• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI. Teori yang menjadi landasan pembelajaran kooperatif adalah. teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORI. Teori yang menjadi landasan pembelajaran kooperatif adalah. teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan proses"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1. Teori Belajar Kontruktivisme

Belajar merupakan suatu proses pembentukan

pengetahuan yang disertai perubahan perilaku pada individu. Teori yang menjadi landasan pembelajaran kooperatif adalah teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan proses pembelajaran yang menjelaskan bagaimana manusia dapat menemukan pengetahuan dan informasi itu sendiri. Pengetahuan yang dimiliki seseorang terkait erat dengan pengalaman-pengalamannya, yaitu interaksi dengan lingkungan atau objek tertentu.

Siswa merupakan individu yang memegang kendali pada dirinya sendiri untuk belajar. Guru memegang peranan untuk menata lingkungan sehingga memberikan peluang yang optimal bagi berlangsungnya proses pembelajaran didalam kelas.

“Belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman

(2)

10

dalam wujud perubahan tingkah lakudan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.”1

Yang merupakan dasar dari pembelajaran ini adalah bahwa individu harus secara aktif dan berkesinambungan dalam membangun pengetahuan dan informasi yang diperoleh dalam proses membangun kerangka oleh siswa dari lingkungan dirinya.

2.2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran dalam mencapai suatu tujan pembelajaran.Hal ini tercapai apabila siswa sudah memahami belajar dengan diiringi perubahan tingkah laku yang meliputi pengetahuan, sikap dan keteranpilan, kebiasaan dan kemampuan.

Keberhasilan yang diperoleh dari proses pembelajaran pada jenjang pendidikan tertentu dapat dilihat dari penilaian. Berdasarkan teori Taksonomi Bloom hasil belajar dalam rangka

1

Sugihartono,dkk.(2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: hal 74.

(3)

11

studi dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain kognitif, afektif dan psikomotorik.

“Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, sintesis, dan evaluasi. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.Ranah afektif berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi.Ranah psikomotoris berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris, yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan keterampilan kompleks, dan (f) gerakan ekspresif dan interpretative.”2

Ranah kognitif, terkait dengan hasil pengetahuan intelektual yaitu kemampuan dalam mengolah informasi dalam rangka pembelajaran.Sedangkan ranah afektif terkait dengan

sikap dan nilai yaitu kemampuan pemahaman

pembelajaran.Ranah psikomotorik menunjukkan adanya

kemampuan fisik dari pembelajar yaitu penerapan dari hasil

2

http://id.shvoong.com/social-sciences/education/2297541-kajian-teori-untuk-hasil-belajar/

(4)

12

belajar.Sehingga hasil belajar yang diinginkan seseorang bergantung pada perubahan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.3. Motivasi Belajar

Motivasi diartikan sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi yang menyebabkan adanya tingkah laku untuk mencapai suatu tujuan. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai sukses meskipun dihadang kesulitan.Motivasi yang tinggi dapat menggiatkan aktivitas belajar siswa.

“Motivasi tinggi dapat ditemukan dalam sifat dan perilaku siswa antara lain adanya kualitas keterlibatan siswa dalam belajar yang sangat tinggi,adanya perasaan dan keterlibatan afektif siswa yang tinggi,dan upaya untuk senantiasa memelihara agar senantiasa memiliki motivasi belajar tinggi.”3 2.4. Pembelajaran Kooperatif

2.4.1. Konsep Dasar Pembelajaran Kooperatif

3

Sugiharto,dkk.(2007), Psikologi Pendidikan.Yogyakarta. Hal 20-21.

(5)

13

Pembelajaran kooperatif adalah kegiatan belajar siswa yang dirancang untuk mendidik kerjasama didalam kelompok kecil dan interaksi antara siswa satu dengan yang lain untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sistem pembelajaran kooperatif, mengharuskan siswa untuk belajar bertanggung jawab terhadap diri sendiri dengan menguasai materi dan bertanggung jawab sebagai anggota kelompok yaitu membantu anggota yang lain untuk belajar.

“Pendekatan paling efektif terhadap manajemen kelas bagi pembelajaran kooperatif adalah menciptakan sebuah sistem penghargaan positif yang didasarkan pada kelompok”4

Suatu bentuk kerjasama yang sangat erat kaitannya antara

kelompok anggota untuk mencapai tujuan merupakan

ketergantungan yang positif yang berarti kesuksesan kelompok bergantung pada kesuksesan anggotanya.. Dengan demikian, guru harus memberi waktu bagi kelompok agar kelompok dapat mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama siswa agar bisa bekerja sama lebih efektif.Pembelajaran kooperatif

4

Slavin, Robert E. (2010).Cooperative Learning Teori, Riset dan

(6)

14

tidak sama dengan belajar dalam kelompok yang dilakukan asal-asalan. Dalam pembelajaran kooperatif proses pembelajaran kooperatif tidak harus belajar dari guru namun siswa dapat saling belajar.

2.4.2. Karakteristik Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif berbeda dengan strategi

pembelajaran yang lain terlihat dari proses pembelajaran yang menekankan pada proses kerja sama dalam kelompok. Tujuan yang ingin dicapai bukan hanya dari segi akademik saja, melainkan unsur kerja sama untuk penguasaan materi.

“Ciri-ciri pembelajaran kooperatif: a. Pembelajaran secara tim

b. Didasarkan pada manajemen kooperatif

c. Kemauan untuk bekerja sama d. Keterampilan bekerja sama.”5

5

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 207.

(7)

15 2.4.3. Prosedur Pembelajaran Kooperatif

Terdapat empat tahap prosedur atau langkah – langkah pembelajaran kooperatif yaitu :

“1. Penjelasan materi, tahap ini merupakan tahapan penyampaian pokok-pokok materi pelajaran sebelum siswa belajar dalam kelompok.Tujuan utama tahapan ini adalah pemahaman siswa terhadap pokok materi pelajaran.

2. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan

setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

3. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran

kooperatif bisa dilakukan melalui tes atau kuis, yang dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian pada kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknya yang merupakan hasil kerja sama setiap anggota kelompoknya.

4. Pengakuan tim, adalah penetapan tim

yang dianggap paling menonjol atau tim paling berprestasi untuk kemudian diberikan pernghargaan atau hadiah, dengan harapan dapat memotivasi tim untuk terus berprestasi lebih baik lagi.”6

(8)

16

2.4.4. Model-model Pembelajaran kooperatif

Pembelajaran dapat dilaksanakan dalam beberapa model yang dapat dipilih oleh guru.

“Teknik-teknik yang dapat dipakai dalam pembelajaran model kooperatif learning adalah: Jigsaw, STAD, TGT (Slavin 1990) Write Pair Square, Think Pair Square, Inside-Outside Circle, Round-Robin, NHT, Two Stay Two Stray (Kagan 1992), Group Investigation (Sharan et al), Learning Together (Johnson et al 1990), Cooperative Controversy (Johnson and Johnson 1987) Murder – Mood, Understand, Recall, Detect, Elaborate, Review (Hythecker et al 1988).”7

2.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw 2.5.1. Konsep Dasar Pembelajaran Tipe Jigsaw

“Pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pertama kali dikembangkan dan diujicobakan oleh Elliot Aronson dan teman-teman di Universitas Texas, dan kemudian diadaptasi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopskins (Arends, 2001)”.8Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran kooperatif di 7 http://nesaci.com/pengertian-dan-macam-macam-model-pembelajaran-kooperatif-cooperative-learning. 8 http://www.psychologymania.com/2012/12/pembelajaran-kooperatif-tipe-jigsaw.html.

(9)

17

mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari metode pembelajaran jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, ketrampilan belajar kooperatif, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian.

”Pembelajaran kooperatif model jigsaw ini mengambil pola cara kerja sebuah gergaji (zigzag), yaitu siswa melakukan suatu kegiatan belajar dengan cara bekerjasama dengan siswa lain untuk mencapai tujuan bersama”9

Pada pembelajaran tipe Jigsaw ini setiap siswa menjadi anggota dari 2 kelompok, yaitu anggota kelompok asal dan anggota kelompok ahli. Anggota kelompok asal terdiri dari 5-6 siswa yang setiap anggotanya diberi nomor kepala a-f. Nomor kepala yang sama pada kelompok asal berkumpul pada suatu kelompok yang disebut kelompok ahli. Kelompok ahli bertugas mempelajari materi pelajaran yang sudah dibagi menjadi beberapa bagian (subtopik) sesuai dengan jumlah kelompok ahli.

9

Rusman, Model-Model Pembelajaran, (Jakarta : Rajawali Pers, 2010), hal. 217.

