• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Asma adalah penyakit yang menghambat saluran udara pada paru paru dan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA. Asma adalah penyakit yang menghambat saluran udara pada paru paru dan"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teoritis

2.1.1 Definisi Asma Bronkial

Asma adalah penyakit yang menghambat saluran udara pada paru – paru dan juga menimbulkan peradangan pada saluran udara. Kombinasi penyumbatan dan peradangan saluran udara ini akan menimbulkan batuk, napas berbunyi, penyempitan dada, dan sesak napas yang merupakan penanda asma dan jika tidak diobati, bisa mengarah kerusaknya saluran udara secara permanen. Penelitian telah menunjukkan bahwa peradangan saluran udara adalah hal yang menyebabkan kerusakan saluran udara secara permanen serta membuat gejala – gejala asma memburuk dan lebih sulit ditangani (Rachelefsky, 2008).

Asma adalah keadaan saluran napas yang mengalami penyempitan karena hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan; penyempitan ini bersifat sementara. Pada penderita asma, penyempitan saluran pernapasan merupakan respon terhadap rangsangan yang pada paru – paru normal tidak akan mempengaruhi saluran pernapasan. Penyempitan ini dapat dipicu oleh berbagai rangsangan, seperti serbuk sari, debu, bulu binatang, asap, udara dingin dan olahraga(S. Hariyadi, 2001).

Menurut GINA (Global Initiative For Asthma) 2006, asma didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan banyak sel yang berperan, inflamasi kronik ini menyebabkan episode mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, terutama pada malam atau dini hari. Gejala ini bisaanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun

(2)

bervariasi, bisaanya bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan (Juwita, 2012).

Kata “asthma” berasal dari bahasa Yunani yang berarti sukar bernapas. Meskipun asma telah diperkenalkan oleh Hippocrates lebih dari 2000 tahun yang lalu, tetapi sampai sekarang penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan. Bukan saja dari banyaknya kasus – kasus asma di masyarakat yang tidak terdiagnosis, yang sudah terdiagnosis pun belum tentu mendapat pengobatan secara baik (Sundaru, 2002).

Asma adalah penyakit yang masih menjadi masalah kesehatan mayarakat di hampir semua negara di dunia, diderita oleh anak – anak sampai dewasa dengan derajat penyakit yang ringan sampai berat, bahkan dapat mematikan. Lebih dari seratus juta penduduk di seluruh dunia menderita asma. Asma merupakan gangguan saluran nafas yang sangat kompleks, tidak memiliki sifat yang khas, baik gambaran klinis, faktor pencetus proses perjalanan penyakit, maupun pola mekanisme terjadinya sangat bervariasi. Meskipun begitu, asma memiliki ciri klasik berupa mengi (wheezing), bronkokontriksi, terjadi sembab mukosa dan hipersekresi (Purnomo,2008).

Frekuensi dan beratnya serangan asma bervariasi. Beberapa penderita lebih sering terbebas dari gejala dan hanya mengalami serangan serangan sesak napas yang singkat dan ringan, yang terjadi sewaktu – waktu. Penderita lainnya hampir selalu mengalami batuk dan mengi (bengek) serta mengalami serangan hebat setelah menderita suatu infeksi virus, olah raga atau setelah terpapar oleh alergen maupun iritan. Menangis atau tertawa keras juga bisa menyebabkan timbulnya

(3)

gejala dan juga sering batuk berkepanjangan terutama di waktu malam hari atau cuaca dingin (Juwita, 2012).

Suatu serangan asma dapat terjadi secara tiba – tiba ditandai dengan napas yang berbunyi (mengi, bengek), batuk dan sesak napas. Bunyi mengi terutama terdengar ketika penderita menghembuskan napasnya. Di lain waktu, suatu serangan asma terjadi secara perlahan dengan gejala yang secara bertahap semakin memburuk. Pada kedua keadaan tersebut, yang pertama kali dirasakan oleh seorang penderita asma adalah sesak napas, batuk atau rasa sesak di dada. Serangan bisa berlangsung dalam beberapa menit atau bisa berlangsung sampai beberapa jam, bahkan selama beberapa hari.

