• Tidak ada hasil yang ditemukan

70606_laporan Praktikum Semen Seng Fosfat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "70606_laporan Praktikum Semen Seng Fosfat"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

ILMU MATERIAL KEDOKTERAN GIGI II

TOPIK : SEMEN SENG FOSFAT

KELOMPOK : B6

HARI PRAKTIKUM : SELASA

TANGGAL PRAKTIKUM : 15 AGUSTUS 2017

PEMBIMBING : TITIEN HARY AGUSTANTINA, drg., M.Kes.

NAMA :

1. MONICA HARIEMMY PUTRI NIM 021611133082 2. FEBRIANTI ADI SATRIA NIM 021611133083 3. RHAMOZA KUMALA PUTRA NIM 021611133084

4. SARAH NADIA NIM 021611133085

5. SYAFARA DWISUNU M. NIM 021611133086

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS AIRALANGGA

SURABAYA

(2)

1. TUJUAN

Mahasiswa dapat melakukan:

a. Manipulasi semen seng fosfat yang digunakan sebagai basis dan luting (penyemenan) dengan benar,

b. Pengujian konsistensi semen seng fosfat sebagai basis dan luting dengan benar,

c. Pengujian setting time semen seng fosfat sebagai basis dan luting dengan benar.

2. ALAT DAN BAHAN 2.1 Alat

1. Glass slab (kaca tebal) 2. Jarum Gillmore

3. Timbangan digital 4. Plastic filling instrument 5. Spatula semen 6. Kuas kecil 7. Kaca tipis 8. Cetakan sampel 9. Celluloid strip 10. Stopwatch 11. Pisau malam 2.2 Bahan

1. Bubuk dan cairan semen seng fosfat merek ‘Elite Cement 100’ dari pabrik GC Corporation

(3)

Gambar 2.1 Alat Praktikum. 1) glass slab, 2) jarum Gillmore, 3) timbangan digital, 4) plastic filling instrument, 5) spatula semen, 6) kuas kecil, 7) kaca tipis, 8) cetakan sampel, 9) celluloid strip, 10) stopwatch, 11) pisau malam.

3. CARA KERJA

3.1 Semen Seng Fosfat sebagai Luting

a. Botol bubuk semen seng fosfat diketuk perlahan pada telapak tangan. Kemudian ditimbang pada timbangan digital dan hasil penimbangan botol bubuk semen seng fosfat dicatat. Bubuk semen seng fosfat diambil sebanyak 1

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

(4)

sendok takar no. 3 (sesuai aturan pabrik) kemudian diratakan dengan bagian sekat yang rata pada atas botol bubuk seng fosfat. Kemudian bubuk semen seng fosfat diletakkan pada glass slab dan dibagi menjadi 3 bagian. Botol bubuk seng fosfat ditimbang kembali untuk mengetahui jumlah bubuk semen seng fosfat yang terambil.

b. Botol cairan semen seng fosfat ditimbang pada timbangan digital. Hasil penimbangan botol cairan semen seng fosfat dicatat. Kemudian botol cairan semen seng fosfat digerakan melingkar dan dipegang secara vertikal terbalik tanpa ditekan untuk mengeluarkan cairan sebanyak 3 tetes pada glass slab. Kemudian botol cairan semen seng fosfat ditimbang lagi untuk mengetahui jumlah cairan yang digunakan.

c. Bubuk semen seng fosfat bagian pertama dicampurkan dengan cairan seng fosfat dan diaduk menggunakan spatula semen dengan gerakan memutar, menekan dan spreading selama 10 detik. Stopwatch diaktifkan ketika bubuk semen seng fosfat pertama dicampur dengan cairan semen seng fosfat. Kemudian bubuk semen seng fosfat bagian kedua dicampurkan dengan adonan seng fosfat dan diaduk menggunakan spatula dengan gerakan memutar, menekan dan spreading meluas ke seluruh adonan selama 10 detik. Bubuk semen seng fosfat bagian ketiga dicampurkan dengan adonan seng fosfat dan diaduk menggunakan spatula dengan gerakan memutar, menekan dan

spreading ke seluruh adonan hingga adonan semen seng fosfat habis teraduk

dan homogen.

d. Adonan semen seng fosfat dikumpulkan menjadi satu. Kemudian spatula semen dimiringkan 45o terhadap glass slab. Adonan semen seng fosfat diambil dan ditarik keatas, maka adonan akan terbentuk adonan menyerupai tali.

