• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPS

Ilmu pengetahuan sosial adalah program pendidikan yang mengintergrasikan secara inter disiplin konsep ilmu-ilmu sosial dan humaniora. Melalui mata pelajaran IPS, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai.

Mata pelajaran IPS di tingkat SD/MI bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang standar isi):

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya.

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri(penemuan), memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial.

3. Memiliki komitmen, kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan. 4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam

masyarakat yang majemuk di tingkat lokal, nasional dan global.

Belajar IPS tidak hanya menumbuh pengetahuan yang berwawasan ilmu, tetapi harus dikembangkan serta diaplikasikan ke dalam bentuk yang bermanfaat dalam aspek kehidupan manusia sehari-hari. Serta kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi yang menanamkan kebiasaan berfikir ilmiah yang kritis, kreatif, dan mandiri sehingga menimbulkan konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, dalam tujuan tersebut terdapat dua tujuan yang berkaitan dengan proses dan hasil belajar IPS.

Ruang lingkup mata pelajaran IPS pada jenjang pendidikan dasar dibatasi sampai pada gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau pada geografi, ekonomi, sosiologi dan sejarah terutama gejala dan masalah sosial kehidupan

(2)

sehari-hari yang ada di lingkungan sekitar peserta didik di SD. Menurut (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 standar isi ), Ruang Lingkup Mata Pelajaran IPS di SD meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1. Manusia, fenomena, tempat, dan lingkungan 2. Peristiwa, Waktu, keberlanjutan, dan perubahan 3. Sistem sosial dan budaya

4. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan

Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan salah satu standar yang harus dikembangkan adalah standar proses. Standar proses adalah standar nasional pendidikan yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satuan pendidikan untuk mencapai kompetensi lulusan. Standar proses berisi kriteria minimal proses pembelajaran pada satuan pendidikan dasar dan menengah di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar proses ini berlaku untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah pada. jalur formal, baik pada sistem paket maupun pada sistem kredit semester. Standar proses meliputi perencanaan proses pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilaian hasil pembelajaran, dan pengawasan proses pembelajaran untuk terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efisien.

Perencanaan Pembelajaran salah satunya yaitu Proses secara sistematis dan berfikir dalam sebuah prinsip belajar dan pembelajaran ke dalam rancangan atau persiapan yang dibuat oleh guru tentang pembelajaran yang menjadi tanggung jawab, saat seorang guru sebelum elaksanakan kegiatan pembelajaran didalam kelas agar peserta didik mampu memahami pesan atau materi yang disampaikan oleh guru. Perencanaan proses pembelajaran meliputi silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang memuat identitas mata pelajaran, standar kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), indikator pencapaian kompetensi, tujuan pembelajaran, materi ajar, alokasi waktu, metode pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian hasil belajar, dan sumber belajar. ( Permendiknas No. 41 tahun 2007 standar proses )

(3)

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup. (Permendiknas No. 41 tahun 2007 standar proses)

1. Kegiatan Pendahuluan

Dalam kegiatan pendahuluan, guru:

a. menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran

b. mengajukan pertanyaan - pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari

c. menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai d. menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai

silabus. 2. Kegiatan Inti

Pelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

3. Kegiatan Penutup

Dalam kegiatan penutup, guru:

a. bersama-sama dengan peserta didik atau sendiri membuat rangkuman/simpulan pelajaran

b. melakukan penilaian dan/atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

c. memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran

d. merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedi, program pengayaan, layanan konseling dan/atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik;

e. menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Pencapaian tujuan IPS dapat dimiliki oleh kemampuan peserta didik yang standar dinamakan dengan standar kompetensi (SK) dan dirinci ke dalam kompetensi dasar (KD). KD ini merupakan standar minimum yang secara nasional harus dicapai oleh peserta didik dan menjadi acuan dalam

(4)

pengembangan kurikulum di setiap satuan pendidikan. Pencapaian SK dan KD didasarkan pada pemberdayaan peserta didik untuk membangun kemampuan, bekerja ilmiah dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru (Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi ). Dalam penelitian ini menggunakan SK dan KD IPS di SD sebagai berikut (BSNP:2008), seperti disajikan dalam tabel 2.1 berikut ini

