• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI SUNAN KUMBUL KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISA KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI SUNAN KUMBUL KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA KESEHATAN UNIT SIMPAN PINJAM (USP) PADA KPRI “SUNAN KUMBUL” KECAMATAN SAWOO KABUPATEN PONOROGO

LISA SULISTYANINGSIH

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya Jl. MT. Haryono 165 Malang

Luv_sasha27@yahoo.com ABSTRAKSI

Hampir setiap instansi pemerintah, perusahaan, maupun sekolah terdapat koperasi di dalamnya. Salah satu yang mungkin kita kenal saat ini adalah Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI). Agar kinerja keuangan terutama kesehatan Unit Simpan Pinjam KPRI itu bisa terwujud dengan baik, koperasi harus berpedoman pada Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor: 14/Per/M.KUKM/XII/2009 tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Beberapa aspek yang penting yang harus dinilai adalah aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi tersebut.

Jenis penelitian bersifat deskriptif, dengan obyek penelitian adalah sisi keuangan Unit Simpan Pinjam dan manajemen dari Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sunan Kumbul” Sawoo selama periode 2011-2012. Dimana pada penilaian aspek-aspek tersebut dianalisis dengan rasio keuangan, kecuali pada aspek manajemen yang penilaian didasarkan pada hasil wawancara dari pertanyaan-pertanyan yang sudah terlampir pada Peraturan Menteri tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sunan Kumbul” Sawoo pada tahun 2011-2012 mendapatkan predikat “CUKUP SEHAT”. Dengan skor 77,76 pada tahun 2011 dan 75,35 pada tahun 2012. Dari ketujuh aspek yang dianalisis, aspek kualitas aktiva produktif, aspek efisiensi, serta aspek kemandirian dan pertumbuhan yang paling bagus kinerjanya, karena mendapat skor maksimal pada setiap rasionya. Sedangkan aspek yang paling buruk adalah aspek likuiditas, karena skor yang diperoleh dalam setiap rasionya tidak ada yang maksimal.

Kata Kunci : Kinerja, Tingkat Kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi, KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo, Peraturan Menteri No. 14/Per/M.KUKM/XII/2009.

(2)

Abstract: This research aims to analyze the financial and non financial health that exist in the cooperative “Sunan Kumbul” Sawoo for two years, 2011-2012. The data used are annual reports, particularly the balance sheet and operating results are obtained directly interview with the cooperative. This study analyzed the explorative descriptive techniques (quantitative). The results showed that the predicate “Sunan Kumbul” Sawoo healthy enough from 2011 to 2012 with score 77,76 and 75,35, in accordance with ministerial regulations Number: 14/Per/M.KUKM/XII/2009 has been determined.

Keywords: Performance, Savings and Loans Unit Cooperative “Sunan Kumbul” Sawoo, regulations Number: 14/Per/M.KUKM/XII/2009

(3)

PENDAHULUAN

Demokrasi ekonomi memberikan kesempatan kepada setiap orang atau lembaga untuk berperan serta dalam membangun perekonomian. Sesuai dengan amanat Pasal 33 UUD 1945 bahwa pembangunan ekonomi nasional kita dilakukan oleh tiga pelaku ekonomi, yaitu Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Usaha Milik Swasta (BUMS), dan Koperasi. Ketiga pelaku ekonomi tersebut dikenal dengan Tiga Pilar Perekonomian Indonesia.

Pada masa sekarang ini secara umum koperasi mengalami perkembangan usaha dan kelembagaan yang meningkat. Namun demikian, koperasi masih memiliki berbagai kendala untuk pengembangannya sebagai badan usaha. Hal ini perlu memperoleh perhatian dalam pembangunan usaha koperasi pada masa mendatang. Namun, masa sekarang pembangunan koperasi kurang mendapat perhatian karena koperasi kurang memperlihatkan kinerja dan citra yang lebih baik dari masa sebelumnya.

