• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penurunan Permukaan Tanah DKI Jakarta (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penurunan Permukaan Tanah DKI Jakarta (1)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH MPKTB PBL 2

PENURUNAN PERMUKAAN TANAH DI DKI JAKARTA

Oleh Home Group 1 :

EGI RIZKY SEPTIANA

(1506690422)

M. ABDUL AZIZ

(1506689774)

MUTHIA MAZAYYA PITARI (1506690302)

NAHLA SAVIRA NOVELIA

(1506690233)

PUTRI APRILITA

(1506726832)

SHAFA DWI ANDZANI

(1506690063)

UNIVERSITAS INDONESIA

DEPOK

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat nikmat dan karunia-Nya makalah ini dapat diselesaikan tepat dalam waktunya. Dalam makalah ini kami membahas “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta”, suatu hal yang sangat holistik bagi manusia agar manusia mengetahui dampak dan resiko terjadinya penurunan tanah. Untuk itu perlu adanya usaha untuk menjaga dan memanfaatkan alam sebagai tempat kita hidup di Bumi.

Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman masalah berkaitan tentang penurunan permukaan tanah khususnya di daerah ibu kota Negara Indonesia sendiri dan sekaligus untuk memenuhi tugas PBL-2 mata kuliah MPKT-B. Dalam proses pendalaman materi “Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta” ini, tentunya kami mendapatkan bimbingan, arahan, koreksi dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu rasa terima kasih tak lupa kami sampaikan kepada Ibu Dr. Nani Nurhaeni S.Kp., M.N.

Tidak lupa kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sekalian. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih,

Depok, 15 Mei 2016

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...ii

DAFTAR ISI ...iii

BAB I PENDAHULUAN...1

1.1...L atar Belakang...1

1.2...P erumusan Masalah...1

1.3...T ujuan...2

1.4...M anfaat...2

BAB II PEMBAHASAN...3

2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah...3

2.2. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Secara Umum...3

2.3. Penyebab Penurunan Tanah di Jakarta Utara...4

2.4. Kondisi Tanah di Jakarta...4

2.5. Wilayah di DKI Jakarta yang Mengalami Penurunan Tanah...5

2.6. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta...6

2.7. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di DKI Jakarta...7

2.8. Undang-undang dan Peraturan Pemerintah...8

BAB III PEMANTAUAN DENGAN TEKNOLOGI TIK

... 12

3.1. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah

... 12

3.2. Sistem GPS (Global Positioning System)

... 12

3.3. Teknologi Aquifer Storage and Recovery (ASR)

(4)

BAB IV PENUTUP

... 16

4.1. Kesimpulan

... 16

4.2. Saran

... 16

DAFTAR PUSTAKA

(5)

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang

Tidak dapat dipungkiri bahwasanya perkembangan kota akan berdampak pada perubahan kondisi fisik kota. Semakin besar dan majunya suatu kota maka semakin kompleks permasalahan yang ditimbulkan dan dihadapinya. Salah satunya adalah permasalahan penurunan muka tanah (land subsidence). Yaitu peristiwa termampatnya suatu lapisan tanah yang disebabkan oleh beberapa faktor.

Di Indonesia, kota yang tengah kritis mengalami penurunan muka tanah ialah Jakarta, ibu kota Negara Indonesia. Penurunan muka tanah merupakan hal yang serius terutama apabila penurunan tanah terjadi di daerah pesisir pantai. Kondisi tersebut karena daerah pesisir sangat rentan terhadap tekanan lingkungan, baik yang berasal dari daratan maupun dari lautan.

Kota Jakarta Utara adalah salah satu kota metropolitan yang memiliki wilayah pesisir dibagian utara. Penurunan permukaan tanah di wilayah Jakarta Utara seperti di kawasan Pademangan, Ancol, Penjaringan, Cengkareng, Tanjung Priok, Cilincing, dan Pulogadung masih terus berlangsung. Data dari Dinas Perindustrian dan Energi menunjukkan, di daerah-daerah tersebut telah terjadi penurunan lebih dari 100 cm. Penurunan tanah tersebut dipengaruhi oleh kondisi muka air tanah dan pengaruh konsolidasi. Penurunan muka tanah di beberapa wilayah setiap tahunnya memang tidak terjadi secara ekstrim, namun apabila dibiarkan terus menerus akan berdampak pada munculnya kerugian, tidak hanya material tetapi juga korban jiwa.

