• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

7

LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka

Penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Yuni Iswanti (2013) yang berbentuk penelitian tindakan kelas dengan judul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika kelas IV dengan Metode Demonstrasi di MI YAPPI Nglebeng Nglipar Gunungkidul. Penelitian tersebut mendeskripsikan penelitian tentang proses pembelajaran mata oelajaran matematika kelas IV MI YAPPI. Kesimpulan dari penelitian tersebut menyatakan bahwa pelaksanaan pemebelajaran nilai rata-rata siswa materi pecahan pada pre test atau prapenelitian hanya mencapai 61,11. Sedangkan perolehan pada siklus I sebesar 73,33, setelah mengalami perbaikan pada siklus kedua meningkat menjadi 86,67. Hal tersebut berarti penerapan pembelajaran dengan metode demonstrasi dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika di kelas IV MI YAPPI.

Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi melalui Metode Demonstrasi pada Kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Kutowinangun 2015/2016”. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Yuni Iswanti (2013) terletak pada variabel terikat dan subjek penelitian. Pada penelitian Yuni Iswanti (2013) variabel terikat yang penulis gunakan adalah dalam penelitian adalah aktivitas belajar Matematika sedangkan untuk penelitian ini, penulis menggunakan variabel terikat yaitu kemampuan menulis teks eksplanasi. Untuk subjek penelitian, Yuni menggunakan subjek penelitian siswa MI yaitu siswa kelas IV MI YAPPI, sedangkan untuk penelitian ini, peneliti mengambil subjek siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Kutowinangun.

Persamaan antara penelitian Yuni Iswanti (2013) dengan penelitian ini terletak pada kesamaan metode pembelajaran yang digunakan yakni metode demonstrasi dan jenis penelitiannya yaitu penelitian tindakan kelas

(2)

Selain penelitian yang dilakukan Yuni Iswanti (2013), penelitian yang berhubungan dengan penelitian ini antara lain penelitian yang dilakukan oleh Nurma (2015) yang berbentuk skripsi penelitian dengan judul Peningkatan Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi dengan Menggunakan Metode Pemetaan Pikiran Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Malang. Kesimpulan dari skripsi menyebutkan bahwa model pemetaan pikiraan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks eksplanasi dan kemampuan menulis teks eksplanasi siswa kelas VII SMP Negeri 8 Malang. Peningkatan kualitas pembelajaran menulis teks eksplanasi ditandai dengan peningkatan nilai kinerja guru dan kinerja siswa. Pada studi pendahuluan, siswa mendapatkan nilai rata-rata 63,1, sedangkan pada siklus I, siswa mendapatkan nilai rata-rata sebesar 70,9, dan pada siklus II nilai rata-rata siswa mencapai 79,6. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa penerapan metode pemetaan pikiran pada pembelajaran menulis teks eksplanasi meningkat.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian tersebut terletak pada jenis penelitian yang digunakan dan objek penelitiannya yaitu penelitian tindakan kelas dan kemampuan menulis teks eksplanasi. Sedangkan perbedaannya terletak pada metode pembelajaran yang digunakan dan subjek penelitiannya. Pada penelitian Nurma Atina (2015) metode yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi dalam metode pemetaan pikiran sedangkan penelitian ini, metode yang digunakan adalah metode demonstrasi. Untuk subjeknya dalam penelitian tersebut adalah kelas VII SMP sedangkan dalam penelitian ini subjek penelitiannya adalah kelas XI MIA 1 SMA.

B. Kajian Teori 1. Hakikat Kualitas Proses Pembelajaran

Kualitas proses pembelajaran memiliki banyak kriteria penilaian untuk dapat dikatakan proses pembelajaran yang berkualitas. Namun, secara umum proses pembelajaran dikatakan berkualitas apabila tujuan-tujuan pembelajaran telah tercapai. Menurut Sanjaya (2012: 13) banyak komponen yang dapat mempengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak

(3)

mungkin upaya meningkatkan kualitas dapat dilakukan dengan memperbaiki setiap komponen secara serempak. Selain keberadaan komponen-komponen yang terpencar, juga sulit menentukan keterpengaruhan setiap komponen.

Menurut Hidayatullah (2009: 158) pembelajaran yang berkulaitas setidaknya memiliki beberapa indikator sebagai berikut. Pertama¸ pembelajaran yang menantang. Pembelajaran dengan memberikan tantangan kepada peserta didik untuk melakukan dan menyelesaikan, akan membuat anak: muncul rasa ingin tahu, ingin mencoba, ingin melakukan, ingin menyelesaikan tugas guru, atau pun ingin memecahkan masalah.

Kedua, pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran sebaiknya diselenggarakan dalam suasana yang menyenangkan. Pembelajaran yang menyenangkan akan mendorong peserta didik untuk belajar dan menyebabkan peserta didik tertarik terhadap pembelajaran tersebut.

Ketiga¸ pembelajaran yang mendorong eksplorasi. Pembelajaran yang disajikan dengan menyenangkan dan menantang akan menyebabkan peserta didik terdorong untuk mengekplorasi dan mengembangkan sendiri pembelajaran yang disajikan guru sebagai tindak lanjut.

Keempat, pembelajaran yang memberi pengalaman sukses. Pembelajaran yang berkualitas harus mampu memberikan pengalaman sukses kepada peserta didiknya. Pengalaman sukses yang dimaksud adalah adanya perasaan menyenangkan dan membanggakan bagi peserta didik sebagai akibat telah berhasil menyelesaikan atau memecahkan sesuatu. Pengalaman sukses yang diperoleh peserta didik akan menumbuhkan rasa percaya diri. Pengalaman sukses juga akan menumbuhkan motivasi peserta didik untuk belajar lebih lanjut.