(10)

18

Dikelompok asal, siswa menjelaskan subtopik yang telah di pelajari sebagai ”ahli” kepada anggota kelompok asal yang lain. Seluruh siswa mempunyai tanggung jawab menunjukkan penguasaannnya terhadap seluruh materi yang ditugaskan oleh guru dan harus menguasai topik secara keseluruhan.Keadaan ini mendukung siswa dalam kelompoknya belajar bekerja sama dan tanggung jawab dengan sungguh-sungguh sampai suksesnya tugas-tugas dalam kelompok.

2.5.2. Langkah – Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

“ 1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim. 1. Tiap orang anggota dalam tim diberi

bagian materi tang berbeda.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

3. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagia/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru(kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. 4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli, tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh. 5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil

diskusi.

(11)

19 7. Kesimpulan/Penutup.” 10

Penerapan model kooperatif tipe jigsaw ini, dapat memberikan siswa kesempatan untuk mengemukakan pendapat, mengolah informasi yang didapatkan dan dapat belajar aktif dalam berkomunikasi. Siswa dapat meningkatkan motivasi dalam belajar,dan saling berinteraksi satu dengan yang lain, sehingga masing – masing anggota kelompok bertanggung jawab terhadap keberhasilan kelompoknya dan juga ketuntasan akan materi yang ditugaskan.

2.6. Mata pelajaran Kewirausahaan di SMK

Penyelenggaraan pendidikan termasuk proses

pembelajaran kewirausahaan merupakan hal yang sangat penting dan termasuk tanggung jawab semua. Mulai dari sekolah, guru, bahkan orang tua serta masyarakat. Untuk mengikuti perubahan serta mengatasi pengangguran, pemerintah dalam hal ini memberi tanggung jawab kepada sekolah, yaitu dengan berupaya

membekali pengetahuan dan keterampilan

10

http://wyw1d.wordpress.com/2009/11/05/model-pembelajaran- jigsaw-model-tim-ahli-aronson-blaney-stephen-sikes-and-snapp-1978/

(12)

20

kewirausahaan.“Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses.”11

Kewirausahaan merupakan salah satu mata pelajaran yang termasuk ke dalam mata pelajaran adaptif yang diajarkan di SMK.Tujuan pembelajaran kewirausahaan adalah membentuk jiwa wirausaha siswa, sehingga menjadi individu yang kreatif, inovatif dan produktif.Pola pembelajaran kewirausahaan dimulai dari teori, praktek dan implementasi.

Pada dasarnya, jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh para usahawan saja, melainkan setiap orang yang berfikir inovatif dan bertindak kreatif.Kepribadian seorang wirausaha dibentuk oleh adanya pengetahuan, keterampilan yang dilengkapi dengan sikap dan motivasi untuk selalu berprestasi.

“Tujuan Mata Pelajaran Kewirausahaan pada SMK:

11

(13)

21

1. Memahami dunia usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan masyarakat.

2. Berwirausaha dalam bidangnya

3. Menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya

4. Mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha.”12

2.7. Standar Kompetensi Menerapkan jiwa kepemimpinan

2.7.1. Kompetensi Dasar Menunjukkan Sikap Pantang

Menyerah dan ulet

A. Menerapkan Jiwa Kepemimpinan dalam kehidupan Sehari-hari

Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Gaya kepemimpinan dipengaruhi oleh bagaimana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Blanchard mengemukakan empat gaya yaitu sebagai berikut.

1. Directing (pengarahan), gaya yang tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas rumit dan staf kita belum

12

http://gurupembaharu.com/home/download/102.-Kewirausahaan_SMK-MAK_SALINAN.doc

(14)

22

memiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Pemimpin menjelaskan apa yang perlu dan harus dikerjakan. Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan-aturan dan proses yang detail kepada bawahan.

2. Coaching (pembinaan), pemimpin tidak hanya

memberikan detail yang harus dikerjakan tapi juga harus

menjelaskan mengapa sebuah keputusan diambil,

mendukung proses perkembangannya, dan juga menerima berbagai masukan dari bawahannya. Gaya yang tepat

apabila staff kita telah lebih termotivasi dan

berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas.

3. Supporting(dukungan), sebuah gaya dimana pemimpin menfasilitasi dan membantu upaya bawahannya dalam melakukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin memberikan tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawahan.

4. Delegating(pelimpahan wewenang), sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang

(15)

23

dan tanggung jawabnya kepada bawahannya. Gaya ini dapat berjalan apabila staff kita sepenuhnya telah paham dan efisiensi dalam pekerjaan.

