BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Objek Penelitian
Perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI)
dan menerbitkan laporan keuangan dengan tidak ada laba negatif serta
melakukan pembagian deviden dari tahun 2009 - 2012 adalah 12 perusahaan
dalam satu periode. Sehingga total sampel yang digunakan dalam penelitian
ini adalah 12 x 4 tahun = 48 perusahaan dari total populasi 164. Hal ini
dilakukan karena menggunakan metode penggabungan data dari tahun 2009
sampai dengan tahun 2012.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh financial leverage yang diukur dengan debt to equity ,
dan kebijakan deviden yang diukur dengan dividend payout ratio (DER)
terhadap nilai perusahaan yang diukur dengan price to book vaue (PBV).
Teori-teori yang digunakan menggambarkan bagaimana suatu perusahaan
dapat mencapai keunggulannya yaitu dengan memiliki sumber daya yang
unggul baik dari segi modal manusia, modal perusahaan maupun struktur
organisasinya. Sehingga dengan seluruh keunggulan yang dimiliki dapat
memberikan pengaruh terhadap peningkatan pada nilai perusahaan. Sumber
daya yang dimiliki oleh perusahaan akan memberikan hasil optimum apabila
mendapat dukungan sumber daya manusia dengan kinerja yang tinggi dan
B. Uji Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif berguna untuk mengetahui karakter sampel yang akan
digunakan dalam penelitian. Untuk mengetahui gambaran mengenai
karakteristik sampel yang digunakan secara rinci dapat dilihat pada tabel 5.3.
Statistik deskriptif ini memperlihatkan nilai rata-rata (mean), standar deviasi,
maksimum dan minimum variabel independen (DER dan DPR) dan variabel
dependen (PBV) dalam penelitian ini.
Tabel 5.1 Statistik Deskriptif
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
DER 48 .21 3.94 1.0540 .77912
DPR 48 4.99 96.18 42.9367 20.63258
PBV 48 .59 12.06 3.3581 2.76803
Valid N (listwise) 48
Sumber: Data diolah, 2013
Pada tabel 5.3 di atas menggambarkan variabel-variabel yang diteliti baik
independen maupun variabel dependen. Di bawah ini merupakan penjelasan
dari tabel 5.3 statistik deskriptif.
a. N dalam tabel menunjukkan banyaknya data. Data dalam penelitian ini
berjumlah 48 sampel, yang berarti semua data mengenai DER(Debt to
Equity Ratio), DPR (Devidend Payout Ratio), PVB (Price to Book Value Ratio).
b. Minimum merupakan nilai terendah dari setiap pengamatan. Data
minimum dari DER(Debt to Equity Ratio) (0,21), DPR (Devidend Payout Ratio) (4,99) dan PVB(Price to Book Value Ratio) (0,59).
c. Maximum adalah nilai tertinggi dari setiap pengamatan. Data maximum
dari DER(Debt to Equity Ratio) (3,94), DPR (Devidend Payout Ratio)
(96,18) dan PVB(Price to Book Value Ratio) (12,06).
d. Mean (rata-rata) merupakan jumlah seluruh angka pada data dibagi
dengan jumlah data yang ada. Mean dari DER (Debt to Equity Ratio)
(1,0540), DPR (Devidend Payout Ratio) (42,9367) dan PVB(Price to
Book Value Ratio) (3,3581).
e. Standar deviasi dalam tabel menggambarkan variasi dari
variabel-variabel tersebut.
C. Uji Kualitas Data
Uji kualitas data dilakukan dengan melihat normalitas data. Pengujian
normalitas data ini dapat dilakukan dengan pengujian Kolmogorov-Smirnov
Test. Hasil dari uji normalitas data tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah
Tabel 5.2 Uji normalitas
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
DER DPR PBV
N 48 48 48
Normal Parametersa,b Mean 1.0540 42.9367 3.3581 Std. Deviation .77912 20.63258 2.76803
Most Extreme Differences
Absolute .139 .083 .173
Positive .136 .080 .173
Negative -.139 -.083 -.159
Kolmogorov-Smirnov Z .966 .578 1.200
Asymp. Sig. (2-tailed) .308 .891 .112
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Data dalam penelitian terdistribusi dengan normal apabila nilai
signifikannya > 0,05. Dari hasil uji normalitas di atas, dapat dilihat bahwa
variabel DER, DPR dan PBV memiliki nilai signifikan > 0,05 yaitu
masing-masing 0,308, 0,891, dan 0, 112.Hal ini menunjukkan bahwa data yang
dimiliki terdistribusi dengan normal.
D. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik dapat dilihat melalui aspek berikut ini:
1) Uji Multikolinearitas
Multikilonearitas adalah korelasi yang sangat tinggi atau sangat
rendah yang terjadi pada hubungan diantara variabel bebas. Uji
multikolinearitas ini dilakukan dengan tujuan untuk menguji apakah
model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas
masalah atau gejala multikolinearitas atau tidak. Nilai yang umum
digunakan untuk melihat adanya multikolinearitas adalah tolerance >
1 atau sama dengan VIF > 10. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil
pengujian multikolinearitas: Tabel 5.3 Uji multikolinearitas Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 3.222 .891 3.618 .001
DER -1.647 .455 -.464 -3.622 .001 .980 1.021
DPR .044 .017 .325 2.538 .015 .980 1.021
a. Dependent Variable: MBV
Sumber: Data diolah, 2013
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa angka pada kolom
tolerance dan VIF tidak melebihi nilai cut off yang menunjukkan
adanya multikolinearitas. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi gejala multikolinearitas diantara variabel bebas.
2) Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu (disturbance
term-ed) pada periode t dan kesalahan penggangu pada periode
sebelumnya (t - 1). Pengujian autokorelasi dalam penelitian ini
membandingkan nilai DW. Jika DW berada pada rentang du dan 4-du,
makan hal ini menunjukkan tidak ada masalah autokorelasi dalam
model regresi. Tabel 5.4 Uji autokorelasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .527a .278 .246 2.40434 .278 8.647 2 45 .001 2.315
a. Predictors: (Constant), DPR, DER b. Dependent Variable: MBV
Sumber: Data diolah 2013
Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai DW sebesar
2,315. Sedangkan dalam tabel Durbin Watson nilai du = 1,6462 dan4–
du = 2,3538 dengan k = 2 dan N = 48. K menunjukkan jumlah
variabel bebas dan N menunjukkan jumlah sampel penelitian. DW
berada diantara nilai du dan 4-du, ini menunjukkan bahwa tidak ada
masalah autokorelasi dalam model regresi.
3) Uji Heterokedastisitas
Heterokedastisitas menunjukkan bahwa varians variabel tidak
sama untuk semua pengamatan/observasi. Uji heterokedastisitas ini
dilakukan bertujuan untuk menguji apakah terjadi ketidaksamaan
variabel dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain dalam
heterokedastisitas atau terjadi homokedastisitas. Untuk mendeteksi
ada tidaknya heterokedastisitas, dapat dilihat melalui grafik
Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu ZPRED
dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-titik
yang ada membentuk pola tertentu yang teratur, maka telah terjadi
heterokedastisitas. Begitu pula sebaliknya, jika tidak ada pola yang
jelas serta titik-titik menyebar maka tidak terjadi heterokedastisitas.
Dibawah ini merupakan hasil dari uji heterokedastisitas:
Gambar 5.1 Grafik Scatterplot
Dari Scatterplot di atas, terlihat bahwa titik-titik menyebar secara
acak serta tidak membentuk pola tertentu atau tidak teratur, baik
dibagian atas angka nol atau dibagian bawah angka nol dari sumbu
vertikal atau sumbu Y. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
tidak terjadi heterokedastisitas dalam model regresi ini, sehingga
model regresi layak dipakai.
E. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui pengaruh variabel
independen (DER dan DPR) terhadap variael dependen (PBV) baik secara
simultan maupun parsial. Metode yang digunakan yaitu:
1. Uji Parsial (Uji t)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji model persamaan
regresi secara individual terhadap masing-masing variabel independen.
