• Tidak ada hasil yang ditemukan

Permasalahan Transportasi Pontianak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Permasalahan Transportasi Pontianak"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERMASALAHAN TRANSPORTASI DARAT KOTA

PONTIANAK

I. PENDAHULUAN

Transportasi dapat diartikan sebagai usaha untuk memindahkan, menggerakkan, mengangkut atau mengalihkan suatu objek dari suatu tempat ke tempat lain, di mana ditempat lain ini objek tersebut lebih bermanfaat atau dapat berguna untuk tujuan-tujuan tertentu (Miro: 2004, 4). Adapun tujuan dari diselenggarakannya sistem transportasi yaitu agar proses transportasi penumpang dan barang dapat dicapai secara optimum dalam ruang dan waktu tertentu, dengan mempertimbangkan faktor keamanan, kenyamanan dan kelancaran serta efisiensi atas waktu dan biaya. Menurut Tamin (1997), Transportasi adalah suatu sistem yang terdiri dari prasarana/sarana dan sistem pelayanan yang memungkinkan adanya pergerakan keseluruh wilayah sehingga terakomodasi mobilitas penduduk, dimungkinkan adanya pergerakan barang, dan dimungkinkannya akses kesemua wilayah. Sedangkan fungsi trasportasi menurut Morlok (1984) adalah untuk menggerakan atau memindahkan orang dan / atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sistem tertentu untuk tujuan tertentu.

Transportasi diperlukan karena adanya perbedaan jarak dari tempat satu ke tempat lain atau dalam dalam bahasa industri jarak dari sumber barang hasil produksi maupun hasil alam ke daerah lain yang membutuhkan. Dengan adanya transportasi dapat memudahkan aksesibilitas pergerakan manusia maupun barang. Sarana-prasarana transportasi terbagi menjadi tiga jenis yaitu transportasi darat dan air dan udara. Berdasarkan Tatralok Kota Pontianak, Kota Pontianak memiliki sarana-prasarana darat dan air.

Pada awalnya Kota Pontianak sebelum Tahun 1965, dimana sarana jalan masih sangat terbatas, transportasi orang dan barang banyak dilakukan melalui sungai dimana Sungai Kapuas dan Sungai Landak yang membelah kota menjadi Sarana Transportasi Utama yang dilayani dengan beberbagai angkutan Sungai seperti Fery penyeberangan untuk melayani penyeberangan kendaraan (mobil) yang akan menuju wilayah kecamatan Pontianak Utara ataupun akan menuju keluar kota. Selain itu lalu lintas penyeberang juga dilayani dengan angkutan sungai Kapal Bandong ataupun kapal kelotok yang melayani orang maupun barang ke kota-kota khususnya diwilayah pedalaman di sepanjang Sungai Kapuas maupun Sungai Landak.

Sedangkan untuk transportasi melalui anak-anak sungai kapuas maupun sungai Landak yang ada dalam kota Pontianak dilalui dengan menggunakan sampan, sehingga kota ini dikenal dengan kota seribu parit. Kini seiring dengan berkembangnya jaringan jalan, transportasi orang dan barang banyak dilakukan melalui transportasi darat. Sebagai Ibukota Provinsi dan pusat kegiatan skala Provinsi, Kota Pontianak mempunyai beban perjalan yang sangat besar, ini dikarenakan intensitas arus pergerakan kendaraan baik angkutan umum maupun kendaraan pribadi yang sangat tinggi.

(2)

Tingginya mobilitas masyarakat di daerah perkotaan menimbulkan permasalahan kemacetan, khususnya di negara-negara berkembang dengan moda transportasi publik yang tidak ideal seperti Indonesia. Pontianak merupakan salah satu kota di Indonesia dengan transportasi publik dalam kota yang nyaris mati. Jumlah angkutan kota Tahun 2014 tercatat 280 unit, padahal terdapat sekitar 600 angkutan kota yang memiliki izin operasi. Hal ini mendorong penggunaan kendaraan bermotor milik pribadi yang sangat tinggi dari tahun ke tahun. Berdasarkan data Bappeda, pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor di Kota Pontianak dalam kurun waktu 2010-2013 rata-rata sebesar 12,25 persen per tahun. Sepeda motor merupakan penyumbang kendaraan pribadi yang paling besar.