Keempat gaya sangat bergantung dari lingkungan dimana seorang pemimpin berada dan juga kesiapan dari bawahannya. Maka timbul “Situational leadership” yang artinya pemimpin menyesuaikan keadaan dari orang-orang yang dipimpinnya. B. Tugas dan Tanggung jawab Pemimpin

Tugas seorang pemimpin menurut pendapat Prof.H.Arifin Abduracman adalah sebagai berikut.

1. Mengantarkan, mengusahakan supaya orang – orang dibawah pimpinannya dapat diantarkan sampai tujuan dengan hasil yang maksimal sesuai dengan visi dan misi. 2. Mengetahui, bertindak sebagai orang tua/sesepuh yang

sudah mempunyai banyak pengalaman dan memberikan

pengayoman,dengan demikian dapat membawa

bawahannya ke arah yang dituju.

3. Memelopori, bertindak sebagai pelopor, artinya memberi petunjuk jalan dan pemecahan masalah dengan tepat.

(16)

24

4. Memberi Petunjuk, agar dapat memberi petunjuk pada bawahannya yang memiliki kesulitan, haruslah memiliki

kelebihan dibidang pengetahuan, kecakapan,

keterampilan, dan kemantapan moral.

5. Mendidik, bertindak sebagai guru yang mendidik orang – orang yang dipimpinnya.

6. Memberi Bimbingan dan Penyuluhan, yang artinya memberi bimbingan, penyuluhan, dan strategi yang baik untuk kemajuan usahanya.

7. Menggerakkan bawahan, sesuai dengan wewenangnya yaitu menggerakkan bawahannya supaya suka mengikuti dan menjalankan tugas yang diperintah olehnya.

C. Sifat –sifat yang mempengaruhi Keberhasilan Kepemimpinan 1. Mempunyai kecerdasan. Seorang pemimpin memiliki

kecerdasan emosi(EQ) dan kecerdasan intelektual(IQ) yang lebih tinggi dari orang yang dipimpinnya.

2. Hubungan dengan orang lain (interpersonal). Kemampuan menjalin hubungan dengan orang lain sangat penting bagi seorang pemimpin dalam mencapai tujuannya untuk

(17)

25

mengarahkan, membimbing, dan mempengaruhi orang lain.

3. Kedewasaan. Kepribadian yang bijaksana, tidak

emosional, berfikir positif,matang, dan bisa menjadi figur adalah modal penting pemimpin untuk mencapai tujuannya.

D. Pengertian Pantang Menyerah

Sikap pantang menyerah bagi seorang wirausahawan adalah tidak mudah patah semangat dalam menghadapi rintangan, mau bekerja keras untuk mencapai tujuan, serta menganggap rintangan dan tantangan harus dihadapi untuk mencapai tujuan tersebut.

E. Pengertian Ulet

Keuletan adalah ciri pribadi yang kuat dan kukuh,dan tidak mudah putus asa.

F. Faktor – faktor yang mempengaruhi Keuletan

a. Pembawaan. Manusia lahir memiliki sifat bawaan dari orang tuanya. Hal tersebut termasuk daya tahan fisik dan mental yang akan menunjang perkembangan lebih lanjut. b. Pendidikan dan Pelatihan. Seseorang yang memiliki

(18)

26

bawaan yang pas–pasan bahkan kurang, ada kemungkinan dapat berkembang melalui pendidikan dan pelatihan, dan sebaliknya.

c. Lingkungan secara tidak langsung akan mendidik dan melatih manusia disekitarnya. Misalnya, alam yang termasuk aspek dari lingkunan juga dapat mempengaruhi keuletan masyarakat yang bertempat tinggal di sekitarnya. Masyarakat yang tinggal di daerah tandus akan lebih ulet dibanding yang tinggal ditanah subur.

d. Pengalaman merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keuletan. Dengan memiliki banyak pengalaman berupa rintangan, hambatan, serta kegagalan dalam menjalankan usaha, berarti juga memiliki banyak strategi dalam memecahkan masalah. Dengan banyak strategi yang dimiliki, maka akan menunjang keuletan. e. Motivasi atau dorongan dapat menyebabkan seseorang

menjadi ulet. Wirausahawan mempunyai komitmen untuk

berhasil dan berkembang dalam usahanya akan

(19)