Oleh karena itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai faktor penyebab terjadinya penurunan muka tanah, akibat yang ditimbulkan dari penurunan muka tanah, disertai dengan cara mengatasi penurunan muka tanah. Pemerintah DKI Jakarta harus segera bertindak untuk mencari solusi dan upaya untuk menghambat terjadinya penurunan tanah yang berlangsung ini, mengingat posisinya selain sebagai Ibu Kota Negara Kesatuan Republik Indonesia juga sebagai geostrategis pada jalur lalu lintas ekonomi Internasional. Diperlukan adanya kesadaran dari masing-masing individu bersama dengan pemerintah untuk bersama-sama mengatasi masalah penurunan muka tanah.

1.2. Perumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Penurunan Permukaan Tanah (land subsidence) ? 2. Apa saja faktor penyebab Penurunan Permukaan Tanah di DKI jakarta? 3. Bagaimana kondisi tanah di DKI Jakarta?

4. Di mana daerah yang paling rawan terjadi Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta?

(6)

6. Apa saja Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah yang mengatur permasalahan ini?

1.3. Tujuan

1. Mengetahui penyebab terjadinya penurunan tanah di DKI Jakarta khususnya Jakarta Utara.

2. Mengetahui kondisi tanah di DKI Jakarta khususnya di utara Jakarta. 3. Mengetahui akibat yang ditimbulkan penurunan tanah di DKI Jakarta.

4. Mengetahui cara mengatasi dan menanggulangi penurunan tanah di DKI Jakarta. 5. Mengetahui dan menerapkan kebijakan pemerintah yang mengatur permasalahan ini.

1.4. Manfaat

(7)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Penurunan Permukaan Tanah

Penurunan permukaan tanah adalah turunnya permukaan tanah akibat terjadinya perubahan volume pada lapisan-lapisan batuan di bawahnya. Penurunan muka tanah (land subsidence) merupakan suatu proses gerakan penurunan muka tanah yang didasarkan atas suatu datum tertentu (kerangka referensi geodesi) dimana terdapat berbagai macam variabel penyebabnya (Marfai, 2006). Penurunan muka tanah ini secara tidak langsung merupakan aktivitas pemaksaan memadatkan struktur tanah yang belum padat menjadi padat. Umumnya terjadi pada daerah yang tadinya berupa rawa, delta, endapan banjir, dsb yang dialihkan fungsi tataguna lahannya tanpa melakukan rekayasa tanah terlebih dahulu.

2.2. Faktor Penyebab Penurunan Permukaan Tanah Secara Umum

Menurut Whittaker and Reddish (1989), faktor penyebab penurunan muka tanah secara umum antara lain :

1. Penurunan tanah alami (natural subsidence)

Yaitu penurunan tanah yang disebabkan oleh proses-proses geologi. Beberapa penyebab terjadinya penurunan tanah alami bisa digolongkan menjadi :

a. Siklus geologi

Penurunan muka tanah terkait dengan siklus geologi. Proses-proses yang terlihat dalam siklus geologi adalah pelapukan (denuation), pengendapan (deposition), dan pergerakan kerak bumi (crustal movement).

b. Sedimentasi daerah cekungan

Daerah cekungan biasanya terdapat di daerah tektonik lempeng terutama di dekat perbatasan lempeng. Sedimen yang terkumpul di cekungan semakin lama semakin banyak dan menimbulkan beban yang bekerja semakin meningkat, kemudian proses kompaksi sedimen tersebut menyebabkan terjadinya penurunan pada permukaan tanah.

2. Penurunan tanah akibat pengambilan air tanah (groundwater extraction)

Pengambilan airtanah secara besar-besaran yang melebihi kemampuan pengambilannya akan mengakibatkan berkurangnya jumlah airtanah pada suatu lapisan akuifer. Hilangnya airtanah ini menyebabkan terjadinya kekosongan pori-pori tanah sehingga tekanan hidrostatis di bawah permukaan tanah berkurang sebesar hilangnya airtanah tersebut. Selanjutnya akan terjadi pemampatan lapisan akuifer. 3. Penurunan akibat beban bangunan (settlement)

(8)

udara dari dalam pori, dan sebab lainnya yang sangat terkait dengan keadaan tanah yang bersangkutan. Proses pemampatan ini pada akhirnya menyebabkan terjadinya penurunan permukaan tanah.

2. 3. Penyebab Penurunan Tanah di Utara Jakarta

Amblasnya jalan RE Martadinata di Jakarta Utara membuat kondisi Jakarta sebagai ibu kota indonesia di pertanyakan kembali. Setelah macet dan banjir, kini penurunan tanah mengancam Jakarta isu pemindahan ibu kota pun kembali gencar di gulirkan.

Kini penilitian teradap jalan RE Martadinata masih terus di lakukan, jalan tersebut juga sudah di amankan oleh aparat kepolisian dengan memasang penutup jalan di kedua sisinya. Apalagi baru-baru ini jalan RE Martadinata kembali amblas sedalam 25 cm.

Menurut para peneliti, amblasnya jalan di Jakarta Utara disebabkan oleh 3 faktor, yaitu :

1. Penurunan secara alami, karena kondisi batuan yang mengalami pelapukan dan kondisi ini diperburuk dengan kecenderungan meningkatnya muka air laut sampai hampir di sebagian besar kota-kota dunia akibat pemanasan global (global warming).

2. Penurunan karena adanya penyedotan air tanah secara berlebihan.

Pengambilan air bawah tanah menjadi penyebab utama penurunan permukaan tanah di jakarta. berdasarkan data departemen energi dan sumber daya mineral tahun 2007, jumlah air tanah terekstraksi mencapai titik tertinggi pada tahun 1995. dari 3000-3500 pompa terpasang, terekstraksi 30-35 juta meter kubik air. tahun berikutnya jumlah sumur pompa terus meningkat tapi jumlah air terekstraksi semakin menurun. tahun 2007 jumlah pompa yang terpasang 3700 sedangkan jumlah air yang terekstraksi sebesar 20 juta meter kubik.

3. Penurunan akibat beban dari gedung-gedung yang ada di Jakarta Utara.

Namun di antara faktor-faktor tersebut, penyedotan air tanah secara berlebihan merupakan faktor penting yang di duga sebagai penyebab amblasnya tanah di Jakarta.

2.4. Kondisi Tanah di Jakarta

(9)

Selain faktor alam, populasi penduduk yang pesat juga menjadi salah satu faktornya. Jakarta merupakan kota dengan luas permukaan 660 km2 dihuni sekitar 9,6 juta jiwa manusia, tidak heran dengan kepadatan penduduk tertinggi di Indonesia, Jakarta kini terancam terendam bahkan hilang karena setiap tahunnya tanah Jakarta turun mencapai 2 hingga 2,5 cm. Bahkan dalam contoh nyata, di daerah Jakarta Utara telah didapati sebuah desa bernama Kampung Apung dikarenakan daerah tersebut ketinggian air sudah mencapai 1 meter.

Wilayah utara Jakarta juga merupakan daerah terkritis karena penurunan tanah sudah mencapai 100 cm dan terkenal bahwa daerah tersebut berada pada kawasan tanah lunak dan di bawah permukaan laut pasang. Menurut Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta, (2014), secara garis besar karakteristik keteknikan tanah dan batuan di daerah utara Jakarta merupakan endapan aluvial sungai dan pantai. Semakin ke arah utara mendekati pantai, permukaannya berupa lanau pasiran dengan sisipan lempung organik dan pecahan cangkang kerang, tebal endapan antara berselang-seling lapisannya berkisar antara 3-12 m, namun ketebalan secara keseluruhan endapan ini diperkirakan mencapai 300 m.

 Lanau lempungan, tersebar secara dominan di permukaan, abu-abu kehitaman sampai abu-abu kecoklatan, setempat mengandung material organik, lunak-teguh, plastisitas sedang-tinggi.

 Lanau pasiran, berwarna kuning keabuan, teguh, plastisitas sedang-tinggi.

 Lempung pasiran, berwarna abu-abu kecokelatan, tegus, plastisitas sedang-tinggi.

Dapat disimpulkan bahwat anah di utara Jakarta bersifat labil dan dipastikan lebih jelek dibandingkan tanah di selatan Jakarta jika ditinjau dari kemampuan tanah mendukung beban.

 Di selatan Jakarta, tanah dibagian atas didominasi oleh tanah hasil produk vulkanik, baik yang sudah ditransportasikan oleh air maupun yang belum, ditandai dengan tanah lempung berwarna coklat kemerahan dan banyak dipakai sebagai tanah urugan.

 Di utara Jakarta, tidak ada ciri yang sama untuk tanah bagian atas karena merupakan tanah urugan diatas tanah dasar yang lunak berupa marine clay. Urugan diatas marine clay ini dilakukan sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan tanah timbunan agar orang bisa beraktifitas diatasnya. Oleh karena itu ketebalan dan jenis tanah timbunannya bervariasi, ada yang memakai coral sand, pasir laut, tanah merah, puing-puing, sampai tanah yang sebenarnya tidak layak sebagai tanah timbunan.

2.5. Wilayah di DKI Jakarta yang Mengalami Penurunan Tanah

Setelah mengetahui kondisi fisik batuan dan tanah penyusun daratan Jakarta, daerah yang sedang mengalami masa kritis karena terjadi penurunan tanah di antaranya ialah :

• Jakarta Utara : Muara Angke, Muara Baru, Penjaringan, Pantai Indah Kapuk, Pademangan, Pantai Mutiara, Ancol

• Jakarta Barat : Cengkareng, Meruya, Kebon Jeruk, Daan Mogot • Jakarta Pusat : Cikini, MH. Thamrin, Gunung Sahari

• Jakarta Timur : Cibubur, Pulogadung

(10)

2.6. Dampak Penurunan Permukaan Tanah di DKI Jakarta

Penurunan muka tanah menimbulkan permasalahan lingkungan dan menambah parah permasalahan yang sudah ada di DKI Jakarta. Dampak yang dapat ditimbulkan diantaranya adalah :

a. Memperparah banjir dan rob di Kota Jakarta utara

Banjir pasang laut yang melanda kawasan Tanjungpriok merupakan suatu fenomena alam yang sering terjadi ketika air laut pasang. Wilayah yang sering mengalami genangan banjir pasang laut berada di Kelurahan Tanjungpriok dan Kelurahan Papanggo. Dampak yang terjadi akibat genangan banjir di Kelurahan Tanjungpriok sangat mengganggu aktivitas warga. Seperti halnya banjir yang menggenangi Jl. R.E. Martadinata dan Jl. Selur, Sunteragung, Tanjungpriok dengan ketinggian genangan kurang lebih sekitar 20 cm atau sebetis orang dewasa.

b. Kerusakan infrastruktur yang berada diatas permukaan tanah.

Pembangunan di Jakarta Utara khususnya di Pelabuhan Tanjung Priuk mengalami perkembangan yang sangat pesat sehingga mengakibatkan banyak bangunan berdiri dan hampir tidak menyisakan kawasan terbuka. Sehingga kerusakan dapat terjadi pada gedung-gedung dan rumah-rumah, serta infrastruktur seperti jembatan dan jalan, bahkan dapat menyebabkan meledaknya pipa gas di daerah tersebut.

c. Menimbulkan kerugian ekonomi.

Selain kerugian ekonomi langsung (direct losses), penurunan muka tanah juga menyebabkan kerugian ekonomi secara tidak langsung (indirect losses) seperti berkurangnya pendapatan, hilangnya mata pencaharian penduduk, guncangan bisnis, bahkan menurunnya laju pertumbuhan ekonomi.

d. Menurunkan tingkat kesehatan dan sanitasi lingkungan.

(11)

2.7. Cara Menanggulangi Permasalahan Penurunan Tanah di DKI Jakarta

Untuk mengatasi dan menanggulangi permasalahan penurunan tanah cukup sulit dan dapat dilakukan jika semua pihak turut serta berkontribusi dalam upaya penurunan tanah tersebut. Berikut adalah cara yang dapat dilakukan untuk mengurangi penurunan tanah yang terjadi di Jakarta dengan upaya pencegahannya, yaitu :

• Penambahan resapan air ke dalam tanah

• Memanfaatkan penggunaan penggunaan air bawah tanah (ABT) seperlunya tanpa melakukan eksploitasi berlebihan dan menggantinya dengan air permukaan sebagai sumber air baku atau dari PDAM.

• Dalam membangun konstruksi bangunan serta perencanaan tata ruang perlu mempertimbangkan adanya amblesan air tanah serta sebaran air tanah payau/asin • Penambahan kolam penampungan air hujan sebagai pengganti air tanah yang telah

tergusur oleh pembangunan konstruksi bawah tanah • Pemulihan fungsi situ-situ di DKI Jakarta

• meninggikan area yang mengalami penurunan permukaan tanah dengan cara menguruknya.

• Meninggikan penghalang atau jeti agar air laut yang meluap ketika pasang tinggi yang masuk ke wilayah permukaan tidak meluas genangannya dan tidak mengganggu aktivitas warga yang tinggal di pesisir utara Jakarta.

Sedangkan dari Pemerintah sendiri telah menggalakkan program-program penanggulangan permasalahan ini, seperti :

1. Ruang Terbuka Hijau (RTH)

RTH berfungi meningkatkan kualitas air tanah, mencegah banjir, mengurangi polusi udara dan pengatur iklim mikro. Fungsi lainnya yaitu sosial-ekonomi untuk memberikan fungsi sebagai ruang interaksi sosial, sarana rekreasi dan sebagai tetenger (landmark) kota.

2. Sumur Resapan

Sumur Resapan adalah sumur atau lubang pada permukaan tanah yang berfungsi untuk menampung air yang terbuang ataupun air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur resapan dapat membantu restorasi air tanah dan mengurangi limpasan air di permukaan.

3. Injeksi Air Tanah

Injeksi Air Tanah adalah aktivitas manusia yang direncanakan untuk memasukkan air, (air hujan, air permukaan dari sungai dan danau, dan air lebihan limpasan (run off)) dengan cara gravitasi maupun pompa.

• Artificial Aquifer Creation adalah pembuatan akuifer buatan di dalam lapisan aquifer yang cukup dalam.

• Aquifer Recharge adalah injeksi air tanah untuk mengisi kembali wilayah aquifer yang air tanahnya diambil secara berlebih.

• Aquifer Storage and Recovery adalah teknologi injeksi air ke akuifer untuk mentimpan air sebagai kebutuhan baik jangka pendek maupun panjang.

4. Rainwater Harvesting atau Pemanenan Air Hujan

(12)

atau perbukitan batu dan dimanfaatkan sebagai salah satu sumber suplai air bersih.

5. Air PAM

Air PAM merupakan sumber air berbayar yang disediakan oleh perusahaan PAM. Air PAM didistribusikan di Jakarta dengan cara menggunakan air dari sumber air perusahaan, memfilternya, kemudian disalurkan ke bangunan yang berlangganan PAM.

6. Giant Sea Wall atau dikenal National Capital Integrated Coastal Development (NCICD)

Giant Sea Wall merupakan sebuah proyek terintegrasi membangun kawasan pesisir utara Jakarta sebagai upaya pemerintah dalam menghadapi penurunan muka tanah khususnya di Jakarta Utara yang menyebabkan sering terjadinya banjir rob (banjir air laut). Adapun tiga komponen di dalamnya, yakni, pertahanan pesisir dari ancaman banjir, penyediaan sumber air bersih, serta peluang investasi antara lain untuk properti transportasi darat, dan pembangunan deep sea port.

2.7. Undang-Undang dan Peraturan Pemerintah

Tidak cukup hanya dengan program-program yang dicanangkan oleh Pemerintah, jika masyarakatnya tetap melakukan hal-hal yang semakin membahayakan kondisi Jakarta, perlu adanya suatu kebijakan atau regulasi yang tegas dan wajib ditaati sebagai upaya mengatasi penurunan permukaan tanah di DKI Jakarta. Undang-undang serta Peraturan Pemerintah yang telah diberlakukan ialah sebagai berikut :

• PP No. 65 Tahun 2001 tentang pajak penggunaan air tanah

• PP No. 36 Tahun 2005 tentang peraturan pelaksanaan UU No.28 Tahun 2002 tentang bangunan dan gedung

• UU No. 26 Tahun 2007 tentang penataan ruang

• PP No. 43 Tahun 2008 tentang air tanah

• PP No. 16 Tahun 2004 tentang pengendalian terhadap penggunaan lahan dan penatagunaan tanah

 Sanksi pelanggaran

1. Dalam pengelolaan air tanah, terdapat 2 (dua) jenis sanksi, yaitu: (i) sanksi pidana sesuai dengan UU No 7/2004, dan (ii) sanksi administrasi. Sanksi administratif ini telah dijelaskan pada sub-bab 5.4.2.5. Sanksi pidana dikenakan sesuai ketentuan Pasal 94, dan Pasal 95.

Pasal Sanksi Maksimal Pelanggaran

94 Penjara 9 tahun dan denda Rp1.500.000.000,00

(13)

2. Sengaja melakukan kegiatan yang dapat atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumber air; atau

2. Sengaja melakukan kegiatan yang mengakibatkan rusaknya prasarana sumber daya air.

2. Sengaja melakukan pengusahaan sumber daya air tanpa izin dari pihak yang berwenang; atau

3. Sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air yang tidak didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual;

4. Sengaja melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa memperoleh izin dari Pemerintah atau pemerintah daerah.

95

2. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang dapat mengakibatkan terjadinya daya rusak air.

Penjara 1 (satu) tahun dan denda Rp200.000.000,00

1. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan penggunaan air yang mengakibatkan kerugian terhadap orang atau pihak lain dan kerusakan fungsi sumber air; atau;

2. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan yang mengakibatkan kerusakan prasarana sumber daya air.