Dalam kehidupan ekonomi bangsa Indonesia koperasi itu sangatlah penting. Dasar hukum koperasi adalah Undang-undang, dimana yang pertama adalah UUD 1945 Pasal 33 Ayat 1, selanjutnya, peranan dan tujuan koperasi dalam perkembangan perekonomian Indonesia ini tertuang dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

Keberadaan koperasi memang sangat penting dalam setiap departemen atau instansi pemerintah. Salah satu contoh seperti yang sering kita kenal masa sekarang ini yaitu Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI), yang dulu sebelumnya sering disebut sebagai Koperasi Pegawai Negeri (KPN). KPN ini memiliki usaha simpan pinjam. Usaha KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo diantaranya adalah USP/Kredit. Dengan unit usaha seperti USP sangat diharapkan bisa menambah modal usaha KPRI ini.

Dengan mengetahui tingkat kesehatan unit usaha simpan pinjam KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo, maka masyarakat pada umumnya dan anggota pada khususnya dapat dengan mudah menilai kinerja serta kesehatan lembaga tersebut terutama pada USP. Oleh karena itu, dikeluarkanlah suatu Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor : 14/Per/M.KUKM/ XII/2009 tanggal 22 Desember 2009 yang menetapkan sebuah Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Ada beberapa aspek penilaian yang terdapat didalamnya, diantaranya : aspek permodalan, kualitas aktiva produktif, manajemen, efisiensi, likuiditas, kemandirian dan pertumbuhan, serta jatidiri koperasi tersebut.

Bertitik tolak dari pentingnya dilakukan penilaian terhadap kesehatan USP Koperasi sesuai dengan Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi, maka penelitian ini dilakukan dengan judul “Analisa Kesehatan Unit Simpan Pinjam (USP) Pada KPRI “Sunan

(4)

Kumbul” Kecamatan Sawoo Kabupaten Ponorogo”.

METODE PENELITIAN Jenis dan Obyek Penelitian

Berkaitan dengan masalah yang diteliti, maka penelitian yang dilakukan ini bersifat deskriptif. Masalah tersebut berkaitan dengan bagaimana tingkat kesehatan USP KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo.

Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data ini diperoleh dari data keuangan koperasi yang ada pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Hasil Pemeriksaan Pengawas KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo periode 2011-2012.

Sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Tipe data sekunder dibagi menjadi dua yaitu data internal dan data eksternal. Menurut Bambang dan Nur (2002:95), data internal merupakan dokumen-dokumen akuntansi dan operasi yang dikumpulkan, dicatat, disimpan dalam suatu organisasi. Sedangkan data eksternal merupakan data yang disusun oleh pihak lain yang berada di luar perusahaan. Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari data keuangan USP koperasi pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Hasil Pemeriksaan Pengawas KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo periode 2011-2012 yang digunakan oleh peneliti, dan berbagai bentuk laporan lain yang diperoleh peneliti dari pihak-pihak lain.

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan wawancara. Menurut Bambang dan Nur (2002:102) dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data dengan cara mengamati, mencatat, dan memfotokopi dokumen-dokumen perusahaan yang relevan dengan masalah yang diteliti.

Dokumen yang didapatkan selama penelitian berupa laporan keuangan USP yang ada pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Hasil Pemeriksaan Pengawas KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo pada periode tahun 2011-2012, dokumen-dokumen koperasi berupa profil, sejarah berdirinya KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo, dan struktur organisasinya.

Pengumpulan data juga dilakukan melalui wawancara terhadap nara sumber atau sumber data. Dalam hal ini mengadakan wawancara dengan pengurus, karyawan, dan anggota KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo.

Metode Analisa Data

Metode analisis data adalah pembahasan dan penjabaran atas data-data yang diperoleh, selanjutnya masalah yang ada disimpulkan agar didapatkan jawaban yang tepat dan masalah terpecahkan.

Dasar analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009 Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam (KSP) dan Unit Simpan Pinjam Koperasi (USP).