27 untuk mewujudkan obsesinya. G. Cara membina Sikap Ulet

Sikap ulet yang dibina dengan cara–cara sebagai berikut. a. Menjaga dan meningkatkan kesehatan jasmani dan rohani b. Menjaga dan meningkatkan semangat dalam bekerja c. Selalu optimis dalam menjalankan usaha

d. Menyenangi pekerjaannya e. Berani menghadapi tantangan

f. Meningkatkan kepedulian akan peristiwa atau kejadian disekitarnya, baik secara makro maupun mikro

g. Berusaha memilikibanyak informasi dan sumber h. Menerima dengan senang hati kitik dan saran

i. Berani mencoba alternatif yang sudah dipertimbagkan secara matang

j. Memandang kegagalan dari segi positif

k. Tidak memandang ringan masalah yang dihadapi

l. Meningkatkan kepekaan, kecermatan dan kewaspadaan diri

(20)

28 usaha

Dibawah ini wujud untuk melakukan sikap pantang menyerah dan ulet di dalam kegiatan usaha.

1. Melakukan usaha dengan semangat. Semangat kerja adalah salah satu sifat kejiwaan yang sangat erat hubungannya dengan faktor kepuasan kerja, kegairahan kerja, dan keinginan mempertinggi hasil kerja.

2. Melakukan usaha dengan tidak putus asa. Kemauan yang keras akan memberikan semangat dalam berusaha dan tidak pernah merasa putus asa.

3. Melakukan usaha dengan ingin majuadalah suatu wujud

sikap yang memiliki komitmen tinggi terhadap

pekerjaan/tugasnya dan setiap saat pikirannya tidak lepas dari bisnisnya.

4. Melakukan usaha dengan selalu mencari sesuatu yang baruadalah objek usaha atau cara melakukan usaha yang berbeda dari apa yang telah ada melalui kreasi dan inovasi.

(21)

29

2.8. Metode Kooperatif tipe Jigsaw pada Mata Pelajaran

Kewirausahaan

Tujuan dari pembelajaran Kewirausahaan adalah agar siswa memiliki jiwa wirausaha.Pembelajaran kewirausahaan memiliki fungsi yang fundamental dalam mengembang kemampuan berpikir kritis, logis, kreatif dan inovatif. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka kewirausahaan perlu diajarkan dengancara yang tepat dan melibatkan siswa secara aktif melalui proses dan sikap ilmiah.

Pembelajaran tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan struktur khusus yang dirancang untuk mempegaruhi pola interaksi siswa dan meningkatkan motivasi siswa karena melibatkan para siswa untuk mengerti materi pelajaran secara berkelompok..

Dengan adanya pembelajaran kooperatif tipe jigsaw pada mata pelajaran kewirausahaan, akan membuat siswa termotivasi belajar dan meningkatkan hasil belajar,serta dapat bekerja baik individu maupun berkelompok.

(22)

30 2.9. Hipotesis Tindakan

Penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pada kompetensi dasar menunjukkan sikap pantang menyerah dan ulet dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-B program keahlian Akomodasi Perhotelan di SMK Pelita Salatiga.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pemeriksaan dengan metode PCR dari sampel hati, limpa ,darah, dan bakteri isolasi dengan menggunakan primer M1 yang terdiri atas T39, T13, dan M2 yang terdiri atas PreT43 dan

Media seni batik diharapkan dapat menjadi inspirasi oleh guru-guru di Indonesia sebagai inovasi pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik.. Kata Kunci

Penelitian ini bertujuan menganalisis status kerentanan Aedes aegypti terhadap insektisida yang sering digunakan program untuk pengendalian vektor DBD yaitu kelompok

Kemotaksis Kemotaksis Proses bergeraknya sel sebagai respon rangsangan spesifik Proses bergeraknya sel sebagai respon rangsangan spesifik Memakan benda asing dengan

Modeling the metrics of lean, agile and leagile supply chain: An ANP-based approach.. Understanding, implementing and exploiting agility

Component-Based Software Engineering (CBSE) adalah proses yang menekankan perancangan dan Component-Based Software Engineering (CBSE) adalah proses yang menekankan

Target penerimaan perpajakan pada APBN tahun 2013 ditetapkan sebesar Rp1.193,0 triliun, terdiri atas pendapatan pajak dalam negeri sebesar Rp1.134,3 triliun

Bapak dan ibu dosen pengampu mata kuliah pada Program Studi Teknik Informatika yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis..