• Tidak ada hasil yang ditemukan

(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Volume 1, No.2, November 2019 ( ) htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Volume 1, No.2, November 2019 ( ) htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

htttp://e-journal.sttaw.ac.id/index.php/kaluteros

TANGGUNG JAWAB GURU DALAM MELAKSANAKAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SEKOLAH

Farida Tawuru May, S.Pd.K., M. Th STT SOE

faridastts@gmail.com

abstract

The research is to give a description about the importance of a teacher as key of succed of a school. Teacher should have a faith that their assignment as teacher is a noble task, by the power of the Holy Spirit is to be able to give the student to a changing mind, behavior. Jesus, the Great Master ordain the task to teacher. He is also give wisdom and power to teach. The Christian teacher should believe that Holy Spirit will help student to understand what the teacher’s teach

abstrak

Penelitian ini untuk memberikan gambaran bahwa Guru adalah kunci keberhasilan dari sebuah lembaga pendidikan. Guru perlu memiliki keyakinan bahwa tugasnya sebagai pembimbing dan pengajar adalah tugas yang mulia, dengan kekuatan Roh kudus mampu membawa anak didik kepada suatu perubahan pola pikir dan tingkah laku. Yesus sang Guru Agung yang telah memberi tugas itu kepada seorang guru, Dia jugalah yang memberi hikmat dan kuasa untuk mengajar. Guru PAK perlu yakin

(2)

bahwa Roh Kudus akan menolong anak didik untuk mengerti apa yang telah disampaikannya

A. Pengertian Guru

Sejak zaman purbakala guru sudah dikenal, guru muncul sejak adanya ilmu. Sebab siapakah yang dapat mengajarkan ilmu itu kalau bukan seorang guru. Secara umum guru adalah orang yang memiliki kemampuan untuk mengajar. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, “Guru adalah orang yang pekerjaan, mata pencahariannya, profesinya mengajar.”1 Hal yang sama juga

dikatakan oleh Suharso dan Ana Retnoningsih “Guru adalah orang yang kerjanya mengajar.”2

Dalam Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen: “Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama : mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi siswa pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.”3 Sedangkan Hamzah dalam bukunya, Profesi

Kependidikan, “Guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar dan membimbing peserta didik.”4

Dari pengertian tersebut berarti guru adalah seorang yang aktifitasnya adalah mengajar. Kegiatan mengajar berarti ada hubungannya juga dengan oknum yang diajar. Melihat pengertian ini, guru harus mempunyai kemampuan yang lebih dari oknum yang akan diajar. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa guru

1 Tim Penyusun, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,

2002, hlm 377

2

Suharso & Ana Retnoningsih, Kamus Bahasa Indonesia, Widya Karya Semarang, 2005

3 Suyatno, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Pengembangan

Budaya Sekolah, Kementrian Pendidikan Nasional, Jakarta, 2010, hlm 15

4

Hamzah B. Uno, Profesi Kependidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2010, hlm 15

(3)

adalah seorang yang memiliki kemampuan lebih untuk mengajar orang lain.

Seorang guru memegang peranan penting dalam dunia pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal. Paul Suparmo mengatakan:

“Kemampuan untuk mengajar baik di dunia pendidikan formal dan nonformal, yang mencakup tidak hanya mengajar dalam hal menyampaikan yang pernah guru tahu kepada anak didik tetapi mau mengatur dan membangun situasi dimana guru mengajar.”5

Mengingat judul yang dipilih, tentu penulis hanya mengangkat perihal dalam dunia pendidikan formal yaitu guru diperhadapkan dengan situasi dalam ruang kelas. Menanggapi hal ini, Hamzah mengutip apa yang dikatakan Laurence D. Hazkew dalam bukunya This is Teaching (hal 10) mengatakan : “Teacher is profesional person who conducts classes” artinya “Guru adalah seorang yang mempunyai kemampuan dalam menata dan mengelola kelas.”6 Dengan demikian guru mampu memunculkan

suasana kelas yang nyaman dan menyenangkan. Buchari Alma mengatakan “Guru adalah kunci keberhasilan sebuah lembaga pendidikan, juga sales agent. Baik buruknya perilaku atau cara mengajar guru akan sangat mempengaruhi citra lembaga pendidikan.”7 Sesungguhnya guru mempunyai peranan yang

penting dalam dunia pendidikan. Boleh penulis katakan, keberhasilan di dunia pendidikan ada di tangan guru. Menanggapi hal ini, guru harus cerdas sebab kecerdasan anak didik untuk menyikapi seluruh kenyataan hidupnya sangat bergantung bagaimana kecerdasan guru memberi pengajaran yang baik.

Aktivitas belajar-mengajar dalam pendidikan tidak akan lepas dari sikap hidup dan tingkah laku anak didik. Karena itu

5 Paul Suparno, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, Kanisius, 1997,

hlm 65

6 Hamzah B. Uno, Opcit, hlm 15

(4)

guru mempunyai peranan penting dalam hal ini. Sehubungan dengan ini, Hamzah mengutip apa yang dikatakan Jean D. Grambs dalam bukunya foundation of teaching anintroduction to modern education, hal 141 mengatakan:“Teacher are those persons who consciously direct the experiences and behavior of an individual so that education takes places” artinya “Guru adalah mereka yang secara sadar mengarahkan pengalaman dan tingkah diri seorang individual sehingga dapat terjadi proses pendidikan.”8 Secara

sederhana dapat dikatakan bahwa guru adalah seorang yang mempunyai pengalaman lebih dari murid yang akan mengarahkan murid mengalami pengalaman yang sama. Dapat disimpulkan bahwa guru adalah seorang dewasa yang mempunyai kemampuan dan pengalaman yang lebih dari anak dididiknya dan secara sadar mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik untuk mencapai tingkat kedewasaan sampai tujuan pendidikan terwujud.

Pengalaman dan kemampuan yang dimiliki guru untuk membimbing anak didik diharapkan setiap anak didik memperoleh pengalaman dalam memecahkan masalah, dan ketuntasan bekerja dengan hasil yang baik, sebab pendidikan adalah proses pemberdayaan yang diharapkan mampu memberdayakan peserta didik menjadi manusia yang cerdas, manusia berilmu dan berpengalaman serta manusia yag terdidik.9

Cara guru memperlakukan anak didik akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku siswa dimasa mendatang. Dengan demikian guru harus dapat mengembangkan kesadaran anak didiknya akan segala kemungkinan yang dihadapinya dan meningkatkan kemampuan anak didik dalam menghadapi masalah yang ada disekelilingnya.10 Sebagai seorang pengajar guru harus berani

berjuang memberi apa yang dimilikinya demi terwujudnya anak

8 Hamzah B. Uno, Opcit, hlm 15 9 Ibid, hlm 11.

10

Jason Lase, Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap Vandalisme Siswa, Program Pasca Sarjana, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Jakarta , 2005, hlm 45.

(5)

didik yang tidak hanya pintar secara intelektual tetapi cerdas menanggapi masalah hidupnya.

B. Pengertian Pendidikan Agama Kristen

Pandangan umum berkata, kepercayaan itu identik dengan Agama. Agama adalah lembaga yang dibuat manusia untuk membangun hubungan dengan pribadi yang dipercaya lebih tinggi dari padanya. “Secara Substansi agama adalah pengakuan manusia terhadap kekuatan yang lebih tinggi dan tidak tampak yang mengawasi nasib manusia dan berhak atas kepatuhan, hormat dan pujian."11 Ketika Agama ada saat itulah pendidikan

Agama muncul. Dalam memahami PAK, perlu ada batasan-batasannya. Menurut R. R. Boehlke dalam bukunya membangun teori PAK, dirumuskan sebagai berikut :

“PAK adalah usaha sengaja dari gereja untuk menolong dari segala segi umur yang dipercayakan Tuhan kepada pemeliharaanNya untuk memberikan tanggapan atas penyataan Allah dalan Yesus Kristus yang disaksikan dalam Alkitab dan kehidupan gereja supaya dibawah pimpinan Roh Kudus diperlengkapi guna melayani sesama manusia atas nama Tuhan Yesus ditengah keluarga, gereja, masyarakat dan dunia alam.”12

Menurut Paul H. Vier, “PAK adalah suatu proses yang olehnya orang-orang diperhadapkan dan dikontrol menurut injil Kristus kepada manusia dan sekaligus mengawalinya.”13 Menurut

pengertian ini, PAK akan mengontrol manusia yang dasarnya adalah injil Yesus Kristus. Injil itulah yang mengatur hidup manusia. Berbicara mengenai injil berarti ada kaitannya dengan Alkitab yang adalah Firman Allah. Pemahaman ini juga diakui oleh Homrighausen dengan penjelasan, PAK adalah pendidikan yang sumber ajarannya adalah Alkitab, Penjelasan isi Alkitab adalah

11 Agama Pragmatis, Yayasan Indosiatera, Magelang, 2001, hlm 70 12

R R Boehlke, Membangun Teori PAK, STT Proklamasi, Jakarta, 2008, hlm 4

(6)

dasar, pusat dan maksud yang terutama dalam pengajaran Agama.14 Semakin jelaslah bahwa PAK adalah ajaran Kristen yang

terarah kepada Allah dan Alkitab adalah sumber ajarannya. PAK merupakan sarana yang disediakan Allah untuk membuat umat-Nya mengenal siapa Dia dan apa yang dikerjakan-Nya. PAK sudah ada sejak Allah memiliki kehendak untuk bersekutu dengan umat-Nya. Hal ini diungkapkan Homrighausen & Enklaar dalam buku PAK demikian :

“Pendidikan Agama Kristen berpangkal kepada persekutuan umat Tuhan didalam Perjanjian Lama, dasar-dasar pengajarannya sudah ada dalam sejarah suci purbakala. PAK sudah ada sejak pemanggilan Abraham menjadi nenek moyang umat pilihan Allah. Pendidikan Agama berpokok pada Allah karena Allah adalah pendidik agung bagi umat Nya.”15

Pengertian PAK yang diungkapkan seperti diatas ini, membuat semakin jelas bahwa melalui PAK seseorang akan bersekutu dengan Allah dan akan diajar Allah sendiri. Jika Alkitab adalah sumber pengajaran PAK maka benarlah yang dikatakan Timotius “Semua tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk memdidik orang dalam kebenaran.”16

PAK mampu mengendalikan hidup seseorang. Melihat kehidupan remaja masa kini, Jason Lase mengutip apa yang diungkapkan David “PAK adalah salah satu hal penting yang mampu mengendalikan kehidupan dan tingkah laku remaja”.17

Jadi PAK adalah pendidikan yang dibuat Allah sendiri, terarah kepada Allah dan Allah adalah pendidik agung bagi umatNya. PAK sangat relevan untuk mengubah perilaku setiap orang di masa kini.

