• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK BIOAKUSTIK DAN TINGKAH LAKU IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) TERHADAP PERUBAHAN SALINITAS MUHAMMAD SYARIF HARAHAP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KARAKTERISTIK BIOAKUSTIK DAN TINGKAH LAKU IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) TERHADAP PERUBAHAN SALINITAS MUHAMMAD SYARIF HARAHAP"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK BIOAKUSTIK DAN TINGKAH LAKU

IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) TERHADAP

PERUBAHAN SALINITAS

MUHAMMAD SYARIF HARAHAP

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Bioakustik dan Tingkah Laku Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) terhadap Perubahan Salinitas adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Februari 2014

Muhammad Syarif Harahap

(4)

ABSTRAK

MUHAMMAD SYARIF HARAHAP. Karakteristik Bioakustik dan Tingkah Laku Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) terhadap Perubahan Salinitas. Dibimbing oleh SRI PUJIYATI.

Gelembung renang adalah bagian tubuh ikan yang berfungsi untuk amplifikasi suara dan alat bantu pernapasan pada ikan. Ikan mujair merupakan salah satu jenis ikan bertulang belakang yang memiliki gelembung renang yang digunakan sebagai ruang resonansi yang menghasilkan suara untuk berkomunikasi. Secara fisiologis, tingkah laku ikan dapat ditunjukkan dengan karakter suara yang dihasilkan. Penelitian bioakustik dapat menganalisa tingkah laku dan karakteristik suara yang dihasilkan gelembung renang ikan mujair di perairan dengan salinitas yang berbeda. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013 di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan,Institut Pertanian Bogor dengan tahapan meliputi persiapan akuarium, pemilihan ikan, penambahan garam, pengamatan visual dalam akuarium, pengamatan visual di perairan terbuka, perekaman suara dan analisis data. Hasil penelitian menunjukkan pada hari 1 sampai hari 6, frekuensi operkulum dan frekuensi bukaan mulut ikan mujair meningkat. Hari 7 sampai hari 15, frekuensi operkulum dan frekuensi bukaan mulut ikan mujair melambat. Intensitas suara yang dihasilkan ikan mujair dipengaruhi oleh tingkah laku karena adanya pengaruh kontraksi dari otot-otot gelembung renang pada ikan mujair. Kata kunci: bioakustik, gelembung renang, ikan mujair, suara, tingkah laku

ABSTRACT

MUHAMMAD SYARIF HARAHAP. Bioakustik Characteristic and Behaviour of Tilapia Fish (Oreochromis mossambicus) against Salinity Changes. Supervised by SRI PUJIYATI.

Swim bladder of fish body part that serves to amplify the voice and breathing apparatus in fish. Tilapia fish is one type of vertebrate fish that have swim bladder that is used as a resonance chamber that produces sound to communicate. Tilapia fish is one type of vertebrate fish that have swim bladder that is used as a resonance chamber that produces sound to communicate. Physiologically, fish behavior can be shown with the character of the sound produced. Bioakustik research can analyze the behavior and characteristics of the sound produced bubbles tilapia fish swimming in waters with different salinity. The study was conducted in June 2013 at the Laboratory of Acoustics and Marine Instrumentation, Bogor Agricultural University with stage includes the preparation of the aquarium , the selection of fish , adding salt , visual observations in the aquarium , visual observations in open water , voice recording and data analysis . The results showed on day 1 to day 6, the frequency and frequency operculum tilapia fish mouth opening increased. Day 7 to day 15, the frequency and the frequency of mouth opening operculum tilapia fish slowed. The intensity of the sound produced tilapia fish is influenced by the behavior due to the effect of the contraction of the muscles of the swim bladder in fish tilapia.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan

pada

Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan

KARAKTERISTIK BIOAKUSTIK DAN TINGKAH LAKU

IKAN MUJAIR (Oreochromis mossambicus) TERHADAP

PERUBAHAN SALINITAS

MUHAMMAD SYARIF HARAHAP

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

(6)
(7)

Judul Skripsi : Karakteristik Bioakustik dan Tingkah Laku Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) terhadap Perubahan Salinitas Nama : Muhammad Syarif Harahap

NIM : C54090015

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Pujiyati, MSi Dosen Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir I Wayan Nurjaya, MSc Ketua Departemen

(8)

Judul Skripsi: Karakteristik Bioakustik dan Tingkah Laku Ikan Mujair

(Oreochromis mossambicus) terhadap Perubahan Salinitas

Nama : Muhammad Syarif Harahap

NIM : C54090015

Disetujui oleh

Dr Ir Sri Pujiyati, MSi Dosen Pembimbing

OJ"

~I

Dr Ir I

z

:

~

~

Nuriaya,

I

~

tua

Departemen

(9)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Juli 2013 ini ialah Bioakustik, dengan judul Karakteristik Bioakustik dan Tingkah Laku Ikan Mujair (Oreochromis

mossambicus) terhadap Perubahan Salinitas.