Pada serangan yang sangat berat, penderita menjadi sulit untuk berbicara karena sesaknya sangat hebat. Kebingungan, letargi (keadaan kesadaran yang menurun, dimana penderita seperti tidur lelap, tetapi dapat dibangunkan sebentar kemudian segera tertidur kembali) dan sianosis (kulit tampak kebiruan) merupakan pertanda bahwa persediaan oksigen penderita sangat terbatas dan perlu segera dilakukan pengobatan. Meskipun telah mengalami serangan yang berat, bisaanya penderita akan sembuh sempurnah (Juwita, 2012).

Masalah lingkungan fisik adalah semakin besarnya polusi yang terjadi lingkungan indoor dan outdoor, serta perbedaan cara hidup yang kemungkinan ditunjang dari sosio – ekonomi individu. Karena lingkungan dalam rumah mampu memberikan kontribusi besar terhadap faktor pencetus serangan asma, maka perlu adanya perhatian khusus pada beberapa bagian dalam rumah. Perhatian tersebut ditujukan pada keberadaan alergen dan polusi udara yang dapat dipengaruhi oleh

(4)

faktor kondisi lingkungan rumah dan perilaku keluarga. Komponen kondisi lingkungan rumah yang dapat mempengaruhi serangan asma seperti keberadaan debu, bahan dan desain dari fasilitas perabotan rumah tangga yang digunakan (karpet, kasur, bantal), memelihara binatang yang berbulu (seperti anjing, kucing, burung), dan adanya keluarga yang merokok dalam rumah. Disamping itu agent dan host memiliki andil seperti: makanan yang disajikan, riwayat keluarga, perubahan cuaca, jenis kelamin.

Asma bronkial dapat timbul pada setiap usia, pada setiap lapisan masyarakat baik masyarakat dengan status sosial ekonomi rendah maupun masyarakat dengan status ekonomi sosial cukup baik. Asma terdapat di semua negara. Angka kesakitannya pun berbeda – beda, tergantung dari parameter yang digunakan oleh peneliti di setiap sentrum kesehatan. Dapat dikatakan bahwa 4 sampai 20 di antara 1000 penduduk di dunia menderita penyakit asma (Daniel, 2008).

Istilah asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah – engah” dan berarti serangan nafas pendek. Asma sebagai kumpulan tanda dan gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam hari / dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga, sedangkan sebab – sebab lain sudah disingkirkan (Vita, 2005).

Batasan asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas

(5)

dengan banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari). Gejala ini bisaanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi, yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap berbagai rangsangan (Purnomo, 2008).

Asma (asthma / mengi / bengek). Secara umum penyakit asma dibedakan dua macam, yaitu :

1. Asma jantung (asthma cardiale), adalah asma (sesak nafas) yang penyebabnya berpangkal akibat terganggunya jantung, misalnya pada penderita dekompensasi jantung (payah jantung). Kadang kala serangannya mirip dengan penyakit asma.

2. Asma cabang tenggorok (asthma brochiale), adalah asma yang ditimbulkan gangguan pada cabang tenggorokan (bronchi), disebut dengan asma saja. Penyakit asma bisaanya menyerang secara berkala. Terjadi pada waktu tertentu sepanjang tahun. Pada penderita penyakit asma. Otot – otot lingkar pada cabang tenggorokan (bronchi) berkertut dengan selaput lendir membengkak. Sehingga aktifitas pernafasan menjadi sangat sulit. Dan penderita nampak kesulitan bernafas. Bahkan dalam serangan yang hebat, penderita mengalami kesulitan bernafas karena bagian dari pipa – pipa udara dalam dada tersumbat oleh lendir (dahak) yang kental. Penderita memang lebih mudah menghirup udara daripada menghembuskan nafas. Hal ini menyebabkan jalannya pernapasan

(6)

menjadi sukar dan mengeluarkan bunyi yang nyaring. Akibat gelembung – gelembung udara paru – paru meluas dan beberapa dari dindingnya mungkin pecah. Ketika berlangsung serangan yang hebat bisa terjadi pendarahan dalam gelembung – gelembung udara pada paru – paru.

Asma berkembang berangsur – angsur selama serangan radang cabang tenggorokan (bronchitis) atau muncul dengan tiba – tiba pada saat penderita yang bersangkutan terkena rangsangan zat dimana penderita alergi (terlalu peka) terhadap zat tertentu.

Sering kali serangan asma timbul mendadak. Penderita awalnya mengalami rasa menyeskan di dada. Rasa sesak ini akan reda atau mungkin akan timbul kembali dalam satu atau dua jam kemudian, bahkan mungkin berlangsung terus – menerus selama berjam – jam bahkan berhari – hari. Yang pada akhirnya penderita tiba – tiba mengeluarkan lendir kental dari saluran udara terbuka.

2.1.2 Patofisiologi Asma

Bronkus tersusun atas percabangan, yaitu bronkus kanan dan kiri. Letak bronkus kanan dan kiri agak berbeda. Bronkus kanan lebih vertikal daripada kiri. Karena strukturnya ini, sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing. Itulah sebabnya paru – paru kanan seseorang lebih mudah terserang penyakit bronkhitis.

Pada seseorang yang menderita asma bagian otot – otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas. Sedangkan pada penderita bronkitis,

(7)

bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir. Bronkus kemudian bercabang lagi sebanyak 20 – 25 kali percabangan membentuk bronkiolus. Pada ujung bronkiolus inilah tersusun alveolus yang berbentuk seperti buah anggur.

Baik orang normal maupun penderita asma, bernapas dengan udara yang kualitas dan komposisinya sama. Udara pada umumnya mengandung 3 juta partikel/mm kubik. Partikel – partikel itu dapat terdiri dari debu, kutu debu (tungau), bulu – bulu binatang, bakteri, jamur, virus, dll.

Oleh karena adanya rangsangan dari partikel – partikel tersebut secara terus menerus, maka timbul mekanisme rambut getar dari saluran napas yang bergetar hingga partikel tersebut terdorong keluar sampai ke arah kerongkongan yang seterusnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui reflek batuk.

Pada penderita asma bronkial karena saluran napasnya sangat peka (hipersensitif) terhadap adanya partikel udara ini, sebelum sempat partikel tersebut dikeluarkan dari tubuh, maka jalan napas (bronkus) memberi reaksi yang sangat berlebihan (hiperreaktif), maka terjadilah keadaan dimana:

a) Otot polos yang menghubungkan cincin tulang rawan akan berkontraksi/memendek/mengkerut;

b) Produksi kelenjar lendir yang berlebihan;

c) Bila ada infeksi, misal batuk pilek (biasanya selalu demikian) akan terjadi reaksi sembab/pembengkakan dalam saluran napas.

Hasil akhir dari semua itu adalah penyempitan rongga saluran napas. Akibatnya menjadi sesak napas, batuk keras bila paru mulai berusaha untuk membersihkan diri, keluar dahak yang kental bersama batuk, terdengar suara

(8)

napas yang berbunyi yang timbul apabila udara dipaksakan melalui saluran napas yang sempit. Suara napas tersebut dapat sampai terdengar keras terutama saat mengeluarkan napas.

Serangan asma bronkial ini dapat berlangsung dari beberapa jam sampai berhari-hari dengan gejala klinik yang bervariasi dari yang ringan (merasa berat di dada, batuk-batuk) dan masih dapat bekerja ringan yang akhirnya dapat hilang sendiri tanpa diobati.

Gejala yang berat dapat berupa napas sangat sesak, otot – otot daerah dada berkontraksi sehingga sela – sela iganya menjadi cekung, berkeringat banyak seperti orang yang bekerja keras, kesulitan berbicara karena tenaga hanya untuk berusaha bernapas, posisi duduk lebih melegakan napas daripada tidur meskipun dengan bantal yang tinggi, bila hal ini berlangsung lama maka akan timbul komplikasi yang serius.

Yang paling ditakutkan adalah bila proses pertukaran gas O2 dan CO2 pada alveolus terganggu suplainya untuk organ tubuh yang vital (tertutama otak) yang sangat sensitif untuk hal ini, akibatnya adalah: muka menjadi pucat, telapak tangan dan kaki menjadi dingin, bibir dan jari kuku kebiruan, gelisah dan kesadaran menurun (H. Mangunnegoro, 2004).

2.1.3 Faktor – Faktor Penyebab Asma

Banyak penyebab yang dapat merupakan faktor pencetus serangan asma. Faktor – faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

(9)

1. Faktor Atopi (Alergi/Ekstrinsik)

Serangan asma disebabkan karena adanya interaksi antara antigen dengan antibodi yang spesifik. Adanya interaksi antara antigen dengan antibodi ini dapat dibuktikan dari tanya jawab (anamnesis), tes kulit, dan pemerikasaan labolatorik.

Penderita asma yang disebabkan oleh alergi (tak tahan) terhadap makanan tertentu, seperti : udang, telur, susu, keju, lemak binatang, dan alergi terhadap aroma seperti ; debu, bau hewan, wangi – wangian zat kimia, bulu binatang, asap, serbuk bunga yang berhamburan di udara, dan lain sebagainya. Barangkali disebabkan oleh infeksi atau oleh karena pengaruh kejiwaan, seperti phobia (rasa takut yang berlebihan) bila berada di ruangan yang sempit, dan lain – lain.

2. Faktor Nonatopi (Nonalergi)

Faktor nonalergi penyebab asma dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Zat – zat kimia nonalergi yang bersifat sebagai iritan. Termasuk diantaranya adalah ozon, nitrogen, eter, sulfur oksida, karbon dioksida, silikat, dan polutan udara lainnya.

b. Faktor lingkungan fisik seperti perubahan iklim atau cuaca, suhu lingkungan yang dingin, suhu panas, bau – bauan yang merangsang, udara yang lembab, kabut, dan lain – lain.

c. Infeksi, terutama infeksi saluran pernafasan yang disebabkan oleh virus influensa, dapat mencetus serangan asma bronkial. Selain infeksi pada saluran napas, infeksi pada sinus, tonsil atau polip hidung, juga dapat mencetuskan asma.

(10)

d. Aktivitas fisik, dikenal dengan sebutan Exercise – Induced – Asthma. Kelelahan karena aktifitas fisik ini sering terjadi pada anak – anak dan orang dewasa, terutama pada saat suhu rendah dengan kelembaban udara yang kurang.

e. Obat – obatan dan bahan kimia telah terbukti dapat mencetuskan serangan asma. Yang sering dijumpai adalah penggunaan aspirin dan zat warna Tartrazin.

f. Ketegangan mental emosional banyak disebut – sebut oleh beberapa ahli sebagai faktor pencetus serangan asma. Faktor – faktor emosional seperti ujian, menonton film, kunjungan ke rumah sakit, menghadiri pesta, tertawa terlalu bersemangat, siksaan atau caci maki dari orang tua atau guru sering kali mencetuskan serangan asma. Disamping itu, ketegangan emosional dapat pula timbul sebagai akibat ketidakharmonisan rumah tangga seperti rumah tangga yang berantakan, yatim atau piatu, hubungan antar orang tua yang tidak bahagia, hubungan orang tua dengan anak yang tidak bahagia, dan keluarga dengan banyak anak (Daniel, 1988).

Secara umum faktor risiko asma dibagi kedalam dua kelompok besar, faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya atau berkembangnya asma dan faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya eksaserbasi atau serangan asma yang disebut trigger faktor atau faktor pencetus. Adapun faktor risiko pencetus asma bronkial yaitu:

1. Asap Rokok 2. Debu Rumah

(11)

3. Binatang Peliharaan 4. Makanan

5. Umur

6. Riwayat keturunan (Genetik) 2.1.3.1 Asap Rokok

Pembakaran tembakau sebagai sumber zat iritan dalam rumah yang menghasilkan campuran gas yang komplek dan partikel-partikel berbahaya. Lebih dari 4500 jenis kontaminan telah dideteksi dalam tembakau, diantaranya hidrokarbon polisiklik, karbon monoksida, karbon dioksida, nitrit oksida, nikotin, dan akrolein.

2.1.3.1.1 Perokok Pasif

Perokok pasif secara bermakna adalah orang yang terpapar asap rokok. Sisi aliran asap yang terbakar lebih panas dan lebih toksik dari pada asap yang dihirup perokok, terutama dalam mengiritasi mukosa jalan nafas. Paparan asap tembakau pasif berakibat lebih berbahaya gejala penyakit saluran nafas bawah (batuk, lendir dan mengi) dan naiknya risiko asma dan serangan asma.