Kelima, pembelajaran yang mengembangkan kecakapan berpikir. Pembelajaran yang berkualitas akan berdampak pada pengembangan kecakapan berpikir. Kemampuan berpikir dapat dilihat dari kreativitas peserta didik.

Untuk mengetahui kualitas proses pembelajaran telah tercapai perlu dilakuakan penilaian. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi nilai

(4)

terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran (Sudjana, 2014: 3). Penilaian ini mencakup kinerja guru, dan keaktifan siswa.

a. Keaktifan Siswa

Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak (Sanjaya, 2012: 54).

Menurut Sudjana (2014: 59) menjelaskan bahwa secara umum keberhasilan proses belajar mengajar dapat dilihat dari efisiensi, keefektifan, relevansi, dan produktivitas proses belajar mengajar dalam mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Efisiensi berkaitan dengan pengorbanan yang relatif kecil untuk memperoleh hasil yang optimal. Keefektifan berkenaan dengan jalan, upaya, teknik, strategi yang digunakan dalam mencapai tujuan secara tepat dan cepat. Relevansi berkenaan dengan kesesuaian antara apa yang dilaksanakan dengan yang seharusnya dilaksanakan. Produktivitas berkenaan dengan pencapaian hasil, baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Beberapa kriteria yang dapat digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain: (1) konsistensi kegiatan belajar-mengajar dengan kurikulum; (2) keterlaksanaan kegiatan belajar-mengajar oleh guru; (3) keterlaksanaan kegiatan belajar-mengajar oleh siswa; (4) motivasi belajar siswa; (5) keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar; (6) interaksi guru-siswa; (7) kemampuan atau keterampilan guru dalam mengajar; (8) kualitas hasil belajar yang dicapai oleh siswa, dan (9) perhatian siswa terhadap proses pembelajaran.

(5)

b. Kinerja Guru

Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi itu tidak mungkin bisa diaplikasikan. Keberhasilan implementasi suatu strategi pembelajaran akan tergantung pada kepiawaian guru dalam menggunakan metode, teknik, dan taktik pembelajaran (Sanjaya, 2012: 52).

Sedangkan menurut Barnawi dan Arifin (2014: 14) kinerja guru dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan guru dalam melaksanakan tugas pendidikan sesuai dengan tanggung jawab dan wewenangnya, berdasarkan standar kinerja yang telah ditetapkan selama periode tertentu dalam kerangka mencapai tujuan pendidikan.

Menurut Sudaryono (2012: 13) standar kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Kompetensi pedadogik guru berkaitan dengan kemampuan guru untuk mengelola program pembelajaran di dalamnya mencakup: kemampuan untuk mengelaborasi kemampuan peserta didik; perencanakan program pembelajaran; dan mengevaluasi program pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memfasilitasi peserta didik untuk merealisasikan potensinya sebagaimana tuntunan standar kompetensi nasional pendidikan.

Kompetensi kepribadian guru berkaitan dengan perilaku guru dalam kehidupannya. Guru dituntut memiliki perilaku mulia, sebagai guru yang merupakan teladan bagi para siswanya, atau bahkan masyarakat di sekitarnya. Beberapa kemampuan kepribadian yang dimaksudkan adalah kemampuan kepribadian yang mantap, berakhlak mulia, arif, dan berwibawa serta menjadi teladan peserta didik.

Kompetensi sosial berkaitan dengan perilaku guru berinteraksi dengan lingkungan sosialnya (siswa, teman sejawat, atasan, orang tua siswa, dan bahkan masyarakat di mana guru tinggal). Kemampuan sosial yang dituntut adalah kemampuan guru dalam berkomunikasi dan

(6)

berinteraksi secara efektif dan efisien dengan peserta didik, sesama guru, orangtua/wali peserta didik, dan warga sekitar.

Kompetensi profesional berkaitan dengan kemampuan guru akan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. Kemampuan ini diperoleh melalui jalur pendidikan sesuai program studi yang ditempuhnya. Standar kompetensi guru berikut dikembangkan secara utuh dari empat kompetensi utama, yaitu kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Berdasarkan beberapa pendapat ahli dapat disimpulkan bahwa kualitas proses pembelajaran dipengaruhi oleh pihak yang telibat langsung dalam proses pembelajaran, yaitu guru dan siswa. Guna mencapai kualitas proses pembelajaran yang baik perlu adanya penilaian kriteria untuk mencapai tujuan tersebut. Kriteria tersebut antara lain: tingginya kinerja guru, tingginya keaktifan siswa, dan tingginya kualitas hasil belajar.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hakikat kualitas proses pembelajaran adalah pembelajaran yang tujuannya tercapai. Proses pembelajaran berkualitas ini dipengaruhi oleh kinerja guru dan keaktifan siswa.

2. Penilaian dalam Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi

Dalam setiap pengajaran yang dilakukan, guru akan melakukan penilaian. Hal ini dilakukan guna mengetahui keberhasilan pengajaran yang dilakukannya terhadap siswa. Menurut Suwandi (2009: 7) penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui apakah proses dan hasil dari suatu program kegiatan telah sesuai dengan tujuan atau kriteria yang telah ditetapkan. Penilaian dapat dilakukan secara tepat jika tersedia data yang berkaitan dengan objek penilaian.

Penilian digunakan untuk mengevaluasi keberhasilan sebuah proses pembelajaran agar kedepannya semakin baik proses pembelajaran. Asesmen atau penilaian adalah proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk mengambil keputusan terkait kebijakan pendidikan, mutu program

(7)

pendidikan, mutu kurikulum, mutu pengajaran, atau sejauh mana pengetahuan yang telah diperoleh seorang siswa tentang bahan ajar yang telah diajarkan kepadanya (Basuki, 2014: 153).

Nurgiyantoro mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengukur kadar ketercapaian tujuan (2010: 6). Senada dengan pendapat Tuckman (dalam Nurgiyantoro, 2010: 6) yang mengartikan penilaian sebagai suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ditentukan.

Dalam melakukan penilaian kita harus memperhatikan prinsip-prinsip penilaian yang berlaku. Menurut Peraturan Mnteri Pendidikaan dan Kebudayaaan no 66 Tahun 2013 tetang Standar Penilaian ada enam prisip yang harus diperhatikan dalam penilaian. Pertama, objektif berarti penilaian berbasis pada standar dan tidak dipengaruh faktor subjektivitas penilai. Kedua, terpadu berarti penilaian oleh pendidik dilakukan secara terencana, menyatu dengan kegiatan pembelajaran, dan berkesinambungan. Ketiga, ekonomis berarti penilaian yang efisien dan efektif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan. Keempat, transparan berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diakses oleh semua pihak. Kelima, akuntabel berati penilaian dapat dipertanggungjawabkan kepada pihak internal sekolah maupun eksternal untuk aspek teknik, prosedur, dan hasilnya. Keenam, edukatif berarti mendidik dan memotivasi peserta didik dan guru.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses untuk mengetahui (menguji) apakah suatu kegiatan, proses kegiatan, keluaran suatu program telah sesuai dengan tujuan dan kriteria yang ditentukan. Setelah itu, penilaian digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.

Penilaian terhadap kemampuan menulis teks eksplanasi siswa dilakukan dengan pemberian tes kepada siswa. Tes merupakan suatu bentuk pemberian tugas atau pertanyaan yang harus dikerjakan siswa yang sedang di

(8)

tes (Suwandi, 2009: 39). Jawaban yang diberikan siswa terhadap pertanyaan-pertanyaan itu dianggap sebagai informasi terpercaya yang mencerminkan kemampuannya. Tes yang diberikan berupa tes esai untuk memproduksi teks eksplanasi. Tes esai adalah suatu bentuk pertanyaan yang menuntu jawaban siswa dalam bentuk uraian. Tes ini menuntut siswa agar berpikir tentang dan mempergunakan apa yang diketahui berkenaan dengan pertanyaan dalam tes. Produk yang dihasilkan siswa tersebut yang nantinya akan dinilai. Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk (Suwandi, 2009: 90). Penilaian produk menurut Nurgiyanto (2010: 440) terdapat lima aspek yang perlu dinilai, yaitu isi gagasan yang dikemukakan, organisasi isi, tata bahasa, gaya atau pilihan struktur, kosakata, ejaan, dan tanda tulis.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulan bahwa penilaian menulis teks eksplanasi adalah meliputi isi, organisasi, struktur kalimat, diksi, dan ejaan serta tanda baca.

Tabel 1. Penilaian Hasil Pembelajaran

No. NIS Aspek yang dinilai Skor Nilai

1 2 3 4 5 (Bobot 1 x Skor) (Bobot 2 x Skor) (Bobot 3 x Skor) (Bobot 4 x Skor) (Bobot 5 x Skor) 1. 2. Jumlah Nilai Nilai Rata-rata (%)

(Diadopsi dari Sarwiji Suwandi, 2009: 129)

Nilai Siswa = Keterangan:

(9)

(1) Isi bobot 30

3 = Kategori baik dengan kriteria isi gagasan yang dikemukakan oleh siswa sesuai dengan materi yang didemonstrasikan.

2 = Kategori cukup dengan kriteria isi gagasan yang dikemukakan oleh siswa kurang sesuai dengan materi yang didemonstrasikan.

1 = Kategori kurang dengan kriteria isi gagasan yang dikemukakan oleh siswa tidak sesuai dengan materi yang didemonstrasikan.

(2) Organisasi bobot 25

3 = Kategori baik dengan kriteria isi tertata dengan baik, tidak terdapat kesalahan dalam penulisan isi teks eksplanasi.

2 = Kategori cukup dengan kriteria isi tertata dengan baik, terdapat sedikit kesalahan dalam penulisan isi teks eksplanasi.

1 = Kategori kurang dengan kriteria isi tidak tertata dengan baik, terdapat banyak kesalahan dalam penulisan isi teks eksplanasi.

(3) Struktur Kalimat bobot 20

3 = Kategori baik dengan kriteria kalimat yang digunakan efektif.

2 = Kategori cukup dengan kriteria terdapat lebih dari 3 kalimat kurang efektif.

1 = Kategori kurang dengan kriteria kalimat yang digunakan tidak efektif. (4) Diksi bobot 15

3 = Kategori baik dengan kriteria kesalahan penggunaan diksi tidak lebih dari 5.

2 = Kategori cukup dengan kriteria terdapat 6-10 kesalahan diksi.

1 = Kategori kurang dengan kriteria terdapat lebih dari 10 kesalahan diksi. (5) Ejaan dan Tanda Baca bobot 10

3 = Kategori baik dengan kriteria kesalahan penggunaan ejaan dan tanda baca tidak lebih dari 3.

2 = Kategori cukup dengan kriteria terdapat kesalahan terdiri dari 4-6. 1 = Kategori kurang dengan kriteria terdapat kesalahan terdiri dari 6.

(10)

(Modifikasi Nurgiyantoro, Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra, 2010: 441-442)

Kemudian untuk penilaian proses siswa, menurut Sudjana (2009: 60) beberapa kriteria yang bisa digunakan dalam menilai proses belajar mengajar antara lain. Pertama, konsistensi kegiatan belajar mengajar dengan kurikulum. Kedua, keterlaksanaannya oleh guru. Ketiga, keterlaksanaannya oleh siswa. Keempat, motivasi belajar siswa. Kelima, keaktifan para siswa dalam kegiatan belajar. Keenam, interaksi guru siswa. Ketujuh, kemampuan atau keterampilan guru mengajar. Kedelapan, kualitas hasil yang dicapai siswa. Dari pendapat tersebut, secara ringkas penilaian proses siswa meliputi keaktifan siswa selama apersepsi, minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran, dan keaktifan siswa pada saat guru menyampaiakan materi. Peneliti mengadopsi format penilaian yang dikemukkan oleh Sarwiji Suwandi (2009: 130) sebagai berikut.

Tabel 2. Penilaian Keaktifan Siswa Pembelajaran

No Nama Siswa Keaktifan siswa selama apersepsi Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran Keaktifan dan perhatian siswa

pada saat guru menyampaiakan

materi

Skor Nilai Ket

(Diadopsi dari Sarwiji, 2009: 130) a. Kolom perilaku diisi dengan angka yang sesuai dengan criteria

berikut.

1 = sangat kurang 4 = baik

2 = kurang 5 = amat baik

(11)

b. Menghitung nilai

Nilai =

= ... c. Keterangan diisi dengan kriteria berikut.

1) Nilai = 10 – 29 sangat kurang 2) Nilai = 30 – 49 kurang

3) Nilai = 50 – 69 cukup 4) Nilai = 70 – 89 baik

5) Nilai = 90 – 100 sangat baik

Keterangan:

(1) Keaktifan siswa selama apresepsi

5 = Jika siswa sangat aktif selama apersepsi (sangat aktif merspon pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi).

4 = Jika siswa aktif selama apersepsi (aktif merspon pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi).

3 = Jika siswa cukup aktif selama apersepsi (cukup merspon pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi).

2 = Jika siswa kurang aktif selama apersepsi (kurang merespon pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi).

1 = Jika siswa sama sekali tidak aktif selama apersepsi (sama sekali tidak mau merespon pertanyaan yang diberikan guru saat apersepsi)

(2) Minat dan motivasi siswa saat mengikuti kegiatan pembelajaran

5 = Jika siswa tampak sangat antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (tidak bosan, tidak bermain, tidak mengantuk, bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok). 4 = Jika siswa tampak antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan

pembelajaran (tidak bosan, tidak bermain, tidak mengantuk, bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok).

(12)

3 = Jika siswa cukup antusias dan bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran (tidak bosan, tidak bermain, tidak mengantuk, bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok). 2 = Jika siswa kurang antusias dan kurang bersemangat dalam mengikuti

kegiatan pembelajaran (terlihat bosan, bermain, mengantuk, kurang bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok). 1 = Jika siswa tidak bersemangat dalam mengikuti kegiatan pembelajaran

(bosan, bermain, mengantuk, tidak bersemangat dalam mengerjakan tugas, berdiskusi dan berkelompok).

(3) Keaktifan dan perhatian siswa pada saat guru menyampaikan materi

5 = Jika siswa sangat aktif memperhatikan guru saat menyampaiakan materi dan aktif bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi, memberikan tanggapan, dan mengerjakan tugas.

4 = Jika siswa aktif memperhatikan guru saat menyampaiakan materi dan aktif bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi, memberikan tanggapan, dan mengerjakan tugas.

3 = Jika siswa cukup aktif memperhatikan guru saat menyampaiakan materi dan sesekali bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi, memberikan tanggapan, dan mengerjakan tugas.

2 = Jika siswa kurang aktif memperhatikan guru saat menyampaikan materi dan sama sekali tidak mau bertanya, menjawab, berkelompok, berdiskusi, memberikan tanggapan.

1 = Jika siswa sama sekali tidak memperhatikan guru saat menyampaikan materi (sibuk beraktivitas sendiri seperti berbicara dan bermain).

3. Hakikat Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi a. Hakikat Kemampuan Menulis

1) Pengertian Menulis

Keterampilan menulis merupakan salah satu dari empat aspek keterampilan berbahasa. Keterampilan adalah kesanggupan, dan

(13)

kekuatan untuk melakukan sesuatu pekerjaan. Lebih lanjut bahwa keterampilan adalah sebuah penilaian atas apa yang dapat dilakukan seseorang (Moeliono, 2002: 701).

Menulis pada dasarnya proses menuangkan ide-ide abstrak yang ada dalam pikiran ke dalam suatu bentuk konkrit berupa bahan bacaan. Menulis menurut Artati (dalam Darminto, 2010: 3) adalah kegiatan yang dilakukan seseorang untuk menghasilkan tulisan. Maksudnya melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan. Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam menulis, penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis diperoleh melalui latihan dan praktik yang banyak dan teratur Tarigan dalam Darminto, 2010: 3).

Menulis adalah proses membuat suatu karya tulis yang berupa kumpulan dari huruf, kata, kalimat dan paragraf. Menurut Rusiana (1991: 76) menyatakan menulis merupakan kemampuan menggunakan pola-pola bahasa secara tertulis untuk mengungkapkan suatu gagasan atau pesan, untuk mengatakan sebuah tulisan dapat dikatakan berhasilatau tidak yaitu apabila tulisan tersebut dapat dipahami dengan mudah oleh pembaca (Andayani, 2009: 28). Maka tulisan dapat dianggap memberi informasi bilamana tulisan tersebut dapat dipahami oeh pembaca.

Meracik sebuah teks tidak semudah meracik ucapan hal itu menurut Hernowo (dalam Nurjamal dan Sumirat, 2010: 4). Meracik teks perlu keterampilan yang luar biasa dalam mengolah dan menyusun kalimat. Teks tidak dapat menampung seluruh gagasan yang ingin dikeluarkan seseorang. Teks itu punya keterbatasan. Jika kamu mengeluarkan gagasan kamu lewat ucapan atau secara lisan, ada kemungkinan kamu dibantu dengan dialog atau interaksi positif

(14)

(dengan pendengar kamu) yang akhirnya bisa memperjelas gagasan yang ingin kamu komunikasikan.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa menulis adalah suatu kegiatan berupa proses menuangkan ide atau gagasan yang ada dalam pikiran berupa pola-pola bahasa dan akhirnya membentuk berupa bacaan. Dalam menulis dibutuhkan sebuah keterampilan, karena menulis tidak semudah meracik ucapan.

a) Hambatan dalam menulis

Dalam keterkaitan menulis, banyak hambatan dalam menulis. Menulis tidak semudah membaca. Menurut Siti (dalam Wiedarti, 2005: 21 − 23) ada beberapa hambatan dalam menulis sebagai berikut.

Pertama, hambatan yang bersumber dari kepribadian diri sendiri. Hambatan ini adalah hambatan yang bersumber dari kepribadiannya sendiri diantaranya adalah malas untuk memulai menulis, takut atau khawatir hasil tulisannya tidak bagus, dan tidak mempunyai kepercayaan diri.

Kedua, hambatan yang berasal dari luar. Hambatan dari luar adalah hambatan yang bukan bersumber dari watak, mental, atau kepribadian diri sendiri. Seperti kesulitan menemukan topik atau persoalan yang akan ditulis, kesulitan mencari atau menemukan bahan penulisan atau referensi, dan kesulitan menyusun kalimat yang baku (efektif).

Hambatan-hambatan tersebut merupakan suatu hal yang umum terjadi bagi setiap orang yang akan memulai menulis. Maka hambatan tersebut perlu dihilangkan agar dapat menulis dengan baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam menulis terdapat beberapa hambatan-hambatan yang bisa berasal dari dalam maupun dari luar penulis. Hambatan dari dalam dapat berupa rasa malas, takut, atau pun tidak percaya akan kemampuannya sendiri.

(15)

Sedangkan hambatan dari luar berupa kesulitan menemukan bahan tulisan maupun menyusun kalimat yang baik dan benar.

b) Ciri-ciri tulisan yang baik

Adapun ciri-ciri tulisan yang baik menurut Fachrudin Ambo Enre (1998: 8) yaitu:

Pertama, tulisan yang baik selalu bermakna. Tulisan yang baik harus mampu menyatakan sesuatu yang mempunyai makna bagi seseorang dan memberikan bukti terhadap apa yang dikatakan itu.

Kedua, tulisan yang baik harus selalu jelas. Sebuah tulisan dapat disebut jelas jika pembaca yang kepadanya tulisan itu ditujukan dapat membacanya dengan kecepatan yang tepat dan menangkap maknanya sesudah itu berusaha dengan cara yang wajar.

Ketiga, tulisan yang baik selalu padu dan utuh. Sebuah tulisan dikatakan padu dan utuh jika pembaca dapat mengikutinya dengan mudah karena ia diorganisasikan dengan jelas menurut suatu perencanaan dan karena bagian-bagiannya dihubungkan satu dengan yang lain, baik dengan perantara pola yang mendasarinya atau dengan kata atau frase terhubung.

Keempat, tulisan yang baik selalu ekonomis. Penulis yang baik tidak akan membiarkan waktu pembaca hilang dengan sia-sia, sehingga ia akan membuang semua kata yang berlebihan dari tulisannya.

Kelima, tulisan yang baik selalu mengikuti kaidah gramatika. Yang dimaksudkan dengan tulisan yang mematuhi kaidah gramatika di sini biasa juga disebut tulisan yang menggunakan bahasa yang baku, yaitu bahasa yang dipakai oleh kebanyakan anggota masyarakat yang berpendidikan dan mengharapkan orang lain juga menggunakannya.

(16)

Keenam, penyelesaian akhir. Tulisan dikatakan mantap atau kuat jika penulis memilih kata-kata yang menunjukkan kepada pembaca apa yang terjadi melalui gambaran yang jelas dengan menggunakan contoh-contoh dan perbandingan yang menggugah, konkrit, langsung, dan efisien.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa tulisan yang baik mempunyai ciri-ciri yang bermakna, mudah dipahami, padu dan utuh, hemat kata, gramatikal sesuai kaidah, dan dapat menggambarkan objek secara jelas.

c) Langkah-langkah menulis

Alek dan Achmad (2010: 107) mengatakan tentang langkah-langkah menulis, yaitu sebagai berikut. Pertama, persiapan (preparation) dalam langkah persiapan meliputi membuat kerangka tulisan (outline), menemukan idiom yang menarik (eye catching), dan menemukan kata kunci (key word). Kedua, menulis (writing) memiliki tiga bagian yaitu mengingatkan diri agar tetap logis, membaca kembali setelah menyelesaikan satu paragrap, dan percaya diri akan apa yang telah ditulis. Ketiga, editing ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk menyelesaikan sebuah tulisan yaitu perhatikan kesalahan kata, tanda baca, dan tanda hubung. Perhatikan hubungan antar paragrap dan membaca esai secara keseluruhan.

Sedangkan menurut David Nunan dalam Retno Winarni (2006: 65) mengatakan konsep pengembangan keterampilan menulis yang meliputi: a. perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, b. menulis sebagai proses dan menulis: sebagai produk, c. struktur generik wacana tulis, d. perbedaan antara penulis terampil dan penuli tidak terampil, e. penerapan keterampilan menulis dalam pembelajaran.

Menulis sebagai salah satu keterampilan berbahasa memiliki keterkaitan dengan membaca. Henry Guntur Tarigan (2008: 4) mengatakan antara menulis dan membaca terdapat hubungan yang

(17)

sangat erat. Bila kita menuliskan sesuatu, kita pada prinsipnya ingin agar tulisan-tulisan itu dibaca orang lain: paling sedikit dapat kita baca sendiri pada saat lain. Demikianlah, hubungan antara menulis dan membaca pada dasarnya adalah hubungan antara penulis dan pembaca.

b. Hakikat Teks Eksplanasi 1) Pengertian Teks Eksplanasi

Teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya atau terbentuknya suatu fenomena alam atau sosial (Pardiyono, 2007: 155). Explaining has two main orientations-to explain why and to explain how, often both will appear in an explanatory text, “eksplanasi memiliki dua orientasi utama - untuk menjelaskan mengapa dan untuk menjelaskan bagaimana, sering keduanya akan muncul dalam sebuah teks eksplanasi” (Knapp & Watkins 2005: 126).

