• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

47 3.1 Gambaran Umum Perusahaan 3.1.1 Sejarah Perusahaan

Sejarah perusahaan dimulai pada saat Presiden Soekarno mendesak pengusaha dan para warga Aceh mengumpulkan dana untuk membeli pesawat terbang, demi mendukung mobilitas Presiden sebagai kepala pemerintahan. Dana yang telah berhasil terkumpul membuahkan satu pesawat Douglas DC-3 Dakota yang kemudian didaftarkan sebagai RI-001 dengan nama “Seulawah” yang berarti “Gunung Emas” pada jaman penjajahan dahulu.

Karena ketatnya jadwal penerbangan, pesawat RI-001 harus menjalani proses pemeliharaan di luar Indonesia, dan pada tanggal 7 Desember 1948, pesawat RI-001 mendarat di Kalkuta untuk proses pemeliharaan. Namun, pada saat pesawat tersebut sedang mengalami proses pemeliharaan, pada tanggal 19 Desember 1948, pasukan militer Belanda meluncurkan agresi militer II.Bahkan ketika pesawat RI-001 telah selesai melewati proses pemeliharaan, pesawat tersebut tidak dapat kembali ke Indonesia. Di saat yang bersamaan, Pemerintahan Burma memerlukan pesawat terbang. Dalam rangka mengumpulkan dana untuk ketersediaan pramugari, akhirnya pemerintah memutuskan untuk menyewakan pesawat RI-001 pada pemerintah Burma. Pada tanggal 26 Januari 1949, pesawat RI-001 terbang dari Kalkuta ke Rangoon dengan nama “Maskapai Indonesia”.

(2)

Kemudian, pesawat tersebut diberi nama “Garuda” oleh Presiden Soekarno di mana nama tersebut diambil dari sajak Belanda yang ditulis oleh penyair terkenal pada masa itu, Noto Soeroto; "Ik ben Garuda, Vishnoe's vogel, die zijn vleugels uitslaat hoog bovine uw einladen", yang artinya, “Saya Garuda, burung Vishnu yang melebarkan sayapnya tinggi di atas kepulauan Anda”.

Pada tanggal 28 Desember 1949, pesawat Douglas DC-3 Dakota PK-DPD, yang telah diberi logo “Garuda Indonesian Airways” terbang dari Jakarta ke Yogyakarta untuk menjemput Presiden Soekarno. Itulah saat pertama pesawat tersebut terbang dengan nama "Garuda Indonesian Airways".

Sepanjang tahun 80-an, armada Garuda Indonesia dan kegiatan operasionalnya mengalami restrukturisasi besar-besaran, yang menuntun perusahaan merancang pelatihan secara menyeluruh bagi karyawannya, dan mendorong perusahaan mendirikan Pusat Pelatihan Karyawan, Garuda Training Center yang terletak di Jakarta Barat. Selain Pusat Pelatihan, Garuda Indonesia juga membangun Pusat Perawatan Pesawat, Garuda Maintenance Facility (GMF) di Bandara Internasional Soekarno-Hatta pada masa itu. Di masa awal 90-an, strategi jangka panjang Garuda Indoensia disusun hingga melampaui tahun 2000. Armada juga terus ditingkatkan sehingga di masa itu, Garuda Indonesia termasuk dalam 30 besar di dunia.

Sejak awal tahun 2005, tim manajemen yang baru mulai membuat perencanaan bagi masa depan Garuda Indonesia. Di bawah kendali manajemen baru, Garuda Indonesia melaksanakan evaluasi ulang dan restrukturisasi perusahaan secara menyeluruh dengan tujuan meningkatkan efisiensi kegiatan

(3)

operasional, membangun kembali kekuatan keuangan, menambah tingkat kesadaran para karyawan dalam memahami pelanggan, dan yang terpenting adalah memperbaharui dan membangkitkan semangat Garuda Indonesia.

Bagi perusahaan, pelayanan dalam kegiatan operasional merupakan kunci indikator kinerja. Pengukuran strategi yang melibatkan restrukturisasi pada seluruh rantai pelayanan (service chain), menegaskan komitmen perusahaan untuk menjadi perusahaan yang berorienstasi pada pelanggan.

Restrukturisasi perusahaan yang di dalamnya juga mencakup restrukturisasi hutang, mencatat sukses sebagaimana tercermin dalam laba yang diraih perusahaan di tahun 2009 yang melebihi Rp 1 triliun. Dalam kerangka restrukturisasi hutang, perusahaan memiliki pemegang saham yang baru per akhir Desember 2009, yaitu Bank Mandiri yang memiliki 10,6% saham di perusahaam melalui penyelesaian hutang Obligasi Konversi senilai Rp 1,02 triliun, sehingga per akhir Desember 2009 struktur kepemilikan saham perusahaan adalah Pemerintah Republik Indonesia (85,8%), PT Bank Mandiri (10,6%), PT Angkasa Pura I (1,4%), dan PT Angkasa Pura II (2,2%).

Memiliki gedung manajemen baru di Bandar Udara Soekarno-Hatta, Garuda Indonesia saat ini didukung oleh 5.075 orang karyawan yang tersebar di kantor pusat dan 43 kantor cabang. Pada akhir Desember 2009, Garuda Indonesia mengoperasikan 70 pesawat yang terdiri dari 3 pesawat jenis Boeing 747-400, 6 pesawat jenis Airbus 330-300, 4 pesawat jenis Airbus 330-200 dan 57 pesawat jenis B-737 (seri 300, 400, 500, & 800), serta baru-baru ini Garuda Indonesia telah memesan 18 pesawat Bombardier CRJ 10000 NextGen yang akan

(4)

diterbangkan pada akhir tahun 2012.. Kini Garuda Indonesia melayani lebih dari 50 rute tujuan domestik dan internasional, serta lebih dari 80 juta penumpang.

Untuk mendukung kegiatan operasionalnya, Garuda Indonesia memiliki 4 anak perusahaan yang fokus pada produk / jasa pendukung bisnis perusahaan induk, yaitu PT Abacus Distribution Systems Indonesia, PT Aerowisata, PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia, dan PT Aero Systems Indonesia. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan perusahaan terutama adalah sebagai berikut:

1. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, kargo dan pos dalam negeri dan luar negeri.

2. Angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, kargo dan pos dalam negeri dan luar negeri.

3. Pemeliharaan dan perbaikan pesawat, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga.

4. Jasa pelayanan penunjang operasional angkutan udara.

5. Jasa pelayanan sistem informasi yang berkaitan dengan pengangkutan udara.

6. Jasa konsultasi, pendidikan dan latihan yang berkaitan dengan pengangkutan udara.

7. Jasa pelayanan kesehatan bagi karyawan Perusahaan maupun untuk pihak ketiga.

(5)

3.1.2 Visi, Misi, dan Nilai-Nilai Perusahaan

Visi perusahaan adalah menjadi perusahaan penerbangan yang handal dengan menawarkan layanan yang berkualitas kepada masyarakat dunia menggunakan keramahtamahan Indonesia.

Misi perusahaan adalah sebagai perusahaan penerbangan pembawa bendera bangsa (flag carrier) Indonesia yang mempromosikan Indonesia kepada dunia guna menunjang pembangunan ekonomi nasional dengan memberikan pelayanan yang profesional.