Dalam penelitian ini, metode analisis data untuk menganalisis setiap

(5)

aspek-aspek tersebut menggunakan analisis rasio. Rasio-rasio yang digunakan diantaranya :

1) Rasio Permodalan

2) Rasio Kualitas Aktiva Produktif

3) Rasio Efisiensi 4) Rasio Likuiditas

5) Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan

6) Rasio Jatidiri Koperasi

Khusus untuk penilaian aspek manajemen, didasarkan atas penilaian hasil jawaban pertanyaan dari komponen manajemen secara keseluruhan. Dimana komposisi pertanyaan terlampir pada lampiran.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN Analisis Data

Data keuangan terutama berkaitan dengan Unit Usaha Simpan Pinjam dan modal serta cara pengelolaannya pada suatu koperasi merupakan masalah yang sangat penting untuk menjaga kelangsungan hidup koperasi tersebut. Aktiva yang semakin meningkat menunjukkan adanya perkembangan positif bagi koperasi, jika diimbangi dengan kenaikan SHU dan pendapatan koperasi agar tujuan koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan anggotanya dapat tercapai. Meneliti lebih jauh tentang kondisi keuangan USP KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo sehingga dapat diketahui tingkat kesehatan unit usaha simpan pinjamnya akan tampak pada Rasio Permodalan, Rasio Kualitas Aktiva Produktif, Rasio Manajemen, Rasio Efisiensi, Rasio Likuiditas, Rasio Kemandirian dan Pertumbuhan, dan Rasio Jatidiri Koperasi.

Analisis Deskriptif Aspek Permodalan

a. Rasio Modal Sendiri Terhadap Total Aset

Nilai rasio modal sendiri terhadap total aset dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 13,21%. Dimana hal ini disebabkan oleh meningkatnya jumlah modal sendiri. Yaitu dari Rp. 2,538,789,984 menjadi Rp. 3,167,564,991 pada tahun 2012. Dan juga kenaikan dari total aset yang semula berjumlah Rp. 4,636,426,724 menjadi Rp. 4,659,961,255.

b. Rasio Modal Sendiri Terhadap Pinjaman Diberikan yang Berisiko

Nilai rasio modal sendiri terhadap pinjaman diberikan yang berisiko mengalami suatu kenaikan, dimana kenaikan itu sebesar 18,33%. Hal ini dipengaruhi oleh kenaikan modal sendiri,dimana pada tahun 2011 sebesar Rp. 2,538,789,984 meningkat menjadi Rp 3,167,564,991 pada tahun 2012. Namun terjadi penurunan pada pinjaman yang diberikan yang semula di tahun 2011 sebesar Rp 4,472,612,000 menjadi Rp 4,218,271,000 tahun 2012.

c. Rasio Kecukupan Modal Sendiri Rasio kecukupan modal sendiri dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami peningkatan meski tidak begitu drastis. Yaitu dari 95,55% menjadi 95,87%. Walaupun kenaikan yang dicapai hanya sedikit, tetapi pada dasarnya persentase dari kedua tahun tersebut sudah sangat bagus. Hal ini dikarenakan untuk menjadi sebuah koperasi yang sehat rasio kecukupan modal koperasi harus mencapai angka 8% ke atas. Sedangkan dalam dua

(6)

tahun terakhir ini, persentase mencapai angka hampir 100%.

Aspek Kualitas Aktiva Produktif a. Rasio Volume Pinjaman Pada

Anggota Terhadap Volume Pinjaman Diberikan

Rasio pinjaman pada anggota terhadap volume pinjaman yang diberikan dari tahun 2011 ke tahun 2012 adalah 100%. Dari kedua tahun tersebut didapatkan angka rasio yang sama karena pada masing-masing tahun, volume pinjaman pada anggota dan volume pinjaman keseluruhan memiliki jumlah yang sama. Karena pinjaman yang diberikan oleh KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo hanyalah untuk anggotanya saja, sehingga volume pinjaman secara keseluruhan adalah volume pinjaman yang diberikan kepada anggota. Dengan adanya kesamaan tersebut menjadikan angka rasio sama, yaitu 100% dengan berapapun volume pinjaman pada anggota dan volume pinjaman keseluruhan.

