• Tidak ada hasil yang ditemukan

1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "1.3. Tujuan Penelitian 1.4. Kegunaan Penelitian"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

penelitian ini dilakukan untuk menemukan jawaban dari beberapa pertanyaan yang telah dirumuskan sebagai berikut :

1) Dimana sajakah lokasi persewaan lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta? 2) Bagaimana pola sebaran persewaan lapangan futsal yang ada di Perkotaan

Yogyakarta?

3) Faktor – faktor apakah yang menentukan pemilihan lokasi persewaan lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta menurut para pemilik?

4) Apakah lokasi persewaan lapangan futsal yang ada saat ini sesuai dengan rencana peruntukan kawasan berdasarkan dokumen Recana Tata Ruang Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta Tahun 2008 - 2028?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa tujuan penelitian antara lain :

1) Mengidentifikasi lokasi persewaan lapangan futsal yang ada di Perkotaan Yogyakarta.

2) Mengidentifikasi pola sebaran persewaan lapangan futsal yang ada di Perkotaan Yogyakarta.

3) Mengidentifikasi faktor – faktor yang menentukan pemilihan lokasi persewaan lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta.

4) Mengidentifikasi kesesuaian lokasi persewaan lapangan futsal terhadap rencana peruntukan kawasan berdasarkan Rencana Tata Ruang Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta Tahun 2008 - 2028.

1.4. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian, maka diharapkan nantinya penelitian ini dapat bermanfaat sebagai berikut :

1) Memberikan informasi mengenai sebaran lapangan futsal yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta bagi masyarakat secara umum dan pecinta olahraga futsal khususnya,

(2)

2) Memberikan masukkan kepada pemerintah daerah dalam menyusun peruntukan kawasan dengan lebih detil,

3) Memberikan informasi bagi para calon pelaku bisnis persewaan lapangan futsal, atau pun bisnis yang terkait dengan persewaan lapangan futsal,

4) Memberikan informasi yang bermanfaat bagi penelitian sejenis yang akan datang,

5) Untuk memenuhi syarat kelulusan sarjana strata satu (S1).

1.5. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diperlukan dalam sebuah penelitian guna memberikan fakta – fakta pendukung yang relevan pada penelitian yang diangkat. Landasan teori yang terkait akan menjadi acuan dasar dalam melakukan analisis penelitian ini. Landasan teori yang akan digunakan dalam penelitian ini antara lain mengenai Pendekatan Keruangan, Konsep Lahan dan Penggunaan Lahan, Pola Sebaran, Perkembangan Kota, Lokasi, serta Konsep Pemasaran. Dengan memahami landasan teori yang digunakan, akan memberikan kemudahan dalam melakukan analisis nantinya, apakah sesusai dengan landasan teori yang telah ada selama ini atau justru sebaliknya. Berikut ini beberapa tinjauan pustaka yang menjadi landasan teori dalam penelitian ini :

1.5.1. Pendekatan Keruangan

Menurut Bintarto (1977), geografi adalah ilmu pengetahuan yang mencitra, menerangkan sifat bumi, menganalisis gejala alam dan penduduk serta mempelajari corak khas mengenai kehidupan dan berusaha mencari fungsi dari unsur bumi dalam ruang dan waktu. Selain itu juga dijelaskan pula bahwa geografi adalah studi tentang lokasi dan variasi keruangan atas fenomena fisik dan menusia di atas bumi.

Kajian geografi secara umum dibedakan menjadi dua hal, pertama objek yang berkaitan dengan material, dan yang kedua adalah objek formal. Obyek geografi menurut Bintarto (1987), adalah gejala-gejala dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dipermukaan bumi, baik yang bersifat fisik maupun yang

(3)

menyangkut mahkluk hidup beserta permasalahannya. Objek material dalam ilmu geografi adalah fenomena geosfer yang meliputi litosfer, hidrosfer, atmosfer, biosfer, dan antroposfer. Objek formal geografi berupa pendekatan yang digunakan untuk memahami objek material. Pendekatan tersebut antara lain, pendekatan keruangan (spatial approach), pendekatan ekologi (ecological approach), dan pendekatan kompleks wilayah (regional complex approach).

Menurut Suraatmadja (1981), pendekatan keruangan merupakan metode pendekatan yang khas bagi geografi yang dilakukan atas dasar prinsip – prinsip yang berlaku, yaitu penyebaran, interelasi, dan deskripsi. Eksistensi ruang dalam perspektif geografi (Yunus, 1987) dapat dipandang dari struktur spasial (spatial structure), pola spasial (spatial pattern), serta proses spasial (spatial process). Sedangkan menurut Bintarto (1991), mengenai analisis keruangan yaitu faktor – faktor apakah yang menguasai pola penyebaran tersebut dan bagaimanakah pola tersebut dapat diubah agar penyebarannya menjadi lebih efisien dan efektif atau lebih wajar.

Suraatmadja (1981) juga menambahkan bahwa pembahasan dalam analisa keruangan tertuju pada teori dan model keruangan yang akan digunakan. Hal – hal yang menjadi fokus perhatian analisa keruangan yaitu mengenai lokasi, distribusi, difusi, dan interaksi. Untuk mengkaji persebaran atau distribusi keruangan gejala geografi dapat dipergunakan analisa tetangga terdekat.

Pada penelitian ini, pendekatan keruangan lebih cenderung digunakan untuk melakukan analisis terhadap perkembangan dari persebaran persewaan lapangan futsal yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta. Analisis keruangan yang diterapkan dalam penelitian ini nantinya dapat digunakan untuk melakukan analisis mengenai kecenderungan arah dan pola perkembangan dari persewaan lapangan futsal yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta atau di dalam wilayah penelitian.

1.5.2. Konsep Lahan

Dalam kehidupan sehari - hari kita masih sering mendapati penyalahgunaan antara konsep lahan (land) dengan konsep tanah (soil), meskipun

(4)

dalam penggunaannya memiliki maksud yang sama akan tetapi dua konsep tersebut jika diartikan secara harfiah akan memiliki perbedaan yang sangat jelas. Menurut Berzellius (1803) dalam Ritohardoyo (2009) tanah merupakan laboratorium kimia yang terdapat di alam, dimana proses dekomposisi dan reaksi sintesa kimia berlangsung. Fallon (1985) dalam Ritohardoyo (2002) berpendapat bahwa tanah sebagai lapisan bumi teratas yang terbentuk dari batuan – batuan lapuk. Menurut Dokuchaev (1879) dalam Ritohardoyo (2002) mengemukakan tanah sebagai bentukan – bentukan mineral dan organik di permukaan bumi yang sedikit banyak selalu diwarnai oleh humus sebagai hasil kegiatan kombinasi material jasad hidup maupun mati dengan bahan induk relief.