Lalu, adapun nilai-nilai perusahaan yang dikenal dengan istilah FLY HIGH, yaitu merupakan singkatan dari:

1. Efficient & effective

Insan Garuda Indonesia senantiasa melakukan tugas yang diembannya secara teliti, tepat dan akurat dalam waktu sesingkat mungkin dan tenaga serta biaya seefisien mungkin tanpa mengorbankan kualitas. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin pelanggan memperoleh layanan yang berkualitas.

2. Loyalty

Insan Garuda Indonesia dapat melaksanakan setiap tugas yang didelegasikan kepadanya dengan penuh dedikasi, tanggung jawab dan disiplin. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menjamin konsistensi kualitas layanan yang diberikan kepada pelanggan.

(6)

3. Customer Centricity

Insan Garuda Indonesia senantiasa penuh perhatian, siap membantu dan melayani. Hal ini didasari keyakinan bahwa Garuda Indonesia berupaya menempatkan pelanggan sebagai pusat perhatian.

4. Honesty & Openness

Insan Garuda Indonesia harus selalu jujur, tulus dan ikhlas dalam menjalankan seluruh aktivitasnya dan melakukan komunikasi dua arah yang jelas dan transparan dengan memperhatikan prinsip kehatihatian, serta tetap

3.1.3 Kegiatan Bisnis

Garuda Indonesia merupakan salah satu perusahaan milik negara (BUMN) yang bergerak di bidang jasa penerbangan yang berfokus pada tingkatan pasar menengah ke atas, karena produk yang ditawarkan merupakan jenis premium services, baik untuk jasa pengangkutan penumpang (pax) dalam one-way atau return flight ataupun barang (cargo). Garuda Indonesia juga melayani setiap kegiatan kenegaraan yang dilakukan oleh instansi pemerintahan Republik Indonesia terkait dengan berbagai wilayah kunjungan.

Pasar yang dijangkau oleh Garuda Indonesia meliputi service area IBB (Indonesia Bagian Barat), IBT (Indonesia Bagian Tengah), ASA (Asia), JKC (Japan Korea China), SWP (South West Pacific), EUR (Eropa), dan MEA (Middle East) dimana perusahaan telah memiliki lebih dari 50 rute penerbangan

(7)

baik domestik ataupun internasional dan rata-rata berhasil melakukan lebih dari 6.000 penerbangan dalam kurun waktu satu tahun.

3.1.4 Struktur Organisasi

Di dalam perusahaan, struktur organisasi yang berlaku per 31 Januari 2011 terdapat beberapa direksi-direksi yang dibawahi oleh para vice president dan president serta CEO, dimana masing-masing tugas dan wewenang dijelaskan di bawah ini:

(8)

Gambar 3.1. Struktur organisasi Garuda Indonesia (per 31 Januari 2011) Sumber: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk

(9)

 Pembagian Tugas, Tanggungjawab dan Wewenang Unsur – Unsur Organisasi Induk

1. Unsur Pelaksana

Yaitu yang menjalankan kebijakan; dipimpin oleh Direktur dengan dibantu oleh Vice President (disingkat VP) dan/atau

Senior General Manager (disingkat Senior GM).

2. Unsur Pendukung

Yaitu fungsi yang mempunyai peran mendukung Direktur Utama dan/atau direksi; dipimpin oleh VP.

3. Strategic Business Unit (SBU)

Yaitu suatu unit usaha mandiri dalam Perusahaan yang berorientasi pada optimasi sumber daya yang bertujuan memaksimalkan nilai Perusahaan dengan memberikan hasil produksi dan layanan jasa kepada pelanggan, baik di dalam maupun di luar korporasi; dipimpin oleh VP.

4. Anak perusahaan (subsidiaries)

Yaitu suatu badan hokum tersendiri yang dibentuk Perusahaan untuk mendukung kegiatan perusahaan Induk dan dikelola secara mandiri, namun masih dalam kontrol Perusahaan Induk.

(10)

Unsur Pelaksana

Unsur Pelaksana dalam Organisasi Induk terdiri dari: 1. Commersial Services

Bertanggung jawab terhadap pencapaian Sales & Revenue dan

Service pre-in-post flight, melalui pengelolaan network, marketing, revenue, service, service delivery dan cabin crew

secara terintegrasi; dipimpin oleh Direktur Niaga. 2. Operation Services

Bertanggung jawab terhadap pelaksanaan operasi penerbangan, melalui pengelolaan cockpit, ground operations, flight dispatch,

operation control dan dukungan operasional lainnya; dipimpin

oleh Direktur Operasi.

3. Engineering & Maintenance Services

Bertanggung jawab terhadap penjaminan keterdesiaan pesawat yang airworthy melalui pengendalian dan pengelolaan kualitas perawatan pesawat; dipimpin oleh Direktur Teknik.

4. Corporate Strategy & Information Technology Services

Bertanggung jawab terhadap perumusan strategi dan perencanaan jangka panjang melalui pembentukan Strategy Management Office serta dukungan teknologi informasi yang handal; dipimpin oleh Direktur Strategi & Teknologi Informasi.

5. Financial Services & Group CFO

Bertanggung jawab terhadap pengelolaan keuangan Perusahaan

melalui pengelolaan treasury, financial analysis, coimptroller dan pengelolaan aset; dipimpin oleh Direktur Keuangan.

(11)

6. Human Capital Management & Corporate Support Services

Bertanggung jawab terhadap pengelolaan Sumber Daya Manusia, Pendidikan & Pelatihan serta Pengadaan; dipimpin oleh Direktur SDM dan Umum.

7. Area Management

Merupakan pengelola pelaksanaan seluruh kebijakan dan bisnis Perusahaan di Branch Offices tempat dimana Perusahaan melakukan bisnis, yang terdiri dari: Area Western Indonesia (WEI); Area Eastern Indonesia (EAI); Area Asia (ASA) & Middle

East (MEA); Area Japan, Korea, China (JKC); Area South West Pacific (SWP). Area Mangement dalam melaksanakan tugasnya

bertanggung jawab kepada Board of Director (BoD), namun secara operasional dikelola oleh Direktur Niaga.

Unsur Pendukung

Unsur Pendukung dalam Organisasi Induk terdiri dari: 1. Unit Corporate Quality, Safety & Aviation Security

Berfungsi untuk mengelola Safety management system;

bertanggung jawab kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur Operasi.

2. Unit Internal Audit

Berfungsi untuk memastikan efektivitas sistem audit internal Perusahaan; bertanggung jawab kepada Direktur Utama, namun secara secara operasional dikelola oleh Direktur Keuangan.

(12)

3. Unit Corporate Secretary

Berfungsi untuk melindungi Perusahaan dari aspek hukum melalui pemberian pendapat hukum, Penyelesaian Permasalahan Hukum, Legalisasi Perjanjian; memastikan struktur dan mekanisme Good

Corporate Governance (GCG) terimplementasi & selaras;

memastikan penyelenggaraan administrasi Perusahaan sesuai hukum dan perundangan yang berlaku dan prinsip GCG, serta mendukung layanan umum; bertanggung jawab kepada Direksi namun secara operasional dikelola oleh Direktur SDM & Umum. 4. Unit Hajj

Berfungsi untuk mengelola penerbangan haji; bertanggung jawab kepada Direksi, namun secara opersaional dikelola oleh Direktur Operasi.