Penjara 6 (enam) bulan dan denda Rp100.000.000,00

1. Karena kelalaiannya melakukan pengusahaan sumber daya air tanpa izin dari pihak yang berwenang;

2. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi prasarana sumber daya air yang tidak didasarkan pada norma, standar, pedoman, dan manual;

3. Karena kelalaiannya melakukan kegiatan pelaksanaan konstruksi pada sumber air tanpa izin.

(14)

pengguna ruang yang melanggar peruntukan tata ruang berupa sanksi-sanksi pidana dan administratif .

Sanksi Maksimal Pelanggaran

Hukuman pidana tiga tahun dan denda

Rp 500.000.000,00

 Setiap orang yang tidak menaati rencana tata ruang yang telah ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 61 huruf a yang mengakibatkan perubahan fungsi ruang,

Hukuman pidana delapan tahun dan denda

Rp 1.500.000.000,00

 Jika tindak pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

mengakibatkan kerugian terhadap harta benda atau kerusakan barang,

3. PP No. 36 Tahun 2005 tentang Peraturan Pelaksanaan UU No. 28 Tahun 2002 tentang Bangunan Gedung. Setiap orang yang ingin mendirikan bangunan gedung harus memiliki Izin Mendirikan Bangunan (IMB) yang diberikan oleh pemerintah daerah (Pemda) dengan dilengkapi:

 Tanda bukti status kepemilikan hak atas tanah atau tanda bukti perjanjian

pemanfaatan tanah;

 Data pemilik bangunan gedung;

 Rencana teknis bangunan gedung; dan

 Hasil analisis mengenai dampak lingkungan bagi bangunan gedung yang

menimbulkan dampak penting terhadap lingkungan.

Pasal Sanksi Pelanggaran

Pasal 115 ayat [1] PP 36/2005

 Pembangunan gedung dikenakan sanksi administratif berupa sanksi penghentian sementara sampai dengan diperolehnya izin mendirikan bangunan gedung

Pasal 115 ayat [2] PP 36/2005  Pemilik bangunan gedung yang tidak memiliki izin mendirikan bangunan gedung dikenakan sanksi perintah pembongkaran

Pasal 45 ayat [2] UUBG

 Pemilik bangunan juga dapat dikenakan sanksi berupa denda

(15)

BAB III

PEMANTAUAN DENGAN TEKNOLOGI TIK

3.1. Teknik Pemantauan Penurunan Tanah

Pada prinsipnya, penurunan tanah atau land subsidence suatu wilayah dapat dipantau dengan menggunakan beberapa metode, baik itu metode-metode hidrogeologis (e.g. pengamatan level muka air tanah serta pengamatan dengan ekstensometer dan piezometer yang diinversikan kedalam besaran penurunan muka tanah) dan metode geoteknik, maupun metode-metode geodetik seperti survei sipat datar (leveling), survei gaya berat mikro, survei GPS (Global Positioning System), dan InSAR (Interferometric Synthetic Aperture Radar).

3.2. Sistem GPS (Global Positioning System)

GPS adalah sistem satelit navigasi dan penentuan posisi yang

berbasiskan pada

pengamatan satelit-satelit Global Positioning System. Prinsip studi penurunah tanah dengan metode survei GPS yaitu dengan menempatkan beberapa titik pantau di beberapa lokasi yang dipilih, secara periodik atau kontinyu

untuk ditentukan

koordinatnya secara teliti

(16)

Gambar di bawah ini merupakan perangkat receiver GPS yang dipasang di beberapa titik pengamatan. Titik-titik tersebut merepresentasikan penurunan tanah karena titik-titik tersebut berada di daerah yang diduga mengalami penurunan tanah.

Gambar di bawah ini adalah dokumentasi pemasangan sistem GPS kontinyu di daerah Porong Sidoarjo untuk memantau penurunan tanah (land subsidence) dari hari ke hari.

3.2.1. Cara Kerja GPS (Global Positioning System)

Bagian yang paling penting dalam sistem navigasi GPS adalah beberapa satelit yang berada di orbit bumi atau yang sering kita sebut di ruang angkasa. Satelit GPS saat ini berjumlah 24 unit yang semuanya dapat memancarkan sinyal ke bumi yang lalu dapat ditangkap oleh alat penerima sinyal tersebut atau GPS Tracker. Selain satelit terdapat 2 sistem lain yang saling berhubungan, sehingga jadilah 3 bagian penting dalam sistem GPS. Ketiga bagian tersebut terdiri dari: GPS Control Segment (Bagian Kontrol), GPS Space Segment (bagian angkasa), dan GPS User Segment (bagian pengguna).

