• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Metode Pengumpulan Data"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di delapan desa yang berada pada dua kecamatan di Pulau Bengkalis (Kecamatan Bengkalis dan Kecamatan Bantan) Kabupaten Bengkalis. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar Lampiran 1. Desa lokasi penelitian merupakan seluruh desa sasaran Co-Fish Project. Dilaksanakan selama lima bulan yaitu terhitung dari bulan Mei sampai September 2006.

4.2 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder, data primer yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Jenis program Co-Fish Project.

2. Pelaksanaan Co-Fish Project di tingkat masyarakat sasaran.

3. Kondisi program-program dari Co-Fish Project setelah proyek selesai

4. Partisipasi masyarakat sasaran.

5. Kondisi sosial-ekonomi nelayan sasaran sebelum dan setelah Co-Fish

Project.

6. Pendapatan masyarakat nelayan non sasaran Co-Fish Project.

7. Persepsi stakeholder tentang arah pengelolaan sumberdaya perikanan di

Kabupaten Bengkalis ke depan.

Pengumpulan data primer pada penelitian dilakukan melalui observasi lapangan (field observation). Kegiatan ini dilakukan dengan kunjungan langsung ke lapangan dengan melakukan wawancara mendalam (depth interview) yang dilakukan terhadap: Masyarakat sasaran dan non sasaran Co-Fish Project, Dinas Perikanan dan Kelautan, Bappeda, DPRD, pengelola Co-Fish Project, Akademisi, Pengusaha perikanan, Nelayan pengguna jaring batu (bottom gill net), Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Ketua kelompok nelayan serta Tokoh masyarakat dengan menggunakan pedoman wawancara (interview guide). Uraian tujuan, aspek, alat analisa, variabel, jenis dan sumber data dapat dilihat pada Tabel 1.

(2)

Tabel 1 Uraian tujuan, aspek, teknis analisis, variabel, jenis dan sumber data

No Tujuan Aspek Analisis Teknik Variabel Jenis Data Sumber Data

1 Mendiskripsikan pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis - Konsep dan Program sumberdaya - Perencanaan - Pelaksanaan - Evaluasi Analisis deskriptif pelaksanaan Co-Fish Project - Program- program dan kegiatan Co- Fish Project - Keterlibatan sasaran - Keberlanjutan program - Data primer (wawancara) - Data sekunder (Laporan-laporan kegiatan Co- Fish Project) - Masyarakat nelayan - Aparat desa - Informan kunci - Co-Fish Project - Dinas Perikanan 2 Menganalisis perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan akibat dari pelaksanaan Co-Fish Project - Sosial - Ekonomi - Infrastruktur - Tingkat kesejahteraan - Tingkat pendapatan nelayan non sasaran Analisis deskriptif - Perubahan kondisi sosek sebelum dan setelah Co-Fish - Tingkat kesejahteraan Uji-T Perbedaan tingkat pendapatan nelayan sasaran dan non sasaran - Kondisi RT & fasilitas - Armada penangkapan ikan - Pendapatan sektor perikanan - Pekerjaan selain nelayan - Pendapatan - Keadaan rumah - Fasilitas rumah - Kesehatan keluarga - Kemudahan pendidikan - Fasilitas transportasi Data primer

(wawancara) - Masyarakat nelayan sasaran dan non sasaran - Pengusaha

perikanan Pemkab

3

Mendiskripsikan peran kearifan lokal dan konflik yang terjadi dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis - Kearifan lokal - Konflik antar nelayan Analisis deskriptif - peran kearifan lokal - konflik antar nelayan - Nilai-nilai budaya - Peraturan lokal - penyebab konflik - Cara pandang pihak yang terlibat - Perbedaan alat tangkap - Pemetaan konflik - Peraturan - Data primer (wawancara) - Data Skunder (laporan-laporan) - Nelayan tradisional - Tokoh masyarakat - Nelayan tradisional - Nelayan jaring batu - Pemda - Peraturan-peraturan - Walhi 4 Merumuskan arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan Persepsi stakeholder tentang pengelolaan sumberdaya perikanan ke depan AHP Persepsi stakeholders Data primer

(wawancara) - Pemda - Co-Fish Project - Cendikiawan - Pengusaha

perikanan - Masyarakat

Sedangkan data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi: Deskripsi wilayah penelitian, Jumlah anggaran pelaksanaan Co-Fish Project, Jumlah anggaran pembangunan di sektor perikanan pemerintah kabupaten Bengkalis, Jenis program dan kegiatan Co-Fish Project, Peraturan-peraturan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan, Potensi sumberdaya perikanan, Budaya (kearifan lokal) serta Permasalahan-permasalahan dalam pengelolaan dan pemanfataan sumberdaya perikanan.