5. Corporate Safety Committee

Merupakan suatu forum rapat resmi perusahaan yang melakukan pertemuan secara berkala untuk membahas isu-isu yang terkait dengan flight safety/keselamatan penerbangan, aviation security/keamanan penerbangan, health/keselamatan, dan

environment/lingkungan. Forum ini dipimpin oleh Predisent &

CEO. Corporate Safety Committee bukan merupakan organisasi struktural.

6. Unit CEO Office

Bertindak sebagai fasilitator kegiatan Direksi melalui pengelolaan agenda dan jadwal rapat Direksi serta memonitor tindak lanjutnya

(13)

dan usulan-usulan strategis GA Group; bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama.

7. Unit Enterprise Risk Management

Bertindak sebagai pengelola Risiko Perusahaan melalui System

Early Warning kepada unit44 unit; bertanggung jawab secara secara langsung kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur Teknik.

8. Unit Corporate Communication

Bertindak secara pengelola komunikasi & informasi Perusahaan (eksternal & internal) secara efektif, secara mengelola Corporate

Social Responsibility (CSR) & Program Kemitraan dan Bina

Lingkungan (PKBL), bertanggung jawab secara langsung kepada Direktur Utama, namun secara operasional dikelola oleh Direktur SDM & Umum.

Strategic Business Unit

SBU Garuda Indonesia terdiri dari:

1. SBU Garuda Cargo; mengelola bisnis cargo, yang secara operasional dikelola oleh Direktur Niaga.

2. SBU Garuda Sentra Medika (GSM); mengelola bisnis kesehatan, yang secara operasional dikelola oleh Direktur Teknik.

(14)

Anak Perusahaan

Anak Perusahaan Garuda Indonesia terdiri dari: 1. PT Aerowisata

Bergerak di bidang jasa penyediaan barang dan/atau jasa yang bermutu tinggi dan berdaya saing kuat di bidang Usaha Pariwisata dan Jasa Pendukung Angkutan Udara.

2. PT Garuda Maintenance Facility Aero Asia (GMF Aero Asia, disingkat menjadi GMFAA)

Bergerak di bidang usaha perawatan pesawat terbang (Maintenance & Repair Organization/MRO).

3. PT Abacus Distribution System Indonesia

Bergerak di bidang usaha utama Global Distribuition System (GDS).

4. PT Aero Systems Indonesia

Bergerak di bidang penyediaan sistem teknologi informasi untuk

(15)

3.2. Sistem yang Berjalan.

(16)

Untuk menghasilkan sebuah laporan Route Profitability, pengguna (user) harus melalui enam proses secara keseluruhan seperti yang digambarkan pada rich picture di atas. Secara lebih detil akan dijelaskan tahapan per tahapan di bawah ini:

1. Mengumpulkan data utama operasional dan revenue dari unit feeder data yang bersangkutan (data collection).

Tabel 3.1. Nama data dan penyedia data untuk pemrosesan laporan

Nama Data Penyedia Data

AFL (Aircraft Flight Log) dan fuel

burnt

JKTOSGA (Operation Support) dan JKTCTGA (Fleet Management)

OTP (On Time Performance) JKTOGGA (Ground Support)

RAPID GA JKTWPGA (Revenue Management)

CRAS (Cargo Revenue Accounting

System)

(17)

1.b. Data Operasional (OTP) JKTOSGA (Operation Support) JKTCTGA (Fleet Management) Data Operasional AFL (Aircraft Flight Log)

(34 kolom) Data Operasional Fuel Burn (10 kolom) Data Operasional Gabungan (22 kolom) JKTOGGA (Ground Operation) Data Operasional OTP (On Time Performance) JKTWPGA (Revenue Management) Data Revenue RAPID (Pax Revenue) JKTGFGA (Unit Cargo) Data Revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) 1.a. Data Operasional (AFL dan Fuel Burn)

1.c. Data Revenue (RAPID Pax) 1.d. Data Revenue (Cargo CRAS) Server

(18)

Berikut penjelasan mengenai rich picture proses pertama :

1.a. Semua data yang diperlukan oleh user (pengguna) yang dikumpulkan dari berbagai bagian penyedia data akan disimpan di dalam sebuah alamat server: https://192.168.31.156/operation/controlv2/addon. Pertama kali, user akan memroses data asli operasional AFL (Aircraft Flight Log) yang telah diterima dari bagian operation support (JKTOSGA) berformat Excel yang terdiri dari 34 kolom field, beserta data asli fuel burn dari bagian fleet management (JKTCTGA) yang juga masih berformat Excel dengan 10 kolom field. Kemudian, kedua data asli tersebut dibentuk menjadi data gabungan yang terdiri dari 22 kolom field,

1.b. Kedua, mengumpulkan data asli operasional On Time Performance (OTP) yang didapatkan dari bagian ground operation (JKTOGGA).

1.c. Ketiga, menerima data asli revenue RAPID (pax revenue) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang didapatkan dari bagian revenue management (JKTWPGA), dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel, dan

1.d. Terakhir, menerima data asli revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang diterima dari unit cargo (JKTGFGA), dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel,

(19)

2. Mengubah format data asli menjadi format data Route Profitability.

Server

User

Data Asli Operasional (AFL dan Fuel Burn)

Data Asli Operasional (OTP)

Data Asli Revenue (RAPID Pax)

Data Asli Revenue (Cargo CRAS)

User

User

User

Data Operasional Terformat (AFL dan Fuel Burn)

Data Operasional Terformat (OTP)

Data Revenue Terformat (RAPIX Pax)

Data Revenue Terformat (Cargo CRAS) 2.a. Mengubah format data operasional AFL dan Fuel Burn ke dalam format RP

2.b. Mengubah format data operasional OTP ke dalam format RP

2.c. Mengubah format data revenue RAPID Pax ke dalam format RP

2.d. Mengubah format data revenue Cargo CRAS ke dalam format RP

Server

(20)

Berikut penjelasan mengenai rich picture proses kedua :

2.a. User mengganti format data operasional asli AFL dan fuel burn berupa field: aircraft type, branch office, pax on board, flight number, dan departure/arrival date yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh PAX201103.txt). Contoh perubahan format sebagai berikut: • Aircraft type AFL RP 733 73C 734 74C 7NG 738

Tabel 3.2. Perubahan format aircraft type pada data asli

Branch office AFL RP SEL ICN NRT TYO PEK BJS OSA KIX

Tabel 3.3. Perubahan format branch office pada data asli

AFL RP

PVG SHA

(21)

Flight number

AFL RP

088 978

089 979

Tabel 3.4. Perubahan format flight number pada data asli

Date (GMT menjadi Local Time)

2.b. User mengganti format data operasional asli OTP berupa field: aircraft type, departure/arrival city, serta date yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh OTP_201101.txt).

2.c. User mengganti format data asli revenue RAPID berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh ZRP_032011.txt).