b. Rasio Risiko Pinjaman Bermasalah Terhadap Pinjaman yang Diberikan

KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo selama tahun 2011 dan 2012 sama sekali tidak memiliki masalah dengan pinjaman bermasalah. Hal ini disebabkan oleh pinjaman yang diberikan kepada anggota dan pembayaran pinjaman diambil dari potongan gaji. Selain itu, KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo juga mengasuransikan pinjaman, sehingga apabila terjadi pinjaman yang macet misalkan karena anggota tersebut meninggal, maka pinjaman tersebut diganti oleh pihak asuransi.

c. Rasio Cadangan Risiko Terhadap Pinjaman Bermasalah

Rasio cadangan risiko terhadap pinjaman bermasalah pada tahun 2011 sampai tahun 2012 terlihat tidak terjadi pinjaman bermasalah. Jika dilihat dari rasio, pada kedua tahun terlihat bahwa nominal rasionya bernilai “tidak terhingga”. Hal ini dikarenakan angka pada pinjaman bermasalah berupa nol, sehingga tidak bisa digunakan untuk membagi bilangan pada cadangan risiko. Akan tetapi pada prinsip semakin sedikit jumlah pinjaman bermasalah, maka semakin bagus rasio, maka disini peneliti memberikan nilai 100 untuk rasio pada kedua tahun.

d. Rasio Pinjaman yang Berisiko Terhadap Pinjaman yang Diberikan

Rasio pinjaman yang berisiko terhadap pinjaman yang diberikan dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami peningkatan. Yaitu dari 1,11% menjadi 1,18%. Hal ini dikarenakan pinjaman yang diberikan pada tahun 2012 turun menjadi Rp 4,218,271,000 yang sebelumnya pada tahun 2011 sebesar Rp 4,472,612,000. Selain itu, pinjaman yang berisiko KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo pada beberapa tahun terakhir ini dinilai sebesar Rp 50.000.000. Termasuk pada tahun 2011 dan 2012. Sehingga, dengan adanya penurunan pinjaman yang diberikan, hal tersebut menjadikan rasio naik.

Aspek Manajemen

Penilain aspek manajemen KPRI Sejahtera meliputi lima komponen sebagai berikut :

a. Manajemen Umum b. Kelembagaan

(7)

c. Manajemen Permodalan d. Manajemen Aktiva e. Manajemen Likuiditas

Dari aspek manajemen umum, diperoleh 12 jawaban “ya” dari 12 pertanyaan yang diajukan, sehingga dari aspek manajemen umum mendapatkan skor 3,00. Dari aspek kelembagaan, diperoleh 6 jawaban “ya” dari 6 pertanyaan yang diajukan, sehingga dari aspek kelembagaan mendapatkan skor 3,00. Dari aspek manajemen permodalan, diperoleh 3 jawaban “ya” dari 5 pertanyaan yang diajukan, sehingga dari aspek manajemen permodalan mendapatkan skor 1,80. Dari aspek manajemen aktiva, diperoleh 8 jawaban “ya” dari 10 pertanyaan yang diajukan, sehingga dari aspek manajemen permodalan mendapatkan skor 2,40. Dari aspek manajemen likuiditas, diperoleh 5 jawaban “ya” dari 5 pertanyaan yang diajukan, sehingga dari aspek manajemen likuiditas mendapatkan skor 3,00. Kemudian semua aspek tersebut dijumlahkan sehingga skor yang didapat menghasilkan total skor 13,20.

Aspek Efisiensi

a. Rasio Beban Operasi Anggota Terhadap Partisipasi Bruto Terjadi penurunan antara rasio beban operasi anggota terhadap partisipasi bruto dari 5,39% pada tahun 2011 menjadi 5,31% pada tahun 2012. Hal tersebut diakibatkan oleh kenaikan beban operasi anggota yang kurang bisa mengimbangi banyaknya volume partisipasi bruto. Dengan meningkatnya beban operasi anggota dan volume partisipasi bruto yang tidak seimbang mengakibatkan rasio

dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami penurunan sebesar 0,08%. b. Rasio Beban Usaha Terhadap

