• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS POTENSI DAN MASALAH MEDIA PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS POTENSI DAN MASALAH MEDIA PEMBELAJARAN

BAHASA INGGRIS DI SEKOLAH DASAR

NI MADE RATMININGSIH

Jurusan Pendidikan Bahasa Inggris, Universitas Pendidikan Ganesha,Singaraja Email: made_ratminingsih@yahoo.com.au

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan potensi dan masalah pembelajaran khususnya media yang digunakan dalam pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah dasar tahun akademik 2013/2014. Desain penelitian adalah penelitian deskriptif yang melibatkan sejumlah 9 orang responden guru dan 224 responden siswa kelas lima di 9 SD di 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng. Instrumen utama penelitian adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 47% guru menyatakan sekolahnya memiliki potensi media pembelajaran bahasa Inggris, yaitu 77,77% guru menyatakan potensi media terbesar adalah media visual (gambar dan realia) dan 66,66% guru menegaskan bahwa sekolahnya juga memiliki media audio visual berupa komputer, Laptop, LCD dan TV. Selanjutnya, 76% guru menyatakan mereka bermasalah dalam penggunaan media dan 81% siswa menyatakan gurunya bermasalah dalam pnggunaan media. Semua guru (100%) menyatakan tidak pernah menggunakan media audio berupa CD dan media audio visual yang berisi lagu-lagu. Senada dengan guru, semua siswa (100%) menegaskan gurunya tidak pernah menggunakan kaset rekaman, CD rekaman, video dan video lagu-lagu dalam mengajar Bahasa Inggris.

Kata Kunci: potensi, masalah, media pembelajaran

Abstract

This article aimed at describing the potencies and problems of media utilized in English instruction in the primary schools in academic year 2013/2014. The study was a descriptive research involving 9 teachers and 224 fifth grade students as respondents from 9 primary schools in 9 districts in Buleleng regency. The main instrument was questionnaire. The result shows that 47% teachers stated that their schools had potency in media. Specifically 77.77% teachers mentioned that the schools had visual media (pictures and realia) and 66.66% of them explained the schools also had audio visual like Computer, Laptop, LCD and TV. In terms of problems, 76% teahers stated they had problems in utilizing the media and even 81% students affirmed it. All teachers (100%) stated they never used audio media such as CD and audio visual media containg recorded songs. Similar to their teachers, all students (100%) also described that their teachers never used recorded tapes or CD or video containing songs to teach them English.

Key words: potencies, problems, instructional media

1. Pendahuluan

Media adalah salah satu komponen penting dalam proses belajar mengajar. Melalui pemanfaatan media yang tepat guru dapat menampilkan materi yang diajarkan dengan lebih baik sehingga pelajaran mudah dicerna oleh siswa. Abstraksi pelajaran yang disebabkan oleh verbalisasi dapat menyebabkan pebelajar anak-anak cepat kehilangan konsentrasi belajar. Hal ini bisa dihindarkan melalui pengemasan media yang menarik dan inovatif yang dapat menarik minat mereka untuk belajar.

Hasil wawancara pada pelatihan P2M di Kecamatan Sukasada yang diikuti oleh 25 orang guru bahasa Inggris (Ratminingsih dan Budasi, 2012), menunjukkan bahwa mereka tidak pernah menggunakan media pembelajaran inovatif seperti media audio (yang berisi lagu-lagu) atau media audio visual. Para guru biasanya mengajar hanya berpedoman pada buku paket atau LKS yang digunakan. Jadi mayoritas media yang

digunakan adalah media cetak (printed) dari buku.

Kata media berasal dari bahasa Latin

medius yang berarti tengah, perantara atau pengantar. Secara khusus, pengertian media

dalam proses belajar mengajar diartikan sebagai alat grafis, fotografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal. AECT (Association of Education and

Communication Technology) memberikan batasan, yaitu media sebagai segala bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi. Secara lebih spesifik, Heinrich, dkk. mengemukakan medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima. Jadi, televisi, film, foto, radio, rekaman audio, gambar yang diproyeksikan, bahan-bahan cetakan, dan sejenisnya adalah media komunikasi (dalam Arsyad, 2011:3). Lebih jauh Arsyad (2011) menjelaskan bahwa apabila media itu membawa pesan-pesan atau

(2)

informasi yang bertujuan instruksional atau mengandung maksud-maksud pengajaran, maka media itu disebut media pembelajaran. Gagne and Briggs (1979) memaparkan bahwa media pembelajaran merupakan alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pelajaran, yang terdiri dari buku,modul,teks terprogram, tape recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, foto, gambar, grafik, televisi, komputer, dan sebagainya. Dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat-alat fisik yang digunakan dalam menyampaikan informasi, yaitu berupa materi pembelajaran kepada peserta didik.