Data dikumpulkan dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian, sebagai berikut: Dinas Perikanan dan Kelautan, Bappeda, Pengelola

(3)

Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis, Badan Pusat Statistik (BPS), Walhi,

Pemerintah desa serta laporan hasil-hasil studi dan penelitian yang sudah ada yang berkaitan dengan kegiatan pengelolaan sumberdaya perikanan di lokasi penelitian, serta studi pustaka.

4.3 Metode Pemilihan Responden

Pemilihan responden dilakukan dengan 2 (dua) cara sebagai berikut: 4.3.1 Secara Acak (Sample Random Sampling)

Pemilihan responden secara acak digunakan untuk:

1. Mengetahui keterlibatan masyarakat sasaran dalam pelaksanaan Co-Fish

Project

2. Menganalisis kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan sasaran Co-Fish

Project antara sebelum dan setelah Co-Fish Project.

3. Menganalisis perbedaan tingkat pendapatan di sektor perikanan tangkap

antara sasaran dan non sasaran Co-Fish Project.

Untuk mengetahui keterlibatan masyarakat sasaran selama pelaksanaan

Co-Fish Project dan kondisi sosial-ekonomi masyarakat ssasaran antara sebelum

dan setelah Co-Fish Project, digunakan sampel sebesar 10 persen responden dari total sasaran Co-Fish Project. Kemudian untuk melakukan analisis perbedaan tingkat pendapatan antara sasaran dan non sasaran, disamping responden yang berasal dari sasaran, juga digunakan responden pada nelayan non sasaran dengan sampel yang digunakan sebesar 30 responden. Dimana desa yang digunakan adalah Desa Kedabu Rapat Kecamatan Rangsang. Desa ini diambil sebagai pembanding dengan pertimbangan karakteristik desa dan masyarakatnya mendekati dengan desa dan masyarakat sasaran Co-Fish Project. Adapun karakteristik nelayan yang digunakan sebagai sampel untuk melihat perbedaan tingkat pendapatan baik pada masyarakat sasaran maupun non sasaran Co-Fish

Project adalah nelayan yang menggunakan alat tangkap tradisional (rawai), dan

armada yang digunakan adalah perahu bermotor yang kapasitasnya 2-3 GT.

Teknik menarik sampel dilakukan dengan cara undian pada keseluruhan jumlah sasaran di setiap desa sasaran Co-Fish Project, begitu juga pada desa non sasaran. Persebaran jumlah responden menurut kecamatan dan desa penelitian yang digunakan dalam penelitian dapat dilihat pada Tabel 2.

(4)

Tabel 2 Persebaran jumlah responden menurut kecamatan dan desa penelitian Sasaran Co-Fish Project

Kecamatan Desa Sasaran Co-Fish Project (KK) Jumlah Sampel (10%)

Bengkalis Meskom 200 Penampi 190 20 19

Tameran 190 19 Bantan Teluk Pambang 200 20 Muntai 170 17 Bantan Air 200 20 Jangkang 200 20 Selatbaru 200 20

Sub Total 1550 155 Responden

Non Sasaran Co-Fish Project

Rangsang Kedabu Rapat - 30 Responden

Total - 185 Responden

4.3.2 Secara Sengaja (Purposive Sampling)

Pemilihan responden secara sengaja (Purposive Sampling) digunakan sebagai informan kunci dan merumuskan arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan. Responden yang dipilih adalah stakeholder yang menguasai informasi yang dibutuhkan atau yang berhubungan dengan pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis. Persebaran jenis responden menurut elemen, pemangku kepentingan dan jabatan dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Persebaran jenis responden menurut elemen, pemangku kepentingan dan jabatan

No Elemen Pemangku Kepentingan Jabatan (Orang) Jumlah

1 Pemerintah

- Eksekutif Dinas Kelautan dan Perikanan Kab. Bengkalis Kepala Dinas 1

Bappeda Kab. Bengkalis Kepala Bagian Ekonomi 1

- Legislatif DPRD Kab. Bengkalis Wakil Ketua 1

2 Co-Fish Project Pengelola Co-Fish Project Pimpro Co-Fish Project Kab.

Bengkalis 1

3 Cendekiawan 1 Akademisi Pemb. Rektor I UIR Pekanbaru (ahli pengelolaan pesisir) 1 2 Lembaga Adat (Tokoh

Masyarakat)

Ketua Lembaga Adat Melayu

Kec. Bantan 1

4 Pengusaha Perikanan

1 Pengusaha Besar Pemilik Usaha Jaring Batu

(bottom gill net) 1

2 Touke Perikanan Pemilik Usaha Pengumpul Hasil

Perikanan Desa Jangkang 1

5 Masyarakat 1 Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Ketua LSM Laksana Samudra 1 2 Kelompok Nelayan Ketua Solidaritas Nelayan Kec.

(5)

4.4 Metode Analisis

Setelah dilakukan pengumpulan semua data yang dibutuhkan kemudian dilakukan analisis sesuai dengan tujuan penelitian sebagai berikut:

4.4.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif dilakukan terhadap data primer dan data sekunder. Adapun analisis dilakukan dengan tujuan untuk mengkaji hal-hal sebagai berikut: 4.4.1.1 Pelaksanaan Co-Fish Project di Kabupaten Bengkalis

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui: jenis-jenis konsep dan program yang direncanakan dan program-program apa saja yang telah diimplementasikan

Co-Fish Project pada desa dan masyarakat sasaran, Partispasi masyarakat sasaran,

kondisi program-program yang ada setelah Co-Fish Project selesai dan keberlanjutannya. Adapun urutan kegiatan analisis ini adalah sebagai berikut:

1. Mengumpulkan konsep dan program-program Co-Fish Project.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis program yang diimplementasikan ditingkat

desa dan masyarakat sasaran.

3. Mengkaji secara detail apakah partisipatif atau tidak dari proses-proses

perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi dari kegiatan yang dilakukan

Co-Fish Project ditingkat masyarakat sasaran.

4. Mengidentifikasi keberlanjutan dari program-program yang ada setelah

Co-Fish Project selesai.

4.4.1.2 Kondisi Sosial-Ekonomi Masyarakat Nelayan

4.4.1.2.1 Sosial-Ekonomi Sebelum dan Setelah Co-Fish Project

Analisis ini untuk melihat perubahan kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan sasaran sebelum dan setelah Co-Fish Project yang meliputi: kondisi perumahan, fasilitas perumahan, jenis armada penangkapan ikan yang digunakan, serta jenis pekerjaan selain dari sektor perikanan tangkap, serta tingkat pendapatan hanya dilihat pendapatan pada kondisi setelah Co-Fish Project yang dihitung adalah tingkat pendapatan rumah tangga nelayan per bulan.

(6)

4.4.1.2.2 Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Nelayan Sasaran Co-Fish Project

Tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan sasaran yang dianalisis adalah kondisi setelah Co-Fish Project. Untuk melihat tingkat kesejahteraan masyarakat nelayan dengan berbagai indikator, analisis ini dimaksud untuk memperkuat kesimpulan bagaimana kondisi sosial-ekonomi masyarakat nelayan sasaran akibat dari pelaksanaan Co-Fish Project. Indikator kesejahteraan menggunakan indikator kesejahteraan yang mengacu pada Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Susenas (1991). Namun dalam tingkat klasifikasi kesejahteraan nelayan yang digunakan dalam analisis ini sedikit mengalami modifikasi karena pertimbangan sesuai dengan kondisi masyarakat di lokasi penelitian (Tabel 4). Tingkat klasifikasi kesejahteraan nelayan yang digunakan dalam analisis ini sebagai berikut:

1. Tingkat kesejahteraan tinggi jika skor = 14 - 17

2. Tingkat kesejahteraan sedang jika skor = 10 - 13

3. Tingkat kesejahteraan rendah jika skor = 6 - 9

4.4.1.2.3 Tingkat Pendapatan Nelayan Sasaran dengan Non Sasaran Co-Fish Project

Sebelum melakukan analisis terlebih dahulu dilakukan perhitungan pendapatan nelayan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Pendapatan Kotor P Q

TR= .

Keterangan:

TR = Total penerimaan nelayan (Rp)

Q = Produksi/hasil nelayan (Kg)

P = Harga jual hasil produksi (Rp)

Pendapatan Bersih TC TR− = π Keterangan: π = Pendapatan bersih (Rp) TR = Total penerimaan (Rp)

(7)

Selanjutnya untuk melihat perbedaan tingkat pendapatan antara nelayan sasaran dan non sasaran Co-Fish Project dilakukan perhitungan dengan menggunakan software Minitab 14. Analisis yang digunakan dengan cara uji 2

sample t pada taraf uji 5 persen. Hipotesis yang diajukan dalam analisis ini adalah

sebagai berikut:

Ho : μ1 ≤ μ2 : Rata-rata pendapatan nelayan sasaran Co-Fish Project

lebih kecil atau sama dengan rata-rata pendapatan nelayan non sasaran Co-Fish Project, artinya Co-Fish

Project tidak mempunyai efek berarti pada peningkatan

pendapatan nelayan.

H1 : μ1 > μ2 : Rata-rata pendapatan nelayan sasaran Co-Fish Project

lebih besar dari rata-rata pendapatan nelayan non

Co-Fish Project, artinya Co-Co-Fish Project mempunyai efek

yang berarti terhadap peningkatan pendapatan nelayan. Dengan Statistik Uji sebagai berikut:

2 1 0 2 1 1 1 ) ( n n S d x x t g + − − = 2 ) 1 ( ) 1 ( 2 1 2 2 2 2 1 1 2 − + − + − = n n s n s n Sg Keterangan : 1

x : Rata-rata pendapatan nelayan sasaran Co-Fish Project

2

x : Rata-rata pendapatan nelayan non sasaran Co-Fish

Project

s12 : Standar deviasi rata-rata pendapatan nelayan sasaran

Co-Fish Project

s22 : Standar deviasi rata-rata pendapatan nelayan non sasaran

Co-Fish Project

n1 : Jumlah responden nelayan sasaran Co-Fish Project

n2 : Jumlah responden nelayan non sasaran Co-Fish Project

do : Μ1 - μ2

Kaidah Keputusan:

Bila t > t α, maka tolak Ho (terima H1)

(8)

Tabel 4 Indikator kesejahteraan masyarakat, keadaan tempat tinggal, kesehatan, pendidikan, dan fasilitas transportasi nelayan sasaran Co-Fish Project

No Indikator Kesejahteraan Skor

1 Pendapatan rumah tangga yang digunakan sebagai tolok ukur besarnya pendapatan rumah tangga sasaran

Co-Fish Project per kapita dalam sebulan dan

dikelasifikasikan menjadi 3 interval yang sama dalam satuan rupiah Tinggi Sedang Rendah 3 2 1

2 Keadaan tempat tinggal Permanen Semi permanen

Tidak permanen

3 2 1 3 Fasilitas tempat tinggal

1 hiburan: tersedia (2)/tidak tersedia (1) Lengkap (skor 11-12) 3

2 pendingin : kipas angin (2)/alam (1) Cukup (skor 8-10) 2

3 penerangan: listrik (3)/diesel (2)/petromak (1) Kurang (skor 5-7) 1 4 bahan bakar: gas (3)/minyak tanah (2)/kayu (1)

5 MCK: dalam rumah (2)/luar rumah (3)

Bagus (< 25% sering sakit) 3

4 Kesehatan anggota keluarga Cukup (25-50% sering sakit)

2

Kurang (>50% sering sakit) 1

5 Kemudahan dalam pendidikan

1 biaya sekolah: terjangkau (3)/cukup terjangkau (2)/

sulit terjangkau (1) Mudah (skor 8-9) 3

2 Jarak sekolah: dekat (3)/sedang (2)/jauh (1) Cukup (skor 5-7) 2 3 kemauan untuk sekolah: mau (3)/cukup (2)/tidak (1) Sulit (3-4) 1 6 Kemudahan mendapatkan fasilitas transportasi

1 ongkos: terjangkau (3)/cukup terjangkau (2)/sulit terjangkau (1)

Mudah (skor 7-8) 3

2 fasilitas kendaraan: tersedia (2)/tidak tersedia (1) Cukup (skor (5-6) 2

3 kepemilikan: sendiri (2)/ongkos (1) Sulit (skor 3-4) 1

4.4.1.3 Peran Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Bengkalis

Analisis peran kearifan (budaya) lokal dalam penelitian ini dilakukan secara deskriptif-kualitatif yaitu untuk mengetahui sejauh mana pola kearifan lokal yang terdapat di Kabupaten Bengkalis dalam pengelolaan dan pemanfataan sumberdaya perikanan tangkap, usaha yang dilakukan dalam menjaga kelestarian sumberdaya perikanan laut dan lingkungannya, serta seberapa jauh keterlibatan kearifan lokal dan pengaruhnya terhadap struktur sosial, budaya serta ekonomi mayarakat nelayan. Aspek yang diamati adalah pola-pola hubungan yang dianut nelayan, nilai-nilai sosial, budaya dan adat istiadat masyarakat dikaji dengan menggunakan teori kelembagaan dalam hubungannya dengan sumberdaya perikanan yang dimiliki dan sumberdaya sosial untuk mencapai keadilan dan keberlanjutan.

(9)

4.4.1.4 Konflik antar Nelayan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap di Kabupaten Bengkalis

Analisis ini dilakukan secara deskriptif kualitatif dengan menggambarkan dan menganalisis konflik serta interaksi secara detail yang terjadi antara

stakeholder dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap

di Kabupaten Bengkalis. Stakeholder adalah masyarakat nelayan

tradisional/nelayan rawai, pengusaha perikanan/nelayan nelayan jaring batu (bottom gill net), tokoh masyarakat, pemerintah Kabupaten Bengkalis, serta peraturan-peraturan yang berhubungan dengan pengaturan pengelolaan sumberdaya perikanan.

4.4.2 Analisis Hirarki Proses (AHP) Arah Pengelolaan Sumberdaya Perikanan di Kabupaten Bengkalis ke Depan

Pemilihan jenis program yang akan dikembangkan dalam arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan melalui pendekatan AHP. Penilaiannya dengan menggunakan Sofware Expert Choice 2000. Alasan digunakannya metode AHP adalah dapat menangkap secara rasional persepsi orang yang berhubungan sangat erat dengan permasalahan tertentu melalui prosedur yang didesain untuk sampai pada suatu skala preferensi diantara berbagai alternatif. Dengan metode ini diharapkan dapat ditarik kesimpulan dari persepsi stakeholder tentang bagaimana arah pengelolaan sumberdaya perikanan dalam meningkatkan kondisi sosial-ekonomi masyarakat Kabupaten Bengkalis ke depan.

Analisis hirarki proses (AHP) adalah suatu metode yang sederhana dan fleksibel yang menampung kreativitas dalam ancangan suatu masalah. Metode menstruktur masalah dalam bentuk hirarki dan memasukkan pertimbangan-pertimbangan untuk menghasilkan skala prioritas relatif. AHP dapat berfungsi tanpa data keras selama pemakai memiliki pemahaman yang baik mengenai suatu masalah yang sedang dihadapi.

Kekuatan AHP terletak pada ancangannya yang bersifat holistik yang menggunakan logika, pertimbangan berdasarkan intuisi, data kuantitatif dan preferensi kualitatif. AHP merupakan model bekerjanya pikiran dengan teratur atau sekelompok pikiran untuk menghadapi kompleksitas suatu masalah. Ini

(10)

merupakan filosofi untuk mengatur suatu masalah yang dihadapi dan dengan menggunakan pengaturan tersebut untuk membuat suatu keputusan mengenai alternatif yang dianggap terbaik untuk dipilih, seperti bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang langka, menyelesaikan konflik, melakukan perencanaan dan menganalisis biaya dan manfaat.

Disamping hal di atas, kekuatan AHP juga terletak pada struktur hirarkinya yang memungkinkan kita (peneliti) memasukkan semua faktor penting, nyata maupun tak wujud dan mengaturnya dari atas kebawah mulai dengan yang paling penting sampai ketingkat yang berisi alternatif untuk dipilih mana merupakan yang terbaik dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan. Setiap masalah dapat dirumuskan sebagai suatu keputusan berbentuk hirarki.

Analisis AHP dilakukan dengan melakukan perbandingan berpasangan (pairwise comparisons) untuk mendapatkan tingkat kepentingan suatu kriteria relatif terhadap kriteria lain dan dapat dinyatakan dengan jelas proses perbandingan berpasangan ini dilakukan untuk setiap level atau tingkat: tingkat 1 (goal), tingkat 2 (aktor), tingkat 3 (faktor), tingkat 4 (dampak), tingkat 5 (skenario).

Dengan memahami hal-hal tersebut di atas, maka dapat disusun suatu kerangka (struktur hirarki) dalam arah pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis ke depan yang diinginkan. Keuntungan menggunakan AHP dalam dapat dilihat pada Gambar 3.

Menurut Saaty (1994), tahapan analisis data dalam AHP sebagai berikut: 1. Mendifinisikan Masalah dan Menentukan Solusi yang Diinginkan

Pendekatan AHP dalam rangka merumuskan arah pengelolaan sumberdaya perikanan ke depan, untuk menyusun analisis perlu diketahui terlebih dahulu identifikasi elemen-elemen yang mempengaruhi pengelolaan sumberdaya perikanan.