Hasil pengujian model regresi secara individual diperoleh sebagai berikut:
Tabel 5.5 Hasil Uji t Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) 3.222 .891 3.618 .001
DER -1.647 .455 -.464 -3.622 .001 .980 1.021
DPR .044 .017 .325 2.538 .015 .980 1.021
a. Dependent Variable: MBV
Hasil pengujian signifikan variabel independen secara individual akan
dibahas sebagai berikut:
1) Analisis pengaruh DER(Debt to Equity Ratio) terhadap nilai
perusahaan (PBV)
Berdasarkan hasil uji t di atas dapat dilihat bahwa memiliki p-value
0,001 yang berarti lebih kecil dari tingkat signifikan 0,05. Hal ini
berarti bahwa DER memiliki pengaruh yang signifikan terhadap PBV
sehingga Ha1 dapat diterima.
2) Analisis pengaruh DPR (Devidend Payout Ratio) terhadap nilai
perusahaan (PBV)
Pengujian hipotesis mengenai pengaruh variabel DPR terhadap PBV
menunjukkan p-value sebesar 0,015 yang berarti lebih kecil dari
tingkat signifikan 0,05. Hal ini membuktikan bahwa DPR memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV) sehingga
Ha2 dapat diterima.
2. Uji Simultan (Uji F)
Uji simultan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara
beberapa variabel independen dengan satu variabel dependen. Dengan uji
simultan penulis ingin mengetahui seberapa besar hubungan dari beberapa
variabel independen secara bersama-sama dengan variabel dependen. Di
Tabel 5.6 Hasil Uji F
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 99.976 2 49.988 8.647 .001b
Residual 260.137 45 5.781
Total 360.113 47
a. Dependent Variable: PBV b. Predictors: (Constant), DPR, DER
Sumber: Data diolah, 2013
Dari hasil ANOVA atau F test dapat dilihat bahwa nilai F hitung
sebesar 8,647 dengan probabilitas 0,001. Karena probabilitasnya lebih
kecil dari 0,05 maka variabel DER dan DPR secara bersama-sama
(simultan) berpengaruh terhadap PBV. Dengan demikian Ha3 dapat
diterima.
3. Koefisien Determinasi
Analisis R2 (R Square) atau koefisien determinasi digunakan untuk
mengetahui seberapa besar persentase sumbangan pengaruh variabel
Tabel 5.7 Koefisien determinasi Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate
Change Statistics Durbin-Watson R Square Change F Change df1 df2 Sig. F Change 1 .527a .278 .246 2.40434 .278 8.647 2 45 .001 2.315
a. Predictors: (Constant), DPR, DER b. Dependent Variable: MBV
Sumber: Data diolah, 2013
Berdasarkan hasil pengujian di atas, dapat dilihat bahwa nilai R2
(Adjusted R Square) adalah 0,246. Hal ini berarti bahwa 24,6% variasi
PBV dapat dijelaskan oleh komponen DER dan DPR, sedangkan 75,4%
lainnya dijelaskan oleh faktor lain yang tidak dimasukkan dalam model
penelitian ini.
F. Persamaan Regresi
Dari hasil analisis di atas dapat diperoleh model regresi sebagai berikut:
PBV = 3,222 – 1,647 DER + 0,044 DPR + 2,40344E
Konstanta sebesar 3,222 menggambarkan bahwa jika DER dan DPR
nilainya sebesar 0 maka PBV (nilai perusahaan) nilainya 3,222. Koefisien
regresi DER sebesar -1,647 menunjukkan bahwa jika DER meningkat sebesar
1% maka PBV akan menurun sebesar 1,647 atau 164,7%. Dan koefisien
regresi DPR sebesar 0,044 menyatakan bahwa setiap DPR ditingkatkan
G. Pembahasan Hasil Analisis
1) Ha1 : Debt to Eqiuty Ratio(DER) mempunyai pengaruh negatif terhadap
nilai perusahaan (PBV)
Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa variabel Debt to Eqiuty Ratio
(DER) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
(PBV), seperti yang digambarkan dalam angka signifikan yaitu sebesar
0,001 < 0,05. Hasil pengujian ini juga menunjukkan bahwa DER
mepunyai hubungan negatif terhadap PBV dengan nilai – 1,647 yang dapat
dilihat di tabel 5.7 yang berarti semakin tinggi beban/hutang (DER) maka
resiko yang ditanggung juga besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin
tinggi rasio ini, maka semakin besar risiko yang dihadapi, dan investor
akan meminta tingkat keuntungan yang tinggi. Rasio yang tinggi juga
menunjukkan proporsi modal sendiri yang rendah untuk membiayai aktiva.
Selain itu kreditur juga mengasumsikan terdapat risiko yang besar dari
perusahaan sehingga kreditur dapat saja memberikan bunga yang cukup
besar, sehingga kemampuan perusahaan untuk mendapatkan uang dari
sumber-sumber luar terbatas yang akan mempengaruhi nilai perusahaan.
Dari data penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa investor lebih
baik tidak melakukan investasi ke perusahaan jika DER > 0,21 karena
akan mengalami kesulitan untuk mengembalikan pinjamannya. Hal ini
berarti bahwa modal yang dimiliki sebuah perusahaan tidak sanggup
membiayai operasional perusahaan. Jadi lebih baik lagi investor melihat
Biaya operasional perusahaan ini dapat dilihat di dalam laporan arus kas
maupun laporan laba/rugi.
Hal ini mendukung penelitian Durrotun Nasehah (2012) yang
menyatakan semakin tinggi beban/hutang (DER) maka resiko yang
ditanggung juga besar. Hal ini mencerminkan bahwa kemampuan
perusahaan dalam memenuhi seluruh kewajibannya yang ditunjukkan oleh
modal sendiri digunakan untuk pembayaran hutang dan apabila
pengorbanan karena penggunaan hutang lebih besar, maka tambahan
hutang sudah tidak diperbolehkan (Trade-Off Theory).
2) Ha2 : Devidend Payout Ratio (DPR) mempunyai pengaruh positif
terhadap nilai perusahaan (PBV)
Dari hasil penelitian, dapat dilihat bahwa Devidend Payout Ratio
(DPR) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap nilai perusahaan
(PBV). Hal ini ditunjukkan oleh angka signifikan yang lebih besar yaitu
0,015 < 0,05. Devidend Payout Ratio (DPR) memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV). Hasil pengujian ini juga
menunjukkan bahwa DPR mempunyai hubungan positif terhadap PBV
dengan nilai 0,044 yang dapat dilihat di tabel 5.7 yang berarti semakin
kecil pembagian deviden maka semakin kecil juga nilai perusahaannya.
Hal ini mencerminkan bahwa pembayaran deviden dalam jumlah besar
maupun kecil sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan oleh
investor mengenai keuntungan perusahaan. Jika perusahaan memiliki
dapat meningkatkan rasio tersebut, para investor akan percaya bahwa
manajemen mengumumkan perubahan positif pada keuntungan yang
diharapkan perusahaan. Informasi yang diberikan kepada investor adalah
bahwa manajemen dan dewan direksi sepenuhnya merasa yakin bahwa
kondisi keuangan lebih baik daripada yang direfleksikan pada harga
saham.
Dari data penelitian ini juga dapat disimpulkan bahwa investor lebih
baik melakukan investasi ke perusahaan jika DPR > 4,99 karena ini
menunjukkan bahwa deviden yang dibagikan lebih kecil dari laba per
lembar saham yang diterima perusahaan. Seharusnya perusahaan
membagikan deviden sesuai porsinya yaitu sebanding dengan laba per
lembar saham atau lebih, agar investor tertarik untuk melakukan
investasinya ke perusahaan tersebut.
Hasil penelitian ini mendukung penelitian Durroton Nasehah (2012).
Penelitian ini menjelaskan bahwa perusahaan yang berkualitas baik dengan
sengaja akan memberikan sinyal pada pasar dengan demikian pasar
diharapkan dapat membedakan perusahaan yang berkualitas baik dan
buruk. Deviden memberikan informasi atau isyarat mengenai keuntungan
perusahaan karena pembayaran deviden akan meningkatkan keyakinan
akan keuntungan perusahaan.
3) Ha3 : Debt to Equity Ratio(DER) dan Devidend Payout Ratio (DPR)
mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap nilai perusahaan
Secara simultan variabel DER dan DPR mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap nilai perusahaan (PBV), yang ditunjukkan dengan
angka signifikan 0,001 < 0,05 setelah dilakukan uji F. Hal ini berarti
bahwa semakin besar besar hutang dan pembagian deviden dalam jumlah
kecil sangat berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Hal ini sesuai dengan
penelitian Umi Mardiyati dkk (2012), Eva Eko Hidayati (2010), dan