Tabel 2.1

SK dan KD Ilmu Pengetahuan SosialKelas 5 Semester II

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

2. Menghargai peranan tokoh dan masyarakat dalam mempersiapkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia

2.1Mendeskripsikan perjuangan para tokoh pejuang pada penjajah Belanda dan Jepang

2.2 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam mempersiapkan kemerdekaan Indonesia

2.3 Menghargai jasa dan peranan tokoh perjuangan dalam

memproklamasikan kemerdekaan Indonesia

2.4 Menghargai perjuangan para tokoh dalam mempertahankan kemerdekaan.

Sumber : Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi.

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe jigsaw dan Pendekatan Inkuiri Model Pembelajaran Kooperstif tipe Jigsaw

pembelajaran kooperatif tipe jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam suatu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan bagian tersebut pada anggota kelompok lainnya. Arends (2008: 13).

Pembelajaran kooperatif jigsaw menggunakan model tim ahli Aronson, Blaney, Stephen, Sikes, and Shapp, 1978). Jigsaw berarti gergaji atau puzzle,

(5)

yaitu gambar yang harus dipotong-potong secara acak yang disusun ulang menjadi seperti bentuk asli sebelum dipotong.

Pembelajaran kooperatif jigsaw adalah salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong peserta didik aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Slameto (2011:8)

Jadi model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong beberapa anggota dalam suatu kelompok atau sebagai tim ahli yang bertanggung jawab atas penguasaan sebagian materi belajar dan mampu mengajarkan sebagian materi tersebut kepada anggota kelompoknya.

Langkah – Langkah Model Pembelajaran Tipe Jigsaw

Menurut Saminanto (2010:31), menuliskan langkah-langkah model pembelajaran jigsaw sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan kedalam tim ( kelompok asal) sebanyak bagian materi /sub bab yang yang akan di bahas.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda.

3. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/ subbab yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli) mendiskusikan subbab mereka

4. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang subbab yang mereka kuasai dan tiap anggota kelompok lainnya mendengarkan dengan seksama.

5. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 6. Guru memberi evaluasi

7. Penutup

Menurut Naniek Sulistya Wardani (2010:34) , menuliskan langkah-langkah model jigsaw sebagai berikut:

1. Siswa dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim.

2. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda. 3. Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan.

4. Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru ( kelompok ahli) untuk mendiskusikan sub bab mereka. 5. Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim tentang sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan sungguh-sungguh.

6. Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi 7. Guru memberi evaluasi.

8. Penutup.

Menurut Arends (2008:14), menuliskan langkah-langkah model jigsaw sebagai berikut:

(6)

2. Masing-masing kelompok mengirimkan satu orang wakil mereka untuk membahas topik, wakil ini disebut dengan kelompok ahli.

3. Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan saling membantu untuk menguasai topik tersebut.

4. Setelah memahami materi, kelompok ahli menyebar dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi kepada rekan kelompoknya. 5. Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi yang

telah didiskusikan.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas disimpulkan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah:

1. Membentuk kelompok asal yang heterogen (4-5 orang).

2. Membagikan tugas/materi yang berbeda kepada setiap anggota. 3. Membentuk kelompok ahli

4. Diskusi kelompok ahli 5. Kembali ke kelompok asal

6. Memberi penjelasan ke pada kelompok asal tentang materi yang didiskusikan dalam kelompok ahli.

7. Guru memberikan soal kepada seluruh siswa.

8. Guru memberi penghargaan dan menutup pelajaran.

Pendekatan Inkuiri

Menurut Hamruni (2012:132-133) menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang dipertanyakan, dan untuk memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan penyelidikan sebagai proses bertanya dan mencari tahu jawaban terhadap pertanyaan ilmiah yang diajukannya yang dapat mengarahkan pada kegiatan penyelidikan terhadap obyek pertanyaan.

