• Tidak ada hasil yang ditemukan

S

Awalnya mereka ada dimana-mana, di seluruh pelosok Jakarta dan sekitarnya. Mereka

bergelut dengan permasalahannya masing-masing, bercanda dengan kuas-kuas yang

mulai pupus, berkeluh kesah pada tube-tube cat yang semakin memipih dan meluapkan

kegundah an pada kanvas yang tidak lagi putih.

39

38 Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

39

38 Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

masa depan yang memilik arti suatu periode waktu yang belum tiba dan per definisi, masa depan adalah sesuatu yang tidak ada. la tidak lagi disebut masa depan, apabila ia sudah mejadi masa kini. la tidak pernah ada--bahkan di masa depan itu sendiri!

Sifat-sifat paradoksal ini disebabkan karena secara nyata memang masa depan itu tidak nyata dan sebagai objek yang terpisah dan independen. Menghadapi ‘kenyataan’ masa depan adalah mengaji ide atau gagasan-gagasan tentang perkembangan masyarakat dan kebudayaan masa depan sebagaimana ia kita perkirakan akan terjadi nanti. Ide atau gagasan itu tidaklah begitu saja hadir, ia seba-gian berasal dari pengalaman dan persepsi kita tentang masya rakat dan kebudayaandi masa lalu yang tumbuh berkembang sampai masa kini dengan harapan bagaimana kemungkinan-kemungkinan ia kelak akan berubah untuk memperbaiki dan meningkatkan harkat dan martabat kehidupan kita semua.

Masa depan adalah bagian yang tidak dapat terpisah-kan dari mimpi-mimpi kita seperti halnya masa lalu yang telah terlewatkan, penuh rekaman pengalaman peristiwa peradaban yang tidak akan kembali lagi. Kekuatan dan nilai lebih dari berbagai ide atau gagasan-gagasan seringkali tidak kita sadari dapat menjadi sumber daya dan modal yang amat berharga. Sebagai modal intelektual atau modal kreativitas, ia akan dapat memandu modal material lain, seperti sumber alam, sumber energi, ataupun sumber-sum-ber daya yang lain. Dua aturan alam yang melandasi gagasan-gagasan sebagai bekal menyongsong masa depan adalah, yang pertama kita sebut sebagai aturan yang berkesinambungan (kontinyuitas) atau yang selalu meng-alir. Peristiwa atau situasi sekarang ini yang terjadi akan sama seperti sekarang ini. Aturan yang kedua kita sebut sebagai aturan analogi, yang menyatakan bahwa pola-pola kejadian tertentu berulang kali terjadi. Bertolak dari aturan alam itu, kita dapat mengidentifikasi permasalahan atau pemikiran tentang masa depan yang lebih baik, kemudian sasaran atau mimpi kita yang ingin kita wujudkan.

Gejala kebangkitan budaya ‘baru’ muncul di pelbagai nege ri di Asia! Ada tiga hal yang dapat kita jadikan sebagai penanda munculnya gejala kebangkitan itu. Pertama, mun-culnya semangat untuk mengenali kembali local genius, warisan kearifan masa lalu sebagai landasan utama dalam percaturan global.

Kedua, kesadaran akan semangat pluralisme, bahwa setiap

bangsa memiliki keragaman suku bangsa dengan keragam-an akar budaykeragam-anya. Keragamkeragam-an ini akkeragam-an menciptakkeragam-an Peradaban ataupun kebudayaan dapat

juga diamati sebagai siasat manusia un-tuk menyongsong dan memasuki masa depan. Hidup manusia berlangsung di tengah-tengah arus proses kehidupan alam dan ia memiliki akal untuk ‘ke-luar’ dari arus itu untuk mengadakan penilaian (evaluasi) dan kalau perlu mengubahnya. Manusia tidak begitu saja membiarkan dirinya untuk hanyut dalam proses-proses alam dengan segala aturan dan keseimbangannya, ia dapat melawan arus itu. la tidak hanya mengikuti dorongan alam, tetapi kehidupan yang terjadi di mana-mana sekarang ini dapat kita hadapi sebagai tantangan-tantangan untuk mengukur keberanian kita untuk bangkit kembali.

39

41

40 Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Komunitas Seni

Saya sangat mendukung gerakan dan semangat teman-teman untuk terus berkarya, dan dengan karya-karya yang dihadirkan diharapkan dapat memberikan kritik yang kon-struktif terhadap jalannya roda pemerintahan dan dapat menyumbangkan suasana semangat terhadap pemerintah agar negeri yang kita cintai dapat tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih berwibawa, bermartabat, dan sejajar dengan negara-negara maju di dunia internasional. Sementara selaku ketua Kota saat itu, Achmad Syahri pun bertutur tentang awal mula terbentuknya komunitas ini, sebagai berikut:

Halaman depan Museum Seni Rupa dan Keramik yang teduh menjadi saksi bisu bagi sekumpulan anak muda yang penuh semangat dan daya kreatif bertemu dan berkumpul di antara para pengunjung museum lainnya. Tepat setahun dua bulan yang lalu, ketika HP di kantung celana jins belel saya berdering, ternyata dering HP itu berupa sebaris pe-san singkat yang datang dari seorang teman lama. Isi pepe-san tersebut adalah ajakan untuk membentuk “himpunan pelu-kis” dan kami bertemu di museum untuk melukis bersama. Selain saya hampir sebagian kawan yang berkumpul di halaman museum juga mendapat pesan yang sama. Dari masing-masing kami adalah anak muda yang ingin jadi pelukis yang penuh semangat yang datang dari wilayah Jabodetabek, kami sudah saling kenal sebelumnya walau ada beberapa yang baru kami kenal hari itu.