2.1.3.1.2 Perokok aktif

Merokok dapat menaikkan risiko berkembangnya asma karena pekerjaan pada pekerja yang terpapar dengan beberapa sensitisasi di tempat bekerja. Namun hanya sedikit bukti – bukti bahwa merokok aktif merupakan faktor risiko berkembangnya asma secara umum.

(12)

2.1.3.2 Debu

Asma bronkial disebabkan oleh masuknya suatu alergen misalnya debu rumah yang masuk ke dalam saluran nafas seseorang sehingga merangsang terjadinya reaksi hipersentitivitas tipe I. debu rumah ukurannya 0,1 - 0,3 mm dan lebar 0,2 mm, terdapat di tempat-tempat atau benda – benda yang banyak mengandung debu. Misalnya debu yang berasal dari karpet dan jok kursi, terutama yang berbulu tebal dan lama tidak dibersihkan, juga dari tumpukan koran – koran, buku – buku, pakaian lama (Purnomo, 2008).

Partikel debu yang dapat dihirup berukuran 0,1 sampai kurang dari 10 mikron. Debu yang berukuran antara 5 – 10 mikron bila terhisap akan tertahan dan tertimbun pada saluran napas bagian atas; yang berukuran antara 3 – 5 mikron tertahan dan tertimbun pada saluran napas tengah. Partikel debu dengan ukuran 1 – 3 mikron disebut debu respirabel merupakan yang paling berbahaya karena tertahan dan tertimbun mulai dari bronkiolus terminalis sampai alveoli. Debu yang ukurannya kurang dari 1 mikron tidak mudah mengendap di alveoli, debu yang ukurannya antara 0,1 – 0,5 mikron berdifusi dengan gerak Brown keluar masuk alveoli; bila membentur alveoli, debu dapat tertimbun disitu. Dalam Kasus Pencemaran udara baik dalam maupun di ruang gedung (Indoor and Out Door ollution) debu sering dijadikan salah satu indikator pencemaran yang digunakan untuk menunjukan tingkat bahaya baik terhadap lingkungan maupun terhadap kesehatan dan keselamatan kerja (Qomariatus,2008).

Partikel debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang – layang di udara kemudian masuk ke dalam tubuh manusia

(13)

melalui pernafasan. Selain dapat membahayakan terhadap kesehatan juga dapat mengganggu daya tembus pandang mata dan dapat mengadakan berbagai reaksi kimia sehingga komposisi debu di udara menjadi partikel yang sangat rumit karena merupakan campuran dari berbagai bahan dengan ukuran dan Berbagai faktor berpengaruh dalam timbulnya penyakit atau gangguan pada saluran napas akibat debu. Faktor itu antara lain adalah faktor debu yang meliputi ukuran partikel, bentuk, konsentrasi, daya larut dan sifat kimiawi, serta lama paparan. Faktor individual meliputi mekanisme pertahanan paru, anatomi dan fisiologi saluran napas dan faktor imunologis (Qomariatus,2008).

2.1.3.2.1 Sifat - Sifat Debu

Dari sifatnya debu dikategorikan pada:

a. Sifat pengendapan, yaitu debu yang cenderung selalu mengendap karena gaya grafitasi bumi.

b. Sifat permukaan basah, sifatnya selalu basah dilapisi oleh lapisan air yang sangat tipis.

c. Sifat penggumpalan, karena sifat selalu basah maka debu satu dengan yang lainnya cenderung menempel membentuk gumpalan. Tingkat kelembaban di atas titik saturasi dan adanya turbelensi di udara mempermudah debu membentuk gumpalan.

d. Debu listrik statik, debu mempunyai sifat listrik statis yang dapat menarik partikel lain yang berlawanan dengan demikian partikel dalam larutan debu mempercepat terjadinya penggumpalan.

(14)

e. Sifat opsis, partikel yang basah/lembab lainnya dapat memancarkan sinar yang dapat terlihat dalam kamar gelap.

Dari macamnya debu juga dapat dikelompokan kedalam Debu Organik (debu kapas, debu daun – daunan, tembakau dan sebagainya), Debu Mineral (merupakan senyawa komplek : SiO2, SiO3, arang batu dll) dan Debu Metal (Debu yang mengandung unsur logam: Pb, Hg, Cd, Arsen, dll).

Dari segi karakter zatnya debu terdiri atas Debu Fisik (Debu tanah, batu, mineral, fiber) Kimia (Mineral organik dan inorganik) Biologis (Virus, bakteri, kista) dan debu radio aktif.

Ditempat kerja jenis jenis debu ini dapat ditemui di kegiatan pertanian, pengusaha keramik, batu kapur, batu bata, pengusaha kasur, pasar tradisional, pedagang pinggir jalana dan lain – lain.

2.1.3.2.2 Ambang Batas Debu

Ukuran debu sangat berpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada saluran pernafasan.Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai target organ sebagai berikut:

o 5-10 mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian atas o 3-5 Mikron akan tertahan oleh saluran pernafasan bagian tengah o 1-3 mikron sampai dipermukaan alveoli

o 0,5-0,1 mikron hinggap dipermukaan alveoli/selaput lendir sehingga menyebabkan vibrosis paru

(15)

Menurut WHO 1996 ukuran debu partikel yang membahayakn adalah berukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisaratkan bahwa ukuran debu yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron (Wiwiek, 2002).

2.1.3.3 Binatang Peliharaan

Binatang peliharaan yang berbulu seperti anjing, kucing, hamster, burung dapat menjadi sumber alergen inhalan. Sumber penyebab asma adalah alergen protein yang ditemukan pada bulu binatang di bagian muka dan ekskresi. Alergen tersebut memiliki ukuran yang sangat kecil (sekitar 3 – 4 mikron) dan dapat terbang di udara sehingga menyebabkan serangan asma, terutama dari burung dan hewan menyusui.

Untuk menghindari alergen asma dari binatang peliharaan, tindakan yang dapat dilakukan adalah:

1. Buatkan rumah untuk binatang peliharaan di halaman rumah, jangan biarkan binatang tersebut masuk dalam rumah,

2. Jangan biarkan binatang tersebut berada dalam rumah,

3. Mandikan anjing dan kucing setiap minggunya (Purnomo, 2008). 2.1.3.4 Makanan

Beberapa makanan penyebab alergi makanan seperti susu sapi, ikan laut, kacang, berbagai buah-buahan seperti tomat, strawberry, mangga, durian berperan menjadi penyebab asma. Makanan produk industry dengan pewarna buatan (misal: tartazine), pengawet (metabisulfit), vetsin (monosodum glutamate – MSG) juga bisa memicu asma. Penderita asma berisiko mengalami reaksi anafilaksis akibat alergi makanan fatal yang dapat mengancam jiwa. Makanan yang terutama

(16)

sering mengakibatkan reaksi yang fatal tersebut adalah kacang, ikan laut dan telur. Alergi makanan seringkali tidak terdiagnosis sebagai salah satu pencetus asma.

Meskipun hubungan antara sensitivitas terhadap makanan tertentu dan perkembangan asma masih diperdebatkan, tetapi bayi yang sensitif terhadap makanan tertentu akan mudah menderita asma kemudian, anak – anak yang menderita enteropathy atau colitis karena alergi makanan tertentu akan cenderung menderita asma. Alergi makanan lebih kuat hubungannya dengan penyakit alergi secara umum dibanding asma.

Makan – makanan tertentu dari laut, kacang-kacangan, susu, telur, buah – buahan, makanan yang mengandung zat pewarna buatan (tartazine), vetsin (monosodium – glutamat), pengawet (metabisulfit) berisiko pencetus asma bronkial (Purnomo, 2008).

2.1.3.5 Riwayat Keturunan

Asma adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan. Seorang yang menderita asma mewarisi gen penyakit itu dari salah satu atau kedua orang tua, sehingga menyebabkan lama – kelamaan menderita penyakit itu. Gen tersebut sering kali diturunkan dari orang tua atau kakek – nenek yang menderita asma, alergi, atau keduanya. Baik orangtua atau kakek – nenek, atau Anda semua, bisa menderita asma atau memiliki riwayat alergi. Mewariskan gen asma, seperti sudah diduga, akan meningkatkan risiko anak Anda untuk menderita penyakit tersebut.

a. Jika salah satu orang tua (terutama ibu) menderita asma, risiko anak Anda untuk menderita asma akan meningkat 40%.

