• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bikin Asyik. Lebih Suka Disebut Sebagai Pesyair. Interpretasi Puisi Lewat Musik. Sense of Art Penentu dalam Berkesenian. Ebiet G Ade.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Bikin Asyik. Lebih Suka Disebut Sebagai Pesyair. Interpretasi Puisi Lewat Musik. Sense of Art Penentu dalam Berkesenian. Ebiet G Ade."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

1

PB

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Lebih Suka Disebut

Sebagai Pesyair

Ebiet G Ade

‘Sense of Art’ Penentu

dalam Berkesenian

Egi Fedly

Bikin Asyik

Interpretasi Puisi

Lewat Musik

Renjana

(2)

3

2

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

l Afriyan Arya Saputra l Aspar Paturusi l Vito Prasetyo l Anto Narasoma l Iman Sembada l Dewi Nova l Afrizal Malna l Rini Intama

l Tri Widiastuti l Fahrus Refendi l Rikard Diku Kiprah TEATER

Belajar di Teater Kotag

Sudut PANDANG

Egi Fedly

Yang Penting Memiliki Sense of Art

Bahasan UTAMA

l Perjalanan Musik di Indonesia Dari Masa ke Masa l Musik Tradisional Bagian dari Folklor

l Puisi Pun Dimusikalisasi

Komunitas Teater Gunung yang disingkat menjadi Kotag, di Kampung Joglo, Desa Cibereum, Cisarua, Puncak, Bogor.

10

26

MEDIA SEMESTA SENI

NOMOR 11 l MARET l 2021 ProFIL

Tiny Box

4

Lensa SENI

5

Edit ORIAL

7

Tutut Adinegoro

6

Karya PUISI-PROSA

34

Histori SENI

l Lirik ‘Indonesia Raya’ di Hari Sumpah Pemuda l Tielman Brother Band Belanda Keturunan Indonesia

32

Komunitas SENI

38

D

aftar

ISI

Artikel MUSIK

24

Musik jelas tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam musik terkandung unsur bunyi dan kesenyapan, ritme atau irama, pengulangan, keteraturan sekaligus ketakberaturan, penekanan, intensitas, pelepasan, dinamika, dan tempo.

2

Purwanto Setiadi

Sekelumit Hal Positif Tentang Musik

Sebuah bentuk kepekaan dari dalam jiwa terhadap suatu hal yang berkaitan dengan keindahan. Tapi permasalahannya apakah seseorang itu menyadari ia memunyai sense of art, kemudian apakah ia mampu mengeluarkan apa yang ada di dalam diri untuk mengekspresikan

sense of art-nya dalam bentuk

kekaryaan di kesenian.

Musik

Hidup

Asyik

dengan

Komunitas Perupa Kota Tua (Kota)

Tetap Eksis di Usia 10 Tahun

Awalnya mereka ada dimana-mana, di seluruh pelosok Jakarta dan sekitarnya. Mereka bergelut dengan permasalahannya masing-masing, bercanda dengan kuas-kuas yang mulai pupus, berkeluh kesah pada tube-tube cat yang semakin memipih dan meluapkan kegundah an pada kanvas yang tidak lagi putih.

(3)

3

2

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

l Cinta Olahraga - Dodo Karundeng l Musik dan Covid-19 - Didie SW l Puisi Kopi - Jan Praba

l Dialog Anggota Tubuh - Munadi

Maria Tiwi

Geliat SENI RUPA Cerita PENDEK

44

Latar PESENI

Ebiet G Ade

Lebih Suka Disebut Sebagai Pesyair Loka PUSTAKA

73

Kartun HUMOR

Abu Bakar

Yanusa Nugroho

Kulik MUSIK

Renjana

Menginterpretasi Puisi

Risky Arbangi Nopi

Misteri Tebu

63

In MEMORIAM

PENASIHAT

Mayjen TNI (Purn) Dr Syamsu Djalal, SH, MH Brigjen Pol Dr Chryshnanda Dwilaksana, MSi PEMIMPIN UMUM Halimah Munawir PEMIMPIN REDAKSI Ireng Halimun PEMIMPIN MANAJEMEN Imanuel Prabowo DIREKTUR KEUANGAN Dyah Kencono Puspito Dewi SEKRETARIS REDAKSI Theodora Hutadjulu REDAKTUR Wahyu Toveng Ritmanto Saleh Osie Helmi

BIDANG TEKNOLOGI INFORMATIKA Nanang Susanto

FOTOGRAFER Tutut Adinegoro ALAMAT

Pasar Seni Gembrong Baru, Ruang 151, Jln Basuki Rahmat, Cipinang, Jakarta Timur PONSEL/ WA

l 0859 599 01 299 (IH) l 0811 1119 803 (WT) e-MAIL

admin@semesta-seni.com MANAJEMEN

PT Dian Rimalma Pratama

Redaksi menerima naskah, foto, dan informasi lain yang berkaitan dengan seni-budaya. Naskah, foto, dan informasi tersebut akan disunting sesuai dengan misi-visi penerbitan ini.

56

Ragam SENI

58

l Tokoh Seni Pilihan Tempo 2020 Pandemi dan Realitas Baru

l RAB-Bosen2020 - ‘Jauh di Mata Dekat di Garis’ Rekatkan Silaturahmi Antarpelukis

l Tribute to Nashar

Tonggak dan Martir Seni Lukis Abstrak Indonesia l Gissense 2021

Konser Virtual untuk Korban Bencana Alam l Kisah dan Konser Waldjinah 2020 A Tribute to Living Legend

Ebiet G Ade muncul di blantika musik Indonesia sejak 1979. Dengan kekhasan suara dan liriknya yang puitis, pecinta musik selalu teringat lagu Camelia yang sangat menyentuh hati.

l Ki Anom Subekti l Arthur Christopher Orme Plummer CC l Danke Dradjat l FX Dani Danarso l Prie GS l Scotlet l Chick Corea l Soraya Abdullah Balvas l Yoevita Soekotjo l Irfan Sembiring l Iwan B Setiawan

l Azis Franklin Suprianto l Entus Alrafi GD l AA Bulan Trisna Jelantik l Meinar Louis l Yanto Tampan l Marthin Enrico Saba

Nomor 10 l Februari

l 2021

53

Renjana atau biasa ditulis “musikrenjana” adalah grup

musik asal Jakarta yang dibentuk pada 27 Januari 2015 de-ngan formasi awal Ahmad Khalifah R (vokal), Tafsir Marodi (drum), Arga Febrian (gitar), dan Doddy B Priambodo (bas).

42

Bergerak di bidang seni bukanlah hal yang mudah, namun dari sini Maria Tiwi banyak belajar agar lebih percaya diri dan ingin membuktikan bahwa apa yang dipilih dan dilakukan dengan nyata, jujur, dan kerja keras pasti akan memberikan hasil yang baik.

Melukis dengan Kesatuan Hati dan Jiwa

(4)

5

4

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

RBAn berasal dari kata Urbanus atau Urbs yang berarti kota. Perpindahan penduduk dari desa ke kota atau urbanisasi menimbulkan budaya baru yang dinamis yang memunculkan tindakan, tingkah laku, sikap, dan berpikir manusia dalam tatanan hidup yang modern. Kehidupan urban menyuguhkan beragam aktivitas yang tidak bisa ditunda, mendesak, dan padat yang dapat dilihat dari banyaknya kebutuhan masyarakat urban pada alat transportasi.

Designer Toys adalah salah satu produk yang terlahir dari budaya dan gaya hidup urban, dan merupakan jenis toys yang tercipta dari kebudayaan urban, sehingga ideologi urban melekat dalam wujudnya, baik secara wacana maupun bentuk. Dengan menggunakan mainan, anak akan diajarkan untuk mengembangkan daya kognitif dan mempelajari proses sebab-akibat, mengeksplorasi tentang hubungan timbal balik dan membantu pertumbuhan fisik. Sedang-kan pada orang dewasa, toys juga berfungsi sebagai alat untuk mencapai ikatan sosial, proses belajar, pencarian identitas, dan latihan mental-fisik. Fungsi utama toys adalah meningkatkan daya kreativitas manusia yang nantinya menjadi bekal untuk mengembangkan mental-fisik dalam menciptakan berbagai penemuan.

Salah satu yang menjadi produk budaya populer saat ini adalah Urban Toys. Mainan ini bu-kanlah produk konsumsi anak-anak melainkan menjadi suatu karya seni dan produk kreatif yang ditawarkan bagi orang dewasa. Penetrasi penjualan Urban Toys di Indoneia juga semakin berkembang dikarenakan teknologi media sosial dan munculnya took online. Ada dua distribu-si produk Urban Toys di Indonedistribu-sia, pertama, dipasarkan melalui platform media sodistribu-sial seperti

Instagram, Facebook, YouTube hingga Website resmi artis. Kedua, di took online seperti ebay, bigcartel, hingga dijual di toko online lokal.

Penggemar awal ide konsep dari Designer Toys adalah Michael Lau, berlatar belakang pendidik Design First Institute di Hong Kong. Karyanya yang terkenal bermula dari tokoh karakter pada majalah East Touch dan membuat komik strip Gardener pada 1998. Bentuk karakternya dibuat menjadi vynil collectible figure. Pada 1999 – 2003 perusahaan Sony membuat kontrak sebagai distributor eksklusif karakter Gardener untuk kawasan Asia. Sejak itu bermunculan jenis mainan berangkat dari identitas karya Michael Lau dengan berbagai macam modifikasi yang sporadis. Materi untuk membuat sebuah Designer Toy sangat beragam, namun bahan vynil dan plastik ABS (Acrylonitrile Butadine Styrene). Bahan seperti kayu, metal, dan resin kadang digunakan. Bahan berupa boneka isi (plush), kain dan latek merupakan aplikasi lain dalam jenis Designer Toys.

U

Berbagai macam jenis utama menurut material bahan Designer Toys, di antaranya:

l Urban vynil, jenis ini merupakan action figure yang terbuat dari bahan vynil atau

plastik ABS. jenis seperti inilah yang kali pertama diciptakan oleh Michael Lau. Umum-nya konsumen toys jenis ini adalah para kolektor mainan yang serius, sehingga para konsumennya rata-rata berusia dewasa.

l Resin Toy, untuk beberapa artis memilih media resin selain plastik vynil. Biasanya

teknik yang dilakukan melalui proses pencetakan resin dan dilanjutkan dengan proses pengecatan. Cara ini lebih banyak membutuhkan waktu dan tenaga, tetapi lebih murah biayanya.

l Designer Plush, jenis ini adalah jenis Designer Toys yang terbuat dari bahan kain

teks til, tidak seperti pada umumnya, produk lain yang melalui proses cetak. Lebih mirip dengan proses pembuatan stuffed toy seperti dalam pembuatan bantal. Mohammad Aryareksa Gumilang (Gilang) adalah fundraiser dari proyek rintisan Tinybox Indonesia. Gilang berpikir, membuat usaha start up ini karena ingin memak-simalkan peluang industri kreatif di Indonesia. Karena peluang Art Toys itu besar yang belum maksimal di Indonesia. Padahal, peseni dan Designer Toys Indonesia bertebar-an di mbertebar-ana-mbertebar-ana, seperti di Amerika ada Superplastic dbertebar-an Kidrobot, di Singapura ada

Mightyjaxx. Mereka itu sukses dengan character based-nya masing-masing. Setiap

mereka rilis produk Art Toys diburu sama kolektor. Malahan yang limited art toys dalam beberapa jam saja sudah sold out semua.

nantikan launching Rannu and Friends “Indonesia Artist for Premier designer of limited art toys” di Instagram-nya @Rannu_id dan bisnis start up-nya Gilang dan Tim

@Tinybox_id. Kesan dan pesan Art Toys Indonesia menurut Gilang adalah luar biasa

sekali, banyak mainan karya anak bangsa yang kreatif. Disarankan untuk cek

Insta-gram @jajantoy. Yang dibutuhkan adalah sistem yang terintegrasi, berkesinambungan

antara peseni dan pasar. @Ratu Adina Bachtiar

Peluang Art Toys

yang Besar, Belum

Digarap Maksimal

(5)

5

4

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

l Karya : Tutut Adinegoro

l Judul : Band Ungu Tur ke 10 Kota l Kamera : Nikon S1, Lensa 200 mm, f 2,8 l Lokasi : Semarang, Jawa Tengah l Waktu : 2010

L

ensa Seni

5

(6)

7

6

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Konon musik bikin asyik. Asyiknya terletak pada besarnya dampak yang diberikan dibandingkan durasinya yang relatif pendek. Dalam acara-acara yang melibatkan banyak orang, terutama yang bersifat resmi seperti pembukaan pertandingan olahraga, pelantikan presiden, pernikahan, upacara pengibaran bendera, dan sebagainya, hampir selalu diperdengarkan musik. Seperti lagu Indonesia Raya yang tidak diperdengarkan di sepanjang upacara, cukup jadi pengiring saat bendera dikerek naik ke puncak tiang. Durasi Stars Spangled Banner yang dinyanyikan

Musik

oleh Lady Gaga pada pelantikan Joe Biden sebagai Presiden AS tak sampai dua menit. Bayangkan suasana yang tercipta di sekitar Gedung Putih andaikan sama sekali tidak diperdengarkan musik di acara sepenting itu, terlebih di dinginnya Januari 2021.

Abū Nasir Muhammad bin al-Farakh al-Fārābi yang hidup di abad 9 telah mengamati adanya daya magis musik yang mampu memengaruhi dan mengendalikan aktivitas emosi; Abu Hamid Al-Ghazali menyatakan bahwa musik dapat membantu seseorang meningkatkan perasaan religiusnya dan mengalami pengalaman mistik; dan Jalaludin Rumi menyatakan bahwa musik merupakan media untuk mencapai penyatuan mistik dengan Tuhan. Ia bahkan memadukan musik dengan tari untuk mencapai pengalaman spiritualnya. Begitu juga dengan Sunan Kalijaga, ia memercayai hal itu, karenanya dipelajari dengan saksama wayang kulit dan musik karawitan sebelum ia bersyiar kepada masyarakat Jawa.

Lantas apa yang asyik? Musik jelas tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dalam musik terkandung unsur bunyi dan kesenyapan, ritme atau irama, pengulangan, keteraturan sekaligus ketakberaturan, penekanan, intensitas, pelepasan, dinamika, dan tempo. Manusia adalah orkestra dan semua unsur musik itu juga terdapat

dalam metabolisme tubuh kita. Tuhan tidak menciptakan kita hanya secara jasmani tetapi juga meniupkan ruh yang bermusik dengan komposisi

mahasempurna. Setiap organ tubuh melaksanakan fungsinya masing-masing, walaupun berbeda-beda tetapi bekerja sama dengan harmonisasi

yang luar biasa sehingga tercipta keseimbangan yang menjadikan kita tetap hidup. Jika salah satu instrumen tubuh kita, jangankan sampai tak berfungsi, tetap berfungsi tetapi tidak mematuhi aransemen yang sudah ditulis saja, misalkan jantung berdetak dengan irama yang tak beraturan (aritmis), maka peredaran darah akan terganggu dan ini sudah pasti berdampak terhadap instrumen lain dan harmoni kehidupan secara keseluruhan.

@ Ritmanto Saleh - Redaktur Seni Musik

Hidup Asyik

dengan

E

ditorial

(7)

7

6

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

ALI pertama saya mengenal dan kemudian menyukai dunia teater ketika saya tinggal di Yogyakarta pada 2003 - 2005. Saat itu saya sedang mempelajari Bahasa Perancis di Lembaga Indonesia Perancis (LIP), di Jalan Sagan Jogja. Karena LIP itu Pusat kebudayaan Perancis yang ada di Jogja maka di tempat tersebut secara rutin, bahkan hampir setiap hari sebagai program digelar pertunjukan seni dan budaya dengan beragam bentuk artistik yang disajikan, seperti seni musik, tari, pameran seni rupa, pertunjukan teater, dan lain-lain. Aktivitas kesenian dan kebudayaan tersebut dilakukan oleh sejumlah peseni atau pemerhati budaya dari seluruh dunia, khususnya para peseni dalam kota Jogja sendiri.

Pada saat itulah saya sering sekali menyaksikan pertunjukan teater dari berbagai kelompok teater yang mempresentasikan karyanya dan membuat saya menyukai, sangat tertarik, dan ingin mempelajarinya. Hingga pada akhirnya seperti menjadi candu untuk menyaksikan pertunjukan teater di manapun kegiatannya berlangsung.

K

7

Bertolak dari Mendalami Teater di

Komunitas Teater Gunung (Kotag)

Pengenalan tentang dunia seni teater dapat dilakukan di mana saja, pada kapan saja, dan oleh siapa

saja dalam kehidupan sehari-hari. Kehidupan adalah teater yang berlangsung alamiah yang kemudian

para peteater memetiknya dengan polesan seni. Lalu dipertunjukkan pada kehidupan pula yang dapat

menginpirasi siapa pun untuk mendalaminya.

K

iprah Teater

7

Pada 2005, ketika saya pulang ke Bogor, tepatnya daerah Puncak, ada seorang kawan mengajak untuk bergabung ke dalam kelompok teater yang baru saja dibentuk, Komunitas Teater Gunung yang disingkat menjadi Kotag, di sekitar tempat saya tinggal, yaitu Kampung Joglo, Desa Cibereum, Cisarua, Puncak, Bogor.

Kotag diprakarsai oleh seorang peteater H Freddie Arsi, orangtua dari kelompok teater Sanggar Matahari dan kelompok musikalisasi puisi bersaudara Deavis Sanggar Matahari

Jakarta. Freddie yang anak-anak sanggar memanggilnya dengan sebutan Papah, atas permintaannya sendiri agar di dalam sanggar terasa suasana kekeluargaan yang kental, dan itu telah terbukti. Freddie-lah yang membimbing, memberi ilmu teater, dan mengajarkan ilmu kehidupan yang sesungguhnya.

@ Yulia Darnis

7

(8)

9

8

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

K

iprah Teater

Sebagai awal pertunjukan yang digarap dari hasil latihan selama dua minggu saja yaitu pembacaan puisi kelompok (teaterikal) yang dipentaskan di Pentas Seni Pesisir, kam-pung nelayan di daerah Cilincing, Jakarta Utara. Sebuah pembelajaran yang luar biasa, ketika kami yang notabene orang gunung dihadapkan dengan kehidupan masyarakat laut atau pesisir, sungguh mempertemukan asam di gunung dan garam di laut yang sangat bertolak belakang

secara kebiasaan hidup.

Waktu berlalu, kegiatan Sanggar Kotag terus berjalan, ilmu teater terus dialirkan oleh Papah, anggota sanggar ber-tambah terus, dan silih berganti berproses secara alamiah hingga bertemu dengan peristiwa budaya selanjutnya, yaitu sebuah kelompok pemuda meminta kami terlibat di seminar penyalahgunaan narkoba yang digelar di

Ho-di dua tempat. Pertama, Ho-di Kampung Joglo senHo-diri yang

kedua di kediaman seorang sahabat Kotag, Irsan Utoyo, di

jalan raya Puncak, Cipayung, Cibogo.

Pada 2007 memproduksi pementasan dari naskah Pancer

Pajajaran karya Eman Sulaeman. naskah ini diperoleh

langsung dari tangan pemerhati budaya Eman Sulaeman ketika kami sowan ke kediaman nya di daerah Bantar, Kemang, Bogor. Di situlah Eman mengusulkanagar kami memainkan Pancer Pajajaran naskahnya. Usul itu disambut baik oleh Papah dan teman-teman Kotag. Tak berapa lama naskah tersebut diproses hingga menjadi sajian pertunjuk-an, lalu dipentaskan kali pertama di Kampung Joglo sendiri, tepatnya di Villa yang dijaga oleh Hamid Alkatiri (Ajum) Ketua Kotag saat itu. Yang kedua Pancer Pajajaran dipen-taskan di Kafe Telapak, Kota Bogor pada momen Hari Jadi Kota Bogor pada 2007.

Pada 2007 saya sebagai aktor terlibat diproduksi Teater Sanggar Matahari dalam rangka acara final Festival Teater Jakarta di Taman Ismail Marzuki dengan naskah Aljabar karya Zak Sorga, dengan sutradara Dediesputera Siregar; pada 2008 mementaskan Ruang Tunggu Terakhir karya/ sutradara Dediesputera Siregar; pada 2009 mementaskan

Kebinasaan-kan karya/ sutradara Dediesputera Siregar;

tel Lembah Safari. Karya digarap lebih luas walaupun menjadi satu paket pertunju-kan, yaitu menggabungkan pertunjukan musik, monolog, dan puisi. Saat itulah kali per-tama saya membuat karya monolog yang ditulis dan dimainkan sendiri. Pada 2006 menggarap nas-kah Darah Merah Bumi

Mem-basah karya dan disutradarai

oleh Papah Freddie sendiri, yang kemudian dipentaskan

(9)

9

8

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

pada 2008 menggelar karya pantun legenda-ris Pantun Pacilong Ngadegna Dayeuh Bogor dengan sutradara H Freddie Arsi, yang ber-cerita tentang sejarah berdirinya Kota Bogor digarap dengan teaterikal dan dipentaskan pada acara launching berdirinya Komunitas Kampoeng Bogor di IPB, Baranang Siang, Kota Bogor. Juga pentas di acara Seminar Penyalahgunaan narkoba II di Aula Hotel Dirga Cibulan, Cisarua, Puncak Bogor; pada 2009 menggarap naskah Malam Jahanam

Dalam kurun 2012 - 2015 saya menjadi pengajar teater di Sanggar Budaya Aksi Kampung Budaya dan Ramah Anak yang bertempat di desa Pakancilan, Megamendung, yang sekarang berganti nama menjadi Rumah Budaya HMA milik seorang penulis, Halimah Munawir Anwar. Pada 2019 saya mengajar teater di Darma Pertiwi (Organisasi Istri Perwira AD, AL, AU) di Kantor Pusat Menteng, Jakarta Pusat dan pada 2020 saya mengajar Teater di SMPn 2 Cisarua, Bogor.

Pada 2013, 2015, dan 2017 saya dilibatkan oleh Komite Seni Rupa DKJ dalam penyelenggaraan Pameran Seni Rupa Kontemporer Jakarta Biennale dan diberi tanggung jawab sebagai manajer

hospitality.

karya Motinggo Busye dan pentas di tiga tempat: di Kampung Jog-lo, di Universitas Islam 45 UnISMA, Bekasi, dan di Warung Apresiasi (Wapress), Bulungan; pada 2010 Kotag mengikuti Festival Teater Jakarta Timur dengan menggarap naskah Kebinasaan-kan, dengan sutradara saya sendiri; pada 2011 menggarap naskah Bui karya Achudiat dengan sutradara saya sendiri; pada 2011 pentas

Kebina-saan-kan karya Dediesputera Siregar, dengan sutradara H

Fred-die Arsi di Hotel Grand USSU Kopo; pada 2012 saya dilibatkan di Festival Teater Jakarta oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta sebagai panitia penyelenggara dengan kedudukan sebagai admin; pada 2014 masih staf admin; dan pada 2016 saya diangkat oleh Afrizal Malna Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta saat itu, menjadi manajer produksi dalam Festival Teater Jakrta 2016.

9

(10)

11

10

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

ERnYATAAn itu sekaligus mencerminkan bahwa rata-rata orang Indonesia berbakat dalam seni musik. Suatu hari salah satu teman kami dari Kanada menya-takan keheranannya. Ketika itu kami sedang berada di salah satu pelosok terpencil di Provinsi Riau dalam menyaksikan pelaksanaan upacara bendera di suatu SD. Menurutnya anak-anak SD ini bernyanyi jauh lebih baik daripada anak-anak-anak-anak Kanada. Lagu Indonesia Raya yang mereka nyanyikan secara

unisono benar-benar terdengar satu suara, katanya. Memang

bukan pitch perfect tetapi mereka punya pemahaman yang baik atas konsep melodi dan ritmik. Kami kira dia bercanda, namun dia benar-benar serius dengan perkataannya. Dialog pendek itu lantas sering hinggap dan pergi dari pemikiran kami selama bertahun-tahun, seiring de ngan pertemuan kami dengan orang-orang dari berbagai belahan dunia. Semakin banyak orang asing yang kami temui, semakin kami yakin bahwa pendapat teman kami si Kanada itu benar; orang Indonesia memang punya indera pendengaran yang lebih baik daripada rata-rata orang pada umumnya di seluruh dunia. Bukan hanya karena orang-orang dari beberapa etnis tertentu seperti Tapanuli, Maluku, Minahasa, dan nusa Teng-gara Timur rata-rata bisa langsung bernyanyi dengan harmoni

Perjalanan Musik di Indonesia

Dari Masa ke Masa

P

B

ahasan Utama

Entah kami ini menjadi pihak keberapa yang merasa setuju dan penuh kebanggan

menanggapi pernyataan bahwa Indonesia adalah sekeping surga yang jatuh ke bumi.

Salah satu unsur surgawi yang menjadi kebanggaan kami adalah seni musiknya yang

demikian indah dan memiliki keragaman yang bisa dikatakan tak terhingga.

secara spontan tetapi juga karena banyak orang Indonesia yang ketika belajar bahasa asing bisa mencapai tingkat kefasihan tanpa logat atau aksen. Seperti halnya musik, baha-sa pun memiliki unsur melodi, aksen, dan ritmik dalam intona-si dan frasering. Bah kan di banyak bahasa naik-turunnya nada, panjang-pendeknya suku kata, dan penempatan penekanan

Era Seputar Proklamasi

Di pertengahan 1920-an muncul nama Miss Riboet di kancah permusikan Tanah Air. Miss Riboet merupakan nama rombong-an teater-opera yrombong-ang populer di Jakarta, yrombong-ang mengambil na ma dari salah satu pemerannya. Ketika itu radio dan industri musik rekaman masih jadi barang langka. Penikmat musik me muaskan kebutuhan akan hiburan musik dengan menonton pertunjukan-pertunjukan yang digelar oleh kelompok-kelom-pok seperti ini. Tercatat selain Miss Riboet, di Jakarta juga ada kelompok Darda nella, dan di Medan ada Opera Dahlia. Persaing an di antara mereka sangat seru ketika itu karena semua ingin jadi yang terbaik. Para pemusik, aktor, dan ak tris terbaik selalu jadi rebutan di antara mereka sehing-ga menimbul kan intrik dan gosip yang seringkali menjadi

headline di media massa. Dalam lingkungan dan iklim seperti

ini lah bakat-bakat musik Indonesia terbina menjadi pemusik-pemusik berkualitas tinggi. Di antara nama-nama yang lantas tenar dari era ini adalah Jack Lesmana dan Tan Tjeng Bok. bisa berpengaruh ter hadap

arti kata atau kalimat. Beberapa putra-putri Ibu Pertiwi mencapai ketenar-an di luar negeri karena modal pendengaran dan pengucap annya. Sebutlah Anggun, Ananda Sukarlan, Discus, Mocca, Agnez Mo, Joey Alexander, Rich Brian, Claudia Emmanuela Santo-so, niki Zefanya, dan yang sedang hits, Fiki naki yang dengan obrolan-obrolan

multi-lingual-nya walaupun

receh tetapi viral.

(11)

11

10

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Selain kelompok-kelompok tersebut di kota-kota yang tidak memiliki kelompok teater-opera muncul band-band yang hanya bermusik saja. Tercatat di Surabaya ada kelompok White Dove dan di Makassar ada kelompok Black and White. Mereka memainkan musik jazz yang ketika itu sedang menanjak popularitasnya di Amerika.

Musik bagi Indonesia punya banyak dimensi. Salah satu yang terpenting adalah dimensi sosial-politik yang ikut berperan penting dalam perjalanan bangsa Indonesia melewati masa transisi dari wilayah jajahan menjadi negara merdeka dan berdaulat. Tak heran jika pada masa revolusi, lagu-lagu kebangsaan seperti Maju Tak Gentar dan Gugur

Bunga menyeruak ke kancah popularitas. Momen sejarah

terjadi ketika WR Soepratman di depan para pendiri re-publik ini membawakan komposisinya yang kelak menjadi lagu kebangsaan, Indonesia Raya. Rancangan lagu yang digubah pada 1924 ini dibawakan menggunakan instrumen biola pada penutupan Kongres Pemuda, 1928. Energi yang menggelora dalam komposisi tersebut jelas mengandung nilai sastra dan sekaligus menjadikan sang penggubah se-orang visioner. Liriknya kuat menyerukan secara berulang kata “Merdeka” sebagai slogan yang ditempatkan pada bagian refrain. Bagian ini biasanya memang dimaksudkan sebagai klimaks dari sebuah komposisi. Risiko yang sangat tinggi ini diambil oleh WR Supratman sebagai penggubah lagu. Meski tahu Belanda bisa saja menangkapnya sewak-tu-waktu, beliau punya visi bahwa Indonesia memang akan segera menjadi negara merdeka. WR Soepratman juga tercatat sebagai anggota kelompok jazz Black-White. Sementara itu di sisi lain, walaupun berada dalam penjajah-an, di Indonesia tetap terjadi gerakan dalam seni musik. Kekuasaan penjajah tidak serta-merta mematikan seni musik yang sudah mengakar di dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Selain seni musik rakyat atau tradisional yang begitu beraneka ragam di seluruh wilayah kepulauan nusan-tara, genre yang paling populer kala itu adalah keroncong. Geliat orkes keroncong di Jakarta sudah terasa di Kampung Tugu sejak kedatangan Portugis, kemudian bergerak ke Kemayoran. Selain WR Supratman, nama-nama yang juga

tenar di masa pra-proklamasi adalah Gesang Martohartono dengan Bengawan Solo-nya, komposer Kusbini serta yanyi Miss Rukiah, S Abdullah dan penyanyi yang juga pen-cipta lagu berstatus tunanetra, Annie Landouw. Gejala-gejala popularitas keroncong semakin nyata dengan adanya momen kemerdekaan Indonesia yang berarti bahwa rakyat Indonesia bebas bermusik tanpa khawatir lagi akan adanya represi dari pihak penjajah.

