47 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan
Sejarah perusahaan dimulai pada saat Presiden Soekarno mendesak pengusaha dan para warga Aceh mengumpulkan dana untuk membeli pesawat terbang, demi mendukung mobilitas Presiden sebagai kepala pemerintahan. Dana yang telah berhasil terkumpul membuahkan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota yang kemudian didaftarkan sebagai RI-001 dengan nama “Seulawah” yang berarti “Gunung Emas” pada jaman penjajahan dahulu.
Karena ketatnya jadwal penerbangan, pesawat RI-001 harus menjalani proses pemeliharaan di luar Indonesia, dan pada tanggal 7 Desember 1948, pesawat RI-001 mendarat di Kalkuta untuk proses pemeliharaan. Namun, pada saat pesawat tersebut sedang mengalami proses pemeliharaan, pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan militer Belanda meluncurkan agresi militer II.Bahkan ketika pesawat RI-001 telah selesai melewati proses pemeliharaan, pesawat tersebut tidak dapat kembali ke Indonesia. Di saat yang bersamaan, Pemerintahan Burma memerlukan pesawat terbang. Dalam rangka mengumpulkan dana untuk ketersediaan pramugari, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menyewakan pesawat RI-001 pada pemerintah Burma. Pada tanggal 26 Januari 1949, pesawat RI-001 terbang dari Kalkuta ke Rangoon dengan nama “Maskapai Indonesia”.
Kemudian, pesawat tersebut diberi nama “Garuda” oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.
Pada tanggal 28 Desember 1949, pesawat Douglas DC-3 Dakota PK-DPD, yang telah diberi logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Itulah saat pertama pesawat tersebut terbang dengan nama "Garuda Indonesian Airways".
Sepanjang tahun 80-an, armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami restrukturisasi besar-besaran, yang menuntun perusahaan merancang pelatihan secara menyeluruh bagi karyawannya, dan mendorong perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Training Center yang terletak di Jakarta Barat. Selain Pusat Pelatihan, Garuda Indonesia juga membangun Pusat Perawatan Pesawat, Garuda Maintenance Facility (GMF) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada masa itu. Di masa awal 90-an, strategi jangka panjang Garuda Indoensia disusun hingga melampaui tahun 2000. Armada juga terus ditingkatkan sehingga di masa itu, Garuda Indonesia termasuk dalam 30 besar di dunia.
Sejak awal tahun 2005, tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di bawah kendali manajemen baru, Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan
operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting adalah memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia.
Bagi perusahaan, pelayanan dalam kegiatan operasional merupakan kunci indikator kinerja. Pengukuran strategi yang melibatkan restrukturisasi pada seluruh rantai pelayanan (service chain), menegaskan komitmen perusahaan untuk menjadi perusahaan yang berorienstasi pada pelanggan.
Restrukturisasi perusahaan yang di dalamnya juga mencakup restrukturisasi hutang, mencatat sukses sebagaimana tercermin dalam laba yang diraih perusahaan di tahun 2009 yang melebihi Rp 1 triliun. Dalam kerangka restrukturisasi hutang, perusahaan memiliki pemegang saham yang baru per akhir Desember 2009, yaitu Bank Mandiri yang memiliki 10,6% saham di perusahaam melalui penyelesaian hutang Obligasi Konversi senilai Rp 1,02 triliun, sehingga per akhir Desember 2009 struktur kepemilikan saham perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia (85,8%), PT Bank Mandiri (10,6%), PT Angkasa Pura I (1,4%), dan PT Angkasa Pura II (2,2%).
Memiliki gedung manajemen baru di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia saat ini didukung oleh 5.075 orang karyawan yang tersebar di kantor pusat dan 43 kantor cabang. Pada akhir Desember 2009, Garuda Indonesia mengoperasikan 70 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat jenis Boeing 747-400, 6 pesawat jenis Airbus 330-300, 4 pesawat jenis Airbus 330-200 dan 57 pesawat jenis B-737 (seri 300, 400, 500, & 800), serta baru-baru ini Garuda Indonesia telah memesan 18 pesawat Bombardier CRJ 10000 NextGen yang akan
diterbangkan pada akhir tahun 2012.. Kini Garuda Indonesia melayani lebih dari 50 rute tujuan domestik dan internasional, serta lebih dari 80 juta penumpang.
Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 4 anak perusahaan yang fokus pada produk / jasa pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT Aerowisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, dan PT Aero Systems Indonesia. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama adalah sebagai berikut:
1. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, kargo dan pos dalam negeri dan luar negeri.
2. Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, kargo dan pos dalam negeri dan luar negeri.
3. Pemeliharaan dan perbaikan pesawat, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga.
4. Jasa pelayanan penunjang operasional angkutan udara.
5. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara.
6. Jasa konsultasi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara.
7. Jasa pelayanan kesehatan bagi karyawan Perusahaan maupun untuk pihak ketiga.
3.1.2 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Perusahaan
Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahtamahan Indonesia.
Misi perusahaan adalah sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional.
Lalu, adapun nilai-nilai perusahaan yang dikenal dengan istilah FLY HIGH, yaitu merupakan singkatan dari:
1. Efficient & effective
Insan Garuda Indonesia senantiasa melakukan tugas yang diembannya secara teliti, tepat dan akurat dalam waktu sesingkat mungkin dan tenaga serta biaya seefisien mungkin tanpa mengorbankan kualitas. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin pelanggan memperoleh layanan yang berkualitas.
2. Loyalty
Insan Garuda Indonesia dapat melaksanakan setiap tugas yang didelegasikan kepadanya dengan penuh dedikasi, tanggung jawab dan disiplin. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin konsistensi kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan.
3. Customer Centricity
Insan Garuda Indonesia senantiasa penuh perhatian, siap membantu dan melayani. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menempatkan pelanggan sebagai pusat perhatian.
4. Honesty & Openness
Insan Garuda Indonesia harus selalu jujur, tulus dan ikhlas dalam menjalankan seluruh aktivitasnya dan melakukan komunikasi dua arah yang jelas dan transparan dengan memperhatikan prinsip kehatihatian, serta tetap
3.1.3 Kegiatan Bisnis
Garuda Indonesia merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa penerbangan yang berfokus pada tingkatan pasar menengah ke atas, karena produk yang ditawarkan merupakan jenis premium services, baik untuk jasa pengangkutan penumpang (pax) dalam one-way atau return flight ataupun barang (cargo). Garuda Indonesia juga melayani setiap kegiatan kenegaraan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan Republik Indonesia terkait dengan berbagai wilayah kunjungan.