(17)

b. Jika kedua orang tua menderita asma, risikonya akan menanjak 60%.

Namun, peneliti percaya bahwa mewarisi gen asma hanya merupakan salah satu faktor. Genetik membuat seorang anak lebih rentan. Akan tetapi, faktor – faktor kritis lainnya bisa meningkatkan risikonya (Rachelefsky, 2006).

Dari sekian banyak penyebab serangan asma, sulit sekali untuk mngetahui seberapa banyak peranan masing – masing faktor pada seorang penderita asma, dan untuk saat – saat tertentu dari penderita tertentu. Pada umumnya serangan asma dicetuskan oleh beberapa faktor sekaligus. Kenyataan ini tidak jarang menimbulkan kesulitan yang cukup besar dalam upaya tindakan pencegahan asma. Faktor – faktor pencetus tersebut harus dicari pada seorang penderita asma jika menginginkan hasil pengobatan yang optimal. (Daniel, 1988)

2.1.4 Klasifikasi Berdasarkan Berat Penyakit Klasifikasi asma yaitu:

1. Asma ekstrinsik

Asma ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang yang sehat.

2. Asma intrinsik

Asma intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kondisi lingkungan yang buruk seperti kelembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang berlebihan.

(18)

2.1.5 Gejala – Gejala Penyakit Asma Bronkial a. Sesak nafas (Shortness Of Breath)

b. Pada bagian tekak rasanya tertekan (sesak dada). c. Ruang dada agak menggembung.

d. Bersin – bersin

e. Perubahan suasanan hati (moodiness) f. Gatal pada tenggorokan

g. Sering merasa capek

h. Lingkaran hitam dibawah mata i. Susah tidur

j. Turunnya toleransi tubuh terhadap kegiatan berolah raga atau beraktivitas lainnya

k. Air ludah hanya sedikit demi sedikit keluarnya dan agak pekat.

l. Badan terasa lemah dan kadang wajah menjadi agak kebiruan (Slamet, 2008). 2.1.6 Perawatan yang Perlu Dilakuan

a. Usahakan penderita menempati kamar bersirkulasi udara yang sehat.

b. Diusahakan penderita dihindarkan dari segala yang menjadi penyebab penyakitnya.

c. Usahakan supaya penderita menghindari minuman mengandung alkohol dan zat samak seperti; kopi, teh, coklat. Serta makanan dan gorengan yang berlemak, juga yang banyak mengandung gula dan tepung.

d. Usahakan supaya penderita melatih pernafasan semampunya, minimal tiap pagi dan sore.

(19)

e. Usahakan agar penderita dapat berjemur diri pada pagi hari dan mandi air hangat setiap hari.

f. Berikan air minum yang hangat bila penderita kehausan.

g. Bila cuaca dingin, kenakan baju tebal dan hangat. Bila perlu kompres dengan botol berisi air panas, terutama pada bagian dada dan punggung.

h. Penderita supaya menghindari tekanan emosi dan perasaan lelah yang tidak perlu, serta supaya tetap tenang dan jangan berlebihan mengungkapkan perasaannya. Karena hal ini hanya akan menambah kesukaran penderita untuk bernafas.

i. Penderita supaya mengindari rokok.

j. Pada waktu terjadi serangan yang lama, proses penghirupan uap air bisaanya akan menolong meringankan penderitaan (Slamet, 2008).

2.2 Kerangka Berpikir 2.2.1 Kerangka Teori

Orang yang mengidap asma mengalami kesulitan bernapas, sesak dan napas yang berbunyi. Asma adalah penyakit sistem pernapasan dimana saluran pernapasan hiperreaktif dan hiperresponsi. Terlalu aktif karena meningkatnya sensitivitas saluran napas yang meradang ketika terkena beberapa zat yang ”mengganggu” seperti udara dingin, asap rokok, serbuk sari bunga dan lain-lain. Hiperresponsif artinya saluran pernapasan akan bereaksi berlebihan terhadap beberapa pemicu iritasi dengan akibat penyempitan saluran pernapasan dan lendir berlebihan dan lengket yang diproduksi oleh kelenjar pernapasan.

