• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

       

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan membahas berbagai hal berkaitan dengan proses internal rehabilitasi sosial. Pembahasan teori menyangkut hal-hal yang akan mendukung proses internal rehabilitasi sosial Unit Pelaksana Teknis (UPT) Terapi dan Rehabilitasi BNN serta bagaimana menyusun indikator-indikator penilaian.

2.1. Proses Internal. 1. Pengertian Proses

Kamus Besar Bahasa Indonesia memberikan definisi tentang proses yaitu :

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.7

James A.F Stoner (1996 : 10) mengemukakan pengertian dari proses yaitu cara sistematik yang sudah ditetapkan dalam melakukan kegiatan yang saling terkait untuk mencapai sasaran yang diinginkan.8

Proses yang terjadi di Rehabsos UPT T&R BNN merupakan suatu urutan pelaksanaan pelayanan terapi dan rehabilitasi korban penyalahgunaan narkoba, yang didesain untuk memberikan pelayanan yang prima bagi masyarakat. Proses tersebut menghasilkan produk berupa jasa pelayanan terapi dan rehabilitasi narkoba.

2. Pengertian Proses Internal

Malayu Hasibuan menjelaskan tentang proses internal yaitu :

Proses Internal adalah suatu rangkaian yang satu sama lain berkaitan secara structural dan fungsional, saling menunjang dan mengisi, sesuai dengan peranan dan kedudukan masing-masing, namun secara

 

7

www.http://kbbi.web.id/index.php?search=proses 8

(2)

keseluruhan secara mutlak didukung oleh setiap komponen betapapun kecilnya.9

Jadi setiap sistem mengandung input, proses, output dan merupakan kesatuan yang bekerja sendiri. Akan tetapi setiap system berkaitan pula dengan suatu system yang lebih luas dan lebih tinggi tingkatannya maupun dengan subsistemnya.

Organisasi apa pun dapat dipandang sebagai sebuah system, seperangkat subsistem yang saling berkaitan dan berinteraksi menjalankan fungsinya yang diarahkan untuk mencapai sasaran bersama.

           

Sumber : Organization Theory and Design oleh Richard L.Daft

Gambar 1. Model Konseptual sebuah Sistem Operasi.10

Dari bagan diatas dapat dijelaskan proses internal yang terjadi Rehabsos UPT T&R BNN.

Proses internal menggambarkan jalannya suatu system organisasi dalam hal ini gambaran bagaimana Rehabsos dipengaruhi oleh komponen-komponen dalam proses yakni :

a. Input

Merupakan sumber daya dari lingkungan, seperti bahan mentah dan tenaga kerja, yang mungkin memasuki system organisasi.

Input terdiri dari 5 M yaitu :

       9

Malayu Hasibuan., Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta, 2001 h. 16

10

(3)

       

Men, Money, Methods, Materials, Machines. Men yaitu tenaga kerja

manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun lembaga kerja operasional.

Money, yaitu uang yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan yang

diinginkan, Methods yaitu cara-cara yang dipergunakan dalam usaha mencapai tujuan. Materials yaitu bahan-bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Machines yaitu alat yang digunakan dan diperlukan untuk mencapai tujuan.11

Dalam hal ini yang dimaksud dengan input dalam penelitian ini meliputi sumber daya yang ada didalam rehabilitasi sosial misalnya sumber daya manusia, anggaran dan keuangan, modalitas terapi yang digunakan, serta sarana dan prasarana yang mendukung organisasi.

b. Proses

Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, mungkin menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. Suatu proses mungkin dikenali oleh perubahan yang diciptakan terhadap sifat-sifat dari satu atau lebih objek di bawah pengaruhnya.

Proses dalam hal ini adalah tindakan terapi dan rehabilitasi yang diberikan kepada residen untuk pemulihan dari ketergantungan narkoba.

c. Output

Output merupakan input yang sudah ditransformasikan dan dikembalikan pada lingkungan eksternal sebagai produk atau jasa. Output merupakan hasil yang diperoleh setelah residen melakukan rehabilitasi di UPT T&R BNN.

d. Transformation Process

Transformation Process adalah suatu proses perubahan dari input

menjadi output, dalam hal ini adalah suatu keadaan dimana residen mengalami perubahan sikap, perilaku, serta bersih dari narkoba setelah menjalani proses terapi dan rehabilitasi di UPT T&R BNN.

  11

(4)

e. Feedback

Feedback adalah segala macam informasi yang diperoleh tentang

kinerja serta hasil yang dihasilkan dari suatu proses internal di UPT T&R BNN. Feedback dapat dijadikan bahan untuk memperbaiki serta mengevaluasi kinerja suatu proses internal.

2.2. UPT T&R BNN Sebagai Organisasi Pelayanan Publik a. UPT T&R BNN

1) Kedudukan, Tugas dan Fungsi • Kedudukan

a) Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional.

b) Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional yang selanjutnya disebut UPT T dan R BNN, adalah unit pelayanan terapi dan rehabilitasi terpadu di lingkungan Pelaksana Harian Badan Narkotika Nasional.

• Tugas

UPT T dan R BNN mempunyai tugas melaksanakan pelayanan terpadu terapi dan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkoba serta membantu pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba.