2.d. User mengganti format data asli revenue CRAS berupa field: flight number dan departure/arrival city yang telah dikumpulkan sebelumnya, lalu disimpan dengan format baru .TXT (contoh CGO201103.txt).

(22)

3. Melakukan data maintenance.

(23)

Berikut penjelasan mengenai rich picture proses ketiga:

3.a. Untuk memasukkan value dari data operasional dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik preCOPA berupa aircraft type, departure/arrival city, citypair, flight number, flight route, roundtrip route, roundtrip flight number, service area, dan service type, maka pertama menggunakan transaction code "KES1" untuk membuat derivasi yang berasal dari data AFL dan fuel burn, OTP, RAPID, dan CRAS. Value-value utama melalui ‘KES1’ yang terdiri

dari:

1. Aircraft type (733, 73C, 74C, dan sebagainya)

2. Bandara keberangkatan dan kedatangan (CGK, dan sebagainya) 3. Flight number (010, 011, 011E, dan sebagainya). Flight number harus

bersifat unik dari tiap rute penerbangan yang ada.

4. City pair/leg (CGKDXB, DXBAMS, CGKAMS, dan sebagainya)

City pair menjelaskan penerbangan tunggal dari take off menuju landing dari keberangkatan tunggal dan kota ketibaan pada sudut

pandang penumpang.

5. Flight route (088: CGK-DXB-AMS; 089: AMS-DXB-CGK, dan sebagainya). Flight route mendeskripsikan sebuah cycle pernerbangan dari kota keberangkatan menuju kota kedatangan (termasuk kota transit). Flight route adalah parent dari city pair.

6. Roundtrip flight

Menjelaskan flight number dari keberangkatan sampai dengan flight

(24)

7. Service area

Terdiri atas ASA (Asia), EUR (Eropa), MEA (Middle East), JKC (Japan, Korea, China), SWP (South West Pacific), IBB (Indonesia Bagian Barat), dan IBT (Indonesia Bagian Timur)

8. Service type

Terdiri atas DOM (domestik) meliputi IBT dan IBB dan INT (internasional) meliputi ASA, EUR, MEA, JKC, dan SWP.

3.b. Kedua, untuk membentuk rute yang saling berkaitan antara flight number, flight route, service area, dan roundtrip flight number, maka menggunakan derivation rule 11 dengan transaction code "KEDE". Selanjutnya, menggunakan derivation rule 12 untuk memasangkan flight route dengan roundtrip route. Dan terakhir, menggunakan derivation rule 13 untuk memasangkan service area dengan service type.

3.c. Ketiga, melakukan perhitungan yang berkaitan dengan jarak dan seat configuration, seperti ASK (Available Seat per Kilometer), RPK (Revenue Pax Kilometer), ATK pax (Available Tone Kilometer), ATK cargo (Available Tone Kilometer), Freight Mail, dan lain sebagainya dengan menggunakan transaction code "ZRPMM".

(25)

4. Mengunggah data operasional dan data revenue ke dalam pre-COPA.

(26)

Pre-COPA

Merupakan proses awal yang ditambahkan karena perusahaan memerlukan laporan-laporan RP lainnya yang lebih komprehensif, oleh karena itu ditambahkan sebuah proses pre-CO-PA (dibuat di dalam SAP ECC 6.0 melalui pemograman ABAP) yang bertujuan untuk menyaring, memetakan, dan mempersiapkan data awal, sehingga hal ini dapat memastikan bahwa data yang akan masuk ke dalam CO-PA nantinya merupakan data yang sudah

valid.

Berikut penjelasan mengenai rich picture proses keempat:

4.a. Melakukan upload data operasional dan revenue sesuai dengan template yang telah ditentukan yaitu dengan format .TXT. Untuk data operasional melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Operational, sedangkan untuk data revenue melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Revenue.

4.b. Memroses data harian (daily) yang telah diunggah ke pre-CO-PA dengan membuat summary bulanan (monthly) dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Processing – Summarize

(27)

5. Mengecek validitas data di dalam pre-COPA

(28)

Berikut penjelasan mengenai rich picture proses kelima:

5.a. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data operasional apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data operasional yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload. 5.b. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan

ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data pax revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data pax revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload.

5.c. Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data freight revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data freight revenue yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload.

(29)

6. Melakukan upload data ke dalam CO-PA

Pre-COPA

6.a. Mengunggah seluruh data bulanan ke dalam COPA.

Cargo Revenue Bulanan Data Operasional Bulanan Pax Revenue Bulanan

CO-PA

Fuel Surcharge ‘KEFC’

JKTWPGA (Revenue Management)

6.b. Melakukan input manual untuk fuel surcharge ke dalam COPA

Route Profitability

6.c. Melakukan evaluasi laporan mengenai SLF, OTP, dan Flight Interrupted.

(30)

• CO-PA

Perusahaan menggunakan CO-PA (Controlling – Profitability

Analysis) untuk melakukan analisis profitabilitas dari dua segmentasi bisnis

yang terbagi atas jasa pengangkutan penumpang (pax carried service) dan jasa pengangkutan barang (air cargo service) serta untuk memberikan informasi berdasarkan pasar yang dijangkau oleh Garuda Indonesia yang meliputi service area IBB (Indonesia Bagian Barat), IBT (Indonesia Bagian Tengah), ASA (Asia), JKC (Japan Korea China), SWP (South West Pacific), EUR (Eropa), dan MEA (Middle East) guna keperluan pengambilan keputusan bagi bagian penjualan, pemasaran, dan manajemen eksekutif.

Laporan yang dihasilkan dikenal dengan sebutan Route Profitability yang diproses oleh CO-PA, namun hanya berupa dua tipe, yaitu RP Regular dan RP Actual Charter. Terdapat banyak pemrosesan yang masih dilakukan secara manual dengan menggunakan Microsoft Excel untuk menghasilkan RP tersebut.

Berikut penjelasan mengenai rich picture proses terakhir:

6.a. Data operasional dan data revenue yang telah dicek ulang validitasnya akan diunggah ke dalam sistem CO-PA dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - COPA Postings - Posting to COPA.

6.b. Mengunggah data mengenai fuel surcharge di dalam sistem CO-PA secara manual yang diterima dari bagian reveue management dalam bentuk Excel dengan menggunakan transaction code "KEFC".

(31)

6.c. Mengevaluasi data yang telah diunggah tersebut mengenai : - Seat Load Factor (SLF) di atas 100%, - On Time Performance (OTP) di atas 100%, - Flight interrupted dengan flight number, dan - Flight number, flight route, service area, roundtrip route, roundtrip flight.

3.3. Analisis Fit/Gap

Analisis Fit/Gap adalah metodologi yang membandingkan proses-proses dan fungsi-fungsi dari sistem, dievaluasi untuk mendapatkan kecocokan dan ketidak-cocokan.

Setelah mempelajari dan menganalisis proses bisnis dan sistem yang berjalan sekarang (AS IS) untuk menghasilkan laporan Route Profitability (RP) dengan pre-CO-PA dan CO-PA, maka dapat ditemukan gap antara sistem yang lama dengan kebutuhan di dalam sistem TO BE dengan menggunakan SAP BusinessObjects PCM nantinya yang dibagi berdasarkan proses bisnis dan sistem sebagai berikut:

(32)

No

Business

Process

Current System (AS IS)

Problem

Priority Status

Action (TO BE)

Proposed System

Cut

Developed

New

1

Mengumpulkan data utama operasional dan

revenue dari unit feeder data yang

bersangkutan.

a.