Pasar yang dijangkau oleh Garuda Indonesia meliputi service area IBB (Indonesia Bagian Barat), IBT (Indonesia Bagian Tengah), ASA (Asia), JKC (Japan Korea China), SWP (South West Pacific), EUR (Eropa), dan MEA (Middle East) dimana perusahaan telah memiliki lebih dari 50 rute penerbangan
baik domestik ataupun internasional dan rata-rata berhasil melakukan lebih dari 6.000 penerbangan dalam kurun waktu satu tahun.
3.1.4 Struktur Organisasi
Di dalam perusahaan, struktur organisasi yang berlaku per 31 Januari 2011 terdapat beberapa direksi-direksi yang dibawahi oleh para vice president dan president serta CEO, dimana masing-masing tugas dan wewenang dijelaskan di bawah ini:
Gambar 3.1. Struktur organisasi Garuda Indonesia (per 31 Januari 2011) Sumber: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Pembagian Tugas, Tanggungjawab dan Wewenang • Unsur – Unsur Organisasi Induk
1. Unsur Pelaksana
Yaitu yang menjalankan kebijakan; dipimpin oleh Direktur dengan dibantu oleh Vice President (disingkat VP) dan/atau
Senior General Manager (disingkat Senior GM).
2. Unsur Pendukung
Yaitu fungsi yang mempunyai peran mendukung Direktur Utama dan/atau direksi; dipimpin oleh VP.
3. Strategic Business Unit (SBU)
Yaitu suatu unit usaha mandiri dalam Perusahaan yang berorientasi pada optimasi sumber daya yang bertujuan memaksimalkan nilai Perusahaan dengan memberikan hasil produksi dan layanan jasa kepada pelanggan, baik di dalam maupun di luar korporasi; dipimpin oleh VP.
4. Anak perusahaan (subsidiaries)
Yaitu suatu badan hokum tersendiri yang dibentuk Perusahaan untuk mendukung kegiatan perusahaan Induk dan dikelola secara mandiri, namun masih dalam kontrol Perusahaan Induk.
• Unsur Pelaksana
Unsur Pelaksana dalam Organisasi Induk terdiri dari: 1. Commersial Services
Bertanggung jawab terhadap pencapaian Sales & Revenue dan
Service pre-in-post flight, melalui pengelolaan network, marketing, revenue, service, service delivery dan cabin crew
secara terintegrasi; dipimpin oleh Direktur Niaga. 2. Operation Services
Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi penerbangan, melalui pengelolaan cockpit, ground operations, flight dispatch,
operation control dan dukungan operasional lainnya; dipimpin
oleh Direktur Operasi.
3. Engineering & Maintenance Services
Bertanggung jawab terhadap penjaminan keterdesiaan pesawat yang airworthy melalui pengendalian dan pengelolaan kualitas perawatan pesawat; dipimpin oleh Direktur Teknik.
4. Corporate Strategy & Information Technology Services
Bertanggung jawab terhadap perumusan strategi dan perencanaan jangka panjang melalui pembentukan Strategy Management Office serta dukungan teknologi informasi yang handal; dipimpin oleh Direktur Strategi & Teknologi Informasi.
5. Financial Services & Group CFO
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan Perusahaan
melalui pengelolaan treasury, financial analysis, coimptroller dan pengelolaan aset; dipimpin oleh Direktur Keuangan.
6. Human Capital Management & Corporate Support Services
Bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pendidikan & Pelatihan serta Pengadaan; dipimpin oleh Direktur SDM dan Umum.
7. Area Management
Merupakan pengelola pelaksanaan seluruh kebijakan dan bisnis Perusahaan di Branch Offices tempat dimana Perusahaan melakukan bisnis, yang terdiri dari: Area Western Indonesia (WEI); Area Eastern Indonesia (EAI); Area Asia (ASA) & Middle
East (MEA); Area Japan, Korea, China (JKC); Area South West Pacific (SWP). Area Mangement dalam melaksanakan tugasnya
bertanggung jawab kepada Board of Director (BoD), namun secara operasional dikelola oleh Direktur Niaga.
• Unsur Pendukung
Unsur Pendukung dalam Organisasi Induk terdiri dari: 1. Unit Corporate Quality, Safety & Aviation Security
Berfungsi untuk mengelola Safety management system;
bertanggung jawab kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur Operasi.
2. Unit Internal Audit
Berfungsi untuk memastikan efektivitas sistem audit internal Perusahaan; bertanggung jawab kepada Direktur Utama, namun secara secara operasional dikelola oleh Direktur Keuangan.
3. Unit Corporate Secretary
Berfungsi untuk melindungi Perusahaan dari aspek hukum melalui pemberian pendapat hukum, Penyelesaian Permasalahan Hukum, Legalisasi Perjanjian; memastikan struktur dan mekanisme Good
Corporate Governance (GCG) terimplementasi & selaras;
memastikan penyelenggaraan administrasi Perusahaan sesuai hukum dan perundangan yang berlaku dan prinsip GCG, serta mendukung layanan umum; bertanggung jawab kepada Direksi namun secara operasional dikelola oleh Direktur SDM & Umum. 4. Unit Hajj
Berfungsi untuk mengelola penerbangan haji; bertanggung jawab kepada Direksi, namun secara opersaional dikelola oleh Direktur Operasi.
5. Corporate Safety Committee
Merupakan suatu forum rapat resmi perusahaan yang melakukan pertemuan secara berkala untuk membahas isu-isu yang terkait dengan flight safety/keselamatan penerbangan, aviation security/keamanan penerbangan, health/keselamatan, dan
environment/lingkungan. Forum ini dipimpin oleh Predisent &
CEO. Corporate Safety Committee bukan merupakan organisasi struktural.
6. Unit CEO Office
Bertindak sebagai fasilitator kegiatan Direksi melalui pengelolaan agenda dan jadwal rapat Direksi serta memonitor tindak lanjutnya
dan usulan-usulan strategis GA Group; bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama.
7. Unit Enterprise Risk Management
Bertindak sebagai pengelola Risiko Perusahaan melalui System
Early Warning kepada unit44 unit; bertanggung jawab secara secara langsung kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur Teknik.