Beberapa catatan, coretan, sketsa, juga lukisan cat air hari itu kami hasilkan, walau dengan perasaan yang sedikit me-maksa pikiran-pikiran kami, karena baru kali ini lagi datang ke kawasan museum tersebut, “menjadi terasa asing bagi kami”. Beberapa hari kemudian, bukan pesan singkat dan ajakan kawan lama lagi yang kami bahas. Selanjutnya saya dan Casjiwanto juga Sugeng, justru menyebarkan SMS baru mengajak dan mengumpulkan kembali kawan-kawan untuk bertemu di Museum Seni Rupa dan Keramik untuk membentuk kelompok baru yaitu Komunitas Perupa Kota, tepatnya pada 24 April 2011. Kami berkumpul di sudut

ru-angan salah satu gedung tua, persisnya di sisi kiri bangunan museum wayang yang dihadiri lebih dari 20 orang yang memiliki semangat yang sama untuk menjadi pelukis. Kami sadar akan kekurangan masing-masing, hanya dengan bermodalkan semangat Komunitas Perupa Kota berusaha tampil wajar, saling mengisi, dan memberi dalam kebersamaan, serta komitmen untuk mengisi warna seni lukis Jakarta dan Indonesia. Komunitas Perupa Kota selalu disibukkan oleh dering SMS teman-teman untuk bertemu dan berkumpul rutin, seminggu sekali, di kawasan Kota Tua. Kami melukis bersama, berolahrasa, berdiskusi dan bersenda-gurau, menikmati segelas plastik kopi sambil-menyandarkan tubuh pada pagar museum. Belum lama rasanya satu tahun sudah dilewati oleh Komunitas Perupa Kota, di antara kami sudah menghasilkan beberapa karya walau belum sebaik yang diharapkan. Tanpa disangka beberapa tawaran pameran berdatangan dan media massa telah meliput Komunitas Perupa Kota, seperti majalah

Eksekutif yang terbit setiap bulan menjadi partner kami.

Su-dah hampir sebagian anggota komunitas mengisi halaman “galeri” di majalah tersebut.

Pada 26 April ini Komunitas Perupa Kota ikut berperan ser-ta pada event Pameran Besar Seni Rupa Indonesia “Mani-festo #3, 2012 di Galeri nasional lndonesia.

Semua jerih payah dan semangat komunitas tidak lep-as dari dorongan serta dukungan senior-senior kami, di antaranya Penasihat Komunitas Perupa Kota, Sulebar M Soekarman dan H Diyen. Serta Tri Sabariman sebagai pem-bina yang dengan keceriaannya selalu menghiasi hari-hari kami berkumpul. Belajar dan berkarya terus tanpa henti adalah modal kami, sehingga komunitas dapat menjadi harapan bersama dan mampu menjawab tantangan zaman di era global ini untuk memberi warna dunia seni rupa In-donesia. “Jika kebenaran yang Anda Iihat maka keindahan yang akan didapat, jika keindahan yang Anda Iihat maka kesia-siaanlah yang akan didapat.”

sistem dan gaya masing-masing yang tentunya akan ber-beda pula dalam menghadapi permasalahan global.

Ketiga, keyakinan akan terbebasnya dominasi barat ataupun

negara-negara maju terhadap negara berkembang. Dari semangat-semangat yang menggejala tersebut, tumbuhlah semacam kekuatan budaya yang secara kodrati mengalir sampai permukaan dan memberikan keyakinan baru untuk kemunculan peradaban baru dengan karya-karya seni baru. Optimisme terhadap peran besar waris an kearifan budaya yang bersifat sangat khas dan telah membantu pertumbu-han dan perkembangan taraf hidup di pelbagai masyarakat dunia telah menimbulkan pesona luar bisa!

Selaku penasihat pula, H Diyen pun mengungkapkan pandang annya, sebagai berikut:

Komunitas Perupa Kota Tua Jakarta menyadari akan gejala itu. Sekarang ini dengan tegar mereka tampil dengan karya ekspresif, sebuah jejak awal kebersamaan dalam kekuatan kreativitas pribadi-pribadi yang memesona dan siap untuk menapak bukan saja secara nasional tetapi melangkah global dalam memaknai Milenium Ketiga!