• Fungsi

a) pelayanan terpadu terapi dan rehabilitasi terhadap korban penyalahgunaan narkoba yang meliputi bidang medis dan sosial sesuai dengan standar pelayanan yang berlaku;

b) pemberian bantuan data dan informasi dalam upaya pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba;

c) pelaksanaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi terkait dan organisasi profesi dalam penelitian dan pengembangan

(5)

       

pelayanan terpadu terapi dan rehabilitasi penyalahgunaan narkoba;

d) pelaksanaan rawat inap tingkat pertama dan rawat jalan terhadap korban penyalahgunaan narkoba;

e) pelaksanaan bimbingan lanjut terhadap korban penyalahgunaan narkoba;

f) pelaksanaan tata usaha dan rumah tangga.12

b. Organisasi

Organisasi adalah sekelompok manusia yang bekerjasama dengan suatu perencanaan kerja dan peraturan untuk mencapai tujuan tertentu Organisasi adalah suatu kelompok orang yang memiliki tujuan yang sama..13

Stephen P. Robbins (2008:585) mendefinisikan organisasi yaitu :

Sebagai cara tugas pekerjaan dibagi, dikelompokkan, dan dikoordinasikan secara formal. Terdapat enam unsur kunci dalam struktur organisasi yaitu spesialisasi pekerjaan, depatementalisasi, rantai komando, rentang kendali, sentralisasi dan desentralisasi serta formalisasi.14

UPT T&R BNN memiliki struktur organisasi yang telah disepakati dan disahkan Perpres RI No. 83 tahun 2007 tentang BNN, BNP, BNK/Kota sesuai Peraturan Ketua BNN No : Kep 02/XI/2007 yang kemudian menjadi UPT T&R Lakhar BNN

c. Pelayanan Publik

Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara RI memberikan pedoman umum penyelenggaraan pelayaan publik yaitu15 :

 

12 Peraturan Ketua Badan Narkotika Nasional Tentang Organisasi dan Tata Kerja UPT T&R BNN,

2007. 

13

 Malayu Hasibuan., Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, penerbit PT Bumi Aksara, Jakarta, 2001 h. 26

14 Stephen Robbins., Perilaku Organisasi, Edisi Kesepuluh, PT Macananjaya Cemerlang, 2008 h.

585

15

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negaran Nomor :63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

(6)

a. Pengertian Umum

1) Pelayanan Publik adalah Segala kegiatan pelayanan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan maupun pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penyelenggara pelayanan publik adalah Instansi Pemerintah. 2) Penyelenggara pelayanan public adalah Instansi Pemerintah 3) Instansi Pemerintah adalah sebutan kolektif meliputi satuan

kerja/satuan organisasi, Kementrian, Departemen, Lembaga Pemerintah Non Departemen, Kesekretariatan Lembaga Tertinggi dan Tinggi Negara, dan Instansi Pemerintah lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk BUMN, Badan Hukum Milik Negara dan BUMD.

4) Unit penyelenggara pelayanan publik adalah unit kerja pada instansi pemerintah yang secara langsung memberikan pelayanan kepada penerima pelayanan public.

5) Pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan public sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6) Penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi, pemerintah dan badan hokum yang menerima pelayanan dan instansi pemerintah.

7) Biaya pelayanan publik adalah segala biaya (dengan nama atau sebutan apapun) sebagai imbal jasa atas pemberian pelayanan public yang besaran dan tata cara pembayaran ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.

8) Indeks kepuasan masyarakat adalah tingkat kepuasan masyarakat dalam memperoleh pelayanan yang diperoleh dari penyelenggara atau pemberi pelayanan sesuai harapan dan kebutuhan masyarakat.

(7)

b. Hakekat Pelayanan Publik

Hakekat pelayanan publik adalah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur Negara sebagai abdi masyarakat.

c. Asas Pelayanan Publik 1) Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

2) Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

3) Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsif efisiensi dan efektivitas.

4) Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat

5) Kesamaan Hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, dan agama, golongan, gender dan status ekonomi.

6) Keseimbangan Hak dan Kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan kewajiban masing-masing pihak.

d. Prinsip Pelayanan Publik

1) Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah dipahami, dan mudah dilaksanakan.

(8)

2) Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administratif pelayanan public. b. Unit kerja/ pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab

dalam memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan/ sengketa dalam pelaksanaan pelayanan public. c. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran. 3) Kepastian Waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaiakn dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

4) Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

5) Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6) Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan/ persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7) Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika). 8) Kemudahan Akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan informatika.

9) Kedisiplinan, Kesopanan dan Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ihklas.

(9)

10) Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan, seperti parkir, toilet, tempat ibadah dan lain- lain.

e. Standar Pelayanan Publik

Setiap penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan atau penarima pelayanan.

Standar pelayanan, sekurang- kurangnya meliputi : 1) Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan termasuk pengaduan.

2) Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3) Biaya Pelayanan

Biaya/ tarif pelayanan termasuk rinciannya yang ditetapkan dalam proses pemberian pelayanan

4) Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

5) Sarana dan Prasarana

Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik.

(10)

       

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan.

2.3. Pengertian Metode

Metode adalah cara-cara pelaksanaan kerja dengan seefisien mungkin atas suatu tugas yang diperoleh dengan memperhitungkan segi-segi tujuan, peralatan, fasilitas, tenaga kerja, waktu, ruang, dan biaya-biaya yang tersedia.16

2.4. Pengertian Prosedur kerja

Prosedur kerja adalah tata kerja yang merupakan suatu rangkaian. Sehingga menunjukan suatu urutan tahap demi tahap serta jalan yang harus ditempuh dalam rangka penyelesaian suatu bidang tugas.17

2.5. Pengertian Pendekatan Sistem (system approach)

Suatu pandangan bahwa organisasi sebagai system yang dipersatukan dan diarahkan dari bagian-bagian yang saling berkaitan. Analisis system dilakukan untuk mencari dan menentukan apa saja komponen-komponen dalam suatu system, bagaimana mereka berinteraksi satu sama lain dan dengan input-input dari system lain dan bagaimana system tersebut dipengaruhi oleh lingkungannya.

Maksud dari analisis system adalah membantu pengertian mengapa sebuah system mempunyai perilaku tertentu (bagaimana dan mengapa ia mengubah sekumpulan input-input yang ada menjadi output tertentu). Para analis mengharapkan bahwa pengertian dari proses ini akan meningkatkan kesempatan untuk memodifikasi system secara tepat dan mendapatkan output yang lebih mendekati harapan.

2.6. Rehabilitasi Sosial T&R BNN 1. Pengertian Rehabilitasi Sosial

Direktorat Jenderal Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Departemen Sosial RI memberikan pengertian tentang Rehabilitasi Sosial yaitu :

  16

Ibid., h.16

17

(11)

       

Rehabilitasi Sosial ialah serangkaian upaya yang terkoordinasi dan terpadu, terdiri atas upaya-upaya medik, bimbingan mental, psikososial, keagamanan, pendidikan dan latihan vokasional untuk meningkatkan kemampuan penyesuaian diri, kemandirian dan menolong diri sendiri serta mencapai kemampuan fungsional sesuai dengan potensi yang dimiliki, baik fisik, mental, social dan ekonomi.18

• Tugas

Bidang Pelayanan Sosial mempunyai tugas melaksanakan pelayanan dan rehabilitasi sosial terhadap korban penyalahgunaan narkoba serta membantu pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba berdasarkan identifikasi penyimpangan perilaku.

• Fungsi

• pelaksanaan program rehabilitasi sosial; • pelaksanaan bimbingan lanjut;

• pemberian bantuan data dan informasi mengenai identifikasi penyimpangan perilaku dalam upaya pemutusan jaringan peredaran gelap narkoba;

• pelaksanaan evaluasi dan penyusunan laporan. 2. Pengertian Residen

Residen adalah sebutan untuk klien yang sedang mengikuti program rehabilitasi sosial dengan metode TC.

3. Metode Terapi dan Rehabilitasi Sosial di UPT Terapi Rehabilitasi BNN Metode terapi dan rehabilitasi yang digunakan di UPT Terapi dan Rehabilitasi adalah Therapeutic Community (TC) yang memiliki pengertian :

TC adalah suatu metode rehabilitasi sosial yang ditujukan kepada korban penyalahgunaan narkoba, yang merupakan sebuah keluarga yang terdiri atas orang-orang yang mempunyai masalah yang sama dan memiliki tujuan yang sama, yaitu untuk menolong diri sendiri dan sesama yang dipimpin oleh seseorang dari mereka sehingga

  18

Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h. 2

(12)

       

terjadi perubahan tingkah laku dari yang negatif kearah tingkah laku yang positif.19

Teori yang mendasari metode TC adalah pendekatan behavioral dimana berlaku sistem reward (penghargaan/ penguatan) dan punishment (hukuman) dalam mengubah suatu perilaku. Selain itu digunakan juga pendekatan kelompok, dimana sebuah kelompok dijadikan suatu media untuk mengubah suatu perilaku. (Depsos, 2003 : 23).

TC adalah sekelompok orang dengan masalah yang sama, yang berkumpul untuk saling bantu dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Dengan kata lain, man helping man to help himself, yaitu seseorang menolong orang lain untuk menolong dirinya. Dalam program TC kesembuhan diciptakan melalui perubahan persepsi/pandangan alam (the renewal of worldview) dan penemuan diri (self discovery) yang mendorong pertumbuhan dan perubahan (growth and change).

Konsep TC yaitu menolong diri sendiri, dapat dilakukan dengan adanya keyakinan bahwa:

a. Setiap orang bisa berubah

b. Kelompok bisa mendukung untuk berubah c. Setiap individu harus bertanggung jawab

d. Program terstruktur dapat menyediakan lingkungan aman dan kondusif bagi perubahan

e. Adanya partisipasi aktif

Program memberi penekanan kepada lima aspek utama: a. Mental (menstruktur kembali pola pikir)

b. Emosi (me-manage dan menstabilkan emosi) c. Perilaku (merubah sikap dan perilaku)

d. Rohani (menyuburkan rohani/ iman)

e. Sosial (membina kesiapan untuk kembali ke masyarakat).

Munculnya metode TC sebagai salah satu bentuk rehabilitasi bagi para adiksi diawali dari suatu metode yang disebut Synanon. Synanon merupakan suatu konsep awal, metode program, dan bentuk penerapan

  19

(13)

dasar dari TC modern. Synanon didirikan oleh Charles Dederich, yang merupakan seorang mantan pecandu alkohol, pada tahun 1958 di Santa Monica, California.

Charles Dederich mengembangkan metode ini dengan sebuah pertemuan unik yang disebut dengan encounter group process. Group ini bertujuan untuk membantu individu lebih terbuka dan merubah karakteristik perilakunya serta sikapnya yang berhubungan dengan adiksi. Interaksi kelompok digunakan untuk mencapai kesadaran diri terhadap bentuk kepribadian yang negatif dengan melalui interaksi dengan orang lain, dan persuasi kelompok diharapkan dapat menimbulkan kejujuran, pengungkapan diri dan komitmen diri untuk berubah.

Proses ini telah berhasil membawa perubahan psikologis bagi para partisipannya. Selama hampir 15 tahun program ini berjalan sebagai suatu bentuk program treatment. Semakin lama program tersebut berkembang, dan mulai muncul adanya perubahan-perubahan dan penambahan-penambahan, sampai akhirnya Maxwell Jones memperkenalkan sebagai program Therapeutic Community ( TC ).

TC merupakan suatu wujud kehidupan nyata dalam bentuk simulasi. Di dalam TC, ada berbagai norma-norma dan falsafah yang dianut untuk membentuk perilaku yang lebih baik. Norma-norma dan falsafah yang ditanamkan dalam TC tersebut kemudian berkembang menjadi suatu budaya TC, yang didalamnya mencakup:

1. The Creed (Philosophy)

Merupakan filosofi atau falsafah yang dianut dalam TC. Falsafah ini merupakan kerangka dasar berpikir dalam program TC yang harus dipahami dan dihayati oleh seluruh residen.

2. Unwritten Philosophy

Merupakan nilai-nilai dasar yang tidak tertulis, tetapi harus dipahami oleh seluruh residen. Karena, inilah nilai-nilai atau norma-norma yang hendak dicapai dalam program. Dengan mengikuti program TC ini,

(14)

residen dapat membentuk perilaku baru yang sesuai dengan unwritten

philosophy.

3. Cardinal Rules

Cardinal Rules merupakan peraturan utama yang harus dipahami dan

ditaati dalam program TC, yaitu:

• No drugs (tidak diperkenankan menggunakan narkoba)

• No sex (tidak diperkenankan melakukan hubungan seksual dalam bentuk apapun)

• No violence (tidak diperkenankan melakukan kekerasan fisik) 4. Four Structure Five Pillars

Empat kategori struktur program :

a. Behaviour management shaping (Pembentukan tingkah laku)

Merupakan perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan untuk mengelola kehidupannya sehingga terbentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma kehidupan masyarakat.

b. Emotional and psychological (Pengendalian emosi dan psikologi) Merupakan perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan penyesuaian diri secara emosional dan psikologis, seperti tertutup, cepat marah, perasaan bersalah, dan lain-lain ke arah yang lebih positif.

c. Intellectual and spiritual (Pengembangan pemikiran dan kerohanian) Merupakan perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan aspek pengetahuan sehingga mampu menghadapi dan mengatasi tugas-tugas kehidupannya serta didukung dengan nilai-nilai spiritual, etika, estetik, moral dan sosial.

d. Vocational and survival (Keterampilan kerja dan keterampilan bersosial serta bertahan hidup)

(15)

Merupakan perubahan perilaku yang diarahkan pada peningkatan kemampuan dan keterampilan residen yang dapat diterapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas sehari-hari dan tugas-tugas kehidupannya.

5. 5 Pillars (5 tonggak dalam program)

a. Family milieu concept (Konsep kekeluargaan)

Untuk menyamakan persamaan di kalangan komunitas supaya bersama menjadi bagian dari sebuah keluarga.

b. Peer pressure (Tekanan rekan sebaya)

Proses dimana kelompok menekankan contoh seorang residen dengan menggunakan teknik yang ada dalam “TC”

c. Therapeutic session (Sesi terapi)

Berbagai kerja kelompok untuk meningkatkan harga diri dan perkembangan pribadi dalam rangka membantu proses kepulihan d. Religius session (Sesi agama)

Proses untuk meningkatkan nilai-nilai dan pemahaman agama. e. Role modelling ( Keteladanan )

Proses pembelajaran dimana seorang residen belajar dan mengajar mengikuti mereka yang sudah sukses.

6. Tool’s of The House (Depsos, 2003 : 21-22)

Tool’s of The House merupakan alat-alat atau instrumen yang

ada dalam TC yang digunakan untuk membentuk perilaku. Penerapan

Tool’s of The House yang benar diharapkan dapat membawa

perubahan perilaku yang lebih baik.

7. Struktur (Hirarki) Fungsi Kerja

Di dalam TC dikenal adanya kelompok-kelompok kerja yang terbagi dalam departemen (divisi), dimana residen yang berada dalam departemen tersebut akan menjalankan tugasnya setiap hari sesuai dengan fungsi kerjanya (job function) masing-masing. Hal ini diperlukan untuk menjaga kelangsungan operasional kegiatan

(16)

sehari-hari serta sebagai latihan keterampilan dan meningkatkan tanggung jawab residen terhadap komunitasnya. Di dalam job function tersebut dikenal adanya sistem status (hirarki) yang menentukan tingkatan tanggung jawab dari residen. Sistem Status (hirarki berdasarkan status) tersebut adalah :

a. C.O.D. (Coordinator of Department) b. Chief

c. Shingle/ H.O.D ( Head of Departmen) d. Ramrod

e. Crew

8. Tahapan Program/fase dalam TC meliputi : 1) Induction

Tahap ini berlangsung pada sekitar 30 hari pertama saat residen mulai masuk. Tahap ini merupakan masa persiapan bagi residen untuk memasuki tahapan Primary.

Pada tahap ini residen mulai mengikuti program dengan proaktif, artinya ia telah dengan aktif mengikuti program yang telah ditetapkan oleh lembaga. Residen diwajibkan mengikuti aturan-aturan yang ada dan bila melakukan kesalahan akan diberi sanksi tetapi masih diberikan pula toleransi-toleransi dengan batasan-batasan tertentu.

1) Tujuan

Tujuan dari tahap ini adalah untuk lebih mengenal peraturan-peraturan, filosofi, proses atau prosedur dan terminology (istilah-istilah yang digunakan dalam TC)

2) Parameter Keberhasilan residen :

• Lifted Walking Paper (Hafal terminology TC) • Berdasarkan waktu ( time base 0-1 bulan).

• Performance ( kualitas diri dari Residen tersebut ) • Sikap dan tingkah laku Residen baik

(17)

2) Primary

Tahap ini ditujukan bagi perkembangan sosial dan psikologis residen. Dalam tahap ini residen diharapkan melakukan sosialisasi, mengalami pengembangan diri, serta meningkatkan kepekaan psikologis dengan melakukan berbagai aktivitas dan sesi terapeutik yang telah ditetapkan. Dilaksanakan selama kurang lebih 6 sampai dengan 9 bulan. Primary terbagi dalam beberapa tahap, yaitu:

• Younger member • Middle Peer • Older member

Pada tahap ini residen sudah harus bertanggung jawab pada sebagian pelaksanaan operasional TC, membimbing younger member dan induction (residen yang masing dalam proses orientasi), meninggalkan tempat rehabilitasi bersama orangtua dan senior (Day with Companion) secara bertahap mulai 4 jam sampai dengan 12 jam. Pada tahap ini residen telah diberikan sanksi sepenuhnya dan dapat berperan sebagai pendamping (buddy) bagi residen yang baru masuk. 1) Tujuan

Untuk meningkatkan tanggung jawab residen terhadap diri sendiri, komunitas, disiplin, kejujuran, dan kepercayaan terhadap orang lain.

2) Parameter Keberhasilan residen : • Lifted Walking Paper

• Berdasarkan waktu ( time base ) ( MIDDLE MEMBER ) (2-4 bulan) • Performance ( kualitas diri dari Residen tersebut )

• Sikap dan tingkah laku Residen • Ikut aktif dalam kegiatan group • Kesehatan Residen baik

• Dapat memberikan masukan/mengarahkan Buddy

• Dapat menjalankan status dengan baik sebagai crew / senior crew / Head Of Departement ( HOD )

(18)

3) Re-entry

entry merupakan program lanjutan setelah Primary. Program Re-entry memiliki tujuan untuk memfasilitasi residen agar dapat bersosialisasi

dengan kehidupan luar setelah menjalani perawatan di Primary. Tahap ini dilaksanakan selama 3 sampai dengan 6 bulan.

Pada tahap ini residen harus bertanggung jawab pada staf dan lebih bertanggung jawab terhadap keseluruhan operasional rehabilitasi dan bertanggung jawab terhadap residen yunior. Bila residen melakukan kesalahan, sanksi yang diberikan dilaksanakan sepenuhnya tanpa toleransi. Pada tahap ini juga residen sudah boleh meninggalkan tempat rehab selama 24 jam dengan didampingi keluarga dan senior pendamping. Setelah mengikuti tahap awal dan evaluasi, jika evaluasi menunjukan keberhasilan maka residen dinyatakan lulus, untuk kemudian memasuki tahap lanjutan.

1) Tujuan

Untuk meningkatkan tanggung jawab residen terhadap diri sendiri, seluruh komunitas, dan terhadap operasional TC, disiplin, kejujuran dan kepercayaan kepada orang lain

2) Parameter Keberhasilan residen : • Lifted Walking Paper

• Berdasarkan waktu ( time base ) ( OLDER MEMBER ) (5-6 bulan) • Performance ( kualitas diri dari Residen tersebut )

• Sikap dan tingkah laku Residen • Kesehatan Residen baik • Ikut aktif dalam kegiatan group

• Dapat memberikan masukan/mengarahkan Buddy

• Dapat menjalankan status dengan baik sebagai crew / senior crew / Head Of Departement ( HOD )

• Dapat menjalankan status sebagai Coordinator Of Departement ( COD ) /

Residen Coordinator ( RCO ) / Special Function ( SF ).

• Dapat menjalankan kepercayaan untuk memimpin sebuah sesi, group, dan

(19)

• Dapat menjalankan outing / Home Leave perorangan dan kelompok

• Dapat menjalankan kepercayaan untuk menjadi Escort / Shot gun. Sudah menyelesaikan taks

4) Aftercare

Program yang ditujukan bagi eks-residen/ alumni. Program ini dilaksanakan di luar panti dan diikuti oleh semua angkatan di bawah supervisi dari staf re-entry. Tempat pelaksanaan disepakati bersama.

Dengan budaya TC seperti di atas, maka diharapkan pelaksanaan program benar-benar dijalankan oleh residen. Residen sebagai objek dan subjek yang menjalankan treatment. Program disusun untuk membuat residen terlibat secara penuh dalam setiap kegiatan, sesuai dengan job function-nya masing-masing. Kedudukan petugas hanya sebagai pengawas, yang mengawasi jalannya program.

Keberhasilan pelaksanaan kegiatan TC indikatornya meliputi dua aspek yaitu indikator keberhasilan program dan indikator keberhasilan residen. Indikator yang dapat digunakan untuk menilai program rehabilitasi ini berhasil atau gagal adalah :

1. Angka drop out pada setiap tahapan 2. Angka residen yang kabur

3. Angka kekambuhan

4. Adanya peningkatan status kehidupan residen yang lebih baik selama dan setelah mengikuti program yang dinilai dari pelaksanaan pekerjaan, sekolah dan perilaku sehari-hari baik di lingkungan keluarga maupun di lingkungan lainnya.

Indikator keberhasilan yang dapat digunakan untuk menilai keberhasilan residen adalah :

1. Dalam keadaan bebas Zat (abstinensia)

2. Dapat menjalankan kehidupan sosialnya sesuai dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat

(20)

a. Filosofi

Program TC berlandaskan pada filosofi dan slogan-slogan tertentu, baik yang tertulis maupun tidak tertulis (Unwritten Philosophy). Filosofi TC yang tertulis yang merupakan sesuatu hal yang harus dihayati, dianggap sakral, tidak boleh diubah dan harus dibaca setiap hari. Sementara filosofi tidak tertulis adalah nilai-nilai yang harus diterapkan dalam proses pemulihan yang maknanya mengandung nilai-nilai kehidupan yang Universal, artinya filosofi ini tidak mengacu kepada kultur, agama, dan golongan tertentu.

b. Filosofi TC yang tertulis

Saya berada disini karena tiada lagi tempat berlindung baik dari diri sendiri, hingga saya melihat diri saya dimata dan hati insan lain. Saya masih berlari, sehingga saya belum sanggup merasakan kepedihan dan menceritakan segala rahasia diri saya ini, saya tidak dapat mengenal diri saya sendiri, saya akan senantiasa sendiri. Dimana lagi kalau bukan disini dapatkah saya melihat cermin diri ini? Disinilah, akhirnya saya jelas melihat wujud diri sendiri. Bukan kebesaran semu dalam mimpi atau si kerdil didalam ketakutannya. Tetapi seperti seorang insan bagian dari masyarakat yang penuh kepedulian. Disini saya dapat tumbuh dan berakar, bukan lagi seorang seperti dalam kematian tetapi dalam kehidupan yang nyata dan berharga baik untuk diri sendiri maupun orang lain. (Richard Beauvois)

c. Filosofi Tidak Tertulis.

Filosofi-filosofi yang ada dibawah inti tidak mengenal hirarki, dalam arti tidak ada yang lebih penting dari yang lainnya, melainkan merupakan nilai-nilai kehidupan seluruhnya diterapkan dalam keseharian aktivitas para residen dipanti rehabilitasi (facility). Meliputi : Honesty (Kejujuran), No free lunch (tidak ada yang gratis didunia ini), Trust Your Environment (percayalah lingkunganmu),

Understand is rather than to be understood (pahami lebih dahulu orang lain

sebelum kita minta dipahami), Blind Faith (Keyakinan total pada lingkungan), To

be aware is to be alive (waspada adalah ini kehidupan), Do your things right everythings else will follow (pekerjaan yang dilakukan dengan benar

(21)

d. Kegiatan-kegiatan yang ada pada fase Primary Stage adalah : 1) Morning Meeting

Morning Meeting adalah komponen utama dilaksanakan setiap pagi hari

yang mengawali kegiatan residen dan diikuti oleh seluruh residen. Morning

Meeting merupakan satu forum untuk membangun nilai-nilai system pada

kehidupan yang baru berdasarkan Written Phylosophy Honesty, Trust

Environment, Responsibility, dan Comitmen.

- Tujuan : Mengawali hari agar lebih baik, membangkitkan kepercayaan diri, melatih kejujuran dan kepercayaan residen lain, mengidentifikasi kepercayaan, membahas issue keseluruhan rumah yang harus diselesaikan komunitas

2) Encounter Group

Group ini dirancang khusus untuk mengekspresikan atau menyatakan perasaan kesal, kecewa, marah, sedih dan lain-lain. Group ini adalah bagian untuk memodifikasikan perilaku agar menjadikan lebih disiplin.

- Tujuan : Menjadikan kehidupan komunitas yang sehat, bertanggung jawab, berani mengungkapkan perasaan, kedisiplinan.

3) Static Group

Static Group adalah bentuk kelompok lain yang digunakan dalam upaya

pengubahan perilaku dalam TC. Kelompok ini membicarakan berbagai macam permasalahan kehidupan keseharian dan kehidupan yang lalu.

- Tujuan: Membangun kepercayaan antara sesame residen dan konselor, membangkitkan rasa percaya diri, menjadikan satu tanggung jawab moril terhadap permasalahan temannya, mencari solusi masalah.

4) PAGE (Peer Accountability Group Evaluation)

Adalah suatu kelompok yang mengajarkan residen untuk dapat memberikan satu penilaian positif dan negative dalam kehidupan sehari-hari

(22)

terhadap sesame residen. Dalam kelompok ini tiap residen dilatih meningkatkan kepekaan terhadap perilaku komunitas.

- Tujuan : Residen mendapatkan masukan sehingga dapat mengubah perilakunya dan menyadari kekuranggannya, serta membangkitkan rasa percaya diri didalam membangun komunitas yang sehat.

5) Haircut

Haircut adalah salah satu bentuk sanksi yang diberikan kepada residen

yang melakukan pelanggaran secara berulang-ulang dan telah diberikan sanksi

talking to (teguran lisan secara langsung saat terjadi pelanggaran) dan pull up

(peringatan dan nasehat yang disampaikan pada forum morning meeting).

- Tujuan : Mengubah tingkah laku negative residen yang melakukan pelanggaran secara berulang-ulang, untuk memberikan shock terapi, untuk melibatkan residen yang senior agar berperan serta dalam mengubah tingkah laku residen yang lain.

6) Weekend Wrap Up

Weekend Wrap Up adalah suatu kegiatan yang membahas perjalanan

kehidupan selama 1 minggu. Adapun kekhususan kelompok ini terfokus pada residen-residen yan mendapatkan satu kelonggaran untuk keluar bersama keluarga ataupun teman seangkatannya.

- Tujuan : Meningkatkan kejujuran antara sesama residen dan staf, mendapatkan pengalaman dari residen yang mendapatkan kepercayaan untuk keluar rehab.

7) Learning Experiences

Learning Experiences adalah bentuk-bentuk sanksi yang diberikan

setelah menjalani haircut, family haircut dan general meeting.

- Tujuan : agar residen belajar dari pengalamannya untuk dapat mengubah perilaku (behavior shapping).

(23)

BAB III

GAMBARAN UMUM ORGANISASI

3.1. Sejarah Unit Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional Unit Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional beralamat di Lido Desa Srogol, Kecamatan Wates Jaya Kabupaten Bogor diawali pada tanggal 31 Oktober 1974 yang diresmikan oleh Alm. Ibu Tien Soeharto, ini merupakan realisasi BAKOLAK INPRES No. 6 Tahun 1971 sebagai pilot

project DKI Jakarta dengan nama Wisma Pamardi Siwi, tugas Dinas Pamardi

Siwi adalah sebagai tempat tahanan wanita dan anak-anak nakal sebelum perkaranya diajukan ke Pengadilan.

Pada tahun 1985 Keluar Surat Keputusan Kapolri Skep /08/VII/1985 tentang perubahan struktur organisasi Polri, Dinas Pamardi Siwi Rumwattik Pamardi Siwi sebagai tempat rehabilitasi sosial bagi anak nakal dan pekerja seks komersial (PSK), kemudian pada tahun 1997 Dikembangkan Klinik Nazatra Dis Dokkes PMJ sebagai pendukung pelayanan dalam bidang rehabilitasi medik dalam rangka pelayanan terpadu (medik dan sosial) yang peruntukkan untuk anak nakal dan korban narkotika, sehingga pada tanggal 23 Juli 2007 Perpres RI No. 83 tahun 2007 tentang BNN, BNP, BNK/Kota sesuai Peraturan Ketua BNN No : Kep 02/XI/2007 yang kemudian menjadi UPT T&R Lakhar BNN yang kini menjadi rujukan nasional sebagai pusat terapi rehabilitasi serta riset tentang penyalahgunaan narkoba.

“ Menjadi unggulan pelayanan terpadu terapi rehabilitasi, pendidikan latihan dan riset ketergantungan narkoba “

3.2. VISI dan MISI

Unit pelaksana teknis terapi dan rehabilitasi Lakhar BNN dalam melaksanakan tugasnya mempunyai Visi dan Misi sebagai berikut :

Visi :

- Mengembangankan terapi dan rehabilitasi berdasarkan perkembangan IPTEK

- Mengembangan terapi alternatif berdasarkan penelitian - Memberikan pendidikan konselor dan diklat SDM Misi :

(24)

3.3. Strategi

Badan Narkotika Nasional telah menetapkan strategi terapi dan rehabilitasi yaitu : “meningkatkan kualitas terapi dan rehabilitasi dengan mengoptimalkan dan memberdayakan sarana dan prasarana rumah sakit, puskesmas, poliklinik serta panti terapi dan rehabilitasi milik pemerintah maupun swasta serta masyarakat dalam penyelenggaraan terapi dan rehabilitasi dengan berpedoman pada standarisasi pelayanan terapi dan rehabilitasi yang ditentukan”. (BNN : 2005)

3.4. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Lakhar BNN

STRUKTUR UNIT TERAPI & RE HABILITASI PE NYALAHGUNAAN NARKO BA “PAM ARDI S IW I”

Lampiran 3a

KELOM POK JABATAN FUNG SIONAL

SEKSI T ERAPI MEDIS SEKSI PENUNJANG MEDIS

SEKSI REHABIL IT ASI SO SIAL

SEKSI PENUNJANG SOSIAL BADAN NARKO TIKA NASIONAL

REP UBL IK INDONES IA

(25)

D E TO K SI F I K A S I E N T RY U N I T P RI M A RY T RE AT M E N T R E -E N T RY A FT E R C A RE SC RE E N I N G & I N TA K E O U T PAT I E N T R EF E RA L A LU R P ELAYA N AN U N IT T ER A PI & R EH A B ILI TA S I B N N I N FO R M A SI & P EN D A FTA R A N

3.5. Alur Pelayanan Unit Pelaksana Teknis Terapi dan Rehabilitasi BNN

Gambar 3. Alur Pelayanan UPT T&R BNN

3.6. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia dalam pelayanan di UPT Terapi dan Rehabilitasi Lakhar BNN terdiri dari; Terapi Medis terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa, Dokter Ahli Akupuntur, Paramedis, Analis Kesehatan, Analis Kimia, Asisten Apoteker. Rehabilitasi Sosial terdiri dari Pembimbing Kemasyarakatan, Pekerja Sosial, Psikolog, Konselor, Pembimbing keagamaan, Penyuluh Hukum, Instruktur Ketrampilan (vokasioanl). Sedangkan untuk pelayanan umum terdiri dari Staf Tata Usaha, Staf Administrasi, Staf Personalia, Staf Keamanan, Staf Kebersihan dan rumah tangga. SDM yang diperlukan bagi pelaksanaan terapi medis dan rehabilitasi serta pelayanan umum merupakan satu kesatuan yang saling terkait.

(26)

1. Jenis Kelamin

Tabel 3.1

Penyebaran Jenis Kelamin Staf

Jenis Kelamin Frekuensi % Laki-laki 108 61.4 Perempuan 68 38.6

Total 176 100.0

Dari data diatas maka dapat diketahui bahwa staf UPT T&R BNN terdiri dari 176 orang meliputi seluruh staf POLRI, PNS, CPNS, PHL dan BKO, terdiri dari 108 orang laki-laki atau 61,4% dari total populasi dan 68 orang perempuan atau 38,6% dari total populasi.

2. Status Kepegawaian

Tabel 3.2 Status Kepegawaian

Status Kepegawaian Frekuensi %

POLRI 11 6.3 PNS 27 15.3 CPNS 44 25.0 PHL 86 48.9 BKO 8 4.5 Total 176 100.0

Dari bagan di atas dapat diketahui bahwa jumlah terbesar staf UPT Terapi & Rehabilitasi BNN adalah staf yang bestatus Pegawai Harian Lepas (PHL) berjumlah 86 orang atau 48,9%, sedangkan diurutan kedua adalah staf yang berstatus Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) berjumlah 44 orang atau 25%, diurutan ketiga adalah staf berstatus Pegawai Negeri Sipil (PNS) berjumlah 27 orang atau 15,3%, kemudian staf berstatus POLRI sejumlah 11 orang atau 6,25% dan yang terakhir adalah staf yang berstatus BKO sejumlah 8 orang atau 4,55% dari seluruh jumlah staf yang ada.

(27)

3. Tingkat Pendidikan

Tabel 3.3

Tingkat Pendidikan Staf

Tingkat Pendidikan Frekuensi %

SD 5 2.8 SMP 3 1.7 SMA (setara) 66 37.5 D1 s/d D4 49 27.8 S1 31 17.6 Profesi Dokter 20 11.4 Magister S2 2 1.1 Total 176 100.0  

Dari bagan diatas dapat diketahui perbedaan tingkat pendidikan staf UPT Terapi dan Rehabilitasi BNN. Tingkat pendidikan staf terbanyak adalah staf yang memiliki pendidikan setara dengan SMA (SMEA,SPK,SMF,STM,PGA) yaitu 66 orang atau 37,5%, diurutan kedua staf dengan tingkat pendidikan Diploma I sampai dengan Diploma IV yaitu 49 orang atau 27,8%, urutan ketiga adalah staf yang memiliki tingkat pendidikan Strata satu (S1) yaitu 31 orang atau 17,6% kemudian staf yang memiliki pendidikan Profesi Dokter yaitu 20 orang atau 11,4%, staf yang memiliki tingkat pendidikan Dasar (SD) berjumlah 5 orang yaitu 2,8%, staf yang memiliki tingkat pendidikan Menengah Pertama (SMP) berjumlah 3 orang atau 1,7% dan yang terakhir staf yang memiliki tingkat pendidikan Strata Dua (S2) hanya 2 orang atau 1,1%.

4. Jumlah Staf di Masing-masing Bagian Tabel 3.4 Staf di Setiap Bagian

Staf Bagian Frekuensi %

Umum 67 38.1

Yan Medis 78 44.3 Yan Sosial 31 17.6

Total 176 100.0

(28)

Dari bagan dan grafik diatas staf terbanyak bekerja di bagian pelayanan medis yaitu 78 orang atau 44,3%, staf bagian umum sebanyak 51 orang atau 38,1% kemudian staf pelayanan sosial sebanyak 31 orang atau 17,6%.

5. Domisili Pegawai

Tabel 3.5

Penyebaran Domisili Staf

Propinsi Frekuensi %

DKI Jakarta 97 55.1

Jawa Barat 73 41.5

Banten 6 3.4

Total 176 100.0

Dari data dan gambar diatas maka dapat terlihat bahwa sebagaian besar staf berdomisili di Propinsi DKI Jakarta sejumlah 97 orang atau 55,1%, kemudian disusul oleh staf yang berdomisili di Propinsi Jawa Barat sejumlah 73 orang atau 41,5% dan terakhir staf yang berdomisili di Propinsi Banten sejumlah 6 orang atau 3,4%.