SHU Kotor

Rasio beban usaha terhadap SHU kotor dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami sedikit peningkatan sebesar 0,06%. Hal ini dipengaruhi oleh adanya peningkatan pada beban usaha yang semula sebesar Rp 9,370,000 pada tahun 2011 menjadi Rp 12,185,000 pada tahun 2012. Dapat dilihat SHU kotor mengalami peningkatan juga, hal ini dapat berpengaruh pada rasio akan mengalami kenaikan.

c. Rasio Efisiensi Pelayanan

Rasio efisiensi pelayanan dari tahun 2011 ke tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 0,03%. Biaya karyawan yang dikeluarkan adalah Rp 24,600,000 pada tahun 2011 dan Rp 24,600,000 tahun 2012, hal ini dikarenakan pengurus KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo merangkap sebagai karyawan dan mendapatkan tunjangan yang tidak terlalu besar.

Aspek Likuiditas

a. Rasio Kas+Bank Terhadap Kewajiban Lancar

Rasio kas + Bank terhadap Kewajiban Lancar KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo pada tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan yang drastis. Hal ini dikarenakan ada peningkatan yang cukup besar dari tahun 2011 ke tahun 2012 pada volume kas dan bank, yaitu sebesar Rp 277.084.213. Pada volume kewajiban lancar dari tahun 2011 ke tahun 2012 malah mengalami penurunan, semula Rp 557,903,740 pada tahun 2011 menjadi Rp 524,427,264 pada tahun 2012.

(8)

b. Rasio Pinjaman yang Diberikan Terhadap Dana yang Diterima Terjadi penurunan pada rasio pinjaman yang diberikan terhadap dana yang diterima sebesar 4,13%. Hal ini dikarenakan terjadi penurunan volume pinjaman yang semula pada tahun 2011 sebesar Rp 4,472,612,000, turun menjadi Rp Rp 4,218,271,000 pada tahun 2012. Penurunanan volume pinjaman ini, diikuti juga dengan penurunan dana yang diterima pada tahun 2012 menjadi Rp 4,176,314,169 yang sebelumnya pada tahun 2011 sebesar Rp 4,253,990,907. Sehingga, dengan adanya penurunan volume pinjaman, hal tersebut menjadikan rasio menurun.

Aspek Kemandirian dan

Pertumbuhan

a. Rasio Rentabilitas Aset

Rasio rentabilitas aset dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan sebesar 2,14%. Hal ini dikarenakan meningkatnya volume SHU sebelum pajak yang juga diikuti oleh naiknya volume total aset yang dimiliki KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo. Sehingga hal tersebut mengakibatkan meningkatnya nilai rasio rentabilitas aset pada KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo.

b. Rasio Rentabilitas Modal Sendiri Rasio rentabilitas modal sendiri dari tahun 2011 sampai tahun 2012 mengalami kenaikan. Yaitu sebesar 0,27%, kenaikan ini diakibatkan meningkatnya volume SHU bagian anggota dan juga kenaikan volume modal sendiri. Dengan perkembangan rasio yang mengalami peningkatan, secara umum rasio rentabilitas modal sendiri yang dimiliki KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo dikatakan baik. Hal

ini bisa dilihat dari perbandingan besarnya volume SHU anggota dengan volume besarnya modal sendiri pada setiap tahun.

c. Rasio Kemandirian Operasional Pelayanan

Pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 terdapat peningkatan rasio kemandirian operasional pelayanan yaitu dari 200,93% menjadi 272,49%. Hal ini karena volume beban usaha dan beban perkoprasian yang ada pada KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo menurun. Namun penurunan beban usaha + perkoprasian masih bisa diimbangi dengan adanya peningkatan pada volume partisipasi neto. Sehingga rasio kemandirian operasional pelayanan menjadi meningkat.

Aspek Jatidiri Koperasi a. Rasio Partisipasi Bruto

Rasio partisipasi bruto pada tahun 2011 sampai 2012 mengalami peningkatan. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya volume partisipasi bruto. Dimana pada tahun 2011 sebesar Rp 476,203,724 menjadi Rp 582,844,792 pada tahun 2012. Begitupun dengan volume partisipasi bruto + pendapatan tentu juga mengalami peningkatan, yang mana pada tahun 2011 sebesar Rp 1,016,881,710 dan pada tahun 2012 naik menjadi Rp 1,222,964,253. b. Rasio Promosi Ekonomi Anggota

(PEA)

Rasio Promosi Ekonomi Anggota (PEA) pada tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan sebesar meski tidak banyak. Hal ini dikarenakan jumlah PEA naik menjadi Rp 12,870,000 pada tahun 2012, dimana sebelumnya pada tahun 2011 sebesar Rp 10,200,000. Disamping itu total

(9)

dari simpanan pokok dan simpanan wajib juga mengalami peningkatan, yaitu dari Rp 1,940,777,500 pada tahun 2011 menjadi Rp 2,413,880,000 pada tahun 2012.

Penetapan Predikat Tingkat Kesehatan Unit Usaha Simpan Pinjam Koperasi

Berdasarkan rekapitulasi skor rasio kesehatan unit usaha simpan pinjam koperasi diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Untuk Aspek Permodalan tahun 2011 mendapat skor 10,56 dan tahun 2012 memperoleh 9,90. 2. Untuk Aspek Kualitas Aktiva

Produktif pada tahun 2011 dan 2012 mendapat skor sama 25,00. 3. Untuk Aspek Manajemen tahun

2011 dan tahun 2012 memperoleh skor yang sama 13,20.

4. Untuk Aspek Efisiensi tahun 2011 mendapat skor 10,00 dan begitu juga tahun 2012 juga sama.

5. Untuk Aspek Likuiditas skor yang didapat untuk tahun 2011 6,25 dan tahun 2012 memperoleh skor 3,75.

6. Untuk Aspek Kemandirian dan Pertumbuhan pada tahun 2011 mendapat skor 9,25 dan pada tahun 2012 mendapat skor 10,00. 7. Untuk Aspek Jatidiri Koperasi memperoleh skor 3,50 untuk tahun 2011 dan 2012.

Setelah menjumlah skor total untuk masing-masing aspek yang mempengaruhi kesehatan unit usaha simpan pinjam koperasi, seluruh total skor tersebut dijumlahkan dan diperoleh total skor pada tahun 2011sebesar 77,76 dan pada tahun

2012 memperoleh skor 75,35. Sehingga dapat dikategorikan bahwa USP KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo mendapatkan predikat Cukup Sehat.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil penilaian kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sunan Kumbul” Sawoo yang disesuaikan dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia Nomor 14/Per/M.KUKM/XII/2009, maka kesehatan Unit Simpan Pinjam dari KPRI ini dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Tingkat kesehatan Unit Simpan Pinjam Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) “Sunan Kumbul” Sawoo pada tahun 2011-2012 memiliki predikat “CUKUP SEHAT” dengan skor 77,76 pada tahun 2011 dan 75,35 pada tahun 2012. 2. Dari ketujuh aspek yang dinilai,

aspek kualitas aktiva produktif, aspek efisiensi, dan aspek kemandirian dan pertumbuhan merupakan aspek yang paling bagus kinerjanya dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain karena hampir semua rasio-rasionya memperoleh skor maksimal. Hal ini menandakan bahwa kemampuan KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo dalam hal pemberian pinjaman dan kualitas pelayanan kepada anggota sangat baik. Ditandai juga dengan tidak adanya masalah berarti pada pinjaman bermasalah.

3. Dari ketujuh aspek yang telah dinilai, aspek likuiditas

(10)

merupakan aspek yang paling buruk kondisinya dibandingkan dengan aspek-aspek yang lain. Hal ini terlihat dari skor yang didapat di setiap rasionya tidak ada yang

maksimal. Bahkan

mengindikasikan keadaan likuiditas yang kurang baik. Karena KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo belum sepenuhnya mampu memenuhi kewajiban lancarnya dengan baik, disebabkan oleh kondisi Kas + Bank yang lebih kecil daripada kewajiban lancarnya.

