• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. negara dalam mengatur hubungan antara pemerintah dengan warganya, pada saat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. negara dalam mengatur hubungan antara pemerintah dengan warganya, pada saat"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi sebagai konsep ideal yang menjadi rujukan hampir semua negara dalam mengatur hubungan antara pemerintah dengan warganya, pada saat ini menjadi perhatian serius untuk dapat dilaksanakan oleh semua negara, baik untuk kepentingan intern maupun ekstern. Fenomena tersebut terjadi karena demokrasi diakui sebagai sistem yang paling sesuai dan paling mendekati idealita, bahwa negara pada hakekatnya adalah representasi kehendak rakyat.

Hal tersebut tentunya sangat beralasan karena untuk melaksanakan fungsi kedaulatannya rakyat harus ikut menentukan jalannya negara melalui proses pemilihan wakil – wakilnya di parlemen yang dilaksanakan melaui suatu Pemilihan Umum secara berkala atau periodik.

Demikian banyaknya istilah demokrasi seperti demokrasi konstitusionil, demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, atau demokrasi Pancasila, namun demikian kesemuanya itu dimaksudkan untuk memberikan suatu jaminan bahwa negara tersebut menganut azas atau melaksanakan sistem demokrasi.

Pilihan terhadap demokrasi untuk dilaksanakan oleh negara – negara didunia saat ini semakin intensif. Apalagi setelah abad ke 19, yang kemudian semakin nyata saat ini, karena demokrasi telah menjadi bagian penting bagi sebuah negara dalam hubungan kerjasama antar negara, khususnya bagi negara – negara dunia ketiga seperti Indonesia. Disamping itu kepedulian rakyat terhadap

(2)

hak – haknya, adalah termasuk dalam kategori Hak Azasi Manusia yang harus dihormati dan tidak dapat diabaikan oleh siapapun juga.

Indonesia sebagai negara yang memiliki Ideologi bernama Pancasila pada dasarnya telah merumuskan gagasan mengenai demokrasi dengan sebutan “kerakyatan “ sebagaimana tercantum pada Pancasila. Adapun makna dari kerakyatan adalah bahwa Indonesia menjunjung tinggi kedaulatan rakyat sebagai acuan dalam kehidupan bernegara diatas dasar keadilan. Oleh sebab itu berbagai hal menyangkut kepentingan rakyat dalam hubungannya dengan negara diatur berdasarkan tuntutan demokrasi sebagaimana termaktub dalam UUD 1945. Bagian dari tuntutan demokrasi di Indonesia yakni ketika dilakukan reformasi dan ditindak lanjuti dengan diundangkannya berbagai peraturan yang diselaraskan dengan tuntutan demokrasi seperti Pemilu, Otonomi Daerah dan sebagainya.

Sebagai bentuk komitmen demokrasi melalui reformasi pada tahun 1998, yang bertujuan menata kembali kehidupan berbangsa dan bernegara atas dasar kepentingan rakyat. Kedudukan rakyat sebagai pemegang kedaulatan merupakan prinsip yang harus ditegakkan berdasarkan tuntutan demokrasi. Oleh sebab itu reformasi yang terjadi di Indonesia tidak semata – mata akibat krisis ekonomi semata, melainkan sebagai bentuk akumulasi tertekannya hak – hak rakyat pada masa Orde Baru. Hal ini dapat dilihat pada berbagai perubahan signifikan dibidang politik dan demokrasi serta Hak Azasi Manusia.

Dampak dari berbagai perubahan tersebut diatas adalah semangat keterbukaan dalam kehidupan demokrasi, dimana rakyat bukan lagi menjadi objek negara akan tetapi menjadi subjek. Termasuk partisipasi dan keikut sertaan rakyat

(3)

dalam lapangan politik secara lebih terbuka untuk menyalurkan aspirasi dan hak – hak yang dimiliknya, sebab inti demokrasi adalah menghormati hak yang dimiliki rakyat sebagai sesuatu yang hakiki.

Dalam konteks pelaksanaan demokrasi oleh suatu negara pada umumnya berhubungan dengan pergantian kepemimpinan secara berkala. Realitas demokrasi yang paling umum kita lihat adalah pada saat dilaksanakannya Pemilihan Umum ( PEMILU ), dimana rakyat menyalurkan aspirasi dan hak- hak yang dimilikinya. Dengan demikian dapat diartikan bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan tanggungjawab untuk menentukan arah dan kebijakan pemerintah pada masa berikutnya.

Menurut International Commission of Jurits mengenai sistem politik yang demokrastis adalah ”Suatu bentuk pemerintahan dimana hak untuk membuat keputusan – keputusan politik diselenggarakan oleh warga negara melalui wakil – wakil yang dipilih oleh mereka dan yang bertanggungjawab kepada mereka melalui suatu proses pemilihan yang bebas” 1

1. Hak rakyat dalam membuat keputusan politik. .

Setidaknya terdapat beberapa point penting menyangkut sistem yang demokratis dari pandangan diatas yakni :

2. Pemilihan para wakil rakyat. 3. Proses pemilihan yang bebas.

Ketiga hal tersebut menggambarkan kedudukan rakyat dalam hubungannya dengasn negara. Bila dikaitkan dengan Indonesia maka pada dasarnya sejak awal kelahirannya Indonesia telah memposisikan rakyat sebagai

1

(4)

pementu kebijakan negara dengan menempatkan Pancasila sebagai ideologi telah mencantumkan ”Kerakyatan yang dipimpin oleh kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan” yang berarti bahwa prinsip demokrasi pada dasarnya bukan hal yang asing dalam sejarah kehidupan politik di Indonesia.

Bila kita telaah perihal kehidupan demokrasi di Indonesia, bahwa sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini menunjukkan kemajuan dan perkembangan yang semakin baik. Sejarah telah membuktikan bahwa implememntasi atau praktek demokrasi telah berlangsung melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum yang bersifat Langsung, Umum, Bebas dan Rahasia, yang dilaksanakan pertama kali tahun 1955. Selanjutnya sejak tahun 1971 hingga saat ini dalam penyelenggaraannya dilaksanakan secara berkala lima tahunan sekali.