Banyak pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1 Dr Ir Sri Pujiyati, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberikan bantuan kepada penulis baik berupa saran, arahan, pikiran, materi , dan waktu.

2 Dr Ir Totok Hestiatoro, MSc selaku dosen penguji yang memberikan saran dan ilmu kepada penulis.

3 Dr Hawis H Madduppa, SPi MSi selaku Ketua Gugus Kendali Mutu yang memberikan saran dan ilmu kepada penulis.

4 Keluarga tercinta Ayahanda, Ibunda, Abang, Auzan, dan seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayang kepada penulis.

5 Pihak lain yang turut membantu dalam penyelesaian tugas akhir ini. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat.

Bogor, Februari 2014

(10)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 2 METODE 2

Waktu dan Tempat Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Tahapan Penelitian 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Pengamatan Visual Tingkah Laku Ikan Mujair 5

Tingkah Laku di Perairan Terbuka 7

Analisis Bioakustik Ikan Mujair 7

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 15

LAMPIRAN 16

(11)

DAFTAR TABEL

1 Aktifitas ikan mujair di Perairan Pulau Pramuka 7

2 Intensitas suara ikan mujair 14

DAFTAR GAMBAR

1 Diagram alir penelitian 3

2 Ilustrasi akuarium penelitian 4

3 Diagram alir perekaman suara 5

4 Pengaruh jumlah garam terhadap frekuensi operkulum ikan mujair 6 5 Pengaruh jumlah garam terhadap frekuensi bukaan mulut ikan mujair 6 6 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-1 8 7 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-2 8 8 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-3 8 9 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-4 9 10 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-5 9 11 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-6 10 12 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-7 10 13 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-8 11 14 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-9 11 15 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-10 11 16 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-11 12 17 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-12 12 18 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-13 13 19 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-14 13 20 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-15 13

DAFTAR LAMPIRAN

1 Syntax Plotting Spektrum Suara Ikan Mujair 16

2 Spesifikasi Alat Hidrofon 17

(12)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ikan memiliki organ penghasil suara khusus yang dapat memancarkan sinyal frekuensi rendah sebagai bagian dari tingkah laku sosialnya. Banyak spesies ikan yang menghasilkan suara-suara tertentu meskipun mekanisme emisi suara dan suara yang dihasilkan dalam konteks tingkah laku sangat berbeda (Veerappan 2009). Ikan dapat mengeluarkan beragam amplitudo suara untuk melakukan komunikasi dalam pertukaran informasi. Informasi yang dibawa dari sinyal-sinyal suara menjelaskan mengenai keadaan bahaya yang mengancam, keadaan agresif untuk menakuti musuh, atau panggilan peminangan. Suara juga dapat dihasilkan dari dampak tingkah laku seperti saat bergerak, makan, reproduksi dan menghindari musuh. Secara umum ikan menghasilkan suara melalui tiga cara, yaitu stridulasi, getaran gelembung renang, dan secara insidental akibat kegiatan lainnya (Sprague 2000). Menurut Simmonds dan Maclennan (2005) dan Greene (1997) terdapat tiga kelompok hewan yang memproduksi suara dengan karakteristik yang berbeda-beda, yaitu (1) jenis krustasea khususnya udang, (2) ikan toleostei (ikan bertulang belakang ) yang memiliki gelembung renang, (3) mamalia perairan seperti paus dan lumba-lumba. Ikan mujair termasuk dalam kelompok ikan bertulang belakang yang dapat menghasilkan suara melalui gelembung renangnya. Suara tersebut adalah bentuk komunikasi antara sesamanya. Suara yang dihasikan semakin kuat saat berkumpul seperti pada saat makan. Lugli et al. (2003), menyatakan hasil penelitiannya tentang ikan teleostei yang mengeluarkan suara saat berinteraksi dengan lawan jenis yang dihasilkan oleh gelembung renang.

Gelembung renang adalah bagian tubuh ikan yang berfungsi untuk amplifikasi suara dan alat bantu pernapasan pada ikan. Swimbladder stress sindrom (SBSS) adalah tidak berfungsinya gelembung renang. Gejala yang ditimbulkan dapat dilihat dari perubahan tingkah laku ikan seperti, berenang miring di permukaan, berenang di permukaan dengan bagian punggung mencuat, berenang dengan menggling-gulingkan badan dan berenang dengan perut di bagian atas. SBSS dapat disebabkan oleh berbagai faktor baik pengaruh tunggal ataupun kombinasi dari penanganan. Suhu yang terlalu tinggi, salinitas yang tinggi, pencahayaan, blooming alga, depresi oksigen dan bakteri (Fujaya 2004). Beberapa jenis ikan memiliki sonic muscle yang memberi tekanan pada gelembung renang. Jenis kelamin pada ikan mempengaruhi besarnya frekuensi yang dipancarkan oleh ikan. Ikan betina memancarkan frekuensi dasar yang lebih tinggi karena serat pada

sonic muscle yang pendek menyebabkan amplitudo untuk berkontraksi menjadi

kecil (Ueng et al. 2007). Durasi pulsa yang dihasilkan individu jantan dan individu betina pada waktu sebelum pemijahan tidak terlihat perbedaan yang nyata (Connaughton et al. 1997). Suara yang dihasilkan oleh gelembung renang sebanding dengan ukuran ikan (Lechner et al. 2010). Menurut Syahroni (2011) dan Connaughton et al. (2002) frekuensi suara yang digunakan untuk analisis suara gelembung renang pada ikan adalah frekuensi yang rendah dan berada pada kisaran 100 Hz sampai 1000 Hz.

Ikan mujair merupakan salah satu jenis ikan bertulang belakang yang memiliki gelembung renang yang digunakan sebagai ruang resonansi yang

(13)

2

menghasilkan suara untuk berkomunikasi. Ikan mujair memiliki bentuk badan pipih dengan warna abu-abu cokelat atau hitam. Ikan ini berasal dari perairan Afrika dan pertama kali ditemukan di Indonesia di muara sungai Serang pantai selatan Blitar Jawa Timur pada tahun 1939 (Afandi 1992). Ikan mujair merupakan ikan tropis yang menyukai perairan yang dangkal dan dikenal sebagai ikan yang tahan terhadap perubahan lingkungan tempat hidupnya. Ikan mujair dapat hidup pada perairan yang memiliki kadar garam air 35 ppm. Ikan mujair air tawar dapat dipindahkan ke air asin dengan proses adaptasi bertahap. Kadar garam air dinaikkan sedikit demi sedikit. Ikan mujair merupakan ikan yang biasa hidup di air tawar, sehingga untuk membudidayakan diperairan payau atau asin perlu dilakukan aklimatisasi terlebih dahulu secara bertahap sekitar 1 – 2 minggu dengan perubahan salinitas tiap harinya sekitar 2- 3 ppt agar ikan mujair dapat beradaptasi dan tidak stress. Pemindahan ikan mujair secara mendadak ke dalam air yang kadar garamnya sangat berbeda dapat mengakibatkan stress dan kematian ikan (Pirzan dan Suwardi 1995).

Secara fisiologis, tingkah laku ikan dapat ditunjukkan dengan karakter suara yang dihasilkan. Seekor ikan dapat mempelajari segala sesuatu tentang lingkungan sekitarnya dan aktifitas sekelilingnya berdasarkan suara. Suara yang dihasilkan merupakan ciri khas setiap ikan dalam menunjukkan kondisinya dan keadaannya (Colleye 2012).

Hydrophone adalah mikrofon bawah air yang menangkap sinyal akustik

kemudian mengubah energi tersebut menjadi energi listrik dan digunakan dalam sistem akustik pasif. Pengukuran sinyal suara yang ingin diketahui adalah dengan mengukur Signal to Noise Ratio (SNR) yaitu rasio antara level sinyal suara yang diterima (received level of a sound signal) terhadap level kebisingan latar (background noise level) (Greene 1997). Hydrophone biasanya berupa suatu lempengan plezo-electric ceramic (Simmond dan Maclennan 2005).

Penelitian bioakustik dapat membantu dalam memahami bahasa komunikasi pada ikan dan tingkah laku ikan. Perekaman suara yang dilakukan banyak diamati pada kondisi lingkungan buatan seperti akuarium. Kajian tingkah laku ikan mujair menggunakan analisis bioakustik diperlukan untuk mengetahui pola perubahan suara ikan terhadap perlakuan yang diberikan. Sehingga dengan hasil suara yang terinterpretasi ini, kita dapat mengetahui tingkah laku dari ikan mujair pada perairan dengan salinitas tinggi.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisa tingkah laku dan karakteristik suara yang dihasilkan gelembung renang ikan mujair di perairan dengan salinitas yang berbeda.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Kegiatan penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2013. Kegiatan penelitian bertempat di Laboratorium Akustik dan Instrumentasi Kelautan, lantai 2 gedung

(14)

3

Marine Center, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Pengamatan aktifitas ikan di perairan terbuka dilaksanakan di perairan Pulau Pramuka, Jakarta pada tanggal 28 Juni 2013.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah akuarium kaca, Styrofoam, aerator, hidrofon SQ03 (Lampiran 2), refraktometer, timbangan digital, kamera dan perangkat computer yang memiliki perangkat lunak analisis suara. Bahan yang digunakan yaitu air tawar, ikan mujair sebanyak 65 ekor, pakan ikan dan garam ikan.

Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan melalui 7 tahapan yaitu persiapan akuarium, pemilihan ikan, penambahan garam, pengamatan visual dalam akuarium, pengamatan visual di perairan terbuka, perekaman suara dan analisis data. Tahapan dari penelitian dilakukan sesuai dengan prosedur pada Gambar 1.

Gambar 1 Diagram alir penelitian Persiapan Akuarium

Akuarium yang digunakan untuk penelitian berukuran panjang 50 cm, lebar 35 cm dan tinggi 60 cm yang berfungsi sebagai tempat pengamatan. Styrofoam direkatkan diluar sisi akuarium sebagai peredam noise. Modifikasi tutup akuarium

(15)

4

dilakukan dengan melubangi tutup akuarium dengan ukuran 5 cm x 5 cm untuk pengamatan dan masuknya kabel hydrophone. Terakhir adalah memasukkan air kedalam akuarium pengamatan. Akuarium dibiarkan teraerasi selama sehari agar air menjadi bersih dan mengandung oksigen yang cukup. Pembersihan akuarium selama pengamatan dilakukan dengan metode sifon, yaitu menyedot kotoran di dasar akuarium lalu membuangnya. Ilustrasi akuarium pengamatan yang akan digunakan terlihat pada Gambar 2.

Gambar 2 Ilustrasi akuarium penelitian Pemilihan dan Aklimatisasi Ikan

Ikan yang digunakan sebagai obyek pengamatan adalah ikan mujair dalam kondisi sehat yang berukuran 7-9 cm sebanyak 65 ekor. Ikan dimasukkan dalam akuarium selama 7 hari tanpa diberi perlakuan untuk adaptasi ikan terhadap lingkungan akuarium dan pakan terapung. Aklimatisasi di perairan terbuka tidak dilakukan karena salinitas di perairan pulau pramuka tidak berbeda nyata dengan salinitas dalam akuarium pengamatan.

Perubahan Kadar Garam Dalam Akuarium

Perubahan kadar garam dalam akuarium dilakukan dengan menambahkan 175 gram garam kedalam akuarium yang memiliki volume air 87.5 liter. Penambahan garam dilakukan setiap hari selama 14 hari sehingga air bertambah asin.

Pengamatan Visual Tingkah Laku Ikan Mujair

Pengamatan visual dilakukan dengan cara mengamati langsung dan merekam dengan kamera tingkah laku, frekuensi membuka operculum ikan dan frekuensi buka-tutup mulut ikan. Frekuensi pergerakan operkulum ikan dilakukan dengan menghitung waktu yang dibutuhkan ikan untuk menggerakan 10 kali operculum dan frekuensi ikan membuka dan menutup mulut. Pengamatan tingkah

(16)

5 laku ikan mujair di perairan terbuka dilakukan dengan merekam aktifitas ikan mujair di perairan terbuka selama 30 menit.

Perekaman Suara

Proses perekaman data Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) dilakukan setelah proses perubahan salinitas air dalam akuarium pengamatan. Proses pertama yaitu dengan mematikan aerator terlebih dahulu untuk menghindari noise yang dihasilkan dari proses aerasi. Sensor hydrophone dinyalakan dan dilakukan perekaman suara yang dihasilkan ikan. Data suara disimpan dalam perangkat komputer dengan bantuan perangkat lunak. Saat proses perekaman dimulai, dibiarkan beberapa detik untuk merekam background noise saat itu sebagai kontrol. Proses perekaman dilakukan selama 5 menit. Proses perekaman suara ditampilkan pada Gambar 3, berikut.

Gambar 3 Diagram alir perekaman suara Prosedur Analisis Data

Data hasil perekaman suara dianalisis dengan menggunakan perangkat lunak. Spektrum suara yang dihasilkan oleh ikan dapat dilihat pada spektogram. Fast

Fourier Transformation (FFT) filter dilakukan untuk menghilangkan noise yang

muncul pada spektogram dengan cara menghapus data yang memiliki intensitas suara dibawah setengah nilai intensitas terbesar. Data frekuensi dan intensitas selanjutnya dihubungkan melalui ploting pada perangkat lunak (Lampiran 1). Nilai intensitas selanjutnya dikonversi kesatuan dengan rumus 20log(V). Kecepatan suara diperoleh dengan menghitung nilai dari salinitas, suhu dan kedalaman perairan.

C=1449.2+(4.6*T)-((0.055*T)^2)+((0.00029*T)^3)+(1.34-(0.01T)) (S-35)+(0.016*Z)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengamatan Visual Tingkah Laku Ikan Mujair

Hasil pengamatan visual pada ikan mujair (Lampiran 3) memaparkan bahwa tingkah laku ikan berbeda pada jumlah garam yang berbeda. Hari ke 1 sampai ke 6, frekuensi operkulum ikan mujair meningkat, namun hari ke 7 sampai frekuensi operkulum menurun (Gambar 4). Frekuensi bukaan mulut ikan mujair meningkat pada hari ke 1 sampai ke 6, dan menurun pada hari ke 7 sampai 15 (Gambar 5).

Analisis frekuensi

(17)

6

Gambar 4 Pengaruh jumlah garam terhadap frekuensi operkulum ikan mujair Gerakan operkulum merupakan indikator laju respirasi ikan. Salinitas merupakan faktor pembatas bagi kehidupan ikan. Kadar garam tinggi akan menyebabkan berkurangnya gas oksigen terlarut, akibatnya ikan akan mempercepat gerakan operkulum untuk mendapatkan gas oksigen dengan cepat sesuai kebutuhan respirasinya. Menurut Fujaya (2004) rendahnya jumlah oksigen dalam air menyebabkan ikan atau hewan air harus memompa sejumlah besar air ke permukaan alat respirasinya untuk mengambil oksigen. Fujaya (2004) menambahkan bahwa tidak hanya volume besar yang dibutuhkan tetapi juga energi pemompaan juga semakin besar. Menurut Nolan (1996) salinitas air dalam akuarium yang tinggi tidak hanya mempengaruhi kelarutan oksigen tetapi juga mepengaruhi laju metabolisme respirasi ikan.

Gambar 5 Pengaruh jumlah garam terhadap frekuensi bukaan mulut ikan mujair Hari ke 7 sampai hari ke 15, frekuensi operkulum dan frekuensi mulut ikan menurun karena kadar garam yang tinggi di lingkungan mempengaruhi tekanan osmotik cairan tubuh ikan. Apabila osmotik lingkungan (salinitas) berbeda jauh dengan tekanan osmotik cairan tubuh (kondisi tidak ideal) maka akan menjadi beban bagi ikan sehingga dibutuhkan energi yang relatif besar untuk mempertahankan osmotik tubuhnya agar tetap berada pada keadaan yang ideal (Johnson dan Johnston 1991).

1.5 1.7 1.9 2.1 2.3 2.5 2.7 2.9 3.1 0 5 0 0 1 0 0 0 1 5 0 0 2 0 0 0 F re k u en si O p er k u lu m ( n /s ) Jumlah Garam (gr) 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.2 2.4 0 5 0 0 1 0 0 0 1 5 0 0 2 0 0 0 F re k u en si B u k aa n M u lu t Ik an ( n /s ) Jumlah Garam (gr)

(18)

7 Tingkah Laku di Perairan Terbuka

Hasil pengamatan visual Ikan Mujair selama 30 menit di perairan terbuka dengan salinitas 31 ppm, menunjukkan bahwa pergerakan renang ikan mujair lambat. Pengamatan dilakukan selama 30 menit karena nilai salinitas yang tidak berbeda jauh dengan salinitas akhir dalam akuarium sehingga aktifitas ikan tidak berbeda dengan aktifitas dalam akuarium. Aktifitas gerak yang lambat dipengaruhi lingkungan yang berbeda walaupun memiliki salinitas yang sama. Aktifitas gerak ikan mujair di perairan terbuka tidak berbeda dengan aktifitas gerak dalam akuarium pada hari ke-15. Tabel 2 memaparkan aktifitas ikan mujair di perairan pulau pramuka selama 30 menit.

Tabel 1 Aktifitas ikan mujair di Perairan Pulau Pramuka Waktu

(menit)

Jumlah

Ikan Kematian Aktifitas

0' 60 - Lambat 5' 60 - Lambat 10' 60 - Lambat 15' 60 - Lambat 20' 60 - Lambat 25' 60 - Lambat 30' 60 - Lambat

Analisis Bioakustik Ikan Mujair

Analisis bioakustik ikan mujair pada hari ke-1 (Gambar 6) memaparkan bahwa pada kadar garam 0 gram intensitas suara yang dihasilkan memiliki nilai batas atas dan batas bawah secara berturut adalah -82.07 dB dan -88.05 dB. Frekuensi yang menghasilkan nilai intensitas terbesar berada pada rentang 400 Hz sampai 609 Hz. Hari ke-2 (Gambar 7) frekuensi yang dihasilkan ikan mujair memiliki rentang yang lebih lebar sampai 670 Hz dan intensitas suara yang dihasilkan memiliki nilai intensitas tertinggi -84.55 dB. Hari ke-3 (Gambar 8) nilai intensitas suara tertinggi -83.99 dB dan frekuensi akhir sebesar 590 Hz. Hari ke-1 sampai hari ke-3 suara gelembung renang ikan mujair terdeteksi selama 5 menit perekaman karena gelembung renang ikan mujair masih bisa berfungsi dengan normal (Fujaya 2004).