Sejak tahun 2010, jalan-jalan Kota Pontianak mendapat tambahan beban 40.000 sepeda motor baru. Pertumbuhan jumlah kendaraan bermotor ini tidak sebanding dengan pertumbuhan panjang jalan dalam kurun waktu 2010-2013 yang kurang dari 10 persen. Upaya yang telah ditempuh pemerintah Kota pontianak untuk mengatasi kemacetan di beberapa ruas jalan utama adalah melalui kebijakan perluasan jalan-jalan utama yang menjadi jalur pergerakan primer kendaraan serta melalui kebijakan jangka panjang seperti membuka akses jalan lingkar dalam yang menghubungkan kawasan permukiman di sekitar Sungai Raya Dalam dan sekitarnya menuju kawasan Kota Baru yang diharapkan dapat menguraikan kemacetan di Jalan A. Yani dan sekitarnya. Sementara itu, untuk merevitalisasi moda transportasi publik khususnya angkutan kota, Dinas Perhubungan, Komunikasi dan Informasi Kota Pontianak tengah melakukan pemetaan jalur-jalur angkutan yang sudah tidak terlayani.

Angkutan Umum Kota Potnianak

Pergerakan yang semakin meningkat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan pertumbuhan jumlah kendaraan dengan pertumbuhan prasarana jalan akibat tuntutan terhadap kebutuhan angkutan baik itu angkutan pribadi, semi pribadi, dan terutama angkutan umum jauh lebih besar daripada penyediaan prasarana jalan. Hal inilah yang akhirnya menimbulkan berbagai permasalahan transportasi kota, dan kondisi ini hanya dapat diatasi dengan optimalisasi penggunaan angkutan umum.

Kondisi angkutan umum memiliki tingkat pelayanan yang buruk. Hal ini tercermin dari terdapatnya ketidakamanan dan ketidaknyamanan penumpang ketika menggunakan angkutan umum akibat angkutan umum yang melebihi muatan, pengemudi yang ugal-ugalan, rawannya tindakan kriminal, dan banyak lagi indikator lain mengenai keburukan pelayanan angkutan umum. Selain itu, angkutan umum tidak lagi efektif dan efisien dalam penggunaannya dibandingkan angkutan pribadi seperti banyaknya jumlah perpindahan angkutan untuk mencapai tujuan, frekuensi dan waktu tunggu angkutan umum yang tidak terjadwal, serta jarak berjalan calon penumpang yang cukup besar untuk mencapai angkutan umum.

Selain itu ada juga permasalahan keterjangkauan angkutan umum yang belum merata, waktu untuk menunggu angkutan juga masih lama, pengguna angkutan perlu waktu cukup lama untuk mendapatkan angkutan hal ini juga membuat para pengguna beraih menggunakan kendaraan pribadi khususnya motor, selain waktu tempuh lebih cepat, ongkos untuk membeli bensin pun

(3)

juga dirasa lebih murah dan mengirit biaya. Dari hal sarana yang ada juga kurang berfungsi secara optimal yaitu Halte Kendaraan Angkutan umum, ini dimungkinkan karena beberapa hal yaitu kondisi fisik sarana yang kurang nyaman serta belum optimalnya pelayanan angkutan umum kota.

Kondisi inilah yang pada akhirnya akan mendorong calon pengguna angkutan umum untuk menggunakan angkutan pribadi dalam melakukan pergerakannya, yang kemudian menimbulkan peningkatan pergerakan dengan angkutan pribadi serta menyebabkan munculnya berbagai permasalahan transportasi kota seperti penumpukan moda transportasi pada jaringan jalan kota, pencemaran suara dan udara, kecelakaan lalu lintas, dan permasalahan transportasi lainnya, sehingga konsekuensinya adalah perlu diadakannya intervensi terhadap sistem angkutan umum dan sistem transportasi kota.

Jaringan Jalan Kota Pontianak

Jaringan pergerakan merupakan seluruh jaringan transportasi Kota, yang terdiri atas:

1. Jaringan jalan arteri primer dan arteri sekunder; 2. Jaringan jalan kolektor primer dan kolektor sekunder; 3. Jaringan jalan lokal primer dan lokal sekunder;

4. Jaringan jalan lingkungan primer dan lingkungan sekunder: dan 5. Jaringan jalan lainnya yang meliputi:

 Jalan masuk dan keluar angkutan penumpang sesuai ketentuan yang berlaku (terminal tipe B dan C hingga pangkalan angkutan umum),  Jaringan jalan moda transportasi umum (jalan masuk/keluar terminal

hingga pangkalan angkutan umum dan halte), dan  Jalan masuk dan keluar parkir.

6. Jaringan pejalan kaki;

Jalan sebagai bagian sistem transportasi nasional mempunyai peranan penting terutama dalam mendukung ekonomi, sosial budaya, lingkungan, serta politik. Jaringan jalan sebagai salah satu prasarana infrastruktur merupakan komponen penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui, jaringan jalan di Indonesia, selain jumlah panjangnya dibandingkan dengan jumlah penduduk yang masih terbatas, juga umumnya jaringan tersebut terbentuk secara alamiah tanpa melalui perencanaan menyeluruh.

Menurut Undang-undang No. 13 tahun 1980 tentang jalan, jalan merupakan suatu prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun yang meliputi segala bagian jalan termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukan bagi lalulintas. Bangunan pelengkap jalan adalah bangunan yang tidak dapat dipisahkan dari jalan seperti jembatan, lintas atas (over pass), lintas bawah (under pass) dan lain-lain.

Sedangkan perlengkapan jalan antara lain rambu-rambu dan marka jalan pagar pengaman lalulintas, pagar damija dan sebagainya. Untuk mengetahui Level of Service dari suatu ruas jalan maka diperlukan perhitungan yang terdiri dari perhitungan kapasitas jalan dan volume lalulintas. Kapasitas jalan adalah jumlah lalu lintas kendaraan maksimal yang dapat ditampung pada ruas jalan selama kondisi tertentu (MKJI, 1997). Sedangkan volume lalulintas adalah jumlah kendaraan yang melalui suatu titik pada suatu jalur gerak per satuan waktu (Morlok, 1978).

(4)

Berdasarkan data bahwa ruas jalan yang berada di Kota Pontianak terdapat 322 ruas jalan yang terdiri dari jalan arteri, jalan kolektor, dan jalan lokal. Dari masing-masing ruas jalan tersebut memiliki lebar dan panjang yang berbeda-beda. Sistem jaringan jalan di Kota Pontianak dapat diuraikan sebagai berikut: 1) secara fisik jaringan jalan yang ada telah tercipta dengan cukup baik untuk mengakomodasikan perkembangan wilayah secara umum, sehingga jika dilihat secara fungsional telah dapat difungsikan; 2) secara kualitas jaringan jalan yang ada perlu peningkatan kualitas fisik jalan dan kualitas fungsi jalan; dibedakan dalam hal penguasaan dan fungsi jalan tersebut sesuai dengan Standar Ruang Jalan dan Garis Sempadan Jalan.

Ruas jalan yang ada di Kota Pontianak sebagian sudah memenuhi standar, akan tetapi ada juga ruas jalan yang belum memenuhi standar yang sudah di tetapkan terutama banyak ruas jalan yang tidak memiliki garis sempadan jalan, hal ini dapat menyebabkan terganggunya arus lalulintas terutama pada jalan-jalan lingkungan di Kota Pontianak.

Beberapa permasalahan Sistem Transportasi Darat adalah sebagai berikut:

 Lemahnya sistem angkutan Kota sehingga tidak mampu secara maksimal mengakses Pergerakan Angkutan Penumpang

 Kemacetan lalu lintas pada ruas-ruas jalan tertentu dan di persimpangan pada jam-jam sibuk

 Rendahnya disiplin pengemudi kendaraan

 Belum berkembangnya angkutan sungai sebagai angkutan alternatif kota

 Banyaknya persimpangan yang belum memenuhi persyaratan standar dimensi geometrik jalan

 Aksesibilitas Jaringan belum mampu memberikan pelayanan terhadap kebutuhan masyarakat, sedangkan mobilitasnya diatas pelayanan standar ini ditunjukkan dengan tidak meratanya jaringan jalan, beberapa wilayah belum terlayani jaringan jalan terutama Pontianak Utara dan Pontianak Selatan serta terjadinya penunpukan fungsi dan kapasitas jaringan jalan pada wilayah pusat kota yang tentunya berakibat pada kemacetan pusat kota.

Infrastruktur jalan di Kota Pontianak saat ini tidak berimbang dengan perkembangan jumlah kendaraan yang melaluinya otomatis hal ini berdampak pada kemacetan yang ada, selain jumlah kendaraan dan lebar jalan yang tak berimbang kemacetan juga disebabkan oleh banyaknya gudang perusahaan di dalam kota sehingga pada saat aktifitas bongkar muat barang akan mengganggu arus lalu lintas belum lagi masalah parkir yang memakan badan jalan. Permasalahan kemacetan jalan memang harus segera diatasi oleh pemerintah kota mengingat kota pontianak adalah ibu kota provinsi baiknya infrastruktur jalan juga akan berdampak pada kemajuan ekonomi kota dan juga daerah lainnya di propinsi ini.