Berasal dari pengembangan beberapa definisi mengenai tanah tersebut, kemudian Marbut (1990) mengartikan tanah sebagai lapisan paling luar dalam kulit bumi yang memiliki sifat tidak padu (unconsolidate), gembur, mempunyai sifat – sifat fisik, memiliki susunan kimia, mengalami proses – proses kimia, serta memiliki sifat morfologis dan sifat biologis. Sandy (1977) dalam Sadyohutomo (2008) mengemukakan bahwa tanah memiliki tiga pengertian, antara lain :

a. Tanah sebagai media tumbuh tanaman, yang dapat diketahui tingkat kesuburannya untuk bercocok tanam,

b. Tanah sebagai material yang dapat dipindahkan, artinya dapat diketahui dari berat dan isi (volume),

c. Tanah sebagai bentang lahan, yang diukur berdasarkan luasnya, berkaitan dengan pemanfaatan ruang.

Dari ketiga pengertian yang dikemukakan oleh Sandy tersebut, sebenarnya sudah cukup jelas perbedaan antara lahan (land) dengan tanah (soil). Pengertian pertama dan kedua merupakan pengertian dari tanah (soil), sedangkan untuk pengertian ketiga merupakan pengertian dari lahan (land).

Pada penelitian ini konsep lahan yang digunakan ialah definisi yang ketiga, dimana lahan dimanfaatkan sebagai persewaan lapangan futsal, dimana pemanfaatannya tergantung kepada luasan lahan yang akan digunakan. Pemanfaatan lahan dalam konteks persewaan lapangan futsal ialah lahan yang

(5)

dapat diketahui dan diukur posisinya, serta memiliki lokasi strategis yang merupakan pengaruh dari aktifitas – aktifitas manusia.

Namun untuk lebih jelasnya, Vink (1975) mengemukakan tentang lahan secara geografis yaitu suatu wilayah tertentu yang terdapat diatas permukaan bumi, khususnya meliputi seluruh unsur penyusun biosfer yang dapat dianggap bersifat menetap atau berpindah berada di atas dan dibawah wilayah tersebut, meliputi atmosfer, tanah, dan batuan induk, topografi, air, tumbuh – tumbuhan dan binatang, serta akibat – akibat dari kegiatan manusia pada masa lalu maupun masa sekarang, yang keseluruhannya memiliki pengaruh nyata terhadap penggunaan lahan oleh manusia, pada masa sekarang maupun masa yang akan datang.

1.5.3. Penggunaan Lahan

Pertumbuhan jumlah penduduk merupakan salah satu faktor dari berkembangnya suatu wilayah. Jumlah penduduk yang semakin bertambah pun akan diiringi dengan kebutuhan ruang yang semakin bertambah pula. Kebutuhan ruang ini akan berkaitan langsung dengan pemanfaatan lahan atau penggunaan lahan. Maka lahan pun menjadi salah satu kebutuhan manusia dalam upayanya untuk bertahan hidup.

Menurut Ritohardoyo (2002) penggunaan lahan pada saat sekarang merupakan indikator terhadap dinamika dari eksploitasi oleh manusia secara individu maupun kelompok pada sekumpulan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhannya. Penggunaan istilah eksploitasi, jelas memiliki makna yang bersifat kultural, sosial, dan ekonomi. Sedangkan istilah sumber daya alam mengartikan bahwa terdapat kemampuan faktor – faktor produksi yang bersifat bio-fisis pada suatu tempat tertentu seperti air, tanah, batuan, iklim, binatang, dan tumbuh – tumbuhan.

Malingreau (1978) dalam Ritohardoyo (2009) berpendapat bahwa penggunaan lahan adalah segala macam campur tangan manusia, baik secara menetap ataupun berpindah – pindah terhadap suatu kelompok sumber daya alam dan sumber daya buatan, yang secara keseluruhan disebut lahan, dengan tujuan

(6)

untuk mencukupi kebutuhan baik material maupun spiritual, ataupun keduanya. Bahkan jenis penggunaan lahan pun telah diklasifikasikan berdasarkan Peraturan Menteri Agraria / Kepala Badan Pertanahan Nasional nomor 1 tahun 1997, yaitu sebagai berikut :

a. Lahan Perumahan, adalah areal lahan yang digunakan untuk kelompok rumah yang memiliki fungsi sebagai lingkungan tempat tinggal / lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana serta sarana lingkungan.

b. Lahan Perusahaan, adalah areal lahan yang digunakan untuk suatu badan hukum atau badan usaha milik negara dan swasta untuk kegiatan ekonomi yang bersifat komersil bagi pelayanan perekonomian dan atau tempat transaksi barang dan jasa.

c. Lahan Industri / Pergudangan, adalah areal lahan yang digunakan untuk kegiatan ekonomi yang berupa proses pengolahan bahan baku menjadi barang setengah jadi sehingga barang jadi.

d. Lahan Jasa, adalah areal yang digunakan untuk kegiatan pelayanan sosial ekonomi dan budaya masyarakat kota, yang dilaksanakan oleh badan dan atau organisasi kemasyarakatan, pemerintah maupun swasta yang menitikberatkan pada kegiatan non-komersial.

e. Lahan Persawahan, adalah areal lahan pertanian yang digenangi air secara periodik dan atau terus menerus yang ditanami padi atau diselingi dengan tanaman tebu, tembakau, atau palawija.

f. Pertanian Lahan Kering Semusim, adalah areal lahan yang tidak pernah dialiri dan mayoritas ditanami dengan tanaman berumur pendek.

g. Lahan yang tidak ada bangunan, adalah sebidang tanah di dalam wilayah perkotaan yang belum atau tidak digunakan untuk pembangunan perkotaan. h. Lain – lain, adalah areal lahan yang digunakan untuk prasarana seperti jalan,

sungai, bendungan, serta saluran yang merupakan buatan manusia maupun alamiah.

Pada penelitian ini lahan yang dimanfaatkan sebagai persewaan lapangan futsal termasuk dalam jenis klasifikasi lahan perusahaan, karena didalamnya terdapat transaksi untuk sewa lapangan futsal. Kepemilikan lahan persewaan

(7)

lapangan futsal pun merupakan milik swasta, baik lahan yang disewakan ataupun lahan milik pribadi yang kemudian dibangun persewaan lapangan futsal. Meskipun sebelum dimanfaatkan sebagai persewaan lapangan futsal, bisa saja termasuk dalam lahan tidak ada bangunan, namun dalam penelitian ini lahan yang digunakan termasuk lahan perusahaan.

1.5.4. Pola Sebaran

Hagget (1972) dalam Bintarto & Hadisumarno (1979) menjelaskan bahwa pola persebaran suatu fenomena tertentu dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu pola seragam (uniform), pola menelompok (clustered) dan acak (random). Pola persebaran ini mempertimbangkan segi waktu dan ruang dalam perhitungannya. Pendekatan yang demikian dinamakan analisis tetangga terdekat (nearest – neighbor analysis). Adapun formula yang digunakan dalam penghitungan analisis tetangga terdekat sebagai berikut :

Keterangan:

T : Indeks Penyebaran Tetangga Terdekat

Ju : Jarak rata – rata yang diukur antara satu titik dengan titik tetangganya yang terdekat

Jh : Jarak rata – rata yang diperoleh apabila semua titik memiliki pola random N : Jumlah Titik

A : Luas Wilayah

Klasifikasi nilai T dimulai dari 0 sampai dengan 2,15. Dapat dilihat pada Gambar 1.1. mengenai ilustrasi pendekatan analisis tetangga terdekat.

(8)

I

II

III

Gambar 1.1. Ilustrasi pedekatan analisis tetangga terdekat

Keterangan :

Pola I = mengelompok (Cluster Pattern)

Pola II = tersebar tidak merata (Random Pattern) Pola III = seragam / tersebar merata (Regular Patern)

Analisis tetangga terdekat memerlukan data mengenai jarak antara satu titik dengan titik lainnya sebagai obyek yang diamati. Dalam perhitungannya, diharapkan antara satu titik dengan titik yang lain tidak memiliki penghalang yang cukup berpengaruh seperti jurang atau sungai yang tidak memiliki jembatan. Hal ini dikarenakan penghalang tersebut cukup sulit untuk dilalui sehingga tidak memenuhi jarak terdekatnya.

Objek penelitian berupa persewaan lapangan futsal yang berada di wilayah Perkotaan Yogyakarta dengan aksesibilitas yang dapat dikatakan relatif mudah dijangkau, maka analisis tetangga terdekat dapat digunakan dengan tepat. Kondisi dari Perkotaan Yogyakarta sendiri yang tidak terdapat penghalang seperti jurang, serta kondisi jembatan di Perkotaan Yogyakarta yang memiliki kondisi relatif baik, maka dalam perhitungannya tidak akan mengalami kesulitan yang berarti.

Selain itu, penentuan batas wilayah sebagai kerangka acuan sangat penting dalam menganalisis pola persebaran. Kerangka dan jumlah titik juga sangat mempengaruhi akurasi dari pola persebaran, sebagai contoh jika jumlah sampel mendekati populasi. Penggunaan analisis tetangga terdekat ini ditujukan untuk melihat pola dari persebaran objek penelitian, sehingga dapat dilihat apakah terdapat persaingan antar objek.

Seragam

(9)

1.5.5. Teori Perkembangan Kota

Perkotaan bisa jadi merupakan hasil dari proses pemekaran kota, pemekaran kota disebabkan karena semakin berkurangnya daya tampung kota sebagai dampak dari aktifitas fisik, sosial dan ekonomi di kota. Arah pemekaran kota berbeda – beda tergantung pada kondisi kota dan kondisi sekitarnya (Bintarto, 1977). Daerah – daerah yang memiliki potensi ekonomi tinggi akan memiliki daya tarik yang kuat untuk membentuk perkotaan. Untuk kasus di Yogyakarta, gejala semacam ini dapat diamati di daerah – daerah pusat pertumbuhan baru dimana di dalamnya terdapat aktifitas yang terkait dengan pendidikan atau pariwisata.

Menurut Yunus (1987), perkembangan kota adalah suatu proses perubahan keadaan dari satu waktu yang lain. Menurut Bintarto (1977) menyatakan bahwa kota selalu mengalami perkembangan dan pertumbuhan sehingga menyebabkan perluasan kota, yang diakibatkan oleh tuntutan kebutuhan penduduk yang jumlahnya akan terus meningkat, seperti bertambahnya fasilitas – fasilitas pelayanan, hubungan relasi dengan kota lain yang dapat menunjang perkembangan kota, serta didukung oleh perubahan dan kemajuan pendidikan, teknologi, kebudayaan dan lain sebagainya.

Menurut Balla dan Ruswurm (1981), faktor utama yang berpengaruh terhadap ekspresi keruangan kota – kota di Kanada adalah pertumbuhan penduduk, persaingan memperoleh lahan, hak – hak pemilikan lahan, kegiatan pembangunan, perencanaan, perkembangan teknologi, lingkungan fisik yang beragam, sangat berpengaruh terhadap penggunaan lahan.

Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di wilayah perkotaan, pada dasarnya dipengaruhi oleh perkembangan kota yang menyangkut aspek – aspek fisik maupun non – fisik. Menurut Herbert (1982) dalam Hermawanto (1996), morfologi kota berkembang dengan : (1) unsur – unsur penggunaan jalan, (2) pola – pola jaringan jalan, (3) tipe – tipe bangunan, dengan demikian perkembangan kota dapat dilihat dari tingkat perkembangan secara fisik.

(10)

Branch (1996) menyatakan bahwa jalur – jalur transportasi dan utilitas kota merupakan pembentuk pola penggunaan lahan di kota. Sejak awal pertumbuhan komunitas, berbagai kegiatan bisnis memilih lokasi di sepanjang jalur – jalur lalu lintas primer dan di tempat – tempat yang merupakan konsentrasi para pelanggan potensial.

Gist (1956) mengemukakan, adapun perkembangan kota yang disebabkan oleh aktivitas manusia, dikelompokkan dalam beberapa faktor, yaitu :

a. Aktivitas manusia untuk memproduksi bahan baku yang dapat menimbulkan kegiatan industri. Industrialisasi diasumsikan dapat memicu perkembangan suatu kota.

b. Aktivitas manusia yang berhubungan dengan lalu lintas barang dan manusia dari satu tempat ke tempat lain sehingga dapat menimbulkan kegiatan pengangkutan, serta lalu lintas penerangan yang disebut komunikasi.

c. Aktivitas manusia untuk mendistribusikan barang yang dihasilkan sehingga terjadi perdagangan. Terjadinya perdagangan menunjukkan adanya interaksi baik dalam kota sendiri maupun dengan daerah luar.

d. Aktivitas manusia dalam fungsi politis, menimbulkan kegiatan untuk mengatur daerah (pemerintahan). Untuk itu diperlukan bangunan gedung pemerintahan, untuk keperluan kantor, bank, sekolah, pasar, dan lain – lain yang mendorong suatu tempat menjadi tempat sentral. Dari tempat sentral tersebut, segala aktivitas dapat terdorong untuk muncul disana yang pada akhirnya berdampak pada perkembangan kota itu sendiri.

Dalam penelitian ini penulis menghubungkan antara perkembangan persewaan lapangan futsal dengan keberadaan kampus – kampus di Yogyakarta sebagai pusat pertumbuhan baru yang memiliki pengaruh cukup besar terhadap kegiatan ekonomi disekitarnya. Sejumlah kampus yang terdapat di Yogyakarta merupakan salah satu penarik yang sangat berpengaruh bagi para pendatang (calon mahasiswa) sehingga berpengaruh pula terhadap perkembangan Kota Yogyakarta. Banyaknya pendatang sebagai mahasiswa, maka pangsa pasar persewaan lapangan futsal pun akan bertahan lama, hal ini pun akan berpegaruh

(11)

secara langsung terhadap perkembangan dari persewaan lapangan futsal itu sendiri.

1.5.6. Teori Lokasi

Kegiatan ekonomi tidak pernah lepas dengan faktor lokasi. Lokasi sangat mempengaruhi perkembangan dari kegiatan ekonomi tersebut. Hal ini dapat dijelaskan lebih rinci oleh Estall dan Buchanan (1973), yang menyatakan bahwa lokasi merupakan salah satu faktor penting dalam aktivitas ekonomi. Pemilihan lokasi merupakan suatu keputusan rasional yang normal, membuat beberapa penilaian tentang prospek untuk suatu bisnis dalam suatu lokasi dan untuk jenis bisnis baru, lokasi merupakan keputusan paling awal.

Smith (1971) juga menjelaskan bahwa terdapat 3 faktor penting yang mempengaruhi lokasi industri, antara lain :

a. Biaya angkut (transport cost)

Tinggi rendahnya biaya angkut sangat mempengaruhi biaya produksi. Industri yang berorientasikan pada pasar dan material akan memperhitungkan biaya angkut dalam proses produksinya.

b. Biaya buruh (labour cost)

Upah buruh pada suatu daerah berbeda dengan daerah yang lain. Terdapat daerah yang memiliki upah buruh yang terbilang cukup murah, namun ada pula daerah yang memiliki upah buruh yang terbilang cukup tinggi.

c. Aglomerasi

Aglomerasi akan timbul ketika produksi dan pemasaran lebih menguntungkan saat dibawa keluar oleh satu unit produksi yang besar.

Faktor biaya angkut dapat digunakan dalam analisis dinamika lokasi bisnis pelayanan. Weber (1972) menuliskan pada keputusan lokasi industri manufaktur membutuhkan aliran pasar dan barang, sehingga faktor lokasi pasar yang potensial untuk orientasi pasar dan faktor aglomerasi merupakan faktor yang cukup penting dalam keputusan pemilihan lokasi.

Dalam penelitian ini penulis memiliki ketertarikan pada faktor – faktor yang menentukan pemilihan lokasi dalam mendirikan lapangan futsal. Kondisi

(12)

saat ini bahwa pasar dari persewaan lapangan futsal adalah mahasiswa, tidak dapat dipungkiri bahwa perkembangan persewaan lapangan futsal merupakan pengaruh dari keberadaan kampus – kampus populer di Yogyakarta. Jumlah mahasiswa yang terus bertambah juga mendukung perkembangan persewaan lapangan futsal.

1.5.7. Konsep Pemasaran

Menurut Zikmund & D’ Amico (1989) dalam Swastha (2005) menyatakan bahwa market segmentation merupakan upaya memilah – milah sebuah pasar yang beraneka ragam menjadi beberapa bagian yang lebih kecil dengan karakteristik yang relatif sama. Upaya segmentasi penting dilakukan dengan pertimbangan tidak semua pembeli memiliki karakteristik yang sama. Sekelompok orang yang memiliki kesamaan dalam perilaku, nilai – nilai yang di anut, dan latar belakang mungkin dapat diidentifikasi. Memilah orang dalam kelompok – kelompok tertentu akan lebih kecil dan lebih homogeny. Akan lebih “mudah” dagi perbisnisan (organisasi) untuk berhubungan dengan kelompok – kelompok konsumen kecil yang memiliki karakteristik yang sama daripada berurusan dengan kelompok – kelompok yang besar dan bervariasi. Variabel – variabel yang dapat dijadikan dasar untuk segmentasi antara lain :

a. Demografi, seperti jenis kelamin, usia, status menikah, dan ukuran family. b. Geografi, seperti batas – batas pemerintahan.

c. Tingkat sosial ekonomi, seperti model konsumsi, daya beli seorang konsumen, pekerjaan, pendidikan, pendapatan, kelas sosial.

d. Fisikografi, seperti gaya hidup, aktifitas, interest, opini (values).

Strategi segmentasi pasar dimulai dengan mengenal perilaku konsumen, untuk menentukan kelompok konsumen mana yang dituju perusahaan sebagai sasaran penjualan dan menentukan kebutuhan serta keinginan kelompok konsumen tersebut yang akan dipenuhi dan dipuaskan, dengan segmentasi pasar perusahaan dapat mengarahkan atau memusatkan kegiatan pemasaran untuk mempengaruhi perilaku konsumen dari segmen yang dituju.

(13)

Pada penelitian ini konsep pemasaran digunakan oleh penulis berkenaan dengan segmen pasar atau konsumen yang menjadi sasaran persewaan lapangan futsal sebagian besar adalah penduduk usia muda, dalam hal ini mahasiswa. Menurut penulis persewaan lapangan futsal sendiri menerapkan konsep yang menarik, dengan mengadakan kompetisi futsal antar kampus atau pun antar sekolah dapat menjadi ajang promosi bagi lapangan futsal itu sendiri.

1.6. Keaslian Penelitian

Sebelum penulis melakukan penelitian mengenai “Pola Sebaran Lapangan Futsal Di Perkotaan Yogyakarta (Studi Kasus Inner Ringroad)”. Terdapat beberapa penelitian yang memiliki kajian serupa. Perbedaan yang terdapat dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis kali ini yaitu pada objek penelitiannya. Objek yang menjadi fokus penulis kali ini yaitu pola sebaran lapangan futsal beserta perkembangannya. Penelitian ini belum pernah dilakukan sebelumnya akan tetapi penulis membutuhkan beberapa penelitian sebelumnya yang akan menjadi referensi selama melakukan penelitan.

Penulis memilih referensi yang memiliki beberapa kemiripan terhadap penelitian yang akan dilakukan. Salah satu kemiripan yang dipilih oleh penulis ialah penelitian mengenai pola sebaran objek penelitian serta lokasi penelitian yang terletak di Perkotaan Yogyakarta dan dibatasi oleh jalan lingkar (ringroad). Penelitian yang menjadi referensi penulis kali ini, yang pertama berjudul “Kajian Pola Persebaran Keruangan Kantor Cabang Perbankan Di Perkotaan Yogyakarta”, “Faktor Lokasi Persebaran Waralaba Minimarket Di Perkotaan Yogyakarta : Kasus Gerai Indomaret Dan Circle K”, kemudian referensi penelitian yang selanjutnya berjudul ”Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet (Distro) Di Perkotaan Yogyakarta”.

Penelitian sebelumnya yang berjudul “Kajian Pola Persebaran Keruangan Kantor Cabang Perbankan Di Perkotaan Yogyakarta” merupakan penelitian yang dilakukan oleh Nassrulah pada tahun 2006. Tujuan pada penelitian yang dilakukan oleh Nassrulah diantaranya : (1) mengetahui karakteristik sebaran kantor cabang perbankan di Perkotaan Yogyakarta, (2) mengetahui karakteristik

(14)

nasabah kantor cabang perbankan di Perkotaan Yogyakarta, (3) mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran kantor cabang perbankan, dan (4) menyajikan arahan pengembangan bagi lokasi cabang bank. Sedangkan untuk metode penelitian yang digunakan yaitu, penskalaan klasifikasi, statistik deskriptif, analisis peta, analisis koefisien kontingansi, dan regresi berganda. Pola sebaran objek penelitian, serta faktor – faktor yang mempengaruhi pola sebarannya, dan lokasi penelitian merupakan kesamaan fokus kajian terhadap penelitian yang dilakukan oleh penulis. Perbedaan antara penelitian yang dilakukan oleh Nassrulah dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada objek penelitian dan cara analisis. Objek penelitian yang dilakukan oleh Nassrulah adalah kantor cabang perbankan, sedangkan yang penelitian yang dilakukan oleh penulis adalah persewaan lapangan futsal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Nassrulah menunjukkan bahwa sebaran kantor cabang perbankan di Perkotaan Yogyakarta cenderung mengelompok pada pusat – pusat perdagangan dan jasa. Faktor lokasi yang berpengaruh pada sebaran kantor cabang perbankan yaitu pola sebaran kampus perguruan tinggi dan jarak terhadap kampus perguruan tinggi.

Pada tahun 2008, Alwarritzi melakukan penelitian dengan judul “Faktor Lokasi Persebaran Waralaba Minimarket Di Perkotaan Yogyakarta : Kasus Gerai Indomaret Dan Circle K”. Penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi merupakan penelitian yang memberikan inspirasi bagi penulis yakni mengenai faktor lokasi yang memberikan pengaruh pada persebaran objek penelitian. Sedangkan tujuan dalam penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi adalah : (1) mengetahui pola persebaran dan arah perkembangan waralaba minimarket Indomaret dan Circle K di Perkotaan Yogyakarta, (2) mengidentifikasi faktor lokasi berdirinya gerai waralaba Indomaret dan Circle K dalam wilayah waralaba individual eksklusif, dan yang terakhir adalah (3) mengkaji implikasi kebijakan dari pihak pemerintah, pihak perusahaan waralaba dan persepsi masyarakat sebagai konsumen atau pengusaha sejenis non-waralaba terhadap arahan pengembangan lokasi waralaba minimarket Indomaret dan Circle K di Perkotaan Yogyakarta. Metode penelitian yang digunakan oleh Alwarritzi dalam

(15)

penelitiannya adalah analisis tetangga terdekat, analisis trend, analisis peta, serta analisis deskriptif kualitatif. Cara analisis tersebut digunakan untuk mengetahui pola sebaran dari sebuah objek penelitian serta faktor yang mempengaruhi perkembangan persebarannya, sehingga penulis terinspirasi untuk menggunakan keseluruhan metode analisis yang digunakan dalam penelitian Alawarrizi. Kesamaan juga terletak pada lokasi penelitiannya yakni Perkotaan Yogyakarta. Akan tetapi terdapat perbedaan, terletak pada batasan lokasi penelitiannya, apabila penelitian yang dilakukan oleh penulis dibatasi oleh ringroad, tidak demikian dengan penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi, lokasi penelitiannya dibatasi oleh batas kecamatan dari kecamatan yang dilalui oleh ringroad. Hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Alwarritzi yaitu pola sebaran gerai Indomaret dan Circle K di Perkotaan Yogyakarta cenderung mengelompok pada daerah utara dan selatan Perkotaan Yogyakarta. Jika dilihat dari perkembangan tahun berdirinya, keduanya (gerai Indomaret dan Circle K) berkembang di daerah pinggiran kota khususnya di daerah permukiman padat bagian utara dan selatan Perkotaan Yogyakarta. Faktor kedekatan jarak dengan tempat asal konsumen menjadi alasan utama konsumen mengunjungi gerai Indomaret dan Circle K. Keberadaan gerai Indomaret dan Circle K tidak memberikan dampak negatif terhadap pengusaha sejenis non-waralaba disekitarnya terutama pada penurunan penjualan.

Prabowo pada tahun 2013 melakukan penelitian mengenai distribusi spasial dengan judul ”Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet (Distro) Di Perkotaan Yogyakarta”. Penelitian yang dilakukan oleh Prabowo memiliki tujuan yaitu : (1) untuk mengetahui dan mengkaji proses perkembangan dari distribusi spasial distro – distro yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta, serta (2) mengetahui peranan pemerintah daerah dalam mendukung perkembangan distro yang terdapat di Perkotaan Yogyakarta. Penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Data primer didapatkan dengan menggunakan metode observasi mengenai lokasi distro dan wawancara mendalam terhadap pemilik dan karyawan distro. Dilihat dari jenis data primer yang dinginkan, maka tehnik pengambilan data primer menggunakan teknik Purposive Sampling. Penentuan sampel ditentukan berdasarkan pertimbangan dari orang yang ahli dalam

(16)

bidangnya (key person). Teknik tersebut digunakan karena peneliti ingin mendapatkan data berdasarkan aspek – aspek yang menjadi fokus perhatian peneliti. Sedangkan untuk data sekunder pada penelitian ini merupakan data – data terkait mengenai lokasi penelitian yang berasal dari instansi terkait guna menunjang analisis penulis. Data primer dan sekunder dianalisis menggunakan analisis keruangan dan analisis deskriptif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabowo menunjukkan bahwa persaingan selalu menjadi permasalahan utama oleh distro. Penempatan lokasi distro banyak dipengaruhi karena pasarnya sudah terbentuk. Perkembangan distro pun menjadi cenderung mengelompok. Perbedaan yang terdapat pada penelitian yang dilakukan oleh Prabowo dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis terletak pada objek kajiannya, tujuan penelitian, dan cara analisis yang digunakan. Kesamaan terlihat pada batasan lokasi penelitian, yaitu kawasan Perkotaan Yogyakarta yang dibatasi oleh adanya ringroad. Lebih jelas mengenai beberapa penelitian sebelumnya dapat dilihat dalam Tabel 1.1.

(17)

22

Tabel 1.1. Penelitian Sebelumnya

No. Nama Penulis Judul Lokasi

Penelitian Tujuan Metode Hasil

1. Nassrulah, Fahmi. 2006.

Skripsi.

Kajian Pola Persebaran Keruangan Kantor Cabang Perbankan Di Perkotaan Yogyakarta

Perkotaan Yogyakarta

1. Mengetahui karakteristik sebaran kantor cabang perbankan di Perkotaan

Yogyakarta.

2. Mengetahui karakteristik nasabah kantor cabang perbankan di Perkotaan Yogyakarta.

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi persebaran kantor cabang perbankan.

4. Menyajikan arahan pengembangan bagi lokasi cabang bank.

Penskalaan Klasifikasi, Statistik Deskriptif, Analisis Peta, Analisis Koefisien Kontingansi, dan Regresi Berganda

 Karakteristik sebaran kantor cabang bank di Perkotaan Yogyakarta

memiliki kecenderungan mengelompok pada pusat – pusat perdangan dan jasa.  Tidak terdapat hubungan yang

signifikan dalam karakteristik pada nasabah bank.

 Faktor - faktor lokasi yang

berpengaruh terhadap pesebaran kantor cabang bank yaitu pola sebaran kampus perguruan tinggi dan jarak terhadap kampus perguruan tinggi.

2. Alwarritzi, Widya. 2008. Skripsi. Faktor Lokasi Persebaran Waralaba Minimarket Di Perkotaan Yogyakarta : Kasus Gerai Indomaret Dan Circle K

Perkotaan Yogyakarta

1. Mengetahui pola persebaran dan arah perkembangan waralaba minimarket Indomaret dan Circle K di Perkotaan Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi faktor lokasi

berdirinya gerai waralaba Indomaret dan Circle K dalam wilayah waralaba individual eksklusif.

3. Mengkaji mengenai implikasi kebijakan dari pihak pemerintah, pihak perusahaan waralaba dan persepsi masyarakat sebagai konsumen atau pengusaha sejenis non-waralaba terhadap arahan pengembangan lokasi waralaba minimarket Indomaret dan Circle K di Perkotaan Yogyakarta.

Analisis Tetangga Terdekat, Analisis Trend, Analisis Peta, Analisis Deskriptif Kualitatif

 Pola sebaran gerai Indomaret dan Circle K di Perkotaan Yogyakarta cenderung mengelompok pada daerah utara dan selatan perkotaan

Yogyakarta.

 Jika dilihat dari perkembangan tahun berdirinya, keduanya berkembang di daerah pinggiran kota khususnya di daerah permukiman padat bagian utara dan selatan Perkotaan Yogyakarta. Hasil korelasi terhadap penjualan dengan batas ambang dan aksesibilitas dalam wilayah waralaba individual eksklusif menunjukkan hubungan positif yang tidak signifikan.

(18)

23 Lanjutan Tabel 1.1.

No. Nama Penulis Judul Lokasi

Penelitian Tujuan Metode Hasil

 Faktor kedekatan jarak dengan tempat asal konsumen menjadi alasan utama konsumen mengunjungi gerai Indomaret dan Circle K.

 Keberadaan gerai Indomaret dan Circle K tidak memberikan dampak negatif terhadap pengusaha sejenis non-waralaba disekitarnya terutama pada penurunan penjualan. 3. Prabowo, Ibnu. 2013. Skripsi. Distribusi Spasial Perkembangan Distribution Outlet (Distro) Di Perkotaan Yogyakarta Perkotaan Yogyakarta

1. Mengetahui proses persebaran keruangan (distribusi spasial) perkembangan distro di Perkotaan Yogyakarta.

2. Mengetahui peranan Pemerintah Daerah dalam mendukung perkembangan distro di Perkotaan Yogyakarta.

Analisis Spasial, Analisis Deskriptif

 Persaingan selalu menjadi permasalahan utama oleh distro.  Penempatan lokasi distro banyak

dipengaruhi karena pasarnya sudah terbentuk.

 Perkembangan distro pun menjadi cenderung mengelompok. 4. Romadhon, M. Gilang.

2014. Skripsi.

Pola Sebaran Lapangan Futsal Di Perkotaan Yogyakarta

Perkotaan Yogyakarta

1. Mengidentifikasi lokasi persewaan lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta.

2. Mengidentifikasi pola sebaran persewaan lapangan futsal di daerah Perkotaan Yogyakarta.

3. Mengidentifikasi faktor – faktor yang mempengaruhi persebaran persewaan lapangan futsal di daerah Perkotaan Yogyakarta.

4. Mengidentifikasi kesesuaian lokasi persewaan lapangan futsal terhadap peruntukan kawasan.

Analisi Peta, Analisis Tetangga Terdekat, Analisis Kuadran, Analisis Trend, Analisis Deskriptif

(19)

1.7. Kerangka Pemikiran

Keberadaan kampus – kampus besar di Perkotaan Yogyakarta yang terbilang populer juga memberikan dampak terhadap perkembangan kegiatan ekonomi di Perkotaan Yogyakarta. Eksistensi dari pendatang yang menuju Yogyakarta yang di dalamnya terdapat calon mahasiswa baru yang cukup besar jumlahnya dari tahun ke tahun merupakan salah satu faktor dari berkembangnya kegiatan ekonomi dalam bidang perdagangan dan jasa. Pangsa pasar dengan segmentasi konsumen yang cukup potensial yaitu mahasiswa, menimbulkan inovasi – inovasi baru dalam kegiatan ekonomi dalam bidang perdagangan dan jasa.

Tuntutan kebutuhan sehari - hari dari mahasiswa pun menjadi salah satu ukuran dari sekian banyaknya inovasi – inovasi kegiatan ekonomi di bidang perdagangan dan jasa baik disekitar kampus maupun di pusat – pusat perdagangan dan jasa. Dalam penelitian ini penulis tertarik pada salah satu inovasi dalam kegiatan ekonomi di bidang pelayanan dan jasa yang sedang berkembang, yaitu persewaan lapangan futsal. Sejalan dengan salah satu gaya hidup mahasiswa di Yogyakarta yang sedang digemari saat ini yakni olahraga futsal, persewaan lapangan futsal pun terus bermunculan hingga tahun 2013. Tercatat di dalam perkotaan saja sudah terdapat 46 titik lokasi persewaan lapangan futsal. Dari sini penulis memiliki asumsi, jika segmentasi konsumen dari persewaan lapangan futsal sebagian besar adalah mahasiswa, sedangkan Yogyakarta sendiri merupakan salah satu kota tujuan untuk melanjutkan jenjang pendidikan ke universitas maupun perguruan tinggi, maka dapat disimpulkan bahwa keberadaan kampus merupakan faktor dari perkembangan lapangan futsal itu sendiri.

Pertumbuhan persewaan lapangan futsal yang mulai berkembang di Perkotaan Yogyakarta mulai menunjukan pola sebarannya, penulis ingin mengetahui berdasarkan observasi awal apakah keberadaan kampus merupakan salah satu faktor yang menentukan dalam pemilihan lokasi persewaan lapangan futsal tersebut. Setelah mengetahui pola sebaran dari persewaan lapangan futsal, penulis juga ingin mengetahui apakah perkembangan dari persewaan lapangan futsal ini sesuai dengan rencana peruntukan kawasan atau arahan pemanfaatan

(20)

lahan dengan melakukan perbandingan antara lokasi dari sebaran lapangan futsal tersebut terhadap klasifikasi dalam rencana peruntukan kawasasn dalam dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta tahun 2008 - 2028. Setelah melakukan kajian terhadap perkembangan persewaan lapangan futsal, hasil yang diharapkan adalah tidak hanya arahan pengembangan untuk persewaan lapangan futsal saja, namun untuk kegiatan ekonomi dalam bidang pelayanan dan jasa yang sejenis. Lebih singkatnya dapat dilihat pada Gambar 1.2. mengenai diagram alir kerangka penelitian Pola Sebaran Persewaan Lapangan Futsal Di Perkotaan Yogyakarta.

(21)

Gambar 1.2. Diagram alir kerangka pemikiran perkembangan pola sebaran lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta

1.8. Hipotesis

Perdagangan Pelayanan dan Jasa Keberadaan Mahasiswa

sebagai pendatang

Keberadaan kampus di Perkotaan Yogyakarta

Tumbuh kegiatan ekonomi di sekitar kampus

Faktor – Faktor yang menentukan Pemilihan Lokasi Persewaan Lapangan

Futsal di Perkotaan Yogyakarta Kesesusaian Lokasi

Persewaan Lapangan Futsal di Perkotaan Yogyakarta

Rencana Tata Ruang Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta Arahan Pengembangan Persewaan

Lapangan Futsal di Perkotaan Yogyakarta

Sebaran dan Pola Lapangan Futsal di Perkotaan Yogyakarta

Perkembangan Persewaan Lapangan Futsal di Perkotaan Yogyakarta Perkembangan Olahraga Futsal di Kota Yogyakarta Tumbuh Persewaan Lapangan Futsal hingga ke

(22)

Hipotesis merupakan jawaban semntara terhadap rumusan masalah penelitian, maka hipotesis untuk penelitian ini yaitu :

1) Sebagian besar persewaan lapangan futsal lebih cenderung mengelompok di pusat pendidikan (kampus), dibandingkan dengan pusat – pusat kegiatan perdagangan dan jasa.

2) Keberadaan kampus merupakan faktor yang paling dominan dalam menentukan pemilihan lokasi persewaan lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta.

3) Sebagian besar lokasi persewaan lapangan futsal telah sesuai dengan rencana peruntukan kawasan dalam dokumen Rencana Tata Ruang Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta tahun 2008 - 2028.

(23)

BAB II

METODE PENELITIAN

Metode survei adalah metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Metode survei dilakukan dengan cara melakukan observasi menyeluruh pada lokasi penelitian. Observasi secara menyeluruh dilakukan agar dapat memberikan informasi pada suatu populasi. Observasi yang dilakukan secara menyuluruh pada lokasi penelitian tentunya akan memakan waktu dan biaya yang lebih. Pada penelitian ini observasi secara menyeluruh dilakukan karena peneliti cukup mengenali lokasi penelitian dengan baik, dan jumlah anggota populasinya masih bisa dijangkau oleh peneliti.

Dalam melakukan observasi secara menyeluruh dibutuhkan beberapa data pendukung terkait dengan lokasi atau alamat dari persewaan lapangan futsal. Untuk mendapat informasi yang berkaitan dengan penelitian ini maka dilakukan sensus terhadap seluruh anggota populasi dengan cara wawancara secara mendalam kepada pemilik persewaan lapangan futsal yang ada di lokasi penelitian.

2.1. Pemilihan Lokasi Penelitian

Daerah yang menjadi kajian dalam penelitian ini adalah Perkotaan Yogyakarta yang merupakan Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta. Pemilihan lokasi penelitian di Kota Yogyakarta dilandasi atas dasar perkembangan Kota Yogyakarta yang melampaui batas administrasi secara fisik, sehingga diperkirakan akan mengalami peningkatan jumlah penduduk (pendatang) dan semakin padat, terkait dengan Kota Yogyakarta yang merupakan salah satu kota tujuan para pelajar untuk melanjutkan jenjang studinya ke universitas.

Selain itu, Perkotaan Yogyakarta ini dipilih karena kegiatan ekonominya di bidang jasa dan perdagangan yang berkembang sangat pesat. Perkembangan kegiatan ekonomi tersebut juga didukung dengan keberadaan dari fasilitas pendidikan berupa perguruan tinggi yang cukup banyak pada daerah penelitian,

(24)

sehingga berpengaruh juga terhadap eksistensi dari mahasiswa yang dinilai merupakan konsumen yang potensial.