3.2 Semen Seng Fosfat sebagai Basis

a. Botol bubuk semen seng fosfat diketuk perlahan pada telapak tangan. Kemudian ditimbang pada timbangan digital dan hasil penimbangan botol bubuk semen seng fosfat dicatat. Bubuk semen seng fosfat diambil sebanyak 1

(5)

sendok takar no. 3 (sesuai aturan pabrik) kemudian diratakan dengan bagian sekat yang rata pada atas botol bubuk seng fosfat. Kemudian bubuk semen seng fosfat diletakkan pada glass slab dan dibagi menjadi 3 bagian. Botol bubuk seng fosfat ditimbang kembali untuk mengetahui jumlah bubuk semen seng fosfat yang terambil.

b. Botol cairan semen seng fosfat ditimbang pada timbangan digital. Hasil penimbangan botol cairan semen seng fosfat dicatat. Kemudian botol cairan semen seng fosfat digerakan melingkar dan dipegang secara vertikal terbalik tanpa ditekan untuk mengeluarkan cairan sebanyak 2 tetes pada glass slab. Kemudian botol cairan semen seng fosfat ditimbang lagi untuk mengetahui jumlah cairan yang digunakan.

c. Bubuk semen seng fosfat bagian pertama dicampurkan dengan cairan seng fosfat dan diaduk menggunakan spatula semen dengan gerakan memutar, menekan dan spreading selama 10 detik. Stopwatch diaktifkan ketika bubuk semen seng fosfat pertama dicampur dengan cairan semen seng fosfat. Kemudian bubuk semen seng fosfat bagian kedua dicampurkan dengan adonan seng fosfat dan diaduk menggunakan spatula dengan gerakan memutar, menekan dan spreading meluas ke seluruh adonan selama 10 detik. Bubuk semen seng fosfat bagian ketiga dicampurkan dengan adonan seng fosfat dan diaduk menggunakan spatula dengan gerakan memutar, menekan dan

spreading ke seluruh adonan hingga adonan semen seng fosfat habis teraduk

dan homogen.

d. Adonan semen seng fosfat dikumpulkan menjadi satu. Apabila adonan semen seng fosfat menyerupai bentuk putty maka konsistensi sebagai basis telah terpenuhi.

3.3 Uji Setting Time Semen Seng Fosfat

a. Cetakan sampel diolesi vaselin dengan menggunakan kuas kecil.

b. Celluloid strip diletakkan di atas kaca tipis. Kemudian di atas celluloid strip diletakkan cetakan sampel yang telah diolesi vaselin.

(6)

c. Adonan semen seng fosfat yang telah homogen dan terbentuk konsistensinya dimasukkan ke dalam cetakan menggunakan plastic filling

instrument hingga penuh.

d. Permukaan adonan semen seng fosfat ditutup menggunakan celluloid strip dan kaca tipis. Kemudian tekan dengan ibu jari hingga adonan merata.

e. Kaca tipis dilepas. Kemudian celluloid strip dilepas ketika sudah tidak lengket pada adonan. Permukaan semen seng fosfat kemudian ditusuk menggunakan jarum Gillmore. Apabila bekas tusukan dalam maka penusukan diulangi dengan interval 1 sampai dengan 3 menit hingga bekas tusukan hampir tidak nampak. Kemudian permukaan semen seng fosfat ditusuk dengan jarum gillmore dengan interval 5 detik pada bagian yang berbeda hingga bekas tusukan tidak nampak lagi. Kemudian stopwatch dimatikan. Waktu yang ditunjukan stopwatch dicatat sebagai setting time semen seng fosfat.

4. HASIL PRAKTIKUM

Tabel 4.1 Berat bubuk dan cairan serta waktu setting time semen seng fosfat yang dimanipulsi sebagai luting

No Berat Bubuk (gram) Berat Cairan (gram) Waktu Setting Time

1. 0,29 0,20 20 menit 2. 0,31 0,18 17 menit 20 detik 3. 0,35 0,19 14 menit 15 detik Rata-rata 0,31 0,19 17 menit 11 detik

(7)

Tabel 4.2 Berat bubuk dan cairan serta waktu setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis

5. PEMBAHASAN 5.1 Tinjauan Pustaka

Semen seng fosfat pertama kali muncul dalam literatur pada tahun 1879. Semen seng fosfat adalah bahan semen tertua sehingga mempunyai catatan terpanjang. Semen ini menjadi tolak ukur bagi sistem-sistem yang lebih baru (Anusavice et al. 2013, p.316).

