• Tidak ada hasil yang ditemukan

Daftar Isi Buku HOTS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Daftar Isi Buku HOTS"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

ii

Pengembangan Mutu Pendidikan

Pengembangan Mutu Pendidikan

Menuju Era Global

Menuju Era Global

Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan

HOTS (

HOTS (High Order Thinking Skills High Order Thinking Skills ))

Drs. Hatta Saputra, M.Si

Drs. Hatta Saputra, M.Si

(2)
(3)

iii

Pengembangan Mutu Pendidikan Menuju Era Global

Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS ( High Order Thinking Skills)

(4)

PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN MENUJU ERA GLOBAL

Penguatan Mutu Pembelajaran dengan Penerapan HOTS (High Order Thinking Skills)

Drs. Hatta Saputra, M.Si

Penerbit : CV. SMILE’s INDONESIA INSTITUTE (SMILE’s Publishing)

Desain Sampul : Creative Team SMILE’s Publishing Tata Letak : Creative Team SMILE’s Publishing Cetakan : 1 (Maret 2016)

Hak cipta dilindungi oleh Undang-undang. Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari Penerbit. Sanksi Pelanggaran Pasal 72, Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta:

1. B ar a ng siapa de nga n se nga j a m e la ngg ar dan ta npa ha k melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Ayat (1) atau Pasal 49 Ayat (1) dan Ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masingmasing paling singkat 1 (satu) bulan dan/ atau denda paling sedikit Rp. 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

2. Barangsiapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan atau menjual pada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran hak cipta atau hak terkait sebagai dimaksud pada Ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/ atau denda paling banyak Rp.500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

(5)
(6)
(7)

 vii

P

Pengantar Penerbit

uji dan syukur yang teramat dalam semoga selalu terhatur dari hati kepada Allah Swt., Tuhan semesta alam, untuk segala limpahan rahmat, pertolongan, dan berbagai nikmat kesempatan, sehingga kita semua masih bisa beraktivitas, menjalankan tugas dan kewajiban hidup, terutama kesempatan untuk mengisi kehidupan dengan berbagai karya. Kami meyakini bahwa karya pada akhirnya adalah sebuah perwujudan rasa syukur yang paling murni, karena ia sebuah penanda bahwa ada tindakan nyata yang telah dilakukan untuk mensyukuri berbagai limpahan nikmat yang diberikan Tuhan kepada kita semua.

Buku Pengembangan Mutu Pendidikan di Era Global ini, dengan demikian merupakan perwujudan rasa syukur tersebut, yang dengan rasa bangga kami terbitkan untuk para pembaca semua. Buku yang ditulis oleh Drs. Hatta Saputra, M.Si, ini pada dasarnya merupakan catatan mendalam dari penulis yang mengulas berbagai kondisi global saat ini, terutama yang berkaitan dengan globalisasi dan berbagai tuntutannya, serta dampaknya terhadap praktik pendidikan secara umum. Penulis juga menguraikan bagaimana globalisasi ini telah membawa kita pada era persaingan bebas, yang membuat

(8)

lembaga-lembaga pendidikan harus bisa berbenah diri, khususnya dengan meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran yang diselenggarakannya, agar bisa menghasilkan lulusan dan generasi terdidik yang siap untuk bersaing secara global. Dalam hal ini, penulis kemudian memokuskan pada penerapan sistem High Order Thinking Skills (HOTS) sebagai suatu sistem keterampilan berpikir tingkat tinggi yang seharusnya menjadi target dari praktik pembelajaran itu sendiri. Berangkat dari kondisi, tuntutan, dan alternatif tawaran dengan menggunakan sistem HOTS tersebut, penulis mengulas perihal bagaimana pendidikan nasional seharusnya bisa membangun generasi terdidik yang unggul dan siap untuk menghadapi tantangan era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) yang sekarang sudah berlangsung.

Buku ini, dengan demikian, sangat layak untuk dibaca dan dimiliki oleh siapa saja yang berminat terhadap pengembangan bidang pendidikan secara umum, mulai dari praktisi, akademisi, hingga masyarakat sebagai stakeholders 

pendidikan itu sendiri. Harapan kami pada akhirnya adalah semoga buku ini membawa manfaat dan hikmah bagi kita semua, terutama agar ia bisa menambah khazanah intelektual di bdiang pendidikan secara umum, dan pengembangan mutu pembelajaran secara khusus. Jika para pembaca menemukan berbagai kesalahan penulisan dan editorial, maka kritik dan saran sangat kami harapkan. Walakhir,  kami dari pihak penerbit mengucapkan: selamat membaca!