Media pembelajaran yang baik adalah media yang dapat membantu proses transfer materi pelajaran dengan baik, menarik perhatian peserta didik, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, dan dapat memotivasi mereka. Arsyad (2011) menyatakan bahwa proses pembelajaran dapat menjadi lebih dinamis dan akan mencapai sasaran yang diinginkan jika ditambahkan alat bantu atau media, seperti media audio-visual, cetak, proyektor, film, permainan, dan sebagainya. Yassaei (2012) menambahkan bahwa salah satu cara yang paling tepat untuk menciptakan konteks bermakna untuk pembelajaran bahasa Inggris adalah melalui penggunaan media, yang dapat ditampilkan melalui berbagai format, seperti cetak, audio, dan visual. Terlebih lagi anak-anak 7 sd 11 tahun yang masih pada tahap perkembangan yang oleh Piaget dinamakan concerete operation

(Brown, 2001) mengharuskan guru untuk mengkongkritisasi pembelajaran melalui pemanfaatan media. Perhatian mereka yang singkat terhadap sesuatu dapat diatasi dengan menggunakan sesuatu yang dapat menarik perhatian mereka. Willing (dalam Chitravelu, dkk., 2005) menegaskan bahwa anak-anak yang bertipe kongkrit (concrete learner) akan menyenangi strategi pembelajaran yang memanfaatkan games, pictures, films, cassettes, videos, dan lain-lain.

Salah satunya adalah melalui pemanfaatan media pembelajaran audio (CD pembelajaran). Media audio selain dapat menghadirkan kesenangan, suasana rileks, yang terpenting adalah dapat memberikan contoh pajanan bahasa yang kaya dengan aspek kebahasaan, seperti kosakata, gramatika, lafal, tetapi juga keterampilan berbahasa (mendengarkan, berbicara, membaca, dan menulis). Terlebih lagi, bagi para guru yang berlatar belakang non kependidikan bahasa Inggris, mereka dapat dibantu diberikan model bahasa yang akurat dari segi lafal dan intonasi dengan mengulang-ulang media audio yang

tersedia.Adapun media audio yang dikembangkan oleh peneliti berisi lagu-lagu yang liriknya diciptakan khusus untuk tujuan pembelajaran Bahasa Inggris, sedangkan lagunya atau iramanya diambil dari lagu-lagu yang sudah terkenal baik lagu Indonesia atau lagu Inggris yang ditujukan untuk menghadirkan sesuatu yang mudah dicerna oleh anak-anak.

Beberapa penelitian terkait pemanfaatan media pembelajaran adalah Ramendra dan Ratminingsih (2006) membuktikan guru mayoritas menggunakan media visual, yaitu 100% guru menyatakan menggunakan papan tulis dan gambar, 94% menegaskan menggunakan benda-benda nyata (realia), sedangkan hanya 25% guru menyatakan menggunakan media audio. Penelitian yang dilakukan Budasi, dkk. (2013) membuktikan bahwa media audio pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan dapat meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa kelas empat SD No. 2 Sukasada. Selanjutnya, Jadal (2011) membuktikan bahwa pemanfaatan media audio-visual dalam pembalajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar di Distrik Solapur, India. Data ini membuktikan bahwa pemanfaatan media audio-visual berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa sekolah dasar.

