• Tidak ada hasil yang ditemukan

Wahyu Hidayat Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Wahyu Hidayat Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

58 Kinerja ditinjau dari Strategi Coping pada Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia

Direktorat Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah

(Performance in terms of Coping Strategy on Members of the State Police of the Republic of Indonesia Directorate of the Kepolisian Daerah Jawa Tengah)

Wahyu Hidayat

Fakultas Psikologi Universitas Semarang ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara strategi coping dengan kinerja pada anggota Polri, serta mengetahui perbedaan strategi coping yang digunakan anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara strategi coping dengan kinerja pada anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng dan ada perbedaan strategi coping pada anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 42 orang anggota Dit BinMas Polda Jateng. Peneliti ini merupakan penelitian populasi.

Data penelitian dikumpulkan dengan menggunakan Skala Kinerja Anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng dan Skala Strategi Coping. Analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi Product Moment dan teknik uji t. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan positif yang signifikan antara strategi coping dengan kinerja anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng yang ditunjukkan dengan nilai rxy = 0,326 (p < 0,05), sehingga hipotesis pertama dalam penelitian ini diterima. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan emotional focused coping dan problem focused coping pada anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng yang ditunjukkan dengan nilai t = 0,154 (p > 0,05), sehingga hipotesis kedua dalam penelitian ini ditolak.

Kata Kunci : kinerja anggota Direktorat Pembinaan Masyarakat Kepolisian Daerah Jawa Tengah, strategi coping

ABSTRACT

The aim of this research is to discover the relationship between coping strategy and the performance of member of Polri, knowing the different of coping starategy which used by members of Polri Dit Binmas Polda Jateng. Hypothesis that presented in this research there are two positive corelative between coping strategy with members of Polri Dit Binmas Polda Jateng performance. Total of this research subject were 42 members of Dit Binmas Polda Jateng. This research was a population research.

Data of ths research was submitted by using Polri Dit Binmas Polda Jateng work scale and the scale of strategy coping. Analysisof this data was undertaken by using the correlations product moment trial t technique. The result shown that there was a positive conections significantly between coping startegy with the performance of Polri Dit Binmas Polda Jateng members that show at rate rxy = 0,326 (p < 0,05), therefore the first hypothesis in this research is accepted. The result is also shows that there was no difference emotional focused coping and problem focused coping on Polri Dit Binmas Polda Jateng members that shows with t = 0,154 (p > 0,05), so that the second of this hypothesis is rejected.

Keyword: performance of the members of the directorate general of police in Kepolisian Daerah Jawa Tengah, coping strategy

(2)

59 PENDAHULUAN

Salah satu elemen yang menjadi kunci keberhasilan dalam mengantisipasi dan menyikapi perubahan dalam dunia kerja adalah faktor sumber daya manusia. Suatu organisasi akan mendapatkan keuntungan yang maksimal jika faktor sumber daya manusianya mempunyai kualitas yang baik. Setiap individu mempunyai kepandaian dan pekerjaan menurut kemampuan dan bidang yang disenangi, baik di lingkungan pemerintah maupun sebagai pengabdi negara dan masyarakat. Salah satu sasaran yang penting dalam pengelolaan dan pengembangan sumber daya manusia adalah masalah pembinaan dan pemeliharaan yang cukup berarti dan kompleks, baik bagi anggota maupun bagi organisasi. Sumber daya manusia merupakan sebuah bentuk investasi yang amat berharga. Sumber daya yang berkualitas adalah sumber daya yang mampu menunjukkan kinerja yang maksimal demi pencapaian tujuan organisasi.

Rai (2008: 41) menyatakan bahwa kinerja merupakan cara perseorangan atau kelompok dari organisasi menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas. Kinerja yang maksimal akan dapat menjadikan karyawan mampu mencapai hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya (Mangkunegara, 2007: 9).