2. Membuat Struktur Hirarki

Struktur hirarki diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan sub-sub tujuan, kriteria dan kemungkinan alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. Dalam penelitian ini diajukan beberapa identifikasi elemen-elemen yang

(11)

terkait meliputi tujuan umum, aktor, faktor, dampak serta skenario yang dipandang penting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Kabupaten Bengkalis.

3. Membuat Matriks Perbandingan Berpasangan

Matriks perbandingan berpasangan ini menggambarkan pengaruh relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan yang setingkat di atasnya. Perbandingan didasarkan kepada Judgement (pendapat) dari para pengambil keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen dibandingkan dengan elemen lainnya.

Penentuan tingkat kepentingan pada setiap tingkat hirarki (pendapat) dilakukan dengan teknik komparasi berpasangan. Teknik komparasi berpasangan yang dipakai dalam AHP adalah judgement dari narasumber yang memahami permasalahan (dipilih sebagai responden) dengan cara melakukan wawancara langsung dan menilai tingkat kepentingan satu elemen dan dibandingkan dengan elemen lainnya.

Penilaian dilakukan dengan pembobotan untuk masing-masing komponen dengan komparasi berpasangan yang dimulai dari tingkat yang paling tinggi sampai dengan yang terendah. Pembobotan dilakukan berdasarkan Judgement para narasumber berdasarkan skala komparasi 1-9. Nilai skala komparasi digunakan untuk mengkuantitatifkan data yang bersifat kualitatif.

Skala banding secara berpasangan dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5 Skala perbandingan/komparasi berpasangan (Saaty 1994)

Tingkat

Kepentingan Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen mempunyai pengaruh yang sama besar terhadap tujuan. 3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen yang lainnya.

5 Elemen yang satu lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan penilaian sangat kuat mendukung satu elemen dibanding elemen lainnya.

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen lainnya Satu elemen dengan kuat didukung dan dominasi terlihat dalam praktek 9 Satu elemen mutlak lebih penting

daripada elemen lainnya

Bukti yang mendukung elemen yang satu terhadap elemen yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan.

(12)

4. Melakukan Perbandingan Berpasangan

Jika vektor pembobotan elemen-elemen kegiatan A1, A2, A3 dinyatakan sebagai vektor W, dengan W = (W1, W2, W3), maka intensitas kepentingan elemen kegiatan A1 dibandingan dengan A2 dinyatakan sebagai perbandingan bobot elemen A1 kegiatan A1 terhadap A2, yaitu W1/W2 = a12. Matriks perbandingan berpasangan dapat dilihat pada Tabel 6 (Saaty, 1994).

Nilai Wi/Wj, dengan i, j = 1, 2, 3,…….n didapat dari partisipasi yaitu para pengambil keputusan yang berkompeten dalam permasalahan yang dianalisis. Bila matriks ini dikalikan dengan vektor kolom W (W1, W2, W3…….Wn) maka diperoleh hubungan :

Keuntungan Menggunakan Analisis Hierarki Proses (AHP)

Penyusunan hirarki

AHP mencerminkan kecendrungan alami pikiran untuk memilah-milahkan elemen-elemen suatu sistem dalam berbagai tingkat berlainan dan mengelompokkan unsur yang serupa dalam setiap tingkat.

Penilaian dan konsensus

AHP tidak memaksakan konsensus tetapi mensintesis suatu hasil yang representatif dari berbagai penilaian yang berbeda.

Kesatuan

AHP memberikan suatu model tunggal yang mudah dimengerti, luwes untuk beranekaragam persoalan yang tidak terstruktur.

Konsistensi

AHP melacak konsistensi logis dari pertimbangan-pertimbangan yang digunakan dalam menetapkan berbagai prioritas.

Kompleksitas

AHP memadukan rancangan deduktif dan induktif berdasarkan sistem dalam memecahkan masalah yang kompleks.

Sintesis

AHP menuntun kesuatu taksiran menyeluruh tentang kebaikan setiap alternatif.

Saling ketergantungan

AHP dapat menangani saling ketergantungan elemen-elemen dalam suatu sistem dan tidak memaksakan pikiran linier.

Tawar menawar

AHP mempertimbangkan prioritas-prioritas relatif dari berbagai faktor sistem dan memungkinkan orang memilih alternatif terbaik berdasarkan tujuan-tujuan mereka.

Pengukuran

AHP memberikan suatu skala untuk mengukur hal-hal dalam suatu metode untuk menentukan suatu prioritas.