Meskipun kehidupan demokrasi di Indonesia mengalami banyak kemajuan bila dipandang dari sisi kuantitas, namun dalam konteks kualitas masih diperlukan analisis dan kajian lebih mendalam, termasuk berbagai perangkat aturan yang lebih komprehensif dan tuntas dalam mengakomodir berbagai kepentingan menyangkut penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia, sehingga aspek kebebasan, kejujuran. keadilan maupun fair play oleh penyelenggara senantiasa harus diupayakan untuk terwujudnya demokrasi yang dicita - citakan.

Dengan semakin maju dan meningkatnya pendidikan masyarakat pada umumnya tentu semakin membuka pemikiran dan rasa tanggungjawab terhadap bangsa dan negara. Bentuk tanggungjawab tersebut adalah melalui partisipasi dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum. Oleh sebab itu Pemilu yang

(5)

dilaksanakan harus dapat memberi perubahan pada masyarakat secara nyata. Salah satu kemajuan dalam penyelenggaraan Pemilihan Umum di Indonesia adalah ditetapkannya sistem suara terbanyak pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009. Keputusan tersebut dilaksanakan berdasarkan tinjauan terhadap UU No. 10 Tahun 2008 karena pada UU No.10 tersebut belum sepenuhnya mewakili aspirasi rakyat dalam menentukan wakil-wakilnya. Maka untuk lebih memenuhi hakekat demokrasi dan aspirasi rakyat dilakukan perubahan terhadap salah satu pasal melalui keputusan Mahkamah Konstitusi yang menetapkan bahwa calon legislatif terpilih sebagai wakil rakyat yang akan duduk di parlemen adalah yang memiliki perolehan suara terbanyak.

Dari perubahan sistem dalam menentukan wakil – wakil rakyat yang terpilih melalui suara terbanyak, tentu terdapat beberapa hambatan karena sistem tersebut relatif baru. Namun karena pemihakan yang tinggi terhadap kepentingan rakyat tentunya harus diapresiasi karena sangat berpengaruh bagi kehidupan demokrasi di Indonesia. Perubahan signifikan tersebut bermakna bahwa Indonesia telah membuktikan eksistensinya untuk sepenuhnya menjadi negara yang demokratis.

Dari uraian sebagaimana dikemukakan diatas perlu kiranya dianalisa lebih mendalam tentang aspek demokrasi menyangkut pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009. Pentingnya analisis tersebut adalah untuk mendapatkan gambaran riel dari berbagai aspek tentang Pemilu. Hal pokok yang perlu medapat perhatian yakni proses penyelenggaraan, mekanisme dan berbagai implikasi yang timbul termasuk kesimpulan yang dapat menjadi pegangan untuk penyempurnaan

(6)

pelaksanaanya dimasa mendatang. Adapun yang menjadi kajian adalah sejauhmana respon rakyat bila dikaitkan dengan partisipasinya dalam Pemilihan Umum Legislatif Tahun 2009 dalam suatu bahasan skripsi dengan judul ” PENERAPAN SISTEM SUARA TERBANYAK PADA PEMILU LEGISLATIF TAHUN 2009 SEBAGAI PERWUJUDAN DEMOKRASI DI KECAMATAN BINJAI TIMUR KOTA BINJAI.

B. Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penulisan ini adalah :

1. Sejauhmana penerapan sistem suara terbanyak memenuhi azas demokrasi pada Pemilu Legislatif 2009 ?

2. Sejauhmana hak – hak rakyat dijalankan melalui Pemilihan Umum dengan sistem suara terbanyak pada Pemilu Legislatif 2009 ?

3. Bagaimana mekanisme penghitungan suara untuk menentukan calon legislatif terpilih dengan system suara terbanyak pada Pemilu Legislatif 2009 ?

C. Ruang Lingkup

Untuk menghindari terlalu luasnya masalah yang akan dibahas maka penulis membatasinya agar topik yang akan dikemukakan dapat lebih fokus dan mendalam, untuk itu penulis membatasinya pada aspek :

1. Tentang pelaksanaan Pemilu legislatif 2009 yang menggunakan sistem suara terbanyak di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

(7)

2. Mekanisme dalam menentukan calon legislatif terpilih pada Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai..

3. Implementasi demokrasi berkaitan dengan pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

D. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian atau penulisan mempunyai tujuan yang menggambarkan suatu bahasan masalah, demikian pula pada penulisan skripsi ini mempunyai tujuan :

1. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang hubungan antara demokrasi dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009. 2. Untuk mengetahui sejauhmana implementasi penerapan sistem suara

terbanyak terkait dengan hak – hak rakyat dalam menentukan wakilnya di parlemern.

3. Untuk menjadi bahan perbandingan antara teori yang penulis peroleh dari perkuliahan dengan realitas yang ada dilapangan.

4. Untuk mengetahui berbagai dinamika yang mempengaruhi pelaksanaan demokrasi ditengah – tengah kehidupan masyarakat.

(8)

E. Manfaat Penelitian

Mengenai manfaat dari penulisan skripsi ini antara lain adalah : 1. Aspek Teoritis

Penulisan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan guna melengkapi dan memperjelas teori – teori yang telah ada serta untuk memperkaya khasanah dibidang ilmu politik.

2. Aspek Praktis

a. Agar masyarakat dapat mengetahui hakekat penyelenggaraan Pemilu sebagai wujud demokrasi yang berguna bagi kemajuan bangsa dan negara.

b. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah untuk mewujudkan demokrasi sebagai bentuk kedaulatan rakyat melalui penyelanggaraan PEMILU yang Langsung, Umum, Bebas, Rahasia, Jujur dan Adil.

c. Sebagai sarana memperkaya pengetahuan dan kepustakaan penulis yang masih terbatas yang diperoleh pada masa perkuliahan.

F. Kerangka Teori 1. Pemilihan Umum

Pemilu sebagai sarana rakyat untuk menyalurkan aspirasi dan haknya merupakan implementasi kedaulatan rakyat, oleh sebab itu negara harus menghormati hak – hak rakyat, karena eksistensi negara sangat ditentukan oleh peran rakyat. Untuk lebih mendalami tentang Pemilihan Umum setidaknya harus

(9)

kita pahami beberapa defenisi tentang Pemilu sebagaimana dikemukakan diabawah ini.

UU No. 10 Tahun 2008 tentang Pemilu Legislatif menyebutkan :

”Pemilihan Umum, selanjutnya disebut Pemilu, adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945”.2

” Kemauan rakyat adalah dasar kekuasaan pemerintah, kemauan itu dinyatakan dalam pemilihan berkala dan jujur yang dilakukan menurut hak pilih yang bersifat Umum dan berkesamaan serta dengan pemungutan susra yang rahasia ataupun menurut cara yang menjamin kebebasan mengeluarkan suara”

Defenisi lain yang dapat dikemukakan adalah sebagaimana dirumuskan pada Universal Declaration Of Human Rights yaitu :

3

a. Hak memilih atau hak pilih aktif yaitu : hak yang digunakan dalam suatu pemilihan Umum untuk memilih wakil – wakil rakyat yang telah memenuhi syarat yang telah ditetapkan

Dalam Pemilu terdapat 2 hal yang sangat penting sebagai prasyarat kesempurnaan pemilu yakni:

b. Hak dipilih yaitu hak warga negarauntuk dipilih sebagai wakil rakyat yang akan akan duduk di lembaga Legislatif dalam suatu pemilihan Umum dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang telah ditetapkan.

2

UU RI No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPRD Prop, DPRD

Kab./Kota.

3

(10)

Dalam perspektif yang lebih luas prinsip kedaulatan rakyat mengahruskan adanya lembaga perwakilan rakyat yang pengisiannya berdasarkan Pemilihan Umum sebagai sarana mendudukkan para wakil rakyat yang akan mewakili kepentingan mereka. Dengan pemilihan itulah rakyat mempunyai hak untuk memilih wakilnya berdasarkan kesepakatan hukum yang mendasarinya.4

“Pemilu Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah adalah Pemilu untuk memilih anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah kabupaten/kota dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”

Pengertian tersebut selaras dengan makna bahwa, untuk pelaksanaan kedaulatan rakyat adalah dengan melaksanakan Pemilihan Umum, karena pemilu adalah sarana memberikan hak sepenuhnya bagi rakyat untuk menyalurkan aspirasinya. Hak tersebut harus digunakan untuk menentukan para wakil – wakilnya atau orang – orang yang dapat dipercaya sebagai penyalur aspirasinya yang akan duduk di parlemen. Bersamaan dengan itu pula terdapat hak untuk dipilih bagi calon – calon yang akan duduk di lembaga Legislatif berdasarkan syarat - syarat yang telah ditentukan.

Pada Bab I Ayat 2 UU No. 10 tahun 2008 menyebutkan :

5

Pada pelaksanaan Pemilihan Umum Legislatif yang dipilih adalah wakil – wakil rakyat diberbagai tingkatan baik tingkat Kabupaten/kota, Provinsi sampai tingkat Pusat. Pemisahan pennyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif dengan Pemilihan Presiden yang dimulai pada tahun 2004, fenomena tersebut merupakan sesuatu yang baru kehidupan demokrasi di Indonesia.

4

Samsul Wahidin, Dimensi Kekuasaan Negara Indonesia,Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2007. hal. 44.

(11)

Mengingat Pemilu adalah momen penting yang harus terlaksana dengan baik, maka penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 untuk Pemilihan Legislatif dilaksanakan oleh Pemerintah guna menyahuti demokrasi yang lebih ideal dan representatif, dengan menetapkan UU RI No. 10 Tahun 2008 Tentang Pemilihan Anggota DPR, DPRD Prop, DPRD Kab./Kota.

Pada pemilihan calon legislatif pemilu 2009 untuk menentukan calon yang berhak duduk mewakili rakyat di parlemen adalah yang terbanyak dipilih rakyat, karena rakyat tidak lagi memilih partai atau calon dengan sistem daftar berdasarkan nomor urut, melainkan dengan melihat siapa calon yang terbanyak dipilih atau mendapat suara terbanyak.

Sistem penetuan calon terpilih tersebut dilaksanakan setelah dianalisa bahwa salah satu pasal perlu diajukan pada sidang Mahkamah Konstitusi, untuk dipelajari dan dianalisa berkaitan dengan komitmen penegakan demokrasi yang lebih nyata dan memenuhi aspirasi rakyat. Hasil analisa dan kajian Mahkamah Konstitusi terhadap tuntutan peninjauan UU Pemilu tersebut maka ditetapkan bahwa dalam penentuan Legislatif terpilih dilakukan berdasarkan hasil perolehan suara terbanyak.

Sistem suara terbanyak telah disetujui Mahkamah Konstitusi pada pertengahan Desember 2008, dimana penerapan system ini telah membatalkan mekanisme nomor urut seperti yang diatur dalam Undang- Undang Pemilu, namun pemilu 2009 masih akan menjadi transisi bagi penerapan sistem suara terbanyak, karena bukan hanya uang dan popularitas melainkan juga kwalitas yang diperoleh dari proses yang demokratis. Proses yang demokratis sangat membutuhkan kecerdasan rakyat dalam memilih dengan perubahan yang tiada henti dalam system Pemilu yang sudah dimulai dengan system suara terbanyak.6

6

(12)

Kenyataan tersebut tentunya memberi suatu perubahan yang nyata bahwa demokrasi sebagai hak rakyat harus mendapat apresiasi sepenuhnya untuk dilaksanakan sebagai format yang selaras dengan Pancasila sebagai ideologi Negara yang termaktub dalam UUD 1945.

2.Demokrasi

Demokrasi dalam istilah bahasa atau asal kata derasal dari bahasa Yunani yaitu ”Demos” yang berarti Rakyat dan ”Kratos” yang berarti kekuasaan/ berkuasa sehingga arti demokrasi adalah ” Rakyat Berkuasa”.7

a. Pemerintahan dari rakyat ( Government of the people)

Kekuasaan pemerintahan berada ditangan rakyat mengandung pengertian kepada tiga hal yaitu :

b. Pemerintahan oleh rakyat ( Government by the people) c. Pemerintahan untuk rakyat ( Government for the people)

Oleh sebab itu sejak demokrasi menjadi atribut utama bagi negara – negara modern maska perwakilan merupakan mekanisme untuk merealisasikan gagasan demokrasi yang normatif yaitu pemerintahan harus dijalankan dengan kehendak rakyat.8

Konsep demokrasi menjadi sebuah kata kunci tersendiri dalam bidang ilmu politik, hal ini disebabkan karena demokrasi saat ini disebut-sebut sebagai indikator perkembangan politik suatu negara. Demokrasi adalah bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat ( kekuasaan warga negara ) atas negara untuk dijalankan pemerintah negara tersebut.9

7

M. Solly Lubis, Ilmu Negara, Bandung, Alumni, 1980, hal. 72 8

Heri Kusmanto, Pengantar Ilmu Politik, Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 37. 9

(13)

Berbagai macam demokrasi banyak kita temui dalam peristilahannya seperti Demokrasi Konstitusi, Demokrasi Terpimpin, Demokrasi Parlementer dan lain-lain yang menunjukkan bahwa negara tersebut menganut sistem demokrasi sebagai prinsip kedaulatan negara, termasuk Indonesia sebagai negara demokrasi yang mendasarkan prinsip dan ideologinya pada Pancasila.

Dari pandangan tentang demokrasi sebagaimana dikemukakan diatas terdapat gambaran bahwa rakyat sebagai pemegang kedaulatan yang diimplementasikan melalui peran sertanya dalam kehidupan demokrasi, yakni memilih dan dipilih dalam koridor konstitusi untuk menentukan nasibnya melalui Pemilihan Umum yang demokratis, adil dan jujur.

Joseph Schumpeter merumuskan bahwa : “demokrasi merupakan metode politik” warga Negara diberi kesempatan untuk memilih salah satu diantara pemimpin – pemimpin politik yang bersaing meraih suara.10

”Suatu pemerintahan dimana kekuasaan terletak ditangan sejumlah orang – orang yang dipertuan atau orang-orang yang mempunyai kedudukan penting

Wujud demokrasi pada dasarnya adalah keikutsertaan dan kehendak seluruh rakyat untuk menentukan arah dan tujuan Negara melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum. Hal ini menunjukkan bahwa keterbukaan dan kebebasan warga negara untuk berpendapat dan berserikat guna menyalurkan aspirasinya mendapat tempat di Negara ini.

Pada masa kelahiran demokrasi yang menjadi ide dasar atau disebut dengan istilah demokrasi kuno bahwa demokrasi adalah :

10

Georg Sorensen, Demokrasi Dan Demokratisasi, Yogyakarta, Alih bahasa I Made Krisna, Pustaka Pelajar, 2003

(14)

dalam masyarakat karena keturunan ( bangsawan ) yang tidak tergolong sebagai budak”11

“ Partai Politik adalah Organisasi Politik yang bersifat nasional yang dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita-cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik dan anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang – Undang dasar 1945.”

Membicarakan tentang demokrasi tidak lepas dari mekanisme pelaksanaannya karena pola pikir dan logika masyarakat pasti tidak sama. Untuk menyerap berbagai aspirasi tersebut diperlukan saluran yang dapat menjembatani pemikiran yang berbeda tersebut. Dalam hal ini tentu memerlukan kelompok atau organisasi sebagai gabungan kekuatan yang dapat menampung aspirasi rakyat.

Dalam dunia politik dan kenegaraan, kelompok atau organisasi yang menjadi saluran aspirasi masyarakat adalah partai politik. Pada umumnya partai politik menempatkan atau mengusung visi dan misi sebagai gagasan untuk menarik masyarakat. Keberadaan partai masih merupakan perangkat strategis untuk menjadi legitimasi politik. Namun seiring dengan kemajuan masyarakat dan keterbukaan saat ini menjadikan masyarakat semakin kritis. Kepekaan masyarakat terhadap dinamika, efektifitas, dan kemampuan merepresentasikan kehendak rakyatt adalah kunci daya tarik masyarakat memilih partai.

Sebagai saluran aspirsai rakyat yang memiliki legitimasi maka partai politik menjadi penentu kehidupan demokrasi. Undang – Undang Republik Indonesia No.10 Tahun 2008 mendefinisikan Partai Politik sebagai berikut:

12

11

Op.Cit, hal. 72 12

(15)

Selanjutnya Carl J. Friedrich mengemukakan :

“Partai Politik adalah “ Sekelompok manusia yang terorganisir secara stabil dengan tujuan merebut atau mempertahankan penguasaan terhadap pemerintahan bagi pimpinan partainya dan berdasarkan penguasaan ini memberikan kepada anggota partainya kemanfaatan yang bersifat Idiil maupun materil” 13

Partai Politik adalah “ Sekelompok warga negara yang sedikit banyak terorganisir, yang bertindak sebagai suatu kesatuan politik dan dengan memanfaatkan kekuasaannya untuk memilih dan bertujuan menguasai pemerintahan dan melaksanakan kebijaksanaan umum mereka “

Sedangkan R.H. Soltau mendefinisikan :

14

1. Keanggotaannya terdiri dari warga negara atau rakyat yang berkeinginan untuk berperan serta membangun pemerintahan sesuai aspirasi dan keinginannya secara bersama – sama.

Pengertian dari defenisi diatas menggambarkan bahwa partai politik setidaknya kecenderungan yang harus menjadi pedoman pokok yaitu :

2. Adanya persamaan cita – cita para anggotanya,

3. Adanya organisasi atau kelompok yang dibangun sebagai penyaluran aspirasi. 4. Bertujuan menguasai dan membuat kebijakan sesuai aspirasi anggotanya demi

kepentingan bangsa dan negara.

Dengan demikian maka keberadaan partai politik adalah menjadi syarat utama untuk mewujudkan kehendak rakyat dalam mengatur dan membuat

13

Loc. Cit, hal. 161 14

(16)

kebijakan tentang arah dan tujuan negara melalui pembentukan pemerintahan oleh partai politik pemenang dalam pemilihan Umum.

G. Kerangka Konseptual

1. Pemilihan Umum dan Demokrasi a. Pemilihan Umum

Setiap negara tentu memiliki sistem politik yang diterapkan, termasuk Indonesia sebagai sebuah negara yang menganut azas demokrasi, dimana Pemilihan Umum merupakan bagian dari sistem politik yang mengagendakan pemerintah untuk melaksanakannya secara berkala, yakni dalam lima tahun sekali. Dalam hal demokrasi melalui penyelenggaraan Pemilihan Umum Indonesia melaksanakannya untuk pertama kali pada tahun 1955, yaitu sepuluh tahun setelah kemerdekaan, Pemilu pada tahun 1955 tersebut menggunakan sistem proporsional yang berlangsung secara demokratis pada 29 September 1955 dengan jumlah yang berhak memilih 43.104.454 orang dan yang memilih sebanyak 37.875.299 orang, adapun penyelenggaraannya dilaksanakan oleh Panitia Pemilihan Umum ( PPU )15

Dalam perjalanan kepemimpinan Golongan Karya pemerintah membuat ketentuan dan aturan tentang Pemilihan Umum dengan menyederhanakan jumlah partai atau fusi partai menjadi 3 ( Tiga ) partai peserta Pemilu dan dalam

.

Pada pelaksanaan selanjutnya adalah pada masa Orde Baru setelah pecahnya G. 30 S. /PKI, yang menunjuk Let.Jend Soeharto sebagai Presiden RI pada tahun 1967, dan empat tahun kemudian yaitu pada tahun 1971 dilaksanakan Pemilihan Umum yang kedua yang dimenangkan oleh Golongan Karya karena dianggap sebagai aspirasi golongan bukan sebagai partai.

15

P. Antonius Sitepu, Sistem Politik Indonesia, Medan, Pustaka Bangsa Press, 2006, hal. 144.

(17)

pelaksanaannya secara berkala untuk kurun waktu 5 (Lima ) tahun sekali sampai pada tahun 1997.

Reformasi pada tahun 1998 sebagai akibat akumulasi berbagai persoalan yang melanda Indonesia berdampak pada pengunduran diri Soeharto dari jabatan Presiden. Selanjutnya untuk menjalankan pemerintahan ditunjuk Wakil Presiden BJ Habibie untuk menyelesaikan berbagai masalah kebangsaan termasuk tuntutan terhadap demokrasi sebagai hak rakyat yang harus dihormati.

Berbagai perubahan dilakukan oleh BJ. Habibie, dimana salah satunya adalah pelaksanakan Pemilu yang demokratis. Penetapan pelaksanaan Pemilu pada tahun 1999 adalah sebagai awal periode Pemilu masa reformasi dan pada pemilu berikutnya tahun 2004 dilakukan pemisahan yakni Pemilihan Legislatif dan Pemilihan Presiden.

Pemilihan Umum ( Pemilu ) yang dilaksanakan oleh pemerintah secara berkala lima tahun sekali adalah sebagai bentuk pelaksanaan kedaulatan rakyat secara langsung untuk menentukan jalannya negara lima tahun kedepan. Bentuk kedaulatan dimaksud adalah memilih orang – orang yang dipercaya, untuk menjalankan roda pemerintahan. Setiap penyelenggaraan Pemilu tentunya melibatkan seluruh warga masyarakat, oleh sebab itu Pemilu tidak dapat dilepaskan dari pengaruh yang berkembang menjelang pelaksanaannya sampai penentuan hasilnya. karena setiap proses Pemilu adalah proses perebutan simpati rakyat.

Adapun aktifitas yang berlangsung pada setiap penyelenggaraan Pemilu baik langsung maupun tak langsung, adalah untuk mendorong seluruh rakyat

(18)

untuk berpartisipasi. Pada kegiatan Pemilu disamping untuk menentukan calon wakil yang akan dipilih, termasuk juga menyertakan rakyat dalam proses pemerintahan, bahkan dalam kegiatan Pemilu yang demokratis berbagai perubahan dapat terjadi tanpa diperhitungkan.

Dinamika yang terjadi pada setiap penyelenggaraan Pemilu sebagaimana uraian diatas merupakan realitas yang tidak dapat dihindari karena :

a. Keterlibatan langsung warga masyarakat.

b. Adanya semangat untuk memenangkan pilihannya masing-masing.

c. Adanya semangat mempertahankan dan ada yang menginginkan perubahan. d. Adanya fanatisme terhadap partai atau kontestan tertentu.

Dengan adanya kondisi demikian maka persoalan yang paling mendasar adalah bagaimana pemilu dimaknai pada proporsi yang tepat. Hal ini sangat dibutuhkan karena persaingan antar partai dalam Pemilu adalah untuk menarik minat rakyat berdasarkan program partai yang dapat mewakili kehendak rakyat. Namun karena situasi yang bernuansa persaingan maka pemilu terkadang dapat meningkatkan rivalitas antar pendukung partai. Hal ini sangat erat kaiatannya dengan kepentingan suatu pihak, nilai – nilai yang akan ditawarkan, keinginan dan harapan kepada perwakilan yang didukung.

Mengingat pluralisme masyarakat di Indonesia dengan berbagai latar belakng budaya, sangat wajar bila pengalaman pelaksanaan Pemilu menjadi inspirasi untuk membangun sistem Pemilu yang berwatak Indonesia. Walaupun nilai – nilai universal kedaulatan pada dasarnya hampir sama diseluruh negara di

(19)

dunia, akan tetapi dalam praktek pelaksanaan Pemilu kita perlu menyusun foramat yang lebih efisien dan memenuhi aspek budaya masyarakat yang berkembang.

Bila dicermati berbagai pengalaman melaksanakan Pemilu tentunya kita masih harus mengkaji lebih spesifik berbagai aspek pelaksanaannya guna mendapatkan kwalitas Pemilu yang lebih adil dan jujur, disamping itu pelaksanaan Pemilu sebagai komitmen demokrasi dan kedaulatan rakyat harus pula mendidik rakyat untuk cerdas dalam memilih.

Pengalaman pelaksanaan Pemilu di Indonesia ditinjau dari aspek demokrasi dapat dilihat pada Pemilu yang pertama yang diikuti banyak partai, demikian pula Pemilu setelah reformasi yang diikuti banyak partai adalah bentuk hak – hak demokrasi untuk menyalurkan aspirasinya secara lebih luas. Bila dibandingkan dengan pelaksanaan Pemilu dimasa Orde Baru yang cenderung mengutamakan stabilitas dengan pembatasan jumlah partai, dan mengutamakan dominasi pemerintah yang berperan sebagai penguasa akhirnya tidak mampu bertahan.

Perbandingan fase Pemilu di Indonesia pada fase awal kemerdekaan, Orde Baru dan Reformasi, maka jelas bahwa eksistensi rakyat sebagai pemegang kedaulatan merupakan prinsip dasar yang tidak dapat dihilangkan, sebagaimana tampak pada pelaksanaan Pemilu pertama dan kedua, selanjutnya setelah reformasi.

(20)

b. Kedudukan Rakyat Dalam Pemilu

Rakyat sebagai unsur negara adalah bagian integral yang melekat dalam satu kesatuan, tanpa ada rakyat maka negera tidak pernah ada. Kepentingan negara terhadap rakyat harus menjadi dasar terlaksananya suatu pemerintahan. Oleh sebab itu rakyat sebagaimana pemahaman demokrasi modern adalah pemegang kedaulatan yang menentukan perjalanan negara.

Dalam konteks mewujudkan kedaulatan rakyat, maka pemerintah tidak dapat melakukan kebijakan tanpa persetujuan rakyat. Bentuk persetujuan rakyat dalam sistem demokrasi adalah melalui perwakilan yang duduk dalam parlemen, dimana parlemen yang memutuskan kebijakan pemerintah dapat dilaksanakan atau tidak.

Dengan bersandar pada kedudukannya tersebut maka untuk terselenggaranya pemerintahan yang demokratis dilaksanakan pemilihan para wakil rakyat yang akan duduk di parlemen untuk kurun waktu tertentu. Pemilihan para wakil rakyat tersebut dilaksanakan melalui suatu pemilihan yang diselenggarakan secara menyeluruh yang disebut pemilihan Umum atau Pemilu.

Keberhasilan dan kesuksesan Pemilu yang dilaksanakan sangat tergantung pada partisipasi rakyat sebagai pemilih, oleh karena itu pada setiap pelaksanaan Pemilu dengan segala perangkat pendukungnya, pemerintah berupaya mengajak dan menghimbau masyarakat untuk menggunakan haknya pada hari pelaksanan pemilihan.

(21)

c. Partai Politik Dalam Pemilu

Pemilu sebagai sarana mengaktualkan demokrasi telah berkembang demikian pesatnya, bahkan banyak negara yang lebih dahulu melaksanakan Pemilu tetap harus melakukan kontrol dan evaluasi dalam pelaksanaannya. Hal ini dilakukan mengingat dalam politik terdapat dinamika baik intern maupun ekstern, yang memungkinkan terjadi perubahan yang sangat cepat dalam kehidupan politik suatu negara. Disamping itu karena penyelenggaraannya yang melibatkan seluruh rakyat, maka Pemilu syarat dengan berbagai kepentingan untuk menarik simpati rakyat yang dilakukan oleh partai politik.

Timbulnya sejarah parpol diawali dari permulaan usaha penyusunan pemerintahan sentral republik yang didasarkan atas pasal 2 I – IV Aturan Peralihan UUD 1945 dan dengan dikeluarkannya :

1. Maklumat Pemerintah RI tanggal 3 Novembar 1945 yang berisi tentang mendirikan parpol dalam rangka memperkuat perjuangan kemerdekaan. Maklumat Pemerintah tersebut dimaksudkan agar kehidupan demokrasi yang ada dalam masyarakat dapat dipimpin ke jalan yang teratur.

2. Pemerintah berharap supaya partai – partai itu telah tersusun sebelum dilangsungkan pemilihan badan – badanperwakilan rakyat dalam bulan Januari 1946.16

Didalam negara yang bersistem demokrasi keberadaan parpol telah menjadi syarat mutlak, dengan adanya anggapan itu parpol telah tumbuh dan berkembang sebagai penghubung antara rakyat disatu pihak dengan pemerintah

16

(22)

dipihak lain. Salah satu syarat terwujudnya demokrasi adalah adanya parpol yang berfungsi maksimal dan efektif sebagai wadah aspirasi politik masyarakat.17

“ Partai politik adalah organisasi politik yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga negara Indonesia secara sukarela atas dasar persamaan kehendak dan cita – cita untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa dan negara serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Repulik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945.”.

Keberadaan partai politik dalam Pemilu menjadi sangat strategis karena partai politik dimanifestasikan sebagai alat perjuangan untuk membela kepentingan anggota yang notabenenya adalah rakyat. Hal ini sebagaimana disebutkan dalam UU NO. 2 Tahun 2008 tentang partai politik yang menyebutkan :

18

Pengertian tersebut memiliki makna bahwa landasan pendirian partai yang paling inti adalah persamaaan kehendak dan cita – cita memperjuangkan dan membela kepentingan anggota atau rakyat, untuk selanjutnya mengartikulasikan keinginan anggotanya dalam bentuk formulasi politik untuk direalisasikan dalam bentuk perjuangan menggalang suara melalui Pemilu.