Fokus dalam penelitian ini adalah anggota Sat Binmas Polda Jateng yang memiliki tugas menyelenggarakan pembinaan dan bimbingan masyarakat guna terwujudnya kesadaran hukum masyarakat, terbinanya peran serta masyarakat dalam sistem keamanan swakarsa dan terwujudnya situasi dan kondisi yang memperkecil kemungkinan terjadinya potensi gangguan Kamtibmas, termasuk mencegah dan menanggulangi tumbuhnya penyakit masyarakat.

Masalah Kamtibmas pada hakekatnya berakar pada kondisi dinamika masyarakat dari aspek idiologi, politik, sosial budaya dan ekonomi. Pada stadium tertentu gangguan Kamtibmas bisa memengaruhi kelangsungan hidup masyarakat. Bertambahnya jumlah penduduk, urbanisasi, modernisasi serta kemajuan pembangunan lainnya akan disertai dengan perkembangan kualitas dan kuantitas gangguan Kamtibmas. Kepolisian mempunyai tugas dan fungsi memberikan rasa aman kepada warga masyarakat dalam beraktifitas, melindungi dan mencegah bahaya muncul dari dampak negatif pembangunan serta bahaya dari orang lain. Tanggung jawab polisi dilakukan baik secara preventif, represif serta pre-emtif yang diemban oleh masing-masing fungsi dalam kepolisian.

Situasi dan kondisi yang ada di wilayah Jawa Tengah tergolong rawan. Namun,

(3)

60 upaya pencegahan dengan melakukan patroli

bersama masyarakat angka kejahatan belum mampu diturunkan dan ditekan sedemikian rupa sehingga menimbulkan angka kejahatan yang lebih besar selain upaya pembinaan yang sumbangan lebih berarti. Binmas Polda Jateng dalam hal ini bertugas dan berfungsi secara preventif dan pre-emtif sebagai mitra masyarakat yang manampilkan sosok aparat yang membantu dalam menyadarkan hukum kepada masyarakat melalui upaya pembinaan terhadap kelompok-kelompok dan lapisan masyarakat melalui metode penyuluhan, penerangan, sumbang desa, koordinasi, dialog, tatap muka, diskusi dan sebagainya sebagai sarana komunikasi mendidik masyarakat agar taat dan tertib hukum. Upaya penanggulangan gangguan kamtibmas yang dilakukan Binmas melalui pembinaan masyarakat ditujukan kepada lembaga pendidikan, remaja, pemuda, dan mahasiswa, instansi pemerintah dan swasta, tokoh masyarakat dan organisasi masyarakat, potensi masyarakat dalam bidang keamanan swakarsa, dan pembinaan personil kepolisian. Anggota Binmas diharapkan dapat menunjukkan kinerja yang maksimal, sehingga setiap tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi kepolisian dapat tercapai.

Kinerja diberi batasan sebagai kesuksesan seseorang di dalam melaksanakan suatu pekerjaan (Maier, dalam Moon, 2001: 47).

Hasil yang dicapai seseorang menurut ukuran yang berlaku untuk pekerjaan yang bersangkutan merupakan bentuk dari kinerja. Karyawan dengan kinerja yang tinggi dapat memungkinkan pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi tersebut. Sebaliknya, rendahnya kinerja yang ditunjukkan karyawan dapat membawa ke arah kegagalan dalam pencapaian tujuan dari organisasi.

Fakta yang terjadi terkait kinerja yang ditunjukkan anggota Polri, diketahui bahwa masyarakat masih menunjukkan berbagai keluhan (public complint), antara lain adalah polisi lalu lintas yang kerap terlambat hadir di jalan yang macet, atau anggota Sabhra yang meminta “salam tempel “dari kendaraan-kendaraan angkutan, sikap anggota Reserse yang “ogah-ogahan” dalam menuntaskan kasus, atau anggota Binmas yang “ asal sudah selesai” saat memberi penyuluhan (Wordpress.com, 2009).

Hasil analisis wawancara yang dilakukan peneliti pada tanggal 08 Juni 2012 terhadap tiga orang anggta Binmas Polda Jateng, diketahui bahwa anggota masih menunjukkan kurangnya kinerja. Kondisi tersebut terlihat dari adanya kegiatan yang tidak terealisasikan sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Anggota juga

(4)

61 masih bekerja karena rasa takut akan adanya

sanksi dari atasan, serta menganggap pekerjaan sebagai sesuatu yang membebani karena banyaknya pekerjaan yang harus diselesaikan. Keterlambatan anggota berangkat ke tempat kerja serta anggota yang pulang sebelum waktunya masih saja terjadi, sehingga dikhawatirkan dapat menghambat pencapaian tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi.

Fenomena yang terjadi di anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng berdasarkan data dokumentasi, diketahui bahwa masih terdapat kegagalan dalam pencapaian target kerja yang ditetapkan oleh organisasi Kepolisian. Kegagalan pencapaian target kerja tersebut sebagai bentuk kurangnya kinerja, antara lain dalam hal pelaksanaan kegiatan yang tidak sesuai jadwal dan pelaporan yang terlambat dan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Selain itu, masih terdapat anggota Polri yang pulang sebelum waktunya, hingga terdapat anggota Polri yang tidak masuk kerja tanpa keterangan yang jelas.

Berdasarkan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan (Lakip) Dit Binmas Polda Jateng Tahun Anggaran 2011, diketahui bahwa masih terdapat pula kegagalan pencapaian kinerja maksimal pada anggota Dit Binmas Polda jateng. Adapun data ketidakmampuan dalam mencapai kinerja

maksimal pada anggota Dit Binmas Polda Jateng dapat dilihat pada tabel 1.

Sutrisno (2009: 115) menyatakan bahwa kinerja dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah faktor individual yang berkaitan dengan coping strategi yang digunakan individu. Lazarus dan Folkman (dalam Smet, 1994: 143) menyatakan coping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan (baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi situasi yang penuh stres. Stres kerja merupakan suatu bentuk tanggapan seseorang baik fisik maupun mental terhadap suatu perubahan lingkungan yang dirasakan mengganggu dan mengakibatkan dirinya terancam (Anoraga, 2006: 108). Stres yang menekan tersebut merupakan kondisi yang dapat berpengaruh terhadap pencapaian kinerja yang ditunjukkan anggota Dit Binmas Polda Jateng.

Jones (2004: 28) menyatakan bahwa strategi coping dalam lingkungan pekerjaan akan meningkatkan kesadaran, pengelolaan informasi, pengubahan perilaku dan penggunaan resolusi damai. Strategi coping yang dimiliki karyawan dapat digunakan

(5)

62 untuk dapat bertahan dengan kondisi

pekerjaan, sekaligus menghadapi berbagai kesulitan. Karyawan dengan strategi coping yang efektif akan dapat menunjukkan kinerja maksimal, karena berani menghadapi dan bukan menghindari masalah dan dapat mengatasi stressor dengan cepat. Karyawan akan dapat menunjukkan manajemen waktu, keterampilan untuk bersikap asertif, komunikatif dan pemecahan masalah yang kreatif. Tekanan yang muncul dan dapat menghambat pencapaian kinerja maksimal akan dapat teratasi dengan adanya coping yang dimiliki individu, sehinga tetap dapat menunjukkan kinerja yang maksimal. Strategi coping yang diterapkan anggota Binmas, baik emotional focused coping maupun problem focused coping diharapkan dapat mengatasi setiap tekanan yang muncul dalam pekerjaan, sehingga anggota Binmas tetap dapat menunjukkan kinerja yang maksimal.

Aldwin & Yancura (dalam Komar, 2011: 156) menyatakan bahwa strategi coping memiliki hubungan yang positif dengan kesehatan mental dan kinerja. Strategi coping stres yang sudah dimiliki individu dapat digunakan untuk mereduksi stres yang efektif pada aspek keadaan fisik, karakteristik pekerjaan maupun aspek perilaku, kognitif, emosi, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Pekerjaan yang dilakukan individu dapat

mendorong munculnya situasi yang menekan, sehingga individu akan merasa terbebani dengan pekerjaan tersebut. Kemampuan individu dalam menggunakan strategi coping yang tepat akan membantu dalam mengatasi situasi pekerjaan yang menekan, sehingga dapat menunjukkan kualitas kinerja yang baik.

Hasil penelitian Lestarianita dan Fakhrurrozi (2007: 51) menunjukkan bahwa tuntutan pekerjaan untuk cepat dalam bertindak, menjadikan individu melakukan problem focused coping terlebih dahulu dan kemudian emotion focused coping atau religion koping. Kondisi tersebut sesuai dengan pekerjaan anggota Polri yang menuntut adanya kecepatan dalam pelayanan, sehingga rentan terhadap berbagai stressor yang dapat menghambat pencapaian kinerja yang maksimal. Kemampuan dalam menerapkan strategi coping yang tepat akan menjadikan anggota Binmas Polda Jateng tetap dapat menunjukkan kinerja yang maksimal.

Secara umum coping mempunyai dua macam fungsi, yaitu: 1). Emotion focused coping yang digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini melalui perilaku individu, seperti penggunaan alkohol, bagaimana

(6)

63 meniadakan fakta-fakta yang tidak

menyenangkan melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang “stressfull”, individu akan cenderung untuk mengatur emosinya. 2). Problem-focused coping. Untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi. Metode atau fungsi masalah ini lebih sering digunakan oleh para dewasa (Smet, 1994: 143- 145). Kemampuan anggota Binmas Polda Jateng dalam menentukan perilaku atau strategi coping yang tepat akan dapat membantu anggota Binmas Polda Jateng dalam menghadapi situasi kerja yang penuh tekanan, sehingga tetap dapat menunjukkan kinerja yang maksimal. Kenyataannya, anggota Binmas Polda Jateng masih kesulitan menunjukkan kinerja maksimal yang ditandai dengan adanya target dari kepolisian yang belum tercapai meskipun pada dasarnya anggota Binmas Polda Jateng adalah individu yang terlatih dan dibekali dengan berbagai keterampilan untuk menyelesaikan pekerjaan. METODE PENELITIAN

Populasi dalam penelitian ini adalah atasan pada Dit BinMas Polda Jateng yang berjumlah 6 orang, yang terdiri atas 1 orang Kabag Bin Opsnal (Kepala Bagian Pembinaan

Operasional), 4 orang Kasubdit (Kepala Sub Direktorat), 1 orang Kasubbag (Kepala Sub Bagian).

Penelitian ini menggunakan semua subyek yang sesuai dengan karakteristik pada populasi. Penelitian yang meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian, maka penelitian disebut penelitian populasi atau disebut juga sampling jenuh atau sensus (Sugiyono, 2010: 85). Penelitian ini menggunakan alat pengumpul data skala, yaitu Skala Kinerja Anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng dan Skala Strategi Coping. Teknik analisis data yang digunakan untuk menguji hubungan strategi coping sebagai variabel bebas dengan kinerja Anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng sebagai variabel tergantung, dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment dari Pearson.

Metode analisis data yang digunakan untuk membedakan jenis strategi coping yang digunakan anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng adalah teknik analisis uji- t. Tujuan penelitian ini adalah mencari perbedaan strategi coping yang digunakan anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng.

HASIL PENELITIAN DAN

(7)

64 Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

ada hubungan positif antara strategi coping dengan kinerja. Semakin tinggi strategi coping maka semakin tinggi kinerja pada anggota Polri, dan sebaliknya. Jones (2004: 28) menyatakan bahwa strategi coping dalam lingkungan pekerjaan akan meningkatkan kesadaran, pengelolaan informasi, pengubahan perilaku dan penggunaan resolusi damai. Strategi coping yang dimiliki karyawan dapat digunakan untuk dapat bertahan dengan kondisi pekerjaan, sekaligus menghadapi berbagai kesulitan.

Aldwin & Yancura (dalam Komar, 2011: 156) menyatakan bahwa strategi coping memiliki hubungan yang positif dengan kesehatan mental dan kinerja. Strategi coping stres yang sudah dimiliki individu dapat digunakan untuk mereduksi stres yang efektif pada aspek keadaan fisik, karakteristik pekerjaan maupun aspek perilaku, kognitif, emosi, lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Pekerjaan yang dilakukan individu dapat mendorong munculnya situasi yang menekan, sehingga individu akan merasa terbebani dengan pekerjaan tersebut. Kemampuan individu dalam menggunakan strategi coping yang tepat akan membantu dalam mengatasi situasi pekerjaan yang menekan, sehingga dapat menunjukkan kualitas kinerja yang baik.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang yang dilakukan Komar (2011: 162) tentang strategi coping stressor, menunjukkan bahwa strategi coping efektif dalam mereduksi stres fisik, perilaku dan kognitif dalam pekerjaan. Kemampuan mereduksi stres tersebut kemungkinan akan menimbulkan perasaan nyaman dalam diri karyawan, sehingga karyawan dapat menunjukkan kinerja yang maksimal dan dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh organisasi. Kemampuan dalam menerapkan strategi coping yang tepat dalam mengatasi permasalahan akan dapat menghindarkan anggota Dit Binmas Polda Jateng dari penurunan kinerja.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan emotional focused coping dan problem focused coping pada anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan pendapat yang diutarakan oleh Rutter (dalam Smet, 1994: 146) bahwa strategi koping yang paling efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stres dan situasi. Keberhasilan coping lebih tergantung pada kemampuan menerapkan strategi coping yang sesuai dengan ciri masing-masing kejadian yang penuh stres dari pada mencoba menemukan satu

(8)

65 strategi coping yang berhasil. Baik emotional

focused coping maupun problem focused coping dapat mengatasi tekanan yang muncul di dalam bekerja sesuai dengan tekanan yang muncul dalam pekerjaan.

Secara umum coping itu sendiri mempunyai dua macam fungsi, yaitu: Emotion focused coping, digunakan untuk mengatur respon emosional terhadap stres. Pengaturan ini melalui perilaku individu, seperti penggunaan alkohol, bagaimana meniadakan fakta-fakta yang tidak menyenangkan, melalui strategi kognitif. Bila individu tidak mampu mengubah kondisi yang 'stressful', individu akan cenderung untuk mengatur emosinya. Problem-focused coping digunakan untuk mengurangi stressor, individu akan mengatasi dengan mempelajari cara-cara atau ketrampilan-ketrampilan yang baru. Individu akan cenderung menggunakan strategi ini, bila dirinya yakin akan dapat mengubah situasi, sehingga tetap dapat bekerja secara maksimal meskipun bekerja di bawah tekanan.

Berdasarkan hasil data penelitian yang diperoleh, variabel kinerja anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng diperoleh Mean Empirik sebesar 74,07, Mean Hipotetiknya sebesar 57,5 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 11,5. Mean Empirik variabel kinerja anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng pada area (+) 1SD hingga (+) 2SD. Hal ini mengindikasikan

bahwa kinerja anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng pada kategori tinggi, bahwa anggota mampu menunjukkan kinerja sesuai dengan tanggung jawab yang diterimanya. Kinerja anggota Dit Binmas Polda Jateng berdasarkan penelitian berbeda dengan hasil yang diketahui pada awal pengambilan data, dimana terjadi peningkatan kinerja anggota Dit Binmas Polda Jateng. Kondisi tersebut kemungkinan dikarenakan adanya intervensi dari pimpinan agar anggota dapat bergerak lebih cepat, bekerja lebih keras dalam menyambut pengamanan hari raya.

Pada variabel strategi coping diperoleh Mean Empirik sebesar 94,38, Mean Hipotetiknya sebesar 90 dan Standar Deviasi Hipotetiknya sebesar 18. Mean Empirik variabel strategi coping pada area (+) 1SD dari Mean Hipotetiknya. Hal ini mengindikasikan bahwa strategi coping tergolong pada kategori sedang. Hal ini berarti anggota cukup dapat menetapkan strategi pemecahan masalah sesuai dengan situasi yang dihadapinya.