Terkait dengan lagu, Shtakser (2012) mengemukakan bahwa musik dan lagu dapat menciptakan atmosfer belajar yang baik dalam kelas. Brewster, dkk. (2007) menyatakan bahwa lagu merupakan strategi yang ideal untuk belajar bahasa, karena di dalam lagu terdapat pengulangan-pengulangan kosakata dan struktur bahasa serta irama yang dapat meningkatkan ketertarikan siswa dalam belajar. Ratminingsih (2010) membuktikan bahwa lagu merupakan salah satu teknik yang efektif untuk meningkatkan keterampilan mendengarkan bahasa Inggris siswa sekolah dasar Lab Undiksha Singaraja. Lebih lanjut penelitian Ratminingsih, dkk. (2013) membuktikan bahwa materi dan sintak pembelajaran berbasis lagu dapat meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa SD Lab Undiksha, dan penelitian Budasi, dkk. (2013) membuktikan bahwa media audio kelas 4 semester 1 dapat meningkatkan motivasi siswa dan kompetensi bahasa Inggris siswa SD No.2 Sukasada. Berdasarkan bukti tersebut, maka peneliti selanjutnya memandang perlu mengembangkan media audio selanjutnya, yakni di kelas lima. Sebelum media audio dikembangkan, peneliti berkepentingan untuk

(3)

menganalisis potensi media yang dimiliki dan masalah-masalah media pembelajaran di sekolah dasar di Kabupaten Buleleng. Dengan demikian tujuan utama dari artikel ini adalah untuk menganalisis potensi dan masalah terkait dengan penggunaan media pembelajaran di sekolah dasar di Kabupaten Buleleng.

2. Metode Penelitian

Untuk menganalisis potensi dan masalah media pembelajaran di sekolah dasar, peneliti menggunakan instrumen utama yaitu kuesioner yang disebarkan kepada guru dan siswa. Dengan demikian, rancangan penelitian pada tahap ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan potensi dan masalah-masalah penggunaan media pembelajaran di sekolah dasar di Kabupaten Buleleng.

Subjek penelitian adalah 9 guru pengampu mata pelajaran bahasa Inggris dan 224 siswa kelas lima dari 9 sekolah di 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng. Adapun jumlah responden yang terlibat.

Kuesioner untuk guru yang menjaring potensi media yang dimiliki oleh sekolah terdiri atas 5 item, dan untuk menjaring masalah-masalah penggunaan media terdiri dari 9 item, dan kuesioner untuk siswa hanya untuk menjaring pendapat mereka terkait dengan masalah media yang digunakan oleh guru mereka dalam belajar bahasa Inggris. Selanjutnya, hasil data yang terkumpul ditabulasikan dan dianalisis secara kuantitatif yaitu mengukur persentase dan secara kualitatif untuk mendeskripsikan potensi dan masalah-masalah penggunaan media pembelajaran.

3. Hasil Penelitian dan Pembahasan 3.1 Hasil Penelitian

3.1.1 Potensi Media Pembelajaran Bahasa Inggris di SD (Guru)

Tabel 1. Potensi Media

Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa potensi media yang dimiliki oleh sekolah dasar di Kabupaten Buleleng 47%. Dari persentase tersebut, jika dirinci 77,77% guru menyatakan tersedia media visual yaitu berupa gambar yang terdapat di dalam buku dan realia yang terdapat di sekitar kelas dan sekolah. Sementara 66,66% guru menegaskan bahwa di sekolahnya terdapat media audio visual yaitu komputer, laptop, TV, dan LCD. Namun demikian, diakui oleh 44,44% guru bahwa sekolahnya memiliki tape player, bahkan hanya 22,22% guru menyatakan di sekolahnya tersedia kaset rekaman lagu-lagu bahasa Inggris untuk pembelajaran.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa potensi ketersediaan media yang terbanyak adalah media visual (77,77%), yaitu gambar-gambar yang terdapat di buku paket dan realia (benda nyata) yang ada di sekitar kelas dan sekolah. Yang menarik adalah 66,66% sekolah sudah memiliki media audio-visual yaitu komputer, laptop, TV, dan LCD yang dapat dimanfaatkan untuk pembelajaran bahasa Inggris yaitu untuk memperdengarkan atau menayangkan materi rekaman baik berupa lagu-lagu atau visualisasi lainnya yang dapat memotivasi siswa belajar.

Temuan menarik lainnya adalah hanya 22,2% guru menyatakan bahwa sekolahnya memiliki potensi ketersediaan kaset rekaman lagu-lagu bahasa Inggris. Temuan ini mempertegas pentingnya mengembangkan media audio berupa lagu-lagu bahasa Inggris berbasis tema yang dapat digunakan oleh guru sebagai sumbe pembelajaran yang menyenangkan.

