• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB VII TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB VII

TINGKAT KEBERDAYAAN EKONOMI RUMAH TANGGA PESERTA PROGRAM MISYKAT

7.1 Identifikasi Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Miskin Peserta Program Misykat

Ukuran yang menyatakan tingkat keberdayaan rumah tangga peserta program Misykat diperoleh dengan menjumlahkan skor total yang diperoleh dari masing-masing responden. Responden yang memiliki tingkat keberdayaan rumah tangga tinggi adalah responden yang total skornya lebih dari atau sama dengan 19, sedangkan responden yang memiliki tingkat keberdayaan rumah tangga rendah adalah responden yang total skornya kurang dari atau sama dengan 18. Secara umum, tingkat keberdayaan rumah tangga peserta program Misykat disajikan pada Tabel 17.

Tabel 17. Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Keberdayaan Rumah Tangga Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009

Tabel 17 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Misykat tergolong kategori tingkat keberdayaan tinggi, yaitu sebesar 92,31 persen. Hal ini didukung pula oleh pernyataan salah satu peserta bahwa sebagian besar peserta program Misykat tingkat keberdayaan hidupnya semakin baik setelah mengikuti program, seperti penuturan seorang rumah tangga peserta program Misykat berikut:

“Ibu mah bersyukur melalui program Misykat, ayeuna punya usaha jualan warung, lumayan sekarang bisa membantu suami. Ibu-ibu yang lain juga usahanya sudah berjalan contohnya Ibu Ijah mendapatkan modal dari Misykat

No Kategori Jumlah Responden

n %

1 Tinggi : ≥ 19 24 92,31

2 Rendah : ≤ 18 2 7,69

(2)

dengan usaha kripik pisang, dulu hanya jualan pisang mentah diplastikan sekarang jualannya pake bungkusan yang menarik. (Ibu Ent)

Tabel 18. Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program Misykat, Kelurahan Loji, 2009

Data pada Tabel 18 menunjukkan bahwa sebagian besar peserta program Misykat memiliki keberdayaan ekonomi tinggi. Hal ini karena rumah tangga peserta program Misykat memiliki kebebasan untuk mengakses terhadap keuangan mikro seperti Baitul Mal Watanwil (BMT) dan Bank, walaupun ternyata sangat sedikit (38,5 persen) peserta program yang berencana untuk meminjam uang ke lembaga keuangan mikro tersebut. Hal ini sebagaimana telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa alasan mereka tidak meminjam uang kepada lembaga keuangan mikro karena mereka takut tidak bisa melunasi uang pinjamannya, apalagi lembaga tersebut biasanya mensyaratkan ada jaminan. Berikut penuturan salah satu rumah tangga peserta program Misykat:

“Ibu mah tidak berani meminjam uang ke Bank takut tidak bisa melunasinya, pinjaman ke Misykat juga belum lunas. Ibu jadi malu belum bisa melunasinya” (Ibu Rs)

Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Miskin

Jumlah

Ya Tidak

Mendapatkan pinjaman modal dari program Misykat 21 (80,8) 5 (19,2)

Kemudahan mengakses pinjaman modal ke Misykat 20 (76,9) 6 (23,1)

Mendapatkan pelayanan penyimpanan tabungan dalam program Misykat

26 (100) 0 (0)

Mendapatkan pendampinan dan pelatihan usaha dari program Misykat

20 (76,9) 6 (23,1)

Berencana meminjam pinjaman modal selain dari program Misykat

10 (38,5) 20 (61,5)

Mudah melakukan transaksi jual beli di pasar 25 (96,2) 4 (15,4)

Memiliki kemampuan untuk memasarkan produk hasil usaha

22 (84,6) 4 (15,4)

Mampu mengatur pembagian modal pinjaman 20 (76,9) 6 (23,1)

Mampu mengatur penggunaan uang hasil tabungan 21 (80,8) 5 (19,2)

Mampu mengatur hasil keuntungan dari usaha yang anda jalankan

24 (92,3) 2 (7,7)

Mampu mengatur hasil pendapatan usaha keluarga 25 (96,2) 4 (15,4)

(3)

Peserta program Misykat memiliki akses terhadap aset-aset produksi seperti: mesin produksi (mesin jahit, mesin obrasan, mesin bordir, kulkas, mixer, open), motor, tanah, gerobak bakso, warung. Akses terhadap pasar seperti: aktifitas jual dan beli produk yang mereka jalankan. Memiliki kontrol terhadap penggunaan pinjaman dan tabungan yang mereka hasilkan dari usaha yang mereka jalankan digunakan untuk: 1) menambah modal usaha, 2) menabung (tabungan cadangan dan tabungan berencana), bayar iuran yaitu iuran anggota dan iuran kas majlis, 3) menyisihkan uangnya untuk infaq yang besarnya sesuai keikhlasan masing-masing, dan 4) konsumsi keluarga. Walaupun terkadang mereka suka telat membayar iuran dan menyisihkan untuk menabung karena uang yang ada digunakan untuk membayar biaya sekolah anak-anaknya.

Mereka juga memiliki kontrol atas pendapatan dan aktifitas keluarga khususnya pendapatan suami, biasanya mereka gunakan untuk konsumsi keluarga, membayar utang, biaya sekolah anak dan mengeluarkan infaq. Menyisihkan uang untuk infaq selalu mereka usahakan karena mereka berkeyakinan bahwa infaq yang mereka keluarkan sebenarnya untuk diri mereka sendiri dan akan dibalas oleh Allah SWT dengan sesuatu yang lebih baik. Hal ini merupan salah satu buah dari materi pendidikan pada kegiatan pendapingan rutinan yang senantiasa setiap pekannya dilaksanakan.

(4)

7.2 Hubungan Antara Tingkat Pelaksanaan Program Misykat dengan Tingkat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga Peserta Program Misykat

Hubungan antara tingkat pengetahuan dengan tingkat pelaksanaan program Misykat ditunjukkan dalam tabel 19 di bawah ini.

Tabel 19. Jumlah Responden Berdasarkan Pelaksanaan Program Misykat dan Tingkat Keberdayaan, Kelurahan Loji, 2009.

Tingakat Keberdayaan Ekonomi Rumah Tangga

Tingkat Pelaksanaan Program

Baik Cukup Kurang

N % n % n %

Tinggi 21 95,45 3 100 0 0

Rendah 1 4,55 0 0 1 100

Total 22 100 3 100 1 100

Tabel 19 menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang memberikan penilaian baik terhadap pelaksanaan program Misykat, ternyata memiliki tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga tinggi yaitu 95,45 persen. Pada responden yang memberikan penilaian dengan tingkat pelaksanaan program Misykat kurang memiliki tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga rendah yaitu sebesar 100 persen. Data diatas menunjukkan bahwa ketika pelaksanaan program Misykat semakin baik maka tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya ketika tingkat pelaksanaan program Misykat kurang maka tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga peserta program Misykat rendah.

Fenomena diatas terjadi karena proses pendampingan pekanan yang dijalankan oleh pelaksana program dirasakan bermanfaat dalam meningkatkan pengetahuan dan kemampuan mengelola usaha yang sedang mereka jalankan, seperti:kemampuan mengakses dan mengontrol terhadap aset-aset produktif seperti membeli mesin produksi, kulkas dan motor. Kemampuan mengakses

(5)

terhadap pasar dengan menjual produksi hasil usaha sendiri, kemampuan mengontrol terhadap pendapatan yang dihasilkan oleh hasil usaha sendiri dan penghasilan suami dengan cara menabung di Misykat. Semua peserta Program Misykat memiliki tabungan di Misykat hal ini karena mereka sadar akan manfaat dari menabung tersebut. Peserta program Misykat diberikan kebebasan dalam mengembangkan usaha baik menambah modal usaha dengan meminjam kepada lembaga selain dari program Misykat maupun pengembangan diversifikasi usahanya. Sehingga pelaksanaan program Misykat yang baik ini berdampak kepada tingkat keberdayaan ekonomi rumah tangga yang baik juga. Berikut penuturan salah satu peserta program:

