• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH MPKT-B PBL 2 PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKALAH MPKT-B PBL 2 PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MPKT-B PBL 2

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA

Oleh Home Group 2 :

ADELINE YASMIEN AHZAB (1506673366) I GEDE DEO GIRI BUDI UTAMA(1506747446)

MAULANA RAHARDIANSYAH (1506747793) MONICA ROTUA ANGELINA (1506676475)

SHARON CLARINS (1506676020) VIDYA NURCHALIZA (1506728535) FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2016

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami sampaikan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat dalam waktunya. Dalam makalah ini kami membahas “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta”, diman hal ini menjadi suatu hal yang sangat penting bagi manusia agar manusia mengetahui dampak dan resiko dari penurunan tanah tersebut sehingga,kita sebagai manusia dapat berusaha untuk menjaga dan memanfaatkan alam sebagai tempat kita hidup di Bumi, dengan bijaksana.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah berkaitan tentang penurunan permukaan tanah dan sekaligus untuk memenuhi tugas PBL-2 mata kuliah MPKT-B. Dalam proses pendalaman materi “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta” ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran, untuk itu rasa terima kasih kami sampaikan kepada Ibu R.Ismala Dewi S.H,M.H, selaku dosen mata kuliah MPKT-B (4).

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman - teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.Terimakasih,

Depok, 10 Mei 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN...1 1.1...La tar Belakang...1 1.2...Pe rumusan Masalah...2 1.3...Tu juan...2 1.4...M anfaat...2

BAB II LANDASAN TEORI...3

2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah...3

2.2. Proses Penurunan Permukaan Tanah...6

2.3. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah...6

2.3.1. Survei Sipat Datar...6

2.3.2. Sistem Global Positioning System...6

2.3.3. Sistem InSAR...7

2.4. Faktor Penyebab Penurunan Tanah...8

BAB III PEMBAHASAN...11

3.1. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta...11

3.2. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di DKI Jakarta...12

BAB IV PENUTUP...13

4.1. Kesimpulan...13

4.2. Saran...13

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Perkembangan kota akan berdampak pada perubahan kondisi fisik kota itu sendiri. Semakin besar suatu kota maka semakin kompleks permasalahan yang ditimbulkan dan dihadapinya. Salah satu permasalahan yang dihadapi adalah penurunan muka tanah (land

subsidence), yaitu peristiwa termampatnya suatu lapisan tanah yang

disebabkan oleh beberapa faktor.

Indonesia merupakan negara yang tidak terlepas dari permasalahan seputar penurunan permukaan tanah. Salah satu kota yang merasakan penurunan permukaan tanah paling cepat adalah Jakarta, khususnya pada wilayah Jakarta Utara yang mengalami rata-rata kecepatan penurunan tanah setinggi 7,5 cm per tahun.1 Penurunan

muka tanah merupakan hal yang sangat serius terutama apabila penurunan tanah terjadi di daerah pesisir pantai. Kondisi tersebut terjadi karena daerah pesisir sangat rentan terhadap tekanan lingkungan, baik yang berasal dari daratan maupun dari lautan. Kota Jakarta Utara adalah salah satu kota metropolitan yang memiliki wilayah pesisir dibagian utara. Penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta Utara seperti di kawasan Pademangan, Ancol, Penjaringan, Cengkareng, Tanjung Priok, Cilincing, dan Pulogadung masih terus berlangsung. Data dari Dinas Perindustrian dan Energi menunjukkan, di daerah-daerah tersebut telah terjadi penurunan lebih dari 100 cm. Penurunan tanah tersebut dipengaruhi oleh kondisi muka air tanah dan pengaruh konsolidasi. Penurunan muka tanah di beberapa wilayah setiap tahunnya memang tidak terjadi secara ekstrim, namun apabila

1 Pembangunan Terpadu Pesisir Ibukota Negara, Penurunan Tanah. 2015, http://ncicd.com/tantangan-ncicd/penurunan-tanah-jakarta> diakses 13 Mei 2016 pukul 19.07 WIB.

