• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) saat ini telah melaju dengan pesat. Perkembangan tersebut terutama IPTEK telah membawa perubahan besar dalam berbagai bidang. Salah satu bidang yang juga berkembang sebagai akibat kemajuan IPTEK dalam hal teknologi komunikasi adalah bidang pendidikan dan pembelajaran. Sistem pendidikan yang mengacu atau bertolak pada perkembangan IPTEK menciptakan suatu akses yang memudahkan manusia memahami dan mengaplikasikan ilmu pengetahuan. IPTEK mengubah paradigma masyarakat khususnya pendidik dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual elektronik, tetapi juga dari sumber-sumber informasi lainnya yang salah satunya melalui jaringan internet. Perkembangan penggunaaan teknologi internet di Indonesia cukup mengesankan (Munir, 2008: 198).

Perkembangan internet yang sangat pesat dan merambah ke seluruh penjuru dunia telah dimanfaatkan oleh para ahli untuk berbagai kepentingan termasuk di dalamnya untuk pembelajaran. Salah satu bentuk dari hasil komponen pembelajaran adalah penguasaan konsep. Penguasaan konsep diartikan sebagai kemampuan siswa dalam memahami makna secara ilmiah, baik konsep secara teori maupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari (Dahar,1996: 81). Selain penguasaan konsep aspek proses dituntut dalam pembelajaran IPA, maka sudah

(2)

sewajarnya apabila keterampilan proses menjadi bagian yang tak terpisahkan (milik) guru IPA pada jenjang manapun (Rustaman et al, 2003: 91). Oleh karena itu pembelajaran biologi menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses sains siswa serta sikap ilmiah.

Salah satu tugas guru yaitu sebagai organizer (pelaksana), dimana guru harus menciptakan situasi pembelajaran yang menarik dan memotivasi siswa, memimpin, merangsang, menggerakkan dan mengarahkan kegiatan belajar mengajar sesuai rencana (Syamsudin, 2005: 23). Suasana pembelajaran yang demikian akan berdampak positif dalam pencapaian prestasi belajar. Perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong pendidik untuk melakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran sehinggga menciptakan suasana belajar yang inovatif. Terobosan baru dunia pendidikan yang bertolak pada perkembangan IPTEK adalah adanya penggunaan internet dalam proses pembelajaran yang dikenal dengan e-learning.

E-learning memberikan nuansa baru di dalam dunia pendidikan kita (Aunurrahman, 2009: 238). Jika pada waktu sebelumnya, secara konvensional guru melakukan proses pembelajaran dengan menghimpun siswa pada tempat atau ruangan tertentu secara bersamaan, kondisi tersebut kini telah diperkaya dengan berkembangnya pembelajaran melalui perkembangan teknologi yang tidak lagi selalu mengharuskan peserta didik berkumpul secara bersamaan dan dibatasi oleh ruang dan waktu.

(3)

E-learning berbeda dengan proses pembelajaran yang menggunakan media komputer. E-learning memungkinkan siswa belajar secara mandiri, dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, serta bertambahnya interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (interactivity enhancement). Menurut Munir (2008: 203) dengan e-learning, belajar bisa dilakukan kapan saja, di mana saja, melalui jalur mana saja dan dengan kecepatan akses apapun. Pada e-learning terdapat pula komponen-komponen yang melatih keterampilan seseorang, seperti menyajikan data dalam bentuk tabel, grafik atau diagram, dan soal-soal latihan keterampilan proses sains. Kondisi yang demikian itu, dapat lebih memantapkan penguasaan konsep dan keterampilan proses sains peserta didik terhadap materi pembelajaran. Penelitian mengenai e-learning telah banyak dilakukan salah satunya oleh Wadud (2009) mengenai pengaruh e-learning terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem reproduksi manusia. Gustini (2009) melakukan penelitian yang berjudul pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep dan kemampuan komunikasi siswa SMA pada konsep sistem indera. Hasil kedua penelitian tersebut menunjukkan pengaruh e-learning yang signifikan terhadap hasil belajar siswa dan penguasaan konsep. Sedangkan untuk hasil keterampilan komunikasi diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat pengaruh e-learning terhadap kemampuan komunikasi siswa. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa dengan indikator yang lain pada konsep yang lain pula, yaitu konsep sistem ekskresi.