Rudiana

(9)

ix

B

A passionate drive for clarity, accuracy; and fair-mindedness, a fervor for getting to the bottom of things, to the deepest root  issues, for listening Sympathetically to opposite points of view; a compelling drive to seek out evidence, and intense aversion  to wntradiction, sloppy thinking, inconsistent application of  standards, a devotion to truth as against self-interestthese sire  essential components of the rational person. —Richard Paul eberapa dasawarsa yang lalu, Robert J. Marzano (1988), menulis buku dengan judul Dimensions of Thinking: A Framework for Curriculum and Instruction . Dalam karyanya tersebut, Marzano mengulas salah satu alasan yang bagi saya sangat menarik, tentang apa yang mendasari penulisan karyanya, yakni berpikir sebagai fondasi sekolah (thinking as  the foundation of schooling ). Marzano menyatakan bahwa pada beberapa tahun terakhir, khususnya di Amerika, ada banyak orang tua yang mulai menyadari bahwa anak-anak mereka yang sedang menempuh pendidikan di sekolah-sekolah, belum bisa berpikir secara terampil dan kritis sebagaimana yang mereka harapkan (many americans have come to recognize that  students in our schools do not think as skillfully and critically as we 

(10)

might wish ). Marzano kemudian mengutip Silver (1986) yang menganalisis hasil dari ujian nasional yang diselenggarakan oleh National Assessment of Educational Progress  (NAEP) pada para siswa di berbagai sekolah di Amerika, dengan salah satu ilustrasi soalnya sebagai berikut: “perkirakan hasil dari 3.04 x  5.3.”   Pilihan jawabannya adalah: (a) 1.6; (b) 16 (c) 160; (d) 1,600; dan (e) don’t know  (tidak tahu).

Hasilnya cukup menakjubkan, hanya 20% dari siswa yang berusia 13 tahun, dan 40% dari siswa yang berusia 17 tahun yang berhasil memperkirakan   dengan benar. Namun, ketika mereka diminta untuk menghitung   dengan serius untuk soal yang sama, maka 60% dari siswa berusia 13 tahun dan 80% dari siswa usia 17 tahun yang menjawab dengan benar. Marzano juga memberikan contoh kasus yang lain, yakni temuan Anderson dan Smith (1984), bahwa siswa-siswa di sekolah tingkat dasar bisa melewati pertanyaan-pertanyaan dari bab fotosintesis, namun anehnya mereka tidak memahami bahwa tanaman mengolah makanannya sendiri.

Berdasarkan hal ini, Marzano (1988: 2) kemudian menulis: “these and countless other examples in the reform litera-ture suggest that America’s students often lack rigorous thought and  perhaps even that thinking is not valued in our schools. Indeed, the  main message often communicated to students is that they should  provide “the right answer.”  Marzano meyakini bahwa salah satu persoalan mendasar dari praktik pendidikan, dan khususnya pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah di Amerika adalah kurangnya penghargaan atas kegiatan “berpikir”. Praktik

(11)

xi

siswa bahwa apa yang harus mereka lakukan adalah memberikan ‘jawaban yang benar’ untuk setiap pertanyaan. Dengan kata lain, siswa umumnya dianggap cerdas dan berhasil ketika mereka bisa menghafalkan materi pelajaran, mengingat rumus, dan menjawab soal-soal yang ditanyakan sebagaimana yang terdapat pada buku-buku tekstual pelajaran bersangkutan.

Saya kira apa yang diungkapkan Marzano beberapa dasawarsa yang lalu tersebut juga menjadi persoalan utama di sekolah-sekolah kita hingga hari ini. Apakah anak didik kita yang hafal rumus Matematika atau Fisika di sekolah, bisa memahami apa makna dan bagaimana menerapkan rumus tersebut dalam kehidupan nyata? Berapa banyak anak didik atau lulusan lembaga-lembaga pendidikan kita yang bisa menghasilkan atau menciptakan hal-hal baru dalam kehidupannya? Jika anda adalah guru, cobalah sesekali meminta anak didik anda untuk menjelaskan pengertian tentang topik tertentu yang sudah diajarkan dalam bahasa mereka.

Persoalan-persoalan yang berkaitan dengan keterampilan berpikir inilah yang menjadi salah satu tantangan terbesar dari praktik belajar-mengajar yang ada di sekolah-sekolah kita. Bagaimana mengaitkan hal yang abstrak dengan yang konkrit, bagaimana membuat sintesa baru atas berbagai premis yang diajarkan di sekolah, atau bagaimana menganalisis suatu persoalan dari sudut pandang yang berbeda, semua itu menjadi ruang yang seolah belum tersentuh oleh kemampuan anak didik untuk menguasainya. Praktik pembelajaran di sekolah kita lebih banyak didominasi oleh tujuan dan standar keberhasilan yang

(12)

semata hafalan, pemahaman, dan penerapan tekstual, namun melupakan pentingnya kemampuan analisis, membuat sintesa, dan mengevaluasi. Dalam konteks taksonomi Bloom, tiga hal terakhir memang menjadi representasi bentuk keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang seharusnya dikuasai anak didik. Akibatnya, banyak lulusan pendidikan kita belum bisa memiliki tingkat penguasaan literasi dasar dan keterampilan berpikir yang kritis dan kreatif, yang itu justru menjadi modalitas utama bagi mereka agar bisa mandiri dan kompetitif di tengah tantangan perubahan dan persaingan global pada hari ini.