Ditinjau dari aspek fisik, hambatan pembangunan infrastruktur kota dan jalan di Kota Pontianak adalah topografinya yang relatif datar berada pada ketinggian 0,1 – 1,5 meter di atas permukaan laut. Dengan ketinggian ini Kota Pontianak berada dalam pengaruh pasang surut. Kondisi tersebut menyebabkan

(5)

wilayah Kota Pontianak mudah tergenang. Hal ini membuat pembengkakan anggaran perbaikan jalan. Badan jalan harus ditinggikan terlebih dahulu untuk mengantisipasi banjir, sebelum dilebarkan. Sementara itu, daerah manfaat jalan (damaja) yang seyogyanya benar-benar dimanfaatkan untuk pengguna jalan sering dirampas oleh pagar, pekarangan ruko, pedagang kaki lima termasuk lahan parkir.

III. KESIMPULAN

Pembangunan transportasi berperan sebagai urat nadi perekonomian, sosial budaya, politik, pertahanan dan keamanan diarahkan untuk lebih meningkatkan sistem transportasi kota yang andal, luas, tertib, teratur, aman, lancar, cepat dan efisien serta mampu mendorong dinamika dan pemerataan pembangunan. Pembangunan jaringan jalan akan sangat mempengaruhi pola penggunaan lahan sehingga jaringan jalan dikembangkan dalam kerangka pengembangan kota. Pengembangan sistem transportasi kota diarahkan untuk membentuk kota yang cenderung konsentris daripada linier dan mendukung penciptaan subpusat-subpusat baru (desentralisasi). Pengembangan sistem transportasi ini juga diarahkan untuk memisahkan secara jelas antara pergerakan regional dan jalur pergerakan lokal serta mempertegas mekanisme peralihan dari pergerakan regional ke pergerakan lokal dan sebaliknya.

Pengembangan dan penerapan sistem transportasi kota dilandasi beberapa konsepsi dasar sebagai berikut:

 Pembangunan transportasi diarahkan untuk pemeliharaan, rehabilitasi dan peningkatan prasarana dan sarana transportasi yang telah ada;

 Pembangunan jaringan jalan dalam kota diarahkan pada pengembangan sistem jaringan yang berjenjang sehingga tidak terjadi konflik antara perhubungan jalan regional dan jalan lokal;

 Memperkuat titik simpul semua sistem transportasi yang ada, khususnya untuk arus perhubungan regional yang semakin berkembang pada masa mendatang. Dalam jangka panjang pendek yang dilakukan adalah pemantapan prasarana yang ada dan kemudian pembangunan terminal kota yang permanen dan memenuhi standar.

 Penetapan jalur regional dan jalur kota dengan lebih integratif lagi, hal ini dilakukan untuk menghindari konflik antar arus perhubungan regional dengan arus perhubungan lokal;

 Pengembangan sarana transportasi pada tingkat kota adalah untuk meningkatkan akses kepada seluruh penduduk kota secara merata dan mengaktifkan angkutan penumpang umum dalam kota. Sedangkan pengembangan sarana angkutan antar wilayah adalah untuk memperlancar arus barang dan penumpang serta untuk mendukung kegiatan industri yang dikembangkan;

 Transportasi sungai tetap dikembangkan karena masih cukup efektif untuk mengangkut orang dan barang;

(6)

Strategi pengembangan transportasi kota adalah meningkatkan pelayanan transportasi kota melalui pembangunan prasarana dan sarana transportasi yang memadai dan menjamin keserasian sistem transportasi darat, di samping itu juga menyelaraskan antara jalur pergerakan regional dan lokal. Sebagai pusat pelayanan sosial dan pusat perdagangan skala regional, Kota Pontianak berperan penting dalam melayani transit barang dan penumpang.

Strategi peningkatan aksesibilitas dan transportasi yang dapat mendorong pemerataan pembangunan, meningkatkan keterkaitan antar pusat kegiatan dan keterkaitan dengan Kabupaten di sekitarnya dilakukan dengan beberapa upaya sebagai berikut:

a. mengembangkan sistem jaringan jalan terpadu di dalam kota yang terintegrasi dengan jaringan jalan antarwilayah dan antarsistem pusat pelayanan

b. mendukung pengembangan tiga bagian kota yang terpisah oleh Sungai Kapuas dan Sungai Landak dengan jalan lingkar dan jembatan penyeberangan;

c. menata kembali sistem angkutan umum kota;

d. mengembangkan efektivitas dan efisiensi sistem transportasi sungai dan penyeberangan; mengembangkan jaringan jalan yang sejajar dengan sempadan sungai dan parit-parit besar untuk memudahkan inspeksi dan pemeliharaan sungai dan parit.