17 Khoiruddin, Parpol Dan Agenda Transisi Demokrasi, Yogyakarta, Pustaka Pelajar, 2004, hal. 8.

18

(23)

d. Komisi Pemilihan Umum

Salah satu Unsur penting dalam penyelenggaraan Pemilu adalah badan yang bersifat netral dan independen, saat ini di Indonesia telah dibentuk badan atau lembaga yang menyelenggarakan Pemilu yaitu Komisi pemilihan Umum (KPU) dan telah melaksanakan beberapa kali Pemilu, Pemilu legislatif, Pemilu presiden dan Pemilihan Kepala Daerah.

Komisi pemilihan Umum atau KPU dalam penyelenggaraan Pemilu diberi kewenangan dalam hal tata laksana dan tahapan Pemilu yang akan digelar. Sebagai lembaga penyelenggara maka keberadaan KPU diatur dalam UU Pemilu No. 10 Tahun 2008 Bab I pasal 6 yang menyebutkan :19

Disamping penyelenggara pemilu sebagai pelaksana maka untuk dalam hal pengawasannya pada penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009 unsur penting lainnya adalah Pengawasan guna mendapatkan hasil Pemilu yang fair. Untuk itu “ Komisi Pemilihan Umum, selanjutnya disebut KPU, adalah lembaga penyelenggara Pemilu yang bersifat nasional, tetap, dan mandiri.

Selanjutnya pasal 7 menyebutkan :

“ Komisi Pemilihan Umum Provinsi dan Komisi Pemilihan Umum Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut KPU provinsi dan KPU Kabupaten/Kota, adalah penyelenggara Pemilu di provinsi dan kabupaten/kota.

e. Pengawas Pemilu

19

(24)

ditetapkan badan atau lembaga yang mangawasi yaitu badan pengawas Pemilu untuk tingakt Pusat dan untuk daerah disebut dengan Panitia Pengawas Pemilu.20

a. Pemutakhiran data pemilih dan penyusunan daftar pemilih;

“Badan Pengawas Pemilu, selanjutnya disebut Bawaslu, adalah badan yang bertugas mengawasi penyelenggaraan Pemilu di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.”

“Panitia Pengawas Pemilu Provinsi dan Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, selanjutnya disebut Panwaslu provinsi dan Panwaslu kabupaten/kota, adalah panitia yang dibentuk oleh Bawaslu untuk mengawasi penyelenggaraan Pemilu di wilayah provinsi dan kabupaten/kota.”

f. Tahapan Penyelenggaraan Pemilu

Tahapan penyelenggaraan Pemilu adalah rangkaian kegiatan dalam pelaksanaan Pemilu dimana seluruh komponen pelaksanaannya dilakukan oleh KPU. Berikut ini adalah tahapan pennyelenggaraan Pemilu Legislatif 2009.

b. Pendaftaran Peserta Pemilu; c. Penetapan Peserta Pemilu;

d. Penetapan jumlah kursi dan penetapan daerah pemilihan;

e. Pencalonan anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota f. Masa kampanye;

g. Masa tenang;

h. Pemungutan dan penghitungan suara;

20

(25)

i. Penetapan hasil Pemilu; dan

j. Pengucapan sumpah/janji anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, dan DPRD kabupaten/kota.

g. Pemilu Sebagai Perwujudan Demokrasi

Pengertian atau istilah demokrasi sebagaimana telah diuraikan pada bab terdahulu yang berarti ”rakyat berkuasa” adalah suatu refleksi bahwa tanpa adanya rakyat maka demokrasi tidak ada.

Demokrasi sebagai suatu proses politik adalah untuk memberi kekuasaan yang adil dan mutlak kepada rakyat, oleh sebab itu sebagai suatu proses politik maka demokrasi sangat dinamis. Hal ini dapat dilihat diberbagai negara termasuk Indonesia dalam pelaksanaan demokrasi, indikasi perkembangan dan nilai maupun aksentuasi demokrasi sudah mengalami perkembangan yang telah jauh dari makna kelahirannya.

Perkembangan demokrasi modern semakin banyak mempengaruhi berbagai negara ketika ide kedaulatan rakyat dari Rosseau berkembang sebagai pola dan sistem pelaksanaan demokrasi, sebagaimana disebutkan : ” Yang berdaulat ialah rakyat, sedangkan pemerintah hanya menjadi wakilnya saja, apabila pemerintah tidak menjalankan urusannya sesuai kehendak rakya, maka pemerintah itu harus diganti”21

Perkembangan demokrasi selanjutnya semakin mengilhami banyak negara untuk menerapkannya, sebagai bagian integral dari kedaulatan rakyat, sedangkan hak hak demokrasi dalam pelaksanaannya adalah ikut sertanya rakyat dalam

.

21

(26)

menentukan kebijakan pemerintah yang implementasinya adalah berpartisipasi dalam Pemilu. Dalam hal ini maka Indonesia telah menjadikan demokrasi sebagai kerangka dasar kehidupan bernegara, sebagaimana konsep dasar demokrasi yang sangat dominan dalam Pembukaan UUD 1945, Pancasila dan batang tubuh UUD 1945.

Dalam konteks pemahaman sebagaimana uraian diatas maka dalam sistem demokrasi, yang berperan penting dan fundamental adalah rakyat, untuk menghidupkan demokrasi yang menjadi komitmen bangsa, maka rakyat harus aktif berperan mendorong tumbuhnya demokrasi yang lebih baik. Hal ini dapat dilakukan melalui saluran yang tersedia yakni partai politik sebagai sarana menyalurkan aspirasi anggota masyarakat atau rakyat secara sah.

H. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penyusunan skripsi ini adalah pengumpulan data yang diperoleh dari :

1. Library Research ( Penelitian Kepustakaan )

Yaitu pengkajian terhadap penyelenggaraan Pemilihan Umum Legislatif tahun 2009 berdasarkan sumber tertulis dan sumber lainnya seperti buku – buku yang terkait dengan penulisan, Undang – Undang maupun bahan – bahan informasi yang diterbitkan berkaitan dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum.

(27)

2. Penelitian Lapangan ( Field Research )

a. Lokasi Penelitian

Pilihan lokasi adalah Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai b. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang di dalamnya terdapat sejumlah objek yang dapat dijadikan sebagai sumber data yang dapat memberikan data – data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini populasi.adalah yang terdaftar sebagai pemilih di Kecamatan Binjai Timur Kota Binjai.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang dapat mewakili populasi sebagai sumber data, semakin banyak sampel yang diambil akan diperoleh data yang semakin representatif. Dalam hal ini penulis menggunakan sampel wilayah dengan mengambil sampel wakil dari setiap Kelurahan sebanyak 50 Orang.

Untuk seluruh Kecamatan Binjai Timur terdapat 7 ( Tujuh ) Kelurahan sebagai populasi maka sebagai sampel adalah 350 Orang. Sampel wilayah adalah teknik sampling yang dilakukan dengan mengambil wakil dari setiap wilayah yang terdapat dalam populasi.22

22

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta, Rineka Cipta, 2006, hal. 339..

(28)

3. Alat Pengumpul Data

Untuk memperoleh data yang akurat perlu ditetapkan alat pengumpul data dimana dalam penulisan ini penulis melakukan dengan cara sebagai berikut :

a. Wawancara ( Interview )

Penulis mengadakan wawancara langsung yaitu dengan mengajukan pertanyaan – pertanyaan sebagai pelengkap informasi sehingga diperoleh data – data yang jelas.

b. Kuisioner ( Angket )

Pengumpulan data melalui angket yang berisikan pertanyaan – pertanyaan tertulis kepada responden yang telah ditentukan sebagai sampel penelitian ini. Dalam hal ini penulis menggunakan angket berstruktur berbentuk pilihan berganda serta menggunakan skala penilaian.

4. Organisasi Pengolah Data

Untuk mengolah data yang terkumpul sesuai dengan yang diperlukan dalam penelitian ini, maka dilakukan tahap pengorganisasian pengolahan data yang meliputi:

a. Klassifikasi Data

Dari jawaban responden yang terkumpul melalui angket yang diklasifikasikan dengan cara memberi kode pada jawaban responden, kemudian jawaban yang sama dikelompokkan menjadi satu.

(29)

b. Tabulasi Data

Setelah data diklasifikasikan, maka langkah selanjutnya adalah penyusunan atau pentabulasian data pada tabel yang tersedia.

c. Analisis Data

Setelah pentabulasian data akan dapat diketahui ada tidaknya masalah atau besarnya setiap masalah yang ada. Untuk memberikan arti terhadap data yang disajikan, maka data tersebut dianalisa dan diinterpretasikan.

d. Penghitungan.

Penghitungan dilakukan dengan frekwensi dari jawaban kemudian dimasukkan ke dalam skor bobot nilai dari opsi pilihan jawaban yang dilakukan adalah sebagai berikut :

- Jawaban a diberi nilai tiga - Jawaban b diberi nilai dua - Jawaban c diberi nilai satu

5. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah cara untuk memudahkan atau menyederhanakan pengolahan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dimengerti. Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis korelasi untuk mengolah data kualitatif menjadi data kuantitatif ( berbentuk angka ). Untuk menghitung koefisien korelasi hubungan antara

(30)

Penerapan sistem suara terbanyak terhadap pelaksanaan demokrasi dipergunakan rumus statistik Product Moment Pearson :

n Σxy – ( Σx )( Σy )

Гxy =

√ ( n Σx ² - (Σx²)(n.Σy ² - ( Σy ) ²) Г = Korelasi ( hubungan )

N = Jumlah Responden

X = Skor Variabel Bebas yaitu Penerapan sistem suara terbanyak Y = Skor Variabel terikat yaitu Pelaksanaan demokrasi

Selanjutnya hasil yang diperoleh diuji dengan rumus t Гxy √ n - 2

t =

1 – ( Гxy )²

t = Harga untuk sampai berkorelasi r = Koefisien korelasi

(31)

H. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan diuraikan dalam deskriptif yang terdiri dari :

BAB I. : PENDAHULUAN

Bab ini berisi Latar Belakang, Perumusan Masalah, Ruang Lingkup, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Kerangka Teori, Kerangka Konseptual, Metode Penelitian, Sistematika Penulisan. BAB II DESKRIPSI KECAMATAN BINJAI TIMUR

Bab ini berisi Deskripsi Kota Binjai, Wilayah, Perwakilan di Legislatif, Partai Peserta Pemilu Pelaksanaan Pemilihan, Penghitungan Suara, Penetapan Calon Terpilih.

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Pada Bab ini berisi hasil penelitian dalam bentuk penyajian hasil penelitian dan pembahasan.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi Kesimpulan dan Saran

Referensi

Dokumen terkait

Bawang merah mempunyai struktur bunga yang sama dengan bawang bombay, dan hibrida antara keduanya memiliki meiosis yang teratur dan sepenuhnya fertile demikian pula seedling pada

Bahwa ketentuan hukum acara pidana atau perundang-undangan lainnya belum memberikan perlindungan hukum bagi saksi dan korban untuk dapat .menyampaikan apa yang ia dengar sendiri,

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan yaitu pengetahuan, wawasan tentang teori-teori, praktik mengenai peranan pengendalian internal dalam

“Semua orang yang sudah berumah tangga pasti akan mengalami masalah dan perbedaan pendapat,namun tergantung bagaimana menyikapi nya dan selalu bermusyawarah dalam

Kebijakan Pemerintah Pusat dalam program visi dan misi Nawa Cita lewat Kementerian Perhubungan dan Pemerintah Daerah Provinsi Papua dan Kota Jayapura dalam program

Jumlah saham yang ditawarkan 2.300.178.500 Saham Biasa Atas Nama dengan nilai nominal Rp 100,- (seratus rupiah) setiap saham.. Penjamin Pelaksana

Temuan penelitian menunjukkan (1) sekolah telah melakukan perencanaan kurikulum Pendidikan Agama Islam yang berbasis lingkungan yaitu dengan mengadakan pemetaan dari

Beasiswa merupakan pemberian berupa bantuan keuangan maupun pendidikan yang diberikan perorangan, mahasiswa atau pelajar yang digunakan demi keberlangsungan