8. Unit Corporate Communication
Bertindak secara pengelola komunikasi & informasi Perusahaan (eksternal & internal) secara efektif, secara mengelola Corporate
Social Responsibility (CSR) & Program Kemitraan dan Bina
Lingkungan (PKBL), bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur SDM & Umum.
• Strategic Business Unit
SBU Garuda Indonesia terdiri dari:
1. SBU Garuda Cargo; mengelola bisnis cargo, yang secara operasional dikelola oleh Direktur Niaga.
2. SBU Garuda Sentra Medika (GSM); mengelola bisnis kesehatan, yang secara operasional dikelola oleh Direktur Teknik.
• Anak Perusahaan
Anak Perusahaan Garuda Indonesia terdiri dari: 1. PT Aerowisata
Bergerak di bidang jasa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di bidang Usaha Pariwisata dan Jasa Pendukung Angkutan Udara.
2. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF Aero Asia, disingkat menjadi GMFAA)
Bergerak di bidang usaha perawatan pesawat terbang (Maintenance & Repair Organization/MRO).
3. PT Abacus Distribution System Indonesia
Bergerak di bidang usaha utama Global Distribuition System (GDS).
4. PT Aero Systems Indonesia
Bergerak di bidang penyediaan sistem teknologi informasi untuk
3.2. Sistem yang Berjalan.
Untuk menghasilkan sebuah laporan Route Profitability, pengguna (user) harus melalui enam proses secara keseluruhan seperti yang digambarkan pada rich picture di atas. Secara lebih detil akan dijelaskan tahapan per tahapan di bawah ini:
1. Mengumpulkan data utama operasional dan revenue dari unit feeder data yang bersangkutan (data collection).
Tabel 3.1. Nama data dan penyedia data untuk pemrosesan laporan
Nama Data Penyedia Data
AFL (Aircraft Flight Log) dan fuel
burnt
JKTOSGA (Operation Support) dan JKTCTGA (Fleet Management)
OTP (On Time Performance) JKTOGGA (Ground Support)
RAPID GA JKTWPGA (Revenue Management)
CRAS (Cargo Revenue Accounting
System)
1.b. Data Operasional (OTP) JKTOSGA (Operation Support) JKTCTGA (Fleet Management) Data Operasional AFL (Aircraft Flight Log)
(34 kolom) Data Operasional Fuel Burn (10 kolom) Data Operasional Gabungan (22 kolom) JKTOGGA (Ground Operation) Data Operasional OTP (On Time Performance) JKTWPGA (Revenue Management) Data Revenue RAPID (Pax Revenue) JKTGFGA (Unit Cargo) Data Revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) 1.a. Data Operasional (AFL dan Fuel Burn)
1.c. Data Revenue (RAPID Pax) 1.d. Data Revenue (Cargo CRAS) Server
Berikut penjelasan mengenai rich picture proses pertama :
1.a. Semua data yang diperlukan oleh user (pengguna) yang dikumpulkan dari berbagai bagian penyedia data akan disimpan di dalam sebuah alamat server: https://192.168.31.156/operation/controlv2/addon. Pertama kali, user akan memroses data asli operasional AFL (Aircraft Flight Log) yang telah diterima dari bagian operation support (JKTOSGA) berformat Excel yang terdiri dari 34 kolom field, beserta data asli fuel burn dari bagian fleet management (JKTCTGA) yang juga masih berformat Excel dengan 10 kolom field. Kemudian, kedua data asli tersebut dibentuk menjadi data gabungan yang terdiri dari 22 kolom field,
1.b. Kedua, mengumpulkan data asli operasional On Time Performance (OTP) yang didapatkan dari bagian ground operation (JKTOGGA).
1.c. Ketiga, menerima data asli revenue RAPID (pax revenue) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang didapatkan dari bagian revenue management (JKTWPGA), dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel, dan
1.d. Terakhir, menerima data asli revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang diterima dari unit cargo (JKTGFGA), dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel,
2. Mengubah format data asli menjadi format data Route Profitability.
Server
User
Data Asli Operasional (AFL dan Fuel Burn)
Data Asli Operasional (OTP)
Data Asli Revenue (RAPID Pax)
Data Asli Revenue (Cargo CRAS)
User
User
User
Data Operasional Terformat (AFL dan Fuel Burn)
Data Operasional Terformat (OTP)
Data Revenue Terformat (RAPIX Pax)
Data Revenue Terformat (Cargo CRAS) 2.a. Mengubah format data operasional AFL dan Fuel Burn ke dalam format RP
2.b. Mengubah format data operasional OTP ke dalam format RP
2.c. Mengubah format data revenue RAPID Pax ke dalam format RP
2.d. Mengubah format data revenue Cargo CRAS ke dalam format RP
Server
Berikut penjelasan mengenai rich picture proses kedua :
2.a. User mengganti format data operasional asli AFL dan fuel burn berupa field: aircraft type, branch office, pax on board, flight number, dan departure/arrival date yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh PAX201103.txt). Contoh perubahan format sebagai berikut: • Aircraft type AFL RP 733 73C 734 74C 7NG 738
Tabel 3.2. Perubahan format aircraft type pada data asli
• Branch office AFL RP SEL ICN NRT TYO PEK BJS OSA KIX
Tabel 3.3. Perubahan format branch office pada data asli
AFL RP
PVG SHA
• Flight number
AFL RP
088 978
089 979
Tabel 3.4. Perubahan format flight number pada data asli
• Date (GMT menjadi Local Time)
2.b. User mengganti format data operasional asli OTP berupa field: aircraft type, departure/arrival city, serta date yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh OTP_201101.txt).
2.c. User mengganti format data asli revenue RAPID berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh ZRP_032011.txt).
2.d. User mengganti format data asli revenue CRAS berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh CGO201103.txt).
3. Melakukan data maintenance.
Berikut penjelasan mengenai rich picture proses ketiga:
3.a. Untuk memasukkan value dari data operasional dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik preCOPA berupa aircraft type, departure/arrival city, citypair, flight number, flight route, roundtrip route, roundtrip flight number, service area, dan service type, maka pertama menggunakan transaction code "KES1" untuk membuat derivasi yang berasal dari data AFL dan fuel burn, OTP, RAPID, dan CRAS. Value-value utama melalui ‘KES1’ yang terdiri
dari:
1. Aircraft type (733, 73C, 74C, dan sebagainya)
2. Bandara keberangkatan dan kedatangan (CGK, dan sebagainya) 3. Flight number (010, 011, 011E, dan sebagainya). Flight number harus
bersifat unik dari tiap rute penerbangan yang ada.
4. City pair/leg (CGKDXB, DXBAMS, CGKAMS, dan sebagainya)
City pair menjelaskan penerbangan tunggal dari take off menuju landing dari keberangkatan tunggal dan kota ketibaan pada sudut
pandang penumpang.
5. Flight route (088: CGK-DXB-AMS; 089: AMS-DXB-CGK, dan sebagainya). Flight route mendeskripsikan sebuah cycle pernerbangan dari kota keberangkatan menuju kota kedatangan (termasuk kota transit). Flight route adalah parent dari city pair.
6. Roundtrip flight
Menjelaskan flight number dari keberangkatan sampai dengan flight
7. Service area
Terdiri atas ASA (Asia), EUR (Eropa), MEA (Middle East), JKC (Japan, Korea, China), SWP (South West Pacific), IBB (Indonesia Bagian Barat), dan IBT (Indonesia Bagian Timur)
8. Service type
Terdiri atas DOM (domestik) meliputi IBT dan IBB dan INT (internasional) meliputi ASA, EUR, MEA, JKC, dan SWP.
3.b. Kedua, untuk membentuk rute yang saling berkaitan antara flight number, flight route, service area, dan roundtrip flight number, maka menggunakan derivation rule 11 dengan transaction code "KEDE". Selanjutnya, menggunakan derivation rule 12 untuk memasangkan flight route dengan roundtrip route. Dan terakhir, menggunakan derivation rule 13 untuk memasangkan service area dengan service type.
3.c. Ketiga, melakukan perhitungan yang berkaitan dengan jarak dan seat configuration, seperti ASK (Available Seat per Kilometer), RPK (Revenue Pax Kilometer), ATK pax (Available Tone Kilometer), ATK cargo (Available Tone Kilometer), Freight Mail, dan lain sebagainya dengan menggunakan transaction code "ZRPMM".
4. Mengunggah data operasional dan data revenue ke dalam pre-COPA.
• Pre-COPA
Merupakan proses awal yang ditambahkan karena perusahaan memerlukan laporan-laporan RP lainnya yang lebih komprehensif, oleh karena itu ditambahkan sebuah proses pre-CO-PA (dibuat di dalam SAP ECC 6.0 melalui pemograman ABAP) yang bertujuan untuk menyaring, memetakan, dan mempersiapkan data awal, sehingga hal ini dapat memastikan bahwa data yang akan masuk ke dalam CO-PA nantinya merupakan data yang sudah
valid.
Berikut penjelasan mengenai rich picture proses keempat:
4.a. Melakukan upload data operasional dan revenue sesuai dengan template yang telah ditentukan yaitu dengan format .TXT. Untuk data operasional melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Operational, sedangkan untuk data revenue melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Revenue.
4.b. Memroses data harian (daily) yang telah diunggah ke pre-CO-PA dengan membuat summary bulanan (monthly) dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Processing – Summarize
5. Mengecek validitas data di dalam pre-COPA
Berikut penjelasan mengenai rich picture proses kelima:
5.a. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data operasional apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data operasional yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload. 5.b. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan
ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data pax revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data pax revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload.
5.c. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data freight revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data freight revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload.
6. Melakukan upload data ke dalam CO-PA
Pre-COPA
6.a. Mengunggah seluruh data bulanan ke dalam COPA.
Cargo Revenue Bulanan Data Operasional Bulanan Pax Revenue Bulanan
CO-PA
Fuel Surcharge ‘KEFC’
JKTWPGA (Revenue Management)
6.b. Melakukan input manual untuk fuel surcharge ke dalam COPA
Route Profitability
6.c. Melakukan evaluasi laporan mengenai SLF, OTP, dan Flight Interrupted.
• CO-PA
Perusahaan menggunakan CO-PA (Controlling – Profitability
Analysis) untuk melakukan analisis profitabilitas dari dua segmentasi bisnis
yang terbagi atas jasa pengangkutan penumpang (pax carried service) dan jasa pengangkutan barang (air cargo service) serta untuk memberikan informasi berdasarkan pasar yang dijangkau oleh Garuda Indonesia yang meliputi service area IBB (Indonesia Bagian Barat), IBT (Indonesia Bagian Tengah), ASA (Asia), JKC (Japan Korea China), SWP (South West Pacific), EUR (Eropa), dan MEA (Middle East) guna keperluan pengambilan keputusan bagi bagian penjualan, pemasaran, dan manajemen eksekutif.
Laporan yang dihasilkan dikenal dengan sebutan Route Profitability yang diproses oleh CO-PA, namun hanya berupa dua tipe, yaitu RP Regular dan RP Actual Charter. Terdapat banyak pemrosesan yang masih dilakukan secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel untuk menghasilkan RP tersebut.
Berikut penjelasan mengenai rich picture proses terakhir:
6.a. Data operasional dan data revenue yang telah dicek ulang validitasnya akan diunggah ke dalam sistem CO-PA dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - COPA Postings - Posting to COPA.
6.b. Mengunggah data mengenai fuel surcharge di dalam sistem CO-PA secara manual yang diterima dari bagian reveue management dalam bentuk Excel dengan menggunakan transaction code "KEFC".
6.c. Mengevaluasi data yang telah diunggah tersebut mengenai : - Seat Load Factor (SLF) di atas 100%, - On Time Performance (OTP) di atas 100%, - Flight interrupted dengan flight number, dan - Flight number, flight route, service area, roundtrip route, roundtrip flight.
3.3. Analisis Fit/Gap
Analisis Fit/Gap adalah metodologi yang membandingkan proses-proses dan fungsi-fungsi dari sistem, dievaluasi untuk mendapatkan kecocokan dan ketidak-cocokan.
Setelah mempelajari dan menganalisis proses bisnis dan sistem yang berjalan sekarang (AS IS) untuk menghasilkan laporan Route Profitability (RP) dengan pre-CO-PA dan CO-PA, maka dapat ditemukan gap antara sistem yang lama dengan kebutuhan di dalam sistem TO BE dengan menggunakan SAP BusinessObjects PCM nantinya yang dibagi berdasarkan proses bisnis dan sistem sebagai berikut:
No
Business
Process
Current System (AS IS)
Problem
Priority Status
Action (TO BE)
Proposed System
Cut
Developed
New
1
Mengumpulkan data utama operasional dan
revenue dari unit feeder data yang
bersangkutan.
a.
Pertama kali, user akan memroses data asli operasional AFL (Aircraft Flight Log) yang telah diterima dari bagian operation support (JKTOSGA) berformat Excel yang terdiri dari 34 kolom field, beserta data asli fuel burn dari bagian fleet management (JKTCTGA) yang juga masih berformat Excel dengan 10 kolom
field. Kemudian, kedua data asli tersebut
dibentuk menjadi data gabungan yang terdiri dari 22 kolom field,
Untuk proses ini tidak terdapat masalah yang signifikan hanya saja pada sistem yang berjalan sekarang data-data yang telah dikumpulkan dikumpulkan ke dalam
server dan akan diproses oleh user untuk dilakukannya proses konversi format data,dimana user yang harus mengakses
data secara manual ke server untuk di proses lebih lanjut sehingga membutuhkan
waktu yang lebih.
High Partial Fit x Sistem yang baru akan
tetap menerima data operasional dan revenue dari
departemen-departemen yang terkait, dimana masing-masing departemen masih tetap menggunakan sistem nya masing-masing untuk menghasilkan data operasional dan revenue. Namun, data tersebut akan masuk ke dalam SAP Business Warehouse terlebih dahulu dengan menggunakan SAP data
bridge untuk kepentingan
standarisasi format data sebelum nantinya terhubung langsung dan digunakan di dalam SAP
BusinessObjects PCM.
Serta disediakan struktur
line items untuk
menampuang sejumlah
cost dan revenue.
b.
Kedua, mengumpulkan data asli operasional
On Time Performance(OTP) yang didapatkan
dari bagian ground operation (JKTOGGA). User dapat mengunggah data asli dalam format Excel dengan mengakses
https://192.168.31.156/operation/controlv2/ad don ,
High Partial Fit x
c.
Ketiga, menerima data asli revenue RAPID (pax revenue) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang didapatkan dari bagian revenue management (JKTWPGA) dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel,
High Partial Fit x
d.
Terakhir, menerima data asli revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang diterima dari unit cargo (JKTGFGA) dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel,
2
Mengubah format data asli menjadi format
data RP
a.
User mengganti format data operasional asli
AFL dan fuel burn berupa field: aircraft type,
branch office, pax on board, flight number, dan departure/arrival date yang telah
dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh PAX201103.txt)
Pada proses di sistem yang berjalan ini terdapat beberapa masalah yang membuat
proses pembuatan laporan RP Actual Mainbrand menjadi lebih lama, karena
user harus terlebih dahulu mengubah format data yang telah dikumpulkan sebelumnya dari unit-unit terkait ke format
data RP yaitu dari format excel ke format txt karena tidak adanya fasilitas untuk
standarisasi format data
High Partial Fit x
b.
User mengganti format data operasional asli
OTP berupa field: aircraft type,
departure/arrival city, serta date yang telah
dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh OTP_201101.txt)
High Partial Fit x
c.
User mengganti format data asli revenue
RAPID berupa field: flight number dan
departure/arrival city yang telah
dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh ZRP_032011.txt)
High Partial Fit x
d.
User mengganti format data asli revenue
CRAS berupa field: flight number dan
departure/arrival city yang telah
dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh CGO201103.txt)
High Partial Fit x
3 Melakukan data
maintenance a.
Untuk memasukkan value dari data operasional dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik preCOPA berupa aircraft
type, departure/arrival city, citypair, flight number, flight route, roundtrip route, roundtrip flight number, service area, dan service type, maka pertama menggunakan transaction code "KES1" untuk membuat
derivasi yang berasal dari data AFL dan fuel burn, OTP, RAPID, dan CRAS.
Pada proses dalam sistem yang berjalan ini terdapat masalah dimana user perlu memasukkan value dari data operasional
dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik pre-COPA dengan menggunakan transaction code tertentu,
namun dengan dilakukannya proses memasukkan value secara manual membutuhkan waktu lebih lama bagi user
untuk menghasilkan laporan RP
High Gap x
Sistem yang baru mampu melakukan integrasi dan standarisasi pemrosesan data operasional pax, operasional cargo, dan operasional pax & cargo dengan dukungan dari SAP BusinessObjects BPC. Jadi, nilai akhir hasil pemrosesan data
b.
Kedua, untuk membentuk rute yang saling berkaitan antara flight number, flight route,
service area, dan roundtrip flight number,
maka menggunakan derivation rule 11 dengan transaction code "KEDE".
Selanjutnya, menggunakan derivation rule 12 untuk memasangkan flight route dengan
roundtrip route. Dan terakhir, menggunakan derivation rule 13 untuk memasangkan service area dengan service type.
High Gap x
operasional tersebut dapat langsung digunakan pada saat akan membuat laporan Route
Profitability dengan SAP BusinessObjects PCM.
c.
Ketiga, melakukan perhitungan yang berkaitan dengan jarak dan seat
configuration, seperti ASK (Available Seat per Kilometer), RPK (Revenue Pax
Kilometer), ATK pax (Available Tone Kilometer), ATK cargo (Available Tone
Kilometer), Freight Mail, dan lain sebagainya dengan menggunakan transaction code "ZRPMM".
High Gap x
Sistem yang baru mampu melakukan perhitungan secara otomatis dengan menggunakan formulasi struktur line items di dalam struktur activity
drivers secara terintegrasi
dari data SAP Business
Warehouse. SAP BusinessObjects PCM
juga akan mampu menyediakan informasi yang lebih lengkap yang diperlukan eksekutif di dalam laporan keuangan mengenai: 1. Contribution Margin 1, 2. Contribution Margin 2, 3. Contribution Margin 3, 4. Route Result 1, 5. Route Result 2, 6. Yield sampai dengan
class of service. 4 Mengunggah data operasional dan revenue ke pre-CO-PA a.
Melakukan upload data operasional dan
revenue sesuai dengan template yang telah
ditentukan yaitu dengan format .TXT. Untuk data operasional melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Operational, sedangkan untuk data revenue melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Revenue.
Pada proses di sistem yang berjalan ini terdapat masalah dimana data-data yang telah diubah format data nya dan sudah di
masukkan karakteristiknya sesuai dengan karakteristik pre-COPA, user harus mengunggah data tersebut ke dalam pre-COPA dimana pre-pre-COPA hanya menjadi penampung sementara untuk data tersebut
di cek kembali apa sudah berupa data bulanan(monthly), sehingga dibutuhkan
fasilitas yang memungkinkan bagi user dapat menghasilkan laporan RP tanpa harus melewati proses menunggah data
karena proses menunggah dilakukan secara satu per satu sehingga cukup
memakan waktu
High Gap x
b.
Memroses data harian (daily) yang telah diunggah ke pre-CO-PA dengan membuat
summary bulanan (monthly) dengan path
sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Processing - Summarize
High Gap x
5
Mengecek validitas data operasional dan
revenue di dalam
pre-CO-PA
a.
Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data operasional apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta
memastikan bahwa tidak ada data operasional yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload
Pada proses di sistem yang berjalan ini tidak terdapat masalah hanya saja proses
pengecekan sebelumnya sudah dilakukan pada proses sebelumnya sehingga membuat proses dalam pembuatan laporan
RP terkesan terdapat redudansi pada prosesnya
b.
Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data pax revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta
memastikan bahwa tidak ada data pax
revenue yang masih dalam bentuk harian
(daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload
High Gap x
c.
Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data freight
revenue apakah semuanya telah sesuai dengan
format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data freight
revenue yang masih dalam bentuk harian
(daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload
High Gap x
6 Melakukan upload ke dalam CO-PA
a.
Data operasional dan data revenue yang telah dicek ulang validitas nya akan diunggah ke dalam sistem CO-PA dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - COPA Postings - Posting to COPA.
Pada proses di sistem yang berjalan ini user diharuskan untuk melakukan proses
menunggah data dua kali yang pertama meunggah data operasional dan revenue
yang kedua adalah data fuel charge dengan menggunakan transaction code
yang berbeda, sehingga menimbulkan kerumitan untuk melakukan proses unggah
data.
High Gap x
b.
Mengunggah data mengenai fuel surcharge di dalam sistem CO-PA secara manual yang diterima dari bagian reveue management dalam bentuk Excel dengan menggunakan transaction code "KEFC".
High Gap x
c.
Mengevaluasi data yang telah diunggah tersebut mengenai:
- Seat Load Factor di atas 100%, - On Time Performance di atas 100%, - Flight interrupted dengan flight number, - Flight number, flight route, service area,
roundtrip route, roundtrip flight
High Gap X
Tabel 3.5. Analisis Fit/Gap
Keterangan tabel: 1. Priority
Terbagi menjadi tiga jenis prioritas yaitu high (kebutuhan yang penting seperti pelaporan), medium (kebutuhan yang menambahkan nilai yang cukup signifikan di dalam proses bisnis perusahaan), dan low (kebutuhan yang menambah nilai kecil di dalam proses bisnis perusahaan).
2. Status
Terbagi menjadi tiga jenis status yaitu fit (kebutuhan pengguna telah berhasil dipenuhi secara baik oleh sistem yang berjalan sekarang), partial fit (kebutuhan pengguna telah berhasil dipenuhi, namun tidak maksimal oleh sistem yang berjalan), dan gap (kebutuhan pengguna tidak terpenuhi oleh sistem yang berjalan sekarang).
3. Action
Merupakan keputusan dalam merubah masing-masing langkah sistem yang lama yang akan diperlukan untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna di dalam sistem yang baru. Perubahan satu buah langkah sistem dapat mempengaruhi proses bisnis yang berjalan yang didukung oleh sistem tersebut, mengingat satu proses bisnis dapat didukung oleh satu atau lebih sistem yang berjalan, begitu pula sebaliknya. Aksi yang dapat dieksekusikan untuk masing-masing langkah sistem adalah dengan pilihan cut (langkah sistem dihapus sepenuhnya), develop (langkah sistem dikembangkan dengan sentuhan baru), atau create new (dapat berasosiasi apabila langkah sistem ingin di-cut, dapat dirancang langkah sistem yang baru).
4. Proposed System (Set Up)
Merupakan rencana perancangan yang akan dilakukan di dalam proyek untuk memenuhi kebutuhan pengguna di dalam sistem SAP BusinessObjects PCM yang baru nantinya.
5. Problem
Merupakan penjelasan masalah-masalah yang didapati dalam sistem yang berjalan dan menjadi acuan untuk perancangan sistem yang baru sehingga pada perancangan sistem baru dapat didapatkan solusi untuk menjawab masalah-masalah yang terjadi.
Penjelasan tabel:
a. Sistem yang berjalan sekarang belum mampu untuk melakukan standarisasi format data untuk menjadi laporan RP akhir.
Detil masalah:
Data dari berbagai sumber masih berbentuk spreadsheet dan masih harus dilakukannya konversi nama field dari data asli menjadi format standar laporan RP, serta masih harus melakukan konversi format spreadsheet menjadi bentuk text (.TXT) pada saat keperluan upload pre-COPA.
Solusi:
Pembangunan sistem yang mampu memroses data operasional, cost dan revenue dengan menggunakan SAP Business Warehouse untuk
kepentingan standarisasi format data dan setelah itu data yang ada akan terintegrasi dengan SAP BusinessObjects PCM.
b. Sistem yang berjalan sekarang masih secara manual untuk melakukan input-tan data ke dalam sistem yang ada.
Detil masalah:
Data operasional dan revenue pada sistem yang lama masih harus dimasukkan secara manual ke dalam sistem oleh pengguna melalui tiga tahapan yang rentan dengan kesalahan data input dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk diselesaikan.
Solusi:
Pembangunan sistem yang mampu memroses data yang telah disimpan dan dengan format yang telah terstandarisasikan di dalam SAP Business Warehouse ke dalam struktur line items berupa sejumlah costs dan revenue untuk diolah di dalam SAP BusinessObjects PCM secara sistematis, sedangkan pada sistem yang baru nantinya data operasional akan langsung dihasilkan oleh SAP BusinessObjects BPC (Business Process Consolidation) untuk dipakai di dalam PCM.
c. Sistem yang bejalan sekarang belum mampu menghasilkan laporan Route Profitability yang lebih informatif dan sistem yang berjalan sekarang juga belum mampu memastikan tercapainya proses pengambilan keputusan dalam bidang keuangan secara lebih akurat. Detil masalah:
Saat ini, informasi yang dihasilkan pada laporan akhir masih sebatas informasi mengenai Seat Load Factor (SLF), On Time Performance
(OTP), dan Flight Interrupted saja. Serta keputusan yang diambil oleh eksekutif sebagai hasil dari analisis atas laporan Route Profitability selama ini hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki, sehingga tujuan perusahaan untuk menekan biaya dan memaksimalkan profit menjadi tidak signifikan.