3.1.2 Masalah Media Pembelajaran Bahasa Inggris di SD dari Hasil Kuesioner Guru di Kabupaten Buleleng

Di bawah ini dipaparkan masalah-masalah penggunaan media pembelajaran Bahasa Inggris yang disampaikan oleh 9 guru pengampu mata pelajaran Bahasa Inggris di SD di 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng.

Tabel 2. Persentase Masalah Media Pembelajaran dari Kuesioner Guru

Skor ideal = skor tertinggi x jumlah item x jumlah responden

5 x 9 x 9 = 405

Skor Total 305

Skor total/skor ideal 305/405= 0,76 = 76% Dari tabel di atas, secara umum 76% guru menyatakan bahwa mereka bermasalah dalam penggunaan media pembelajaran. Tabel di bawah ini menunjukkan persentase masalah pada setiap item.

Pernyataan Skor Total Responden 1 2 3 4 5 1 0 0 1 1 0 2 2 0 0 0 1 0 1 3 1 0 1 1 1 4 4 1 0 1 1 0 3 5 1 1 1 1 0 4 6 1 0 1 0 1 3 7 0 0 1 1 0 2 8 0 1 1 0 0 2 9 0 0 0 0 0 0 Total 4 2 7 6 2 21 Skor ideal = 1 x 5 x 9 = 45 Skor total 21 Potensi 21:45= 0,47 atau 47%

(4)

Tabel 3. Persentase Masalah Media Pembelajaran Per Item

Ite m Frekuensi S L % S R % K K % J R % T P % 1 1 11, 11 2 22, 2 6 66, 66 2 9 10 0 3 4 44, 4 3 33, 3 2 22, 22 4 1 11, 11 8 88, 88 5 1 11, 11 8 88, 88 6 9 10 0 7 2 22, 2 4 44, 44 3 33, 33 8 5 55, 55 3 33, 33 1 11, 11 9 8 88, 88 1 11, 11

Dari tabel 3 di atas, dapat dilihat bahwa 100% guru menyatakan tidak pernah menggunakan media audio berupa CD player dan CD materi pembelajaran (item 2) dan tidak pernah menggunakan media audio atau audio visual yang berisi lagu-lagu yang dapat diakses atau dibeli untuk kepentingan pembelajaran Bahasa Inggris (item 6). Masalah berikutnya adalah mayoritas guru (88,88%) tidak pernah menggunakan media audio visual seperti TV, komputer, laptop, dan LCD dalam pembelajaran (item 4). Temuan ini menjadi menarik karena pada bagian terdahulu diuraikan bahwa 66,66% guru menyatakan sekolahnya memiliki potensi media tersebut, tetapi tidak digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya 88,88% guru juga menegaskan tidak pernah menggunakan kaset rekaman lagu-lagu Bahasa Inggris dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh temuan terdahulu bahwa hanya 22,22% guru menyatakan di sekolahnya tersedia media tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru tidak pernah menggunakan kaset rekaman lagu-lagu karena memang di sekolahnya tidak tersedia media tersebut.

3.1.3 Masalah Media Pembelajaran Bahasa Inggris di SD dari Hasil Kuesioner Siswa Kelas Lima SD di Kabupaten Buleleng

Berdasarkan hasil kuesioner kepada 224 siswa di 9 SD di 9 kecamatan di Kabupaten Buleleng dapat dilaporkan masalah media sebagai berikut:

Tabel 4. Persentase Masalah Media Pembelajaran dari Kuesioner Siswa

Skor ideal = skor tertinggi x jumlah item x jumlah responden

5 x 9 x 224 = 10080

Skor Total 8163

Skor total/skor ideal 8163/10080= 0,81 = 81%

Dari tabel 4 di atas dapat disimpulkan bahwa 81% siswa menyatakan gurunya bermasalah dalam menggunakan media pembelajaran. Tabel di bawah ini menunjukkan persentase masalah pada setiap item.

Tabel 5. Persentase Masalah Media Pembelajaran Per Item

Tabel 5 di atas menunjukkan bahwa 53,73% siswa menyatakan gurunya tidak pernah menggunakan media, 14,96% siswa menyatakan gurunya jarang menggunakan media, dan 19,41% siswa menyatakan gurunya kadang-kadang menggunakan media dalam pembelajaran Bahasa Inggris.