(20)

Proses terjadinya suatu penyakit disebabkan karena adanya ketidak seimbangan dalam interaksi komponen pejamu, agent, dan lingkungan. Masing – masing komponen mempunyai karakteristik yang berbeda – beda. Penjamu mempunyai karakteristik seperti umur, jenis kelamin, pekerjaan, genetik status perkawinan, latar belakang keluarga, riwayat penyakit dan kekebalan. Agent mempunyai karakteristik biologi (parasit, bakteri, virus), kimia (racun, alkohol, asap) dan fisik (trauma, radiasi) (I. Hadibroto, 2005).

Faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian serangan asma juga memakai konsep segitiga epidemiologi. Dimana kejadian serangan asma tidak terlepas dari faktor penjamu, agent dan lingkungan, faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian serangan asma dapat digambarkan dengan kerangka teori dibawah ini. Kerangka teori kejadian asma bronkial dilihat pada gambar. 2.1 berikut ini :

(21)

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kejadian Asma Bronkial

Pada penelitian ini semua faktor – faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian asma bronkial akan diteliti, baik yang diakibatkan oleh faktor lingkungan, agent, dan pejamu.

Variabel yang akan diteliti adalah faktor lingkungan seperti debu, asap rokok, faktor agent meliputi binatang peliharaan (kucing, anjing, burung), makanan, faktor manusia meliputi riwayat keturunan penderita asma dan umur.

Lingkungan Agent Asap Rokok Makanan Binatang Peliharaan Pejamu Umur Kejadian Asma Bronkial Debu Riwayat Keluarga

(22)

2.2.2 Kerangka Konsep

Kerangka konsep pada penelitian ini dapat digambarkan seperti dibawah ini:

Keterangan :

Variabel Independen Variabel Dependen Variabel yang diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor Risiko Penyebab Asma Bronkial Debu

Faktor Risiko

Penyebab Asma

Bronkial

Asap Rokok Umur Binatang Peliharan Makanan Riwayat Keluarga

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Teori Kejadian Asma Bronkial
Gambar 2.2 Kerangka Konsep Faktor Risiko Penyebab Asma Bronkial Debu  Faktor Risiko  Penyebab Asma BronkialAsap Rokok Umur Binatang Peliharan Makanan Riwayat Keluarga

Referensi

Dokumen terkait

Cangkang trochospiral sangat rendah, biconvex, equatorial periphery lobulate , periphery axial dengan jelas oleh keel, dinding cangkang berpori, permukaan pada

Pada praktikum ini dibuat sediaan krim yang mengandung bahan aktif minyak zaitun, temulawak dan kloramfenicol yang menggunakan basis vanishing cream yaitu suatu krim yang terdiri

Kebijakan puritanisme oleh sultan Aurangzeb dan pengislaman orang-orang Hindu secara paksa demi menjadikan tanah India sebagai negara Islam, dengan menyerang berbagai praktek

Pendidik yang memiliki dan menguasai berbagai keterampilan pendidik dalam mengajar dan dapat menerapkan dalam proses pembelajaran akan dinilai oleh peserta didik

Dewasa ini banyak metode-metode pembelajaran inovatif yang ditawarkan, salah satunya adalah ‘Stationenlernen’, yakni sebuah metode belajar, di mana siswa belajar

Dari penelitian ini dihasilkan bahwa seleksi fitur dapat meningkatkan nilai F-Measure dalam klasifikasi teks berbahasa Indonesia pada dokumen pengaduan SAMBAT

Dan model serangan Ping/ICMP dilakukan 2 client secara bersamaan melakukan flooding IP dengan memberikan paket data sebesar 5000 paket dan 1 paket ICMP terdapat 2 serangan,

Ukur absorbansi masing-masing larutan menggunakan spektrofotometer pada panjang gelombang yang telah ditentukan pada butir 6.4.2.2.3 dengan larutan blanko sebagai titik nol,