(19)

8

Gambar 6 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-1

Gambar 7 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-2

(20)

9 Hari ke-4 (Gambar 9) intensitas suara ikan mujair tetap meningkat dengan nilai tertinggi -83.286 dB dan sebaran frekuensi yang terdeteksi sampai frekuensi 1000 Hz. Hari ke-5 (Gambar 10) intensitas suara ikan mujair menghasilkan nilai tertinggi -80.501 dB dan rentang frekuensi 100 Hz sampai 600 Hz hanya terdeteksi pada menit ke-1 dan menit ke-4. Hari ke-4 sampai hari ke-6, gelembung renang ikan mujair menghasilkan frekuensi yang besar karena gelembung renang berkontraksi dengan cepat dan amplitude yang semakin besar. Hari ke-6 (Gambar 11) ikan mujair mengalami SBSS yang ditandai dengan intensitas yang mengalami kenaikan drastis (Ueng et al. 2007). Perubahan intensitas suara yang signifikan pada hari ke-6 terjadi pada rentang frekuensi 255 Hz – 400 Hz.

Gambar 9 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-4

(21)

10

Gambar 11 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-6

Spektrum suara yang dihasilkan pada hari ke-10 berbeda dengan spektrum pada hari ke-7 (Gambar 12), hari ke-8 (Gambar 13) dan hari ke-9 (Gambar 14). Hari ke-10 (Gambar 15) memiliki intensitas suara yang lebih tinggi dan frekuensi yang lebih kecil. Hari 7 sampai hari 9, frekuensi suara ikan mencapai 1000 Hz, pada hari 10 frekuensi suara ikan terdeteksi pada frekuensi 250 Hz dengan intensitas -80.1577 dB. Hari ke-7 sampai hari ke-9 intensitas suara yang dihasilkan gelembung renang ikan mujair merata dan tidak terjadi fluktuasi intensitas suara. Hari ke-10 mengalami perubahan intensitas yang signifikan pada rentang frekuensi 100 Hz – 220 Hz dan pada menit ke-1 dan menit ke-4.

(22)

11

Gambar 13 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-8

Gambar 14 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-9

(23)

12

Spektrum suara yang dihasilkan pada hari ke-11 dan hari ke-12. Hari ke-11 (Gambar 16) memiliki spektrum yang sangat fluktuatif dibandingkan hari yang lain dan terdeteksi pada banyak frekuensi. Hari ke-12 (Gambar 17) memiliki frekuensi yang sangat kecil karena ikan kehilangan banyak energi untuk memompa udara masuk kedalam gelembung renang (Pirzan 1995).

Gambar 16 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-11

Gambar 17 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-12

Hari ke-13 (Gambar 18), intensitas suara ikan tidak terdeteksi pada beberapa frekuensi dan nilai intensitas suara tertinggi -77.589 dB. Fluktuasi intensitas suara pada hari ke-13 terjadi karena ikan berusaha untuk menyesuaikan tekanan didalam tubuhnya namun tetap menyimpan energi, sehingga intensitas suara yang dihasilkan tidak merata selama perekaman. Operkulum ikan menjadi lambat dan mulut ikan lebih banyak menutup karena perbedaan tekanan yang sangat besar didalam tubuhnya dengan lingkungan perairan. Mulut yang tertutup dan operkulum yang terbuka lama mengakibatkan gelembung renang tidak berkontraksi dengan cepat sehingga frekuensi suara yang dihasilkan menjadi kecil. Hari ke-14 (Gambar 15) intensitas suara dari gelembung renang ikan mujair masih terdeteksi sampai batas frekuensi 640 Hz dan fluktuasi intensitas yang besar tidak terjadi selama 30 detik. Hari ke-15 intensitas suara dari gelembung renang ikan mujair hanya terdeteksi

(24)

13 sampai frekuensi 320 Hz karena ikan kehilangan energi dan frekuensi bukaan mulut yang kecil sehingga udara tidak banyak di dalam gelembung renang.

Gambar 18 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-13

Gambar 19 Analisis frekuensi suara ikan mujair hari ke-14

(25)

14

Intensitas Suara yang dihasilkan ikan mujair (Tabel 3) dipengaruhi oleh tingkah laku ikan mujair karena adanya pengaruh kontraksi dari otot-otot gelembung renang pada ikan mujair (Stevens 1981). Kadar garam yang tinggi menyebabkan gelembung renang berkontraksi dengan amplitudo yang besar sehingga intensitas suara yang dihasilkan semakin besar.

Tabel 2 Intensitas suara ikan mujair Kadar Garam (gr) Kecepatan Suara (m/s) Intensitas Suara Atas (dB) Bawah (dB) 0 1546.6450 -82.069 -88.046 175 1546.1250 -84.554 -90.574 350 1545.6050 -83.999 -89.979 525 1545.0850 -83.286 -89.294 700 1544.5650 -80.501 -85.433 875 1544.0450 -72.324 -75.756 1050 1543.5250 -79.251 -84.180 1225 1543.0050 -82.236 -86.249 1400 1542.4850 -81.23 -85.832 1575 1541.9650 -74.704 -80.687 1750 1541.4450 -71.768 -77.721 1925 1540.9250 -63.427 -66.021 2100 1540.4050 -77.589 -83.609 2275 1539.8850 -76.954 -82.757 2450 1539.3650 -71.663 -77.382

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkah laku dan karakteristik suara ikan mujair mengalami perbedaan seiring dengan berubahnya kadar garam pada lingkungan habitat perairan. Fluktuasi terjadi karena ikan mujair mengalami

swimbladder stress sindrom.

Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan menggunakan suhu yang berbeda dan penelitian sistem metabolisme ikan terhadap perubahan salinitas

(26)

15

DAFTAR PUSTAKA

Afandi. 1992. Ikhtiologi, Suatu Panduan Kerja Laboratorium. Depdikbud, IPB, Bogor.

Colleye O, Masaru N, Bruno F, Eric P. 2012. Further insight into the sound producing mechanism of clownfish. J Exp Biol. 215: 2192-2202

Connaughton MA, ML Fine, MH Taylor. 1997. The effects of seasonal hypertrophy and atrophy on fiber morphology, metabolic substrate concentration and sound characteristics of the weakfish sonic muscle. J Exp Biol. 200: 2449- 2457 Connaughton MA, ML Fine, MH Taylor. 2002. Weakfish sonic muscle: influence

of size, temperature and season. J Exp Biol. 205: 2183-2188. Fujaya Y. 2004. Fisisologi Ikan. Jakarta. Penerbit P.T Rineka Cipta

Greene P. L. 1997. Optimal Processing and Performance Evaluation of Passive Acoustic Sistems. Massachusetts Institute of Technology. Boston.

Johnson TP and Jonston IA. 1991. Temperature adaptation and the contracille properties of live muscle fibres from teleost fish. Comp. Physiol. 161B, 27. Lechner W, Wysocki LE, Ladich F. 2010. Ontogenetic development of auditory

sensitivity and sound production in the squeaker catfish Synodontis schoutedeni. J Biol Vol .8 (10) : 1-12.

Lugli M, Yan HY, Fine ML. 2003. Acoustic communication in two freshwater gobies: the relationship between ambient noise, hearing thresholds and sound spectrum. J Phisiol, 189: 309–320.

Nolan C.1996. Ventilation rates for Goldfish Carassius auratus during changes in dissolved oxygen. Professional Papper. University of Nevada Las Vegas Pirzan AM, Suwardi T. 1995. Pengaruh Salinitas terhadap Pertumbuhan Ikan

Mujair Oreochromis mossambicus. JTPK 1 (3).

Simmonds J, D Maclennan. 2005. Fisheries Acoustics. Blackwell Publishing. Suffolk. Great Britain.

Sprague MW. 2000. The single sonic muscle twitch model for the sound-production mechanism in the weakfish, Cynoscion regalis. J Acoust Soc. Am. 108: 2430-2437.

Stevens R. 1981. Malting and Brewing Science: Malt and Sweet Wort. Chapman and Hall. London. England.

Syahroni. 2011. Perekaman dan analisis spektrum suara ikan nila (Oreochromis

niloticus) dalam karamba. [Skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu

Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Ueng JP, Bao-Quey Huang, Hin-Kiu Mok. 2007. Sexual Differences in the Spawning Sounds of the Japanese Croaker, Argyrosomus japonicus (Sciaenidae). J Zoo 46(1): 103-110

Veerappan N, Pandi, Balasubramanian. 2009. Sound Production Behaviour in a Marine Croaker Fish, Kathala axillaris (Cuvier). J Fish and Marine Sciences 1 (3): 206-211

www.mathworks.com

(27)

16

LAMPIRAN

Lampiran 1 Syntax Plotting Spektrum Suara Ikan Mujair [y, fs, nbits] = wavread('i.wav');

pwd;

disp('Playing at the original sample rate.'); sound(y, fs);

specgram(y);

disp('Hit any key to continue ...'); pause

Y = fft(y); plot(abs(Y));

axis([0 length(Y)/2, 0 max(abs(Y))]) x = b1(:,2); y = b1(:,3); Y = 10*(log(y)); y1 = s1(:,3); Y1 = 10*(log(y1)); y2 = s2(:,3); Y2 = 10*(log(y2)); y3 = s3(:,3); Y3 = 10*(log(y3)); y4 = s4(:,3); Y4 = 10*(log(y4)); hold on plot(x,Y,'r','LineWidth',2) plot(x,Y1,'b','LineWidth',2) plot(x,Y2,'y','LineWidth',2) plot(x,Y3,'c','LineWidth',2) plot(x,Y4,'m','LineWidth',2)

(28)

17 Lampiran 2 Spesifikasi Alat Hidrofon

SPECIFICATIONS SS-03 Frequency Response: 15 Hz - 20,000 Hz +/- 3db

Hydrophone: SQ38 low-noise type, high dynamic range, high output, integral preamplifier, fully shielded

Beam Pattern: Horizontal - Omni; vertical (end fire) - varies with frequency, omni at lower frequencies to a broader lobe at higher ends.