6. Keyakinan Agama yang dianut Pegawai Tabel 3.6

Keyakinan Agama Pegawai

Agama Frekuensi % Islam 151 85.8 Kristen 21 11.9 Hindu 3 1.7 Budha 1 0.6 Total 176 100.0

Dari bagan dan grafik diatas dapat diketahui jumlah terbanyak adalah agama Islam jumlah 151orang atau 85,8% kemudian staf yang memeluk agama Kristen adalah 21 orang atau 11,9% sedangkan staf yang memeluk agama Hindu sejumlah 3 orang atau 1,7% kemudian hanya 1 orang staf yang memeluk agama Budha atau 0,6%.

(29)

7. Status Pernikahan Pegawai

Tabel 3.7

Status Pernikahan Staf

Status Pernikahan Frekuensi %

Menikah 85 48.3

Belum Menikah 91 51.7

Total 176 100.0

Dari data diatas maka dapat diketahui jumlah staf yang sudah menikah yaitu 91 orang atau 51,7% sedangkan staf yang belum menikah berjumlah 85 orang atau 48,3%.

3.7. Residen

Residen adalah sebutan untuk klien yang sedang mengikuti program rehabilitasi sosial Narkoba dengan metode Theapeutic Community. Residen merupakan sasaran pelayanan Unit Terapi dan Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional.

1. Data Residen berdasarkan Usia Tabel 3.8

Residen Berdasarkan Usia

USIA JUMLAH (%) 15-20 1 1 20-25 38 32 26-30 52 44 31-35 26 22 35-40 1 1 TOTAL 118 100.00

Dari data diatas dapat diketahui 44% residen unit terapi dan rehabilitasi berusia antara 26-30 tahun, sedangkan usia 20-25 tahun sebanyak 32% dan 22% diantaranya adalah usia 31-35 tahun, kemudian usia 15-20 tahun sekitar 1% dan usia 35-40 tahun sekitar 1%.

(30)

2. Data Residen Berdasarkan Agama Tabel 3.9

Residen Berdasarkan Agama

Agama Frekuensi % Islam 90 76 Kristen 18 15 Katholik 6 5 Hindu 2 2 Budha 2 2 Total 118 100.0

Dari data diatas dapat diketahui sebanyak 76% mayoritas residen beragama Islam sedangkan Nasrani yang terdiri dari Kristen Protestan dan Katholik masing-masing sebesar 15% dan 4% sebagian kecil adalah penganut agama lain seperti Hindu dan Budha masing-masing 1%.

3. Data Residen Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tabel 3.10

Residen Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi % SD 3 3 SMP 10 8 SMA 76 64 Diploma 6 5 Mahasiswa 13 11 Sarjana (S1) 10 8 TOTAL 118 100

Latar belakang pendidikan Residen di Unit Terapi dan Rehabilitasi adalah sebanyak 64% yang pendidikan terakhirnya adalah SMU, artinya sebagian besar penyalahgunaan narkoba yang mengikuti program adalah para remaja, residen yang dikategorikan sebagai mahasiswa sebanyak 11% sedangkan residen yang memiliki pendidikan akademis yang paling tertinggi di Unit Terapi dan Rehabilitasi adalah 8% lulusan Sarjana, pendidikan formal seperti Diploma (D3) sebanyak 5%, SMP 8% dan SD 3%.

(31)

4. Data Residen Berdasarkan Penggunaan Zat Tabel 3.11

Data Residen Berdasarkan Jenis Penggunaan

Jenis Penggunaan Frekuensi %

Morphine 25 21 Shabu 10 8 Ganja 14 12 Putaw 60 51 Alkohol 4 3 Metadon 5 4 TOTAL 118 100

Data tersebut menerangkan 51% dari total residen adalah para penyalahgunaan narkoba jenis Putaw sedangkan 21% terdiri dari penyalahguna morphine penyalahguna lainnya terdiri dari Ganja sebanyak 12%, Shabu 8% sedangkan sebagian kecil para penyalahguna jenis Metadon 4% dan Alkohol 3%.

Gambar

Gambar 2. Struktur Organisasi Unit Pelaksana Teknis Lakhar BNN
Gambar 3. Alur Pelayanan UPT T&R BNN

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan Konseling meliputi mencapai kesehatan psikologi yang positif; memecahkan masalah meningkatkan efektifitas pribadi individu; membantu perubahan pada

Nilai Angka Partisipasi Kasar dilihat dari tingkat Sekolah Menengah Pertama yang mempunyai nilai tertinggi terdapat di Kecamatan Slogohimo sbesar 159% yang

Umum Daerah SDA.01 Peningkatan Pendapatan Perkapita Masyarakat SDA.05 Peningkatan keamanan, kenyamanan dan ketertiban umum yang berkeadilan SDA.07 Peningkatan kualitas

Kebutuhan dasar adalah kebutuhan yang sangat penting guna kelangsungan hidup manusia, baik yang terdiri dari kebutuhan atau konsumsi individu (makan, perumahan dan pakaian)

Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis morfologi kawasan perkampungan Toraja Utara yang di dalamnya dilakukan analisis struktural kawasan

Di dalam tubulus kontorti terjadi proses penyerapan kembali (reabsorpsi) zat-zat yang masih berguna,yaitu glukosa, garam-garam yang masih berguna dan air. Kemudian zat-zat

Berbagai penelitian yang telah dilakukan oleh Abdullah Saeed mempunyai arti penting untuk mengetahui perkembangan berbagai pemikiran filsafat dalam Islam pada masa klasik hingga

Analisis bagaimana hubungan persepsi pencapaian standar pelayanan minimal kesehatan jiwa dengan tingkat kepuasan keluarga pasien ODGJ dirasa sangat penting untuk dilakukan