14 Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Bpk Gunung Mulia,

Jakarta, 2008, hlm 62

15

Ibid, hlm 1

16 2 Timotius 3:16

(7)

C. Guru dalam Pendidikan Agama Kristen

Setelah membahas guru dan PAK, dapat dikatakan bahwa PAK adalah sarana yang dibuat Allah untuk bersekutu dengan umat-Nya dan Allah sendiri mengakui bahwa Ia adalah guru Agung yang akan mengubahkan manusia. Dari pemahaman ini, tentu pada zaman sekarang umat Allah sedang ada di dunia dan Allah butuh orang-orang yang dapat dipakai-Nya untuk mengajarkan kebenaran kepada manusia. Guru PAK ada dalam tanggung jawab ini, ada hubungan yang erat antara Guru dan PAK. a. Keyakinan mengenai pengajaran dan pembelajaran

Sebagian guru memandang pengajaran sebagai Sains adalah suatu aktifitas kompleks. Sebagian lain memandangnya sebagai suatu seni, pertemuan yang spontan, tidak berulang dan kreatif antara guru dan siswa. Berkenaan dengan pembelajaran, sebagian guru menekankan pengalaman-pengalaman dan kognisi siswa, yang lainnya menekankan perilaku siswa. Apapun pandangan guru di atas tidaklah salah, namun sesungguhnya perilaku siswa sangat penting dalam proses belajar mengajar. Sehubungan dengan perilaku siswa Winkel berkata :

“Pada awal setiap proses belajar mengajar, guru seharusnya meneliti lebih dahulu tingkah laku awal seorang siswa, dari tingkah laku awal inilah tergantung bagaimana proses belajar mengajar baiknya diatur dan apakah tujuan instruksional khusus yang mula-mula ditetapkan harus mengalami perubahan. Keadaan awal yaitu keadaan yang terdapat sebelum proses belajar mengajar dimulai namun dapat berperan dalam proses itu.”18

Dalam proses pengajaran guru harus menguasai cerita-cerita Alkitab yang akan diajar sehingga dengan penguasaan itu

(8)

guru akan yakin untuk mengajarkannya. Wismoady mengatakan bahwa “Anak didik akan merasa bahwa cerita yang disampaikan guru memang cerita yang sungguh ada.”19 Dengan keyakinan ini,

guru akan dengan berani mengatakan bahwa Yesus adalah pusat hidup. Guru PAK perlu memiliki keyakinan pertolongan Tuhan yang mampu memberi pengertian kepada guru untuk memahami keadaan siswa dalam pengajarannya.

Guru perlu memiliki keyakinan bahwa tugasnya sebagai pembimbing dan pengajar adalah tugas yang mulia, dengan kekuatan Roh mampu membawa anak didik kepada suatu perubahan pola pikir dan tingakah laku. Yesus sang Guru agung yang telah memberi tugas itu kepada seorang guru, Dia jugalah yang memberi hikmat dan kuasa untuk mengajar. Guru PAK perlu yakin bahwa Roh Kudus akan menolong anak didik untuk mengerti apa yang telah disampaikannya.

b. Keyakinan mengenai anak didik

Dalam bagian ini, penulis ingin membahas keyakinan seorang guru terhadap anak didik yang sedang diajarnya. Pandangan negatif terhadap anak didik akan mengasilkan sesuatu yang negatif pula. Guru yang memiliki pemikiran positif mengetahui bahwa anak didik berbeda dalam kecenderungan untuk belajar dan tumbuh. Guru PAK yang melayani dengan kasih akan tahu memperlakukan anak didik dengan kasih.

Guru di sekolah tidak hanya berperan sebagai pemberi ilmu pengetahuan, tetapi juga berfungsi sebagai orang tua yang mendidik dan membimbing. Jason Lase berkata,

“Guru bukan sekedar pengecer ilmu bagi siswanya tetapi guru harus dihayati oleh siswanya sebagai orang tua, sebagai wakil orang tua, sebagai orang yang dituakan, bila siswa mengalami kesulitan kepadanya ia mengadu.”20

19

Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Bpk Gunung Mulia, Jakarta, 1986, hlm 517

(9)

Sebagai seorang pelayan kasih karunia yang baik, guru PAK perlu merelakan hati menjadi tempat pengaduan yang baik bagi siswa.

Anak didik di sekolah membutuhkan kasih sayang dan perhatian. Guru PAK harus dengan yakin dapat memenuhi kebutuhan anak didik yang demikian. Tugas ini tidaklah susah untuk dilakukan oleh seorang guru PAK, cukup dengan membuka diri dihadapan anak didik dengan menjadi tempat berbagi bagi anak didik. Di rumah mungkin anak didik mengalami perlakuan yang tidak adil, kurang perhatian dan kasih sayang, di sekolahlah anak didik mengaharapkan ada yang bisa menjawab kebutuhan itu. Guru PAK dapat merangkul, mengasihi bahkan dapat memeluk anak didik dengan kasih seorang Bapa yang sejati.

c. Keyakinan mengenai apa yang perlu diketahui

Guru PAK perlu memiliki dasar teologi yang cukup, sebab PAK akan diarahkan pada tujuan akhir, yaitu hidup dalam iman kepada Yesus Kristus. Wismoady mengungkapkan apa yang pernah dikatakan M.V.C.Jeffreys bahwa “Para guru Kristen tidak boleh merasa ragu-ragu bahwa mereka adalah pengikut-pengikut Yesus dan tidak boleh ragu untuk berdiri mengakui posisi itu.”21

Ini artinya dengan keyakinan kepada Kristus, anak didik akan diarahkan kepada Kristus. Dalam pengajaran Agama, guru perlu memahami bahwa : pertama, Pendidikan Agama Kristen diajarkan oleh karena Allah sendiri telah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Kasih-Nya dinyatakan dengan jelas kepada manusia dan anak didik perlu memahami hal ini. Kedua, karena akibat pernyataan tadi maka guru terdorong untuk memperkenalkan Yesus (hakikat, pekerjaan, kematian, kebangkitan dan kemenangan Yesus atas maut) kepada anak didik. Ketiga, dengan kuat kuasa Roh kudus guru dapat mengajar dan dan bersaksi tentang kristus kepada anak didik. Roh Kuduslah yang berkuasa untuk meyakinkan anak didik akan kepercayaan kepada Kristus.