1. GPS Control Segment

Control segment GPS terdiri dari lima stasiun yang berada di pangkalan Falcon Air Force, Colorado Springs, Ascension Island, Hawaii, Diego Garcia dan Kwajalein. Kelima stasiun ini adalah mata dan telinga bagi GPS. Sinyal-sinyal dari satelit diterima oleh bagian kontrol, kemudian dikoreksi, dan dikirimkan kembali ke satelit. Data koreksi lokasi yang tepat dari satelit ini disebut data ephemeris, yang kemudian nantinya dikirimkan ke alat navigasi yang kita miliki.

2. GPS Space Segment

(17)

hingga saat ini digunakan sebagai alat navigasi berbasis satelit. Masing-masingnya adalah gelombang L1 dan L2, dimana L1 berjalan pada frequensi 1575.42 MHz yang bisa digunakan oleh masyarakat umum, dan L2 berjalan pada frequensi 1227.6 Mhz dimana jenis ini hanya untuk kebutuhan militer saja.

3. GPS User Segment

User segment terdiri dari antenna dan prosesor receiver yang menyediakan positioning, kecepatan dan ketepatan waktu ke pengguna. Bagian ini menerima data dari satelit-satelit melalui sinyal radio yang dikirimkan setelah mengalami koreksi oleh stasiun pengendali (GPS Control Segment).

3.3. Teknologi Aquifer Storage and Recovery (ASR)

Teknologi ini dibangun oleh Balai Bangunan Hidraulik dan Geoteknik Keairan, Pusat Litbang Sumber Daya Air Balitbang PU dengan menggunakan prinsip pembuatan cadangan air pada daerah permukaan tanah yang telah megalami penurunan tanah sebagai resapan buatan. Teknologi tersebut dinamakan Teknologi Aquifer Storage and Recovery (ASR). ASR adalah penyimpanan air tanah dengan pengeboran yang dilakukan untuk mendapatkan air tanah (Dewi, 2014).

3.3.1. Prosedur yang ditempuh oleh ASR

Pada ASR terdapat kondisi dan prosedur yang ditempuh, pertama alat ini akan membutuhkan pasokan air yang banyak. Hal ini dapat diberupa air permukaan maupun air hujan yang turun. Air hujan yang turun ke tanah ini dapat dilakukan analisa air hujan yang data-datanya berupa frekuensi hujan, letak geografis suatu daerah, dan jumlah hari hujan (Alam, Munandar, Soetraprawata & Turnip, 2013). Kemudian, dibutuhkan kondisi geologi dan hidrogeologi yang terinci untuk menentukan lokasi dan tipe resapan imbuhan. Data yang diperlukan, yaitu:

(18)

3. Kondisi batas geologi

4. Kondisi batas hidrolik

5. Storativitas

6. Aliran masuk dan keluar air tanah

7. Porositas

8. Kedalaman lapisan tanah

9. Kondisi batas tektonik

10. Resapan alami

11.Water Balence

Banyaknya data yang diperlukan mengakibatkan proses pembuatan ASR membutuhkan waktu yang cukup lama. Selain data-data, ASR memerlukan komponen-komponen khusus yang ada dalam dirinya (Alam, Munandar, Soetraprawata & Turnip, 2013). Komponen-komponen tersebut, yaitu:

1. Saluran pengelak dari saluran utama

2. Unit kontrol di saluran pengelak, berfungsi mengontrol kuantitas dan kualitas aliran air ke sumur injeksi

3. Petunjuk pelaksanaan untuk perlakuan (treatment)

4. Tampungan (wetland) untuk penyimpanan sementara, digunakan pada saat proses recovery dan saat penggunaan kembali

5. Spillway menuju ke tampungan (wetland)

6. Sumur injeksi

7. Peralatan recovery di sumur injeksi

8. Water Treatment System

(19)

10. Titik pemantauan kualitas air pada jalur yang menuju injeksi

11. Sistem kontrol untuk menghentikan injeksi.

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Pengambilan air tanah yang melebihi batas merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan tanah. pembangunan yang berlebihan juga merupakan salah satu penyebab terjadinya penurunan tanah khususnya di kota kota besar.