Era 1950-an

Beberapa sumber menyebutkan bahwa di era ini pentas musik di Indonesia banyak diramaikan oleh pemusik-pemusik dari Malaysia dan Singapura. Bisa dimaklumi mengingat kebebasan berekspresi belum lama diperoleh dan perlu cukup waktu sampai tiba saat lahirnya bintang musik yang benar-benar produk Indonesia. Beberapa nama besar pemusik Indonesia yang sudah muncul pada era ini di antaranya adalah Ismail Marzuki, Mochtar Embut, Rahmat Mathovani, A. Usman, Saleh Sartono, Bing Slamet, Iskandar, dan Sam Saimun. Keroncong yang memang sudah populer di dasawarsa sebelumnya pun semakin digemari.

Di luar itu semua Indonesia patut bangga dengan kontribusi anak bangsa di peta permusikan dunia. Pada dasawarsa

ini, di Surabaya ada sekelompok kakak-beradik asal nusa Tenggara Timur yang merupakan calon bintang internasional. Sayang nya kondisi sosial-politik dalam negeri khususnya iklim permusikan tidak terlalu menguntungkan mereka sehingga kelompok ini pindah ke Belanda. Band ini terbentuk tahun 1945 dan menamakan diri Tielman Brothers (Baca rubrik

Histo-ri Seni di halaman 33). Tak kurang daHisto-ri seorang Klaus Meine,

vokalis Scorpions dari Jerman menyatakan terkesan dengan penampilan mereka yang sempat disaksikannya di masa kecil. Pernyataan yang langsung disambut riuh tepuk tangan hadirin ini dilontarkannya pada konferensi pers sebelum Scorpions dan Whitesnake menggelar konser JogjaRockarta di awal tahun lalu, tepat sebelum merebak nya Pandemi Covid-19. Di sisi musik tradisional tercatat nama RC. Hardjosoebroto, pendidik, dan Ki nartosabdo, dalang-instrumentalis. Mereka produktif menciptakan lagu-lagu berbahasa Jawa yang tetap lestari sampai saat ini bahkan menginspirasi pemusik-pemusik tenar generasi pemusik yang dilahirkan jauh sesudah mereka. Era 1960-an

Dasawarsa 1960-an bisa dikatakan sebagai peralihan dari era orkes ke era band. Orkes diasosiasikan dengan instrumen akustik, sementara band memainkan instrumen elektrik. Banyak kelompok orkes populer di masa itu berasal dari Tanah Minang, seperti Zaenal Combo, Gumarang dan Kumbang Tjari. Inilah yang menjadi penyebab populernya lagu-lagu Minang pada era ini di antaranya melalui vokal Elly Kasim, Oslan Husein, nuskan Sjarif, dan nurseha. namun selain mereka ada juga orkes yang bukan Minang di antaranya Eka Djaja Combo dari Bandung yang kemudian lebih tenar setelah menjadi Los Morenos, juga Munif dan Orkesnja dan Orkes Kelana Ria yang keduanya berspesialisasi pada musik gambus. Keroncong yang sudah lebih dahulu populer pun mengalami puncak kejayaannya di era ini. Banyak orkes keroncong di daerah-daerah bermunculan yang didukung oleh instansi- instansi pemerintah terutama RRI dan TVRI. Generasi pe-nyanyi keroncong pada era ini pun kemudian menjadi legenda seperti Enny Kusrini, Wal djinah, Bram Titaley, dan Toto Sal-mon yang populer dengan sebutan buaya keroncong.

l Karya: Didie SW l Judul: Pemain Biola l Medium:

Tinta di kertas l Ukuran: 29.7x21 cm l Tahun: 2021

(12)

13

12

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

B

ahasan Utama

Di sisi lain, di kubu band mulai terbentuk kelompok-kelompok yang lebih kecil, beranggotakan antara 4 - 6 orang. Unik-nya beberapa di antara mereka mengawali karier di kurun waktu yang hampir bersamaan, dengan merantau ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, dan Filipina. Di antara band-band tersebut adalah The Steps, The Pro’s, The Rollies, dan The Peels. Selain mereka ada juga yang hanya bermain di dalam negeri seperti Buana Suara dan Kwartet Bintang. Bagi negara yang relatif masih muda, musik Indonesia pada awal ‘60-an bisa dikatakan sudah mampu bertumpu dan menapak dengan kukuh di bumi nusantara. Tokoh- tokoh pembaru musik sudah semakin mantap dengan karya-karyanya, dan genre musik yang populer juga sema-kin beragam. Jika di atas sudah disinggung tentang musik gambus yang dibawa oleh warga turunan Arab, maka menguat nya pengaruh Minang yang akarnya adalah bu-daya Melayu, bercampur dengan instrumen tabla dan sitar dari India juga suling bambu yang populer sebagai instru-men musik rakyat di hampir seluruh kepulauan nusantara bermuara pada lahirnya genre musik melayu yang ditandai dengan munculnya penyanyi Ellya Khadam dan Ida Laila. Tak boleh dilupakan adalah musik klasik yang juga dikenal dengan seriosa. Sempat mendapatkan stigma sebagai musik kolonial, pesonanya tak bisa dimungkiri oleh peng-gemar musik kita. Di genre ini kembali kita harus menyebut nama Ismail Marzuki dan Mochtar Embut, selain itu juga FX Soetopo, R Maladi, Suwandi, n Simanungkalit, Binsar Si-tompul, Iravati M. Sudiarso, Cornel Simanjuntak, dan Trisutji Kamal yang karya-karyanya tercatat di dalam repertoar lagu seriosa Indonesia. Sementara itu penyanyi dari genre ini di antaranya adalah Rose Pandanwangi dan Pranawengrum Katamsi, serta bapak seriosa Indonesia, Pranadjaja. Fenomena yang cukup menarik adalah dengan adanya kemiripan dalam pola perkembangan musik di Indonesia

dengan di Amerika. Awal ‘60-an Amerika dilanda demam romantisme dengan penyanyi-penyanyi seperti nat King Cole, Frank Sinatra, Matt Monro, Connie Francis, Carole King, serta Elvis Presley dan Chuck Berry yang mulai lebih berjingkrak dengan rock ‘n roll-nya. Jingkrakan ini ditimpali serbuan oleh British Invasion, kemudian puncaknya adalah ledakan yang disulut oleh The Beatles. Sementara di Indonesia, muncul penyanyi-pe nyanyi seperti Titiek Puspa, Lilies Suryani, pasangan Onny Soerjono-Tuty Soebardjo, duo Pattie Bersaudara, Herry noerdi, Ernie Djohan, Rachmat Kartolo, Alfian, Tetty Kadi dan sebagainya, yang rata-rata romantis dijingkraki Ellya Khadam dan Ida Laila dengan irama melayu, ditimpali serbuan oleh Minang Invasion, kemudian puncaknya adalah ledakan yang disulut oleh Koes Plus.

berkembang namun diam-diam mendapat banyak simpati dan menjadi musik rakyat. Tak banyak yang mengetahui bahwa sebenarnya perintis genre ini adalah Muhammad Mashabi yang pada era ‘50-an ini menambahkan sedikit instrumen pada musik Melayu yang terkesan agak kaku hingga menghasilkan musik yang lebih luwes dan bisa dinikmati banyak kalangan. Yang menggembirakan di era ini adalah kesa-dar an akan adanya kekosongan dalam reper-toar lagu anak-anak. Selama ini yang diajarkan kepada anak-anak pada umumnya adalah lagu-lagu daerah atau folklor. Kekosongan ini kemu-dian diisi oleh karya-karya dari para komponis spesialis lagu anak seperti Pak Dal, AT Mahmud, Ibu Sud, dan pasangan Pak Kasur-Bu Kasur. Karya-karya mereka sedemikian monumental sehingga sampai saat ini anak-anak Indonesia tetap mengenal lagu-lagu yang juga dipelajari oleh para orangtuanya semasa kecil dulu. Era 1970-an

Fenomena The Beatles yang demikian mele-dak dalam industri musik dunia memberikan dampak yang besar bagi industri musik nasional. Popularitas musik pop semakin tak terben-dung. Pengaruh band-band dunia seperti The Bee Gees, The Rolling Stones, ABBA, Boney M, Kool and the Gang, Earth Wind and Fire, Queen, Creedence Clearwater Revival (CCR), maupun pemusik-pemusik solo seperti Rod Stewart, Elton John, David Bowie, Stevie Wonder, Eric Clap-ton, Billy Joel, dan sebagainya semakin cepat diterima oleh pemusik-pemusik Indonesia dipacu

l Karya: M Sodik l Judul: Figur I l Medium: Cat minyak di kanvas l Ukuran: 70x90 cm l Tahun: 2020

Pesatnya perkem-bangan musik pop dengan cepat menyusul populari-tas keroncong yang selama ini menjadi primadona industri musik. Perkem-bangan ini cukup mengkhawatirkan para buaya keron-cong karena dengan semakin berkem-bangnya teknologi, penggemar musik pop yang berkiblat ke barat semakin banyak sementara mendekati akhir daswarsa peminat keroncong cende-rung stagnan, hanya bertahan dengan

penggemar-peng-gemar lama dengan pertambahan pengpenggemar-peng-gemar baru yang tak signifikan dibandingkan dengan penggemar musik pop. Sementara musik gambus semakin terdesak menjadi marginal. Sebaliknya irama melayu walaupun belum terlalu

dengan teknologi rekaman dan penyiaran yang semakin berkembang. Dampak yang paling jelas adalah menjamur-nya band-band di kota-kota besar Indonesia di sekitar awal dasawarsa. Di antara band-band tersebut adalah

(13)