(4)

Sistem ekskresi merupakan konsep biologi yang menjelaskan proses dan objek-objek mikroskopis sehingga perlu ditampilkan dengan aspek animasi gerak, gambar atau bagan yang lebih detil. E-learning mengatasinya dengan menyediakan konten gambar dan animasi seperti gambar ginjal, kulit, paru-paru dan hati sehingga lebih menarik. Kelengkapan e-learning yang ditampilkan dengan animasi video proses pembentukan urin dan video praktikum uji urin yang diperjelas dengan gerak serta konfigurasi warna, selain itu terdapat pula fasilitas chat dan forum diskusi yang digunakan untuk berdiskusi antara peserta didik dengan peserta didik lain, maupun peserta didik dengan guru.

Hasil wawancara dengan guru biologi di kelas XI, diketahui bahwa ketuntasan penguasaan konsep siswa di tahun ajaran sebelumnya pada materi sistem ekskresi mencapai rata-rata ± 60% dan ketuntasan kriteria minimal dicapai dengan kriteria cukup. Keterampilan proses sains jarang dilatihkan pada siswa, terutama pada konsep sistem ekskresi. Keterampilan yang dilatihkan pada siswa pun biasanya hanya pada materi-materi yang mengandung unsur praktikum. Namun, karena keterbatasan waktu di sekolah, kegiatan praktikum jarang dilakukan. Menurut Trianto (2009: 146) keterampilan proses sains akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang.

Berdasarkan uraian di atas, maka penelitian ini dirancang untuk mengaji pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem ekskresi. Rincian mengenai desain penelitian, teknik pengambilan sampel dan e-learning yang dimaksudkan pada penelitian ini dijelaskan pada bab berikutnya.

(5)

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

rumusan masalah untuk penelitian ini adalah: “Bagaimanakah pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa pada

konsep sistem ekskresi di SMA?”

Untuk lebih memperjelas rumusan masalah tersebut, maka dimunculkan pertanyaan-pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimanakah pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep siswa pada konsep sistem ekskresi?

2. Bagaimanakah pengaruh e-learning terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem ekskresi?

3. Bagaimanakah tanggapan siswa terhadap penggunaan e-learning pada konsep sistem ekskresi?

4. Bagaimanakah tanggapan guru terhadap penggunaan e-learning pada konsep sistem ekskresi?

B. Batasan Masalah

Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah, maka penelitian ini dibatasi pada masalah:

1. Konsep yang digunakan dalam penelitian ini adalah sistem ekskresi.

2. E-learning merupakan pembelajaran yang memanfaatkan teknologi informasi

dengan media jaringan komputer dan internet. Dalam penelitian ini e-learning dikembangkan dalam web pada situs freewebs yang di dalamnya terdapat teks

(6)

materi ajar, gambar, animasi, video, virtual lab sederhana dan kuis yang berhubungan dengan konsep sistem ekskresi.

3. E-learning yang digunakan dalam penelitian adalah web centric course.

4. Penguasaan konsep siswa tentang konsep sistem ekskresi diukur dengan menggunakan soal pretest dan postest, yang dijaring dengan soal pilihan ganda.

5. Keterampilan proses sains yang diukur berdasarkan kriteria dari Rustaman et al, (2003: 94-96), yaitu keterampilan interpretasi, keterampilan klasifikasi, keterampilan prediksi, dan keterampilan berkomunikasi. Keempat keterampilan proses sains itu disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada konsep sistem ekskresi. Keterampilan proses sains dijaring dengan soal uraian.