Indonesia tidak akan pernah kehabisan pelukis-pelu-kis hebat. Dan tidak pernah sepi dari karya-karya anak bangsa nya. Pameran-pameran yang berlangsung saat ini

merupakan bukti masih adanya semangat dari para perupa di tengah-tengah kebobrokan moral perpolitikan yang memalukan,

pamer-an dpamer-an karya-karya para perupa terus berkembang dan semakin

produktif.

41

40 Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Visi Kota

Mengemban nilai-nilai kebersamaan, melestarikan budaya bangsa yang mandiri dan berkarakter, melalui kegiatan-ke-giatan berkesenian.

Misi Kota

Mengisi, membangun, dan melestarikan nilai-nilai budaya yang positif dan bertanggung jawab.

Mengapa dinamakan Komunitas Perupa Kota Tua? Komunitas Perupa Kota Tua (Kota) adalah komunltas yang terdiri dari para perupa dari berbagai latar belakang pendi-dikan dan usia, yang memunyai komitmen bersama untuk turut ambil bagian dalam perkembangan sejarah keseni-rupaan di Indonesia dan dunia.

Melalui kegiatan-kegiatan kesenirupaan komunitas ini berusaha membangun kebersamaan, persaudaraan dan solidaritas di antara perupa. Yang dikemudian hari dengan adanya komunitas ini diharapkan terbangun karakter peru-pa-perupa Indonesia yang kuat dan mandiri.

Komunitas ini dibentuk pada 24 April 2011, dihadiri oleh sekitar 25 orang yang peduli dengan komunitas ini. namun sebelum komunitas ini terbentuk mereka telah melakukan kegiatan-kegiatan rutin seperti melukis bersama, disku-si, workshop, bedah karya, sarasehan kesenirupaan, dan kunjungan ke sekolah-sekolah sebagai wujud kepedulian organisasi terhadap apresiasi seni di masyarakat.

Mengapa memilih “Kota Tua” sebagai nama komunitas ini? Sebagaimana kota-kota besar di dunia, sebuah kota dika-takan sudah tua apabila kota tersebut sudah melewati usia di atas 100 tahun. Di Kota Tua inilah terdapat sumber-sumber inspirasi dengan karakter bangunan-bangunan yang dapat dijadikan objek karya seni. nilai sejarah yang dimiliki Kota Tua ini perlu dilestarikan. Itulah sebabnya Kota Tua dijadikan nama untuk Komunitas Perupa Kota Tua atau Kota.

Jakarta sebagai ibu kota juga memiliki sebuah kawasan Kota Tua yang terletak di antara wilayah barat dan utara

Jakarta. Di kawasan tersebut terdapat beberapa bangunan yang sudah berusia di atas 100 tahun. Bangunan tersebut di antaranya yang kini sudah menjadl museum seperti Museum Sejarah Jakarta, Museum Seni Rupa dan Keramik,_.Museum Bahari, dan Jembatan Intan juga ada di ujung utara Jakarta terdapat Pelabuhan Sunda Kelapa.

Kini tempat-tempat tersebut menjadi daya tarik tersendlri bagi warga kotanya, juga warga-warga lain dari luar kota, bahkan turis-turis manca - negara pun tertarik untuk mengun junginya. Kegiatan Komunitas ini dan Peran Anggota Kegiatan rutin Komunitas Perupa Kota Tua (Kota) men cakup di antaranya:

1. Melukis bersama di kawasan Kota Tua sebagai wujud kecintaan terhadap kawasan bersejarah. 2. Melukis bersama dalam satu kanvas sebagai wujud

kebersamaan dan solidaritas sekaligus mengampa - nye kan kepada masyarakat dalam meningkatkan apresiasi terhadap seni lukis.

3. Diskusi dan sarasehan seni rupa, untuk menyamakan persep-si dan mempertajam imajinapersep-si melalui sharing pendapat. 4. Mengadakan kursus dan latihan yang diperuntukkan

bagi masyarakat yang ingin menambah keterampilan dalam melukis.

5. Mengunjungi situs-situs tua, tempat-tempat berseja-rah dan objek-objek lainnya yang berlokasi di Jakarta maupun di luar Jakarta sekaligus diisi dengan kegiatan melukis dan sketsa bersama bersama.

10 Tahun Komunitas Perupa Kota Tua (Kota)

Pada 24 April 2021 ini Komunitas Perupa Kota Tua (Kota) genap berusia 10 tahun. Dengan ketua saat ini R Sigit Wicaksono, Komunitas Kota telah menunjukkan konsis-tensinya dengan menggelar beberapa kali pameran karya

seni rupa. Yang masih hangat, di akhir 2020 lalu mereka menggelar pameran karya seni rupa secara virtual di Galeri nasional Indonesia yang bertajuk Lawan!!!.

Tantangan pengurus ke depan adalah mempertahan kan soliditas anggota dan membuat program-program yang memiliki terobosan-terobosan baru, yang memiliki diferen-siasi dibanding komunitas seni rupa lainnya.

43

42 Semesta Seni l Nomor 11 l Maret

l 2021

Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

43

42 Semesta Seni

l Nomor 11 l Maret l 2021

Semesta Seni l Nomor 11

l Maret l 2021

EnJAnA atau biasa ditulis

Dokumen terkait