• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Dalam melakukan transaksi perdagangan, pembeli dihadapkan pada berbagai produk dan jenis barang. Salah satu produk yang bisa dijual belikan adalah efek, yang juga merupakan bagian dari investasi. Tidak seperti jenis investasi lainya yang bisa diperdagangkan secara bebas pada pasar biasa ataupun toko, perdagangan efek dilakukan pada pasar khusus yang dinamakan pasar modal.

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, Bursa Efek adalah Pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli Efek Pihak - Pihak lain dengan tujuan memperdagangkan Efek di antara mereka. Sedangkan yang dimaksud Efek adalah surat berharga, yaitu surat pengakuan utang, surat berharga komersial ,saham, obligasi, tanda bukti utang, Unit Penyertaan kontrak investasi kolektif, kontrak berjangka atas efek, dan setiap derivatif dari efek.

Pada Bursa Efek Indonesia (BEI) terdaftar beberapa industri yang dikelompokkan menjadi beberapa sektor. Menurut Undang Undang nomor 13 tahun 2014, Industri adalah seluruh bentuk kegiatan ekonomi yang mengolah bahan baku dan/atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga menghasilkan barang yang mempunyai nilai tambah atau manfaat lebih tinggi, termasuk jasa industri.

Bursa Efek Indonesia (BEI) membagi industri menjadi 9 sektor, dengan 56 sub sektor (Bursa Efek Indonesia,2014). Kesembilan sektor tersebut antara lain adalah Agriculture, Trade,service & investment, Finance, Property,real estate and bulding construction, Consumer good industry, Mining, Infrastucture, Utilities, &

(2)

2

transportation, Basic industry and chemicals, dan Miscellaneous Industry. Salah satu sub sektor dalam Miscellaneous Industry adalah Textile dan Garment.

Pengertian mengenai produk tekstil diatur pula dalam Peraturan Menteri Perdagangan R.I. Nomor 52/M-DAG/PER/7/2015. Dalam Peraturan Menteri ini, yang dikatakan dengan Tekstil dan Produk Tekstil adalah serat,benang filamen, kain lembaran, dan produk yang menggunakan kain lembaran sebagai bahan baku atau bahan penolong.

Terdapat 18 perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang tercatat dalam Bursa Efek Indonesia tahun 2014 seperti pada tabel berikut:

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen No Kode Saham Nama Perusahaan Tanggal Listing

1 ADMG Polychem Indonesia Tbk. 20 Oktober 1993

2 ARGO Argo Pantes Tbk. 7 Januari 1991

3 CNTX Century Textile Industry (PS) Tbk.

22 Mei 1979

4 ERTX Eratex Djaja Tbk. 21 Agustus 1990

5 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk. 13 Oktober 1992 6 HDTX Panasia Indo Resources Tbk. 06 Juni 1990 7 INDR Indo-Rama Synthetics Tbk. 03 Agustus 1990 8 MYTX Apac Citra Centertex Tbk. 10 Oktober 1989

9 PBRX Pan Brothers Tbk. 16 Agustus 1990

10 POLY Asia Pacific Fibers Tbk 12 Maret 1991 11 RICY. Ricky Putra Globalindo Tbk 22 Januari 1998 12 SRIL Sri Rejeki Isman Tbk 17 Juni 2013 13 SSTM Sunson Textile Manufacturer

Tbk.

20 Agustus 1997

14 STAR. Star Petrochem Tbk 13 Juli 2011

15 TFCO Tifico Fiber Indonesia Tbk. 26 Februari 1980 16 TRIS Trisula International Tbk. 28 Juni 2012 17 UNIT Nusantara Inti Corpora Tbk. 18 April 2002

18 UNTX Unitex Tbk. 16 Juni 1989

Sumber : idx.co.id, data yang telah diolah

Dari 18 perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia, 7 diantaranya merupakan sampel penelitian ini yaitu

(3)

3 Polychem Indonesia Tbk, Argo Pantes Tbk, Apac Citra Centertex Tbk, Asia Pacific Fibers Tbk, Nusantara Inti Corpora Tbk, Unitex Tbk, dan Pan Brothers Tbk

1.2 Latar Belakang Penelitian

Keberadaan industri dalam suatu negara dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah lingkungan. Lingkungan tersebut dapat dibagi menjadi dua kategori, yaitu lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Lingkungan internal merupakan lingkungan dari dalam perusahaan yang dapat diubah, dan diatur oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhannya. Lingkungan eksternal merupakan lingkungan yang berada di luar perusahaan yang tidak dapat dikontrol oleh perusahaan. Salah satu faktor dalam lingkungan eksternal yang paling berpengaruh dalam suatu perusahaan adalah faktor ekonomi.

Kondisi ekonomi global terus berubah dari waktu ke waktu, begitupun dengan Indonesia. Kondisi ekonomi di Indonesia terus berubah pula dari satu periode ke periode yang lainya. Setiap tahunnya, Indonesia mengalami kejadian ekonomi, yang berpengaruh pada situasi ekonomi global maupun regional. Seperti pada awal tahun 2015, Indonesia mengalami deselerasi ekonomi.

Deselerasi ekonomi Indonesia mulai terlihat pada tahun 2014, seperti tercantum pada Berita Resmi Statistik yang dirilis oleh Badan Pusat Statistik Indonesia (2014) dimana pada triwulan I, pertumbuhan ekonomi dibuka dengan 5,21%, kemudian turun menjadi 5,21% pada triwulan II terus menurun menjadi 5,01%, dan pada triwulan IV 2014 mencapai 4,87%. Tahun 2015 pun terjadi deselerasi ekonomi yang terus menerus, terlihat dari pertumbuhan ekonomi Triwulan I yang mencapai 4,71%, dan pada triwulan II menyentuh angka 4,67% (Badan Pusat Statistik,2015).

Selain deselerasi ekonomi, isu dan kebijakan lain yang dialami bangsa Indonesia adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM). Tercatat hingga September 2015 telah terjadi dua kali kenaikan harga Bahan Bakar Minyak. Periode pertama terjadi pada tanggal 18 November 2014. Sedangkan periode kedua terjadi pada tanggal 28 Maret 2015, dimana harga Premium yang awalnya

(4)

4

Rp.6.800 per liter mengalami kenaikan sebesar Rp.500 per liter menjadi Rp.7.300 per liter (Tempo Inti Media,2015,”Menaikkan Harga BBM, Pemerintah Klaim Ini Kebijakan Berani”.para. 5).. Dengan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak, yang diimbangi dengan naiknya harga bahan-bahan pokok lainya, menyebabkan daya beli masyarakat yang cenderung turun, serta banyak Industri yang mengalami kesulitan dalam menentukan harga jual produknya.

Kejadian dan kebijakan ekonomi diatas telah membawa perubahan kondisi berbagai sektor industri di indonesia, salah satunya adalah penurunan sektor Manufaktur, khususnya sub sektor Tekstil dan Garment. Seperti yang dicatat oleh Badan Pusat Statitiska mengenai Pertumbuhan Industri Manufaktur Besar dan Sedang Sub Sektor Tekstil tahun 2014 sampai dengan tahun 2015.

Tabel 1.2 Pertumbuhan Industri Manufaktur Besar dan Sedang Sub Sektor Tekstil

Periode Pertumbuhan (%)

y-on-y q-to-q Per Tahun

Triwulan I 2014 -6,61 -5,88 -5,56 Triwulan II 2014 -0,38 -5,72 Triwulan III 2014 7,67 2,68 Triwulan IV 2014 -1,19 -6,97 Triwulan I 2015 -0,30 -0,25 Triwulan II 2015 1,20 -1,98

Sumber : Bps.go.id (2015), data yang telah diolah

Kementrian Perindustrian Republik Indonesia membagi pertumbuhan industri manufaktur menjadi dua jenis. Dari tabel 1.2 terlihat bahwa sejak awal tahun 2014, industri manufaktur besar dan sedang sub sektor tekstil cenderung mengalami penurunan.

Pertumbuhan tertinggi berada pada Triwulan III 2014, dimana pertumbuhan y-on-y mencapai 7,67%, dan pertumbuhan q-to-q mencapai 2,68%. Namun pertumbuhan industri kembali mengalami penurunan hingga pada

(5)

5 Triwulan II 2015 (saat penelitian berlangsung) mencapai angka 1,20% untuk pertumbuhan y-on-y, dan -1,98% untuk pertumbuhan q-to-q.