Menurut Syaiful Sagala (2011:196), pendekatan inkuiri merupakan pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berfikir ilmiah, logis. Dalam pembelajaran dengan adanya pendekatan inkuiri ini menuntun siswa agar melakukan penyelidikan, penemuan terhadap suatu permasalah pada proses

(7)

belajar, pada diri siswa yang berperan sebagai subjek belajar, sehingga dalam proses pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, menemukan hasil dari suatu permasalah sehingga dapat mengembangkan kreativitas jawaban dalam memecahkan masalah. Sedangkan menurut Gellu dalam Amri dkk, (2010:85) pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar peserta didik yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, dan analisis suatu permasalahan. Sehingga peserta didik dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Jadi pendekatan inkuiri adalah rangkaian pembelajaran yang melibatkan pesrta didik utuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adannya perubahan perilaku sehingga dapat memecahkan masalah sendiri serta dapat menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain.

Langkah Pelaksanaan pendekatan Inkuiri

Sanjaya (2010:201) mengemukakan langkah-langkah pendektan inkuiri sebagi berikut:

1. Orientasi.

Langkah orientasi adalah langkah membina suasana atau iklim pembelajaran yang responsive. Pada langkah ini guru mengondisikan agar siswa siap melaksanakan proses pembelajaran.

2. Merumuskan masalah.

Merumuskan masalah merupakan langkah yang membawa siswa pada suatu persoalan yang mengandung teka-teki.

3. Mengajukan hipotesis.

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang dikaji. 4. Mengumpulkan data.

Mengumpulkan data adlah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajaukan.

5. Menguji hipotesis.

Proses menentukan jawaban yang dianggap diterima atau ditolak sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

6. Merumuskan kesimpulan.

Merumuskan kesimpulan proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Pendapat ini sejalan dengan langkah-langkah Sanjaya, yang dikemukakan oleh Trianto ( 2011 : 168 ) menjelaskan bahwa langkah-langkah yang dapat dilakaukan dalam pembelajaran dengan pendekatan inkuiri sebagai berikut:

(8)

1. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan.

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan dipapan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesa.

2. Merumuskan hipotesa.

Hipotesa adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan pada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

3. Mengumpulkan data.

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang dihasilkan dapat berupa tabel, matrik, atau grafik.

4. Analisis data.

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan menganalisis data yang telah diperoleh. Faktor penting dalam menguji hipotesis adalah pemikiran “ benar “ atau “ salah “. Setelah memperoleh kesimpulan, dari data percobaan, siswa dapat menguji hipotesis yang telah dirumuskan. Bila ternyata hipotesis itu salah atau ditolak, siswa dapat menjelaskan sesuai dengan proses inkuiri yang telah dilakukannya.

5. Membuat kesimpulan .

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Jadi langkah-langkah pembelajaran pendekatan inkuiri yang dapat disimpulkan adalah sebagai berikut :

1. Menerima motivasi. 2. Merumuskan masalah. 3. Merumuskan hipotesa . 4. Mengumpulkan data 5. Menganalisis data 6. Menguji hipotesis. 7. Membuat kesimpulan.

Adapun langkah-langkah selanjutnya adalah menggabungkan model kooperatif tipe jigsaw dan pendekatan inkuiri. Hasil penggabungan model kooperatif tipe jigsaw dan pendekatan inkuiri mengikuti langkah-langkah sebagai berikut:

1. Menerima motivasi

2. Membentuk kelompok asal terdiri dari 4 anggota 3. Siswa menerima materi

4. Membentuk kelompok ahli

(9)

6. Merumuskan hipotesis

7. Mengumpulkan data bersama kelomok asal 8. Menganalisis data

9. bersama kelompok ahli menguji hipotesis 10. bersama kelompok ahli membuat kesimpulan 11. Memberi soal

12. Menerima penghargaan dari guru

2.1.3 Hasil Belajar

Hasil belajar diidentifikasi melalui informasi hasil pengukuran penguasaan materi dan aspek perilaku baik melalui teknik tes dan non tes. proses dan dinyatakan dalam aspek perilaku yang terbagi dalam ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penguasaan materi merupakan aspek kognitif, sedangkan aspek perilaku merupakan aspek sikap dan keterampilan seperti yang dikemukakan oleh Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:109).

Taksonomi C. Bloom dalam Wardani Naniek Sulistya (2012:23) menyatakan bahwa, ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis, evaluasi dan mencipta. Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Ranah afektif berkenaan denga sikap yang terdiri dari lima aspek, yaitu penerimaan jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ranah psikomotorik berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam ranah psikomotorik, yaitu gerakan refleks, ketrampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan ketrampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretasi.

Jadi hasil belajar adalah hasil pengukuran aspek kognitif, afektif, dan psikomotor yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotor dan dilaksanakan melalui pengukuran hasil belajar dan proses belajar.

Ukuran hasil belajar dapat diperoleh dari aktivitas pengukuran. Pengukuran dapat diartikan sebagai kegiatan atau upaya yang dilakukan untuk memberikan angka-angka pada suatu peristiwa, atau benda, sehingga hasil

(10)

pengukuran akan selalu berupa angka (Wardani Naniek Sulistya, dkk (2012:47). Besarnya hasil belajar dapat diketahui melalui pengukuran. Pengukuran terhadap hasil belajar dilakukan dengan menggunakan alat ukur atau instrumen. Menurut Wardani Naniek Sulistya, dkk. (2012:49) teknik pengukuran dibedakan menjadi 2 yaitu teknik tes dan non tes.

1. Tes

Menurut Suryanto Adi, dkk 2009 (dalam Wardani 2012:10) tes adalah seperangkat pertanyaan atau tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang sifat (trait) atau atribut pendidikan yang setiap butir pertanyaan tersebut mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar. Senada dengan pendapat Suryanto, Wardani Naniek Sulistya dkk., ( 2012: 142) menyatakan bahwa tes dapat digunakan sebagai alat ukur untuk menghitung indikator atau kompetensi yang dicapai dengan pemberian angka, sehingga hasil ukur relatif ajeg. Jenis-jenis tes menurut Endang Poerwanti (2008:4-9) Jenis-jenis tes adalah tes lisan (menuntut jawaban secara lisan) dan tes tertulis (menuntut jawaban secara tulisan), serta tes tindakan (menuntut jawaban dalam bentuk perbuatan).

Tes adalah serenten pertanyaan atau latihan serta alat ukur yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto 2010:193)

Pendapat dari para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa tes adalah sejumlah pertanyaan atau soal-soal yang harus dijawab, dilakukan dalam waktu tertentu dan memiliki tujuan tertentu guna mengukur kemampuan seseorang. Jenis-jenis tes dapat diklasifikasikan berdasarkan cara mengerjakan. Menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:144-145) dalam bukunya yang berjudul Evaluasi Proses dan Hasil Belajar menjelaskan jenis-jenis tes sebagai berikut:

Jenis Tes berdasarkan cara mengerjakan 1. Tes tertulis

Tes tertulis adalah tes yang soalnya harus dijawab peserta didik dengan memberikan jawaban tertulis. Jenis tes tertulis secara umum dikelompokkan menjadi dua yaitu:

- Tes objektif terdiri dari tes yang berbentuk ada yang pilihan ganda, jawaban singkat atau isian, benar salah, dan bentuk menjodohkan.

(11)

- Tes uraian, yang terbagi atas tes uraian objektif (penskorannya dapat dilakukan secara objektif) dan tes uraian non-objektif (penskorannya sulit dilakukan secara objektif).

2. Tes lisan

Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik, dengan tujuan untuk melakukan pengukuran atau menentukan skor. Tes lisan tidak sama dengan pembelajaran yang melakukan tanya-jawab. Tes lisan memiliki kelebihan:

- Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung.

- Bagi peserta didik yang kemampuan berfikirnya relatif lambat, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.

- Hasil tes dapat langsung dapat diketahui peserta didik. Adapun kelemahan Tes Lisan adalah:

- Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes. - Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama. 3. Tes perbuatan

Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau unjuk kerja. Penilaian tes perbuatan dilakuakan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil yang dicapainya. Tes perbuatan umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, agar pendidik dapat menulis angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang bersifat individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Begitu pula yang dilakukan secara kelompok.

Jenis Tes berdasarkan bentuk jawabannya

(12)

Tes bentuk uraian adalah tes yang menuntut siswa mengorganisasikan gagasan-gagasan tentang apa yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakannya dalam bentuk tulisan.

2. Tes jawaban pendek

Tes dapat digolongkan menjadi tes jawaban pendek jika peserta tes diminta menuangkan jawabannya bukan dalam bentuk esei, tetapi memberikan jawaban-jawaban pendek, dalam bentuk rangkaian kata-kata pendek, kata-kata lepas maupun angka-angka.

Teknik non tes sangat penting dalam mengakses siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan pada aspek kognitif. Ada beberapa macam teknik non tes menurut Wardani Naniek Sulistya (2012:73-74) yaitu:

a. Unjuk kerja

Unjuk kerja adalah suatu pengukuran yang dilakukan melalui pengamatan aktivitas peserta didik dalam melakukan sesuatu berupa tingkah laku atau interaksinya seperti berbicara, berpidato, membaca puisi, dan berdiskusi; kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah dalam kelompok; partisipasi peserta didik dalam diskusi, dan keterampilan mengoperasikan suatu alat.

b. Penugasan

Penugasan adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas yang mengandung penyelidikan (investigasi) yang harus selesai dalam waktu tertentu. Penyelidikan tersebut dilaksanakan secara bertahap yakni perencanaan, pengumpulan data, pengolahan data, dan penyajian data. Penilaian penugasan ini bermanfaat untuk menilai ketrampilan menyelidiki secara umum, pemahaman dan pengetahuan dalam bidang tertentu, kemampuan mengaplikasi pengetahuan dalam suatu penyelidikan, dan kemampuan menginformasikan subjek secara jelas.

c. Tugas individu

Tugas individu adalah penilaian yang berbentuk pemberian tugas kepada peserta didik yang dilakukan secara individu. Tugas ini dapat diberikan pada waktu-waktu tertentu dalam bentuk seperti pembuatan kliping, pembuatan

(13)

makalah dan yang sejenisnya. Tingkat berfikir yang terlibat pada peserta didik menerapkan (apply), menganalisis (analyses), mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create).

d. Tugas kelompok

Tugas kelompok sama dengan tugas individu, namun dikerjakan secara kelompok. Tugas ini diberikan untuk menilai kompetensi kerja kelampok. Bentuk instrumen yang digunakan salah satunya adalah tertulis dengan menjawab uraian secara bebas dengan tingkat berfikir tinggi yaitu aplikasi sampai evaluasi.

e. Laporan

Laporan adalah bentuk penilaian yang berbentuk laporan atas tugas atau pekerjaan yang diberikan seperti laporan diskusi, laporan kerja praktik, laporan praktikum dan laporan pemantapan praktik lapangan (PPL).

f. Responsi atau ujian praktik

Merupakan suatu penilaian yang dipakai untuk mata pelajaran yang ada kegiatan praktikumnya. Ujian responsi dapat dilakukan pada awal praktik atau setelah melakukan praktik. Ujian yang dilakukan sebelum praktik bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta didik melakukan praktik, sedangkan ujian yang dilakukan setelah praktik tujuannya untuk mengetahui kompetensi dasar praktik yang telah dan belum dicapai peserta didik.

g. Portofolio

Merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta didik dalam satu periode tertentu. Informasi tersebut dapat berupa karya peserta didik dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik oleh peserta didik, contoh-contoh hasil pekerjaan sehari-hari dan hasil observasi guru. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan peserta didik sendiri dapat menilai perkembangan peserta didik dan dapat terus melakukan perbaikan.

Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes formatif pertemuan kedua setiap siklusnya untuk menentukan hasil belajar siswa. Tes formatif adalah tes hasil belajar yang digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemajuan belajar yang telah dicapai oleh peserta didik dalam suatu program pembelajaran

(14)

tertentu seperti tes harian, ulangan harian. (Wardani Naniek Sulistya,dkk, 2012:72)

Tujuan utama mengunakan evaluasi dalam pembelajaran (classroom evaluation) disekolah adalah membantu guru dan peserta didik untuk menggambil keputusan profesional dalam memperbaiki pembelajaran. Ketercapaian tujuan pembelajaran yang dapat diketahui dari hasil belajar siswa dalam penilitian ini adalah besarnya skorsiswa yang diperoleh dari skor tes tertulis dan non tes (observasi). Alat yang dipergunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran dinamakan dengan alat ukur atau instrument. Ada instrument butir-butir soal apabila cara pengukurannya mengunakan tes, untuk menilai aspek kongnitif, apabila pengukurannya dengan cara mengamati atau mengobservasi akan mengunakan instrument lembar pengamatan atau observasi, pengukuran dengan cara atau teknik skala sikap akan mengunakan instrument butir-butir pernyataan, untuk menilai hasil efektif

Instrumen sebagai alat yang digunakan untuk mengukur ketercapaian tujuan pembelajaran maupun kompetensi yang dimiliki peserta didik haruslah valid, artinya instrument ini adalah instrumen yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Mengukur instrument diperlukan suatu indikotor perilaku yang tercantum dalam kisi-kisi (test blue – print atau tabel of specification) adalah frmat atau matriks pemetaan soal yang mengambarkan distribusi item untyk berbagi topic atau pokok bahasan berdasarkan kompetensi dasar, indikator dan jenjang kemampuan tertentu dalam (Wardani, Naniek Sulistya, dkk, (2012:92). Penyusunan kisi-kisi ini dimaksudkan sebagai pedoman merakit atau menulis soal menjaadi perangkat tes.

Didalam kisi-kisi ada indikator yang perlu dirumuskan. Merumuskan indikator dengan tepat, guru harus memperhatikan materi yang akan diujikan, indikator pembelajaran, dan standar kompetensi. Indikator yang baik dirumuskan secara singkat dan jelas.Ranah kognitif dari C.Bloom di Revisi oleh krathwoll sehingga tingkatan dalam ranah kognitif adalah ingatan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), analisis (C4), evaluasi (C5), dan kreasi (C6). (Wardani Naniek Sulistya,dkk 2012:94-95). Hingga C1-C6 didasarkan pada tingkatan proses

(15)

berfikir yang dimulai dari tingkatan yang rendah, tingkatan sedang dan tingkatan tinggi.

Fungsi penilaian menurut Depdiknas (Wardani Naniek Sulistya, dkk 2012:5) adalah untuk :

1. Menggambarkan tingkat penguasaan kompetensi peserta didik

2. Membantu peserta didik memilih program atau jurusan, atau untuk mengembangkan kepribadian

3. Menemukan kesulitan belajar dan mengembangkan prestasi peserta didik serta sebagai alat diaknosis bagi guru

4. Sebagai upaya guru untuk menemukan kelemahan proses pembelajaran yang dilakukan ataupun yang sedang berlangsung

5. Sebagai kontrol bagi guru dan semua pemangku kepentingan (stake holder) pendidikan tentang gambaran kemajuan perkembangan proses dan hasil belajar peserta didik.

Evaluasi menurut Wardani Naniek Sulistya dkk (2012:51) merupakan proses pemberian makna atau penetapan kualitas pengukuran dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembandingan dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau dapat pula ditetapkan sesudah pelaksanaan pengukuran. Kriteria ini dapat berupa proses/kemampuan minimal yang dipersyaratkan, atau batas keberhasilan, dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok dan berbagai patokan yang lain. penilaian adalah serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data tentang proses dan hasil belajar peserta didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. (Wardani Naniek Sulistya, dkk, (2010:2.8) menjelaskan bahwa evaluasi itu merupakan proses untuk memberi makna atau menetapkan kualitas hasil pengukuran, dengan cara membandingkan angka hasil pengukuran tersebut dengan kriteria tertentu. Kriteria sebagai pembanding dari proses dan hasil pembelajaran tersebut dapat ditentukan sebelum proses pengukuran atau ditetapkan setelah pelaksanaan pengukuran. Kriteria tersebut dapat berupa proses atau kemampuan minimal yang dipersyaratkan seperti KKM (Kriteria Ketuntasan

(16)

Minimal) atau batas keberhasilan, kriteria juga dapat pula berupa kemampuan rata-rata unjuk kerja kelompok, atau berbagai patokan yang lain.

2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relavan dilakukan oleh Purwanto pada tahun (2012) dengan judul Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Menerapkan Pembelajaran Berbasis Inkuiri pada Siswa Kelas V SD Negeri 01 Ngembak kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan Semester I Tahun Pelajaran 2011/2012. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa dengan menggunakan pembelajaran berbasis inkuiri pada siswa kelas V pada pembelajaran IPA di SD Negeri 01 Ngembak kecamatan Purwodadi kabupaten Grobogan tahun 2011/2012. Subyek penelitian adalah siswa kelas V SD Negeri 01 Ngembak yang berjumlah 28 siswa. Dari hasil penelitian menunjuKan adanya peningkatan aktivitas belajar IPA. Data saat pra siklus yang tidak tuntas mencapai 67,86%. Kemudian pada siklus I mengalami peningkatan yaitu siswa yang tuntas mencapai 60,71% dan pada siklus ke II yaitu 85,71% yang tuntas. Pembelajaran Inkuiri dapat meningkatkan motivasi siswa yang tertarik dan berminat dalam pelajaran yang berbasis inkuiri sehingaa para siswa akan termotivasi untuk belajar.

Penelitian yang senada dilakukan oleh Imron Fauzi dengan judul “ Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw” Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPS Siswa IV MIM Miftahul Huda Puger Jember yang dilakukan pada tahun 2008. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa : penerapan model pembelajaran tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV MIM Miftahul Huda Pugar Jember yag ditunjukan dengan skenario pembelajaran tipe jigsaw pada siklus sebelum menggunakan model pembelajaran tipe jigsaw anak yang tuntas KKM 7 anak (27%) dari 25 siswa, setelah menggunakan pembelajaran tipe jigsaw, hasil belajar anak tuntas KKM menjadi 23 (92%) dari 25 siswa. Kelebihan penelitian ini adalah kesuksesan menggunakan pembelajaran tipe jigsaw, sedangkan kelemahannya dalam kegiatannya perlu banyak waktu.

Priyo, Dwi dengan judul Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA Melalui Metode Jigsaw Bagi Siswa Kelas IV SDN Klecoregonang Kecamatan Winong

(17)

Kabupaten Pati Tahun Ajaran 2011/2012 Subyek penelitian adalah siswa kelas VI SDN Klecoregonang Kecamatan Winong Kabupaten Pati Penggunaan metode jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan peningkatan tersebut dapat terlihat dari nilai rata-rata siswa sebelum dilakukan tindakan sebesar 64 naik menjadi 82.5 sehingga terjadi peningkatan sebesar 18.5%. Dan ketuntasan belajar siswa yang pada kondisi awalnya hanya 36% menjadi 86% pada siklus 2. Saran dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada para pendidik khususnya guru Sekolah Dasar untuk dapat mengembangkan metode jigsaw dalam mengajar dan menambah pengetahuan, pemahaman materi yang akan diajarkan dan dapat memberikan manfaat pada Pendidikan Nasional pada umumnya dan kegiatan belajar mengajar pada khususnya dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPS seringkali menggunakan pembelajaran konvensional yang berpusat pada guru dan cenderung kurang memerhatikan aktivitas serta kebutuhan siswa. Interaksi yang terjadi dalam pembelajaran hanya satu arah, selain itu siswa lebih sering melakukan kegiatan pembelajaran secara individu. Hasil belajar IPS belum memenuhi KKM yang ditentukan oleh guru. Sehingga perlu adanya upaya untuk meingkatkan hasil belajar siswa.

Peningkatan hasil belajar dapat diupayakan melalui model kooperatif tipe jigsaw dan pendekatan inkuiri. Model pembelajaran kooperatif jigsaw adalah tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong beberapa anggota dalam suatu kelompok atau sebagai tim ahli yang bertanggung jawab atas penguasaan sebagian materi belajar dan mampu mengajarkan sebagian materi tersebut kepada anggota kelompoknya langkah-langkah model kooperatif tipe jigsaw dan pendekatan inkuiri yaitu membentuk kelompok asal @4 siswa, membentuk kelompok ahli, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, kelompok asal mengidentifikasi data, menguji hipotesis, membuat kesimpulan. Pengukuran yang dilakukan adalah tes dan non tes berupa penilaian afektif dan psikomotor.

Pendekatan inkuiri adalah rangkaian pembelajaran yang melibatkan pesrta didik utuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis sehingga

(18)

dapat menemukan sendiri pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai wujud adannya perubahan perilaku sehingga dapat memecahkan masalah sendiri serta dapat menghubungkan penemuan yang satu dengan penemuan yang lain. Upaya peningkatkan hasil belajar siswa kelas 5 dengan model kooperatif tipe jigsaw dan pendekatn inkuiri dapat dijabarkan ke dalam kerangka berpikir pada gambar 2.1. Serta SK dan KD pembelajaran IPS kelas 5 semester 2 disajikan pada tabel 2.1.

2.4 Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan yang dilakukan adalah peningkatan hasil belajar IPS di duga dapat diupayakan melalui model kooperatif tipe jigsaw dan pendekatan inkuiri kelas 5 SDN Randuacir 03 semester II tahun pelajaran 2015/2016 .

(19)

Skema 2.1

Skema Peningkatan Hasil Belajar IPS Melalui Model Koperatif Tipe Jigsaw dan Pendekatan Inkuiri.

KD 2.3 Menghargai jasa dan peran tokoh perjuangan dalam memproklamasikan

kemerdekaan Indonesia

Membentuk kelompok

ahli

Pendekatan Inkuiri dan Model Jigsaw Membentuk kelompok asal @ 4 siswa Merumuskan masalah tentang perjuangan merumuskan kemerdekaan Indonesia Kelompok asal mengidentifikasi data tentang perjuangan merumuskan kemerdekaan Indonesia Merumuskan hipotesis tentang perjuangan merumuskan kemerdekaan Indonesia Skor keterampilan Tes membuat kesimpulan tentang perjuangan merumuskan kemerdekaan Indonesia menguji hipotesis tentang perjuangan merumuskan kemerdekaan Pengukuran

Butir Soal Skor kognitif

Hasil belajar Rubrik pembentukan kelompok asal Rubrik pembentukan kelompok ahli Rubrik kelompok ahli merumuskan masalah Skor Sikap Rubrik kelompok ahli merumuskan hipotesis Rubrik kelompok asal mengidentifikasi data Rubrik kelompok asal menguji hipotesis Rubrik kelompok asal membuat kesimpulan Proses belajar Hasil belajar

Referensi

Dokumen terkait

Kelompok obesitas yang diberi ekstrak sirih merah pada dosis 1260 mg/dL menunjukkan penurunan kadar trigliserida dalam darah dan tidak berbeda nyata dengan kelompok tikus

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, hidayah, serta inayahNya sehingga skripsi dengan judul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi

itu digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang.. semiterstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tak

FDNGUJIAN TRTMTR SPl$rIK UNTUK DETEKST BERBASIS PCR SFESIIS C,,,rorr.i6 3p, PAToGEN. PENYEMB IENYATrI AITRAKNOSA PAJ) PERTANAMAN CABAI (CrrsLe

LAPORAN LABA RUGI DAN PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN BULANAN PT BANK RABOBANK INTERNATIONAL INDONESIA.. Noble House

Dari data tersebut maka peneliti berinisiatif untuk merancang software yang berfungsi untuk mendeteksi anak ADHD ( attention deficit and hyperactive disorder ) berbasis

Perum Korpri Blok C6 No.. MITRA IDENTIC

Manfaat dari penelitian yang dilakukan adalah memperkenalkan kembali cerita rakyat Putri Mandalika kepada remaja sehingga anak dapat mengenal sosok Putri Mandalika