”Alhamdulillah pendampingan rutinan setiap pekan bermanfaat pisan kanggo Ibu-ibu anggota Misykat. Ibu-ibu dipasihan materi cara ngelola usaha, gimana cara usaha anu halal, sareng dipasihan materi pengetahuan agama Islam. Ibu-ibu yang tadinya jarang sholat ayeuna mah getol sholat na. Jeung Ibu-ibu ayeuna mah bertambah berani contohna jadi petugas MC atau Tilawah kumargi tos aya jadwal na, jadi mau tidak kudu berani da udah jadwal na”. (Ibu Yyh)

Berdasarkan uji statistik dengan uji Korelasi Rank Spearman, diperoleh hasil nilai korelasi sebesar 0,288. Hal ini mengidentifikasikan bahwa antara tingkat keberdayaan rumah tangga dengan tingkat pelaksanaan program Misykat tidak terdapat hubungan yang signifikan (P > 0,05). Hal ini diduga karena adanya faktor-faktor lain yang mempengaruhi mengapa sebuah rumah tangga tidak berdaya pada dasarnya dapat ditelaah dari dimensi struktural dan kultural.

Dimensi struktural-kultural mengandung makna berlangsungnya hubungan-hubungan sosial dan interakasi sosial yang khas dalam komunitas yang mengakibatkan berlangsungnya suatu kebiasaan yang dapat “membius” dan membatasi inisiatif dan semangat warga komunitas untuk berkembang. Berlangsungnya sikap-sikap yang pasrah, kurang kreatif, inisiatif, dan berani

(6)

dalam masyarakat atau tidak langsung dapat mengekalkan bentuk-bentuk dan sifat hubungan sosial yang khas dalam komunitas termasuk dalam sebuah keluarga (Nasdian, 2006).

Dampak dari program Misykat terhadap rumah tangga peserta program Misykat secara kualitatif berdampak kepada kehidupan yang semakin baik. Hal ini karena sebanyak 26 rumah tangga peserta program Misykat dari sebelumnya tidak punya usaha kini mereka punya usaha. Ada pun 8 dari 26 peserta Misykat kini kondisinya sudah tidak berusaha lagi karena modal mereka habis dipakai untuk biaya sekolah anak, terjerat kepada reintenir dan memilih untuk bekerja. Dampak program Misykat juga ditunjukan dengan semua peserta program Misykat memiliki tabungan.

Gambar

Tabel  18.  Keberdayaan  Ekonomi  Rumah  Tangga  Peserta  Program  Misykat,  Kelurahan Loji, 2009
Tabel  19.  Jumlah  Responden  Berdasarkan  Pelaksanaan  Program  Misykat  dan  Tingkat Keberdayaan, Kelurahan Loji, 2009

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, pada penelitian tugas akhir ini dibuat program/perangkat lunak pengenalan wajah individu menggunakan metode Hidden Markov Model, data yang

Alternate user tidak memiliki akun google analytics jika user tidak memiliki akun google analytics maka user akan dikembalikan ke halaman utama dan sistem akan menampilkan

[r]

KJRI Kota Kinabalu dapat dikatakan sebagai ―Penjamin‖ pendidik untuk memperoleh visa tinggal dari Jabatan Imigresen (Imigrasi) dan permit mengajar dari

bhakti/ngayah dengan bersama-sama dan saling tolong menolong tanpa mengharapkan imbalan/pamrih. 4) Makna Sosial dengan semangat kegotongroyongan dan kekeluargaan, 5) Makna

Hasil penelitian dari tiga variabel yang mempengaruhi kinerja pelayanan publik anggota DPRD Jawa Timur, secara umum variabel kualitas kepemimpinan dan etos moralitas

  Ia menyatakan bahwa alam itu tidak berhingga besarnya dan tidak terbatas,

Tahap terakhir dalam kegiatan implementasi adalah tahap konversi sistem. Konversi sistem dilaksanakan bilamana sistem yang baru sudah siap dan layak untuk