2.2. Unit Analisis

Lokasi pada penelitian ini merupakan Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta yang dibatasi oleh ringroad atau jalan lingkar. Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta mencakup 2 kabupaten dan 1 kota, yakni Kabupaten Sleman bagian selatan dan Kabupaten Bantul bagian utara, serta Kota Yogyakarta. Sebagian Kabupaten Sleman yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta antara lain, Kecamatan Mlati, Depok, Ngaglik, dan Gamping. Untuk bagian utara Kabupaten Bantul yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta antara lain, Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan. Dari beberapa kecamatan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kabupaten Bantul dan Sleman, tidak seluruh desa yang termasuk dalam Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta tersebut. untuk penjelasan lebih rinci sebagai berikut :

a. Untuk Kabupaten Sleman terdapat Kecamatan Mlati, Depok, Ngaglik, dan Gamping. Kelurahan / desa yang termasuk dalam daerah Perkotaan Yogyakarta, yakni :

1) Pada Kecamatan Mlati terdapat 2 kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta : Sendangadi dan Sinduadi.

2) Pada Kecamatan Depok terdapat 3 kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta : Catur Tunggal, Condong Catur, dan Maguwoharjo.

3) Pada Kecamatan Ngaglik terdapat 1 kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta : Sariharjo.

4) Pada Kecamatan Gamping terdapat 4 kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta : Ambarketawang, Banyuraden, Nogotirto, dan Trihanggo.

b. Untuk Kabupaten Bantul terdapat Kecamatan Kasihan, Sewon, dan Banguntapan. Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta, yakni :

(25)

1) Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kecamatan Kasihan adalah Ngestiharjo, Tamantirto, dan Tirtonirmolo.

2) Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kecamatan Sewon adalah Bangunharjo dan Panggungharjo.

3) Kelurahan yang termasuk dalam Perkotaan Yogyakarta pada Kecamatan Banguntapan adalah Banguntapan, Baturetno, Singosaren, dan Jagalan, Tamanan.

Unit analisis merupakan unit penelitian terkecil yang terdapat dalam tema penelitian, baik dalam lingkup sebuah wilayah atau tempat, maupun secara individu atau perseorangan. Apabila tema penelitian berhubungan dengan penggunaan lahan maka unit analisisnya adalah sebuah desa. Demikian pula dengan penelitian yang berhubungan dengan persepsi masyarakat, maka unit analisisnya pun masyarakat secara individu atau perseorangan. Untuk unit analisis yang berlaku pada penelitian ini adalah lapangan futsal itu sendiri, mengingat yang menjadi kajian dari objek penelitian pada tujuan penelitian yang pertama dan kedua adalah sebaran yang menitikberatkan pada lokasi. Pada tujuan penelitian yang ketiga, analisis yang dilakukan pada persewaan lapangan futsal tidak hanya mengacu pada pola sebaran saja, namun juga faktor – faktor apa saja yang menentukan pemilihan lokasi persewaan lapangan futsal tersebut. Selain itu, perkembangan persewaan lapangan futsal dari tahun ke tahun juga menjadi kajian dalam penelitian ini.

(26)
(27)

2.3. Data dan Variabel

Variabel ialah suatu bentuk operasional dari sebuah konsep yang memiliki variasi nilai atau satuan. Variabel sangat diperlukan dalam penelitian untuk menjawab rumusan masalah maupun pertanyaan penelitian. Dengan variabel maka peneliti dapat dengan segera menentukan data yang akan digunakan untuk melakukan analisa, tentunya menggunakan data yang telah diolah sebelumnya. Data yang dimaksudkan dapat berupa data primer maupun data sekunder.

Data primer dalam penelitian ini dibutuhkan untuk menjawab tujuan penelitian yang pertama hingga ketiga. Pada tujuan penelitian yang pertama dan kedua, data primer yang dibutuhkan adalah titik koordinat persewaan lapangan futsal. Data primer yang digunakan pada tujuan penelitian yang ketiga adalah hasil wawacara dari pemilik persewaan lapangan futsal.

Pada tujuan penelitian keempat berbeda dengan tujuan penelitian yang pertama hingga ketiga. Data sekunder dibutuhkan untuk menjawab tujuan penelitian yang keempat. Data sekunder yang dibutuhkan adalah dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah. Data sekunder dibutuhkan untuk mendeskripsikan lokasi penelitian yang sudah dipublikasikan oleh instasi – instasi terkait.

2.3.1. Data Primer

Data primer merupakan data yang didapatkan secara langsung dari observasi di lapangan baik melalui wawancara maupun pengamatan secara langsung terhadap objek kajian penelitian. Tentu saja dalam masa pengumpulan data primer akan memakan waktu dan biaya, tergantung dari data yang dibutuhkan. Namun keunggulan dari data primer ini terletak pada tingkat akurasinya, baik dari validitasnya maupun secara update-nya.

Data primer yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah informasi mengenai alamat persewaan lapangan futsal, sehingga nantinya dengan alamat persewaan lapangan futsal dapat diketahui sebaran persewaan lapangan futsal itu sendiri. Informasi mengenai persewaan lapangan futsal ini didapatkan dengan berbagai cara, baik melalui internet, buku telepon, koran, bahkan hingga observasi secara menyeluruh pada lokasi penelitian.

Gambar

Gambar 1.1. Ilustrasi pedekatan analisis tetangga terdekat
Gambar 1.2. Diagram alir kerangka pemikiran perkembangan pola sebaran  lapangan futsal di Perkotaan Yogyakarta
Gambar 2.1. Peta Kawasan Aglomerasi Perkotaan Yogyakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan wisata di Situ Pengasinan memberikan dampak ekonomi yang besar terhadap masyarakat lokal baik dampak langsung, tidak langsung dan lanjutan.. Hal ini tercermin

Akan tetapi di saat mulainya perkembangan Nilai Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan peningkatan investasi pasar modal di Indonesia, dampak krisis ekonomi

Keberadaan industri tekstil dan garmen di Indonesia telah mampu memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi dan industri Indonesia. Kegiatan industri

Tata kelola otonomi dan pemberdayaan desa diharapkan mampu memberikan manfaat secara adil terhadap pemenuhan kebutuhan masyarakat dan lingkungan, sehingga Kepala Desa

6 Perkembangan Indeks Harga Saham Hangseng pada masa pandemi covid-19 periode Januari 2020 - Januari 2022 ... 7 Hasil Uji

Penjabaran regulasi dan peraturan pemerintah secara detail tentang segala bentuk rencana kegiatan pembangunan yang diprediksi akan memberikan dampak penting dan besar

penelitian.. perempuan pesantren dilihat dari aktivitas, akses, dampak, kontrol dan manfaat. bagi perempuan pesantren. Berdasarkan pemaparan di atas, maka profil tokoh

Terdapat 41,3 persen responden dengan opini yang positif beranggapan bahwa keberadaan kegiatan proyek tanaman jarak pagar ini memberikan dampak yang baik pada aspek ekonomi