Saran

Dari kesimpulan yang ada, penulis akan memberikan saran-saran yang sekiranya dapat membantu KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo maupun kepada peneliti selanjutnya, yaitu:

1. Bagi KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo

Dengan adanya Undang-undang tentang penilaian kesehatan unit usaha simpan pinjam koperasi, maka diharapkan KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo dapat mengetahui kondisi kesehatan koperasinya terutama pada Unit Usaha Simpan Pinjam. Dengan begitu, jika setelah penilaian diketahui ada beberapa aspek yang tidak sehat di dalam koperasi, maka diharapkan KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo dapat

membenahinya dan

menjadikannya lebih baik lagi. Dari ketujuh aspek yang telah dinilai, aspek likuiditas koperasi merupakan aspek yang paling perlu mendapatkan pembenahan. Terutama pada keberadaan kas yang perlu diperhatikan lagi.

Selain itu, untuk meningkatkan aspek likuiditas juga dapat dilakukan dengan meningkatkan dana yang diterima. Baik itu dengan meningkatkan simpanan, melakukan hutang di bank, menambah hutang jangka panjang dan lain-lain.

Untuk memperbaiki aspek lain yang belum mendapatkan skor maksimal, KPRI “Sunan Kumbul” perlu melakukan beberapa hal. Diantaranya aspek permodalan yang perlu meningkatkan jumlah modal sendiri. Selanjutnya aspek manajemen perlu sedikit perbaikan pada ketersediaan agunan yang selama ini tidak diberlakukan pada setiap pinjaman. Lalu aspek kemandirian dan pertumbuhan perlu meningkatkan kuantitas SHU yang sangat jauh dari total aset. Peningkatan SHU ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan unit-unit usaha yang dimiliki KPRI, diantaranya unit simpan pinjam. Dan terakhir pada aspek jatidiri koperasi, untuk mencapai skor lebih baik lagi, perlu meningkatkan partisipasi bruto dari anggota dalam kegiatan keuangan KPRI. Misalnya saja dengan meningkatkan simpanan berjangka anggota.

Dengan demikian diharapkan akan dapat memperbaiki penilaian kinerja keuangan USP KPRI “Sunan Kumbul” Sawoo dan perkembangan pada KPRI ini menjadi semakin baik di masa yang akan dating guna mencapai tingkat keberhasilan koperasi.

(11)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, dapat menggunakan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik

Indonesia Nomor

14/Per/M.KUKM/XII/2009 lebih baik lagi. Sehingga, dengan adanya hal tersebut bisa dgunakan untuk perbandingan kondisi kesehatan unit simpan pinjam koperasi sejenis maupun koperasi yang bukan KPRI, serta dapat memberikan motivasi kepada koperasi-koperasi yang bersangkutan untuk mengetahui kondisi kesehatannya sehingga kedepannya mampu untuk memperbaiki kinerja koperasi menjadi jauh lebih baik lagi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonymuous, 1945. Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (1). Jakarta

Anonymuous,1992. Undang-Undang Tahun 1992 No.25: Tentang Perkoperasian.

Anonymuous, 1995. Peraturan Pemerintah No. 9 Tahun 1995: Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam Oleh Koperasi.

Anonymuous, 2009. Peraturan Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Republik Indonesia

Nomor:14/Per/M.KUKM/XII/20 09 : Tentang Pedoman Penilaian Kesehatan Koperasi Simpan Pinjam dan Unit Simpan Pinjam Koperasi. Jakarta

Achmad Helmy Djawahir, 2004. Analisis Keuangan Perusahaan. Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya. Malang

Bambang Supono, Nur Indriantoro, 2002. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE

Blog Pelajar Kita, 2011. Sektor Utama Pelaku Formal Perekonomian Indonesia, http://edukasi-pelajar.blogspot.com/2011/02/se

ktor-utama-pelaku-formal-perekonomian.html, (diakses 23 Agustus 2013)

Brigham, Eugene F., dan F. Houston, Joel., 2010. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Kesebelas, Buku Satu, terjemahan oleh Ali Akbar Yulianto. Jakarta: Salemba Empat

Djarwanto, Ps., 2010. Pokok-Pokok Analisis Laporan Keuangan, Edisi Kedua. Yogyakarta : BPFE