Sumbangan efektif variabel strategi coping terhadap kinerja anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng 10,6%. Sisanya sebesar 89,4% dari variabel lain seperti faktor internal, meliputi kecerdasan,

(9)

66 keterampilan, kestabilan emosi, motivasi,

persepsi, peran, kondisi keluarga, kondisi fisik seseorang, sikap, kepribadian, pembelajaran, upaya kerja (work effort), serta karakteristik kelompok kerja dan faktor eksternal, meliputi peraturan ketenagakerjaan, keinginan pelanggan, pesaing, nilai-nilai sosial, serikat buruh, kondisi ekonomi, perubahan lokasi kerja, kondisi pasar, dukungan organisasi, struktur organisasi, kebijakan pengelolaan, sistem informasi manajemen, serta sarana dan prasarana.

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dapat diambil simpulan ada hubungan positif antara strategi coping dengan kinerja anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng. Semakin tinggi strategi coping maka semakin tinggi kinerja pada anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng, dan sebaliknya, sehingga hipotesis dalam penelitian ini diterima.

Berdasarkan hasil penelitian juga dapat diambil simpulan bahwa tidak ada perbedaan strategi coping pada anggota Polri Dit Binmas Polda Jateng, sehingga hipotesis dalam penelitian ini ditolak.

DAFTAR PUSTAKA

Anoraga, P. 2006. Psikologi Kerja. Bandung : Trigendakarya.

Jones. 2004. Manajemen Stres. Alih Bahasa: Palupi Widyastuti. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Komar, T. 2011. Pengembangan Strategi Coping Stressor Konselor. Jurnal Bmbingan dan Konseling. No. 1. Agustus 2011. Hal. 154-163. Pasca Sarjana Universitas Pendidikan Indonesia.

Lestarianita, P., dan Fakhrurrozi, M. 2007. Pengatasan Stres pada Perawat Pria dan Wanita. Jurnal Psikologi. Vol. 1. No. 1. Hal. 47-51. Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Mangkunegara, A.A.A.P. 2007. Evaluasi Kinerja SDM. Bandung: PT. Refika Aditama.

Moon, P. 2001. Penilaian Karyawan. Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.

Rai, I. G. A. 2008. Audit Kinerja pada Sektor Publik. Jakarta: Salemba Empat. Smet, B. 1994. Psikologi Kesehatan.

Jakarta: PT Grasindo.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: ALFABETA.

Wordpress.com. 2009. Profesionalisme Polisi Republik Indonesia di Mata Masyarakat sebagai Profesi Hukum.

http://wordpress.com. (Sabtu, 26 Mei

Referensi

Dokumen terkait

Ini jelas menunjukkan bahawa amalan rasuah yang berlaku di Malaysia memberi kesan yang negatif terhadap pertumbuhan ekonomi di mana pemboleh ubah rasuah yang diperolehi adalah

Gedung H, Kampus Sekaran-Gunungpati, Semarang 50229 Telepon: (024)

Kebijaksanaan Kepala UPBJJ untuk peri ode berikutnya dapat memberikan kesempatan bagj tenaga edukatif ikut dalam segala kegiatan di UPBJJ tennasuk penempatan koordinator

Diketik rapi dengan Microsoft Word dengan Font Times New Roman Size 12, 2 spasi, kertas A4, dan syarat lainnya mengacu pada buku panduan skripsi

Senam lansia pada usia lanjut yang dilakukan secara rutin akan meningkatkan kebugaran fisik sehingga secara tidak langsung senam dapat meningkatkan fungsi jantung

Untuk pengujian mutu daging, otot yang dipilih adalah otot yang cukup besar dengan arah serabut yang cukup jelas; karkas unggas biasanya diambil dari bagian dada atau kadang-kadang

  Posisi endospora  endospora  1  T31  Ada  Dekat ujung  2  T42  Ada  Dekat ujung  3  T48  Ada  Tengah  4  T61  Ada  Tengah  5  T70  Ada  Dekat ujung ..