Pertama kali, user akan memroses data asli operasional AFL (Aircraft Flight Log) yang telah diterima dari bagian operation support (JKTOSGA) berformat Excel yang terdiri dari 34 kolom field, beserta data asli fuel burn dari bagian fleet management (JKTCTGA) yang juga masih berformat Excel dengan 10 kolom

field. Kemudian, kedua data asli tersebut

dibentuk menjadi data gabungan yang terdiri dari 22 kolom field,

Untuk proses ini tidak terdapat masalah yang signifikan hanya saja pada sistem yang berjalan sekarang data-data yang telah dikumpulkan dikumpulkan ke dalam

server dan akan diproses oleh user untuk dilakukannya proses konversi format data,dimana user yang harus mengakses

data secara manual ke server untuk di proses lebih lanjut sehingga membutuhkan

waktu yang lebih.

High Partial Fit x Sistem yang baru akan

tetap menerima data operasional dan revenue dari

departemen-departemen yang terkait, dimana masing-masing departemen masih tetap menggunakan sistem nya masing-masing untuk menghasilkan data operasional dan revenue. Namun, data tersebut akan masuk ke dalam SAP Business Warehouse terlebih dahulu dengan menggunakan SAP data

bridge untuk kepentingan

standarisasi format data sebelum nantinya terhubung langsung dan digunakan di dalam SAP

BusinessObjects PCM.

Serta disediakan struktur

line items untuk

menampuang sejumlah

cost dan revenue.

b.

Kedua, mengumpulkan data asli operasional

On Time Performance(OTP) yang didapatkan

dari bagian ground operation (JKTOGGA). User dapat mengunggah data asli dalam format Excel dengan mengakses

https://192.168.31.156/operation/controlv2/ad don ,

High Partial Fit x

c.

Ketiga, menerima data asli revenue RAPID (pax revenue) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang didapatkan dari bagian revenue management (JKTWPGA) dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel,

High Partial Fit x

d.

Terakhir, menerima data asli revenue CRAS (Cargo Revenue Accounting System) dalam dua format yaitu .TXT (incomplete) dan Excel (complete) yang diterima dari unit cargo (JKTGFGA) dimana user akan menggunakan data yang telah lengkap yaitu format Excel,

(33)

2

Mengubah format data asli menjadi format

data RP

a.

User mengganti format data operasional asli

AFL dan fuel burn berupa field: aircraft type,

branch office, pax on board, flight number, dan departure/arrival date yang telah

dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh PAX201103.txt)

Pada proses di sistem yang berjalan ini terdapat beberapa masalah yang membuat

proses pembuatan laporan RP Actual Mainbrand menjadi lebih lama, karena

user harus terlebih dahulu mengubah format data yang telah dikumpulkan sebelumnya dari unit-unit terkait ke format

data RP yaitu dari format excel ke format txt karena tidak adanya fasilitas untuk

standarisasi format data

High Partial Fit x

b.

User mengganti format data operasional asli

OTP berupa field: aircraft type,

departure/arrival city, serta date yang telah

dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh OTP_201101.txt)

High Partial Fit x

c.

User mengganti format data asli revenue

RAPID berupa field: flight number dan

departure/arrival city yang telah

dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan format terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh ZRP_032011.txt)

High Partial Fit x

d.

User mengganti format data asli revenue

CRAS berupa field: flight number dan

departure/arrival city yang telah

dikumpulkan sebelumnya (contoh perubahan terlampir), lalu simpan dengan format baru .TXT (contoh CGO201103.txt)

High Partial Fit x

3 Melakukan data

maintenance a.

Untuk memasukkan value dari data operasional dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik preCOPA berupa aircraft

type, departure/arrival city, citypair, flight number, flight route, roundtrip route, roundtrip flight number, service area, dan service type, maka pertama menggunakan transaction code "KES1" untuk membuat

derivasi yang berasal dari data AFL dan fuel burn, OTP, RAPID, dan CRAS.

Pada proses dalam sistem yang berjalan ini terdapat masalah dimana user perlu memasukkan value dari data operasional

dan revenue yang telah ada ke dalam karakteristik pre-COPA dengan menggunakan transaction code tertentu,

namun dengan dilakukannya proses memasukkan value secara manual membutuhkan waktu lebih lama bagi user

untuk menghasilkan laporan RP

High Gap x

Sistem yang baru mampu melakukan integrasi dan standarisasi pemrosesan data operasional pax, operasional cargo, dan operasional pax & cargo dengan dukungan dari SAP BusinessObjects BPC. Jadi, nilai akhir hasil pemrosesan data

(34)

b.

Kedua, untuk membentuk rute yang saling berkaitan antara flight number, flight route,

service area, dan roundtrip flight number,

maka menggunakan derivation rule 11 dengan transaction code "KEDE".

Selanjutnya, menggunakan derivation rule 12 untuk memasangkan flight route dengan

roundtrip route. Dan terakhir, menggunakan derivation rule 13 untuk memasangkan service area dengan service type.

High Gap x

operasional tersebut dapat langsung digunakan pada saat akan membuat laporan Route

Profitability dengan SAP BusinessObjects PCM.

c.

Ketiga, melakukan perhitungan yang berkaitan dengan jarak dan seat

configuration, seperti ASK (Available Seat per Kilometer), RPK (Revenue Pax

Kilometer), ATK pax (Available Tone Kilometer), ATK cargo (Available Tone

Kilometer), Freight Mail, dan lain sebagainya dengan menggunakan transaction code "ZRPMM".

High Gap x

Sistem yang baru mampu melakukan perhitungan secara otomatis dengan menggunakan formulasi struktur line items di dalam struktur activity

drivers secara terintegrasi

dari data SAP Business

Warehouse. SAP BusinessObjects PCM

juga akan mampu menyediakan informasi yang lebih lengkap yang diperlukan eksekutif di dalam laporan keuangan mengenai: 1. Contribution Margin 1, 2. Contribution Margin 2, 3. Contribution Margin 3, 4. Route Result 1, 5. Route Result 2, 6. Yield sampai dengan

class of service. 4 Mengunggah data operasional dan revenue ke pre-CO-PA a.

Melakukan upload data operasional dan

revenue sesuai dengan template yang telah

ditentukan yaitu dengan format .TXT. Untuk data operasional melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Operational, sedangkan untuk data revenue melalui path sistem SAP - ZRPMM - Regular Processing - Data Upload - Revenue.

Pada proses di sistem yang berjalan ini terdapat masalah dimana data-data yang telah diubah format data nya dan sudah di

masukkan karakteristiknya sesuai dengan karakteristik pre-COPA, user harus mengunggah data tersebut ke dalam pre-COPA dimana pre-pre-COPA hanya menjadi penampung sementara untuk data tersebut

di cek kembali apa sudah berupa data bulanan(monthly), sehingga dibutuhkan

fasilitas yang memungkinkan bagi user dapat menghasilkan laporan RP tanpa harus melewati proses menunggah data

karena proses menunggah dilakukan secara satu per satu sehingga cukup

memakan waktu

High Gap x

b.