Semen seng fosfat tersedia dalam dua bentuk yang terpisah, yaitu powder dan

liquid (Manappallil 2010, p.223). a. Powder (bubuk) 1. Zinc oxide 90,2% 2. Magnesium oxide 8,2% 3. SiO2 1,4% 4. Bi2O3 0,1%

5. Other oxide (seperti BaO, Ba2SO4, CaO) 0,1%

b. Liquid (cairan)

1. H3PO4 (asam bebas) 38,2%

2. H2O 36%

No Berat Bubuk (gram) Berat Cairan (gram) Waktu Setting Time

1. 0,30 0,11 9 menit 35 detik

2. 0,31 0,14 10 menit 15 detik

3. 0,33 0,13 9 menit 50 detik

(8)

3. H3PO4 (digabung dengan Al dan Zn) 16,2%

4. Al 2,5%

5. Zn 7,1%

Penggunaan semen seng fosfat antara lain:

1. Semen seng fosfat digunakan untuk luting inlay, crown, bridges,

orthodontic bands, dan pemakaian lainnya. Semen seng fosfat memiliki working time panjang dibanding luting semen lainnya,

2. Semen seng fosfat juga digunakan sebagai material basis. Semen seng fosfat bersifat asam, oleh karenanya pulpa butuh dilindungi dengan liner atau varnish (Gladwin and Bagby 2013, p.102).

Pencampuran semen sebagai luting ini harus dimulai dengan memasukkan bagian bubuk yang paling kecil dengan menggunakan spatula tipis dan spatulasi cepat. Sebagian besar area lempeng pencampuran harus digunakan untuk mengeluarkan panas. Aturan yang baik untuk diikuti adalah memercikkan setiap penambahan bubuk selama 15 sampai 20 detik sebelum menambahkan kenaikan lainnya, dan semua pencampuran harus diselesaikan dalam waktu 1,5 sampai 2 menit. Setelah bubuk itu benar-benar digabungkan dan campuran yang lembut telah dibuat, semen diambil dengan pisau datar dari spatula. Jika semen dapat diangkat 12 mm (1/2 inci) sampai 19 mm (~3/4 inci) sebelum dipisah dari spatula, semen dianggap cukup cair untuk memperkuat prostesis. Jika bentukan tali melebihi 19 mm, semen terlalu kental untuk tempat prostesis yang tepat dan campuran lainnya harus dilakukan. Setelah prostesis dilapisi dengan semen dan dipasang, harus dipegang di bawah tekanan sampai setting. Bidang operasi harus tetap kering selama seluruh prosedur. (Anusavice et al. 2013, p.316).

Manipulasi semen seng fosfat sebagai basis hampir sama dengan manipulasi semen seng fosfat sebagai luting. Hal yang membedakan manipulasi semen seng fosfat sebagai basis dan luting adalah w/p ratio, mixing times, dan final consistency. Rasio bubuk dan cairan semen seng fosfat sebagai basis lebih besar dibandingkan sebagai luting. Konsistensi semen seng fosfat sebagai basis dicapai ketika adonan semen seng fosfat menyerupai bentuk putty dan dibentuk menjadi bola atau bulatan dan tidak melekat pada glass slab (Scheller-Sheridan 2010, p.115).

(9)

Pada manipulasi semen seng fosfat, rasio bubuk dan cairan tergantung pada aplikasinya. Jika digunakan untuk basis membutuhkan konsistensi putty-like dengan rasio bubuk dan cairan yang digunakan sekitar 3,5 : 1. Sedangkan untuk

luting dibutuhkan cairan yang lebih banyak, dengan jumlah rasio bubuk dan cairan

yang lebih rendah menyebabkan kekuatan antara molekul jauh lebih lemah dalam cairan sehingga partikel memiliki mobilitas yang lebih besar. Cairan dapat mengalir karena gerakan konstan dari partikel mereka yang relatif terhadap satu sama lain berguna untuk mendapatkan flow dari semen sehingga memudahkan selama proses pemasangan restorasi (McCabe and Walls 2008, p.273).

Saat bubuk dan cairan semen seng fosfat dicampur, asam fosfat melarutkan partikel zinc oxide pada area superfisial. Zinc oxide yang bercampur dengan asam fosfat menghasilkan suatu reaksi asam basa sehingga terbentuk asam seng fosfat [Zn(H2PO4)2] (Manappallil, 2010, p.224).