Cable: High-quality, low-noise, PVC jacket, 8m (25ft) long. Longer lengths available on request.

Amplifier Console: High-impact plastic, connectors for hydrophone and headset, volume control.

Power: Operated on 9V battery. The power is activated by plugging in the hydrophone.

Dimensions:

Hydrophone: length: 5.5” (135mm) x dia: 1” (25mm) Amplifier Console: length: 4.8” (118mm) x width: 2.6” (66mm) x height: 1.1” (28mm)

Hydrophone with cable: 9.7 ounces (275 gms) Weight: Amplifier console: 5.3 ounces (150 gms)

(29)

18

Lampiran 3 Pengamatan visual tingkah laku ikan mujair

Tanggal Hari Jumlah Garam (gr) Jumlah Ikan Frekuensi Operkulum (n/s) Frekuensi Mulut Ikan (n/s) 10/6/2013 1 0 65 2.3364 1.9493 11/6/2013 2 175 65 2.3641 2.1186 12/6/2013 3 350 65 2.5000 2.1459 13/6/2013 4 525 65 2.5445 2.2124 14/6/2013 5 700 65 2.6042 2.2075 15/6/2013 6 875 65 2.6954 2.2321 16/6/2013 7 1050 65 2.7174 2.3095 17/6/2013 8 1225 65 2.7322 2.1930 18/6/2013 9 1400 65 3.0769 2.1598 19/6/2013 10 1575 65 2.5840 2.0619 20/6/2013 11 1750 65 2.2573 1.8182 21/6/2013 12 1925 65 2.1645 1.7301 22/6/2013 13 2100 65 2.1882 1.7153 23/6/2013 14 2275 65 2.1459 1.6287 24/6/2013 15 2450 65 2.1834 1.6835

(30)

19

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjungbalai, Sumatera Utara pada tanggal 9 Maret 1992 dari Ayahanda Drs.Maksum Harahap dan Ibunda Aprilda Nelly. Tahun 2009, penulis lulus dari SMAN 1 Tanjungbalai dan melanjutkan pendidikan perguruan tinggi di jurusan Ilmu dan Teknologi Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dalam kegiatan kemahasiswaan. Tahun 2009 penulis menjabat sebagai anggota staff Budaya Olahraga dan Seni (BOS) Badan Eksekutif Mahasiswa TPB. Tahun 2011 sebagai penanggung jawab musik properti di UKM MAX!! IPB. Tahun 2012 penulis menjabat sebagai staff Pengembangan Budaya Olahraga dan Seni Badan Eksekutif Mahasiswa FPIK. Selain kegiatan berorganisasi penulis juga aktif sebagai event organiser dalam beberapa event tingkat kampus maupun nasional dibidang olahraga dan seni. Prestasi non-akademik yang pernah diraih penulis juara 1 Sepak bola pada Olimpiade Mahasiswa IPB 2010.

Penulis menjadi Asisten Praktikum Dasar Penginderaan Jarak Jauh Kelautan pada tahun ajaran 2012/2013. Tahun 2014, penulis menyelesaikan studi di Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan dengan judul skripsi Karakteristik Bioakustik dan Tingkah Laku Ikan Mujair (Oreochromis mossambicus) terhadap Perubahan Salinitas.

(31)

Gambar

Gambar 1 Diagram alir penelitian  Persiapan Akuarium
Gambar 2 Ilustrasi akuarium penelitian  Pemilihan dan Aklimatisasi Ikan
Gambar 3 Diagram alir perekaman suara  Prosedur Analisis Data
Gambar 5 Pengaruh jumlah garam terhadap frekuensi bukaan mulut ikan mujair  Hari ke 7 sampai hari ke 15, frekuensi operkulum dan frekuensi mulut ikan  menurun  karena  kadar  garam  yang  tinggi  di  lingkungan  mempengaruhi  tekanan  osmotik  cairan  tubu
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian sistem pakar identifikasi varietas ikan mas ( Crypinus carpio ) berdasarkan karakteristik morfologi dan tingkah laku (SPIVIM) menggunakan metode KNN, dikarenakan

Di Indonesia mini flume tank untuk penelitaian tingkah laku renang ikan baru terdapat di UNPATTI-Ambon, UNSRAT-Manado (Budiman, 2001), dan IPB-Bogor, sedangkan yang ada di

Pada suhu beku dalam freezer surimi ikan mujair akan menjadi lebih awet karena mikroba tidak dapat tumbuh dan proses kimia dari enzim masih terus berlangsung dan

Dengan adanya sistem pakar, identifikasi varietas ikan mas ( Cyprinus carpio ) berdasarkan karakteristik morfologi dan tingkah laku diharapkan dapat membantu breeder atau