• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI KOTA SURAKARTA DAN SEKITARNYA"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 148

TINGKAT KERUSAKAN JALAN DI KOTA SURAKARTA

DAN SEKITARNYA

Imam Hardjono1, A. Edy. E. S. Sembiring2

1,2Fakultas Geografi Universitas Muhammadiyah Surakarta 1e-mail: Ih169@ums.ac.id

Abstrak

Infrastruktur jaringan jalan memegang peranan penting dalam perkembangan suatu wilayah. Selain berfungsi sebagai transportasi, jalan juga berfungsi sebagai media sosialisasi dan aksesibilitas bagi masyarakat. Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menentukan agihan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya dengan menggunakan Sistem Informasi Geografis. 2. Menganalisis perbedaan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya berdasarkan faktor-faktor wilayah.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei dengan cara observasi dan pengharkatan beberapa parameter yang digunakan. Teknik pengambilan sampel adalah purposive

sampling. Metode analisis yaitu metode pendekatan kuantitatif berupa pengharkatan terhadap

parameter. Proses pengolahan data menggunakan aplikasi Sistem Informasi Geografis meliputi

buffer, IDW, dan overlay intersect.Hasil akhir yang diperoleh dalam penelitian ini adalah Peta

Tingkat Kerusakan Jalan di Kota Surakarta dan Sekitarnya skala 1:80.000 dengan dua tingkat yaitu tingkat kerusakan jalan rendah dan tingkat kerusakan jalan sedang. Panjang jalan dalam tingkat kerusakan rendah adalah 221,62 km (86,88 %). Dan panjang jalan dalam tingkat kerusakan sedang adalah 33,47 km (13,14 %).

Kata Kunci: parameter penyebab, tingkat kerusakan jalan. Abstract

Road network infrastructure have an important role in the development of a region. In addition to functioning as a transportation, the road also serves as a medium of socialization and accessibility for the community. This study aims to: 1. Determine distribution the extent of damage to roads in Surakarta and surrounding areas by using Geographic Information System. 2. Analyzing the difference in the level of road damage in Surakarta City and its surroundings based on region factors. The method used in this research is by observation and assessment some parameters used. The sampling technique is purposive sampling. Method of calculating the parameters. Data processing using GIS application includes buffer, IDW, and overlay intersect.The final result developed in this research is the Map of Road Damage Level in Surakarta City and Surrounding scale 1: 80.000 with two level that is low level of road damage and level of road damage. The length of the road in the low damage level is 221.62 km (86.88%). And the length of road in moderate damage level 33,47 km (13,14%).

Keywords: causes the parameter, the extent of road damage.

PENDAHULUAN

Pelayanan transportasi terutama transportasi darat, merupakan aset pembangunan yang sangat besar. Transportasi darat yang salah satunya yaitu jalan mempunyai peran penting dalam bidang sosial, ekonomi, dan budaya. Selain itu jalan merupakan salah satu faktor pendukung perkembangan wilayah secara menyeluruh. Tersedianya infrastruktur jaringan jalan yang memadai merupakan salah satu modal besar untuk meningkatkan kegiatan masyarakat di suatu daerah,

(2)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 149

baik untuk kegiatan yang bersifat sosial maupun perekonomian. Selain sebagai transportasi, jalan juga berfungsi sebagai media sosialisasi dan aksesibilitas bagi masyarakat.

Dalam sistem transportasi dan jaringan jalan di Jawa Tengah, Kota Surakarta merupakan simpul pergerakan yang sangat strategis, yaitu pertemuan antara jalur Pantura dan jalur Selatan yang keduanya merupakan jalan Nasional yang berfungsi sebagai jalan Arteri Primer, yaitu jalur Jakarta-Surabaya dan jalur Bandung-Yogyakarta-Surabaya. Selain pertemuan dua buah jalur besar tersebut, dari wilayah hinterland menuju Kota Surakarta dihubungkan oleh jalur jalan Provinsi Jawa Tengah yang berfungsi sebagai jalan Kolektor Primer, yaitu jalur jalan Wonogiri-Sukoharjo-Surakarta dan jalur Semarang-Purwodadi-Surakarta, sehingga jalan di Kota Surakarta memiliki andil dalam jalur lintas perdagangan, pariwisata, dan sektor-sektor lain yang berhubungan/bergantung pada fasilitas jalan di Kota Surakarta dan kota-kota di sekitarnya.

Kondisi jalan sangat berpengaruh terhadap aktivitas yang membutuhkan aksesibilitas jalan sebagai perantaranya. Misalnya pada sektor perdagangan dari Jogja menuju Semarang yang membutuhkan akses pengiriman barang melalui jalan di Surakarta. Jika kondisi jalan di Kota Surakarta bagus, maka proses pengiriman barang akan berjalan lancar dengan waktu yang efisien, sedangkan jika kondisi jalan kurang bagus, maka proses pengiriman barang akan sedikit terhambat karena sarana transportasi yang digunakan membutuhkan waktu lebih untuk berhati-hati melintasi jalan yang kondisinya kurang bagus karena kurang terawat. Untuk itu dibutuhkan pemantauan dan pengelolaan mengenai kondisi jalan agar jalan yang mengalami kerusakan dapat dengan mudah teridentifikasi untuk selanjutnya akan dilakukan perbaikan.

Banyak jalan provinsi dan jalan kabupaten/kota yang masih perlu diperbaiki. Hal ini menyebabkan daya saing Indonesia masih kalah dengan negara ASEAN lainnya. Berdasarkan data World Economic Forum, daya saing Indonesia meningkat 12 poin, dari peringkat 50 pada tahun 2012 menjadi peringkat 38 pada tahun 2013. Posisi Indonesia tepat berada di bawah Thailand (37). Sedangkan beberapa negara ASEAN yang memiliki daya saing lebih baik daripada Indonesia,

(3)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 150

yakni Brunei (26), Malaysia (24), dan Singapura (2). Indeks daya saing tersebut diukur terhadap 12 pilar, salah satunya adalah pembinaan jasa konstruksi, yaitu infrastruktur. Terkait daya saing infrastruktur ini, Indonesia menempati peringkat 61 dari 144 negara pada tahun 2013. Sementara tahun sebelumnya, peringkat Indonesia dalam infrastruktur pada peringkat 78. Namun hal yang perlu diperhatikan bahwa peringkat infrastruktur di angka ‘61’ sedangkan daya saing di ‘38’, berarti infrastruktur masih belum maksimal mendukung sektor lain. Disinilah perlu penguatan daya saing infrastruktur, karena infrastruktur yang berkualitas, akan mendukung bagi kelancaran kegiatan sektor pembangunan lainnya (bisniskeuangan.kompas.com).

Kota Surakarta merupakan kota penghubung antara jalur utara-tengah-selatan sehingga keberadaan jalan baik ukuran maupun kualitas menjadi sangat penting. Tentu saja ditemui berbagai kondisi jalan, baik jalan dengan kondisi yang stabil maupun jalan dengan kondisi yang tidak stabil sehingga rentan terhadap kerusakan jalan. Adapun penyebab kerusakan jalan diantaranya karakteristik medan dan keadaan dari lalu lintas. Panjang jalan di Kota Surakarta pada tahun 2012 mencapai 676,56 kilometer dimana kondisi jalan baik sebesar 389,95 km (57,64%), kondisi sedang sebesar 184,57 km (27,28%), kondisi rusak sebesar 93,92 km (13,88%), dan kondisi rusak berat sebesar 8,12 km (1,2%). (Surakarta dalam Angka 2013).

Salah satu cara untuk mendukung pengelolaan jalan tersebut yaitu pembuatan peta tingkat kerusakan jalan Kota Surakarta dengan memanfaatkan analisis spasial dalam Sistem Informasi Geografis. Pembuatan peta ini ditujukan untuk memudahkan dalam penentuan intensitas pengelolaan jalan yang harus sering atau jarang dikelola, sehingga antisipasi dan perencanaan pengelolaan jalan dapat dengan mudah disusun.

Pentingnya sistem transportasi terutama infrastruktur jaringan jalan dalam kegiatan masyarakat sehingga perlu diadakan penyediaan informasi mengenai kerusakan jalan terhadap berbagai kondisi jalan agar dapat mengembalikan fungsi jalan sebagaimana mestinya.

(4)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 151

Pemetaan merupakan suatu usaha untuk menciptakan peta yang dapat memberikan informasi tentang hasil interaksi aktivitas manusia dengan lingkungannya pada suatu wilayah yang digambarkan ke dalam bentuk simbol dan diskalakan sesuai dengan tujuannya. Pemetaan tingkat kerusakan jalan disini dimaksudkan untuk membantu menyediakan data, manipulasi, dan analisis secara cepat dan lebih efisien.

Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis berperan dalam analisis untuk pembuatan peta tingkat kerusakan jalan yang kemudian ditentukan tingkat pengelolaan jalannya. Kemampuan SIG tidak sebatas penyimpanan dan keluaran (output), SIG juga mampu menganalisis tingkat kerusakan jalan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan beberapa pertanyaan yang melatarbelakangi penelitian ini, yaitu: (1) Bagaimana agihan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya?; dan (2) Faktor-faktor wilayah apakah yang mempengaruhi perbedaan tingkat kerusakan jalan di daerah penelitian?

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah: (1) Menentukan agihan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya dengan menggunakan teknologi Sistem Informasi Geografis; dan (2) Menganalisis perbedaan tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya berdasarkan faktor-faktor wilayah.

METODE

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei, dengan cara observasi yaitu suatu metode untuk memperoleh data langsung dengan cara-cara pengamatan, pengukuran, dan pencatatan terhadap data-data yang diperlukan sesuai dengan tujuan survei. Pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, yaitu pada daerah yang dilalui oleh jalur jalan, yang mengalami kerusakan jalan, dan yang memungkinkan mempengaruhi kerusakan jalan. Teknik pengambilan ini disebut purposive sampling. Metode analisis yaitu metode pendekatan kuantitatif berupa pengharkatan terhadap parameter yang digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan jalan. Parameter-parameter yang berpengaruh dalam penentuan tingkat kerusakan jalan yaitu kemiringan lereng,

(5)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 152

tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan saluran drainase jalan.

Data dalam penelitian ilmiah merupakan hal yang sangat penting, karena data ini yang nantinya akan membantu penulis dalam menganalisis sebuah kasus, sehingga dapat dicocokkan apakah kasus tersebut sesuai dengan data-data yang ada atau tidak. Sumber data dalam penelitian ada dua, yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder.

Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh dari sumber pertama baik individu ataupun dengan melakukan survei lapangan. Tahap pengumpulan data dalam penelitian ini sebagian besar diperoleh dari data sekunder dengan melakukan kajian literatur yang sesuai dengan penelitian yang dilakukan. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan atau bahan yang bersifat teoritis yang relevan contohnya laporan penelitian, surat kabar/majalah, atau internet. Sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari instansi-instansi terkait.

Hasil perolehan data dalam penelitian ini kemudian disimpan dalam suatu wadah yang disebut database, agar data tertata dengan rapi dalam suatu wadah. Data-data tersebut kemudian diolah menggunakan bantuan teknologi SIG yaitu menggunakan perangkat lunak ArcGIS9.3. Pengolahan data diolah melalui beberapa sistem analisis data menggunakan fungsi tools yang terdapat pada ArcGIS9.3. Kegunaan dari tools yaitu membantu dalam mengolah data secara efektif dan efisien.

Penentuan tingkat kerusakan jalan diperoleh dari proses pengharkatan. Berdasarkan studi pustaka yang telah dilakukan dalam penentuan tingkat kerusakan jalan terdapat enam parameter yang digunakan, yaitu: kemiringan lereng, tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan saluran drainase jalan. Masing-masing parameter tersebut memiliki nilai harkat tertentu yang sesuai dengan variabel yang terdapat pada masing-masing parameter.

Kemiringan lereng merupakan sudut yang dibentuk oleh bidang lereng dengan bidang horizontal dan dinyatakan dalam besaran persen. Kemiringan lereng

(6)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 153

mempengaruhi kestabilan lahan. Lereng yang terjal cenderung kurang stabil. Pada lereng yang terjal sering terjadi longsor dan rawan terhadap erosi.

Peta kemiringan lereng merupakan salah satu parameter fisik lahan. Kemiringan lereng dipertimbangkan dengan alasan bahwa semakin besar kemiringan lereng, maka semakin besar pula investasi yang dikeluarkan untuk penanganannya. Hal ini disebabkan faktor pemotongan dan penimbunan (cut and fill) lereng untuk pembuatan jalan, serta pertimbangan stabilitas lereng.

Tekstur tanah adalah sifat fisik tanah yang merupakan gambaran deskriptif komposisi ukuran butir partikel-partikel penyusun tanah yang digolongkan ke dalam tiga ukuran utama.Peta tekstur tanah merupakan salah satu parameter yang penting digunakan untuk menentukan tingkat kerusakan jalan. Peta tekstur tanah diperoleh dari hasil konversi peta jenis tanah di Kota Surakarta dan sekitarnya. Klasifikasi yang digunakan untuk konversi peta jenis tanah menjadi peta tekstur

Data curah hujan pada penelitian ini diperoleh dari peta sebaran hujan Kota Surakarta dan sekitarnya. Pengambilan stasiun curah hujan lebih dari satu stasiun agar mendapatkan variasi curah hujan. Curah hujan cukup berpengaruh pada konstruksi perkerasan jalan. Kondisi jalan dimana curah hujan dengan intensitas hujan yang tinggi akan mengakibatkan jalan mudah rusak. Pengharkatan curah hujan yang sesuai untuk kerusakan jalan

Volume lalu lintas menunjukan jumlah kendaraan yang melintasi satu titik pengamatan dalam satu satuan waktu (hari, jam, menit). Satuan lalu lintas yang digunakan yaitu Lalu Lintas Harian Rata-rata (LHR) . Lalu Lintas Harian Rata-rata merupakan volume lalu lintas rata-rata dalam satu hari pada masing-masing ruas jalan.

Tingkat volume jalan sangat berpengaruh terhadap tingkat pelayanan ataupun pemeliharaan jalan. Pada suatu keadaan dengan volume lalu lintas yang rendah, maka kondisi jalan akan lebih baiksehingga akan semakin rendah frekuensi kerusakan jalan. Sedangkan jalan dengan volume lalu lintas yang tinggi, maka kondisi jalan akan mudah rusak sehingga akan tinggi frekuensi kerusakan jalan.

Titik lokasi traffic light pada penelitian ini didapat dari interpretasi visual menggunakan citra Google Maps. Pengaruh titik traffic light pada kerusakan jalan

(7)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 154

adalah titik traffic light merupakan lokasi dimana sering mendapatkan tekanan dan gaya gesek dari roda kendaraan yang sedang melakukan akselerasi atau deselerasi.

Saluran drainase jalan atau dikenal dengan sebutan berem jalan merupakan bagian jalan yang keberadaannya dalam Ruang manfaat jalan (Rumaja) berfungsi sebagai mengalirkan air dari permukaan jalan ataupun bagian luar jalan supaya menjaga konstruksi jalan selalu berada dalam keadaan kering tidak tergenang air. Oleh karena itu ketersediaan saluran drainase jalan merupakan hal yang harus diperhatikan untuk menganalisis tingkat kerusakan jalan.

Saluran drainase umumnya berbentuk trapesium atau persegi panjang. Pada daerah perkotaan, dimana pembebasan lahan sangat terbatas, maka saluran drainase dibuat persegi panjang dari konstruksi beton dan ditempatkan di bawah trotoar. Sedangkan di daerah pedesaan dimana pembebasan lahan bukan menjadi masalah, saluran drainase dibuat berbentuk trapesium.

Tahap analisis data berupa tumpang susun (overlay) parameter-parameter untuk mendapatkan hasil akhir berupa peta tingkat kerusakan jalan Kota Surakarta dan sekitarnya. Metode analisis yang digunakan yaitu pengharkatan berjenjang atau disebut metode scoring. Pengharkatan dilakukan terhadap parameter-parameter yang berpengaruh terhadap tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya. Parameter tersebut meliputi kemiringan lereng, tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan saluran drainase jalan. Harkat total diperoleh dari hasil penjumlahan harkat pada masing-masing parameter.

Harkat Total = Harkat kemiringan lereng + harkat tekstur tanah + harkat curah hujan + harkat volume lalu lintas + harkat lokasi traffic

light + harkat ketersediaan saluran drainase jalan

Adapun klasifikasi tingkat kerusakan jalan dinyatakan dalam frekuensi yang dibagi menjadi tiga kelas, diantaranya tingkat kerusakan jalan rendah, tingkat kerusakan jalan sedang, dan tingkat kerusakan jalan tinggi.

(8)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 155 Tabel 1 Tingkat Kerusakan Jalan

Tingkat Kerusakan Jalan Harkat Kriteria

Tingkat kerusakan jalan rendah 6 – 14 Kondisi medan baik dan mendukung terpeliharanya bangunan jalan. Jalan tidak mengalami kelebihan beban kendaraan dan jarang sekali terjadi kerusakan jalan.

Tingkat kerusakan jalan sedang 15 – 22 Kondisi medan relatif tetapi beban jalan yang diderita oleh jalan masih cukup berat sehingga sedikit terjadi kerusakan jalan.

Tingkat kerusakan jalan tinggi 23 – 30 Kondisi medan buruk untuk bangunan jalan sehingga jalan sering rusak karena pengaruh alami serta beban kendaraan yang berlebih.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini ditujukan untuk penentuan kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya. Parameter yang digunakan dalam penelitian ini meliputi kemiringan lereng, tekstur tanah, curah hujan, volume lalu lintas, lokasi traffic light, dan ketersediaan saluran drainase jalan. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari interpretasi citra penginderaan jauh, data sekunder dari beberapa instansi, serta pengukuran dan pengamatan di lapangan. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai tinjauan atas data parameter medan dan informasi kondisi jalan yang berpengaruh terhadap kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya. Pembahasan dalam bab ini meliputi proses pengolahan data, hasil yang diperoleh, serta analisis tingkat kerusakan jalan di Kota Surakarta dan sekitarnya.

Peta Kemiringan Lereng Kota Surakarta dan Sekitarnya

Peta kemiringan lereng Kota Surakarta dan Sekitarnya disadap dari empat peta yaitu Peta kemiringan lereng Kota Surakarta yang bersumber dari Bappeda Kota Surakarta, Peta kemiringan lereng Kab. Sukoharjoyang bersumber dari Bappeda Kab. Sukoharjo, Peta kemiringan lereng Kab. Karanganyar yang bersumber dari Bappeda Kab. Karanganyar, dan Peta kemiringan lereng Kab. Boyolali yang bersumber dari Bappeda Kab. Boyolali. Data kemiringan lereng yang

(9)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 156

diperoleh masih dalam format raster sehingga perlu dilakukan georeference dan digitasi menggunakan perangkat lunak ArcGIS 9.3 untuk memperoleh data kemiringan lereng dalam format vektor.

Kelas kemiringan lereng di daerah penelitian ini terdapat dua kelas yaitu 0-2% dan 2-8%. Kelas kemiringan 0-0-2% atau disebut datar paling dominan dalam daerah penelitian, yaitu mencakup wilayah seluas 144,86 km2 atau 84,72%. Dan kelas kemiringan 2-8% atau disebut landai terdapat di bagian utara daerah penelitian yaitu Kec. Jebres di Kota Surakarta, sebelah timur Kec. Banjarsari di Kota Surakarta, dan Kec. Gondangrejo di Kab. Karanganyar.Relief di Kota Surakarta termasuk halus karena tidak terdapat bukit, gunung, dan waduk.

Jalan dengan tingkat kerusakan sedang memiliki panjang 33,47 km dengan pembagian sebagai berikut: Kota Surakarta dengan panjang jalan 23,93 km, Kabupaten Sukoharjo dengan panjang 4,4 km, Kabupaten Karanganyar dengan panjang 5,11 km, dan Kabupaten Boyolali dengan panjang 0,03 km. Jalan di sekitar Kota Surakarta adalah jalan arteri yang dimana berfungsi menghubungkan antar pusat kegiatan wilayah Kota Surakarta dan antar pusat kegiatan wilayah lainnya. Contohnya adalah Jalan Slamet Riyadi di Kecamatan Kartasura, Kab. Sukoharjo, Jl. Adi Sucipto di Kecamatan Colomadu, Kab. Karanganyar, Jl. Solo-Wonogiri di Kecamatan Grogol, Kab. Sukoharjo, Jl. Solo-Karanganyar di Kecamatan Jaten, Kab. Karanganyar, dan Jl. Raya Ngawi-Solo di Kecamatan Jaten, Kab, Karanganyar.

Kabupaten Boyolali terdapat dua jalan dengan tingkat kerusakan jalan sedang, yaitu Jalan Cendrawasih dan Jalan Embarkasi Haji. Parameter yang paling berpengaruh dalam rusaknya jalan di kabupaten ini adalah tingginya curah hujan di daerah ini dengan curah hujan 3.501-4.000 mm/thn (harkat 5). Ruas jalan yang rentan mengalami kerusakan adalah ruas jalan yang kurang dari 10 meter dari lampu lalu lintas.

Kabupaten Karanganyar memiliki satu kecamatan yang berjauhan dengan kecamatan lainnya, yaitu Kecamatan Colomadu di sebelah barat dari kecamatan-kecamatan lain. Kabupaten ini dipisah oleh wilayah administrasi Kota Surakarta. Di kabupaten ini terdapat tujuh ruas jalan dengan tingkat kerusakan sedang. Ruas

(10)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 157

Jl. Adi Sucipto menjadi ruas paling panjang yang memiliki kerusakan sedang dengan panjang jalan 3,74 km. Kondisi curah hujan yang tinggi dan volume lalu lintas tinggi yang menjadi penyebab Jl. Adi Sucipto ini cukup rentan mengalami kerusakan. Dari kegiatan survei lapangan didapat kerusakan jalan retak-retak di jalan ini. Diperlunya perhatian dari pemerintah kabupaten untuk segera menindaklanjuti kerusakan jalan ini untuk kelancaran proses kegiatan ekonomi dan sosial masyarakat.

Jalan lainnya di Kabupaten Karanganyar dengan kerusakan sedang adalah Jl. Cendrawasih, Jl. Sugiono, Jl. Mayor Ahmadi, Jl. Raya Ngawi-Solo, Jl. Solo-Karanganyar, dan Jl. Ring Road. Tingginya volume lalu lintas di jalan tersebut menyebabkan jalan rentan mengalami kerusakan. Tekstur lempung terdapat di Jl. Sugiono dan Jl. Mayor Ahmadi. Tekstur tanah lempung kurang baik untuk bangunan jalan karena tekstur ini mempunyai kondisi kembang kerut tanah yang tinggi yaitu dimana pada musim hujan air cenderung menggenang dan apabila musim kemarau tanah menjadi pecah-pecah. Hal ini menyebabkan aspal jalan menjadi rentan rusak.

Kabupaten Sukoharjo terdapat sebelas jalan dengan tingkat kerusakan sedang. Ruas jalan yang dekat dengan lampu lalu lintas (traffic light) menjadi ruas jalan yang rentan terhadap kerusakan, diantaranya Jl. Slamet Riyadi, Jl, Adi Sumarmo, Jl. Solo-Sukoharjo, Jl. Langen Harjo, Jl. Tanjung Anom, Jl. Mangesti Raya, Jl. Solo-Wonogiri, Jl. Ir. Soekarno. Ditambah lagi, jalan ini dilewati oleh banyak kendaraan setiap harinya yang menyebabkan jalan semakin rentan rusak. Jl. Pramuka dan Jl. Alternatif Palur Mojolaban rentan akan kerusakan selain karena volume lalu lintas yang tinggi, di sekitar jalan ini memiliki tekstur tanah lempung.

Kota Baru di Surakarta dibangun di Kabupaten Sukoharjo yakni di Kecamatan Grogol. Letak Kecamatan Grogol adalah di sebelah selatan Kota Surakarta dan menjadikan Kota Baru ini menjadi pusat perekonomian baru di luar wilayah administrasi Kota Surakarta. Jalan Solo-Wonogiri menjadi salah satu jalan utama di wilayah Kota Baru dan kondisi jalan masih dalam keadaan yang bagus dan belum mengalami kerusakan. Tentunya dengan pemeliharaan yang baik oleh

(11)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 158

pihak terkait jalan akan lebih awet dan kegiatan masyarakat akan semakin meningkat.

Jalan di Kota Surakarta dengan tingkat kerusakan sedang cukup banyak dengan total panjang jalan 23,93 km. Dari hasil penelitian yang dilakukan diperoleh jalan yang rentan mengalami kerusakan adalah ruas jalan yang dekat dengan lampu lalu lintas. Hal ini disebabkan karena kendaraan baik sepeda motor, kendaraan ringan, dan kendaraan berat memperlambat laju kendaraannya pada saat lampu lalu lintas berwarna merah dan akan mempercepat laju kendaraannya pada saat lampu lalu lintas berwarna hijau. Aktivitas memperlambat dan mempercepat laju kendaraan inilah yang mempengaruhi rusaknya jalan. Volume lalu lintas yang cukup tinggi di Kota Surakarta mempengaruhi kondisi kerentanan jalan. Kota Surakarta sendiri memiliki daya tarik kota yang tinggi dimana Kota Surakarta menjadi kota yang berkembang baik dalam perekonomian. Pariwisata di Kota Surakarta juga menjadi daya tarik kota sehingga tingginya wisatawan di Kota Surakarta akan meningkatkan volume lalu lintas sehingga menyebabkan kemacetan pada waktu tertentu misalnya pada kegiatan festival atau pesta rakyat.

Kemiringan lereng di Kota Surakarta yaitu kelas kemiringan 0-2% atau disebut datar mendominasi sebagian besar wilayah kota. Kemiringan lereng 2-8% atau disebut landai berada di utara Kota Surakarta yaitu Kecamatan Jebres. Wilayah Kota Surakarta yang datar menjadikan jalan lebih aman dari bahaya longsor jalan atau ambles jalan. Saluran drainase jalan di seluruh jalan di Kota Surakarta maupun jalan di sekitar Kota Surakarta sudah tersedia sehingga yang menjadi perhatian adalah pemeliharaan terhadap saluran drainase dan himbauan terhadap masyarakat untuk tidak membuang sampah ke saluran drainase. Sedimentasi yang menyebabkan pendangkalan saluran drainase juga menjadi perhatian untuk dilakukan pengerukan sedimen agar fungsi saluran drainase sebagaimana mestinya.

SIMPULAN

Berdasarkan proses dan hasil yang telah diperoleh dari penelitian ini, maka dapat disimpulkan bahwa: (1) Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografis memudahkan dalam pengolahan data dan analisis data pada penentuan tingkat

(12)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 159

kerusakan jalan. Penginderaan Jauh berperan sebagai penyadapan objek jaringan jalan melalui hasil perekaman citra Google Maps. Sistem Informasi Geografis berperan mengolah data jalan serta analisis data menggunakan overlay; dan (2) Berdasarkan proses dan pengolahan data diperoleh hasil bahwa jalan didominasi dengan tingkat kerusakan rendah yaitu dengan panjang jalan 221,62 km. Kondisi medan yang mendukung akan bangunan jalan di Kota Surakarta dan sekitar nyamenjadikan jalan dalam keadaan baik dan layak untuk dipergunakan. Kondisi medan ini diantaranya adalah kemiringan lereng datar, saluran drainase tersedia di kiri kanan jalan. Tetapi terdapat pula jalan dengan tingkat kerusakan sedang yaitu jalan sedikit rentan mengalami kerusakan khususnya pada ruas tertentu. Hal ini disebabkan karena tingginya volume lalu lintas pada sebidang jalan, ruas jalan di dekat lampu lalu lintas, curah hujan tinggi, dan tekstur tanah halus di sebagian wilayah. Pemerintah kabupaten/kota berperan dalam penanganan kerusakan jalan serta pemeliharaan jalan demi kelancaran proses kegiatan perekonomian dan aktivitas sosial ekonomi masyarakat.

Peneliti mengharapkan agar penelitian selanjutnya disarankan: (1) Dalam penentuan tingkat kerusakan jalan perlu memperhatikan parameter penentu kerusakan jalan, terutama parameter volume lalu lintas yang merupakan parameter pengaruh yang dominan; (2) Analisis pemangku kepentingan (stakeholder) diperlukan sebagai tindak lanjut dari hasil tingkat kerusakan jalan yang dihasilkan; dan (3) Melakukan perhitungan ulang terhadap data statistik yang diperoleh baik dari Badan Pusat Statistik maupun lembaga lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

AASHTO, 1988. Manual on Subsurface Investigations. Washington: American Association of State Highway and Transportation Officials.

Anonim. 1992. Undang-Undang No. 13 Tahun 1992. Jakarta: Departemen Perhubungan.

Anonim, 2007. Dua Belas Titik Rawan Banjir dan Longsor di Jalur Kereta Api. Jakarta: Kantor Berita Antara.

(13)

Fakultas Pendidikan MIPA dan Teknologi IKIP PGRI Pontianak 160

Jamulyo. 1991. Pengantar Geografi Tanah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM. Pangluar & Nugroho, 1980. Mekanika Tanah. Bandung: Tarsito.

Sutikno. 1989. Geomorfologi Untuk Perencanaan. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM.

Strahler. 1978. Principle of Geomorphology. New York: John Wally and Sons. Santun, R.P.S. 1985. Evaluasi Sumber Daya Lahan. Bandung Tarsito.

Subagyo, P. & Dwikorita, K. 2006. Petunjuk Praktikum Geologi. Bandung: Laboratorium Geologi Teknik Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung.

Thornburry. 1969. Principles of Geomorphology. New York: John Wally and Sons. USDA. 1974. Reconnaissance Land Resource Surveys. New York: CSR/ FAO

Staff.

Verstappen. 1983. Applied Geomorphologycal Surveys For Environment. Netherland: ITC.

Van, Z, 1979. Terrain Analysis and Classification Using Aerial Photograph. Netherland: ITC.

(14)

Referensi

Dokumen terkait

Menimbang, bahwa berdasarkan pertimbangan diatas, dan demi untuk adanya kepastian hukum, maka Pengadilan Negeri memberi ijin kepada pra Pemohon untuk melakukan

Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan zona hambat pertumbuhan bakteri Streptococcus mutans oleh ekstrak metanol rumput laut

Yang bertanda tangan di bawah ini, Silfani Permata Sari menyatakan bahwa skripsi dengan judul “ Analisis Pengaruh Capital Adequacy Ratio , Net Operating Margin ,

Hipotesis dari penelitian tugas akhir ini yaitu dengan melakukan pengoptimalan penguasaan armada tanker distribusi BBM dapat menjaga ketersediaan BBM pada masing-masing daerah

Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai..

Tanggal 15 November 2007 terjadi letusan asap disertai suara dentuman yang cukup keras, kadang disertai material abu dengan tinggi kolom asap mencapai 2.000 meter dari

Laju dekomposisi (k) bahan organik kelapa sawit yang terdiri dari janjang kosong, daun pelepah, dan campuran janjang kosong dan daun pelepah yang diperoleh

Adapun yang menjadi fokus pembahasan dalam makalah ini adalah mengenai bentuk campur kode dalam penggunaan bahasa Melayu Pontianak yang terdapat dalam rubrik Senyom