The purpose of an explanation is to tell each step of the process (the how) and to give reasons (the why). “Tujuan teks eksplanasi adalah menjelaskan tahapan, langkah, atau proses (bagaimana) dan memberikan alasan (mengapa)”. (Wong, 2002: 132). Teks eksplanasi memiliki fungsi sosial menjelaskan atau menganalisis proses muncul atau terjadinya sesuatu (Mahsun, 2014: 33).

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan proses terjadinya sesuatu atau proses terbentuknya fenomena alam atau bisa juga fenomena sosial.

2) Ciri-Ciri Bahasa Teks Eksplanasi

Knapp & Watkins (2005: 126) menyatakan explanations generally require connectives-words that join the verbs together so that they logically indicate sequences that are temporal – when, then, first, after this, causal, for example, because, so. “eksplanasi umumnya memerlukan kata sambung yang bergabung dengan kata kerja sehingga

(18)

secara logis menunjukkan urutan yang sementara – ketika, maka, pertama, setelah ini, sebab-akibat (kata sambung yang menyatakan hubungan sebab akibat), misalnya, karena, begitu”.

Hal senada juga diungkapkan oleh Priyatni dkk (2014: 135) yaitu bahwa eksplanasi umumnya memerlukan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebab akibat. Lebih lengkapnya ciri bahasa teks eksplanasi menurut Priyatni dkk (2014: 111) sebagai berikut. Pertama, memuat istilah. Kedua, struktur kalimatnya menggunakan kata sambung yang menunjukkan hubungan sebab-akibat.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri teks eksplanasi terdapat kata sambung yang menyatakan sebab akibat sehingga antar paragraf dalam teks eksplanasi berkaitan.

3) Struktur Teks Eksplanasi

Dalam sebuah tulisan (teks) eksplanasi, di dalamnya akan memuat struktur yang terdiri dari 3 bagian yaitu : pernyataan umum, deretan penjelasan dan interprestasi. (Depdikbud, 2013).

Menurut Pardiyono (2007: 156), secara garis besar struktur teks eksplanasi adalah sebagai berikut. Pertama, pernyataan umum/pengantar. Pernyataan umum memuat petunjuk awal tentang suatu peristiwa yang hendak dijelaskan. Pernyataan umum berfungsi sebagai pengantar pada penjelasan-penjelasan berikutnya.

Kedua, rincian penjelasan. Rincian penjelasan memaparkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa /fenomena terjadi. Penjelasan ini berupa tahapan, sehingga pembaca mendapatkan gambaran tentang bagaimana proses terjadinya suatu peristiwa.

Ketiga, simpulan. Simpulan dalam teks eksplanasi berupa pengulangan informasi penting atau kata penutup yang menandai bahwa penjelasan telah berakhir. Tidak semua teks eksplanasi memuat suatu simpulan.

Peryataan serupa juga dinyatakan oleh Endah (2014: 82), teks eksplanasi memiliki struktur isi yang umum, yaitu ada judul, pembuka,

(19)

inti, dan penutup. Pembuka teks eksplanasi berupa pernyataan umum berupa definisi fenomena yang dijelaskan, konteks, atau karakteristik umum. Pada bagian inti, teks eksplanasi menjelaskan proses terjadinya sesuatu atau menjawab mengapa sesuatu terjadi. Bagian penutup teks eksplanasi dapat berupa simpulan atau opini penulis terkait dengan fenomena yang dijelaskan. Sedangakan menurut Mahsun (2014: 33) struktur teks eksplanasi yaitu judul, pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa struktur teks eksplanasi berupa pernyataan umum dan rincian penjelas, terkadang dilanjutkan dengan simpulan. Keberadaan simpulan sifatnya tidak wajib ada.

4) Menulis Teks Eksplanasi

Menulis teks eksplanasi menurut Priyatni dkk terdiri dari beberapa langkah. Berikut ini langkah menulis teks eksplanasi menurut Priyatni dkk (2014: 126 − 132) yang telah dimodifikasi dan disesuaikan berdasarkan kebutuhan dalam pengembangan pengembangan yang dilakukan oleh pengembang.

Pertama, pilihlah satu topik yang menjelaskan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa atau fenomena terjadi, sebagai contoh: bagaimana proses fotosintesis, bagaimana proses respirasi, atau bagaimana proses pembuatan tempe.

Kedua, mulailah dengan menuliskan judul yang menjelaskan suatu fenomena. Setelah judul, buatlah pernyataan umum yang memuat petunjuk awal suatu peristiwa yang hendak dijelaskan. Selanjutnya rangkaian penjelasan yang memuat bagaimana dan mengapa suatu peristiwa dapat terjadi. Bagian akhir yaitu penutup berupa simpulan atau pengulangan informasi penting.

Ketiga, lakukanlah telaah dan revisi atas tulisan dengan panduan rubrik penilaian teks eksplanasi.

(20)

Keempat, lakukanlah pengamatan atau studi pustaka agar tulisan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa langkah menulis teks eksplanasi berupa menentukan topik, menulis judul, melakukan pengamatan, membuat kerangka, dan mengembangkan kerangka menjadi tulisan.

Berdasarkan semua ulasan di atas, hakikat teks eksplanasi adalah teks yang menjelaskan suatu proses, teks eksplanasi menggunakan kata sambung yang menyatakan sebab akibat. Di samping adanya kata sambung, teks eksplanasi juga mempunyai struktur yang terdiri pernyataan umum dan rincian penjelas, terkadang ada kesimpulannya. Adapun langkah menulis teks eksplanasi yaitu menentukan topik, menulis judul, melakukan pengamatan, membuat kerangka, dan mengembangkan kerangka menjadi tulisan.

4. Hakikat Metode Demonstrasi a. Pengertian Metode Demonstrasi

Metode Demonstrasi adalah pertunjukan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya (Syaiful, 2005: 210). Metode demonstrasi adalah metode mengajar dengan cara memperagakan barang, kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pengajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang sedang disajikan (Syah, 2003: 22).

Sementara menurut Syaiful (2005: 2) bahwa metode demontrasi adalah metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu benda yang berkenan dengan bahan pelajaran. Dalam arti lain, metode demonstrasi merupakan serangkaian proses pembelajaran yang disampaikan oleh seorang instruktur atau guru yang meliputi menunjukkan serta memperlihatkan suatu proses tertentu sehingga siswa

(21)

dapat secara langsung memahami secara mendalam materi yang disampaikan oleh instruktur atau guru (Roestiyah, 2008: 83).

Metode demonstrasi adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan memperagakan atau mempertunjukan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya atau pun tiruan yang disertai dengan penjelasan (Nunuk, 2012: 60). Dengan metode demonstrasi, proses penerimaan siswa terhadap pembelajaran teks eksplanasi akan lebih berkesan secara mendalam, sehingga membentuk pengertian yang baik. Siswa juga dapat mengamati dan memperhatikan apa yang didemonstrasikan oleh guru selama proses pembelajaran berlangsung.

Menurut Syaiful (2005: 210) metode demonstrasi ini lebih sesuai untuk mengajarkaan bahan-bahan pelajaran yang merupakan suatu gerakan-gerakan, suatu proses maupun hal-hal yang bersifat rutin. Dengan metode peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Menurut Ngalimun (2014: 175) pembelajaran dengan metode demonstrasi khusus untuk materi yang memerlukan peragaan media atau eksperimen.

Langkah-langkah penyajian metode demonstrasi menurut Subana (2000: 111) terdapat delapan cara menyajikan metode pengajaran ini, yaitu. Pertama, guru menyusun rumusan tujuan instruksional untuk memberi motivasi yang kuat pada siswa untuk belajar. Kedua, guru mempertimbangkan bahwa pilihan teknik yang digunakan mampu menjamin tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. Ketiga, guru mengamati apakah jumlah siswa memberi kesempatan untuk suatu demonstrasi yang berhasil. Bila tidak, ia haruss mengambil kebijaksanaan yang lain. Keempat, guru meneliti alat dan bahan yang akan digunakan mengenai jumlah, kondisi, dan tempatnya, di samping itu ia juga mengenal baik-baik atau mencoba terlebih dahulu agar

(22)

demonstrasi yang dijalankannya dapat berhasil. Kelima, guru mampu menentukan garis besar langkah-langkah yang akan dilakukan. Keenam, guru meyakini tersedia waktu yang cukup sehingga dapat memberi keterangan bila perlu dan siswa bertanya. Ketujuh, selama demonstrasi berlangsung, guru harus memberi kesempatan pada siswa untuk mengamati dengan baik dan bertanya. Kedelapan, guru perlu mengadakan evaluasi apakah demonstraasi yang dilakukan itu berhasil. Bila perlu, demonstrasi bisa diulang.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi dalam semacam cara pengajaran yang menyajikan bahan pelajaran dengan pertunjukan atau memperlihatkan suatu proses maupun cara kerja suatu benda agar mudah dipahami secara nyata atau berupa tiruannya. b. Kelebihan dan Kekurangan Metode Demonstrasi

Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2005: 211) kelebihan dan kekurangan metode demonstrasi adalah sebagai berikut:

Kelebihan metode demonstrasi

1) Perhatian siswa dapat dipusatkan pada hal-hal yang diangggap penting oleh guru sehingga hal penting itu dapat diamati secara teliti. Disamping itu, perhatian siswa pun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya.

2) Dapat membimbing siswa ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

3) Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

4) Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.

5) Karena gerakan dan proses dipertunjukan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

(23)

6) Beberapa persoalan yang menimbulkan pertanyaan atau keraguan dapat diperjelas saat proses demonstrasi.

Kekurangan metode demonstrasi ialah sebagai berikut:

1) Derajat visibilitasnya kurang, peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang didemontrasikan kadang-kadang terjadi perubahan yang tidak terkontrol.

2) Untuk mengadakan demonstrasi digunakan alat-alat khusus, kadang-kadang alat-alat itu sukar didapatkan. Demonstrasi merupakan metode yang tidak wajar bila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati secara seksama.

3) Dalam mengadakan pengamatan terhadap hal-hal yang didemonstrasikan diperlukan pemusatan perhatian. Dalam hal ini banyak diabaikan peserta didik.

4) Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di kelas.

5) Memerlukan banyak waktu sedangkan hasilnya kadang-kadang sangat minimum.

6) Kadang-kadang hal yang didemonstrasikan di kelas akan berbeda jika proses itu didemonstrasikan dalam situasi nyata dan sebenarnya. 7) Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan

ketekunan dan kesabaran.

Sementara menurut Nunuk (2012: 60) kelebihan metode demonstrasi adalah sebagai berikut. Pertama, dapat membuat pengajaran lebih jelas dan lebih konkrit, sehingga menghindari verbalisme. Kedua, siswa lebih mudah memahami apa yang dipelajari. Ketiga, proses pembelajaran menjadi lebih menarik. Keempat, siswa terangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan kenyataan dan mencoba melakukan sendiri.

Kekurangan metode demonstrasi menurut Nunuk (2012: 60) adalah sebagai berikut. Pertama, metode ini memerlukan keterampilan guru secara khusus, karena tanpa ditunjang dengan hal itu, pelaksanaan demonstrasi tidak akan efektif. Kedua, demonstrasi memerlukan

(24)

kesiapan dan perencanaan yang matang. selain itu, demonstrasi juga memerlukan waktu yang panjang. Ketiga, fasilitas seperti peralatan, tempat, dan biaya yang memadai tidak selalu disediakan dengan baik.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa metode demonstrasi terdapat kelebihan dan kekurangan. Kelebihan metode demonstrasi adalah pelajaran menjadi jelas, siswa mudah memahami, pembelajaran lebih menarik, dan siswa menjadi aktif. Adapun kekurangan metode ini meliputi memerlukan keterampilan khusus, memerlukan waktu panjang, memerlukan kesiapan yang matang dan peralatan belum tentu tersedia di sekolah.

C. Kerangka Berpikir

Berdasarkan Kurikulum 2013, terdapat beberapa jenis teks yang akan dipelajari oleh siswa antara lain teks observasi, teks deskripsi, teks eksposisi, dan eksplanasi. Eksplanasi adalah jenis teks yang baru diajarkan pada Kurikulum 2013, sehingga masih ada beberapa guru yang mengalami kesulitan untuk mengajarkan teks eksplanasi. Salah satu hal penting dan selalu mendapatkan perhatian serius di dalam pembelajaran adalah penyampaian materi pelajaran supaya mudah dimengerti atau dipahami oleh siswa. Pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan oleh guru, salah satunya dipengaruhi oleh pemilihan metode dan media pembelajaran.

Hadirnya metode pembelajaran pada jalannya proses belajar-mengajar dapat mendukung keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Seiring dengan banyaknya metode pembelajaran yang inovatif saat ini, semakin banyak pilihan yang ditawarkan untuk membuat atau menghadirkan metode pembelajaran yang lebih variatif dan menarik pada proses pembelajaran di kelas. Salah satunya ialah metode demonstrasi yang memungkinkan untuk meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi siswa. Metode demonstrasi diharapkan dapat membantu guru untuk mengajarkan teks eksplansi dengan mudah kepada siswa sehingga siswa dapat memahami materi pembelajaran dengan baik. Metode yang dikembangkan oleh pengembang, dibuat berdasarkan teori serta

(25)

permasalahan-permasalahan yang telah dijelaskan di atas, sehingga dengan adanya metode pembelajaran inovatif teks eksplanasi diharapkan dapat membantu meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi siswa dengan baik.

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Rendah

 Keaktifan siswa rendah  Perhatian siswa terhadap

penjelasan guru rendah

 Minat dan motivasi siswa rendah  Guru kesulitan menentukan

metode atau teknik, model pembelajaran yang tepat

Kemampuan Menulis Teks Eksplanasi Rendah

 Isi gagasan yang dikemukakan kurang lengkap

 Organisasi isinya kurang komunikatif

 Struktur kalimat yang dipakai kurang efektif

 Pemilihan kata (diksi) kurang menarik

 Ejaan dan tanda baca yang digunakan masih terdapat banyak kesalahan

Kolaborasi Peneliti dan Guru

Proses pembelajaran menulis teks eksplanasi dengan metode demonstrasi

Kondisi akhir setelah tindakan

Kualitas Proses Pembelajaran Menulis Teks Eksplanasi Meningkat

 Guru kesulitan menentukan metode atau teknik, model pembelajaran yang tepat

 Keaktifan siswa rendah

 Perhatian siswa terhadap penjelasan guru rendah

 Minat dan motivasi siswa rendah

Kemampuan Menulis Teks

Eksplanasi Meningkat

 Isi gagasan yang dikemukakan lengkap

 Organisasi isinya komunikatif  Struktur kalimat yang dipakai

efektif

 Pemilihan kata (diksi) menarik  Ejaan dan tanda baca yang

digunakan benar

Simpulan

Keaktifan siswa meningkat, Kinerja guru optimal, dan kemampuan menulis teks eksplanasi siswa di atas KKM

(26)

D. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka pikir di atas, hipotesis tindakan yang dapat diajukan adalah sebagai berikut.

1. Metode demonstrasi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks eksposisi siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Kutowinangun.

2. Metode demonstrasi dapat meningkatkan kemampuan menulis teks eksplanasi pada siswa kelas XI MIA 1 SMA Negeri 1 Kutowinangun.

Gambar

Gambar 1. Kerangka Berpikir Kualitas Proses Pembelajaran

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan hasil perhitungan prosentase di atas dapat disimpulkan bahwa aktifitas belajar siswa di kelas kontrol pada materi agama Islam di SMA Al-Bakriyah Lomaer Blega

Melihat pada kebijakan pemerintah pusat (Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia) yang merumuskan program mobil pusat layanan internet Kecamatan ini

Penyusunan Laporan Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Sistem Informasi S-1 pada Fakultas Tehnik Universitas Muria Kudus..

Pada tingkat makro, jalur-jalur lewat mana liberalisasi perdagangan internasional dapat membawakan keuntungan-keuntungan secara luas adalah berikut ini:

Korelasi antara variabel warna dan fisikokimia pada suhu ruang, Lightness berkorelasi sangat nyata terhadap vitamin C dan berkorelasi nyata terhadap berat dan total asam; redness

Berdasarkan uji t tersebut kontribusi minat belajar terhadap hasil belajar matematika siswa diperoleh hasil perhitungan

Auditor penyelia memiliki kemampuan untuk memahami standar operasional prosedur, peraturan, kebijakan dan kewenangan serta koordinasi yang dilakukan dalam pemberian kepastian

Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA DINAS PENDAPATAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN BANTUL TENTANG PEMBERIAN PENGURANGAN PAJAK PARKIR YANG TERUTANG. KEDUA