13

12

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

13

rite’s, Panbers, D’Lloyd, The Mercy’s, Usman Bersaudara, Kembar Group, Bimbo, Madesya, no Koes, dan sebagainya. Juga penyanyi-penyanyi pop solo seperti Anna Matovani, Aida Mustafa, Fenty Effendy, Ida Royani, Titiek Sandhora, Emillia Contessa, Grace Simon, Broery Marantika, Deddy Damhudi, Duddy Iskandar, Frans Daromez, Eddy Silitonga, Ade Manuhutu, Vivi Sumanti, dan yang lainnya. Bakat-bakat musik natural dari berbagai latar belakang etnis yang tampil berkelompokpun mendapat tempat lebih luas di era ini. Se-lain Pattie Bersaudara yang sudah lebih dulu tenar, muncul pula di era ini Yanti Bersaudara yang merupakan adik-adik dari kelompok Bimbo, nidya Sisters, Lex’s Trio, Pahama, nasution Sisters, Masnait Vocal Group, dan lain-lain. Harus diakui bahwa dasawarsa ‘70-an adalah periode yang paling kreatif dalam perkembangan musik dunia. Dipicu oleh festival Woodstock pada 1969, iklim permusikan dunia menyodorkan kepada publik pilihan genre musik yang demikian luas. Pilihan ini adalah hasil dari eksperimen dan riset yang dilakukan oleh dua kelompok besar pemusik. Di satu sisi adalah para punggawa black music (jazz dan RnB) di bawah naungan label Motown dan di sisi lain adalah para ksatria hard rock-art rock yang bergerak dalam format band. Sama-sama ingar-bingar namun dengan latar belakang dan tujuan bermusik yang berbeda. Banyak dari produk Motown yang sampai ke Indonesia disambut meri-ah oleh para penggila pesta di lantai diskotek dan dikenal sebagai musik disko. Pemusik kita yang meresponnya di antaranya adalah kelompok Chaseiro yang lebih condong kepada sisi jazznya dan itupun terjadinya baru pada paruh kedua era ini. Sementara itu dengan karakter yang lantang, sangar, gagah, megah, dan terkadang rumit, musik rock direspons secara positif oleh para pemusik Indonesia. Pengaruh band-band besar seperti Deep Purple, ELP, Led Zeppelin, Genesis, Pink Floyd, King Crimson, Black Sab-bath, The Who, Chicago, Uriah Heep, Rush, dan sebagainya langsung terasa pada band-band kita seperti God Bless, AKA, SAS, Superkid, Rollies, Ternchem, Giant Steps, Freedom, dan lain-lain. Jika di paruh pertama dasawarsa ini lebih banyak unsur hard rock yang diserap oleh para pemusik kita, maka

di paruh kedua mulai terasa unsur art atau progressive dengan tampilnya band-band seperti Abbhama, Guruh & Gypsy, DKSB, Gank Pegang-saan, dan sebagainya. Salah satu adikarya musik Indonesia yang tercipta pada periode ini adalah album soundtrack film

Badai Pasti Berlalu garapan

grup rock Elpamas, naniel K masuk ke Kantata Takwa bergabung dengan Sawung Jabo dan Iwan Fals, sementara Gombloh bersolo karier dengan tetap konsisten pada jalur folk. Di era ini pula musik reggae yang dipopulerkan oleh Bob Marley mulai dikenal secara luas di Indonesia meski pemahaman tentang musik reggae pada saat itu masih belum tepat. Ada lagu Indonesia yang mencantumkan kata reggae pada judulnya dan sempat naik-turun tangga lagu-lagu pop tapi tidak punya ciri-ciri khas reggae seperti yang dibawakan oleh Bob Marley, malah cenderung lebih mirip musik latin yang dicampur disko.

nasib yang agak memprihatinkan dialami oleh keroncong yang penggemarnya semakin berkurang sehingga me-nempati posisi marginal seperti gambus. namun demikian keroncong masih lebih beruntung bisa bertahan sebab masih ada karya-karya orisinil yang dihasilkan - termasuk oleh Koes Plus - walaupun dengan jumlah yang lebih sedikit diban dingkan dasawarsa sebelumnya. Generasi ini pun masih punya penyanyi legendaris keroncong yaitu Mus Mulyadi yang sebelumnya adalah vokalis grup Favourite’s dan penyanyi serba bisa Hetty Koes Endang. Hal ini berkon-tradiksi dengan irama melayu yang ibarat sudah dibuka kuncinya oleh Ellya Khadam dan Ida Laila di dasawarsa se-belumnya, di era ini mengalami perkembangan sangat pe-sat dengan muncul nya Rhoma Irama, si raja dangdut yang banyak dipengaruhi Deep Purple dalam menulis lagu dan memainkan gitarnya, serta nama-nama lain seperti Elvy Sukaesih, Rita Sugiarto, Muchsin Alatas, Mansyur S, Latief M, Ida Laila, A Rafiq, OM PSP, OM PMR dan sebagainya. Erros Djarot, mengomandani Badai Band yang terdiri dari

Chrisye, Jockie Surjoprajogo, Fariz RM, Keenan nasution, Debby nasution, dan Berlian Hutauruk. Saking suksesnya album ini sampai dua kali di-remake yaitu pada 1999 oleh Erwin Gutawa dan 2007 oleh Andi Rianto.

Perkembangan ini menjadikan genre musik semakin be ragam lagi daripada dasawarsa sebelumnya. Pemusik-pemusik kita yang mendengarkan Joan Baez, Bob Dylan, Janis Joplin, dan Simon & Garfunkel segera mengidentifi-kasi musik folk yang mereka bawakan dan menciptakan karya-karya mereka sendiri. Kita mungkin lebih men-genal genre ini sebagai balada. Adapun para pemusiknya di antaranya Ully Harry Rusadi, Iwan Fals, Ebiet G Ade, Sirkus Barock, Kelompok Kampungan, dan grup Lemon Trees Anno ‘69. Yang unik dari band terakhir ini adalah be berapa dari anggotanya kemudian keluar dan tenar de ngan grup masing-masing yaitu Leo Kristi dengan grup Konser Rakyat, Franky Sahilatua berduet dengan adiknya, Jane, drumer Totok Tewel bermetamorfosis menjadi gitaris

13

(14)

15

14

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

B

ahasan Utama

Di era ini pula istilah dang-dut melesat popularitas-nya menggan-tikan irama melayu.

Pembuatan dan penyajian komposisi musik elek tronik juga dipermudah dengan ada nya MIDI. Dua kubu ingar-bingar yang sempat disinggung di era sebelumnya pun jadi inspirasi banyak pemusik dalam melakukan rekayasa dalam kompo-sisi mereka. Eksperimen yang mengawinkan unsur jazz dan rock ini menghasilkan genre keren berjuluk fusion. Genre ini dipelopori di antaranya oleh label GRP termasuk Chick Corea, Lee Ritenour, Yellowjackets, Spyro Gyra (Amerika) dan band-band lain seperti Casiopea (Jepang), Uzeb (Kanada), Sixun (Perancis), Mezzoforte (Islandia), dan lain-lain.

Di antara pemusik Indonesia yang paling sigap menang-kap tren ini adalah Fariz RM, saking hiperaktifnya. Di awal dasawarsa tampaknya dia terobsesi dengan fusion dan art rock yang kemudian lebih dikenal dengan progressive rock. Donna Sumarna, norma Yunita, Ari A. Riyanto, dan

lain-lain. Demikian produktifnya pasar lagu anak di masa itu sehingga profesor musik dan komposer Tjut nyak Deviana Daudsjah pun menyebut dasawarsa ‘60-an dan ‘70-an sebagai masa keemasan untuk lagu anak-anak. Era 1980-an

Era ini ditandai dengan eksplorasi secara intensif pada teknologi musik yang berkembang dengan pesat terutama pada genre musik elektronik khususnya di ranah sound. Ini terjadi karena eksplorasi pada ranah penulisan dan penya jian komposisi yang sudah sangat banyak dilaku-kan di dasawarsa sebelumnya dengan rekayasa birama, progresi akord, lirik, skill, showmanship, dan sebagainya hanya menyisakan sedikit celah bagi para

pemusik pada era ini untuk menghasilkan kreasi yang fenomenal tapi tetap laku di pasar. Yang masih ingin lebih kencang dan lebih berisik melanjutkan penjelajahan mereka dengan memperkeras volume dan mempercepat tempo yang biasanya dib-awakan oleh Led Zeppelin dan Deep Purple, jadilah heavy metal. Bagaimana dengan mereka yang tak mengandalkan kecepatan & kekuatan? De ngan luasnya pilihan sound dan kemung kinan rekayasa yang disediakan oleh kemajuan teknologi yang mengawali era digitalisasi musik, mereka menciptakan genre baru dalam industri musik yaitu Punk atau menghanyutkan diri pada ombak baru; new

Wave. Trend ini sebenarnya sudah terlacak geliatnya sejak akhir ‘70-an dengan munculnya The Police di Inggris, Mo di Belanda, dan pemusik-pemusik lain seperti Duran Duran, Men At Work, Howard Jones, Depeche Mode, Thomas Dolby, Blondie, Joan Jett, nena, dan sebagainya. namun demikian new wave bukanlah satu-satunya genre yang menjadi ikon era ‘80-an. Musik elektronik menjadi mainan baru yang meng asyikkan bagi para pemusik untuk diutak-atik se hingga menghasilkan beberapa subgenre seperti synth-pop, krautrock, hip hop, dan EDM.

Sempat membentuk band Transs yang bergenre fusion bersama Erwin Gutawa di awal dasawarsa, multi-instru-mentalis ini kemudian seperti ketagihan gonta-ganti band. Di kurun waktu yang hampir bersamaan dia mendirikan Symphony dan Wow! yang genre musiknya sama-sama progressive rock. Selain itu dia pun membentuk Superdigi yang lebih condong ke musik elektronik dan bergabung dengan Jakarta Rhythm Section sambil tetap menggarap proyek-proyek solo serta kolaborasinya. Genre yang Sedikit catatan perlu ditambahkan tentang musik Hawaiian

yang dipopulerkan oleh Jenderal Polisi Hoegeng bersama kelompok The Hawaiian Senior melalui acara reguler yang disiarkan stasiun TVRI. Mereka sempat memperoleh apre-siasi yang tinggi dari publik walaupun dalam kurun waktu yang tak terlalu panjang.

Di sisi lain, fakta yang lebih menggembirakan terjadi pada perkembangan lagu anak. Pada dasawarsa ini bermunculan penyanyi-penyanyi cilik yang banyak di antaranya ada-lah anak dari para artis juga. Generasi pertama penya nyi cilik terdiri dari nanin Sudiar, Astri Ivo, Rano Karno, dan Faradilla Sandy yang muncul di paruh pertama dasawarsa. Sementara di paruh kedua muncul lebih banyak penyanyi cilik generasi berikutnya di antaranya Chicha Koeswoyo, Sari Yok Koeswoyo, Adi Bing Slamet, Iyut Bing Slamet, Joan Tanamal, Dina Mariana, Diana Papilaya, Ira Maya Sopha, Bobby Sandhora, Vien Is Haryanto, Debby Oma Irama,

14

(15)

15

14

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

digarapnya merajai pasar musik pada zamannya dan menjadi cikal-bakal dari genre yang kemudian disebut pop kreatif. Generasi pemusik berikutnya yang juga mengambil jalur fusion di antaranya adalah grup Karimata, Krakatau, Emerald, Modulus, Black Fantasy, Indonesia 6, Halmahera, Spirit 86, niagara, dan sebagainya. Seiring dengan mereka muncul pula penyanyi-penyanyi dengan karakter yang selaras seperti Ruth Sahanaya, Vina Panduwinata, Kema-la Ayu, Trie Utami, Ricky Johanes, Titi Dwijayati, Lydia & Imaniar, Ramona Purba, Harvey Malaiholo, Dian Pramana Poetra, January Christy, Tito Sumarsono, neno Warisman, Utha Likumahuwa, Elfa’s Singers dan lain-lain. Sementara itu di sisi rock bermunculan band-band yang berspesialisasi mem bawakan lagu-lagu dari band luar seperti Bharata (The Beatles), Cockpit (Genesis), Elpamas (Deep Purple), Grass Rock (Yes), Solid 80 (Queen), Punk Modern Band (Rush), dan Acid Speed Band (Rolling Stones). namun itu adalah trend sesaat. nyatanya Slank, walaupun awalnya sering membawakan lagu-lagu band lain akhirnya secara berang-sur makin mantap serta konsisten merekam karya-karya sendiri dan sukses. Sementara itu God Bless masih tetap berkibar sebagai band yang semakin berwibawa terutama setelah sukses merilis album Semut Hitam-meski ditenga-rai mereka menyadur lagu Goin’ Crazy-nya David Lee Roth. Mereka bermunculan di dasawarsa ‘80-an sebagai reaksi atas sudah sedemikian lamanya musik melankolis yang mendayu-dayu mendominasi pasar. namun demikian genre yang sempat mendapat stigma sebagai musik ce-ngeng itupun sebetulnya tidak lantas kehilangan pengge-mar. nama-nama seperti Rinto Harahap, Pance Pondaag, Obbie Messakh, Wahyu OS, dan sebagai nya tetap sukses menghasilkan karya-karya khas mereka dan mengorbit-kan penyanyi-penyanyi seperti Iis Sugianto, Ria Angelina, Christine Panjaitan,Maya Rumantir, nurafni Octavia, nia Daniati, Betharia Sonata, Rita Butarbutar, Diana nasution, Dian Piesesha, Helen Sparingga, Meriam Bellina, Chinta-mi Atmanagara, Anita Carolina Mohede, Yuni Shara, dan lain-lain. Sementara itu para penulis lagu legendaris seperti A Riyanto yang merupakan putra dari pencipta lagu anak, Pak Dal dan Titiek Puspa juga masih tetap aktif

mengor-bitkan penyanyi-penyanyi seperti Jamal Mirdad, Endang S Taurina, Jayanthi Mandasari, Maharani Kahar, Richie Ri-cardo, Ervinna, Euis Darliah, Rina Sidabutar, Endar Pradesa dan lain-lain.

Mulai meredup sejak dasawarsa sebelumnya, keroncong masih tetap bertahan sebagai salah satu pilihan bagi peng-gemar musik di Tanah Air dengan munculnya Sundari Su-koco. Walaupun buaya keroncong Mus Mulyadi masih aktif dan beberapa penyanyi pop seperti Hetty Koes Endang dan Dian Piesesha juga ikut mempertahankan popularitas lagu-lagu berirama keroncong, keadaan ini belum cukup bisa mengangkat keroncong dari keterpinggir an.

Sementara itu dangdut bertambah cepat pertambahan penggemarnya dan semakin diterima sebagai musik rakyat walaupun stigma sebagai musik kelas bawah masih tetap tersemat. Stigma lain yang juga menghinggapi dangdut ada-lah kostum dan penampilan live dari para biduanitanya yang cenderung makin vulgar. namun demikian di era ini dangdut juga mulai diterima oleh kalangan intelektual.

Beberapa pedangdut tercatat pernah merasakan bangku kuliah dan bahkan menamatkan pendidikan kesarjana annya. Selain lagu-lagunya semakin ramai diputar di radio-radio, vi deo-video klip dangdut pun mulai memasuki program- program acara di stasiun-stasiun TV termasuk TV swasta yang pada awalnya tak terkesan peduli pada genre ini. Di era ini para pedangdut senior masih aktif namun penya nyi dan pemusik dangdut baru makin banyak bermunculan. Di antaranya adalah Meggy Z, Evie Tamala, Itje Tresnawati, Ikke nurjanah, Ine Sinthya, Iis Dahlia, dan lain-lain.

Di sektor kelompok vokal berbasis etnis walaupun tak terasa adanya gerakan yang signifikan, tercatat nama Trio Ambisi dan Masnait Vocal Group yang harmoninya cukup sering terdengar.

Musik seriosa mencatat munculnya soprano Tetty Ma-nurung, Aning Katamsi, Binu Sukaman yang juga salah satu vokalis dari grup fusion Black Fantasy dan pianis Ananda Sukarlan. Mezzo-soprano Catharina Leimena yang sebe-narnya sudah berkiprah dalam musik seriosa di dasawarsa sebelumnya, di era ini mendirikan Sanggar Susvara.

Lagu anak-anak masih tetap tinggi popularitasnya dengan kemunculan penyanyi-penyanyi cilik generasi berikutnya di antaranya Hana Pertiwi, Julius Sitanggang, Liza Tanzil, Micky Rainbow, Janter Simorangkir, Puput Melati, Ajeng Triani Sardi, dan lain-lain. Di antara mereka ada yang kon-sisten di jalur musik sampai dewasa seperti novia Kolopa-king, Bondan Prakoso, Rossa, Puput novel, dan Anggun C Sasmi, ada pula yang kemudian pindah ke jalur akting yaitu Ria Irawan. Bedanya dari generasi sebelumnya adalah lebih sedikit dari mereka yang berasal dari keluarga artis. Era 1990-an

Memuncaknya keberisikan dan kecepatan heavy metal dires pons dengan sigap oleh Edane dan beberapa band sejenis seperti Rotor, Siksa Kubur, Tengkorak, Burgerkill, Purgatory, Koil, Pure Saturday, Puppen, dan lain-lain. namun sebenarnya gejala kebangkitan heavy metal di sini sudah terasa sejak tampilnya band-band seperti Power Metal dan Sucker Head menjelang akhir ‘80-an. Sementara bagi sebagian pemusik lain keberisikan dan kecepatan itu sudah kelewatan bagai era Barok bahkan Rokoko bagi para pemuja klasisisme. Dengan adanya kecenderungan itu hadirlah genre alternative dan grunge di peta musik dunia sebagai antitesis dari glam rock dan heavy metal beserta turunan-turunannya. nirvana adalah salah satu band yang sering menjadi acuannya. namun demikian tetap ada be-berapa pemusik yang dengan cerdik meramu heavy metal yang dipadukan dengan progressive rock sehingga

(16)

17

16

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

B

ahasan Utama

16

hasilkan genre progressive metal yang lantas mendapatkan perhatian serius dari pecinta musik di Tanah Air dengan kelompok Dream Theater sebagai acuan utamanya. Di sisi lain terjadi pola peramuan yang hampir sama yaitu antara jazz dengan disko yang menghasilkan acid jazz. Band-band yang sering menjadi referensi pemusik kita di antaranya adalah Incognito, Jamiroquai, dan Brand New Heavies. Yang menarik dari era ini adalah genre-genre baru ini ternyata di sini tidak terlalu direspons segegap-gempita fusion dan progressive rock di era sebelumnya. Band-band kita rata-rata masih a syi k berkutat dengan genre-genre era ‘80-an yang agaknya masih belum puas mereka utak-atik. Sebutlah band Discus yang mengusung bukan progres-sive metal tapi progresprogres-sive rock. Ini bisa dikatakan masih pelanjutan dari Fariz RM dengan Symphony dan Wow!-nya. Juga KLa Project yang juga masih mengusung pop kreatif

orisinal di era ini seperti Changcuters, Club Eighties, dan naif yang berpaling ke retro, Sheila On 7 yang memperba-rui rock ‘n roll à la ‘60-an serta Kahitna yang le bih dikenal sebagai pengusung pop kreatif, padahal awalnya mereka tampil gagah sebagai band fusion. Jika patokan kesuk-sesan pemusik adalah menciptakan karya sendiri yang selaras dengan tren industri musik dunia, maka untungnya masih ada beberapa nama yang bisa disebut untuk era ini yaitu The Groove yang mengusung acid jazz, Plastik yang mengu sung alternatif, dan Iwa K yang ngerap. Selain itu, kita masih bisa menghela napas lega karena ternyata di sektor grunge yang memang cenderung tak terlihat karena sifatnya yang underground ini tercatat ada nama-nama seperti Pestol Aer, Wondergel, Submission, dan Punktat. Era ini juga dikenal sebagai eranya kelompok vokal. Tren ini sebetulnya bukan baru terjadi di era ini, di ‘70-an ada The Osmonds dan The Jacksons Five, di ‘80-an pun ada Menudo, new Edition, dan nKOTB. namun di era ‘90-an ini mereka tumbuh bagai jamur di musim hujan. Sebut saja n’SYnC,

sampai Doel Sumbang tetap disambut baik oleh para penggemar.

Panggung dangdut semakin gegap gempita dengan bertambah luasnya penerimaan masyarakat yang makin cinta terhadap genre yang merupakan

l Karya: Yusuf Dwiyono l Judul: Adelle l

Medium: Cat minyak/ akrilik di kanvas

l Ukuran: 80x90 cm l Tahun: 2019

dengan memanfaatkan hasil-hasil penggalian yang dilakukan oleh band-band fusion di era sebelum-nya, hanya saja dikemas secara lebih ngepop dan komersial dengan penulisan lirik yang lebih saksama. Gemuruhnya progressive metal, grunge, alternative, acid jazz, dan smooth jazz memang terdengar tapi cuma sebatas covering-covering yang dilakukan oleh band-band di kafe atau di show-show eventual. Genre-genre baru itu, yang di luar sana mendapatkan sorotan utama seakan lewat begitu saja di depan hidung para pemusik kita, nyaris tanpa adanya dokumentasi berupa karya orisinal. Ada semacam simpli-fikasi yang dipilih oleh band-band kita yang muncul dengan karya

Boyz II Men, All 4 One, 98 Degrees, Hanson, Moffats, Backstreet Boys, Boyzone, Westlife, Spice Girls, Steps, B*Witched, Atomic Kitten, En Vogue, TLC, Destiny’s Child, Expose, All Saints, dan sebagainya. Pengaruh mereka tentunya sampai juga ke Indonesia dengan muncul-nya kelompok-kelompok seperti Coboy, Lingua, Warna, Tofu, Be-ning, Pals, AB Three, ME, Humania, Jingga, Cool Colors dan lain-lain. namun demikian itu bukan berarti bahwa pemusik solo dan band ke-hilangan penggemar. Karya-karya para pemusik mulai dari Caffeine, Base Jam, Cokelat, Five Minutes, Potret, Gigi, Padi, Dewa, The Fly, Rossa, Rezza Artamevia, Oppie An-daresta, Rita Effendi, Krisdayanti,

perwujudan dari kearifan lokal ini. Manifestasi dari rasa cinta itu selain bisa dilihat dari semakin banyaknya pemusik yang menekuninya dan semakin banyak event yang mem-butuhkannya, juga dari gimmick-

gimmick yang tercipta di sekitarnya

seperti sensasi plus gosip beser-ta panbeser-tauan media abeser-tas mereka. nama-nama baru yang muncul di

antaranya adalah Hamdan ATT, Cici Paramida, Erie Suzan, Caca Handika, dan Imam S Arifin. Di era ini pedangdut Annisa Bahar memulai tren yang seolah mewajibkan setiap pedangdut untuk memiliki goyangan khas masing-masing. Dia mematenkan goyang patah-patah sebagai ciri khasnya. Tren yang tercipta di penghujung dasawarsa ini segera di-ikuti oleh pedangdut-pedangdut di dasawarsa berikutnya. Momen yang sangat penting terjadi pada 1991 yaitu ber-dirinya Twilite Orchestra di bawah pimpinan Addie MS. Orkes yang dikelola secara profesional ini tentunya menjadi tumpuan harapan bagi banyak pecinta musik khususnya musik klasik. Kemudian pada 1995 orkes ini makin lengkap dengan terbentuknya paduan suara yang dinamai Twilite Chorus. Dengan demikian wawasan bermusik masyarakat Indonesia jadi semakin kaya karena orkes ini punya reper-toar yang terbentang dari komposisi-komposisi klasik du-nia, Broadway Musicals, American Standards, soundtrack film, lagu-lagu perjuangan Indonesia sampai ke lagu-lagu pop yang biasa disebut kacangan namun menjadi jauh lebih

(17)

17

16

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

banyak, namun secara musik maupun lirik banyak orang yang merasakan penurunan kualitas. Tema-tema yang diangkat melalui lirik tidak terlalu berfokus pada pembi-naan karakter anak tetapi lebih cenderung mengeksploitasi kelucuan mereka semata.

Era 2000 - 2020

Di era ini kita disuguhi dengan J-Pop yang mulai tumbuh di blantika musik dunia tetapi dilibas secara masif oleh K-Pop sebelum sempat besar. Ledakan yang ditimbulkannya cu-kup dahsyat sebab serbuan ini bukan hanya dalam bentuk musik tapi juga film drama, bahasa, dan merchandise dari mulai aksesoris, produk elektronik dan digital, sampai dengan aplikasi ponsel. Fenomena ini melanda dunia tanpa bisa dicegah oleh siapa pun, termasuk Amerika sebagai raksasanya industri musik dunia. Melihat besarnya potensi

Korean Invasion ini banyak pemusik barat justru

berkola-borasi dengan para pemusik K-Pop. Pengaruhnya bagi Indonesia adalah munculnya kelompok-kelompok sejenis. Di awal era, ketika J-Pop masih berkuasa, di Indonesia muncul band J-Rocks. Sementara ini sekarang ada SM*SH, JKT48, dan Cherrybelle. Kolaborasi pun terjadi pemusik antara musisi dunia dengan musisi Indonesia, misalnya dalam proyek album Mahandini yang digagas oleh Dewa indah dengan aransemen yang digarap secara orkestra. Tak

hanya itu, orkes ini juga punya misi memperkenalkan orkes-tra sejak dini kepada anak-anak Indonesia, di antaranya dengan seringkali mengundang murid-murid dari berbagai sekolah untuk menonton acara gladi resik mereka secara gratis dan melibatkan kelompok-kelompok paduan suara kampus untuk mendukung konser-konsernya. Dampak dari berdirinya orkes ini adalah meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap genre yang langsung berakar dari musik klasik. Kemuncul an mereka ini seolah jadi pemicu munculnya orkes sejenis seperti T & T Orchestra, Purwaca-raka Orchestra, Erwin Gutawa Orchestra, dan sebagainya. Masih dari genre yang sama, di Jakarta muncul pula paduan suara Batavia Madrigal Singers (BMS) di bawah pimpinan Avip Priatna. Paduan suara ini segera menjadi salah satu paduan suara terbaik di dunia dengan pencapaian-penca-paian yang fenomenal pada setiap kejuaraan internasional yang mereka ikuti. Kehadiran BMS sontak mengubah peta paduan suara tanah air yang semula hampir selalu berbasis gereja atau kampus. Kelompok-kelompok paduan suara umum pun bermunculan seperti Impromptu Singers, Terra Voce, dan Difertimento. Sementara itu dari sektor solis dan instrumentalis tercatat nama-nama Linda Sitinjak, Heny Janawati, Eka Deli, Lea Simanjuntak, Christopher Abi-manyu, Daniel Christianto, Aisha Ariadna Pletscher, Maya Hasan, Levi Gunardi, dan lain-lain.

Sementara itu di genre anak masih seperti era sebelumnya semakin banyak bermunculan penyanyi yang tidak berasal dari keluarga artis. Di antara mereka ada nama-nama Chiki-ta Meidy, Trio Kwek Kwek (Dhea Ananda, Leonny VH, dan Alfandy), Trio Saskia, Geofanny dan Angie, Joshua Suher-man, Maissy, Melissa, Susan & Ria Enes, dan lain-lain. Di antara mereka ada yang bertahan sampai remaja atau bah-kan dewasa seperti Enno Lerian, Andien, Eza Yayang, dan Dhea Ananda, namun ada juga yang pindah jalur ke akting seperti nikita Willy, Velove Vexia, dan Alyssa Soebandono. Banyak dari mereka yang menjadi terkenal karena lagu yang dibuat oleh komponis spesialis lagu anak yaitu Papa T Bob. Di era ini meski secara kuantitas pengusungnya tetap

Bujana bekerja sama dengan Jordan Rudess (kibordis Dream Theater), Mohini Dey (basis asal India), Marco Minnemann (drumer asal Jerman) dan pesinden kocak Soimah.

Easy listening

bagaimana-pun masih tetap merajai pasar musik pop kita. nama-nama baru yang muncul di era ini di an-taranya adalah Element, RAn, Mocca, Duo Ratu, Kotak, nidji, Geisha, D’Masiv, Kerispatih, Afgan, Mike Mo-hede, Ecoutez, Rizky Febian, Endah & Rhesa, GAC, Hivi!, Marion Jola, Vidi Aldiano, Lyla, Juliette, dan sebagainya. Di era ini terasa kuat cengkok melayu yang ditampilkan oleh beberapa vokalis band di antaranya Charly (ST12), Ariel (Peterpan/ noah), Teguh (Vagetoz), Zul (Zivilia), dan Rizal (Armada).

(18)

19

18

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Dangdut semakin perkasa dengan kehadiran wajah-wajah baru yang semakin menyegarkan pasar musik Tanah Air, di antaranya adalah Kristina, Iyeth Bustami, Ayu Tingting, Siti Badriah, dan lain-lain. Melanjutkan tren yang sudah diawali oleh Annisa Bahar di era sebelumnya, banyak pedangdut yang muncul di era ini seperti Inul Daratista, Zaskia Gotik, Uut Permatasari, Julia Perez, Dewi Perssik, melengkapi diri dengan menciptakan goyangan khas mereka masing-ma-sing. Selain itu ada subgenre yang meledak popularitasnya yaitu lagu-lagu dangdut berbahasa Jawa atau yang dikenal dengan Campursari. Subgenre ini merupakan perpaduan antara musik tradisional Jawa, keroncong, pop modern, dan dangdut. Diawali oleh Manthou’s di dasawarsa ‘80-an kemudian dilanjutkan di dasawarsa ‘90-an oleh Didi Kem-pot, Anik Sunyahni, Cak Diqin dan Sonny Josz. Subgen re ini mendapatkan momentumnya di dasawarsa 2000-an serta makin semarak dengan hadirnya Via Vallen, nella Kharisma, Soimah, dan lain-lain. Sementara itu keroncong masih bertahan dengan munculnya nama Endah Laras dan Sruti Respati. Masih dari akar etnis Jawa, Sudjiwo Tedjo yang mulai mengeluarkan album pertamanya di pengujung ‘90-an berhasil mencuri perhatian penggemar musik Tanah

B

ahasan Utama

Air dengan albumnya yang diganjar penghargaan video klip terbaik pada Grand Final Video Musik Indonesia 1999 dan terus melaju dengan karya-karyanya di dasawarsa 2000-an sampai saat ini.

Sebagai berkah dari meningkatnya apresiasi masyarakat terhadap musik orkestra dan klasik, bakat-bakat musik Indonesia semakin banyak memperoleh pengakuan dunia

dengan keberhasilan kelompok-kelompok paduan suara yang sukses memenangkan kejuaraan-kejuaraan interna-sional. Di antaranya adalah The Resonanz Children Choir, Exodia Youth Choir, Jakarta Youth Choir, juga kelom-pok-kelompok paduan suara gereja dan kampus seperti Paragita (UI), Agria Swara (IPB), PSM Unpar, PSM UIn, Pangudi Luhur Youth Choir, Tiberias Children Choir, LSPR Choirs, PSM Voca Erudita (UNS), Solafide Voice, Mazmur Chorale, dan lain-lain.Di era ini pula Twilite Chorus meng-gelar konser pertamanya secara mandiri di Singapura (2005) dan sebagai bagian dari Twilite Orchestra di Sydney

(2009) dan Eropa (2013). nama baru yang muncul dari genre ini adalah Putri Ayu dari ajang Indonesia Mencari

Bakat dan Magenta Orchestra. Yang menarik dari

perkem-bangan paduan suara ini adalah munculnya subgenre baru yang justru menolak instrumen atau dikenal sebagai acapella. Subgenre ini sudah ada di barat sana sejak era 50-an dengan sebutan Doo-Wop atau Barbershop. Hanya bermodalkan suara mereka, para anggota paduan suara bernyanyi bersama dengan tata suara sedemikian rupa seh-ingga membentuk harmoni yang biasanya dicapai menggu-nakan instrumen. Di awal 2000-an mereka pada umumnya memang hanya bernyanyi sebab kiblat mereka umumnya adalah King’s Singer, The Swingles, Singers Unlimited, atau Take 6. Memasuki era 2010-an seiring dengan munculnya Beatbox, kelompok-kelompok acapella mendapatkan main-an baru untuk membmain-angun komposisi ymain-ang lebih perkusif dan mendekati komposisi band pada umumnya seperti yang dilakukan oleh Pentatonix dan banyak kelompok acapella lain di seluruh dunia. Walaupun terlambat, di sini trend ini direspon oleh Bianglala Voices, Jamaica Café dan Penta Boyz, dilanjutkan oleh Inner-G, Kinikita, Voxcom, dan sebagainya. Perkembangan selanjutnya yang tidak kalah menarik adalah respon dari kalangan pemusik rohani dengan bermunculan-nya kelompok-kelompok nasyid yang dipelopori oleh Snada dan dilanjutkan oleh Gradasi dan para alumni Festival nasyid Indonesia seperti Alveoli, GSn-2, Launun, Fatih dan dilanjut-kan oleh Vocafarabi, Pizzicato, dan lain-lain.

Sementara di sektor lagu anak walaupun sempat terjadi keraguan atas kualitas karya-karya dari dasawarsa sebelum-nya, nyatannya pasarnya tetap ramai. Keraguan ini dijawab dengan mantap oleh Sherina Munaf. Dengan dua album pertamanya yang diarahkan oleh maestro Elfa Secioria. Anak cerdas berbakat ini berhasil menetapkan standar baru untuk lagu anak. Adapun nama-nama baru yang muncul di antara-nya adalah Angel Pieters, Cindy Cenora, Derby Romero, Dea Imut, Gita Gutawa, Juwita Bahar, Kenny, Marshanda, Sulis, Tasya Kamila, Tina Toon, dan Coboy Junior.

@ Ritmanto Saleh/ IH/ Berbagai sumber

(19)

19

18

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

OLKLOR berasal dari bahasa folklore. Folk memiliki arti sekelompok orang yang memiliki ciri pengenal fisik, sosial, dan kebudayaan. Penanda ini bisa berupa kesamaan bahasa, kepercayaan, mata pencarian, atau ciri fisik seperti warna kulit dan rambut. Yang paling penting adalah mereka memunyai tradisi yang dirasakan sebagai milik bersama. Sedangkan Lore adalah adat dan khazanah pengetahuan yang diwariskan turun-temurun melalui tutur kata atau lisan.

Folklor dapat kita maknai sebagai bagian kebudayaan yang tersebar dan diadatkan turun-temurun dengan cara lisan atau dalam bentuk perbuatan. Folklor merupakan salah satu kajian dalam ilmu antropologi.

Folklor memiliki ciri serta kekhasan sendiri, itu menyebab-kan kedudumenyebab-kan folklor berbeda dari kebudayaan yang lain. Ciri-ciri folklor adalah:

l Pewarisan dan penyebarannya cenderung dilakukan secara lisan melalui tutur kata dari mulut ke mulut.

l Bersifat tradisional, disebarkan dalam bentuk relatif tetap atau dalam bentuk standar.

l Berkembang dalam versi yang berbeda-beda, ini disebab-kan karena penyebarannya secara lisan sehingga folklor mudah mengalami perubahan.

l Bersifat anonim, nama penciptanya sudah tidak diketahui lagi.

l Folklor biasanya memiliki bentuk berumus dan berpola. Kata kata pembukanya misalnya menurut sahibul hikayat atau dalam bahasa Jawa dimulai dengan kalimat anuju

sawijing dina (pada suatu hari).

l Berfungsi sebagai alat pendidik, pelipur lara, protes sosial, dan proyeksi keinginan terpendam.

l Menjadi milik bersama dari masyarakat tertentu. l Bersifat pralogis, yaitu memunyai logika sendiri yang tidak sesuai dengan logika umum.

l Bersifat polos dan lugu, sehingga seringkali terlihat kasar dan spontan.

Secara bentuk foklor bisa dibagi tiga: 1. Folklor Lisan

Folklor ini juga disebut sebagai folklor fakta mental, hal ini mengacu pada bentuk folklor yang hanya memiliki bentuk lisan dan kepercayaan secara mental. Contohnya adalah syair, puisi, nyanyian rakyat tradisional (Jali Jali ), cerita prosa (Malin Kundang, Sangkuriang, Roro Jonggrang), teka-teki, bahasa, dan ungkapan.

2. Folklor Setengah Lisan

Folklor ini tidak hanya berupa lisan tetapi juga didukung oleh perilaku fisik. Folklor ini disebut juga folklor fakta sosial. Contohnya ritual, upacara (Tingkeban, Turun Tanah ), kepercayaan tahayul, tarian (ngibing, Ronggeng, Tayuban), pesta rakyat tradisional (Bersih Desa, Meruwat).

3. Folklor Bukan Lisan

Folklor bukan lisan adalah folklor yang bentuk fisiknya berhubungan dengan benda-benda nyata di dunia. Penggunaan, pakem bentuk, ciri khas dan aturan-aturan di balik benda itulah yang menjadikannya folklor. Folklor bukan lisan disebut juga artefak, kebendaan, atau material. Contohnya adalah rumah, kerajinan, pakaian tradisional, peralatan rumah tangga, obat-obatan, makanan, dan minuman.

Musik tradisional merupakan bagian dari folklor lisan. Musik tradisional adalah cetusan ekspresi atau perasaan melalui nada atau suara, sehingga mengandung lagu atau irama yang hidup dan berkembang dalam masyarakat serta diwariskan secara turun-temurun. Musik ini ditransmisikan secara lisan, musik dengan komposer yang tidak dikenal, juga musik yang dibawakan secara adat dalam waktu yang lama. Musik tradisional bersifat khas yang mencerminkan suatu etnis atau masyarakat tertentu. Karena dalam musik tradisional semua unsur seperti komposisi, struktur, idiom, instrumentasinya, serta gaya maupun elemen-elemen dasar komposisinya seperti melodi dan ritme, semua diambil dari kebudayaan masyarakat itu sendiri. Musik tradisionil memunyai ciri-ciri sebagai berikut: 1. Dipelajari Secara Lisan

Seperti yang sudah dikatakan sebelumnya, musik tradision-al diwariskan secara turun-temurun, yang proses pembela-jarannya dilakukan secara lisan. Ketika satu generasi ingin mewariskannya kepada generasi berikutnya maka hal ini dilakukan secara langsung dari mulut ke mulut secara lisan. 2. Tidak Memiliki Notasi

Karena proses pengajaran musik tradisional ini secara lisan menyebabkan para pelakunya tidak memiliki catatan apapun, sehingga tidak ada notasi yang tertuang dalam kertas, partitur, atau apapun.

3. Bersifat Informal

Sebagian besar dari musik tradisional tidak bersifat serius, karena biasanya penciptaan musik tradisional diinisialisasi untuk sekadar hiburan atau pengisi waktu luang bagi masyarakatnya.

4. Pemainnya Tidak Terspesialisasi

Sistem yang berkembang dalam pembelajaran instrumen dalam musik tradisional biasanya berlangsung secara generalisasi. Pemusik tradisional belajar untuk dapat memainkan semua alat musik dari yang termudah hingga yang terumit, maka banyak sekali kita temui pemusik tradisional yang mampu memainkan bermacam-macam alat musik.

Musik Tradisional Bagian dari Folklor

F

Indonesia adalah sebuah negara kepulauan yang sangat luas dengan beragam budaya

dan suku bangsa. Keadaan ini membuat Indonesia punya banyak kebudayaan lokal,

satu di antaranya folklor.

Referensi

Dokumen terkait