Solusi:
Pembangunan sistem yang mampu melakukan kalkulasi menggunakan satu platform saja secara otomatis untuk menghasilkan informasi yang lebih mendalam pada laporan Route Profitability mengenai:
1. Contribution Margin 1, 2. Contribution Margin 2, 3. Contribution Margin 3, 4. Route Result 1, dan 5. Route Result 2.
3.4. Peran
Peran dari penulis selama menjalankan program internship adalah sebagai project member dari project team yang dibentuk dalam rangka melakukan implementasi SAP periode kedua pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai anggota dari project team, tim penulis dibawahi langsung oleh SAP PCM project manager, SAP PCM business process
project coordinator, dan SAP PCM project coordinator yang menjadi
pimpinan penulis selama proses magang berlangsung.
Sebagai project member, tim penulis bekerja bersama untuk menangani tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan, antara lain sebagai berikut:
1. Mempelajari proses bisnis dalam industri penerbangan yang ada di Garuda Indonesia,
2. Menganalisis sistem yang berjalan yang digunakan untuk menghasilkan laporan Route Profitability actual mainbrand Garuda Indonesia, dan
3. Merancang business blueprint SAP PCM dengan pendekatan dasar Activity-Based Costing (ABC) khusus untuk actual
mainbrand berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ada pada
proses bisnis AS IS dan analisis kebutuhan pada proses bisnis TO BE.
Time Hours Activities Mentors Details Outcomes 08.00 - 16.30 8.5 Introduction to work environment Head of IT Department, Project Manager, Project Coordinator
Pengenalan dengan lingkungan kerja di gedung QX dan penjelasan tentang etika bekerja yang berlaku secara umum.
- Perkenalan dengan seluruh personil yang bekerja di gedung QX.
- Melakukan kick off meeting bersama untuk perkenalan seluruh personil yang bertanggung jawab atas proyek implementasi SAP BusinessObjects PCM.
Mendapatkan informasi mengenai lingkungan kerja dan peraturan-peraturan yang ada di dalam nya yang harus diikuti dan memulai kerjasama dengan sesama personil QX ataupun personil yang bertanggung jawab atas
pelaksanaan proyek SAP
BusinessObjects PCM. RP Simulation Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator
Pemberian simulasi atas laporan RP (Route
Profitability) yang akan dihasilkan oleh
SAP BusinessObjects PCM dan
mempelajari proses bisnis yang berkaitan dengan RP.
- Demo simulasi RP secara manual oleh project coordinator dari JKTWL (Financial Analysis)
- Memahami kebutuhan yang diinginkan pengguna dalam hal simulasi laporan RP berupa tool yang akan terdapat di dalam SAP
BusinessObjects PCM.
- Menerima dan mempelajari
sejumlah dokumen yang
mendeskripsikan proses bisnis dan sistem yang berjalan untuk menghasilkan berbagai jenis laporan RP. (Current System)
Mengetahui fungsi simulasi laporan RP secara manual yang contohnya diproses dengan Microsoft Excel layaknya sebuah kalkulator, memahami proses bisnis dan sistem yang berjalan dalam kaitannya pemrosesan berbagai jenis laporan RP.
08.00 - 16.30 8.5
Brief introduction to Route Profitability
(RP)
Pengenalan secara umum mengenai proyek SAP PCM yang akan dilakukan dan mempelajari proses bisnis yang berkaitan dengan SAP PCM dan pembuatan blueprint untuk master data
- Mendiskusikan hasil presentasi tim yang dilakukan secara lebih mendetil.
- Merancang masterdata baru untuk sistem SAP BusinessObjects PCM.
Memahami tujuan dan manfaat dari proyek SAP PCM serta proses bisnis yang berkaitan dan perancangan
blueprint draft untuk kebuthan master data.
08.00 - 16.30 8.5
Analisis pembuatan
business blueprint
RP
Melakukan analisis proses bisnis yang terdapat di dalam Actual Revenue di
mainbrand
Merancang blueprint draft untuk kebutuhan proses bisnis TO BE pada RP mainbrand -
actual revenue berupa:
a. Pax Revenue Gross b. Pax Revenue Discount c. Other Pax Revenue d. Other Freight Revenue e. Cargo Revenue
Menggambarkan proses bisnis yang ada pada Actual Revenue di
mainbrand
08.00 - 16.30 8.5 Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim dan melakukan
perbaikan proses bisnis Actual Revenue di
Membuat perbaikan proses bisnis di dalam Actual Revenue di mainbrand.
mainbrand berupa:
- Penambahan proses writeback pada
Pax Revenue Gross dan Pax Revenue Discount untuk keperluan adjustment.
- Perbaikan Pax Revenue Discount ke dalam Other Pax Revenue.
08.00 - 16.30 8.5
Melakukan analisis dan presentasi pada saat
daily meeting dengan tim mengenai proses
bisnis yang terdapat di dalam Actual Cost di
mainbrand secara umum dan keseluruhan
berupa:
- Direct Cost
- Indirect Cost
- Overhead Cost
- Fleet Cost
Memperbaiki proses bisnis pada
Actual Cost di mainbrand.
08.00 - 16.30 8.5
Melanjutkan perbaikan proses bisnis di dalam business blueprint Actual Cost di RP
mainbrand berupa:
- Pembagian dua jenis direct cost yaitu direct traffic cost dan direct
flight cost. berikut dengan sumber
data masing-masing.
- Mengidentifikasi keperluan rekonsiliasi secara keseluruhan pada
direct cost.