Pengulangan proses

AHP memungkinkan orang memperhalus definisi mereka pada suatu persoalan dan memperbaiki pertimbangan serta pengertian mereka melalui pengulangan. Gambar 3 Keuntungan menggunakan AHP.

(13)

A W = n W

Bila matriks A diketahui dan ingin diperoleh nilai W, maka dapat diselesaikan melalui persamaan berikut:

(A – n I) W = 0

Dimana : I = matriks identitas.

Tabel 6 Matriks perbandingan berpasangan

A1 A2 A3 An A1 A2 A3 . . An W1/W1 W1/W2 W1/W3………W1/Wn W2/W1 W2/W2 W2/W3………W2/Wn W3/W W3/W2 W3/W3………W3/Wn Wn/W1 Wn/W2 Wn/W3………Wn/Wn

5. Matriks Pendapat Individu, Menghitung Akar Ciri, Vektor Ciri dan Menguji Konsisten

1. Matriks Pendapat Individu

Formula matriks pendapat individu dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Formula matriks pendapat individu

Dalam hal ini C1, C2, …, Cn adalah set elemen pada satu tingkat keputusan

dalam hirarki. Kuantifikasi pendapat dari hasil komparasi yang mencerminkan nilai kepentingan Ci terhadap Cj.

2. Menghitung akar ciri, untuk mendapatkan akar ciri : (A – n I) = 0 Dijelaskan dengan menggunakan matriks A :

0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 1 1 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ n a a a a a a 0 0 0 0 0 0 0 1 1 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ n n n a a a a a a

Hasil perhitungan akan didapatkan akar ciri n1, n2, n3

C1 C2 ……….. Cn C1 C2 …. Cn 1 A12 ………. A1n 1/a12 1 ………. A2n … …. ………. … 1/a1n 1/a2n ………. 1 A = (aij) =

(14)

3. Menghitung vektor ciri

Nilai vektor ciri merupakan bobot setiap elemen untuk mensintesis

Judgement dalam penentuan prioritas.

Vektor ciri (w) maka akar ciri (n) maka rumusnya:

(A – n I) w = 0 ;

dengan menggunakan normalisasi w1 + w2 + w3 = 1, maka didapatkan n

maksimum = 2, maka perkaliannya sebagai berikut: A – n I w =0 0 1 0 0 0 1 0 0 0 1 2 1 1 1 3 2 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ w w w a a a a a a Maka diperoleh: 0 0 0 2 1 2 1 2 1 3 2 1 32 31 23 21 13 12 = ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − ⎥ ⎥ ⎥ ⎦ ⎤ ⎢ ⎢ ⎢ ⎣ ⎡ − − − w w w a a a a a a

Pada akhir perhitungan diperoleh vektor ciri w1, w2, w3. Vektor ciri dapat

memberikan pilihan skenario yang paling optimal. 4. Perhitungan konsistensi

Perhitungan CI (consistency index) yang menyatakan penyimpangan konsistensi dan concistency ratio (CR) untuk menentukan apakah konsisten/tidak suatu penilaian atau pembobotan perbandingan berpasangan. Penyimpangan dari konsistensi dinyatakan dengan indeks konsistensi sebagai berikut:

1 max − = n CI π λ

dimana : λ max π = akar ciri maksimum

N = ukuran matriks

Indeks konsistensi (CI) merupakan matriks acak/random dengan skala penilaian 1-9 dan kebalikannya sebagai indeks random (RI). Perbandingan antara CI dan RI untuk suatu matriks didefinisikan sebagai ratio konsistensi (CR).

RI CI CR=

(15)

Untuk mengetahui konsistensi secara menyeluruh dari berbagai pertimbangan dapat diukur dari ratio konsistensi (CR). Nilai rasio konsistensi (CR) adalah perbandingan antara indeks konsistensi (CI) dengan indeks acak (RI), dimana nilai-nilai RI telah ditentukan.

6. Matriks Pendapat Gabungan

Matriks gabungan merupakan matriks baru yang elemen-elemennya (gij)

berasal dari rata-rata geometrik elemen matriks pendapat individu yang nilai ratio konsistensi (CR) memenuhi syarat, dengan formula sebagai berikut:

m k ij

a

ij

k

g

(

)

1

π

= = Dimana : gij = rata-rata geometrik

m = jumlah responden aij = matriks individu

1. Pengolahan Horizontal

Pengolahan horizontal dapat dilakukan dengan empat tahap, yaitu:

1. Perkalian baris (z) dengan menggunakan rumus:

m J i VE

a

ij

k

z

(

)

1

π

= = =

2. Perhitungan vektor prioritas atau vektor eigen, dengan rumus:

= = = = = n i n n j n n j i ij ij eVP

a

a

1 1 1

π

π

Dimana eVPi adalah elemen vektor prioritas ke i.

