fakta di lapangan menunjukkan bahwa kompetensi yang dimiliki para guru Muatan Lokal Pendidikan Al-Qur’an mendukung implementasi kurikulum di lapangan yang dibuktikan dengan latar belakang pendidikan yang sesuai dengan mata pelajaran, pengalaman mengajar, dan mengikuti beberapa kali pelatihan dan workshop yang berhubungan dengan mata pelajaran yang diajarkan.

Demikian pula dengan kepala sekolah, kepemimpinan dan dukungannya berpengaruh terhadap keberhasilan implementasi kurikulum di sekolah. Di antara kriteria yang harus dipenuhi seorang kepala sekolah seperti yang dikembangkan oleh BSNP adalah berstatus sebagai guru, memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, memiliki pengalaman mengajar sekurang-kurangnya lima tahun, dan

memiliki kemampuan kepemimpinan di bidang pendidikan.5

Data di lapangan menunjukkan bahwa kepala sekolah yang memimpin di sekolah yang penulis teliti semuanya adalah yang berpengalaman dan telah bekerja di atas

4

Rusman, Manajemen Kurikulum, (Jakarta: Rajawali Pers,2009), h.75 5

E. Mulyasa, Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h.37

(7)

limatahun, serta memberikan respon yang sangat positif terhadap pelaksanaan kurikulum Pendidikan Al Qur’an. Sehingga dapat dikatakan bahwa keberadaan kepala sekolah yang ada menjadi faktor pendukung terlaksananya kurikulum dalam pembelajaran di sekolah.

Namun di sisi lain, terdapat beberapa faktor penghambat sehingga implementasi kurikulum belum maksimal mencapai hasil yang diharapkan, seperti: terbatasnya sarana, fasilitas, media, dan pembiayaan, terbatasnya kemampuan siswa dalam baca tulis al-Qur’an, kurangnya alokasi waktu tersedia, dan kurangnya pembinaan dan pengawasan dari Dinas Pendidikan Propinsi Kalimantan Selatan, Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan sebagai pihak yang diberikan kewenangan mengawasi pelaksanaan di lapangan.

Faktor sarana, fasilitas, media, pembiayaan, kemampuan siswa, dan alokasi waktu merupakan sumber daya pendidikan yang turut menpengaruhi gagal atau berhasilnya implementasi kurikulum di lapangan.Fakta di lapangan menunjukkan semua faktor tersebut dianggap belum memadai dalam mendukung ketercapaian semua kompetensi yang diharapkan.

Khusus mengenai faktor pembinaan dan pengawasan dari instansi terkait menjadi faktor yang sangat dominan dalam menghambat ketercapaian tujuan yang diinginkan.Oemar Hamalik menjelaskan bahwa dalam mekanisme pengembangan kurikulum, setelah kurikulum dilaksanakan secara menyeluruh perlu ada tahapan pelaksanaan penilaian dan pemantauan kurikulum.Dalam pelaksanaan kurikulum perlu dilakukan penilaian dan pemantauan yang berkenaan dengan desain kurikulum dan hasil pelaksanaan kurikulum serta dampaknya.Berdasarkan penilaian dan pemantauan kurikulum diperoleh data dan bahan informasi yang akurat, selanjutnya digunakan sebagai

(8)

bahan untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian kurikulum.6

Fakta di lapangan menunjukkan bahwa pihak yang diberikan kewenangan belum menjalankan fungsi kepengawasannya memonitor ke sekolah pelaksanaan Perda Pendidikan Al-Qur’an maupun supervisi pelaksanaan kurikulum Pendidikan Al-Qur’an khususnya di sekolah setingkat SMP.Tidak adanya faktor pembinaan dan monitoring dari pihak-pihak yang bersangkutan menjadi kendala dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah.Begitu pula pihak pemerintah daerah sebagai pembuat perda tidak melakukan upaya-upaya pembinaan kepada instansi-instansi di bawahnya untuk mendukung terlaksananya perda Pendidikan Al-Qur’an itu sendiri.

6

Oemar Hamalik, Manajemen Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005), Cet. ke-3, h.142-143

Referensi

Dokumen terkait

PPKA Bodogol atau yang dikenal dengan Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol adalah sebuah lembaga konservasi alam di daerah Lido Sukabumi dan masih merupakan bagian dari

yaitu jenis herbisida yang diaplikasikan pada lahan pertanian setelah tanaman budidaya tumbuh di lahan tersebut, dengan tujuan untuk menekan pertumbuhan gulma yang tumbuh

Secara ringkas dapat dikatakan bahwa penyebab lebih rendahnya riap pohon di hutan rawa dibandingkan di darat adalah bukan karena masalah air, tetapi adalah

Variables Entered/Removed b Lama Kerja, Pengalaman, Tingkat Pendidikan a , Enter Model 1 Variables Entered Variables Removed Method. All requested

Berdasarkan hasil pemeriksaan, Dalam setiap kemasan produk hasil produksi Auditee yang akan dipasarkan untuk ekspor telah dibubuhi Tand V Legal dengan

Setelah dilakukan perbaikan match factor terhadap peralatan coalgetting yang digunakan diperoleh bahwa untuk memenuhi target produksi berdasarkan pengaturan peralatan

Tegasnya, Syaykh Abd Aziz bin Abd Salam telah memberi suatu sumbangan yang besar terhadap metodologi pentafsiran kepada pengajian tafsir di Malaysia.. Sumbangan

Metode: Dibuat desain sistem untuk mengobjektifikasi dan menguantifikasi pemeriksaan fisik, yang terdiri dari empat komponen: pemindaian tubuh pasien secara 3