Memroses data harian (daily) yang telah diunggah ke pre-CO-PA dengan membuat

summary bulanan (monthly) dengan path

sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Processing - Summarize

High Gap x

5

Mengecek validitas data operasional dan

revenue di dalam

pre-CO-PA

a.

Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data operasional apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta

memastikan bahwa tidak ada data operasional yang masih dalam bentuk harian (daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload

Pada proses di sistem yang berjalan ini tidak terdapat masalah hanya saja proses

pengecekan sebelumnya sudah dilakukan pada proses sebelumnya sehingga membuat proses dalam pembuatan laporan

RP terkesan terdapat redudansi pada prosesnya

(35)

b.

Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data pax revenue apakah semuanya telah sesuai dengan format bulanan (monthly) atau belum. Serta

memastikan bahwa tidak ada data pax

revenue yang masih dalam bentuk harian

(daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload

High Gap x

c.

Memastikan kesiapan untuk tahapan terakhir selanjutnya dengan pengecekan ulang di dalam pre-CO-PA mengenai data freight

revenue apakah semuanya telah sesuai dengan

format bulanan (monthly) atau belum. Serta memastikan bahwa tidak ada data freight

revenue yang masih dalam bentuk harian

(daily) melalui path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - Data Upload

High Gap x

6 Melakukan upload ke dalam CO-PA

a.

Data operasional dan data revenue yang telah dicek ulang validitas nya akan diunggah ke dalam sistem CO-PA dengan path sistem SAP - Route Profitability - Regular Processing - COPA Postings - Posting to COPA.

Pada proses di sistem yang berjalan ini user diharuskan untuk melakukan proses

menunggah data dua kali yang pertama meunggah data operasional dan revenue

yang kedua adalah data fuel charge dengan menggunakan transaction code

yang berbeda, sehingga menimbulkan kerumitan untuk melakukan proses unggah

data.

High Gap x

b.

Mengunggah data mengenai fuel surcharge di dalam sistem CO-PA secara manual yang diterima dari bagian reveue management dalam bentuk Excel dengan menggunakan transaction code "KEFC".

High Gap x

c.

Mengevaluasi data yang telah diunggah tersebut mengenai:

- Seat Load Factor di atas 100%, - On Time Performance di atas 100%, - Flight interrupted dengan flight number, - Flight number, flight route, service area,

roundtrip route, roundtrip flight

High Gap X

Tabel 3.5. Analisis Fit/Gap

(36)

Keterangan tabel: 1. Priority

Terbagi menjadi tiga jenis prioritas yaitu high (kebutuhan yang penting seperti pelaporan), medium (kebutuhan yang menambahkan nilai yang cukup signifikan di dalam proses bisnis perusahaan), dan low (kebutuhan yang menambah nilai kecil di dalam proses bisnis perusahaan).

2. Status

Terbagi menjadi tiga jenis status yaitu fit (kebutuhan pengguna telah berhasil dipenuhi secara baik oleh sistem yang berjalan sekarang), partial fit (kebutuhan pengguna telah berhasil dipenuhi, namun tidak maksimal oleh sistem yang berjalan), dan gap (kebutuhan pengguna tidak terpenuhi oleh sistem yang berjalan sekarang).

3. Action

Merupakan keputusan dalam merubah masing-masing langkah sistem yang lama yang akan diperlukan untuk menyesuaikan kebutuhan pengguna di dalam sistem yang baru. Perubahan satu buah langkah sistem dapat mempengaruhi proses bisnis yang berjalan yang didukung oleh sistem tersebut, mengingat satu proses bisnis dapat didukung oleh satu atau lebih sistem yang berjalan, begitu pula sebaliknya. Aksi yang dapat dieksekusikan untuk masing-masing langkah sistem adalah dengan pilihan cut (langkah sistem dihapus sepenuhnya), develop (langkah sistem dikembangkan dengan sentuhan baru), atau create new (dapat berasosiasi apabila langkah sistem ingin di-cut, dapat dirancang langkah sistem yang baru).

(37)

4. Proposed System (Set Up)

Merupakan rencana perancangan yang akan dilakukan di dalam proyek untuk memenuhi kebutuhan pengguna di dalam sistem SAP BusinessObjects PCM yang baru nantinya.

5. Problem

Merupakan penjelasan masalah-masalah yang didapati dalam sistem yang berjalan dan menjadi acuan untuk perancangan sistem yang baru sehingga pada perancangan sistem baru dapat didapatkan solusi untuk menjawab masalah-masalah yang terjadi.

Penjelasan tabel:

a. Sistem yang berjalan sekarang belum mampu untuk melakukan standarisasi format data untuk menjadi laporan RP akhir.

Detil masalah:

Data dari berbagai sumber masih berbentuk spreadsheet dan masih harus dilakukannya konversi nama field dari data asli menjadi format standar laporan RP, serta masih harus melakukan konversi format spreadsheet menjadi bentuk text (.TXT) pada saat keperluan upload pre-COPA.

Solusi:

Pembangunan sistem yang mampu memroses data operasional, cost dan revenue dengan menggunakan SAP Business Warehouse untuk

(38)

kepentingan standarisasi format data dan setelah itu data yang ada akan terintegrasi dengan SAP BusinessObjects PCM.

b. Sistem yang berjalan sekarang masih secara manual untuk melakukan input-tan data ke dalam sistem yang ada.

Detil masalah:

Data operasional dan revenue pada sistem yang lama masih harus dimasukkan secara manual ke dalam sistem oleh pengguna melalui tiga tahapan yang rentan dengan kesalahan data input dan memerlukan waktu yang cukup lama untuk diselesaikan.

Solusi:

Pembangunan sistem yang mampu memroses data yang telah disimpan dan dengan format yang telah terstandarisasikan di dalam SAP Business Warehouse ke dalam struktur line items berupa sejumlah costs dan revenue untuk diolah di dalam SAP BusinessObjects PCM secara sistematis, sedangkan pada sistem yang baru nantinya data operasional akan langsung dihasilkan oleh SAP BusinessObjects BPC (Business Process Consolidation) untuk dipakai di dalam PCM.

c. Sistem yang bejalan sekarang belum mampu menghasilkan laporan Route Profitability yang lebih informatif dan sistem yang berjalan sekarang juga belum mampu memastikan tercapainya proses pengambilan keputusan dalam bidang keuangan secara lebih akurat. Detil masalah:

Saat ini, informasi yang dihasilkan pada laporan akhir masih sebatas informasi mengenai Seat Load Factor (SLF), On Time Performance

(39)

(OTP), dan Flight Interrupted saja. Serta keputusan yang diambil oleh eksekutif sebagai hasil dari analisis atas laporan Route Profitability selama ini hanya berdasarkan pengalaman-pengalaman yang dimiliki, sehingga tujuan perusahaan untuk menekan biaya dan memaksimalkan profit menjadi tidak signifikan.