D. Tanggung Jawab Guru Pendidikan Agama Kristen

(10)

Seorang guru PAK sedang bekerja di dalam pelayanan pendidikan yang dibuat Allah untuk membimbing anak didik menjadi murid Kristus, dan memenuhi panggilan Amanat Agung. Karena itu guru PAK perlu bertanggung jawab dengan pangggilannya. Adapun tanggung jawab Guru PAK yang dapat penulis tuliskan dalam skripsi ini, adalah sebagai berikut:

1. Guru Pendidikan Agama Kristen Adalah Seorang Gembala Bagi Muridnya

Sebagai seorang gembala guru harus mengarahkan anak didik ke jalan yang benar, seperti seorang gembala mengarahkan kawanan domba ke jalan yang baik. Guru PAK bertanggung jawab atas kehidupan rohani murid-muridnya dan wajib membina hidup rohani mereka.22 Anak didik adalah seperti kawanan domba yang

harus diberi makan makanan yang berguna untuk pertumbuhannya. Allah sendiri telah menjadi gembala teladan bagi guru-guru PAK. Seorang gembala mampu memberi rumput hijau bagi kawanan domba bahkan seorang gembala mampu menguatkan dan menuntun ke jalan yang benar serta mampu menyediakan hidangan bagi para lawan mereka (Mazmur 23:5) yakni menghadapi pergolakan karakter dunia di zaman akhir ini. Oliver Mahan berkata, penugasan seorang gembala tak bersumber dari pikiran manusia, tetapi dari belas kasihan Allah dan perintahNya.23 Karena itu seorang guru perlu mendengar dan

memahami bahwa tugasnya sebagai seorang guru Pendidikan Agama Kristen adalah sebuah panggilan pelayanan dengan pesan :

“Gembalakanlah kawanan domba Allah yang ada padamu jangan dengan paksa tetapi dengan sukarela sesuai kehendak Allah dan jangan karena mau mencari keuntungan tetapi dengan pengabdian diri, janganlah kamu berbuat seolah-olah kamu mau memerintah atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi gi

22

I.H. Enklaar Dan E.G. Homrighausen, Opcit. hlm 164

23 Oliver Mc. Mahan, Gembala Jemaat Yang Sucses, Metanoia, Jakarta,

(11)

hendaklah kamu menjadi teladan bagi kawanan domba itu."24

Kata paksa dalam ayat di atas menunjukkan seseorang yang bekerja hanya karena ia dipaksa atau rekayasa melakukan suatu hal. Sukarela ini berarti miliki hati yang tergerak untuk melayani. Mencari keuntungan yakni meraih keunutungan dengan motifasi yang salah. Pengabdian diri artinya mengerahkan seluruh energi dengan motivasi yang tepat. Memerintah atas mereka artinya berusaha untuk menjadi tuan atas yang dipimpin. Seorang gembala perlu melayani dengan hati yang tergerak dan dengan pengabdian diri. Guru PAK perlu ada dalam posisi ini. Yesus sebagai seorang gembala berkata “Akulah gembala yang baik, Aku mengenal domba- dombaKu dan domba-dombaku mengenal Aku, Yohanes 10:14.” Sebab itu seharusnyalah seorang guru mengenal tiap-tiap anak didiknya bukan namanya saja melainkan latar belakang dan pribadinya. Kualifikasi guru sebagai gembala adalah: guru perlu mengenal cara belajar murid yang sedang diajarnya dan guru perlu mengenal latar belakang dan pribadi murid. Pada bagian selanjutnya, penulis akan menjelaskan kedua kualifikasi tersebut.

a. Guru perlu mengenal cara belajar anak didik yang sedang diajarnya

Sebagai seorang gembala, guru perlu mengenal anak didiknya sebab bagaimana mungkin seorang guru mengajar tetapi tidak tahu siapa yang diajarnya. Mary Go mengatakan “Seorang gembala yang baik harus mengenal setiap dombanya, bersedia membawa domba yang berada di luar untuk masuk kedalam kandang dan wajib menyediakan makanan yang mencukupi kebutuhannya.”25 Ini artinya, sebagai seorang gembala, guru harus

mengenal anak didiknya dengan baik sehingga mampu memberi makanan rohani yang sesuai dengan kebutuhanya. Fuller

24

1Petrus 5:2-3

25 Mary Go Setiawan, Pembaharuan Mengajar, Yayasan Kalam Hidup,

(12)

mengatakan “Guru atau pendidik berarti orang yang menghasilkan yang terbaik dalam diri murid.”26 Harapan itu akan

dicapai apabila guru mengenal anak didiknya dengan baik.

Cara belajar anak sama individualnya dengan sidik jarinya dan mencerminkan perkembangannya, bakatnya, kekuatannya dan kelemahannya karena itu guru perlu mengenal tipe belajar anak didiknya sehingga setiap anak tidak dipaksakan untuk belajar dengan cara yang bukan tipe belajarnya. Anak dengan tipe belajar kinestetis tidak bisa dipaksakan secara spontan untuk jadi sama dengan anak dengan tipe belajar audio fisual. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat kelemahan-kelemahan dalam diri anak sesuai tipe belajarnya. Misalnya seorang anak dengan tipe membaca kinestetis tidak bisa dibiarkan sendiri dan dipaksa untuk menemukan sendiri potensi belajarnya. Sebab anak dengan tipe ini akan cepat sekali untuk tidak suka membaca jika tidak ada seseorang yang membantunya menemukan buku-buku yang sesuai dengan minatnya.27 Sebagai seorang gembala bagi

muridnya, guru perlu mengenal cara belajar muridnya sehingga guru dapat membawa murid-muridnya makan di rumput yang hijau. (Mazmur 23:2a)

b. Guru Perlu Mengenal Latar Belakang Dan Pribadi Anak didik. Kata mengenal berarti lebih dari sekedar mengetahui. Psikologi setiap anak didik dalam kelas tidak sama. Setiap anak didik mempunyai latar belakang yang berbeda-beda. Dalam pendidikan, anak didik akan diarahkan selain untuk menjadi murid Kristus, tetapi juga pada perkembangan intelektual, sehingga perlu diperhatikan keseimbangan antara apa yang diterima anak didik dengan apa yangmenjadi ciri khasnya. S. Nasution menuliskan “Pikiran waras mengatakan bahwa harus dipelihara keseimbangan antara perkembangan intelektual dan

26

Cheri Fuller, Maksimalkan Potensi Belajar Anak Anda, Yayasan Kalam Hidup, Bandung, 2007, hlm 49

(13)

perkembangan psikologi anak.”28 Guru perlu lebih dahulu

mengenal latar belakang kehidupan anak didik sebelum memaksanya melakukan kehendak guru.

Ada beberapa aspek dari pribadi murid yang harus diketahui oleh guru menurut Nasution,29 yang dapat penulis

tuliskan, meskipun sebenarnya masih banyak hal yang perlu diketahui:

Pertama, latar belakang keluarga. Situasi dalam keluarga besar pengaruhnya terhadap emosi, penyesuaian sosial, minat, sikap, tujuan, disiplin dan perbuatan siswa di sekolah. Apabila di rumah siswa sering mengalami tekanan, merasa tidak aman, frustasi maka ia juga mengalami perasaan asing di sekolah. Kalau di rumah ia merasa di tolak, maka di sekolahpun ia merasa tidak diterima. Keadaan ekonomi di rumah juga berpengaruh dengan sikapnya di sekolah. Keluarga kacau dan tidak teratur akan membuat siswa tidak berprestasi.30 Ketidakharmonisan dalam

dalam keluarga mengakibatkan anak mengekspreikan perasaannya melaui tindakan vandalise atau kegiatan merusakkan. sebab anak tidak menemukan kepuasan dan keharmonisan dalam keluarga. Hal yang sama dituliskan Jason Lase dengan mengutip tulisan John locke yang mengatakan bahwa:

“Seorang anak akan menjadi baik atau jahat tergantung dari pengalamnnya. Salah satu pengalaman yang tidak baik adalah bila pendidikan anak dalam keluarga diserahkan pada pembantu rumah tangga. factor pengasuhan (nurture) lebih penting bila dibandingkan dengan factor bawaan dari alam (nature).”31

Dalam situasi-situasi yang demikian, anak didik sedang ada dalam keadaan kehilangan perhatian dan suasana hati yang tidak

28

S. Nasution , Berbagai Pendekatan Dalam Proses Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2005, hlm 119

29 Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Bumi Aksara, Jakarta, 2004, hlm

25

30

Sylvia Rimm, Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, Grasindo, Jakarta, 1997, hlm 61

(14)

menentu. Guru PAK perlu hadir memberi sesuatu yang adalah kebutuhannya. Guru PAK bertanggung jawab memberi rasa aman yang dasariah dengan menjadikan anak didik bagian dari persekutuan yang penuh perhatian dan pengertian.32 Ada juga

keluarga yang membesarkan anak dengan manja, memotivasi anaknya memberikan hadiah. Anak bertumbuh dengan tidak pernah merasa kekurangan sehingga ia merasa tidak membutuhkan orang lain. Anak yang besar dengan situasi ini tidak akan merasa perlu untuk berdoa kalaupun ia berdoa itu hanya akan berisi permohonan yang manja.”33 Hal-hal yang telah

penulis sebutkan inilah yang perlu diperhatikan guru dalam mengajar sebab itu sangat berpengaruh dengan sikap anak didik di sekolah. Dengan mengenal latar belakang keluarga yang demikian penulis pikir, guru PAK akan jadi gembala yang baik untuk anak didiknya.

Kedua, sifat-sifat kepribadian anak didik. Guru perlu mengenal sifat-sifat kepribadian anak didik agar guru dengan mudah mengadakan pendekatan pribadi dengan mereka. Dengan demikian, hubungan pribadi menjadi lebih dekat dan akan mendorong pengajaran lebih efektif. 34 Setiap anak mempunyai

sifat pribadi masing-masing yang tidak bisa diperlalukan secara merata. Orang yang bersifat tertentu cenderung menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek itu sebagai hal yang berguna baginya atau tidak.35 Anak didik yang

memandang belajar di sekolah sebagai sesuatu yang bermanfaat, ia akan betindak positif. Guru perlu cerdas menanggap situasi ini sehingga yang diutamakan ialah perkembangan pribadi anak khususnya dalam aspek emosional agar ia bebas dari goncangan jiwa dan menjadi manusia yang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Dengan memahami akan hal itu, maka guru akan mampu menjadi seorang gembala yang menyegarkan jiwa anak didiknya (Mazmur 23:3).

32 Iris V. Cully, Opcit, hlm 148. 33

W. S. Winkel, Opcit, hlm 493

34Oemar Hamalik, Opcit, hlm 101-105 35 Wismoady, Opcit, hlm 105

(15)

Gembala Agung berkata, “Aku memberi nyawa-Ku bagi domba-domba-Ku, Yohanis 10:15” Kata Yesus ini sangat pribadi, Ia melakukan itu karena kasihNya bagi dombaNya. Guru adalah gembala yang mengajar penuh kasih, karena Yesus yang memanggilnya adalah Kasih yang telah memberi nyawa-Nya untuk kawanan domba. Oliver Mahan berkata: Tugas penggembalaan tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan individu yang sifatnya sesaat, tetapi juga untuk memenuhi kebutahan kekal.36 Karena itu guru Agama perlu lebih dulu percaya kepada

keselamatan kekal yang telah diberi Gembala Agung sehingga anak dapat dibawa dalam kepercayaan akan perkara ini.

2. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai seorang Penginjil

a. Pengertian penginjilan

Penginjilan adalah sebuah pemberitaan injil atau kabar kesukaan, yang memanggil manusia untuk ada dalam karya penyelamatan Allah. Penginjilan adalah tugas setiap orang yang telah memperoleh keselamatan. Injil Yesus Kristus perlu diberitakan sedemikian rupa hingga memulihkan manusia. Injil yang diberitakan harus menobatkan, mengadili dan menyelamatkan manusia. Luther yang dikutip I.H.Enklaar pernah mengatakan “Injil mematikan adam lama dan membangkitkan adam baru.”37 Penginjilan adalah memperkenalkan Yesus kepada

orang lain tetapi bukan usaha untuk mengkristenkan tetapi membawa orang itu menemukan Yesus dalam hidup dengan bantuan kuasa Roh Kudus. John Mott yang juga dikutip I.H.Enklaar berkata: “Pengijilan itu berarti memperkenalkan Yesus sehingga Ia dikasihi, dipercayai dan di taati. Penginjilan itu pengasihan dan pertolongan persaudaraan kepada orang lain untuk dibawa kesorga rumah Bapa.”38 Pengijilan di sekolah sangat penting

untuk menolong anak didik untuk mengenal sorga karena itu kasih Tuhan perlu disampaikan dengan benar di sekolah. Mary Go

36

Oliver Mc Mahan, Opcit, hlm 25

37 I. H. Enklaar & E.G. Homrighausen, Opcit, hlm 178 38 Ibid, hlm 179

(16)

mengungkapkan “Guru mengajar bukan hanya mengisi murid dengan kebenaran tetapi yang lebih penting adalah memberitakan injil, supaya jiwa mereka diselamatkan.”39

Yesus adalah seorang Bapa yang menerima anak-anak dengan kasih-Nya yang besar, meskipun dunia melihat anak–anak kecil itu tidak ada artinya, menolak mereka, tetapi Justru Yesus melihat mereka layak menikmati kerajaan sorga. “Biarkan anak– anak itu datang kepadaKu, jangan menghalang-halangi mereka, sebab orang-orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Sorga, Mat 10:13-16.” Dalam perenungan inilah, Guru PAK adalah seorang penginjil bagi anak didik untuk dibawa menjadi anggota Kerajaan Sorga.

b. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai penginjil bagi anak didik

Guru di sekolah adalah pembawa kabar kesukaan. Guru dipanggil untuk menerima harta abadi dari Kristus dan dibagikan kepada anak didik. Amanat Agung Tuhan Yesus juga tertuju kepada guru yakni “pergilah, jadikanlah segala bangsa bangsa muridKu dan baptislah mereka dalan Nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus dan ajarlah mereka…Matius 28:19-20.” Guru PAK perlu secara serius melakukan tanggung jawab ini dengan alasan seperti yang diungkapkan Iris V. Cully40 bahwa dunia semakin

jahat dan ada dalam krisis yang hebat. Manusia berlomba- lomba untuk saling membinasakan, anak–anak lulusan pendidikan Agamapun ikut serta dalam melakukan hal- hal yang tidak bermoral. Jalan keluarnya adalah Guru perlu dengan cermat mempersiapkan anak didik dengan pemberitaan injil Yesus Kristus sebab hanya injil yang bisa melepaskan manusia yang ada dalam bahaya neraka. Guru perlu peka untuk melihat bahwa organisasi gereja, sekolah minggu, bahkan dalam keluarga belum cukup untuk membimbing anak-anak hidup sungguh–sungguh

39 Mary Go Setiawan, opcit, hlm 12 40 Iris V. Cully, opcit, hlm 23

(17)

menjadi murid Kristus, sebab tugas menjadikan mereka murid Kristus adalah tugas mulia karena itu guru perlu dengan secara tegas menanamkan nilai- nilai kerohanian dalam proses belajar mengajar. Guru perlu menyadari keagungan injil dalam pengajaran, sehingga dengan berani untuk memperkenalkan Yesus penguasa hidup dalam kehidupan anak didik dan akhirnya anak didikpun berani untuk hidup didunia luar tanpa harus ikut arus dengan tata dunia yang jahat.

3. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai Pemimpin

Dalam bagian ini, penulis akan membahas bahwa Guru sebagai pemimpin tidak boleh menunutun anak didik masuk dalam kepercayaan Kristen dengan paksaan. Fungsi guru yang paling penting adalah memimpin anak-anak dan membawa mereka kearah tujuan yang tegas.41 Jadi hendaknya sebagai

pemimpin, guru perlu tahu kemana arah kepemimpinannya dan bagaimana Ia harus memimpin anak didiknya.

Ada beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin menurut Joyce Meyer42 yaitu hati yang rela, ini identik

dengan kemauan utuk melakukan sesuatu. Pemimpin yang baik harus memiliki hati yang rela. Hati yang bijak, yakni pemimpin yang punya hikmat. Amsal 24:3 berkata “Dengan hikmat, rumah didirikan, dengan kepandaian itu ditegakan. Hikmat tampak pada cara bicara, cara bertindak, cara menjalankan tanggung jawab dan cara memperlakukan orang lain.” Pemimpin akan mengalami suatu tragedi terbesar dalam hidupnya jika tidak berjalan dalam hikmat Tuhan. Hati yang lemah-lembut, tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni sebagaimana Allah di dalam Kristus telah mengampuni kamu, Efesus 4:32. Memiliki hati yang lemah lembut sama dengan memiliki nurani yang lemah lembut dan kelembutan nurani adalah hal yang utama dalam seseorang untuk bisa dipakai

41

S. Nasution, opcit, hlm 124

42 Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, Imanuel, Jakarta, 2002,

(18)

Allah. Guru Pendidikan Agama yang memiliki hati yang keras dan bertindak kasar akan menimbulkan luka di hati para murid. Hati yang setia, seorang guru PAK yang adalah pemimpin bagi murid-muridnya perlu setia dalam pengabdian diri terhadap panggilan Allah43.

Disamping melihat hal–hal diatas ada beberapa pola kepemimpinan yang dikembangkan Hofman seperti yang ditulis oleh Jason Lase44:

a. Pola bina kasih

Guru yang memimpin dengan pola ini tidak akan memperlakukan siswa dengan cara yang tidak adil. Nilai yang diberikan secara murni berdasarkan pertimbangan kemampuan dan penampilan anak didik. Guru dengan pola ini tidak membebani anak didik dengan tugas-tugas yang melampaui batas kemampuan anak didik dan ketentuan sistem yang berlaku. Melalui pola ini guru memberikan suasana yang dapat mengembangkan komponen kognetif dan afektif anak didik sehingga ia dapat mengetahui bagaimana konsekuensi perilakunya terhadap orang lain dan terhadap diri sendiri sehingga ia sadar apa yang harus dilakukan dan tidak boleh dilakukan. Guru Pendidikan Agama Kristen perlu melakukan pola ini sebab kemimpinan seorang guru di sekolah perlu dilandasi dengan kasih. Dengan kasihlah seorang guru memberi rasa nyaman hingga anak didik pun bertumbuh dalam kasih.

b. Pola unjuk kuasa

Guru yang melakukan pola ini akan senantiasa memperhatikan kekuasaannya melalui pemberian-pemberian hukuman-hukuman secara fisik, mencabut hak-hak istimewa bahkan tidak segan-segan menggunakan kekuasaannya secara langsung seperti mengancam anak didik untuk tidak boleh ikut ujian atau pelajaran. Anak akan merasa takut, marah, cemas, frustasi dan tidak nyaman. Semua perasaan itu akan melahirkan perilaku negatif dan memicu dorongan destruktif dalam bentuk

43

Ibid, hlm 135-155

(19)

perilaku menyimpang seperti agresif, vandalisme dan sebagainya.45

Jika seorang Guru Pendidikan Agama menggunakan pola ini dalam memimpin, maka dapat dikatakan anak akan mengalami ketakutan dan mereka akan sulit memahami dan percaya bahwa Yesus dalam pengajaran agama itu penuh kasih dan lemah lembut. Karakter rohani murid akan sulit terbentuk, kalau ada itu hanya muncul karena takut dihukum. Guru Agama dipanggil untuk memimpin anak didik mengenal Yesus dengan sukarela. “Janganlah kamu berbuat seolah- olah mau memrintah atas mereka” demikian kata firman dalam 1 petrus 5: 3b. Kepemimpinan guru PAK bukan menjadi tuan atas anak didik yang adalah kepunyaan Tuhan dengan bersikap sombong, dan tinggi hati. Ketegasan dalam kepemimpinan bukan hanya diperbolehkan tetap diharapakan ketika situasi menuntut tindakan yang sangat menentukan.

c. Pola lepas kasih

Guru dengan pola kepimpinan ini akan cenderung menyatakan kemarahannya melalui penolakan, pengucilan dan pengacuhan terhadap anak didik. Perilaku ini mengakibatkan anak menjadi takut kehilangan perhatian guru terhadap dirinya dan akan mengakibatkan kecemasan yang panjang sehingga ia frustasi. Guru PAK tidak bisa melakukan hal ini, karena pengajaran tidak akan ada artinya kalau hanya membuat anak didik hidup dalam ketakutan.

4. Guru Pendidikan Agama Kristen sebagai Pendidik

Guru sebagai pendidik memiliki tanggung jawab untuk mendidik anak-anak. Menjadi seorang pendidik bukanlah suatu keputusan yang mudah, apalagi dalam penyelenggaraan pendidikan Kristen yang berdasar pada Alkitab. Sebagai pendidik Kristen harus melandaskan pengajaran dan pola kehidupan

(20)

berdasarkan tuntunan Firman Tuhan. Suyanto mengatakan “Dalam tugas mendidik guru harus menanamkan nilai-nilai yang baik, atau dengan perkataan lain membentuk akhlak mulia anak didiknya.”46 Terkait dengan tugas ini sebelum membentuk akhlak

mulia anak didiknya, guru harus lebih dulu memiliki akhlak yang mulia, sehingga dapat dijadikan teladan oleh anak didiknya. Dengan demikian proses pendidikan akan menjadi efektif.

Guru sebagai pendidik harus menjadi pendidik yang mencintai Tuhan, mencintai Kebenaran dan mencintai Tuhan.47

Seorang guru yang mencintai Tuhan maka Ia pun mencintai Kebenaran sebab Yesus yang dilayani dalam tugasnya sebagai guru adalah Kebenaran itu sendiri. Pendidik yang mencintai Tuhan dan kebenaran akan mencintai anak didiknya. Stephen Tong mengatakan “Tanpa cinta yang sesungguhnya kepada mereka yang saudara layani, tidak ada pelayanan yang akan diingat oleh Tuhan”48. Bagi penulis hal yang diungkapkan Stephen

Tong adalah penting dan mencakup totalitas hidup guru sebagai pendidik. Sesuatu yang dilakukan tanpa cinta kepada Tuhan dan cinta kepada apa yang dititipkan Tuhan adalah sia-sia.

Tanggung jawab guru PAK sebagai pendidik adalah sebagai berikut :

a. Mendidik iman kristen sejak kecil

Tugas para pendidik Kristen yang terutama adalah mendidik iman Kristen sejak kecil kepada para anak didik. pendididik Kristen perlu mengajar mereka tentang konsep dosa dan penebusan. Setelah Allah menciptakan manusia, manusia memberontak dan melawan-Nya, itulah dosa. Ajarkanlah bahwa dosa bukan sekadar membunuh, mencuri, dan lain-lain, tetapi inti dosa adalah melawan ketetapan-Nya. Ajarkan kepada anak didik bahwa dosa itu tidak bisa diselesaikan oleh manusia siapa pun, kecuali oleh Tuhan Allah. Sebab dosa diselesaikan oleh

46

Suyatno, Opcit, hlm 15

47

Mary Setiawani & Stephen Thong, Seni Membentuk Karakter Kristus, Lemabaga Reformed Injili Indonesia, Jakarta ,1995, hlm 78

(21)

pendidikan.49 Karena kasih-Nya, Ia mengutus Putra Tunggal-Nya,

Tuhan Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa manusia pilihan-Nya. Ia mati di salib demi menggantikan dosa-dosa manusia. b. Mendidik untuk hidup bersosialisasi

Para pendidik Kristen harus mengajar anak didik untuk hidup bersosialisasi. Ini penting, supaya para anak didik Kristen tidak hanya diajar untuk berani mandiri, tetapi juga untuk berani berbagi hidup dengan orang lain. Anak–anak pun dilatih untuk membagikan berkat kepada teman- temannya. Inilah tugas para pendidik Kristen di dalam tugas sebagai pendidik. Didiklah anak-anak untuk karakter yang terpenting adalah bagaimana mereka hidup mempermuliakan Allah dan menjadi berkat bagi orang lain.50 Hidup murid Kristus adalah mempermuliakan Tuhan dan

menjadi berkat bagi orang lain. Ini adalah hal penting yang perlu dipahami oleh Guru sehingga mampu mendidik anak-anak mencapai tugas ini.

Sebagai pendidik guru sebagai inspirator yaitu memberi semangat pada setiap anak didik tanpa meliahat taraf kemamupan intelektual dan motivasi belajar.51 Guru harus juga punya empati.

Guru harus bisa bergaul akrab dengan anak didik. Guru mengandung tantangan, karena disatu pihak guru harus ramah, sabar, menunjukkan pengertian memberikan kepercayaan dan menciptakan suasana aman dilain pihak guru harus memberikan tugas, mendorong siswa untuk berusaha mencapai tujuan mengadakan koreksi, menegur dan menilai. Guru PAK sebagai pendidik siap untuk tetap bertidak lembut namun tegas.

Guru PAK mempunyai tanggung jawab yang besar dihadapan Tuhan. Karena itu, setiap guru PAK harus menyadari bahwa ia sedang bekerja menjadikan anak didik murid Kristus.

49

Ibid, hlm 116

50 Stephen Thong, Opcit, hlm 91 51 W.S Winkel, Opcit, hlm 112

(22)

DAFTAR PUSTAKA

1. Alma, Buchari. Guru Profesional, Bandung, 2008, Alfabeta. 2. Boehlke, R. R. Membangun Teori PAK, Jakarta, 2008, STT

Proklamasi.

3. Homrighausen & Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, Jakarta, 2008, Bpk Gunung Mulia.

4. Lase, Jason. Pengaruh Lingkungan Keluarga Dan Sekolah Terhadap Vandalisme Siswa, Program Pasca Sarjana, Jakarta , 2005, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. 5. Joyce Meyer, Pemimpin Yang Sedang Dibentuk, Jakarta,

2002, Imanuel.

6. Nasution , S. Berbagai Pendekatan Dalam Proses Mengajar, Jakarta, 2005, Bumi Aksara.

7. Nasution, Didaktik Asas-Asas Mengajar, Jakarta, 2004, Bumi Aksara.

8. Oliver Mc. Mahan, Gembala Jemaat Yang Sucses, Jakarta, 2002, Metanoia.

9. Paul H. Vier, Pendidikan Agama Kristen.

10. Rimm, Sylvia. Mengapa Anak Pintar Memperoleh Nilai Buruk, Jakarta, 1997, Grasindo Fuller, Cheri. Maksimalkan Potensi Belajar Anak Anda, Bandung, 2007, Yayasan Kalam Hidup.

11. Setiawan, Mary Go . Pembaharuan Mengajar, Bandung, Yayasan Kalam Hidup.

12. Suparno, Paul. Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan, 1997, Kanisius.

13. Suharso & Ana Retnoningsih, Kamus Bahasa Indonesia, 2005, Widya Karya Semarang.

14. Suyatno, Pedoman Pembinaan Akhlak Mulia Siswa Melalui Pengembangan Budaya Sekolah, Jakarta, 2010, Kementrian Pendidikan Nasional.

15. Setiawani, Mary & Stephen Thong, Seni Membentuk Karakter Kristus, Jakarta ,1995, Lemabaga Reformed Injili Indonesia,

(23)

16. Uno B. Hamzah , Profesi Kependidikan, Jakarta, 2010, Bumi Aksara.

17. Winkel, W. S. Psikologi Pengajaran, Jakarta, 1986, Grasindo.

18. Wismoady, Di Sini Ku Temukan, Jakarta, 1986, Bpk Gunung Mulia.

Referensi

Dokumen terkait