(5)

dibiarkan terus menerus akan berdampak pada munculnya kerugian, tidak hanya material tetapi juga korban jiwa.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah, akibat yang ditimbulkan dari penurunan muka tanah, disertai dengan cara mengatasi penurunan muka tanah. Pemerintah DKI Jakarta harus segera bertindak untuk mencari solusi dan upaya untuk menghambat terjadinya penurunan tanah yang berlangsung ini, mengingat posisinya selain sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia juga sebagai geostrategis pada jalur lalu lintas ekonomi Internasional.

1.2. Perumusan Masalah

1. Bagaimana penurunan permukaan tanah di wilayah DKI Jakarta terjadi? 2. Bagaimanakah dampak Penurunan Permukaan Tanah di wilayah DKI

Jakarta?

3. Bagaimanakah bentuk upaya dan solusi yang ditawarkan untuk Pemerintah dalam rangka mengatasi Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta?

1.3. Tujuan

1.Mengetahui apa itu penururnan permukaan tanah secara umum. 2. Mengetahui apa saja penyebab peenurunan permukaan tanah. 3. Mengetahui proses penurunan permukaan tanah.

4. Mengetahui akibat yang ditimbulkan penurunan tanah di DKI Jakarta.

5. Mengetahui cara mengatasi dan menanggulangi penurunan tanah di DKI Jakarta.

1.4. Manfaat

Manfaat dari pembuatan makalah ini diantaranya adalah untuk menambah wawasan mengenai penurunan permukaan tanah sehingga penulis dan pembaca memahami dampak dan penyebab dari kejadian tersebut dan kemudian kita mengetahui langkah dan solusi untuk perbaikan alam untuk menjadi lebih baik.

BAB II

(6)

2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah

Penurunan tanah adalah salah satu fenomena deformasi permukaan bumi secara vertikal di samping terjadi fenomena uplift. Penurunan tanah ini dapat berlangsung dalam waktu yang lama, sehingga jika ini terjadi terus menerus, daerah-daerah yang mengalami penurunan tanah akan mengalami dampak dari penurunan tanah itu sendiri, sedangkan penurunan tanah itu sendiri tidak merata di setiap daerah. Penurunan tanah khususnya di wilayah DKI Jakarta ini terbesar didominasi di Jakarta bagian utara. Setiap tahunnya terjadi penurunan 5 s/d 10 cm, sebaga akibatnya 40% dari Jakarta berada dibawah permukaan laut.2

Salah satu penyebab turunnya tanah di Jakarta adalah eksploitasi air tanah yang berlebihan. Sejak awal abad ke-20, penduduk Jakarta memanfaatkan air tanah untuk memenuhi kebutuhan mereka, kebutuhan air minum, maupun kebutuhan industri pabrik. Namun seiring waktu, kebutuhan air meningkat, sehingga pemanfaatan air tanah pun juga meningkat. Peningkatan pemanfaatan air tanah menyebabkan turunnya tanah di Jakarta. Peningkatan pemanfaatan air tanah di Jakarta terjadi karena beberapa faktor, yaitu urbanisasi dan padatnya penduduk Jakarta, serta aktivitas industri.Kondisi ini diperburuk dengan kecenderungan meningkatnya muka air laut sampai hampir di sebagian besar kota-kota dunia akibat pemanasan global (global warming). Penurunan daratan di Ancol dan meningkatnya risiko terjadinya banjir dan genangan ini dapat dijadikan salah satu indikator tentang Jakarta sedang menuju tenggelam.

2.2. Proses Penurunan Tanah

Bila suatu lapisan tanah mengalami pembebanan akibat beban di atasnya, maka tanah di dibawah beban yang bekerja tersebut akan mengalami kenaikan tegangan, ekses dari kenaikan tegangan ini adalah terjadinya penurunan elevasi tanah dasar (settlement). Pembebanan ini mengakibatkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel tanah, dan keluarnya air pori dari tanah yang disertai berkurangnya volume tanah. Hal inilah yang 2 Ibid.

(7)

mengakibatkan terjadinya penurunan tanah.

