• Tidak ada hasil yang ditemukan

MASDARWIS, Harmoni Pariwisata Cilacap*

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MASDARWIS, Harmoni Pariwisata Cilacap*"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MASDARWIS, Harmoni Pariwisata Cilacap*

Pariwisata telah dinyatakan menjadi industri di abad duapuluh satu ini. Hal tersebut diakui oleh 137 negara anggota World Tourism Organization (WTO), karena menyadari bahwa sektor pariwisata telah mampu memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto.

Peran yang semakin besar ini menuntut adanya peningkatan kualitas pariwisata yang berkelanjutan, agar mampu meningkatkan ksejahteraan masyarakat sekitarnya. Terlebih di era kesejagadan / globalisasi serta era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dewasa ini, pariwisata sebagai suatu kegiatan yang dihubungkan dengan waktu luang, waktu santai, olahraga, pengenalan kepada budaya dan alam sudah menjadi kebutuhan individual maupun kolektif. Karenanya, kegiatan pariwisata bukan lagi sekedar menyiapkan obyek wisata secara fisik semata, namun mutlak dipersiapkan pribadi masyarakat pariwisata yang memiliki kesadaran akan pentingnya saling toleransi dan memahami perbedaan adat-istiadat, seni dan budaya.

Bukan itu saja, disebutkan juga bahwa pariwisata harus memiliki kecenderungan untuk mempromosikan Hak zasi Manusia, termasuk di dalamnya berisi propaganda menjaga kelestarian lingkungan alam dalam perspektif pertumbuhan ekonomi yang sehat, berkelanjutan dan berkesinambungan serta tepat untuk memenuhi secara adil kebutuhan dan harapan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. (Global Code of Ethic for Tourism).

Menyadari arti penting, peran dan tujuan pariwisata seperti yang diatur dalam Kode etik Pariwisata Dunia, tentu bukanlah pembahasan urusan pilihan yang remeh-temeh. Meski bukan mengurusi kebutuhan dasar manusia dan urusan wajib pembangunan, namun sektor pariwisata yang maju dan berkembang di suatu daerah dengan kondisi masyarakat

(2)

MASDARWIS (Masyarakat Sadar Wisata), ternyata mampu memberikan kehidupan dan penhidupan dalam pemenuhan kebutuhan dasar, seperti pangan, sandang dan papan serta mampu meningkatkan penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD).

Masyarakat Pariwisata Cilacap

Ibarat dua sisi mata uang, sumberdaya alam dan sumberdaya manusia di Kebupaten Cilacap menjadi modal dasar pembangunan yang bukan hanya tak dapat dipisahkan, melainkan juga tak akan bernilai jika salah satu sisinya rusak, robek, kusam penuh coretan dan kotor. Betapa tidak, sebuah Karunia besar dari Sang Maha Pencipta, Cilacap memiliki keindahan alam sebagai obyek wisata yang fantastik, mulai dari Pulau Nusakambangan, Pantai Pasir, Putih Pantai Permisan, Pantai Teluk Penyu, Gunung Srandil, Pantai Singkil Indah, Air Panas Cipari, Curug Cigombong, Gua Bendung, Gua Masigitsela, Benteng Pendem, Gua Ratu dan Gua Putri, Gua Ronggeng, Gunung Selok, Segara Anakan, Seleko, Pelabuhan Tanjung Intan, Kampung Laut, Pantai Ranca Babakan, Pantai Jetis, Pantai Widarapayung sampai kepada Museum Soesilo Soedarman, Semua itu, bukan sekedar sederetan nama yang indah untuk ditulis di atas kertas atau diucapkan lewat kata-kata, apalagi hanyalah menjadi ingatan di dalam benak, melainkan untaian mutu manikam yang tak ternilai harganya untuk digali, dipoles dan dikelola oleh tangan-tangan kreatif dan inovatif atas nama Sumberdaya manusia yang berkualitas.

Mesti harus jujur diakui, bahwa untaian mutu manikam di Kabupaten Cilacap itu. kini memang masih banyak yang berlumuran lumpur, terselimuti kabut dan terhalang tirai kelabu, sehingga belum sepenuhnya dapat dirasakan multiflier effect atau pengaruh gandanya bagi kehidupan masyarakat sekitar dan bagi pembangunan daerah. Selain menyangkut soal hukum berkaitan dengan status kepemilikan / penguasaan lahan, regulasi kebijakan, sarana-prasarana teknis sampai

(3)

kepada soal ekonomi/investasi dan sosial, namun juga persoalan attitude (sikap) dan culture value ( nilai budaya) MASDARWIS yang relatif masih rendah. Hal tersebut bukan tanpa sebab apalagi alasan, mengingat masyarakat lebih mengikuti nalurinya untuk urusan perut ketimbang turut memikirkan pengembangan sektor pariwisata dengan menjaga dan memelihara obyek wisata sebagai destinasi daerah yang semakin menjanjikan di masa depan sebagai sumber penghasilan masyarakat dan PAD Kabupaten Cilacap.

Pariwisata Cilacap dalam Harmoni Membangunan Masyarakat

Ibarat memainkan sebuah “Orkestra”, perpaduan indah yang enak untuk didengar oleh para penikmat musik tentu tidak dapat “Bimsalabim” layaknya tokoh negeri dongeng yang dengan satu kali hentakan tongkat ajaibnya mampu tercipta apapun yang diinginkan. Karena kita memang hidup di alam nyata, hidup di bumi Wijaya Kusuma dengan beragam potensi alam, sejarah, adat-istadat, seni dan budaya serta kearifan lokal masyarakatnya. Semua itu dapat menjadi unsur HARMONI (keselarasan, keserasian, kesesuaian dan kecocokan) yang teramat mahal bagi pengembangan pariwisata di Kabupaten Cilacap. Jika tidak dikelola sebagai destinasi wisata daerah secara proporsional karena memenuhi aspek keseimbangan dan profesional karena memiliki kreativitas dan inovasi atas bidang yang digelutinya serta selalu berfikir positif dengan menjunjung tinggi etika dan integritas profesi, niscaya Cilacap menjadi daerah otonom yang merugi.

Membangun dan mengembangan dunia pariwisata di Kabupaten Cilacap sudah barang tentu secara eksklusif bukan semata menjadi tanggung jawab pemerintah daerah, baik eksekutif maupun legislatif. Kemauan Baik dan Kemauan Politik (Good Will and Politic Will) pemerintah daerah untuk mengembangkan sektor pariwisata daerah tidaklah cukup, karena pradigma baru pembangunan di era reformasi birokrasi sekarang ini, pemerintah tidak lagi disebut-sebut sebagai agen

(4)

pembangunan (Agent of Development) apalagi agen perubahan (Agent of Change), tanpa adanya keteribatan peran swasta dan masyarakat. (UNDP tahun 1997)

Selain membangun sarana-prasarana fisik yang monumental, pemeritahan yang baik (Good Governance) juga dipandang perlu untuk memperhatikan aspek intangible (hal-hal yang tidak dapat diraba / dinyatakan secara jelas) yang merupakan 75 % kunci sukses percepatan pembangunan, meliputi : Minset (platform dan pola berpikir), strategic breakthrough (kemampuan inovasi), strategic alignment (penyelarasan strategi) dan managing Beliefs and Values (mengelola kepercayaan dan nilai).

Di sinilah yang barangkali menjadi pembeda, tatkala harmoni itu masih menjadi tantangan yang belum sepenuhnya tercipta di Kabupaten Cilacap. Pemerintah daerah secara umum dan khususnya dinas/nstansi terkait dengan pembangunan sektor pariwisata masih terkesan disibukan dengan urusan kualitas organisasi, efisiensi anggaran, penggunaan sumberdaya, kualitas evaluasi program dan pemantauan kinerja. serta urusan kualitas pelaporan yang seakan tak pernah rampung dan menempatkan sebagai kabupaten yang masih menyandang penilaian Wajar Dengan Pengecualian (EDP).

Potret pucatdunia pariwisata di Kabupaten Cilacap yang tak secerah wajah pariwisata kabupaten tetangga seperti Banyumas, Banjanegara dan Purbalinga akibat pengaruh perubahan lingkungan internal dan eksternal yang seakan berpacu dan tak dapat terhentikan ini, terus mendera ekosistem dan ekoturism yang semakin menurun daya dukung lingkungannya. Sebagai contoh pantai Teluk Penyu yang terkesan kotor dam kumuh, meski telah dibangun sarana fisik bekerjasama program CSR pertamina, Bank Jateng maupun Holcim. Regulasi kebijakan wisata bahari Nusakambangan yang tak pernah tuntas, sementara panjarahan terhadap ekosistem tanpa sadar terus berlanjut, serta persoalan degradasi lingkungan lainnya yang terjadi di obyek wisata di kabupaten Cilacap.

(5)

Tantangan dan mungkin saja hambatan akibat pengaruh perubahan lingkungan internal dan eksternal tersebut, bukan mustahil dapat dialihkan sebagai kekuatan dan peluang. Asalkan pemerintah bersama swasta dan masyarakat mampu memainkan harmoni dalam menhyusun rencana tindak (action plant), melaksanakan dan mengevaluasi pembangunan pariwisata yang mampu memadukan setiap kekuatan dan peluang serta tantangan dan hambatan menjadi satu kesatuan terintegrasi. Pemerintah, Swasta dan Masyarakat sudah semestinya sama-sama menanamkan kesadaran bahwa pariwisata sudah menjadi kebutuhan yang harus dipersiapkan bagi pemenuhan hak dasar kehidupan manusia, tidak hanya bagi pendatang, pelancong atau turis, melainkan sebagai sumber pendapatan bagi penduduk lokal dan peningkatan mikro ekonomi maupun makro ekonomi pembangunan daerah Kabupaten Cilacap.

Daftar Pustaka :

 Global Code of Ethic for Tourism

 Hax.AC, Majluf. N.S 1994 Strategic management : An Integrative Perspective.

 UNDP Tahun 2007

(6)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara kejadian DRPs dengan kualitas hidup pasien hemodialisis rutin lanjut usia di RSUP Dr..

pelatihan, pengalaman kerja, motivasi kerja dengan variabel Akunatbilitas dan Locus of control. Berdasarkan pemaparan latar belakang yang sudah dikemukakan

baik bagi politisi maupun partai politik, untuk mendapatkan tambahan suara pada pemilih an berikutnya. Kedua , ada kepentingan ekonomi personal dari proses pemekaran, terutama jika

(including all fees and points paid or received that.. poin yang dibayarkan atau diterima yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya

akan mimpinya dan disergap tanpa ampun dengan perasaan pesimis yang merusak. Karena sikap pemsimisnya ini dia jadi malas sekolah, tidak masuk kelas. Yang ada

“Kesegaran Jasmani, adalah : Kemampuan tubuh seseorang sebagai manusia dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari, walaupun dengan mendapat kerja fisik yang berat, dalam waktu

Prosedur Sistem adalah prosedur mandatory ISO 9001:2008, yaitu dokumen yang memuat urutan kegiatan atau mekanisme tatalaksana serta tanggung jawab koordinasi

Oleh karena itu peta rawan tsunami terus dikembangkan, untuk memberikan informasi mengenai tinggi rayapan tsunami di seluruh kepulauan IndonesiaI. Peta rawan tsunami