ZnO + 2 H3PO4→ Zn(H2PO4)2 + H2O + ZnO

Kemudian diikuti oleh reaksi yang kedua, yaitu reaksi antara partikel zinc

oxide dengan produk reaksi yang pertama, yaitu asam seng fosfat sehingga

menghasilkan senyawa seng fosfat yang terhidrasi. Reaksi ini merupakan reaksi eksotermis (Anusavice et al. 2013, p.316).

ZnO + Zn(H2PO4)2 + 2H2O → Zn3(PO4)2.4H2O (Hopeit)

Partikel zinc oxide yang tersisa atau tidak larut dalam asam fosfat bereaksi dengan aluminium fosfat sehingga membentuk gel seng aluminofosfat. Semen yang telah setting mengandung partikel zinc oxide yang tidak bereaksi terbungkus di dalam matriks seng alumino fosfat (Anusavice et al. 2013, p.316).

Reaksi eksotermis dapat diatasi dengan cara:

a. Spreading atau pengadukan dengan area yang luas. Bubuk semen seng fosfat yang mulai dicampurkan dengan cairan, terjadi pembasahan dan reaksi kimia. Permukaan dari bubuk alkali larut oleh cairan yang asam menghasilkan reaksi eksotermis. Dengan teknik spreading, panas yang

(10)

ditimbulkan saat reaksi dapat dibebaskan secara lebih efektif dengan pengadukkan semen yang meliputi area luas pada glass slab. Teknik

spreading juga membantu material menjadi homogen karena membuat

bubuk akan mudah bercampur dengan
cairan sehingga seluruh permukaan terbasahi dan menjadi homogen.

b. Pada saat sebelum melakukan pencampuran semen, bubuk semen dibagi menjadi beberapa porsi kecil terhadap cairan, cara ini dilakukan agar panas dapat dilepaskan dan mudah menguap (berkurang). Teknik ini juga dilakukan untuk menunda sedikit setting time dan menciptakan lebih banyak working time (McCabe and Walls 2008, p. 273).

c. Penggunaan glass slab yang tebal dimaksudkan agar temperatur panas yang dihasilkan dari reaksi eksotermis saat pengadukan semen dapat diserap dengan baik sehingga temperatur panas bisa segera teratasi. d. Pencampuran semen di atas glass slab yang didinginkan akan mengurangi

efek eksotermis sehingga memungkinkan tercapainya konsistensi yang benar. Bahan bahan yang digunakan dalam prosedur pencampuran yang normal memiliki setting time yang cukup untuk sementasi inlays dan

crown. Namun, dalam penyemenan orthodontic bands, waktu kerja yang

singkat memungkinkan penyemenan hanya beberapa band dalam satu kali pencampurran dan setting time yang terlalu lama untuk kenyamanan klinis. Frozen slab method telah dikembangkan untuk mengatasi kesulitan ini.

Initial setting time material biasanya terjadi dalam waktu 4-7 menit,

meskipun kekuatan terus meningkat untuk beberapa lama setelah itu. Standar ISO memerlukan waktu setting maksimum 6 menit untuk luting dan 8 menit untuk basis. (McCabe and Walls 2008, p. 275). Working time dan setting time semen seng fosfat bergantung pada proses produksi pada pabrik. Namun ada cara untuk dapat memperpanjang setting time sehingga manipulasi dapat dilakukan dengan sempurna. Berikut ini adalah empat prosedur yang dapat memperpanjang setting

(11)

1. Rasio bubuk dan cairan dapat diturunkan untuk dapat memperpanjang

working time dan setting time. Tetapi penurunan rasio bubuk dan cairan

akan mempengaruhi sifat fisik dan menghasilkan semen dengan pH awal yang rendah (Anusavice et al. 2013, p. 317).

2. Semen dicampurkan secara bertahap dengan memasukkan jumlah bubuk sedikit demi sedikit ke dalam cairan. Dengan begitu dapat mengurangi keasaman cairan dan memperlambat laju reaksi. Sementara itu, panas yang dihasilkan dari reaksi akan hilang selama proses pengadukan. Namun, apabila pada awal mula pencampuran bubuk diberikan langsung dengan jumlah yang banyak, maka panas yang dihasilkan tidak dapat mencegah percepatan reaksi. Sehingga dapat memungkinkan terjadinya peningkatan

working time dan setting time (Anusavice et al. 2013, p. 317).

3. Manipulasi dengan memperpanjang waktu pengadukan akan membuat matriks zinc oxide menjadi lebih mudah hancur sehingga membutuhkan waktu yang lama untuk menyusun kembali matriks tersebut. Sehingga

working time dan setting time dapat dicapai lebih lama(Anusavice et al.

2013, p. 317).

4. Temperatur glass slab yang dingin akan memperlambat reaksi kimia pada bubuk dan cairan, dengan demikian dapat menghambat pembentukan matriks. Penggunaan glass slab yang dingin dapat memperpanjang working

time. Maka, semakin dingin glass slab, setting time nya pun juga ikut lama

(Anusavice et al. 2013, p. 317).

Botol bubuk perlu di ‘tap’ sebelum dilakukan manipulasi agar komponen yang berat (menggumpal) dapat menyatu dengan komponen yang ringan sehingga didapatkan hasil takaran yang tepat. Sedangkan pemutaran botol cairan semen seng fosfat bertujuan agar cairan yang masih berada pada bagian atas botol dapat turun sehingga jika dituangkan akan mendapatkan takaran yang pas serta cairan yang homogen.

(12)

5.2 Pembahasan Hasil

Pada praktikum ini dilakukan manipulasi semen seng fosfat sebagai basis dan

luting. Ada beberapa perbedaan dalam manipulasi semen seng fosfat sebagai basis

dan luting. Semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis mempunyai rasio yang lebih besar daripada semen seng fosfat sebagai luting. Sehingga konsistensi semen seng fosfat sebagai basis menyerupai bentuk putty, sedangkan konsistensi semen seng fosfat sebagai luting lebih encer dan menyerupai tali apabila semen seng fosfat diambil dan ditarik keatas menggunakan spatula.

Bubuk semen seng fosfat dan cairan apabila dicampur, akan menghasilkan reaksi eksotermis karena bubuk yang bersifat alkali akan larut pada cairan yang bersifat asam. Oleh karena itu, ada beberapa cara untuk mengurangi sifat eksotermis yang terjadi. Pertama, melakukan gerakan spreading agar pengadukan terjadi pada daerah yang luas. Kedua, menggunakan glass slab tebal. Ketiga, menggunakan

glass slab yang didinginkan. Dan keempat, membagi bubuk menjadi beberapa

bagian.

Rasio bubuk semen seng fosfat dan cairan yang digunakan sebagai luting adalah bubuk 1 sendok no. 3 dan 3 tetes cairan. Sedangkan rasio semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis, lebih besar daripada rasio yang digunakan untuk

luting, yaitu 1 sendok no. 3 dengan 2 tetes cairan.

Pengujian setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting yaitu, pada percobaan pertama, didapatkan setting time selama 20 menit dengan rasio bubuk 0,29 gram dan cairan 0,20 gram. Percobaan kedua, setting time selama 17 menit 20 detik dengan rasio bubuk 0,31 gram dan cairan 0,18 gram. Sedangkan pada percobaan ketiga setting time selama 14 menit 15 detik dengan rasio bubuk 0,35 gram dan cairan 0,19 gram. Oleh karena itu, rata-rata setting time pada percobaan manipulasi semen seng fosfat sebagai basis yaitu 17 menit 11 detik.

Sedangkan setting time semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis yaitu, pada percobaan pertama dengan rasio bubuk seberat 0,30 gr dan cairan 0,11 gr mempunyai setting time 9 menit 35 detik. Pada percobaan kedua, rasio bubuk seberat 0,31 gram dan cairan 0,14 gr memiliki waktu setting time yang lebih lama

(13)

yaitu 10 menit 15 detik. Sedangkan pada percobaan ketiga dengan rasio bubuk 0,33 gr dan cairan 0,13 gr memiliki waktu setting time 9 menit 50 detik. Oleh karena itu, rata-rata setting time pada percobaan manipulasi semen seng fosfat sebagai basis yaitu 9 menit 50 detik.