Selain berpengaruh terhadap pertumbuhan industri tekstil yang semakin melambat, kejadian-kejadian ekonomi yang telah dijelaskan juga berpengaruh pada jumlah ekspor-impor industri tekstil di Indonesia. Hal tersebut disebabkan oleh melemahnya permintaan negara tujuan ekspor, dan melemahnya permintaan masyarakat Indonesia. Selain itu, penurunan ekspor industri tekstil dikarenakan sulitnya industri untuk bersaing di kancah Internasional, karena biaya bahan baku dan operasional semakin melonjak tajam, seiring dengan kenaikan Bahan Bakar Minyak dan Tarif Dasar Listrik

Tabel 1.3 Pemantauan Ekspor Sub Kelompok Hasil Industri Tekstil

(Dalam US$)

No Sub Kelompok

Hasil Industri 2012 2013 2014 Tren

1 Pakaian Jadi 5.889.498.900 5.963.765.046 5.827.975.416 -0,52% 2 Benang 2.226.876.657 2.437.943.075 2.510.492.546 6,18% 3 Kain 1.788.476.059 1.672.684.635 1.676.755.083 -3,17% 4 Batik 1.007.421.387 1.097.587.363 1.147.520.585 6,73% 5 Tekstil lainya 724.196.316 734.540.208 782.486.892 3,89% 6 Serat 603.039.502 572.287.391 582.272.809 -1,74%

7 Nylon Type Cord 77.457.839 68.176.131 69.383.604 -5,05% 8 Permadani 65.900.392 64.656.946 62.727.385 -2,44% 9 Sprei, taplak

meja, kain toilet, kain dapur

42.188.094 32.837.685 37.249.510 6,04%

10 Sal, selendang keru- dung dan semacamnya

12.687.080 9.194.400 13.040.063 1,38%

11 Kain tenun ikat 2.609.750 2.953.342 4.166.307 26,35% 12 Kain tule dan jala

lainya

4.352.616 3.838.380 4.077.133 -3,22%

13 Kain tenun sutra 434.018 423.714 930.251 46,40%

14 Karung Goni 588.062 595.274 697.511 8,91%

15 Sapu tangan 59.924 197.826 81.925 16,93%

Total 12.446.506.596 12.661.681.508 12.720.312.060 1,09% Sumber : kemenperin.go.id(2014)

(6)

6

Tabel 1.3 menunjukkan perkembangan Pemantauan Ekspor Sub Kelompok Hasil Industri Tekstil. Terdapat penurunan trend ekspor pada beberapa sub kelompok dengan ekspor tertinggi (diatas 1 miliar dolar). Seperti pada Pakaian Jadi dan Kain, yang masing-masing turun -0,52% dan -3,17%. Namun terdapat dua sub kelompok yang mengalami kenaikan ekspor, yaitu Benang dan Batik, yang masing-masing naik sebesar 6,18% dan 6,73%. Dengan beberapa penurunan dan kenaikan tersebut, membuat total pertumbuhan ekspor tekstil menjadi kecil, yaitu 1,09%.

Degradasi ekspor impor serta menurunnya permintaan global tersebut bermuara pada Pemutusan Hubungan Kerja serta kebijakan „merumahkan‟ Karyawan Perusahaan Tekstil di Indonesia. Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat melontarkan, setidaknya sudah separuh atau 50% industri tekstil di Indonesia merumahkan karyawannya akibat pelemahan ekonomi dan penurunan daya beli masyarakat (Sindonews.com,2015,” Gawat! Separuh Industri Tekstil Rumahkan Karyawan”,para.1). Dengan jumlah PHK terbanyak terjadi di Jawa Barat, yaitu sebanyak 6000 karyawan. Hal ini terjadi karena menurunnya penjualan hingga 50%.

Faktor lain yang dapat menggambarkan kondisi kesehatan suatu perusahaan adalah harga saham.

Gambar 1.1 Pergerakan harga saham perusahaan sub sektor tekstil dan garmen. Sumber : yahoo.finance.com

(7)

7 Gambar 1.1 menunjukkan pergerakan harga saham 7 perusahaan sub sektor tekstil dan garmen periode Januari 2010 hingga Desember 2014. Terlihat bahwa pergerakan harga saham perusahaan cenderung mengalami penurunan dalam 3 tahun terakhir, sedangkan saham PBRX yang memiliki harga saham tertinggi, cenderung mengalami peningkatan pada awal 2010, namun terus mengalami fluktuasi hingga akhir tahun 2014.

Kejadian yang menimpa industri tekstil tersebut berpotensi besar untuk terjadinya Financial Distress. Mengutip pernyataan Black Law‟s Dictionary dalam Rodoni dan Ali (2010:172) bahwa financal distress merupakan penurunan kondisi perusahaan dari kondisi sebelumnya. Penurunan kondisi perusahaan turun disebabkan economic distress, penurunan pendapatan operasi, dan manajemen yang buruk, atau penurunan kondisi perusahaan relatif terhadap industri.