Pada dasarnya perencanaan jaringan lalu lintas meliputi rencana jaringan jalan dan jaringan prasarana jalan. Rencana jaringan jalan meliputi (empat) hal yaitu berkaitan dengan fungsi dan hirarki jalan, kapasitas jalan, pengembangan jalan alternatif dan ketersediaan fasilitas parkir. Berkaitan dengan 4 (empat) hal tersebut diatas, maka rencana pengembangan transportasi jalan adalah sebagai berikut :

1. Penataan hirarki jalan untuk mendukung pengaturan perijinan guna lahan. 2. Pelebaran jaringan jalan yang belum memenuhi kriteria penampang jalan

berdasarkan fungsi jalan.

3. Meningkatkan kualitas ketahanan fisik jaringan jalan yang tidak sesuai dengan beban angkutan yang melintasi ataupun yang kendala fisik lainnya yang mengakibatkan kerusakan permukaan jalan.

4. Memelihara fungsi jaringan jalan primer dengan membatasi jalan akses lokal dan pengendalian pemanfaatan ruang di sepanjang jaringan jalan.

5. Meningkatkan fungsi jaringan jalan yang sudah ada dan pembangunan jaringan jalan baru untuk peningkatan kapasitas jaringan jalan.

6. Mengembangkan jalan-jalan penghubung yang diprioritaskan, yaitu: dibukanya lintas utara-selatan dan barat-timur.

7. Membangun jalan-jalan baru sebagai jalan alternatif di tengah kota untuk melengkapi hirarki jalan.

8. Mengakomodir jalur sepeda dan pedestrian termasuk keamanan dan kenyamanan penggunanya dalam perancangan jaringan jalan. Mengakomodir jalur sepeda pada jalan-jalan kolektor Sekunder dan jalan lokal Sekunder da jalan-jalan alternatif bagi pengguna sepeda (dapat dilihat pada peta jalur Sepeda).

9. Melengkapi rambu dan marka jalan pada seluruh ruas jalan kota dalam rangka meningkatkan keamanan dan ketertiban lalu lintas.

10.Membatasi lalu lintas angkutan barang yang masuk ke kota.

11.Penetapan disinsentif berupa biaya dampak pembangunan bagi kegiatan-kegiatan yang menimbulkan gangguan bagi kepentingan umum, seperti

(7)

kemacetan, kebisingan, keselamatan, keindahan, bau, dan gangguan lainnya.

12.Penyediaan lahan dan atau gedung parkir di pusat-pusat Pelayanan Kota. 13.Menghilangkan secara bertahap kegiatan parkir on streat pada

kawasan-kawasan rawan macet.

14.Rencana pengembangan sistem perparkiran meliputi parkir sisi jalan (on street parking) dan parkir dalam areal khusus parkir (off street parking).

Referensi

Dokumen terkait

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Walikota Bandung tentang Pedoman Pengelolaan Layanan Aspirasi dan

Alat pengumpulan data adalah kuesioner dan untuk mengetahui pengaruh risiko dilakukan dengan menghitung nilai OR pada 95% CI menggunakan Statcalc pada

(1) Sub Bagian Komunikasi Pimpinan mempunyai tugas menyiapkan bahan perumusan kebijakan, mengkoordinasikan pelaksanaan tugas dan fungsi, pemantauan dan evaluasi program

Faktor yang menjadi latarbelakang pengunaan campur kode dalam Penelitian mahasiswa program studi Sistem Informasi Universitas Duta Bangsa Surakarta tersebut

Dari uraian tersebut internet sangat bermanfaat bagi pengguna dalam mencari informasi antara lain sebagai media komunikasi, menambah wawasan seseorang dalam bidang tertentu

Alasan peneliti memilih UKM Fakdakom sebagai obyek penelitian karena UKM Fakdakom kinerjanya bagus, dibuktikan dari atlit di Institut dalam bidang olah raga,

Hal yang sama juga ditemukan pada Deskripsi Varietas Unggul Kacang- Kacangan dan Umbi-Umbian (2005) yang menunjukkan bahwa varietas Domba mempunyai jumlah polong yang lebih

Berdasarkan hasil penelitian pada siswa kelas III Sekolah Dasar Swasta Bawamai Pontianak Kota dengan materi memelihara lingkungan alam dan buatan yang diajarkan