Setting time yang dilakukan pada percobaan tersebut menunjukkan bahwa setting time semen seng fosfat sebagai luting lebih lama daripada basis. Perbedaan setting time terjadi karena terdapat perbedaan rasio bubuk dan cairan serta

perbedaan reaksi. Rasio bubuk dan cairan yang digunakan pada manipulasi semen seng fosfat sebagai luting lebih rendah dibandingkan semen seng fosfat sebagai basis. Sehingga adonan semen seng fosfat sebagai luting lebih encer dan ketika ditarik dengan spatula setinggi 1 inch membentuk bentukan menyerupai tali. Rasio bubuk dan cairan yang lebih encer akan memiliki setting time yang panjang dan memperpanjang working time. Apabila ditinjau dari segi proses reaksi, setting time semen seng fosfat sebagai luting lebih lama, disebabkan oleh jumlah cairan lebih banyak, yaitu apabila bubuk bertemu dengan cairan maka bubuk akan larut dalam cairan, sehingga apabila jumlah cairan semakin banyak, jarak partikel bubuk akan semakin jauh, sehingga tumbukan antar partikel bubuk semen seng fosfat sebagai

luting akan lebih lambat dan laju reaksi lebih rendah daripada reaksi pada

manipulasi basis, sehingga menyebabkan setting time manipulasi semen seng fosfat sebagai luting lebih lama daripada manipulasi semen seng fosfat sebagai basis.

Pada percobaan manipulasi semen seng fosfat sebagai basis, perbedaan waktu setting time tidak terlalu jauh. Sedangkan pada percobaan manipulasi semen seng fosfat sebagai luting, terdapat perbedaan waktu setting time yang agak jauh antara percobaan pertama dan ketiga. Pada percobaan pertama manipulasi semen seng fosfat sebagai luting, waktu setting time selama 20 menit, sedangkan pada percobaan ketiga selama 14 menit 15 detik. Perbedaan waktu setting time tersebut dikarenakan setiap percobaan dilakukan oleh operator yang berbeda. Sehingga jumlah pengadukkan operator satu dan operator yang lain berbeda. Semakin banyak jumlah pengadukan maka akan memperbesar peluang terjadinya tumbukan antar partikel. Dengan frekuensi tumbukan yang semakin besar, kemungkinan terjadinya tumbukan efektif yang menghasilkan reaksi juga semakin besar. Sehingga semakin banyak jumlah pengadukan, maka waktu setting time akan semakin cepat. Selain

(14)

itu, setiap operator yang memberikan tekanan berbeda pada permukaan adonan semen seng fosfat dengan menggunakan jarum Gillmore dan penilaian setiap operator terhadap bekas tekanan juga berbeda dengan kata lain, ketelitian setiap operator tidak sama, sehingga penilaian setting time berbeda.

6. KESIMPULAN

Semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting memiliki konsistensi yang lebih encer daripada semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis. Semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai luting memiliki setting time yang lebih lama daripada semen seng fosfat yang dimanipulasi sebagai basis.

7. DAFTAR PUSTAKA

Anusavice, K.J. 2013. Phillips’ Science of Dental Materials, 12th Ed. St. Louis Missouri: Saunders Elsevier Ltd., pp. 316-7.

Gladwin, M. and Bagby, M. 2013. Clinical Aspects of Dental Materials. 4th ed. Two Commerce Square. Philadelphia., p. 102

Manappallil, J.J. 2010. Basic Dental Materials, 3rd Ed. New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publishers Ltd., p. 223-4.

McCabe, J.F.and Walls, A.W.G. 2008. Applied Dental Material, 9th Ed. Oxford: Blackwell Publishing Ltd., pp. 273, 275.

Scheller-Sheridan, C. 2010. Basic Guide to Dental Materials. New Delhi: Aptara Inc., pp. 115.

Gambar

Gambar 2.1 Alat Praktikum. 1) glass slab, 2) jarum Gillmore, 3) timbangan digital, 4) plastic filling  instrument, 5) spatula semen, 6) kuas kecil, 7) kaca tipis, 8) cetakan sampel, 9) celluloid strip, 10)  stopwatch, 11) pisau malam
Tabel 4.1 Berat bubuk dan cairan serta waktu setting time semen seng fosfat yang  dimanipulsi sebagai luting
Tabel 4.2 Berat bubuk dan cairan serta waktu setting time semen seng fosfat yang  dimanipulasi sebagai basis

Referensi

Dokumen terkait

Dari percobaan yang dilakukan didapatkan pada menit ke-0 sedimentasi pada emulsi minyak jarak dicampur dengan air baru mengalami sedimentasi dan

Dan nilai B didapatkan dari nilai indicator pada saat setting time + 100 detik yaitu pada waktu 3 menit 40 detik, Dengan adanya perbedaan dalam pengukuran material cetak alginat

Hasil praktikum menunjukkan bahwa semakin sedikit bubuk yang ditambahkan maka  setting time akan semakin lama yaitu menjadi 23 menit 35 detik, sedangkan