Pada umumnya tanah, dalam bidang geoteknik, dibagi menjadi 2 jenis, yaitu tanah berbutir dan tanah kohesif. Pada tanah berbutir (pasir/sand), air pori dapat mengalir keluar struktur tanah dengan mudah, karena tanah berbutir memiliki permeabilitas yang tinggi. Sedangkan pada tanah kohesif (clay), air pori memerlukan waktu yang lama untuk mengalir keluar seluruhnya. Hal ini disebabkan karena tanah kohesif memiliki permeabilitas yang rendah. Secara umum, penurunan dapat diklasifikasikan menjadi 3 tahap, yaitu :

1. Immediate Settlement (Penurunan Seketika)

Penurunan ini merupakan penurunan yang bersifat mendadak dan merupakan cikal bakal penurunan tanah. Penurunan ini diakibatkan oleh deformasi elastis tanah kering, basah, dan jenuh air, tanpa adanya perubahan kadar air. Umumnya, Immediate settlement ini biasanya terjadi selama proses konstruksi berlangsung. Penurunan seketika / penurunan elastic ini terjadi dalam kondisi undrained (tidak ada perubahan volume). Penurunan ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat saat dibebani secara cepat. Besarnya penurunan elastik ini tergantung dari besarnya modulus elastisitas kekakuan tanah dan beban timbunan diatas tanah.

Cara menghitung penurunan ini dengan diturunkan dari teori elastisitas. Parameter tanah yang dibutuhkan untuk perhitungan adalah undrained modulus dengan uji coba tanah yang diperlukan seperti SPT, Sondir (dutch cone penetration test), dan Pressuremeter test.

2. Primary Consolidation Settlement (Penurunan Konsolidasi Primer)

Penurunan pada tahap ini adalah penurunan yang disebabkan oleh perubahan volume tanah selama periode keluarnya air pori dari tanah. Pada penurunan ini, tegangan air pori secara kontinu berpindah ke dalam tegangan efektif sebagai akibat dari keluarnya air pori. Penurunan konsolidasi ini umumnya terjadi pada lapisan tanah kohesif.

Proses terdisipasinya air pori secara perlahan, sebagai akibat pembebanan yang disertai dengan pemindahan kelebihan tegangan air pori ke tegangan efektif, akan menyebabkan terjadinya penurunan yang

(8)

merupakan fungsi dari waktu (time-dependent settlement) pada lapisan lempung. Suatu tanah di lapangan pada kedalaman tertentu telah mengalami tegangan efektif maksimum akibat beban tanah diatasnya (maximum effective overburden pressure) dalam sejarah geologisnya. Tegangan ini mungkin sama, atau lebih kecil dari tegangan overburden pada saat pengambilan sample.

Berkurangnya tegangan di lapangan tersebut bisa diakibatkan oleh beban hidup. Pada saat diambil, contoh tanah tersebut terlepas dari tegangan overburden yang telah membebani selama ini. Sebagai akibatnya, tanah tersebut akang mengalami pengembangan. Pada saat dilakukan uji konsolidasi pada tanah tersebut, suatu pemampatan yang kecil (perubahan angka pori yang kecil) akan terjadi bila beban total yang diberikan pada saat percobaan adalah lebih kecil dari tegangan efektif overburden maksimum (maximum effective overburden pressure) yang pernah dialami sebelumnya.

Apabila beban total yang dialami pada saar percobaan lebih besar dari maximum effective overburden pressure, maka perubahan angka pori yang terjadi akan lebih besar. Ada 3 definisi dasar yang didasarkan pada riwayat geologis dan sejarah tegangan pada tanah, yaitu :

Normally consolidated (Terkonsolidasi secara normal), dimana tegangan efektif overburden saat ini merupakan tegangan maksimum yang pernah dialami oleh tanah selama dia ada.

Overconsolidated, dimana tegangan efektif overburden saat ini lebih kecil daripada tegangan yang pernah dialami oleh tanag tersebut. Tegangan efektif overburden maksimum yang pernah dialami sebelumnya dinamakan tegangan prakonsolidasi. (preconsolidation pressure / PC).

Underconsolidated, dimana tegangan efektif overburden saat ini belum mencapai maksimum, sehingga peristiwa konsolidasi masih berlangsung pada saat sample tanah diambil.

Ada 2 hal penting yang perlu diperhatikan dalam penurunan konsolidasi ini, yaitu besarnya penurunan yang terjadi dan kecepatan penurunan terjadi.

(9)

3. Secondary Consolidation Settlement (Penurunan Konsolidasi Sekunder) Penurunan pada tahap ini adalah penurunan setelah tekanan air pori hilang seluruhnya. Hal ini lebih disebabkan oleh proses pemampatan akibat penyesuaian yang bersifat plastis dari butir-butir tanah.

Penurunan yang diakibatkan konsolidasi sekunder sangat penting untuk semua jenis tanah organik dan tanah anorganik yang sangat mampu mampat (compressible). Untuk lempung anorganik yang terlalu terkonsolidasi, indeks pemampatan sekunder sangat kecil sehingga dapat diabaikan.

2.3. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah

Pada prinsipnya, penurunan tanah atau land subsidence suatu wilayah dapat dipantau dengan menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g. pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar (leveling), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).

2.3.1. Survei Sipat Datar (Leveling)

Sipat Datar adalah salah satu alat pada lingkup survei dan pemetaan yang biasa digunakan untuk mengukur beda tinggi antara titik yang satu dengan titik-titik lainnya, serta dapat pula mengukur jarak (disebut jarak optik = jarak tidak langsung).3

2.3.2. InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar)

Interferometric aperture sintetis radar (InSAR) adalah sebuah teknik radar digunakan dalam geodesi dan penginderaan jauh. Metode geodetik ini menggunakan dua atau lebih gambar radar aperture sintetis (SAR) untuk menghasilkan peta deformasi permukaan atau elevasi 3 TN Teknik, Peralatan Survei Sipat Datar. 30 September 2015,

<http://www.tneutron.net/sipil/peralatan-survei-sipat-datar/> diakses pada 13 Mei 2016, pukul 21.56 WIB.

(10)

digital, menggunakan perbedaan fase gelombang kembali ke satelit atau pesawat udara.

2.3.3. Sistem GPS (Global Positioning System)

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang berbasiskan pada pengamatan satelit-satelit Global Positioning System. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik atau kontinyu untuk ditentukan koordinatnya secara teliti dengan menggunakan metode survei GPS. GPS dapat memberikan nilai vektor pergerakan dengan tingkat presisi sampai beberapa mm, dengan konsistensi yang tinggi baik secara spasial maupun temporal.

Bagian yang paling penting dalam sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang berada di orbit bumi atau yang sering kita sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini berjumlah 24 unit yang semuanya dapat memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat ditangkap oleh alat penerima sinyal tersebut atau GPS Tracker. Selain satelit terdapat 2 sistem lain yang saling berhubungan, sehingga jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS. Ketiga bagian tersebut terdiri dari: GPS Control Segment (Bagian Kontrol), GPS Space Segment (bagian angkasa), dan GPS User Segment (bagian pengguna).

1. GPS Control Segment

Control segment GPS terdiri dari lima stasiun yang berada di pangkalan Falcon Air Force, Colorado Springs, Ascension Island, Hawaii, Diego Garcia dan Kwajalein. Kelima stasiun ini adalah mata dan telinga bagi GPS. Sinyal-sinyal dari satelit diterima oleh bagian kontrol, kemudian dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke satelit. Data koreksi lokasi yang tepat dari satelit ini disebut data ephemeris, yang kemudian nantinya dikirimkan ke alat navigasi yang kita miliki.

(11)

Space Segment adalah terdiri dari sebuah jaringan satelit yang tediri dari beberapa satelit yang berada pada orbit lingkaran yang terdekat dengan tinggi nominal sekitar 20.183 km di atas permukaan bumi. Sinyal yang dipancarkan oleh seluruh satelit tersebut dapat menembus awan, plastik dan kaca, namun tidak bisa menembus benda padat seperti tembok dan rapatnya pepohonan. Terdapat 2 jenis gelombang yang hingga saat ini digunakan sebagai alat navigasi berbasis satelit. Masing-masingnya adalah gelombang L1 dan L2, dimana L1 berjalan pada frequensi 1575.42 MHz yang bisa digunakan oleh masyarakat umum, dan L2 berjalan pada frequensi 1227.6 Mhz dimana jenis ini hanya untuk kebutuhan militer saja. 3. GPS User Segment

User segment terdiri dari antenna dan prosesor receiver yang menyediakan positioning, kecepatan dan ketepatan waktu ke pengguna. Bagian ini menerima data dari satelit-satelit melalui sinyal radio yang dikirimkan setelah mengalami koreksi oleh stasiun pengendali (GPS Control Segment).

2.4 Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Penurunan tanah merupakan salah satu fenomena yang sering terjadi di Indonesia,khususnya di Ibu kota Jakarta. Fenomena ini alami terjadi secara regional yaitu meliputi daerah yang luas atau terjadi secara lokal yaitu hanya sebagian kecil permukaan tanah. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya rongga di bawah permukaan tanah, biasanya terjadi didaerah yang didominasi oleh kapur (Whittaker and Reddish, 1989).Faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya penurunan tanah alami dapat digolongkan menjadi: 1. Penurunan Tanah Alami (Natural Subsidence)

Yaitu penurunan tanah yang disebabkan oleh proses-proses geologi. Beberapa penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi :

(12)

Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses-proses yang terlihat dalam siklus geologi adalah pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi (crustal movement).

b. Sedimentasi Daerah Cekungan

Daerah cekungan biasanya terdapat di daerah tektonik lempeng terutama di dekat perbatasan lempeng. Sedimen yang terkumpul di cekungan semakin lama semakin banyak dan menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian proses kompaksi sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan tanah. 4

2. Penurunan tanah akibat pengambilan airtanah (groundwater extraction) Pengambilan airtanah secara besar-besaran yang melebihi kemampuan pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu lapisan akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori-pori tanah sehingga tekanan hidrostatis di bawah permukaan tanah berkurang sebesar hilangnya airtanah tersebut. Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan akuifer.

3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement)

Tanah memiliki peranan penting dalam pekerjaan konstruksi. Tanah dapat menjadi pondasi pendukung bangunan atau bahan konstruksi dari bangunan itu sendiri seperti tanggul atau bendungan. Penambahan bangunan di atas permukaan tanah dapat menyebabkan lapisan di bawahnya mengalami pemampatan. Pemampatan tersebut disebabkan adanya deformasi partikel tanah, relokasi partikel, keluarnya air atau udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah. 5

4 Hasanuddin Z. Abidin, Pemantauan penurunan tanah di wilayah Jakarta denganmetode survei GPS, Bandung: Jurusan Teknik Geodesi, ITB, 1998.

(13)

BAB III

PEMBAHASAN

3.1. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta

Penurunan tanah adalah bencana alam-antropogenik yang mempengaruhi beberapa daerah perkotaan besar di Indonesia. Dampak penurunan tanah mempengaruhi keadaan permukaan bumi, mencakup keadaan alamnya (permukaan tanah dan perairan diatas daratan) serta bangunan yang terdapat di atas permukaan bumi (infrastruktur, bangunan, fasilitas yang ada)

Dampak dari penurunan tanah di daerah perkotaan yang cukup banyak dan dapat dikategorikan ke dalam infrastruktur, lingkungan, ekonomi dan sosial. Kerugian dari perusahaan yang berefek langsung dan tidak langsung juga cukup besar, dan tidak bisa diperkirakan. • Retak bangunan dan infrastruktur, dan perluasan yang lebih luas dari banjir pesisir dan pedalaman daerah, adalah dampak umum dari penurunan tanah yang dapat dilihat di Jakarta, Bandung, dan Semarang. Selain mempengaruhi permukaan tanah dan (permukaan dan bawah tanah) infrastruktur,

penurunan lahan biasanya memburuk kualitas lingkungan hidup dan kehidupan (kesehatan dan kondisi sanitasi) di daerah yang terkena subsidence.

Pengembangan dan pemeliharaan biaya infrastruktur di daerah yang terkena subsidence biasanya akan lebih tinggi daripada dalam situasi normal. Biaya sosial dan lingkungan akibat dampak langsung dan tidak langsung dari penurunan tanah yang biasanya juga cukup signifikan.

3.2. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di DKI Jakarta Cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan penurunan tanah cukup sulit dan dapat dilakukan jika semua pihak 5 Rachman Sutanto, DASAR-DASAR ILMU TANAH, Konsep dan Kenyataan,Yogyakarta: Kanisius, 2005

(14)

turut serta berkontribusi dalam upaya penurunan tanah tersebut,baik masyarakat sekitar lingkungan kota Jakarta dan Pemerintah yang berwenang. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan tanah yang terjadi di Jakarta Utara :

a. Memanfaatkan penggunaan penggunaan air bawah tanah (ABT) seperlunya tanpa melakukan eksploitasi berlebihan dan menggantinya dengan air permukaan sebagai sumber air baku atau dari PDAM.

b. Membuat kolam pengumpul air hujan, baik di atas maupun bawah permukaan. c. Pemerintah DKI berupaya untuk meninggikan area yang mengalami penurunan

permukaan tanah dengan cara menguruknya. Selain itu dilakukan juga dengan cara meninggikan penghalang atau jeti agar air laut yang meluap ketika pasang tinggi yang masuk ke wilayah permukaan tidak meluas genangannya dan tidak mengganggu aktivitas warga yang tinggal di pesisir utara Jakarta.

(15)

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Air merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Namun, dalam pengambilan air tanah yang melebihi batas merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan permukaan tanah. Perubahan infrastruktur juga sangat memengaruhuhi keadaan tanah,diaman hal ini juga akan berdampak pada penurunan permukaan tanah yang sedang terjaid belakngan ini. 4.2. Saran

Sebagai warga yang menmpati wilayah kita,kita harus memerhatikan keadaan lingkungan sekitar kita,kita tidak boleh hanya mengambil manfaat dai alam,tetepai tidak merawat lingkungan kita,dalam hal ini adalah keadaan tanah. Pemerintah seharusnya lebih peduli terhadap kerusakan lingkungan terutama penurunan muka tanah ini. Penurunan yang terus terjadi dan semakin meluas ini dapat di pantau dengan banyak metode pengukuran tanah, salah satunya menggunakan Global Positioning System (GPS). Dengan menggunakan GPS penurunan tanah bisa terpantau terus dan cepat di tanggulangi.

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Bowles, Joseph E, Foundation Analysis & Design, 5thedition, The McGraw HillCompanies, Inc, 1996.

Terzaghi. K., and R. Peck,Soil Mechanics in Engineering Practice, John Wiley, andSons, 1948.

Mc Phail, Jennifer, et al., Evaluation of Consolidation Settlement Using TheSublayer Method, Electronic Journal of Geotechnical Engineering, 2000.

Hardiyatmo, Hary Christady,Mekanika Tanah 2, Jakarta, Gramedia Pustaka Utama, 1994. Coduto, D.P.,Geotechnical Engineering Principles and Practices, Prentice-Hall,1994 Abidin, Hasanuddin Z., Land subsidence of Jakarta (Indonesia) and its relation with

urban development, Bandung, 2014.

Abidin, Hasanuddin Z., Heri Andreas, Irwan Gumilar, Teguh P.Sidiq, Muhammad Gamal, Environmental Impacts of Land subsidence in Urban Areas of Indonesia, Bandung, 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Certificate (Hull &amp; Machinery).4.Copy Tank Table (Cargo &amp; Bunker Tank).Bagi kapal yang telah memiliki tank table yang telah disahkan oleh fungsi Bunker Operational

Hasil analisa yang dilakukan diperoleh Pada tahap A perpindahan panas terjadi secara konveksi dengan temperatur alirnya sebesar 494,01 0 C. Pada tahap B perpindahan

Antara faktor yang berikut, yang manakah akan mempengaruhi kadar tindak balas antara kalsium karbonat dengan asid hidroklorik.. I The temperature of the acid

Every type of management, communication, business and/or leisure application is capable of using the resource services offered by cloud computing technology because it is available

Tabel 5 menunjukan bahwa variasi formula tidak berpengaruh pada tingkat kesukaan panelis terhadap aroma bubur bayi instan, akan tetapi apabila dilihat dari data

Saat ini kondisi di TK Muslimat NU 07 terdapat faktor penghambat guru dalam melaksanakan strategi pembelajaran BCM dalam membina akhlak anak usia dini penghambanya adalah

Setelah dilakukan penarikan kesimpulan dari penelitian mengenai pengaruh beban pajak, tunneling incentive, dan mekanisme bonus terhadap keputusan perusahaan untuk

Pada dasarnya pengujian toksisitas bertujuan untuk menilai efek racun terhadap organisme, menganalisis secara obyektif resiko yang dihadapi akibat adanya racun di lingkungan.