Karena itu pula, buku yang ditulis oleh Sdr. Hatta Saputra ini, bagi saya menjadi salah satu bacaan dan bahan refleksi penting atas praktik pendidikan hari ini. Bagaimana menguatkan hasil pembelajaran dengan menanamkan keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking skills ), untuk kemudian mengembangkan mutu pendidikan secara umum, memang sudah seharusnya digalakkan oleh para guru dan tenaga pendidik yang ada di sekolah-sekolah kita. Indonesia adalah bangsa yang besar, dengan sejarah yang panjang, kita tentu tidak ingin menjadi generasi yang hanya bisa mewariskan cerita namun tidak bisa mengukir karya nyata. Darinya, mutu pendidikan dan mutu lulusan pendidikan kita harus ditingkatkan, agar suatu kelak, anak-anak didik kita tersebut bisa membangun negeri ini.

Prof. Dr. H. Eeng Ahman, MS

(13)

xiii

Pengantar Penerbit —vii Pengantar Ahli —ix

Daftar Isi —xiii

Daftar Tabel dan Bagan —xv

PENDAHULUAN —1

1. Membaca Arah Zaman; Peluang dan Tantangan — 1 2. Pendidikan di Era Global — 24

PENGEMBANGAN MUTU PENDIDIKAN —39

1. Tuntutan Mutu Pendidikan Nasional — 39 2. Pengembangan Mutu Pembelajaran dengan

Penerapan Sistem HOTS — 85

3. Revitalisasi Peran Guru dalam Peningkatan Mutu Pendidikan — 107

PENDIDIKAN INDONESIA MENYONGSONG ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) —123 1. Menyambut Tantangan Masyarakat Ekonomi

Asean (MEA) — 123

(14)

2. Pendidikan Nasional dan Daya Saing Bangsa — 133 3. Membangun Generasi Terdidik Berdaya

Saing Global — 151

PENUTUP —169

Pustaka — 173

Tentang Penulis —177

(15)

xv 

Daftar Tabel dan Bagan

Tabel:

- Tabel 1: Perbandingan Education Achievement Indonesia  dan Beberapa Negara Tetangga — 50

- Tabel 2: Perbedaan Organisasi Mutu dan Organisasi Konvensional — 56

- Tabel 3: Contoh Perencanaan Stratejik — 77

- Tabel 4: Perbandingan Skor PISA Indonesia dan Beberapa  Negara di Asia — 87

- Tabel 5: Dasar Konseptual HOTS (High Order Thinking  Skills) — 91

- Tabel 6: Taksonomi Orisinil Bloom — 96

- Tabel 7: Taksonomi untuk Strategi Pembelajaran — 98 - Tabel 8: Taksonomi Pembelajaran, Pengajaran dan 

Penilaian — 101

- Tabel 9: Dimensi Pengetahuan Krathwohl — 103 - Tabel 10:Instrumen Penilaian HOTS (High Order 

Thinking Skills) — 105

- Tabel 11:The Global Competitiveness Index 2014  Rankings — 137

(16)

- Tabel 13:Penjabaran Visi Kemendiknas — 152 - Tabel 14:Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang 

Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi  yang Ditamatkan — 162

Bagan:

- Bagan 1: Contoh Diagram Fishbone/Ishikawa — 67 - Bagan 2: Contoh Force-Field Analysis — 68

- Bagan 3: Contoh Process Charting — 68 - Bagan 4: Contoh Flowcharts — 69

- Bagan 5: Contoh Pareto Analysis — 71

- Bagan 6: Sekuensi Perencanaan Stratejik — 79 - Bagan 7: Diagram Faktor Keunggulan Bersaing 

Referensi

Dokumen terkait

Bab 4 HAM dan Gender Tutorial,Diskusi, Mahasiswa memahami pengertian dasar HAM pengertian dasar HAM  Pengertian Hak Asasi Manusia dan TM= 3x50” dan Gender dan Gender , dinamika

Terkait dengan kebijakan dan strategi untuk meningkatkan kapasitas penyelenggaraan penataan ruang di daerah, maka langkah strategis yang menjadi penting adalah : (1) memperkuat

Metode analisis yang digunakan untuk mengetahui kebutuhan air minum dan penyediaan air minum yaitu dengan menyebarkan kuisioner untuk mengetahui kebutuhan air

Seperti yang dijumpai pada stasiun 5, 2 dan 4, lokasinya terletak pada daerah yang relatif terlindung, sehingga kandungan material organik yang berada pada perairan

Contoh yang lain adalah orang yang melapor kepada pemerintah atau pihak yang berwenang dengan mengatakan bahwa ada seseorang yang telah melakukan suatu tindakan

Untuk mencapai kualitas produk yang diinginkan maka pada perancangan pabrik benzil alkohol dari bahan baku benzil klorida dan natrium karbonat perlu memilih proses yang

memungkinkan interkoneksi wireless pada jalur akses dalam jaringan IEEE 802.11. Hal ini memungkinkan jaringan wireless dikembangkan menggunakan beberapa AP

Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Kor Keterangan Perumahan Tahun 2014 Triwulan 1 wilayah Kabupaten Brebes yang