Financial Distress yang merupakan awal dari kebangkrutan, merupakan hal yang sangat tidak diinginkan oleh perusahaan manapun. Terjadinya Financial Distress dalam suatu perusahaan dapat diprediksi dengan melakukan analisis laporan keuangan perusahaan. Selain melakukan analisis rasio secara sederhana, terdapat beberapa model untuk mempredisikan Financial Distress suatu perusahaan, diantaranya Altman Z-Score, Springate, Zmijewski, dan Ohlson Score.

Altman (1968) menggunakan Multi Discriminant Analysis pada formula Z-Score nya (Avenhuis,2013:12). Springate memfokuskan perhitunganya terhadap keadaan aset perusahaan, Zmijewski (1984) memfokuskan prediksi kebangkrutan menggunakan rasio likuiditas perusahaan. Sedangkan Ohlson (1980) menggunakan model logit dalam formulasi O-score (Avenhuis,2013:15) .

Penelitian tentang prediksi kebangkrutan dan financial distress pernah dilakukan oleh Kumar dan Kumar (2012) yang membandingkan antara penggunaan metode Altman, Ohlson Score dan Zmijewski dalam memprediksi kebangkrutan. Hasil Penelitian mengungkapkan bahwa metode O-Score memiliki performa prediski yang lebih baik dibanding yang lain, karena menggunakan metode binary logistic regression.

(8)

8

Dibandingkan dengan metode lainya, metode Ohlson merupakan metode yang tidak hanya memasukkan unsur rasio, namun memasukkan unsur inflasi, yang tercermin dari rumus Size, yaitu logit dari total aset dibagi dengan GNP-price level index. Dalam penelitian ini, diaplikasikan pula metode peramalan tren garis lurus, dengan model kuadran terkecil. Hal ini dilakukan karena Badan Pusat Statistika belum merilis GNP riil Indonesia tahun 2014.

Penambahan unsur lain dalam metode Ohlson Score ini dapat memperluas jangkauan penelitian, serta meningkatkan kemungkinan akan ditemukanya variabel-variabel berpengaruh lainya. Prediksi kebangkrutan dengan menggunakan metode-metode diatas penting dilakukan, karena apabila perusahaan sudah mengalami financial distress, maka akan berpengaruh pada harga saham.

Bagi perusahaan publik, saham merupakan sumber pendanaan perusahaan. Kehadiran harga saham bisa mencerminkan gambaran umum suatu perusahaan. Harga Saham juga harus terus dipantau dan diperhatikan oleh perusahaan, karena menjadi tolak ukur investor dalam menilai kinerja dan kesehatan perusahaan.

Harga saham yang cenderung turun dalam jangka waktu yang relatif lama, dapat memberikan gambaran kepada investor bahwa perusahaan dalam keadaan kurang baik dan tidak sehat. Sebaliknya, apabila harga saham cenderung naik, maka akan mengindikasikan kondisi perusahaan yang baik dan sehat. Zuliarni (2012) dalam Sukmawati, et al (2014) mengungkapkan kepercayaan investor atau calon investor sangat bermanfaat bagi emiten, karena semakin banyak orang yang percaya pada emiten maka keinginan untuk berinvestasi juga akan lebih kuat. Jika permintaan terhadap saham emiten semakin banyak, nantinya akan berdampak pada naiknya harga saham emiten tersebut. Selain memperhatikan harga saham, tujuan utama seorang investor dalam menanam saham adalah mendapatkan keuntungan, salah satunya adalah dalam bentuk return saham.

Return merupakan salah satu pertimbangan investor dalam memilih suatu saham, memaksimalkan return merupakan tujuan utama investor dalam berinvestasi. Return juga merupakan imbalan atas keberanian investor mengambil

(9)

9 resiko. Tandelilin (2010:102) mengungkapkan sumber-sumber return terdiri dari dua komponen utama, yaitu yield dan capital gain (loss).

