• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU OLEH MASYARAKAT DI DESA LABIAN IRA ANG DAN DESA DATAH DIAAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU OLEH MASYARAKAT DI DESA LABIAN IRA ANG DAN DESA DATAH DIAAN DI KABUPATEN KAPUAS HULU"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN HASIL HUTAN BUKAN KAYU OLEH MASYARAKAT DI DESA LABIAN IRA’ANG DAN DESA DATAH DIAAN DI KABUPATEN

KAPUAS HULU

(Utilization of Non-Timber Forest Products by Rural Communities in Labian Ira’ang Villages and Datah Diaan Village in Kapuas Hulu Regency)

Nono, Farah Diba, dan Fahrizal

Fakultas Kehutanan, Universitas Tanjungpura. Jalan Imam Bonjol, Pontianak 78124 Email : nonnojupizz@yahoo.com

ABSTRACT

Non-timber forest product has big values for community around the forest. People used non- timber forest product for food, traditional medicine, and other uses. The purposes of research are to describe the non-timber forest products used by community in Labian Ira’ang village at Batang Lupar district and Datah Diaan village at Putussibau Utara district in Kapuas Hulu Regency. The methods used in the research were in-depth interview with local people and survey to the forest near the village. Total responden was 68 peoples; consist of 38 people from Labian Ira’ang village and 30 people from Datah Diaan village. The research was conducted on Juli-August 2016. Result of the research showed that there are three categories of non-timber forest products used by the community. First non-timber forest products as food consist of honey, Sago, Salam Leaf, Enau Fruit, Durian Fruit and Tengkawang Fruit. Second non-timber forest products as handicraft consist of Buloh Betung, Uwe Mataso, Uwe Welaan, Uwe Saga, Limpaso, Akar Bingkai, Daun Paripuk, Daun Kulan, Daun Kernis, Akar Doh Balok, Daun Karipuk, Daun Lutu, Resam, Bangrow, Uwe Saga, Uwe Jalebla, Bulu’ Semeling, Bulu’ Lan, Bulu’ Betung, Bulu’ Bale, Bulu’ Muti, Bulu’ Pesah and Karuing Latex. Third non-timber forest products as medicinal plant consist of Bararan Kunus, Urat Lalamas, Daun Papa, and Kulit Rambean. The product of handicraft was made by the community daily, such as Bubu, Hat and Bidai. These products mostly sell to the market as second income. The community was depending on non-timber forest product and need guidance from the government to conservation the plant.

Keywords: Bamboo, honey, Kapuas Hulu regency, non-timber forest product, rattan, sago. PENDAHULUAN

Hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya alam yang masih banyak terdapat di Indonesia dan keberadaanya dimanfaatkan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat. Menurut Peraturan

Menteri Kehutanan Nomor P.35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu dinyatakan hasil hutan bukan kayu adalah hasil hutan hayati baik nabati maupun hewani beserta produk turunan dan budidaya

(2)

kecuali kayu yang berasal dari hutan. Hasil hutan bukan kayu meliputi rotan, bambu, getah, daun, kulit, buah, dan madu serta masih banyak lagi. Jenis tumbuhan tersebut beberapa diantaranya bahkan memiliki nilai ekonomi yang sangat tinggi bila dijadikan produk olahan. Beraneka ragam jenis hasil hutan bukan kayu dapat dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar hutan. Penelitian Christien dkk (2013) mengenai pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat di sekitar hutan Desa Minanga III di Kabupaten Minahasa Tenggara mendapatkan lebih dari 20 produk yang dimanfaatkan oleh masyarakat. Lebih lanjut penelitian Rachman dkk (2007) menyatakan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu dengan pola yang baik serta pembinaan dari instansi kehutanan dapat mengurangi kegiatan penebangan liar oleh masyarakat.

Hasil hutan berupa buah dan daun dapat dikonsumsi secara langsung. Masyarakat di sekitar hutan memanfaatkan hasil hutan bukan kayu seperti sagu, umbi-umbian, buah-buahan, sayur-sayuran untuk dijadikan bahan konsumsi sehari-hari. Selain memanfaatkan tanaman konsumsi penggunaan tumbuhan obat-obatan, rotan, bambu, beserta pengambilan kayu bakar juga dilakukan di sekitar hutan. Penelitian Njurumana dan Butarbutar (2008) menyatakan masyarakat di Timor Barat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu berupa kemiri, madu, asam, seedlak, kulit kayu manis, minyak kayu putih, minyak gaharu dan minyak

cendana. Potensi hasil hutan bukan kayu yang sangat tinggi membantu masyarakat dalam diversifikasi pendapatan dan meningkatkan taraf ekonomi masyarakat di sekitar hutan yang berada di Timor Barat.

Tingginya peran hasil hutan bukan kayu bagi masyarakat di sekitar hutan telah diteliti, diantaranya oleh Saragih (1993) yang meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat desa di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Hasil penelitiannya menyatakan masyarakat di sekitar hutan sangat tergantung kepada hasil hutan bukan kayu. Pemanfaatan hasil hutan dipengaruhi oleh jarak antara hutan dan lokasi tempat tinggal serta banyaknya jumlah anggota keluarga. Semakin jauh jarak tempuh, maka kecendrungan pemanfaatan lebih sedikit. Demikian pula dengan semakin banyaknya anggota keluarga akan menimbulkan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang lebih tinggi.

Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu di Provinsi Kalimantan Barat secara tradisional telah lama dilakukan oleh masyarakat di sekitar hutan. Masyarakat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu untuk kebutuhan hidup sehari-hari. Kajian mengenai pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat di sekitar hutan khususnya di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu perlu dilakukan untuk menjadi data dasar dalam upaya konservasi sumber daya hutan yang dimanfaatkan dan

(3)

pelestarian pemanfaatan oleh masyarakat dengan memperhatikan azas ekologi dan keberlanjutan hasil hutan bukan kayu tersebut. Penelitian bertujuan untuk melakukan inventarisasi hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat dan

mengetahui cara

penggunaan/pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu.

METODOLOGI PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu, Provinsi Kalimantan Barat, dengan waktu selama ± 2 (dua) bulan di lapangan. Penelitian dilaksanakan pada Bulan Juli 2016 sampai Agustus 2016. Metode penelitian menggunakan metode wawancara mendalam (in-depth interview) dan survey ke lokasi hutan di sekitar Desa Labian Ira’ang dan Desa Datah Diaan. Data yang di kumpulkan meliputi : (1). Data primer, yaitu data yang diperoleh dengan cara mengedarkan kuisioner dan melakukan wawancara terhadap responden. Jumlah responden sebanyak 68 orang. Kriteria responden meliputi berusia minimal 17 tahun dan sudah berkeluarga serta berdomisili di desa tersebut minimal 5 tahun. Data primer selanjutnya diperoleh dengan melakukan survey hasil hutan bukan kayu secara langsung di lapangan, dengan

menggunakan metode eksplorasi. (2). Data sekunder diperoleh dari berbagai sumber yang berhubungan langsung dengan tujuan penelitian. Data-data ini meliputi data luas wilayah, data jumlah penduduk, keadaan sosial ekonomi penduduk, dan iklim wilayah setempat.

HASIL DAN PEMBAHASAN Responden dari masyarakat Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu berjumlah 38 orang, terdiri atas 31 orang laki-laki (81,57%) dan 7 orang perempuan (18,43%). Tingkat pendidikan responden terdiri atas lulus SMA 2 orang (5,26%), lulus SMP 16 orang (42,10%) dan lulus SD sebanyak 20 orang (52,64%). Pekerjaan responden meliputi petani sebanyak 32 orang (84,21%) dan wiraswasta sebanyak 6 orang (15,79%). Jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu adalah jenis hasil hutan bukan kayu nabati, yakni Madu (Apis dorsata), Enau (Arenga pinnata), Sagu (Metroxylon sagu), Buah Tengkawang (Shorea macrophylla) dan lain sebagainya. Jenis-jenis ini diproduksi menjadi bahan olahan makanan dan minuman agar dapat digunakan untuk kehidupan sehari-hari. Hasil hutan bukan kayu seperti Buloh Betung (Dendrocalamus asper backer), Uwe Mataso, Uwe Welaan, Uwe Saga (Calamus caesius blume), Limpaso (Dicranopteris linearis), Akar Bingkai, Daun Paripuk (Pandanus tectorius), Daun Kulan, dan Daun Kernis digunakan

(4)

sebagai bahan untuk membuat kerajinan tangan. Produk yang dihasilkan meliputi Tikar, Bidai, Topi, Bubu (perangkap ikan) dan Keranjang. Masyarakat biasanya menggunakan bahan-bahan tersebut pada saat menjelang musim panen padi dan menangkap ikan. Jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan sebagai tanaman obat meliputi Bararan Kunus, Urat Lalamas, Daun Papa, dan Kulit Rambean (Baccauera motleyana), dan Daun Salam (Polyanthum myrtaceae).

Potensi hasil hutan bukan kayu yang masih banyak di desa tersebut membuat penduduk bebas mengambil dan mengelola pada saat membutuhkan. Pengelolaan hasil hutan bukan kayu oleh

masyarakat masih bersifat tradisional. Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat masih memegang teguh tradisi adat istiadat dalam memanfaatkan hasil hutan yang di wariskan secara turun-temurun. Interaksi yang terjalin sejak lama antara masyarakat sekitar hutan dan hutan menumbuhkan kebiasaan masyarakat lokal dalam mengelola dan memanfaatkan potensi hasil hutan yang ada. Ketergantungan masyarakat akan keberadaan hutan membuat mereka menyadari betapa pentingnya hutan untuk kelangsungan hidup mereka saat ini. Jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh penduduk Desa Labian Ira’ang disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu yang Dimanfaatkan Masyarakat di Desa Labian Ira’ang Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu (Non-timber Forest Product Used by Community in Labian Ira’ang Village at Batang Lupar District Kapuas Hulu Regency)

No Nama Lokal Nama Ilmiah/Famili Bagian yang Digunakan Kegunaan

1 Madu Apis dorsata/

Apidae Madu Konsumsi

2 Enau Arenga pinnata/ Arecaceae

Batang, ijuk, buah, daun

Konsumsi, bahan bangunan, bahan kerajinan tangan, atap rumah/rumah ladang

3 Sagu Metroxylon sagu/ Palmae

Batang, umbut, getah, daun

Konsumsi, pakan ternak, lem tradisional, atap rumah/rumah ladang 4 Buah Tengkawang Shorea macrophylla/ Dipterocarpaceae Buah Konsumsi

5 Karuing Shorea hopea/

Dipterocarpaceae Getah Lem perahu

6 Buloh Betung

Dendrocalamus asper Backer/ Poaceae

Batang

Konsumsi, bahan kerajinan tangan, bahan material kandang ternak, bahan perangkap ikan

7 Uwe Mataso Tidak

teridentifikasi Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang ternak, alat pengikat perangkap ikan

(5)

No Nama Lokal Nama Ilmiah/Famili Bagian yang Digunakan Kegunaan

8 Uwe Welaan Tidak

teridentifikasi Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang ternak, alat pengikat perangkap ikan

9 Uwe Saga

Calamus caesius blume/ Arecaceae

Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang ternak, alat pengikat perangkap ikan

10 Limpaso

Dicranopteris linearis/ Gleicheniaceae

Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang ternak, alat pengikat perangkap ikan

11 Akar Bingkai Tidak

teridentifikasi Akar Bahan kerajinan tangan

12 Daun Paripuk

Pandanus tectorius/ Pandanaceae

Daun Bahan kerajinan tangan

13 Daun Kulan Tidak

teridentifikasi Daun Bahan kerajinan tangan 14 Daun Kernis Tidak

teridentifikasi Daun Bahan kerajinan tangan

15 Bararan Kunus Tidak teridentifikasi Bagian pucuk yang masih muda

Obat sakit perut, dan malaria

16 Urat Lalamas

Tidak

teridentifikasi Akar Obat demam

17 Daun Papa Tidak

teridentifikasi Daun Obat maag

18 Kulit Rambean Baccaurea motleyana/ Phyllanthaceae Kulit bagian

dalam Obat sakit mata

19 Daun Salam

Polyanthum myrtaceae/ Syzygium

Daun Bumbu masakan

Tabel 2. Jenis-Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu yang Dimanfaatkan Masyarakat di Desa Labian Ira’ang Kecamatan Batang Lupar Kabupaten Kapuas Hulu dan Kategorinya (Non-timber Forest Product Used by Community in Labian Ira’ang Village at Batang Lupar District Kapuas Hulu Regency and the Catagory)

No Kategori Jenis HHBK yang Dimanfaatkan

1 Produktif Damar, Bambu, Rotan, Bemban, Resam, Akar Bingkai, Daun Perupuk, Daun Kulan, Daun Kernis

2 Konsumtif Madu, Aren, Sagu, Buah Tengkawang, Bararan Kunus, Urat Lalamas, Daun Papa, Kulit Rambean, Daun Salam 3 Produktif dan Konsumtif Madu, Aren, Sagu, Buah Tengkawang

Responden dari masyarakat Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara,

Kabupaten Kapuas Hulu berjumlah 30 orang, terdiri atas 26 orang laki-laki

(6)

(86,66%) dan 4 orang perempuan (13,34%). Tingkat pendidikan responden terdiri atas lulus Perguruan Tinggi sebanyak 4 orang (13,35%), lulus SMA 3 orang (10%), lulus SMP 8 orang (26,66%) lulus SD sebanyak 14 orang (46,66%) dan tidak sekolah sebanyak 1 orang (3,33%). Pekerjaan responden meliputi PNS sebanyak 5 orang (16,68%), petani sebanyak 23 orang (76,66%) dan wiraswasta sebanyak 2 orang (6,66%).

Potensi jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu pada dasarnya tidak jauh berbeda dengan jenis hasil hutan bukan kayu yang terdapat di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar, Kabupaten Kapuas Hulu. Beberapa hasil hutan bukan kayu seperti Madu (Apis dorsata), Enau (Arenga Pinnata), Sagu (Metroxylon sagu), Durian (Durio zibethinus murr), Buah Tengkawang (Shorea macrophylla), Damar/Karuing

(Shorea hopea), Bambu dan Rotan juga terdapat di Desa Datah Diaan. Selain memiliki potensi yang sama, dari segi pemanfaatan dan pengelolaan juga mempunyai kesamaan, baik itu untuk hasil kerajinan tangan maupun produk olahan yang dapat dimakan.

Desa Datah Diaan sebagai salah satu desa yang memiliki potensi hasil hutan bukan kayu, sehingga sudah sewajarnya kalau masyarakat juga mengelola serta memanfaatkan segala jenis-jenis yang ada. Berdasarkan hasil penelitian di lapangan masyarakat telah lama memanfaatkan hasil hutan di sekitar tempat mereka tinggal. Keselarasan yang terjadi antara masyarakat adat dengan keberadaan hutan menimbulkan tradisi yang membuat masyarakat selalu bergantung pada hutan dan potensi yang ada di dalamnya. Jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan oleh penduduk Desa Datah Diaan disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Jenis-Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu yang Dimanfaatkan Masyarakat di Desa Datah Diaan Kecamatan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu (Non-timber Forest Product Used by Community in Datah Diaan Village at Putussibau Utara District Kapuas Hulu Regency)

No Nama Lokal Nama

Ilmiah/Famili

Bagian yang

Digunakan Kegunaan

1 Madu Apis dorsata/

Apidae Sarang, madu Konsumsi

2 Enau Arenga pinnata/ Arecaceae

Batang, ijuk, buah, daun

Konsumsi, bahan bangunan, bahan kerajinan tangan, atap rumah ladang

3 Sagu Metroxylon sagu/ Palmae

Batang, umbut, getah, daun

Konsumsi, pakan ternak, lem tradisional, atap rumah/rumah ladang 4 Durian Durio zibethinus/

Bombaceae Pohon, buah

Bahan bangunan, konsumsi

(7)

No Nama Lokal Nama Ilmiah/Famili Bagian yang Digunakan Kegunaan 5 Buah Tengkawang Shorea macrophylla/ Dipterocarpaceae Buah Konsumsi

6 Keruing Shorea hopea/

Dipterocarpaceae Getah Lem perahu 7 Bulu’ Bale Tidak

teridentifikasi Batang

Konsumsi, bahan kerajinan tangan, bahan material kandang ternak, bahan perangkap ikan 8 Bulu’ Pesah Tidak

teridentifikasi Batang

Konsumsi, bahan kerajinan tangan, bahan material kandang ternak, bahan perangkap ikan 9 Bulu’ Muti Tidak

teridentifikasi Batang

Konsumsi, bahan kerajinan tangan, bahan material kandang ternak, bahan perangkap ikan 10 Bulu’ Lan Tidak

teridentifikasi Batang

Konsumsi, bahan kerajinan tangan, bahan material kandang ternak, bahan perangkap ikan 11 Bulu’ Betung Dendrocalamus asper backer/ Poaceae Batang Konsumsi, bahan kerajinan tangan, bahan material kandang ternak, bahan perangkap ikan 12 Bulu’

Semeling

Tidak

teridentifikasi Batang

Konsumsi, bahan kerajinan tangan, bahan material kandang ternak, bahan perangkap ikan 13 Uwi Jalebla Tidak

teridentifikasi Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang ternak, alat pengikat perangkap ikan 14 Uwi Saga Calamus caesius blume/ Arecaceae Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang ternak, alat pengikat perangkap ikan 15 Bangrow Donax cannaeformis/ Marantaceae Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang ternak, alat pengikat perangkap ikan

16 Resam Dicranopteris

linearis/ Batang

Bahan kerajinan tangan, alat pengikat kandang

(8)

No Nama Lokal Nama Ilmiah/Famili

Bagian yang

Digunakan Kegunaan

Gleicheniaceae ternak, alat pengikat

perangkap ikan 17 Akar Doh

Balok

Tidak

teridentifikasi Akar Bahan kerajinan tangan 18 Daun Karipuk

Pandanus tectorius/ Pandanaceae

Daun Bahan kerajinan tangan 19 Daun Lutu Tidak

teridentifikasi Daun Bahan kerajinan tangan Tabel 4. Jenis-Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu yang Dimanfaatkan Masyarakat di

Desa Datah Diaan Kecamatan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu dan Kategorinya (Non-timber Forest Product Used by Community in Datah Diaan Village at Putussibau Utara District Kapuas Hulu Regency and the Catagory)

No Kategori Jenis HHBK yang Dimanfaatkan

1 Produktif Damar, Bambu, Rotan, Bemban, Resam, Akar Bingkai, Daun Perupuk, Daun Kulan

2 Konsumtif Madu, Aren, Sagu, Durian, Buah Tengkawang 3 Produktif dan Konsumtif Madu, Aren, Sagu, Durian, Buah Tengkawang

Hasil wawancara dengan masyarakat di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar, dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu menunjukan bahwa kebutuhan masyarakat akan hasil hutan bukan kayu masih sangat tinggi. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu merupakan salah satu sumber daya hutan yang menjadi andalan oleh penduduk setempat untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Hasil hutan bukan kayu merupakan sumber daya yang penting bahkan merupakan kebutuhan pokok mereka. Masyarakat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu sebagai pangan (pati sagu, pati aren, nira aren), bumbu makanan (daun salam), dan obat-obatan (bararan kunus, urat lalamas, daun papa, kulit rambean). Masyarakat mengambil dan menggunakan hasil hutan bukan kayu

untuk diolah secara tradisional seperti membuat kerajinan tangan, obat tradisional, dan dijadikan bahan makanan. Hasil penelitian Syahni (2002) tentang pemanfaatan hasil hutan bukan kayu oleh masyarakat di sekitar Taman Nasional Kerinci Seblat Sumatera Barat menyatakan hal yang sama. Masyarakat di sekitar hutan sangat bergantung kepada hasil hutan. Tingkat pemanfaatan hasil hutan dipengaruhi oleh faktor pendidikan, luas lahan dan pendapatan. Lebih lanjut penelitian Munawaroh dkk (2011) menyatakan masyarakat di Malinau Kalimantan Timur memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap hasil hutan bukan kayu. Kehidupan masyarakat di Malinau sebagian besar penghasilan ekonominya dari hasil hutan bukan kayu.

(9)

Pekerjaan utama masyarakat di Desa Labian Ira’ang dan Desa Datah Diaan sebagai petani membuat penduduk dari kedua desa tersebut mengambil hasil hutan bukan kayu hanya untuk digunakan sendiri. Pengambilan dilakukan seperlunya saja dan pada saat mereka membutuhkan bahan dari sesuatu yang akan dibuat. Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat menunjukan bahwa selama ini tidak ada dari penduduk yang secara khusus menjual dan menjadikan produk hasil hutan bukan kayu tersebut sebagai sumber mata pencaharian utama. Penduduk hanya menjual hasil hutan bukan kayu yang mereka ambil pada saat ada yang meminta untuk membeli saja. Nilai ekonomi hasil hutan bukan kayu sangat tinggi tetapi hal ini masih belum disadari oleh masyarakat. Penelitian Utama (2004) menyatakan hal yang sama, dengan lokasi penelitian di masyarakat desa sekitar ekosistem Leuser Kabupaten Langkat. Masyarakat memanfaatkan hasil hutan bukan kayu dan sebanyak 69,4% pendapatan ekonomi masyarakat dari hasil penjualan hasil hutan bukan kayu yang diambil dari kawasan ekosistem Leuser.

Masyarakat yang memanfatkan hasil hutan bukan kayu juga mengakui bahwa selama mengambil bahan-bahan yang dibutuhkan tidak ada tindakan untuk mencoba melakukan penananam kembali terhadap jenis-jenis yang diambil. Hal ini menunjukan masih kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan tindakan konservasi terhadap hasil hutan bukan kayu yang ada. Masyarakat menganggap kalau jenis-jenis yang mereka ambil masih tersedia di alam untuk beberapa waktu yang

akan datang. Sejalan dengan hasil penelitian ini, Ngakan dkk (2006) menyatakan masyarakat Dusun Pampli di Kabupaten Luwu Utara Sulawesi Selatan juga memiliki partisipasi yang rendah dalam menjaga keberlanjutan sumber daya hutan. Padahal tingkat ketergantungan masyarakat di Dusun Pampli terhadap hasil hutan bukan kayu sangat tinggi. Jenis hasil hutan bukan kayu yang paling banyak dimanfaatkan oleh masyarakat meliputi rotan, kayu untuk kayu bakar dan kayu untuk bahan bangunan serta tanaman obat. Jenis hasil hutan yang dimanfaatkan untuk membuat kerajinan tangan seperti Akar Doh Balok, Daun Karipuk (Pandanus tectorius), Daun Lutu, Resam (Dicranoperis linearis), Bangrow (Donax cannaeformis), Uwi Saga (Calamus caesius blume), Uwi Jalebla, Bulu’ Semeling, Bulu’ Lan, Bulu Betung (Dendrocalamus asper backer), Bulu’ Bale, Bulu Muti, dan Bulu Pesah. Kebanyakan merupakan jenis Rotan dan Bambu. Hasil kerajinan tangan tradisional merupakan produk yang paling sering dibuat oleh penduduk Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu. Kaum laki-laki membuat kerajinan tangan seperti Bubu (perangkap ikan), Tempat Sampah, dan Tikar yang terbuat dari Rotan, mereka membuat kerajinan tersebut di sela-sela waktu istirahat atau pada saat tidak pergi ke hutan, sedangkan untuk membuat Bubu (perangkap ikan) biasanya kaum laki-laki membuatnya menjelang musim mencari ikan. Selain kaum laki-laki kaum wanita juga membuat kerajinan tangan yang

(10)

digunakan untuk kehidupan sehari-hari masyarakat. Kaum wanita menggunakan waktu luang untuk membuat kerajinan tersebut. Ada beberapa produk seperti Tikar, Tangoi (penutup kepala), Bakul dan lain-lain. Bahan dasar dari kerajinan yang dihasilkan tersebut semuanya berasal dari hasil hutan bukan kayu yang di ambil di hutan.

Ada beberapa jenis tumbuhan penghasil makanan yang terdapat di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu. Jenis-jenis seperti Aren/Enau (Arenga pinnata), Sagu (Metroxylon sagu). Penduduk setempat biasanya mengambil jenis-jenis tersebut hampir setiap hari. Selain itu ada juga jenis-jenis tumbuhan tahunan yang pemanfaatannya tidak dapat dilakukan setiap hari, yakni madu (Apis dorsata), Durian (Durio zibethinus murr), dan buah Tengkawang (Shorea macrophylla). Penelitian Purwanto dkk (2011) menyatakan hasil hutan bukan kayu memiliki nilai valuasi ekonomi tinggi karena pemanfaatannya untuk berbagai kegunaan. Umumnya satu jenis hasil hutan dapat digunakan untuk lebih dari satu kegunaan sepeti bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat, sumber pangan serta bisa dijual dan menjadi sumber nafkah ekonomi.

Beberapa hasil hutan bukan kayu dimanfaatkan masyarakat sebagai tumbuhan obat. Menurut Dalimarta (2000) dalam Jane dkk (2010) tumbuhan obat adalah tumbuhan yang salah satu atau seluruh bagian pada tumbuhan tersebut mengandung zat aktif yang berkhasiat bagi

kesehatan yang dapat dimanfaatkan sebagai penyembuh penyakit. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu penduduk yang mengetahui tata cara menggunakan tumbuhan obat tersebut, penggunaan tumbuhan obat secara tradisional masih dilakukan oleh masyarakat, terutama untuk mengobati penyakit yang masih tergolong ringan seperti demam dan batuk.

Tumbuhan obat-obatan seperti Urat Lalamas, Kulit Rambean (Baccauera motleyana), Daun Papa, dan Bararan Kunus telah lama digunakan untuk mengobati penyakit seperti, sakit perut, maag, demam dan sakit mata. Ada beberapa cara untuk membuat ramuan obat dari tumbuhan tersebut, yaitu direbus dan ditumbuk (diperas). Sementara itu, penggunaan ramuan obat tersebut dapat dilakukan dengan cara diminum dan ditempelkan pada bagian sakit/luka. Bagian tumbuhan yang digunakan meliputi akar, kulit, dan daun. Urat lalamas merupakan salah satu tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh masyarakat setempat untuk mengobati penyakit yang tergolong ringan, yakni demam. Tumbuhan ini tumbuh liar dan mudah didapatkan di sekitar hutan Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar, dan Desa Datah Diaan Kecamatan Putussibau Utara Kabupaten Kapuas Hulu ini. Penelitian Uluk dkk (2001) menunjukkan masyarakat yang berada di sekitar Taman Nasional Kayan Mentarang menggunakan 139 sampai 214 jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan sebagai sumber makanan, obat-obatan, bahan bangunan, upacara dan kebudayaan.

(11)

Bagian dari tumbuhan yang digunakan untuk menjadi tanaman obat adalah akarnya, dan untuk proses pengolahannya dilakukan dengan cara direbus, kemudian air dari rebusan tersebut diminum. Walaupun demikian tidak semua dari masyarakat setempat menggunakan tumbuhan obat untuk mengobati penyakit seperti yang disebutkan, tetapi hanya orang-orang tertentu saja yang masih menggunakan tumbuhan obat-obatan tersebut, hal ini dikarenakan berubahnya kebiasaan masyarakat dari yang sebelumnya menggunakan cara pengobatan tradisional ke pengobatan modern.

PENUTUP Kesimpulan

1. Jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang ada di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan di Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu meliputi tumbuhan penghasil bahan kerajinan tangan, penghasil bahan makanan, tanaman obat dan tumbuhan untuk bumbu masakan.

2. Pengolahan jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaaatkan oleh masyarakat masih dalam bentuk pengolahan tradisional.

3. Masyarakat yang melakukan pemanfaatan hasil hutan bukan kayu belum mempunyai kesadaran untuk melakukan tindakan konservasi dan membudidayakan jenis-jenis hasil hutan bukan kayu di kebun atau lahan mereka. 4. Tidak ada dari masyarakat Desa Labian

Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu yang menjadikan hasil hutan

bukan kayu sebagai mata pencaharian utama.

Saran

Berdasarkan kesimpulan, ada beberapa kegiatan dan saran yang ingin disampaikan, meliputi :

1. Pemerintah Kabupaten/Instansi terkait perlu memberikan pemberdayaan terhadap masyarakat mengenai pemanfaatan dan pengelolaan potensi hasil hutan bukan kayu yang ada di Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu.

2. Sosialisasi kepada masyarakat setempat mengenai tindakan konservasi terhadap jenis-jenis hasil hutan bukan kayu yang dimanfaatkan dalam rangka regenerasi dan mencegah kepunahan.

3. Masyarakat perlu mendapatkan sosialisasi tentang menciptakan hasil kerajinan tangan yang bernilai ekonomi tinggi.

4. Masyarakat memerlukan program pendamping serta wadah untuk menyalurkan hasil kerajinan yang mereka ciptakan.

5. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai potensi hasil hutan bukan kayu yang ada di hutan sekitar Desa Labian Ira’ang, Kecamatan Batang Lupar dan Desa Datah Diaan, Kecamatan Putussibau Utara, Kabupaten Kapuas Hulu.

DAFTAR PUSTAKA

Christien N. Kendek, J. S. Tasirin, R. P. Kainde, J. I. Kalangi. 2013. Pemanfaatan Hasil Hutan Bukan Kayu oleh Masyarakat Sekitar Hutan Desa

(12)

Minanga III Kabupaten Minahasa Tenggara. Jurnal Fakultas Pertanian Universitas Sam Ratulangi Manado. Vol 3, No. 5 : 2-6.

Jane T. Sada, Rosye H. R. Tanjung. 2010. Keragaman Tumbuhan Obat Tradisional di Kampung Nansfori Distrik Supiori Utara, Kabupaten Supiori-Papua. Jurnal Biologi Papua. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Cenderawasih, Jayapura-Papu. Vol 2, No. 2 : 40-46.

Munawaroh E, Saparita R, Purwanto Y. 2011. Ketergantungan Masyarakat pada Hasil Hutan Non Kayu di Malinau, Kalimantan Timur: Suatu Analisis Etnobotani dan Implikasinya bagi Konservasi Hutan. Penelitian Hayati Edisi Khusus: 7A (51-58). LIPI Press. Bogor.

Ngakan P.O., Komarudin H., Achmad A., Wahyudi dan Tako A. 2006. Ketergantungan, Persepsi dan Partisipasi Masyarakat terhadap Sumberdaya Hayati Hutan: Studi Kasus di Dusun Pampli Kabupaten Luwu Utara, Sulawesi Selatan. CIFOR. Intiprima Karya. Jakarta. ISBN 979-24-4666-4.

Njurumana G.N.D dan Butarbutar T. 2008. Prospek Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu Berbasis Agroforestry Untuk Peningkatan dan Diversifikasi Pendapatan Masyarakat di Timor Barat. Info Hutan Vol V No 1: 53-62. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P 35/Menhut-II/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu.

Purwanto Y, Walujo EB, dan Wahyudi A. 2011. Valuasi Hasil Hutan Bukan Kayu (KAwasan Lindung PT Wirakarya Sakti Jambi). LIPI Press. Jakarta.

Rachman. E, Indah. B, dan Muhammad Z. M, 2007. Kajian Pola - Pola Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Hutan Produksi Dalam Mencegah Illegal Logging. Jurnal Penelitian Sosial dan Ekonomi Kehutanan. Badan Litbang Kehutanan. Vol. 4, No. 4.

Saragih W. 1993. Studi Pemanfaatan Hasil Hutan oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango di Kecamatan Nagrak, Kabupaten Sukabumi. Skripsi. IPB Bogor.

Syahni R, Mahdi, Yusmini, Tanjung F. Hakimi R. 2002. Tekanan Aktivitas Ekonomi Masyarakat terhadap Kelestarian Taman Nasional Kerinci Seblat. Jurnal Stigma 10 (4):364-370. Uluk A, Sudana M, Wolleenberg E. 2001.

Ketergantungan Masyarakat Dayak terhadap Hutan di sekitar Taman Nasional Janyan Mentarang. Bogor. CIFOR.

Utama W.H. 2004. Penilaian Ekonomi Hasil Hutan Non Kayu oleh Masyarakat Desa Sekitar Hutan di Kawasan Ekosistem Leuser. Skripsi. Universitas Sumatera Utara Medan.

Referensi

Dokumen terkait

Hal Ini dilihat berdasarkan hasil uji hipotesis secara simultan (F) diperoleh store atmosphere yang terdiri dari exterior, general interior, store layout, dan interior display

Dalam melakukan analisis business case, objek yang dianalisis adalah perencanaan investasi TI berupa pengembangan e-learning yang dikembangkan di Politeknik Caltex Riau.. Dalam

Apabila beban bekerja secara berselang-seling pada bentang-bentang,  perubahan nilai momen negatif di tumpuan umumnya hanya kecil sedangkan perubahan momen  positif

bantuan guru dan teman dalam bahasa Indonesia lisan dan tulis dengan memilih dan memilah kosakata baku (KD silabus dan buku)  teks wawancara tentang jenis-jenis usaha dan

Di wilayah Kecamatan Ngaliyan mengalami perubahan spasial yang membentuk pola perubahan konsentris spasial karena adanya akses utama, yakni berupa jalan kelas 1

Bila terjadi perubahan topologi yang mengakibatkan suatu node tidak dapat dituju dengan menggunakan informasi rute yang ada pada tabel routing, maka node lain akan mengirim

Perumusan masalah dari penelitian di Kabupaten Trenggalek adalah: (1) Sejauh mana nilai tambah yang dapat diperoleh dari bahan baku ubi kayu menjadi bahan setengah jadi berupa

Seiring Perkembangan industri 4.0 permainan game semakin berfariasi dengan seiring perkembangan zaman dan tuntutan pemain yang menginginkan game agar lebih