Secara rinci dapat dilaporkan bahwa semua siswa (100%) menyatakan gurunya tidak pernah menggunakan kaset rekaman, CD rekaman, video dan video lagu-lagu dalam mengajar Bahasa Inggris (item 1,2, 5,dan 6). Selanjutnya, 196 siswa (87,5%) menyatakan gurunya tidak pernah menyuruh membeli buku bahasa Inggris yang ditentukan olehnya. Mereka menyatakan bahwa buku yang digunakan adalah buku paket atau LKS yang disediakan di sekolah. Kalaupun ada guru yang menyuruh membeli buku, buku yang ditentukan adalah kamus.

Temuan yang menarik adalah 118 siswa (52,68%) menyatakan gurunya jarang menggunakan lagu dan 104 siswa (46,43%) menyatakan gurunya kadang-kadang menggunakan lagu dalam mengajar Bahasa Inggris. Data ini membuktikan bahwa guru telah mengupayakan penggunaan lagu dalampembelajaran bahasa Inggris, namun frekuensinya tidak sering (item 3). Hal ini juga didukung oleh respon mereka bahwa 101 siswa (45,08%) menyatakan gurunya kadang-kadang menyuruh mereka bernyanyi, 89 siswa

(5)

(39,73%) menyatakan gurunya jarang menyuruh mereka bernyanyi. Hanya 31 siswa (13,84%) menyatakan gurunya sering menyuruh mereka bernyanyi. Ini berarti bahwa sudah terdapat usaha dari pihak guru untuk menggunakan strategi bernyanyi dalam pembelajaran bahasa Inggris walaupun frekuensinya tidak sering.

3.2 Pembahasan

Mengacu pada semua temuan di atas baik berupa potensi dan masalah, data menunjukkan bahwa hanya 47% guru menyatakan sekolahnya memiliki potensi media. Jadi lebih banyak guru yang menyatakan tidak memiliki media pembelajaran di sekolahnya. Bukti ini menunjukkan bahwa masih banyak sekolah dasar yang tidak memiliki media yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran yang lebih baik. Terutama media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk pembelajaran di pendidikan dasar karena sesuai dengan konsep Piaget (Brown, 2001) anak-anak SD yang berusia 7 sd 11 tahun masih dalam fase perkembangan yang dinamakan concrete operation, jadi konkritisasi dalam pembelajaran sangat dibutuhkan dalam mempermudah transfer pengetahuan. Hal ini bisa dilakukan melalui penggunaan media yang tepat dan relevan. Scott dan Ytreberg (2000) menegaskan bahwa dunia fisik adalah cara utama untuk menyampaikan makna kepada anak-anak. Oleh karena itu media pembelajaran sangat dibutuhkan untuk membuat pelajaran lebih mudah dan lebih menarik.

Berdasarkan temuan tersebut, secara rinci dapat dilaporkan bahwa 77,77% guru menyatakan bahwa tersedia media visual berupa gambar-gambar terutama yang ada di buku paket atau LKS dan realia di sekitar kelas atau sekolah. Temuan ini mendukung penelitian terdahulu Ramendra dan Ratminingsih (2006) yang membuktikan bahwa guru mayoritas menggunakan media visual, yaitu 100% guru menyatakan menggunakan papan tulis dan gambar, 94% menegaskan menggunakan benda-benda nyata (realia). Selanjutnya 66,66% guru menyatakan tersedia media audio visual seperti komputer, laptop, TV, dan LCD yang dapat dimanfaatkan untuk mengajar Bahasa Inggris.

Namun demikian, baik guru maupun siswa menyatakan bahwa masih bermasalah dalam penggunaan media yang ada. Hal ini dibuktikan oleh hasil kuesioner bahwa 76% guru menyatakan bermasalah dalam menggunakan media bahkan siswa 81%