Salah satu kejadian yang bisa menimpa emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia adalah delisting. Delisting merupakan penghapusan pencatatan emiten yang bersangkutan dari bursa saham. Penghapusan pencatatan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa hal. R Haidir Musa, selaku Head of Economic Analysis Unit Bursa Efek Indonesia, menjabarkan terdapat beberapa jenis dan sebab suatu emiten di delisting dari Bursa Efek Indonesia, diantaranya : perusahaan sedang tersandung kasus hukum yang berat, perusahaan mengajukan permohonan Delisting (voluntary delisting) yang biasanya dikarenakan perusahaan ingin melakukan restrukturisasi, dan saham perusahaan yang berada di lantai bursa tidak lagi likuid (Bisnis Indonesia,2015,” BURSA SAHAM: Ini Pemicu Emiten Ingin Delisting”.para.2)

Kejadian Delisting pernah menimpa satu perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garment pada tanggal 16 Maret 2013, yaitu PT. Panasia Filamen Inti Tbk (PAFI). PAFI di Delisting karena tidak memperbaiki kinerja keuangan dan tak punya rencana bisnis yang jelas (Kontan.co.id,2013, “BEI kembali coret satu emiten”.para.1). Setelah di delisting, PAFI menghentikan kegiatan bisnisnya pada bulan Juni 2013, dan berencana untuk mengubah lini bisnisnya menjadi distributor semen. Tetapi BEI menilai bahwa langkah tersebut tidak memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Disamping itu, saham PAFI juga tergolong tidak likuid karena porsi publik hanya sebesar 0,08%.

Delisting yang terjadi di PAFI seakan menjadi pengingat bagi sub sektor industri tekstil dan Garment lainya untuk semakin waspada dan melakukan analisis lebih dalam tentang Financial Distress yang berpotensi untuk menimpa perusahaan yang lain. Terlebih lagi terdapat beberapa fenomena yang dapat memperlebar potensi terjadinya Financial Distress pada sub sektor Tekstil dan Garmen.

Berdasarkan fenomena diatas, serta kurangnya penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh saham terhadap Ohlson Score, maka penulis mengambil Judul “Pengaruh Prediksi Kebangkrutan Ohlson Score (O-Score)

(10)

10

Terhadap Return Saham (Studi Pada Perusahaan Subsektor Tekstil Dan Garmen Yang Listing Di BEI Tahun 2010-2014)”

1.3 Perumusan Masalah

Keberadaan industri tekstil dan garmen di Indonesia telah mampu memberikan sumbangsih terhadap pertumbuhan ekonomi dan industri Indonesia. Kegiatan industri seperti ekspor dan impor juga bisa menjadi sumber pendapatan negara. Namun, fenomena yang terjadi saat ini menunjukkan bahwa perusahaan sub sektor tekstil dan garmen sedang mengalami degradasi, baik dari segi ekspor, impor, dan kinerja.

Degradasi industri tekstil dan garmen tersebut dapat bermuara pada kebangkrutan, yang merupakan hal yang tidak diinginkan oleh perusahaan manapun. Untuk melihat keadaan dan potensi kebangkrutan perusahaan, diperlukan suatu perhitungan untuk memprediksinya, salah satunya dengan menggunakan Ohlson Score. Selain memperhatikan faktor internal perusahaan, metode O-Score juga memasukkan faktor fundamental, yaitu GNP- price level index. Hal inilah yang kurang disoroti pada penelitian sebelumnya, dimana peneliti terdahulu lebih memfokuskan kepada faktor internal perusahaan.

Selain prediksi kebangkrutan, tidak dapat dipungkiri bahwa bagi perusahaan go public, terdapat hal lain yang harus diperhatikan yaitu return saham. Perusahaan harus memperhatikan pergerakan harga sahamnya, dan berusaha untuk mensejahterakan para investor. Kehadiran investor dalam perusahaan go public harus sangat diperhatikan karena merupakan sumber modal dari aktivitas bisnis perusahaan.

1.4 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, pernyataan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Bagaimana prediksi kebangkrutan menggunakan metode O-Score pada perusahaan sub sektor Tekstil dan Garmen yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014?

(11)

11 2. Bagaimana pergerakan return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan

Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014? 3. Bagaimana keadaan return saham perusahaan yang terindikasi failed 4. Bagaimana keadaan return saham perusahaan yang terindikasi non failed? 5. Apakah terdapat perbedaan return saham perusahaan yang terindikasi

failed dan non failed?

6. Bagaimana pengaruh O- Score terhadap return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014?

1.5 Tujuan Penelitian

Berdasarkan pernyataan penelitian diatas, tujuan penelitian dapat dirincikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui prediksi kebangkrutan O-Score pada perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia.