(20)

4.2. Saran

Pemerintah seharusnya lebih peka dan peduli terhadap kerusakan lingkungan terutama penurunan muka tanah ini. Penurunan yang terus terjadi dan semakin meluas ini dapat di pantau dengan banyak metode pengukuran tanah, salah satunya menggunakan Global Positioning System (GPS) dan ASR Technology (Aquifer Storage and Recovery). Dengan menggunakan GPS penurunan tanah bisa terpantau terus dan cepat di tanggulangi. Sementara ASR Technology digunakan untuk memonitoring fluktuasi muka air tanah secara real time, mengatasi krisis air tanah dan penurunan muka air tanah, mengoptimalkan potensi air permukaan secara terpadu dan berkelanjutan, serta mengurangi dampak intrusi air laut dan

land subsidence.

Pemrov DKI Jakarta juga mempertegas kepada masyarakat Perda tentang pemanfaatan air tanah yaitu Perda No 10/1998, Perda No 8/2007 tentang Ketertiban Umum, Perda No 17/2010 tentang Pajak Air tanah, dan Perda No 1/2004 tentang air tanah. Hal tersebut bertujuan supaya pengambilan air tanah dapat dikendalikan sesuai dengan peraturan yang berlaku.

DAFTAR PUSTAKA

Alam, H. S., Munandar, A., Soetraprawata, D., & Turnip, A. (2013). Design of Ground Quality and Capacity Monitoring System For ASR Infiltration Well Using Wireless. Jurnal Teknologi Indonesia (JTI), 63-72.

Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah Provinsi DKI Jakarta. (2014). Karakteristik tanah DKI Jakarta. Diakses pada April 27, 2016 dari Jakartapedia, ensiklopoedia warga Jakarta: http://jakartapedia.bpadjakarta.net

Dephut. (1994). Pedoman Penyusunan Rencana Pembuatan Bangunan Sumur Resapan Air. Direktorat Jenderal Reboisasi dan Rehabilitasi Lahan, Jakarta.

Dephut. (1995). Petunjuk Teknis Uji coba Pembuatan Percontohan Sumur Resapan Air. Departemen Kehutanan, Jakarta.

(21)

Geodesy. (2007). [Online]. Pemantauan Land Subsidence di semburan lumpur Porong Lapindo dengan GPS. Diakses pada Mei 15, 2016 dari Kelompok Keahlian Geodesi ITB, Bandung: http://geodesy.gd.itb.ac.id

Kristyarini. (2015). Muka Tanah Turun Terus. Diakses pada April 28, 2016 dari Kompas.com, Jakarta: http://megapolitan.kompas.com

Kristyarini. (2015). Pengertian GPS Cara Kerja GPS dan Fungsi GPS. Diakses pada Mei 15, 2016 dari Mandalamaya.com, Jakarta : http://www.mandalamaya.com/pengertian-gps-cara-kerja-gps-dan-fungsi-gps/

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia. jdih.ristekdikti.go.id [Diakses pada: 28 April 2016]

PU Cipta Karya. (2003). Sumur Resapan Air. http://www.pu.go.id/publik/ ciptakarya/html/ind/resapan-htm.

RISTEKDIKTI. [Online]. Penurunan Tanah Jakarta : Beban yang Semakin Tinggi. Diakses pada 27 April 2016 pada http://www.kopertis12.or.id

Gambar

Gambar di bawah ini merupakan perangkat receiver GPS yang dipasang di beberapa titikpengamatan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemaparan para ahli tersebut, dalam konteks optimalisasi penerapan aspek teknis dalam kegiatan penghijauan maka LSM Lingkungan harus melibatkan

Sistem pakar ini dibangun untuk memberikan informasi mengenai diagnosis penyakit kulit akibat infeksi jamur pada manusia serta cara penatalaksanaannya, dan dapat

Pelaksanaan program e-KTP di Kabupaten Rokan Hulu yang menunjukkan hasil yang bervariasi, sehingga menimbulkan permasalahan yang menarik untuk diteliti.Dalam

Para shahabat saling berbeda pendapat, apakah malam itu beliau melihat Rabb ataukah tidak. Diriwayatkan secara shahih dari Ibnu Abbas. bahwa beliau melihat-Nya. Namun

Peridotit di daerah penelitian merupakan batuan induk yang dipengaruhi oleh larutan hydrothermal yang terjadi pada akhir pembentukan magma merubah peridotit menjadi

Blind dan Patrick Ziltener dari Universitas Zurich menyatakan dalam Free Trade Live: Insights from the Switzerland - Japan Free Trade and Economic Partnership Agreement

Faten Nor Atiqah Nadirah Binti Mohd Zaiki *... Fatin Munirah Anith Binti Mohd Hanif *

Kemajuan perkembangan terjadi tentunya di dasari oleh berbagai faktor, faktor yang menjadi perhatian pertama kali tentunya mengenai relevansi antara peran Harun