menyatakan gurunya bermasalah dalam menggunakan media dalam pembelajaran. Masalah-masalah tersebut antara lain 100% guru menyatakan tidak pernah menggunakan media audio berupa CD player dan CD materi pembelajaran dan tidak pernah menggunakan media audio atau audio visual yang berisi lagu-lagu yang dapat diakses atau dibeli untuk kepentingan pembelajaran Bahasa Inggris. Masalah berikutnya adalah mayoritas guru (88,88%) tidak pernah menggunakan media audio visual seperti TV, komputer, laptop, dan LCD dalam pembelajaran. Temuan ini menjadi menarik karena pada bagian terdahulu diuraikan bahwa 66,66% guru menyatakan sekolahnya memiliki potensi media tersebut, tetapi tidak digunakan dalam pembelajaran. Selanjutnya, 88,88% guru juga menegaskan tidak pernah menggunakan kaset rekaman lagu-lagu Bahasa Inggris dalam pembelajaran. Hal ini didukung oleh temuan terdahulu bahwa hanya 22,22% guru menyatakan di sekolahnya tersedia media tersebut. Jadi, dapat disimpulkan bahwa mayoritas guru tidak pernah menggunakan kaset rekaman lagu-lagu bahasa Inggris, karena memang di sekolahnya tidak tersedia media tersebut. Bukti di atas menunjukkan bahwa meskipun tersedia media pembelajaran seperti komputer, laptop, LCD dan TV, guru tidak pernah memanfaatkan media tersebut dalam melaksanakan pembelajaran. Hal ini disebabkan karena mereka tidak dilengkapi dengan sumber atau materi pembelajaran, sehingga media yang ada lebih banyak digunakan untuk kepentingan administratif.

Berdasarkan temuan di atas, dapat disimpulkan bahwa ketersediaan media di sekolah belum dapat difungsikan oleh guru secara maksimal karena belum didukung oleh ketersediaan sumber atau materi pendukungnya seperti CD pembelajaran. Oleh karena itu guru hendaknya dilengkapi dengan media pendukung yang relevan karena media memegang peran sentral dalam menyukseskan pembelajaran. Temuan di atas mendukung Yassaei (2012) bahwa media dapat menciptakan konteks bermakna. Hamalik (dalam Arsyad, 2011:15) juga menegaskan pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa.Csabay (2006:24) menambahkan bahwa media dapat meningkatkan motivasi belajar, Shin (2006) mengungkapkan bahwa media dapat meningkatkan perhatian dan keterlibatan siswa dalam aktivitas belajar,

(6)

sehingga pembelajaran bahasa menjadi lebih mudah dipahami. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan Budasi, dkk. (2013) membuktikan bahwa media audio pembelajaran bahasa Inggris yang dikembangkan dapat meningkatkan kompetensi bahasa Inggris siswa kelas empat SD No. 2 Sukasada. Jadal (2011) juga membuktikan bahwa pemanfaatan media audio-visual dalam pembalajaran bahasa Inggris dapat meningkatkan hasil belajar siswa sekolah dasar di Distrik Solapur, India. Data ini membuktikan bahwa pemanfaatan media audio-visual berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar bahasa Inggris siswa sekolah dasar.

4. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan di atas, dapat disimpulkan bahwa SD di Kabupaten Buleleng secara umum memiliki potensi media visual yang berupa gambar yang kebanyakan terdapat pada buku paket atau LKS dan realiai dari lingkungan sekitar siswa baik di kelas dan di luar kelas, dan media audio visual yaitu komputer, laptop, TV dan LCD. Namun demikian, permalahan yang muncul adalah ketersediaan media tersebut terutama media audio visual tidak dimanfaatkan dalam melaksanakan pembelajaran karena sumber belajar atau materi tidak tersedia.

Berdasarkan hasil analisis potensi dan masalah tersebut, maka peneliti mengembangkan media audio yang berisi lagu-lagu kreasi berbasis tema yang dapat dimanfaatkan oleh para guru sebagai sumber belajar, sehingga dengan media tersebut guru nantinya dapat memvariasikan pembelajaran.

Daftar Pustaka

Arsyad, A. (2011). Media pembelajaran. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Brewster, J., Ellis, G, &Girard, D. (2007).The Primary English teacher’s guide. Essex, England: Pearson Education Limited. Brown, H. D. (2001). Teaching by principles: An

interactive approach to language

pedagogy. New York: Addison Wesley Longman, Inc.

Budasi, I.G., Ramendra, D.P. & Suputra, P.E.D. (2013). Pengembangan media pembelajaran audio bahasa Inggris lagu-lagu kreasi khusus (scriptedsongs) berbasis tema. Laporan Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Chitravelu, N., Sithamparam, S., & Choon, T. S. (2005). ELT methodology principles and practice. Malaysia: Oxford Fajar Sdn.Bhd. Csabay, N. (2006). Using comics strips in language

classes. English Teaching Forum, 44(1), 24-27.