- Membentuk cost pool untuk jenis
cost secara keseluruhan
Perbaikan proses bisnis pada blueprint
08.00 - 15.30 8.5
Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim dan melakukan
perbaikan proses bisnis untuk blueprint
Actual Cost di mainbrand berupa:
- Indirect cost
- Overhead cost
- Fleet cost
Perbaikan proses bisnis pada blueprint
Actual Cost di mainbrand
07.00 - 15.00 8
Presentasi perbaikan proses bisnis untuk
blueprint Actual Cost di mainbrand pada indirect cost, overhead cost, dan fleet cost
dan pembuatan lampiran untuk Actual
Direct Cost Catering
Hasil perbaikan blueprint Actual Cost di mainbrand dan perbaikan Actual
Direct Cost – Catering
07.00 - 15.00 8
Pembuatan business blueprint untuk proses rekonsiliasi atas Actual Direct Cost pada
Direct Flight Cost berupa:
- Fuel cost
- Landing cost
- Handling cost
Hasil sementara blueprint rekonsiliasi
Actual Direct Cost
07.00 - 15.00 8
Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim dan melakukan
perbaikan proses rekonsiliasi Actual Direct
Cost untuk Direct Flight Cost dan memulai
pembuatan rekonsiliasi untuk Direct Traffic
Cost berupa:
- Freight commission
- Pax commission
- Catering cost
Hasil perbaikan blueprint rekonsiliasi untuk Actual Direct Cost pada Direct
07.00 - 15.00 8
Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim dan melakukan
perbaikan proses bisnis rekonsiliasi Actual
Direct Cost untuk Direct Traffic Cost dan
melengkapi blueprint mainbrand dengan penambahan Budget Cost dan Budget
Revenue.
Hasil perbaikan rekonsiliasi Direct
Traffic Cost
07.00 - 15.00 8
Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim dan melakukan
perbaikan proses bisnis Budget Cost secara keseluruhan.
Hasil sementara perbaikan Budget
Cost
07.00 - 15.00 8
Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim dan melakukan
perbaikan proses bisnis Budget Cost berupa:
- Direct Cost
- Indirect Cost
- Overhead Cost
- Fleet Cost.
Hasil sementara perbaikan Budget
Cost
07.00 - 15.00 8
Melanjutkan pembuatan blueprint untuk
budget cost yang belum lengkap berupa direct cost.
Hasil sementara perbaikan Budget
07.00 - 15.00 8
Project Manager,
Project Coordinator
Memulai pembuatan business blueprint untuk RP Simulation pada mainbrand dengan berupa simulasi berdasarkan:
- Aircraft Type - Freight Alliance - Freight Carried - Mail Carried - Pax Alliance - Pax Carried C
- Price C Class or Y Class
- Price Freight
- Price Mail
- Route
Hasil sementara RP Simulation untuk
mainbrand 07.00 - 15.00 8 Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator
Melakukan revisi untuk blueprint Actual
Cost dan meneruskan pembuatan business blueprint RP simulation.
Hasil sementara revisi Actual Cost dan hasil sementara RP simulation
07.00 - 15.00 8
Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim tentang RP simulation blueprint berdasarkan perubahan aircraft type terlebih dahulu dan memulai review
dari RP mainbrand pada Actual Cost.
Revisi RP simulation berdasarkan
aircraft type
07.00 - 15.00 8
Melanjutkan revisi RP simulation
berdasarkan aircraft type, melanjutkan pembuatan RP simulation berdasarkan indikator lainnya
Hasil revisi sementara RP simulation berdasarkan aircraft type dan indikator lainnya
07.00 - 15.00 8 Melanjutkan pembuatan blueprint RP
simulation yang belum selesai
Hasil sementara RP simulation untuk indikator lainnya
07.00 - 15.00 8 Melanjutkan pembuatan blueprint RP
simulation yang belum selesai
Hasil sementara RP simulation untuk indikator lainnya
07.00 - 15.00 8
Melakukan presentasi serta revisi RP
simulation dan review keseluruhan atas RP Mainbrand Actual
Hasil revisi sementara RP simulation dan hasil perbaikan/revisi dari RP
mainbrand actual
07.00 - 15.00 8
Melanjutkan revisi RP simulation dan
review kembali keseluruhan RP mainbrand budget
Hasil revisi sementara RP simulation dan hasil perbaikan/revisi RP
mainbrand budget
Melakukan interview (Q&A) mengenai proses bisnis AS-IS dan TO-BE secara mendetil.
Proses bisnis saat AS-IS dan proses bisnis untuk TO-BE yang lebih mendetil. 08.00 - 16.30 8.5 Project Manager, Business Process Project Coordinator
Meneruskan pembuatan RP Daily, Actual
Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter Actual & Budget Cargo Cost yang terdiri
dari proses bisnis mengenai:
- BSR Fixed Cost
- BSR Variable Cost
- Cargo Cost
- Management Fee per Service.
Actual & Budget Cargo Revenue yang
terdiri dari proses bisnis mengenai:
Hasil sementara RP Daily, Actual
Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter
- Freight Revenue
- Mail Revenue
- Other Cargo Revenue
08.00 - 16.30 8.5
Melakukan presentasi pada saat daily
meeting dengan tim dan melakukan
perbaikan proses bisnis untuk RP Daily,
Actual Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter
Hasil sementara perbaikan RP Daily,
Actual Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter 08.00 - 16.30 8.5 Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator
Memulai pembuatan RP Rolling Forecast dan melakukan double checking pada
Actual Regular dan Budget Regular, analisis
resiko dan isu.
Hasil analisis resiko dan isu sementara dan hasil RP Rolling Forecast dan hasil pemeriksaan ulang Actual Regular dan Budget Regular
08.00 - 16.30 8.5
Melanjutkan koreksi requirements yang ada pada RP Actual Cargo dan Budget Cargo yang telah dibuat sebelum finalisasi. Analisis resiko dan isu
Hasil sementara revisi analisis resiko dan isu. Hasil pengecekan ulang untuk RP Actual Cargo dan Budget Cargo
08.00 - 16.30 8.5
Analisis resiko dan isu dan finalisasi terakhir untuk RP Rolling Forecast,
Simulation, dan masterdata
Hasil akhir revisi analisis resiko dan isu. Hasil akhir RP Rolling Forecast,
Simulation, dan masterdata
08.00 - 16.30 8.5
Melakukan interview (Q&A) dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum ditanyakan sebelumnya dan mencetak
hardcopy seluruh RP yang telah
diselesaikan untuk perusahaan.
Struktur organisasi perusahaan beserta data pendukung lainnya untuk skripsi & hardcopy RP
Tabel 3.6. Internship Length of Efforts
08.00 - 16.30 8.5
Mengakhiri program internship dan melakukan evaluasi program internship dan
assessment
Legalisasi activity dan assessment