Solusi:

Pembangunan sistem yang mampu melakukan kalkulasi menggunakan satu platform saja secara otomatis untuk menghasilkan informasi yang lebih mendalam pada laporan Route Profitability mengenai:

1. Contribution Margin 1, 2. Contribution Margin 2, 3. Contribution Margin 3, 4. Route Result 1, dan 5. Route Result 2.

3.4. Peran

Peran dari penulis selama menjalankan program internship adalah sebagai project member dari project team yang dibentuk dalam rangka melakukan implementasi SAP periode kedua pada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Sebagai anggota dari project team, tim penulis dibawahi langsung oleh SAP PCM project manager, SAP PCM business process

(40)

project coordinator, dan SAP PCM project coordinator yang menjadi

pimpinan penulis selama proses magang berlangsung.

Sebagai project member, tim penulis bekerja bersama untuk menangani tugas-tugas yang diberikan oleh pimpinan, antara lain sebagai berikut:

1. Mempelajari proses bisnis dalam industri penerbangan yang ada di Garuda Indonesia,

2. Menganalisis sistem yang berjalan yang digunakan untuk menghasilkan laporan Route Profitability actual mainbrand Garuda Indonesia, dan

3. Merancang business blueprint SAP PCM dengan pendekatan dasar Activity-Based Costing (ABC) khusus untuk actual

mainbrand berdasarkan hasil identifikasi masalah yang ada pada

proses bisnis AS IS dan analisis kebutuhan pada proses bisnis TO BE.

(41)

Time Hours Activities Mentors Details Outcomes 08.00 - 16.30 8.5 Introduction to work environment Head of IT Department, Project Manager, Project Coordinator

Pengenalan dengan lingkungan kerja di gedung QX dan penjelasan tentang etika bekerja yang berlaku secara umum.

- Perkenalan dengan seluruh personil yang bekerja di gedung QX.

- Melakukan kick off meeting bersama untuk perkenalan seluruh personil yang bertanggung jawab atas proyek implementasi SAP BusinessObjects PCM.

Mendapatkan informasi mengenai lingkungan kerja dan peraturan-peraturan yang ada di dalam nya yang harus diikuti dan memulai kerjasama dengan sesama personil QX ataupun personil yang bertanggung jawab atas

pelaksanaan proyek SAP

BusinessObjects PCM. RP Simulation Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator

Pemberian simulasi atas laporan RP (Route

Profitability) yang akan dihasilkan oleh

SAP BusinessObjects PCM dan

mempelajari proses bisnis yang berkaitan dengan RP.

- Demo simulasi RP secara manual oleh project coordinator dari JKTWL (Financial Analysis)

- Memahami kebutuhan yang diinginkan pengguna dalam hal simulasi laporan RP berupa tool yang akan terdapat di dalam SAP

BusinessObjects PCM.

- Menerima dan mempelajari

sejumlah dokumen yang

mendeskripsikan proses bisnis dan sistem yang berjalan untuk menghasilkan berbagai jenis laporan RP. (Current System)

Mengetahui fungsi simulasi laporan RP secara manual yang contohnya diproses dengan Microsoft Excel layaknya sebuah kalkulator, memahami proses bisnis dan sistem yang berjalan dalam kaitannya pemrosesan berbagai jenis laporan RP.

(42)

08.00 - 16.30 8.5

Brief introduction to Route Profitability

(RP)

Pengenalan secara umum mengenai proyek SAP PCM yang akan dilakukan dan mempelajari proses bisnis yang berkaitan dengan SAP PCM dan pembuatan blueprint untuk master data

- Mendiskusikan hasil presentasi tim yang dilakukan secara lebih mendetil.

- Merancang masterdata baru untuk sistem SAP BusinessObjects PCM.

Memahami tujuan dan manfaat dari proyek SAP PCM serta proses bisnis yang berkaitan dan perancangan

blueprint draft untuk kebuthan master data.

08.00 - 16.30 8.5

Analisis pembuatan

business blueprint

RP

Melakukan analisis proses bisnis yang terdapat di dalam Actual Revenue di

mainbrand

Merancang blueprint draft untuk kebutuhan proses bisnis TO BE pada RP mainbrand -

actual revenue berupa:

a. Pax Revenue Gross b. Pax Revenue Discount c. Other Pax Revenue d. Other Freight Revenue e. Cargo Revenue

Menggambarkan proses bisnis yang ada pada Actual Revenue di

mainbrand

08.00 - 16.30 8.5 Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim dan melakukan

perbaikan proses bisnis Actual Revenue di

Membuat perbaikan proses bisnis di dalam Actual Revenue di mainbrand.

(43)

mainbrand berupa:

- Penambahan proses writeback pada

Pax Revenue Gross dan Pax Revenue Discount untuk keperluan adjustment.

- Perbaikan Pax Revenue Discount ke dalam Other Pax Revenue.

08.00 - 16.30 8.5

Melakukan analisis dan presentasi pada saat

daily meeting dengan tim mengenai proses

bisnis yang terdapat di dalam Actual Cost di

mainbrand secara umum dan keseluruhan

berupa:

- Direct Cost

- Indirect Cost

- Overhead Cost

- Fleet Cost

Memperbaiki proses bisnis pada

Actual Cost di mainbrand.

08.00 - 16.30 8.5

Melanjutkan perbaikan proses bisnis di dalam business blueprint Actual Cost di RP

mainbrand berupa:

- Pembagian dua jenis direct cost yaitu direct traffic cost dan direct

flight cost. berikut dengan sumber

data masing-masing.

- Mengidentifikasi keperluan rekonsiliasi secara keseluruhan pada

direct cost.

- Membentuk cost pool untuk jenis

cost secara keseluruhan

Perbaikan proses bisnis pada blueprint

(44)

08.00 - 15.30 8.5

Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim dan melakukan

perbaikan proses bisnis untuk blueprint

Actual Cost di mainbrand berupa:

- Indirect cost

- Overhead cost

- Fleet cost

Perbaikan proses bisnis pada blueprint

Actual Cost di mainbrand

07.00 - 15.00 8

Presentasi perbaikan proses bisnis untuk

blueprint Actual Cost di mainbrand pada indirect cost, overhead cost, dan fleet cost

dan pembuatan lampiran untuk Actual

Direct Cost Catering

Hasil perbaikan blueprint Actual Cost di mainbrand dan perbaikan Actual

Direct Cost – Catering

07.00 - 15.00 8

Pembuatan business blueprint untuk proses rekonsiliasi atas Actual Direct Cost pada

Direct Flight Cost berupa:

- Fuel cost

- Landing cost

- Handling cost

Hasil sementara blueprint rekonsiliasi

Actual Direct Cost

07.00 - 15.00 8

Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim dan melakukan

perbaikan proses rekonsiliasi Actual Direct

Cost untuk Direct Flight Cost dan memulai

pembuatan rekonsiliasi untuk Direct Traffic

Cost berupa:

- Freight commission

- Pax commission

- Catering cost

Hasil perbaikan blueprint rekonsiliasi untuk Actual Direct Cost pada Direct

(45)

07.00 - 15.00 8

Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim dan melakukan

perbaikan proses bisnis rekonsiliasi Actual

Direct Cost untuk Direct Traffic Cost dan

melengkapi blueprint mainbrand dengan penambahan Budget Cost dan Budget

Revenue.

Hasil perbaikan rekonsiliasi Direct

Traffic Cost

07.00 - 15.00 8

Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim dan melakukan

perbaikan proses bisnis Budget Cost secara keseluruhan.

Hasil sementara perbaikan Budget

Cost

07.00 - 15.00 8

Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim dan melakukan

perbaikan proses bisnis Budget Cost berupa:

- Direct Cost

- Indirect Cost

- Overhead Cost

- Fleet Cost.

Hasil sementara perbaikan Budget

Cost

07.00 - 15.00 8

Melanjutkan pembuatan blueprint untuk

budget cost yang belum lengkap berupa direct cost.

Hasil sementara perbaikan Budget

(46)

07.00 - 15.00 8

Project Manager,

Project Coordinator

Memulai pembuatan business blueprint untuk RP Simulation pada mainbrand dengan berupa simulasi berdasarkan:

- Aircraft Type - Freight Alliance - Freight Carried - Mail Carried - Pax Alliance - Pax Carried C

- Price C Class or Y Class

- Price Freight

- Price Mail

- Route

Hasil sementara RP Simulation untuk

mainbrand 07.00 - 15.00 8 Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator

Melakukan revisi untuk blueprint Actual

Cost dan meneruskan pembuatan business blueprint RP simulation.

Hasil sementara revisi Actual Cost dan hasil sementara RP simulation

07.00 - 15.00 8

Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim tentang RP simulation blueprint berdasarkan perubahan aircraft type terlebih dahulu dan memulai review

dari RP mainbrand pada Actual Cost.

Revisi RP simulation berdasarkan

aircraft type

07.00 - 15.00 8

Melanjutkan revisi RP simulation

berdasarkan aircraft type, melanjutkan pembuatan RP simulation berdasarkan indikator lainnya

Hasil revisi sementara RP simulation berdasarkan aircraft type dan indikator lainnya

(47)

07.00 - 15.00 8 Melanjutkan pembuatan blueprint RP

simulation yang belum selesai

Hasil sementara RP simulation untuk indikator lainnya

07.00 - 15.00 8 Melanjutkan pembuatan blueprint RP

simulation yang belum selesai

Hasil sementara RP simulation untuk indikator lainnya

07.00 - 15.00 8

Melakukan presentasi serta revisi RP

simulation dan review keseluruhan atas RP Mainbrand Actual

Hasil revisi sementara RP simulation dan hasil perbaikan/revisi dari RP

mainbrand actual

07.00 - 15.00 8

Melanjutkan revisi RP simulation dan

review kembali keseluruhan RP mainbrand budget

Hasil revisi sementara RP simulation dan hasil perbaikan/revisi RP

mainbrand budget

Melakukan interview (Q&A) mengenai proses bisnis AS-IS dan TO-BE secara mendetil.

Proses bisnis saat AS-IS dan proses bisnis untuk TO-BE yang lebih mendetil. 08.00 - 16.30 8.5 Project Manager, Business Process Project Coordinator

Meneruskan pembuatan RP Daily, Actual

Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter Actual & Budget Cargo Cost yang terdiri

dari proses bisnis mengenai:

- BSR Fixed Cost

- BSR Variable Cost

- Cargo Cost

- Management Fee per Service.

Actual & Budget Cargo Revenue yang

terdiri dari proses bisnis mengenai:

Hasil sementara RP Daily, Actual

Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter

(48)

- Freight Revenue

- Mail Revenue

- Other Cargo Revenue

08.00 - 16.30 8.5

Melakukan presentasi pada saat daily

meeting dengan tim dan melakukan

perbaikan proses bisnis untuk RP Daily,

Actual Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter

Hasil sementara perbaikan RP Daily,

Actual Cargo, Budget Cargo, dan Actual Charter 08.00 - 16.30 8.5 Project Manager, Project Coordinator, Business Process Project Coordinator

Memulai pembuatan RP Rolling Forecast dan melakukan double checking pada

Actual Regular dan Budget Regular, analisis

resiko dan isu.

Hasil analisis resiko dan isu sementara dan hasil RP Rolling Forecast dan hasil pemeriksaan ulang Actual Regular dan Budget Regular

08.00 - 16.30 8.5

Melanjutkan koreksi requirements yang ada pada RP Actual Cargo dan Budget Cargo yang telah dibuat sebelum finalisasi. Analisis resiko dan isu

Hasil sementara revisi analisis resiko dan isu. Hasil pengecekan ulang untuk RP Actual Cargo dan Budget Cargo

08.00 - 16.30 8.5

Analisis resiko dan isu dan finalisasi terakhir untuk RP Rolling Forecast,

Simulation, dan masterdata

Hasil akhir revisi analisis resiko dan isu. Hasil akhir RP Rolling Forecast,

Simulation, dan masterdata

08.00 - 16.30 8.5

Melakukan interview (Q&A) dengan pertanyaan-pertanyaan yang belum ditanyakan sebelumnya dan mencetak

hardcopy seluruh RP yang telah

diselesaikan untuk perusahaan.

Struktur organisasi perusahaan beserta data pendukung lainnya untuk skripsi & hardcopy RP

(49)

Tabel 3.6. Internship Length of Efforts

08.00 - 16.30 8.5

Mengakhiri program internship dan melakukan evaluasi program internship dan

assessment

Legalisasi activity dan assessment

Gambar

Gambar 3.1.  Struktur organisasi Garuda Indonesia (per 31 Januari 2011)  Sumber: PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk
Tabel 3.1. Nama data dan penyedia data untuk pemrosesan laporan
Gambar 3.3.  :  Rich picture proses pertama yaitu pengumpulan data dari berbagai sumber
Gambar 3.4.  :  Rich picture proses kedua yaitu mengubah format data asli menjadi format data RP.
+7

Referensi

Dokumen terkait

 Dari hasil penelitian dan pengujian yang sudah dilakukan oleh peneliti diperoleh hasil bahwa tingkat ketebalan tertinggi didapat pada campuran Varnish Galaxy HS 2800

Bila suhu ruangan lebih rendah dari suhu yang disetel : Pengeringan udara akan bekerja pada suhu yang disetel sedikit lebih rendah dari suhu ruangan.. Fungsi ini akan berhenti

1) Bentuk Kegiatan Magang. Bagian ini menjelaskan secara spesifik tentang bentuk/jenis/bidang kerja; termasuk tempat/bagian/unit kerja; dan peraturan kerja yang berlaku

Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response tendency) dengan cara yang relative tetap tehadap objek orang,

Dengan ergonomi akan dapat meningkatkan produktivitas dan di isisi lain akan memberikan kenyamanan dan keamanan dalam bekerja sehingga karyawan bisa bekerja dengan

Berdasarkan hasil identifikasi faktor, aktor, sasaran dan kebijakan maka strategi pengembangan sistem produksi pupuk organik pada UPPO di Desa Bangunsari adalah pengelola UPPO bersama

Produk yang akan kami buat cocok dengan iklim relatif di Yogyakarta karena Iklim di Yogyakarta cenderung panas sehingga para penduduk akan sangat memerlukan minuman

Tujuan keperawatan untuk masalah defisit volume cairan adalah setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, masalah teratasi dengan kriteria hasil