6. Penelitian ini dilakukan hanya untuk mengukur pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep dan keterampilan proses sains siswa tanpa mengukur korelasi antara kedua variabel tersebut.

C. Tujuan Penelitian

Sejalan dengan rumusan masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep siswa

pada konsep sistem ekskresi.

2. Untuk mengetahui pengaruh e-learning terhadap keterampilan proses sains siswa pada konsep sistem ekskresi.

(7)

3. Untuk mendapatkan informasi tanggapan siswa terhadap penggunaan e-learning pada konsep sistem ekskresi.

4. Untuk mendapatkan informasi tanggapan guru terhadap penggunaan e-learning pada konsep sistem ekskresi.

D. Manfaat Penelitian

Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Bagi Siswa

a. Mendapatkan pengalaman belajar baru melalui e-learning.

b. Membantu meningkatkan motivasi dan memudahkan siswa dalam memahami konsep.

c. Membantu meningkatkan keterampilan proses sains siswa pada materi sistem ekskresi.

d. Dapat mengakses materi pelajaran dimana dan kapanpun berada melalui jaringan internet.

2. Bagi Guru

a. Sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan bagi guru mengenai e-learning.

b. Membantu guru mempermudah menerangkan konsep sistem ekskresi. c. Membantu keterbatasan ruang dan waktu dalam menyampaikan konsep

(8)

d. Menggunakan e-learning sebagai bahan masukan untuk memperluas pengetahuan dan wawasan bagi guru untuk proses pembelajaran atau kegiatan sekolah lainnya.

3. Bagi Peneliti

a. Dapat digunakan untuk mengembangkan pembelajaran berbasis internet. b. Sebagai rujukan bagi peneliti lain dalam menerapkan media pembelajaran

dalam konsep biologi lainnya.

E. Asumsi

1. E-learning memberikan fleksibilitas waktu dimana siswa dapat menyesuaikan waktu belajarnya, serta fleksibilitas kecepatan pengajaran dimana siswa dapat menyesuaikan dengan kecepatan belajarnya masing-masing (Effendy dan Zhuang, 2005).

2. Penggunaan e-learning dapat memperbaiki tingkat pemahaman dan daya ingat seseorang terhadap knowledge yang disampaikan (Munir, 2008: 205).

3. Melalui penggunaan media pembelajaran diharapkan dapat mempertinggi kualitas proses belajar mengajar yang pada akhirnya mempengaruhi kualitas penguasaan konsep siswa (Sudjana dan Rivai, 2007: 7).

F. Hipotesis Penelitian

H1 “Terdapat pengaruh e-learning terhadap penguasaan konsep dan

Referensi

Dokumen terkait

Pengertian kalimat menurut Fokker (1960) ini dikutip oleh Parera (1988: 136) sebagai bentuk yang terdiri atas dua bagian yang isi mengisi dan yang satu tidak dapat dipikirkan tanpa

memperlihatkan bahwa hasil terendah konsentrasi besi (Fe) dengan media berukuran 20 mesh terjadi pada 17,5 jam setelah pengadukan. Namun, untuk pengambilan sampel

Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka peneliti akan meneliti tentang motif dan kepuasan penggunaan followers dari akun instagram nurussalamkrapyak oleh Santri Ponpes Al

Berdasarkan hasil analisis regresi linier berganda menunjukkan bahwa secara parsial komitmen organisasi, pengendalian intern akuntansi, peran internal audit, pendidikan,

Sabar merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pendidikan. Oleh sebab itu kesabaran dari seorang guru sangat dibutuhkan. Berdasarkan pemikiran KH. Hasyim

dalam hal ini tidak semua Ponpes memiliki club sepak bola yang mempuni untuk.. mengikuti event LSN, tapi setidaknya seperti yang sarankan oleh Mugni, Sn,

Menurut Troiden, 1989 (dalam Yang, 2008) individu baru memahami ketertarikan sesama jenis yang dirasakan dan mulai come-out as a gay pada waktu dewasa dimana individu

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Filderia (2011), yang menyimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan