• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Teacher Effort, Creativity, Children Tunagrahita

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keywords: Teacher Effort, Creativity, Children Tunagrahita"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

UPAYA GURU DALAM MENGEMBANGKAN KREATIVITAS ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (TUNAGRAHITA) DI SLB LIMAS PADANG

Isti’anah Nasty1,

, Harisnawati2, Yenita Yatim2 1

Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat 2

Dosen Program Studi Pendidikan Sosiologi STKIP PGRI Sumatera Barat istianahnasty1995@yahoo.com

ABSTRACT

This research while such by the lack of teachers are incompatible with students join the creativity .So the purpose of this study is described the teachers in developing creativity children with special needs disabled athletes (tunagrahita) in in SLB Limas Padang. This research using the theory “psychology behaviorism” according to skinner .Approach that is used is a qualitative approach is descriptive .Informants research is teachers and students using porposive sampling technique .The kind of data that use is primary and secondary data .Data collection method used is non participants observation , interviews and study documents .A unit of the analysis used is individual .An analysis of the data used was data collection , reduction data , presentation of data and conclusions. The results show that the teachers in developing creativity children with special needs disabled athletes (tunagrahita) is 1.Do good preparation are preparing a, matter, the class.2.Guiding students individually.3.Received an opinion students accept the results students works although this result is at odds with landing she taught them and 4.Giving strengthening of them a. encouragement positive as a show of thumb and praised students works creative and b. strengthening negative as advise students who meribut and disturbing company in learning that students would not repeat guilt.

Keywords: Teacher Effort, Creativity, Children Tunagrahita

PENDAHULUAN

Kebijakan pemerintah dalam penyediaan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 bahwa negara memberikan jaminan sepenuhnya kepada anak berkebutuhan khusus untuk memperoleh layanan

pendidikan yang bermutu, peraturan menteri pendidikan nasional nomor 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi peserta didik yang memiliki kelainan dan memiliki potensi kecerdasan atau kreativitas istimewa (Undang Undang RI No.20 Tahun 2003).

(2)

2 Dalam paradigma pendidikan kebutuhan khusus (special needs

education), anak yang mempunyai

kebutuhan khusus baik yang bersifat temporer maupun bersifat permanen akan berdampak langsung kepada proses pembelajaran, dalam bentuk hambatan untuk melakukan kegiatan belajar (barrier to learning and

development). Hambatan belajar dan

hambatan perkembangan dapat muncul dalam banyak bentuk, untuk mengetahui dengan jelas hambatan belajar, hambatan perkembangan dan kebutuhan yang dialami oleh seorang anak sebagai akibat dari kebutuhan khusus atau kecacatan tertentu, dilakukan dengan menggunakan

assesment (Marlina, 2015:8)

Berdasarkan observasi yang dilakukan di SLB limas Padang pada hari senin, 6 Februari 2017, Permasalahan yang terlihat dilapangan siswa mengalami kesulitan belajar dan menyesuaikan diri dengan lingkungan dalam melakukan kegiatan proses belajar mengajar IQ siswa yang dibawah rata-rata. Peneliti melihat dilapangan satu guru mengajar menjahit dengan

9 siswa sedangkan satu guru angklung mengajar 16 siswa. Dengan satu guru dan jumlah siswa yang diluar ketentuan bagaimana upaya guru memiliki persiapan yang matang, bersifat membimbing, tidak terikat pada buku pelajaran, terbuka terhadap pendapat berlawanan dan memberikan penguatan kepada siswa.

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita) di SLB Limas Padang?

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita) di SLB Limas Padang.

Teori yang dipilih dalam penelitian ini adalah tentang

“Psikologi Behaviorisme” menurut

Skinner, hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui interaksi dalam lingkungannnya, yang kemudian akan menimbulkan perubahan tingkah laku. Respon yang diberikan oleh siswa tidaklah

(3)

3 sesederhana itu. Sebab, pada dasarnya stimulus yang diberikan kepada siswa akan saling berinteraksi dan interaksi antara stimulus-stimulus tersebut akan mempengaruhi bentuk respon yang diberikan. Demikian juga dengan respon yang dimunculkan akan mempunyai konsekuensi. konsekuensi inilah yang mempengaruhi atau menjadi pertimbangan munculnya perilaku (Budiningsih, 2005:24).