Gagne, R. M. and Briggs, L. J. (1979). Principles of instructional design. New York: Holt, Rinehart and Winston.

Jadal, M.M. (2011). A Study of effectiveness of the Audio-Visual-aids in Teaching and Learning of English at primary Level in Z.P. Primary Schools of Solapur District.” Indian Streams Research Journal. 1(7), 1-21.

Ramendra, D.P. & Ratminingsih, N.M. (2006). Studi pemanfaatan alat bantu pembelajaran (audio visual aids) dalam proses belajar mengajar mata pelajaran bahasa Inggris di sekolah dasar di kota Singaraja: Upaya menguaktualisasikan kurikulum berbasis kompetensi. Laporan Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Ratminingsih, N.M. (2010). Pengaruh teknik pembelajaran dan tipe kepribadian terhadap keterampilan mendengarkan bahasa Inggris: Studi eksperimen pada siswa SD LAB Undiskha Singaraja.

Disertasi Doktor (tidak diterbitkan).

Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta.

Ratminingsih, N.M.& Budasi, I G. (2012). Pelatihan pemanfaatan lagu-lagu kreasi khusus (scripted songs) dalam pembelajaran bahasa Inggris berbasis tema di sekolah dasar di kecamatan Sukasada kabupaten Buleleng. Laporan Pengabdian Pada

Masyarakat. Singaraja: Universitas

Pendidikan Ganesha.

Ratminingsih, N.M., Suwatra, I.I.W. & Rasana, I.D.P.R. (2013).Pengembangan model pembelajaran bahasa Inggris induktif berbasis lagu kreasi (scripted songs): Inovasi pembelajaranintegratif dan holistik dengan insersi nilai budaya dan karakter bangsa. Laporan Penelitian. Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha.

Scott, W.A. & Lisbeth, H.Y. (2000). Teaching English to children. New York: Longman Group UK Ltd.

Shin, J.K. (2006). “Ten helpful ideas for teaching English to young learners.” English Teaching Forum, 44(2), 2-7.

Shtakser, I.(2012).Using music and songs in the foreign language classroom. Diakses tanggal 18 Februari 2012 dari http://www.laits.utexas.edu/hebrew/music/ music.html.

Yassaei, S. (2012). Using original video and sound effect to teach English. English Teaching Forum, 1, 12-16.

Gambar

Tabel 1. Potensi Media
Tabel  4.    Persentase  Masalah  Media  Pembelajaran dari Kuesioner Siswa

Referensi

Dokumen terkait

Kendala yang dihadapi dan cara menanganinya dalam pembelajaran Bahasa Inggris dengan Media Audio Visual di SMP N 3 Bawen ..... Program Tahunan

Tugas Akhir yang berjudul ―Perancangan Aplikasi Pembelajar an Bahasa Inggris untuk Anak Sekolah Dasar Kelas Satu Menggunakan Visual Basic

Media pembelajaran interaktif Bahasa inggris Sekolah Dasar kelas berbasis multimedia yang berisikan pembelajaran atau teori dan soal- soal latihan pada Sekolah-sekolah Dasar..

Data hasil temuan peneliti tentang faktor penghambat kegiatan pembelajaran pengenalan Kosakata Bahasa Inggris melalui media audio visual pada anak kelompok A6 di TK

Tujuan penelitian ini adalah merancang sebuah media pembelajaran interaktif dalam pengucapan dan penghafalan bahasa inggris untuk siswa sekolah dasar sehingga media

Jadi, output pengajaran bahasa Inggris bukan untuk mengganti posisi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar pendidikan di sekolah, tetapi tujuan mempelajari

Media pembelajaran interaktif Bahasa inggris Sekolah Dasar kelas berbasis multimedia yang berisikan pembelajaran atau teori dan soal- soal latihan pada Sekolah-sekolah Dasar..

Jurnal Pendidikan Tambusai 8792 Pengembangan Media Interaktif Berbasis Powerpoint dalam Pembelajaran Bahasa Inggris Siswa Sekolah Dasar Gestiana Ragin1, Ina Magdalena2, Dayu Retno