Evas Dimas, 2012. Pengukuran Kinerja Keuangan pada Koperasi Primkopti Bangkit Usaha Kota Malang. Skripsi Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Malang

Fabyola Andarina, 2013. Penilaian Tingkat Kesehatan dan Pengaruh Jumlah Anggota Terhadap Perolehan Sisa Hasil Usaha Pada Koperasi,

http://fabyola-andarina.blogspot.com/2013/01/ Penilaian-tingkat-kesehatan-dan.html, (diakses 23 Agustus 2013)

(12)

Heri Prasetiono, 2008. Analisis Rasio Keuangan Sebagai Alat Penilaian Kinerja Keuangan Pada BMT Maslahah Mursalah Lil Ummah (MMU) Sidogiri (Periode Analisis Tahun 2004-2007). Skripsi Program Studi Manajemen. Fakultas Ekonomi Universitas Islam Negeri (UIN). Malang

Ikatan Akuntan Indonesia, 2009. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta : Salemba Empat

J. Keown, Arthur; D. Martin, John; Petty, J.William; dan F. Scott Jr, David., 2011. Manajemen Keuangan : Prinsip dan Penerapan, Edisi Kesepuluh, Jilid 1, terjemahan oleh Marcus Prihminto Widodo, M.A. Jakarta : PT. INDEKS

Moeljadi, 2006. Akutansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi Ketiga. Jakarta: Salemba Empat

Moh. Nazir, 2005. Metode Penelitian, Edisi Keenam. Jakarta: Ghalia Indonesia

Nurita Kumala Sari, 2012. Peranan Koperasi Terhadap Perkembangan Ekonomi Indonesia,http://nurii-thaa.blogspot.com/2012/10/pera nan-koperasi-terhadap-perkembangan.html, (diakses 23 Agustus 2013)

Revrisond, Baswir, 2010. Koperasi Indonesia, Edisi Pertama. Yogyakarta: BPFE

Riyanto, Bambang, 2001. Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: BFE UGM

R.T. Sutantya Rahardja Hadhikusuma, 2005. Hukum Koperasi Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Pesada

S. Munawir, 2004. Analisa Laporan Keuangan, Edisi Keempat. Yogyakarta : Liberty

Subramanyam, K.R. & Wild, John J., 2010. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: Salemba Empat

Trias Anggi Bestari, 2011. Analisis Kesehatan Keuangan Pusat Koperasi Pegawai Republik Indonesia Kabupaten Nganjuk Tahun 2006-2010. Skripsi Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Malang. Malang

Wibowo, 2011. Manajemen Kinerja, Edisi Ketiga. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada

Referensi

Dokumen terkait

Menu Beranda pada Gambar 1 adalah antarmuka ketika telah masuk ke Website Alumni Program Studi Teknik Informatika STMIK Nurdin Hamzah Jambi yang terdiri dari menu2. Prodi

permukaan yang rata, bahan yang mudah dibersihkan, bahan tahan lama, namun tidak terdapat jarring lasa untuk mencegah debu, serangga, dan benda lain masuk ke area produksi.

[r]

Bahagian B terdiri daripada 24 soalan yang berkaitan dengan sumber pelajar memperolehi maklumat mengenai latihan vokasional,faktor-faktor yang mendorong pelajar memilih

Dengan permasalahan ini, penulis melakukan analisa untuk memecahkan permasalahan yang terjadi menggunakan metode waterfall untuk merancang sistem “Monitoring Rencana Kerja

Pemanfaatan layanan sosial media sebagai strategi komunikasi pemasaran dan manajemen hubungan pelanggan memberikan keunggulan bagi UT untuk memberikan layanan yang

Aspek penting dari berbagai hubungan dan pengaruh terhadap pelayanan publik, dapat dilihat dari alur atau jalur variabel komunikasi berhubungan dan berpengaruh

Zakat adalah harta yang wajib dikeluarkan oleh seorang muslim atau badan usaha untuk diberikan kepada yang berhak menerimanya sesuai dengan syariat Islam9. Infak