3. Perhitungan nilai Eigen Max, dengan rumus:

xVP a VA= ij dengan VA=(Vai) VP VA VB= dengan VB=(Vbi)

4. Perhitungan nilai konsistensi (CI), dengan rumus: 1 max − = n CI π λ

(16)

Nilai pengukuran konsistensi diperlukan untuk mengetahui kekonsistenan jawaban dari responden yang akan berpengaruh terhadap keabsahan hasil. 2. Pengolahan Vertikal

Pengolahan vertikal digunakan untuk menyusun prioritas pengaruh setiap elemen pada tingkat hirarki keputusan tertentu terhadap sasaran utama. Jika CVij didefinisikan sebagai nilai prioritas pengaruh elemen ke i pada tingkat ke j terhadap sasaran utama maka:

= − − = s t ij ij CH t i xVWt i CV 1 ) 1 ( ) 1 , ( Untuk : i = 1,2,3,…..p j = 1,2,3,…...r t = 1,2,3,…..s Keterangan : Chij (t,i-1) =

Nilai prioritas elemen ke j pada tingkat ke I terhadap elemen ke t pada tingkat diatasnya (i-1), yang diperoleh dari pengolahan horizontal.

VWt (i-1) = Nilai prioritas pengaruh elemen ke t pada tingkat ke (i-1) terhadap sasaran utama, yang diperoleh dari hasil pengolahan vertikal.

P = Jumlah tingkat hirarki keputusan.

R = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke i.

S = Jumlah elemen yang ada pada tingkat ke (i-1).

3. Revisi Pendapat

Revisi pendapat dapat dilakukan apabila nilai konsistensi ratio (CR) pendapat cukup tinggi (lebih dari 0,1) dengan mencari deviasi RMS (Rood Mean

Square) dari baris-baris (aij) dan perbandingan nilai bobot baris terhadap bobot

kolom (wi/wj) dan merevisi pendapat pada baris yang mempunyai nilai terbesar, yaitu:

= − = n j j i ij w w a 1 ) / ( max λ

Beberapa ahli berpendapat jumlah revisi terlalu besar sebaiknya dihilangkan responden tersebut. Jadi penggunaan revisi ini sangat terbatas mengingat akan terjadinya penyimpangan dari jawaban yang sebenarnya.

Gambar

Tabel 1 Uraian tujuan, aspek, teknis analisis, variabel, jenis dan sumber data
Tabel 3 Persebaran jenis responden menurut elemen, pemangku kepentingan dan  jabatan
Tabel 4 Indikator kesejahteraan masyarakat, keadaan tempat tinggal, kesehatan,  pendidikan, dan fasilitas transportasi nelayan sasaran Co-Fish Project
Tabel 5  Skala perbandingan/komparasi berpasangan (Saaty 1994)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Meskipun pembentukan ini sesungguhnya menjawab ajakan dari Organisasi serupa yang sudah terbentuk duluan di Jepang selaku induk karate , namun sesungguhnya tujuan

Skizogoni banyak terjadi pada organ dalam (hati, limpa, dan sumsum tulang) dan kelainan patologis pada organ tersebut sering ditandai dengan adanya pigmen malaria yang dideposit

Praktikum terhadap sampel hiu paus yang telah dilakukan menggunakan metode ekstraksi chelex dan dilanjutkan dengan kegiatan PCR (polymerasi Chain Reaction) dan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan di atas maka didapat simpulan tidak ada hubungan assosiatif antara gaya belajar dengan hasil

JMLH SAT 1 Penetapan rasio dosen dan mahasiswa sesuai standar ideal Terealisasi rasio dosen dibanding mahasiswa 1 : 20 1:20 Rasio 2 Meningkatnya penyerapan

16 Tahun 2005 tentang Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum Bahwa Pengembangan SPAM adalah kegiatan yang bertujuan membangun, memperluas dan/atau

Sistem berbasis SMS Gateway ini dapat melakukan respon otomatis terhadap pesan singkat (SMS) yang dikirimkan oleh siswa ataupun orangtua siswa dengan format tertentu sehingga

Berdasarkan pada hasil pengumpulan data yang telah dilakukan, hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a) bentuk-bentuk aktivitas di dalam kegiatan independent