2. Untuk mengetahui pergerakan return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

3. Untuk mengetahui keadaan return saham perusahaan yang terindikasi failed.

4. Untuk mengetahui keadaan return saham perusahaan yang terindikasi non failed.

5. Untuk mengetahui perbedaan return saham perusahaan yang terindikasi failed dan non failed.

6. Untuk mengetahui pengaruh metode O-Score terhadap return saham perusahaan sub sektor Tekstil dan Garment yang listing di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2014.

1.6 Manfaat Penelitian

(12)

12

yang berkepentingan, oleh karenanya, kegunaan penelitian dibagi menjadi dua, yaitu :

1.6.1 Aspek Teoritis

1) Dengan penelitian ini dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti dengan topik terkait.

2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dan referensi bagi penelitian-penelitian serupa selanjutnya.

1.6.2 Aspek Praktis

1) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan masukkan investor dalam membuat keputusan investasi, yang berkaitan dengan saham terkait.

2) Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi perusahaan, dalam memperbaiki performa keuanganya, dan dalam membuat keputusan-keputusan perusahaan.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian 1.7.1 Lokasi dan Objek Penelitian

Lokasi penelitian adalah di Bandung, sedangkan objek penelitian adalah perusahaan sub sektor tekstil dan garmen yang listing di BEI periode 2010-2014. 1.7.2 Waktu dan Periode Penelitian

Waktu penelitian ini dari Bulan Agustus 2015 – Desember 2015.

1.8 Sistematika Penulisan Tugas Akhir

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menjelaskan mengenai gambaran terhadap objek penelitian, latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta ruang lingkup penelitian.

(13)

13 BAB II : Tinjauan Pustaka dan Ruang Lingkup Penelitian

Bab ini merupakan bagian yang berisi tentang tinjauan pustaka penelitian, penelitian terdahulu, kerangka pemikiran, hipotesis penelitian, serta ruang lingkup penelitian.

BAB III : Metode Penelitian

Bab ini berisi uraian mengenai jenis penelitian yang dibuat, variabel operasional peneltian, tahap penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini akan dijelaskan tentang hasil analisis penelitian yang telah dilakukan serta pembahasan.

BAB V : Kesimpulan

Bab ini akan dipaparkan kesimpulan dari hasil analisis penelitian, serta saran yang ditujukan kepada perusahaan terkait, peneliti selanjutnya, dan lain sebagainya.

(14)

14

Gambar

Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Sub Sektor Tekstil dan Garmen  No  Kode Saham  Nama Perusahaan  Tanggal Listing
Tabel 1.2 Pertumbuhan Industri Manufaktur Besar dan Sedang Sub Sektor Tekstil
Tabel 1.3 Pemantauan Ekspor Sub Kelompok Hasil Industri Tekstil
Tabel  1.3  menunjukkan  perkembangan  Pemantauan  Ekspor  Sub  Kelompok Hasil Industri Tekstil

Referensi

Dokumen terkait

Nilai raw accelerometer yang dihasilkan dimana pada dasarnya memiliki (noise) difilter dengan menggunakan low-pass filter dan nilai raw gyroscope yang dihasilkan memiliki

Sesudah mengalami asimilasi progresif total, bunyi-bunyi yang sama tersebut kembali mengalami perubahan bunyi, zeroisasi sinkope, pada salah satu bunyi dari dua

Flavonoida biasanya terdapat sebagai O-glikosida, pada senyawa tersebut satu gugus hidroksil flavonoida (atau lebih) terikat pada satu gula dengan ikatan hemiasetal yang tidak

dibantu perencana Comprehensive Planning Perencana dibantu aspirasi masyarakat Strategic Planning Stakeholders di- bantu perencana Participatory Planning Masyarakat

Persetujuan tertulis dibuat dalm bentuk pernyataan yang tertuang dalam formulir persetujuan tindakan kedokteran sebelum ditandatangani atau dibubuhkan cap ibu

Cooper, (1982:38) latihan aerobik adalah kerja tubuh yang memerlukan oksigen untuk kelangsungan proses metabolisme energi selama latihan. Sehingga latihan aerobik

Terdapat implementasi pengelolaan fauna tetapi tidak mencakup kegiatan pengelolaan secara keseluruhan sesuai dengan ketentuan terhadap jenis-jenis yang

(2) Menjelaskan penerapan model kooperatif tipe Contextual Teaching and Learning Pada Tema 4 Berbagai Pekerjaan Muatan IPS dan Bahasa Indonesia untuk Meningkatkan Hasil Belajar