Demikian juga halnya dengan upaya guru dalam mengembangkan kreativitas anak berkebutuhan khusus, dengan memberikan stimulus yang ada dalam diri siswa sehingga dengan adanya stimulus yang diberikan guru dalam pembelajaran, siswa memberikan respon dan kurangnya respon dari siswa yang belajar dan menerima pelajaran dari guru dilihat dari segi konsentrasi dalam belajar siswa.

METODOLOGI PENELITIAN

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe penelitian deskripstif. Teknik

pemilihan informan adalah purposive

sampling. Adapun informan

penelitian berjumlah 10 orang. Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari informan penelitian melalui wawancara langsung kepada guru yang mengajar kreativitas dan siswa di SLB Limas Padang. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini yaitu surat-surat yang berkaitan dengan keadaan profil sekolah SLB Limas Padang didapatkan dari kantor TU terkait dengan deskripsi lokasi penelitian. Data yang diperoleh dari foto-foto yang berhubungan dalam penelitian, dokumen-dokumen dan laporan penelitian yang berhubungan dengan tujuan penelitian yang berkaitan dengan upaya guru dalam mengembangkan kreativitas anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) di SLB Limas Padang.

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Observasi Non Partisipan

Sutrisno Hadi (Sugiyono, 2012:203) mengemukakan bahwa, observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang

(4)

4 tersusun dari berbagai proses biologis dan psikologis. Dua diantara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan. Teknik pengumpulan data dengan obsevasi digunakan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Proses pelaksanaan pengumpulan data, observasi dapat dibedakan menjadi participant observation (observasi berperan serta) dan non participant observation. Observasi pada penelitian ini menggunakan observasi non partisipan yaitu observasi yang menjadikan peneliti sebagai penyaksi terhadap gejala atau kejadian yang menjadi topik penelitian (Emzir, 2012:40).

Dalam penelitian ini, observasi yang dilakukan adalah observasi non partisipan yaitu peneliti mengamati upaya guru dalam mengembangkan kreativitas yang dilakukan oleh siswa. Observasi atau pengamatan dilakukan dengan mengamati saat kegiatan kreativitas yang dilakukan anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) yang dibimbing oleh guru. Hal ini dilakukan untuk

mendapatkan data secara langsung tentang “Upaya Guru Dalam Mengembangkan Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahita) SLB Limas Padang.

2. Wawancara Mendalam

Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur dan dapat dilakukan melalui tatap muka (face to face) maupun menggunakan telephone. Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila penulis atau pengumpulan data telah mengetahui dengan pasti tentang informasi apa yang diperoleh. Oleh karena itu dalam

melakukan wawancara

pengumpualan data telah menyiapkan pedoman wawancara berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternative jawabannya pun telah disiapkan. Sedangkan wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan (Sugiyono, 2012:138-140).

(5)

5 Peneliti mulai melakukan wawancara dengan kepala sekolah pada hari senin tanggal 22 mei 2017 pada waktu istirahat, wawancara dilakukan di ruang kepala sekolah, mewawancari guru pada waktu istirahat dan sepulang sekolah, wawancara dilakukan diruang kelas dan ruang majelis guru serta mewawancarai siswa yang dilakukan di lapangan sekolah. wawancara ini dapat mengungkapkan informasi secara rinci dan lebih mendalam mengenai upaya guru dalam mengembangkan kreativitas anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) di SLB Limas Padang.

3. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan fakta-fakta dan data sosial yang tersimpan dalam bahan yang terbentuk dokumen. Data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, laporan dan lain-lain. Studi dokumen dilakukan untuk memperkuat data yang telah didapat dari wawancara dan observasi atau sebagai sumber data baru yang mendukung dan berhubungan dengan permasalahan yang diteliti (Bungin,2003:125). Studi dokumen pada penelitian ini

berupa teks tertulis, gambar, maupun foto-foto. Dokumen tertulis dapat berupa sejarah sekolah, karya tulis lainnya. Dokumentasi pada penelitian ini dapat mendukung data penelitian berupa foto tentang kegiatan kreativitas siswa. Data dokumen diperoleh di instansi terkait seperti Kantor Kepala Sekolah SLB Limas Padang.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah individu yaitu guru yang mengajar kreativitas padan anak berkebutuhan khusus (Tunagrahitta). Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah model analisis Milles dan Huberman.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Upaya Guru dalam

Mengembangkan Kreativitas Anak Berkebutuhan Khusus (Tunagrahitta) 1.1 Memiliki Persiapan Mengajar Upaya yang dilakukan Guru menyiapkan alat angklung menyiapkan kondisi lapangan bersih, materi yang akan diajarkan kepada siswa dan guru menyiapkan kondisi siswa karena kalau siswa tidak siap maka dalam proses memainkan angklung siswa tidak konsentrasi

(6)

6 dalam bermain. Perkembangan kreativitas dapat dilihat pada perilaku dan cara berfikir siswa seperti guru memainkan angklung dengan cara terbalik dan siswa menjawab bunyi yang dihasilkan tidak bagus dan dapat merusak angklung. Buku yang dibutuhkan seperti kumpulan lagu nasional.

Upaya yang dilakukan Guru menyiapkan alat menjahit seperti gunting, penggaris, pensil, benang, jarum jahit, kain dan guru menyiapkan mesin jahit yang akan digunakan oleh siswa. guru menyiapkan kondisi dan suasana kelas agar siswa nyaman dan senang belajar menjahit. Guru menyiapkan materi yang akan diajarkan seperti menggunakan gambar pola dan gambar bentuk sulam perca.

1.2 Bersifat Membimbing

Guru membimbing cara memegang angklung yang baik dengan posisi angklung sebelah kanan yang tinggi, posisi tangan kanan menggerakkan angklung dan tangan kiri memegang bagian atas angklung. Guru menunjukkan not

angka yang akan dibunyikan siswa. guru sebagai pemandu dengan mengarahkan tangan dan mata guru dengan not angka yang akan dimainkan siswa. Siswa konsentrasi mendengarkan arahan yang diberikan guru, ada siswa yang lupa dengan not angka yang dibunyikannya karena kurangnya konsentrasi siswa dalam bermain. Konsentrasi siswa yang terganggu dalam permainan angklung guru mengingatkan siswa not angka yang dipegang oleh siswa dan mengulang lagu dari awal sampai 5 kali ulang. Guru menutup permainan angklung dengan cara memberikan ketukan terakhir tanda permainan angklung selesai.

Upaya guru dalam membimbing siswa dalam menjahit dengan cara memasukkan benang dalam jarum jahit, memotong kain, membuat pola, mengajarkan cara membuat sulam perca dan mengajarkan cara menggunakan mesin jahit. Guru membimbing siswa mulai dari siswa tidak tahu cara mengukur dan mengunting kain dengan ukuran 40x40 menggunakan gunting, pesil dan penggaris. Guru

(7)

7 mengajarkan siswa cara membuat pola menggunakan gelas bentuk lingkaran dan siswa mempraktekkan langsung dengan cara kerjasama dengan temannya, dalam menggunting kain berukuran 40x40 cm siswa membagi tugas dengan cara ada siswa yang mengunting dan ada siswa bagian mengukur kain. Setelah masing – masing siswa sudak memiliki kain ukuran 40x40 kemudian siswa membuat pola dengan bentuk lingkaran, persegi, persegi panjang dan segitiga. Ada siswa yang membuat pola dengan kreasinya sendiri dengan bentuk pola seperti mobil, rumah dan pemandangan. Siswa membuat pola rumah dengan cara menggabungkan pola segitiga dengan pola persegi panjang, kemudian guru mengajarkan siswa cara memasukkan benang kedalam jarum jahit dan mengajarkan cara membuat sulam perca yang memiliki teknik menyulam perca yang sulit dipahami siswa, siswa melakukan sulam perca pada pola yang dibuatnya hasilnya sulam perca siswa tidak sesuai yang guru ajarkan. Kemudian siswa menjahit bagian sisi tepi kain dan

memberikan sleting pada sarung bantal.

1.3 Terbuka Terhadap Pendapat Yang Berlawanan

Upaya guru terbuka terhadap pendapat yang berlawanan dalam permainan angklung guru menerangkan materi kepada siswa, siswa memperhatikan guru mengajar dan siswa mempraktekan langsung yang diajarkan guru. Permainan angklung membutuhkan konsentrasi siswa yang guru intruksikan dan siswa memainkan angklung tidak sesuai arahan guru. Siswa melakukan suatu perilaku atau pendapat yang tidak diharapkan ketika bermain angklung seperti keterlibatan siswa ketika bermain angklung, merespon saran dari teman sebaya, mengingatkan teman yang lupa membunyikan angklung, meminta maaf apabila melakukan kesalahan maka akan diberikan nasehat dan masukan agar siswa tidak mengulangi kesalahannya.

Upaya guru terbuka terhadap pendapat yang berlawanan dalam menjahit, cara siswa menjahit tidak sesuai dengan yang guru ajarkan dan

(8)

8 guru mengajarkan kembali kepada siswa namun siswa tidak bisa melakukannya. Guru menerangkan materi dan siswa menerima materi yang disampaikan guru tetapi ada sebagian siswa berbeda cara membuat jahitan dengan cara sendiri namun guru menerimanya. Dalam menjahit siswa memerlukan kerjasama dengan teman sebayanya, apabila temannya salah dalam mengambil kain, warna benang, menjahit tidak sesuai dengan pola nya maka siswa lainnya yang akan mengingatkan agar kesalahan tersebut tidak terulang kembali. Peran serta guru untuk melatih anak 1.4 Memberikan Penguatan

Guru memberikan penguatan positif (reword) seperti guru memberikan nilai tambah untuk siswa yang tampil di depan kelas bertujuan untuk melatih keberanian pada diri siswa. Upaya yang guru lakukan dalam memberikan penguatan pada kegiatan menjahit seperti guru mengucapkan kata “Bagus”, tepuk tangan dan memberi acungan jempol agar siswa bersemangat melakukan kegiatan menjahit apabila siswa menjahit

tidak sesuai dengan arahan guru karena siswa meribut dan mengganggu teman maka guru menasehati siswa agar kesalahan siswa tidak terulang kembali. memberikan penguatan dalam menyampaikan pelajaran dengan bercerita dan metode yang bervariasi serta memberikan Reinforcement

berupa pujian secara verbal tepuk tangan, dan acungan jempol. Guru memuji jahitan yang dibuat siswa walaupun jahitan yang dibuat siswa tidak sesuai dengan yang guru ajarkan, siswa tersebut bersemangat menjahit karena pujian dari guru. Dalam kegiatan menjahit siswa meribut, menggangu teman maka guru memberikan hukuman seperti guru menegur siswa agar tidak meribut dan guru memberikan nasehat agar kesalahan siswa tidak terulang kembali. Penguatan yang diberikan guru agar siswa termotivasi dan bersemangat dalam proses kegiatan keterampilan menjahit.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Teori “Psikologi

Behaviorisme” dalam Hamalik

(9)

9

Behaviorisme adalah suatu studi

tentang kelakuan manusia. Jadi, pada dasarnya kelakuan anak adalah terdiri atas respon-respon tertentu terhadap stimulus-stimulus tertentu.

Perubahan yang terjadi dalam kegiatan bermain angklung seperti dari siswa tidak tau dengan alat musik angklung, memegang angklung dan menghafal not angka pada lagu hygme guru dengan berjalannya waktu siswa mengetahui alat musik angklung, memainkan angklung dengan baik menghasilkan bunyi yang bagus dan siswa hafal not angka pada lagu hygme guru. Upaya yang dilakukan guru terlihat pada perkembangan siswa seperti pada saat guru memainkan angklung dengan cara terbalik dan siswa merespon bunyinya tidak bagus. Perkembangan tersebut dapat dilihat pada fikiran siswa. Stimulus yang diberikan guru seperti bagi siswa yang teknik bermain angklung bagus maka guru mengajak siswa mengikuti lomba. Guru mencontohkan kepada siswa, angklung dimainkan secara terbalik dan siswa merespon dengan

mengucapkan bunyinya tidak bagus. Guru mengajar dengan benar akan direspon baik oleh siswa. Respon yang diberikan siswa seperti siswa lebih rajin latihan angklung dan termotivasi untuk mendapatkan prestasi di sekolah.

Perubahan yang ada pada siswa seperti siswa tidak tahu bagaimana cara membuat sulam perca dan siswa tidak tahu cara menggunakan mesin jahit manual. Sekarang siswa sudah tau cara membuat sulam perca dan sebagian siswa sudah bisa menggunakan mesin jahit manual dengan cara memasukkan benang kedalam jarum jahit lalu mengayuh dengan teratur kalau tidak teratur maka benang yang ada pada kain akan menumpuk. Walaupun jahitan siswa masih belum rapi dan berliku-liku. Upaya yang guru lakukan terlihat pada perkembangan pada siswa seperti guru mengajarkan membuat gambar pola lingkaran, persegi, segitiga dan persegi panjang dan siswa membuat pola dengan gambar mobil, pemandangan gunung dan rumah. Stimulus yang guru berikan seperti guru menggunakan

(10)

10 media gambar untuk menunjang proses pembelajaran dan siswa merepon siswa bersemangat dan meningkatkan rasa ingin tahu siswa terhadap gambar yang digunakan guru.

Stimulus yang diberikan guru pada menjahit seperti guru mengajarkan cara mengukur, cara menggunting, cara membuat pola, cara sulam perca. Respon yang siswa berikan siswa berkerjasama mengukur dan memotong kain perca, setiap siswa memiliki pola yang di inginkan siswa, siswa yang kreatif membuat poa dengan model rumah dan mobil dan siswa melakukan sulam perca dilakukan secara berulang sebanyak 3 kali lebih. KESIMPULAN

Upaya guru dalam mengembangkan kreativitas anak berkebutuhan khusus (tunagrahita) sebagai berikut:

1. Memiliki persiapan mengajar yang matang

2. Bersifat membimbing

3. Terbuka terhadap pendapat yang berlawanan

4. Memberikan penguatan DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional, 2003. Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003, Tentang Sistem

Pendidikan Nasional, Jakarta: Depdiknas.

Marlina. 2015. Asesmen pada anak

berkebuthan khusus Edisi revisi.

Padang: UNP Press

Budimanningsih,Asri. 2005. Belajar

Dan Pembelajaran. Jakarta. PT

Rineka Cipta

Sugiyono. 2012.Metode penelitian

pendidikan pendekatan

kuantitatif, kualitatif, dan R&D.

Referensi

Dokumen terkait

Adapun ulama yang memahami bahwa hadis tersebut hanya lah tradisi semata berpedoman bahwa tidak semua larangan dipahami sebagai sesuatu yang haram, apalagi ketika hadis

Kompetensi inti (core competence), yaitu kompetensi yang wajib dimiliki oleh seorang pustakawan, seperti pengetahuan tentang ilmu perpustakaan, pemahaman tentang

(1) Inspektur Wilayah III merupakan unit kerja Inspektorat membawahi jabatan fungsional yang melaksanakan fungsi pengawasan sebagai unsur lini dalam pelaksanaan

melakukan pengujian prediksi masih dilakukan satu per satu tiap record, dan belum dapat melakukan pengujian dan prediksi secara menyeluruh Sistem ini masih menggunakan

Bass adalah instrument petik yang menghasilkan bunyi rendah dan bisa membawa imajinasi atau reflek gerak pada setiap pendengarnya, dengan kata lain instrumen

Faktor-faktor yang diduga berpengaruh terhadap kelancaran pengembalian Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro BRI ini diturunkan dari prinsip-prinsip yang digunakan dalam

ekstrakurikuler, buku-buku pelajaran, biaya pariwisata, ( study tour ), biaya belajar tambahan sekolah; (2) Biaya tidak langsung ( indirect cost ), yaitu biaya dalam bentuk

Hal ini berarti secara simultan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar fisika, keterampilan berfikir kritis, dan sikap ilmiah siswa antara siswa yang