• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI KEBIJAKAN TEMBAK MATI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN OLEH APARAT KEPOLISIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SKRIPSI KEBIJAKAN TEMBAK MATI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN OLEH APARAT KEPOLISIAN"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

KEBIJAKAN TEMBAK MATI PELAKU TINDAK PIDANA PENCURIAN DENGAN KEKERASAN OLEH APARAT KEPOLISIAN

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Mengikuti Ujian Komprehensif Pada Bagian Hukum Pidana Pada Fakultas

Hukum Universitas Sriwijaya

Oleh :

CANTIKA VIONA GELISTA 02011381419485

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SRIWIJAYA

PALEMBANG 2018

(2)
(3)
(4)
(5)

Motto :

“Kemenangan yang seindah-indahnya dan sesukar-sukarnya yang boleh direbut oleh manusia ialah menundukan diri sendiri.”

(Ibu Kartini)

Skripsi ini kupersembahkan kepada :

1. Kedua orang tuaku tercinta; 2. Keluargaku tersayang;

3. Kedua Dosen Pembimbing yang kubanggakan; 4. Sahabat-sahabatku; dan

5. Almamater yang kubanggakan

(6)
(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah Wa Syukurillah, tak hentinya peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas berkat, rahmat, dan karunia yang senantiasa dilimpahkan kepada peneliti khususnya dalam menyelesaikan penelitian skripsi ini. Shalawat serta salam juga tercurahkan kepada Rasulullah SAW, sebagai suri tauladan bagi umat seluruh masa. Pada kesempatan ini, peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada para pihak yang telah menjadi bagian terpenting bagi proses pembelajaran peneliti dalam menempuh pendidikan di Program Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya, mereka diantaranya :

1. Prof. Dr. Ir. Anis Saggaf M.SCE., selaku Rektor Universitas Sriwijaya; 2. Dr. Febrian, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya; 3. Dr. Firman Muntaqo, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan I Fakultas

Hukum Universitas Sriwijaya;

4. Dr. Ridwan, S.H., M.Hum., selaku Pembantu Dekan II Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

5. Dr. H. Abdullah Gofar, S.H., M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

6. Dr. Hj. Nasriana, S.H., M.Hum., selaku Ketua Bagian Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

7. Dr. H. Ruben Achmad, S.H., M.H., selaku Pembimbing Skripsi Utama yang selalu memberikan motivasi dan arahan kepada peneliti, serta masukan dan bimbingan dalam menyelesaikan skripsi ini;

(8)

8. Dr. H. Syarifuddin Pettanasse, S.H.,M.H., selaku Pembimbing Skripsi Pembantu yang dengan tekunnya memberi arahan dan mengkoreksi skripsi yang telah diajukan;

9. Para Dosen (Tenaga Pengajar) yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih atas ilmu yang telah diberikan selama peneliti menempuh pendidikan di Program Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya;

10. Para Staff Tata Usaha dan Staff Bagian Perpustakaan, dan lainnya yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-persatu. Terima kasih banyak atas bantuan dan kemudahan yang telah diberikan selama ini;

Terima kasih tak terhingga pula kepada :

1. Ibuku tercinta, Miza Asmini, yang telah megajarkan arti dari ketekunan menuntut ilmu dan Ayahku tercinta, Asmirin, yang telah mengajarkan semangat belajar tanpa henti. Terimakasih atas segala perhatian dan kasih sayang yang telah diberikan. Semoga harapan dan doa yang Ayah dan Ibu sampaikan selama ini dapat diijabah oleh Allah Azza wa Jalla;

2. Saudara-saudara kandungku yang sangat kusayangi, Cahya Indra Paramarta, Kevin Aldorino, dan Kimi Qorirah, semoga kita dapat menggapai kesuksesan bersama;

3. Para sahabat-sahabatku, teman seperjuangan pada Program Studi Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya angkatan 2014, Rizke Amisa, Dania Agustina, Rizki K.M., Melinda Putri, dan Ginda Terageza, terimakasih atas perhatian dan dukungan yang telah diberikan, dan semoga kita selalu berada dalam lindungan dan limpahan kasih sayang-Nya.

Palembang, 2018

Cantika Viona Gelista 02011381419485

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN... ii

HALAMAN PERNYATAAN... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... iv

KATA PENGANTAR... v

HALAMAN UCAPAN TERIMAKASIH... vi

DAFTAR ISI ... viii

ABSTRAK... x BAB I PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah... 8 C. Tujuan Penelitian... 8 D. Manfaat Penelitian... 8

E. Ruang Lingkup Penelitian... 10

F. Kerangka Teori... 10

G. Metode Penelitian... 13

1. Jenis Penelitian... 14

2. Pendekatan Penelitian... 14

3. Jenis dan Sumber Data... 16

4. Lokasi Penelitian... 18

5. Teknik Pengumpulan dan Data... 18

6. Teknik Pengolahan Data... 21

7. Teknik Analisis Data... 22

8. Teknik Penarikan Kesimpulan... 22

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 24

A. Tinjauan Umum tentang Tindak Pidana Pencurian... 24

1.Tindak Pidana Pencurian Dalam Bentuk Pokok... 24

2.Tindak Pidana Pencurian Ringan... 29

3.Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan... 30

B. Kebijakan Kriminal (Criminal Policy) Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Pencurian Dengan Pemberatan ... 37

1. Pengertian Kebijakan Kriminal ... 37

2. Upaya Penal dan Non Penal ... 40

C. Tinjauan Umum tentang Kepolisian Republik Indonesia ... 45

1. Definisi Kepolisian ... 45

2. Fungsi Polisi ... 49

3. Tugas Polisi ... 50

4. Wewenang Polisi ... 51

(10)

BAB III PEMBAHASAN ... 53

A. Pengaturan Kebijakan Tembak Mati Pelaku Tindak Pidana Pencurian Dengan Kekerasan oleh Aparat Kepolisian 53 1. Pengaturan Kebijakan Tembak Mati Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan oleh Aparat Kepolisian Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia.... 55

2. Alasan Pembenar Kebijakan Tembak Mati Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan oleh Aparat Kepolisian Berdasarkan Peraturan Perundang-Undangan di Indonesia 62 B. Kendala Penerapan Kebijakan Tembak Mati Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan Kekerasan oleh Aparat Kepolisian... 66

1. Faktor Hukum... 68

2. Faktor Penegak Hukum... 71

3. Faktor Sarana... 73 4. Faktor Budaya... 74 5. Faktor Masyarakat... 78 BAB IV PENUTUP... 87 A. Kesimpulan... 87 B. Saran... 88 DAFTAR PUSTAKA... 89 LAMPIRAN ix

(11)
(12)

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Secara formal, kejahatan dirumuskan sebagai suatu perbuatan yang oleh Negara diberi pidana. Pemberian pidana dimaksudkan untuk mengembalikan keseimbangan yang terganggu akibat perbuatan itu. Keseimbangan yang terganggu itu ialah ketertiban masyarakat terganggu, dan akibatnya masyarakat menjadi resah. Kejahatan dapat didefinisikan berdasarkan adanya unsur anti sosial. Berdasarkan unsur itu, dapatlah dirumuskan bahwa kejahatan adalah suatu tindakan anti sosial yang merugikan, tidak pantas, tidak dapat dibiarkan, yang dapat menimbulkan kegoncangan dalam masyarakat.1 Menurut Sutherland, kejahatan adalah perilaku yang melanggar ketentuan hukum pidana. Kejahatan menurutnya tidak peduli apakah tingkat moralitas dan kesopanan dari suatu tindakan tersebut bukan merupakan kejahatan kecuali tidak dilarang oleh hukum pidana.2 Selanjutnya, pengertian kejahatan menurut R. Soesilo dapat ditinjau dari dua sudut pandang, yaitu :3

8. Pengertian kejahatan dari sudut pandang yuridis, kejahatan adalah suatu perbatan yang tingkah lakunya bertentangan dengan kaidah-kaidah dalam undang-undang.

11.

A. S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi, Makassar : Pustaka Refleksi Books, hlm. 5. 12.

Sutherland, dikutip dalam : Mien Rukmini, 2006, Aspek Hukum Pidana dan

Kriminologi, Bandung : PT Alumni : Bandung, hlm. 14.

13.

R. Soesilo, dikutip dalam : Ibid., hlm. 15.

(13)

2

4. Pengertian kejahatan dari sudut pandang sosiologis, kejahatan adalah perbuatan atau tingkah laku yang selain merugikan si penderita juga merugikan masyarakat, yaitu berupa hilangnya keseimbangan,

ketentraman dan ketertiban.

Masalah kejahatan merupakan masalah abadi dalam kehidupan manusia, karena ia berkembang sejalan dengan berkembangnya tingkat peradaban umat manusia yang semakin kompleks. Sejarah perkembangan manusia sampai saat ini telah ditandai oleh berbagai usaha manusia untuk mempertahankan kehidupannya, dimana kekerasan merupakan salah satu fenomena dalam usaha mencapai tujuan suatu kelompok tertentu dalam masyarakat atau tujuan yang bersifat perseorangan untuk mempertahankan hidup tersebut. Berkaitan dengan kejahatan, maka kekerasan merupakan pelengkap dari bentuk kejahatan itu sendiri.4

Salah satu jenis kejahatan yang kerap mengemuka saat ini adalah kejahatan begal atau pembegalan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, begal diartikan sebagai penyamun, membegal diartikan sebagai merampas di jalan, sedangkan pembegalan diartikan sebagai proses, cara, perbuatan membegal atau perampasan di jalan.5 Jadi, begal merupakan suatu perbuatan merampas, merampok dengan cara paksa menggunakan kendaraan bermotor dan senjata tajam.6

4

Fathul Muhammad, “Tinjauan Kriminologis Tentang Kejahatan Begal Yang Menggunakan Senjata Tajam (Studi Kasus di Kota Makassar Tahun 2011-2015)”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, hlm. 3.

C. Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanpa tahun, “Pengertian Begal”, diakses pada laman website : https://kbbi.web.id/begal, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.00 WIB.

D.

(14)

Kejahatan atau tindak pidana pembegalan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dapat diawali dengan tindakan yang melanggar ketentuan Pasal 362 KUHP yang mengatur mengenai tindak pidana pencurian. Pengertian pencurian beserta unsur-unsurnya menurut ketentuan Pasal 362 KUHP, yaitu berupa rumusan pencurian dalam bentuk pokoknya yang berbunyi :

“Barang siapa mengambil suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum, diancam karena pencurian, dengan pidana penjara paling lama 5 tahun atau denda paling banyak Rp.900,00,-.“

Apabila dirinci rumusan Pasal 362 KUHP di atas terdiri dari unsur-unsur objektif (perbuatan mengambil, objeknya suatu benda, dan unsur keadaan yang melekat pada benda untuk dimiliki secara sebagian ataupun seluruhnya milik orang lain) dan unsur-unsur subjektif (adanya maksud, yang ditujukan untuk memiliki, dan dengan melawan hukum.7

Kejahatan pembegalan, kemudian dapat dikategorikan sebagai tindak pidana pencurian dengan kekerasan dengan unsur pemberatan. Pelaku pembegalan bisa dijerat dengan Pasal 365 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), karena sebelum mengambil sepeda milik orang lain, begal memberikan ancaman hingga melakukan kekerasan pada korbannya. Bahkan, jika begal tersebut mengakibatkan kematian

7

Adami Chazawi, 2003, Kejahatan Terhadap Harta Benda, Malang : Bayu Media, Malang, hlm.9.

(15)

4

korbannya, maka ia bisa diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun hingga pidana mati atau seumur hidup.8

Pasal 365 KUHP, selengkapnya berbunyi :

“ (1) Diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun pencurian yang didahului, disertai atau diikuti dengan kekerasan atau ancaman kekerasan, terhadap orang dengan maksud untuk mempersiapkan atau mempermudah pencurian, atau dalam hal tertangkap tangan, untuk memungkinkan

melarikan diri sendiri atau peserta lainnya, atau untuk tetap menguasai barang yang dicuri.

Diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun:

jika perbuatan dilakukan pada waktu malam dalam sebuah rumah atau pekarangan tertutup yang ada rumahnya, di jalan umum, atau dalam kereta api atau trem yang sedang berjalan;

jika perbuatan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu;

jika masuk ke tempat melakukan kejahatan dengan merusak atau memanjat atau dengan memakai anak kunci palsu, perintah palsu atau pakaian jabatan palsu;

jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat.

Jika perbuatan mengakibatkan kematian, maka diancam dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Diancam dengan pidana mati atau pidana penjara seumur hidup atau selama waktu tertentu paling lama dua puluh tahun, jika perbuatan mengakibatkan luka berat atau kematian dan dilakukan oleh dua orang atau lebih dengan bersekutu, disertai pula oleh salah satu hal yang diterangkan dalam no. 1 dan 3.

Ruang lingkup kejahatan pembegalan, kala ini intensitasnya semakin tajam dan meluas, yang mana kejahatan pembegalan terjadi di berbagai kota di Indonesia, tak mengenal waktu dan tempat, korban dari berbagai latar belakang dan usia, kerap pula menggunakan senjata api, sadis, hingga tak segan membunuh korban, tidak hanya

2. Hamidah Abdurrahman (Kriminolog dari Universitas Indonesia), 2015, “Apa Saja Hukuman Untuk Begal Motor”, diakses pada laman website : https://metro.tempo.co/read/645236/apa-saja-ancaman-hukuman-untuk-begal-motor/full&view=ok, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.05 WIB.

(16)

menyasar sepeda motor korban, tetapi juga perhiasan, uang tunai, dan handphone, serta semakin nekat melukai korbannya meski tanpa ada perlawanan dari korban.9

Di Bangkalan, Pulau Madura, Jawa Timur, Polisi menembak mati dua spesialis begal pada hari Jumat, 25 Mei 2018. Penembakan terpaksa dilakukan, karena yang bersangkutan berupaya melawan saat akan ditangkap, bahkan hendak membacok anggota Polisi menggunakan golok.10 Di Karawang, pada hari Senin, 9 April 2018 dini hari, dua begal ditembak mati jajaran Satreskrim Polres Karawang karena melakukan perlawanan menggunakan sebilah samurai saat ditangkap. Kedua pelaku sebelumnya menjambret Enok Suhaeni, guru SMP Negeri 2 Bungursari Purwakarta, pada tanggal 27 Maret 2018, hingga korban tewas lantaran terjatuh dari motor.11

Kapolri Jenderal Tito Karnavian turut mengamini tindakan tembak mati bagi begal, khususnya selama arus mudik 2018, sebagaimana pernyataannya di Posko Terpadu Angkutan Lebaran (Angleb) 2018, di Terminal Terpadu Merak (TTM), Kota Cilegon, Banten, pada hari Senin, 11 Juni 2018. Perintah ini diberikan secara khusus kepada Kapolda Lampung dan Sumatera Selatan, karena titik rawan begal

2.

Fathul Muhammad, Op. Cit., hlm. 4.

3. Boby Paludin Tambunan (Kapolres Bangkalan), 2018, “Anggota Tembak Mati Begal Di Siang Bolong, Kapolres Bangkalan Buka Suara”, diakses pada laman website : https:// www.liputan6.com/ regional/ read/ 3541766/anggota-tembak-mati-begal-di-siang-bolong- kapolres-bangkalan-buka-suara, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.10 WIB.

4.

Hendy Febrianto Kurniawan (Kepala Polres Karawang), 2018, “Polisi Karawang Tembak Mati Dua Begal Yang Tewaskan Guru Enok”, diakses pada laman website : https:// regional.kompas.com/ read/ 2018/ 04/ 11/ 21501021/ polisi-karawang-tembak-mati-dua-begal-yang-tewaskan-guru-enok, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.20 WIB.

(17)

6

berada di Kabupaten Mesuji, Provinsi Lampung, yang merupakan daerah perbatasan dengan Provinsi Sumatera Selatan.12

Di Provinsi Sumatera Selatan, terdapat lima daerah rawan terjadinya kejahatan begal motor, yaitu Kota Palembang, Ogan Komering Ilir (OKI), Ogan Ilir (OI), dan Ogan Komering Ilir Timur (OKUT). Berdasarkan data Polda Sumsel, sepanjang tahun 2015 tercatat 20.697 kasus begal terjadi di Sumatera Selatan. Dari jumlah kasus itu baru 10.212 kasus yang diungkap. Sedangkan di sepanjang tahun 2016 terjadi 16.648 kasus begal, yang penanganan kasus yang terselesaikan baru 8.340 kasus. Di sepanjang bulan Jauari tahun 2017, terjadi 312 kasus begal di Sumatera Selatan. Dari angka tersebut hingga kini baru 174 kasus yang penanganannya baru diselesaikan.13

Aparat Kepolisian tentunya adalah penegak hukum pertama yang terjun langsung dalam menindak kejahatan pembegalan. Pengertian Kepolisian, menurut Pasal 1 angka 1 dan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian, adalah segala hal-ihwal yang berkaitan dengan fungsi dan lembaga polisi sesuai dengan peraturan perundang-undangan, dengan fungsi pemerintahan negara di bidang pemeliharaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan hukum, perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat. Berkaitan dengan fungsi tersebut, aparat kepolisian mengimplementasikannya melalui kebijakan-kebijakan, termasuk kebijakan tembak

12

Tito Karnavian (Kapolri), 2018, "Kaplori Tito : Tembak Mati Pelaku Begal Saat Mudik Lebaran", diakses pada laman website : https://www.cnnindonesia.com/nasional/20180611143156-20-305234/kapolri-tito-tembak-mati-pelaku-begal-saat-mudik-lebaran, diakses pada 1 September 2018, pukul 12.00 WIB.

C. Prasetijo Utomo (Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel), 2017, “Waspada! Lima Daerah di Sumsel Rawan Kejahatan Begal”, diakses pada laman website : http://sumeks.co.id/waspada-lima-daerah-di-sumsel-rawan-kejahatan-begal/, diakses pada 14 September 2018, pukul 16.05 WIB.

(18)

mati pelaku pidana pembegalan. Pengertian kebijakan sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak (tentang pemerintahan, organisasi, dan sebagainya.14 Berkaitan dengan hukum pidana, menurut A. Murder, maka suatu kebijakan yang diambil oleh penegak hukum merupakan suatu kebijakan hukum pidana, yang merupakan garis kebijakan untuk menentukan : 15

1. Seberapa jauh ketentuan-ketentuan pidana yang berlaku perlu diubah dan diperbaharui;

2. Apa yang dapat diperbuat untuk mencegah terjadinya tindak pidana;

3. Cara bagaimana penyidikan, penuntutan, peradilan dan pelaksanaan pidana

harus dilaksanakan.

Kasus-kasus serta dasar hukum aparat Kepolisian melaksanakan kebijakan tembak mati pelaku pembegalan sebagaimana diuraikan di atas, menurut peneliti, menarik untuk dikaji lebih mendalam mengenai pengaturan tembak mati serta kebijakan tembak mati pelaku pembegalan oleh aparat Kepolisian. Oleh karena itu, isu hukum ini perlu diangkat menjadi sebuah penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul “Kebijakan Tembak Mati Pelaku Tindak Pidana Pencurian dengan

Kekerasan oleh Aparat Kepolisian”.

14

Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanpa tahun, “Pengertian Kebijakan”, diakses pada laman website : https:// kbbi.web.id/bijak, diakses pada 14 September 2018, pukul 15.59 WIB.

15

A. Murder, dikutip dalam : Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan

(19)

8

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah pengaturan kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian ?

2. Bagaimanakah kendala kebijakan tembak mati pelaku pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini antara lain :

1. Untuk menganalisis dan menjelaskan pengaturan kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian.

2. Untuk menganalisis dan menjelaskan kendala kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara teoritis dan praktis, yakni : 1. Secara teoritis berguna untuk :

a. Pengembangan ilmu hukum pidana terkait dengan kebijakan tembak mati kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian;

b. Memberikan masukan pemikiran bagi peneliti selanjutnya terhadap isu hukum serupa;

(20)

9

c. Memberikan informasi kepustakaan tambahan bagi para akademisi hukum.

2. Secara praktis, berguna sebagai bahan pertimbangan bagi semua praktisi hukum yang terlibat dan berkepentingan dalam rangka menanggulangi tindak pidana pencurian dengan kekerasan, yaitu :

a. Pemerintah sebagai pembuat undang-undang : sebagai bahan masukan untuk merevisi, membuat aturan hukum baru yang lebih tegas, atau mempertegas pelaksanaan peraturan perundang-undangan yang sudah ada, terkait kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian;

b. Aparat Kepolisian : sebagai pedoman dalam melaksanakan prosedur kebijakan tembak mati kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan yang tepat, demi perlindungan bagi masyarakat dan aparat Kepolisian yang bertugas; dan

c. Masyarakat : sebagai pedoman bagi masyarakat untuk senantiasa bekerjasama dengan aparat Kepolisian untuk melakukan pengawasan dan pelaporan terhadap pelaku-pelaku yang bersembunyi di lingkungan masyarakat yang diduga melakukan kejahatan pencurian dengan kekerasan; proaktif dalam memberikan kesaksian atas kejahatan pembegalan yang terjadi; sekaligus sebagai pedoman untuk senantiasa meningkatkan kewaspadaan terhadap anggota keluarga apabila melakukan perjalanan khususnya di malam hari atau di tempat-tempat sepi yang rawan kejahatan.

(21)

10

E. Ruang Lingkup Penelitian

Agar penelitian dalam skripsi ini tidak melebar dan menyimpang sehingga keluar

dari pokok pembahasan permasalahan, untuk membatasi maka hanya difokuskan terhadap pengaturan hukum dan kendala dari kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian.

F. Kerangka Teori

Teori-teori yang menunjang pembahasan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Teori Kebijakan Hukum Pidana

Istilah kebijakan diambil dari istilah policy (Inggris) atau politiek (Belanda). Kebijakan formulasi dapat diidentikkan dengan kebijakan dalam merumuskan peraturan perundang-undangan.16 Kebijakan formulasi dalam hukum pidana berarti kebijakan dalam merumuskan norma-norma hukum pidana oleh pihak legislatif. Peranan legislatif meliputi kebijakan dasar yang tidak hanya mengenai pidana yang tepat untuk tiap-tiap tindak pidana, tetapi juga mengenai tipe pidana yang disediakan untuk kekuasaan pidana lainnya di tingkat bawah (the other sentencing authorities) dan kadar yang diberikan kepada mereka dalam menetapkan pidana yang tepat untuk seorang pelanggar tertentu.17

16

Dardji Darmodihardjo, 2002, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat

Hukum Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, hlm.157.

17

Barda Nawawi Arief, 1994, Kebijakan Legislatif Dalam Penanggulangan Kejahatan Dengan

(22)

11

Kebijakan legislatif dalam hukum pidana tidak hanya fokus pada masalah perumusan (formulasi) jenis tindak pidana, tetapi juga merumuskan tentang jenis sanksi (strafsoort) dan lamanya masa pidana (strafmaat) yang tepat bagi setiap pelaku tindak pidana sesuai dengan jenis tindak pidana yang dilakukan serta menyangkut aspek penerapan sanksi dan pelaksanaan pidananya (strafmodus) dalam mewujudkan tujuan pemidanaan.18

Kebijakan hukum pidana merupakan bagian dari kebijakan legislatif yang lebih spesifik. Istilah kebijakan hukum pidana dapat pula disebut dengan istilah politik hukum pidana atau dengan istilah yang lain yaitu penal policy atau criminal law policy atau strafrechts politiek.19 Dalam konteks kebijakan hukum pidana (penal policy) menurut Marc Ancel, penal policy adalah suatu ilmu sekaligus seni yang pada akhirnya mempunyai tujuan praktis untuk memungkinkan peraturan hukum positif dirumuskan secara lebih baik dan untuk memberi pedoman tidak hanya kepada pembuat undang tetapi juga kepada pengadilan yang menerapkan undang-undang dan kepada penyelenggara atau pelaksana putusan pengadilan.20

Sejalan dengan pandangan Marc Ancel, menurut Sudarto, penal policy dapat diartikan sebagai usaha mewujudkan peraturan perundang-undangan pidana yang sesuai dengan keadaan dan situasi pada suatu waktu dan untuk masa-masa yang akan

18

Barda Nawawi Arief, 2002, Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti, hlm.34.

19

Barda Nawawi Arief, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan

Penyusunan Konsep KUHP Baru), Cet. III, Jakarta : Kencana Prenada Group, hlm. 26.

20

(23)

12

datang.21 Sudarto juga menyatakan, bahwa menjalankan politik (kebijakan) hukum pidana juga berarti mengadakan pemilihan untuk mencapai hasil perundang-undangan pidana yang paling baik dalam arti memenuhi syarat keadilan dan daya guna.22 Esensi teori kebijakan pidana yang dikemukakan Marc Ancel dan Sudarto menunjukkan bahwa betapa luasnya ruang lingkup dari kebijakan hukum pidana (penal policy), yang secara sistematis meliputi tahapan kebijakan legislatif (formulasi), kebijakan yudikatif (aplikasi) dan kebijakan eksekutif (eksekusi).23

Teori kebijakan hukum pidana digunakan untuk menjawab rumusan masalah tentang pengaturan kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian.

2. Teori Penegakan Hukum

Menurut Soerjono Soekanto, secara konsepsional, inti dan arti penegakan hukum

terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang dijabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkuman penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum sebagai suatu proses yang pada hakekatnya merupakan diskresi menyangkut pembuatan keputusan yang tidak secara

21

Sudarto, 1993, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Kajian Terhadap

Pembaharuan Hukum Pidana, Bandung : Sinar Baru, hlm. 9.

22

Sudarto, 1986, Hukum dan Hukum Pidana, Bandung : Alumni, hlm. 19. 23

(24)

13

ketat diatur oleh kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi dan pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral.24

Masalah pokok dan pada penegak hukum (law enforcement) terletak pada faktor- faktor yang mempengaruhinya, yang mana faktor-faktor tersebut mempunyai arti yang

netral sehingga dampak positif atau negatifnya terletak pada isi faktor-faktor tersebut, antara lain adalah : 25

a. Faktor hukumnya sendiri;

b. Faktor penegak hukum, yakni faktor yang membentuk maupun yang menerapkan hukum;

c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum;

d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan;

e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia, di dalam pergaulan hidup.

Teori penegakan hukum adalah teori yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah mengenai kendala kebijakan tembak mati pelaku pidana pembegalan oleh aparat Kepolisian.

G. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara atau jalan atau proses pemeriksaan atau penyelidikan yang menggunakan cara penalaran dan teori-teori yang logis analitis (logika), berdasarkan dalil-dalil, rumus-rumus, dan teori-teori suatu ilmu (atau

beberapa cabang ilmu) tertentu, untuk menguji kebenaran (atau mengadakan verifikasi)

24

Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor yang MempengaruhiPenegakan Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, hlm. 5.

25

(25)

14

suatu hipotesis atau teori tentang gejala-gejala atau peristiwa alamiah, peristiwa sosial atau peristiwa hukum tertentu.26 Metode penelitian dalam skripsi ini antara lain :

1. Jenis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan tujuan penelitian, maka jenis penelitian ini

adalah penelitian hukum empiris, yang dilakukan dengan cara meneliti di lapangan yang merupakan data primer.27 Dalam hal ini pendekatan tersebut digunakan untuk menganalisis secara kualitatif tentang kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian.

2. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Perundangan (Statute Approach)

Pendekatan perundang-undangan dilakukan untuk meneliti aturan-aturan hukum yang menjadi fokus penelitian.28 Pendekatan ini digunakan untuk memperoleh analisis peraturan hukum yang mengatur mengenai kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian. Pendekatan ini membuka kesempatan bagi peneliti untuk mempelajari adakah konsistensi dan kesesuaian antara suatu undang-undang

26

Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Alumni, hlm.105.

27

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia, hlm. 9.

28

Johnny Ibrahim, 2005, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang : Bayumedia Publishing, hlm. 302.

(26)

15

dengan undang-undang lainnya atau antara undang-undang dan Undang-Undang

Dasar atau antara regulasi dan undang-undang.29

b. Pendekatan Konseptual (Conceptual Approach)

Pendekatan konseptual beranjak dari pandangan-pandangan dan doktrin- doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum. Dengan mempelajari pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum, peneliti akan menemukan ide-ide yang melahirkan pengertian-pengertian hukum, konsep-konsep hukum, dan asas-asas hukum yang relevan dengan isu yang dihadapi. Pemahaman akan pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin tersebut merupakan sandaran bagi peneliti dalam membangun suatu argumentasi hukum dalam memecahkan isu yang dihadapi.30 Pendekatan konseptual digunakan untuk memahami pandangan-pandangan dan doktrin-doktrin yang ada hubungannya dengan kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian.

c. Pendekatan Kemasyarakatan (Sociologycal Approach)

Pendekatan Kemasyarakatan (Sociologycal Approach) adalah pendekatan

yang berfokus pada adanya sifat keteraturan dan keseimbangan pada masyarakat, serta memfokuskan pada perubahan, konflik dan paksaan pada struktur sosial.31

29

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group, hlm.93.

30

Ibid., hlm. 95.

31

Soetandyo Wignyosoebroto, 1980, Hukum dan Metode-Metode Kajiannya, Jakarta : BPHN, hlm.20.

(27)

16

Pendekatan kemasyarakatan merupakan sudut pandang yang digunakan orang atau masyarakat dalam memecahkan suatu masalah.32 Pendekatan ini digunakan sebagai alat dalam menggali keinginan masyarakat dan pihak-pihak lainnya untuk mengetahui akar permasalahan, sehingga bisa dijadikan alat untuk penyelesaian masalah dan penentuan kebijakan lebih lanjut terkait kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian.

d. Pendekatan Kasus (Case Approach)

Pendekatan kasus dalam penelitian ini bertujuan untuk mempelajari penerapan norma-norma atau kaidah hukum yang dilakukan dalam praktik hukum.33 Berkaitan dengan penelitian ini, maka contoh kasus yang akan diteliti adalah kasus-kasus tindak pidana pencurian dengan kekerasan (pembegalan) di Kota Palembang khususnya yang berakhir kepada tembak mati bagi pelaku saat dilakukan penghadangan atau penangkapan oleh aparat Kepolisian.

3. Jenis dan Sumber Data

Jenis dan sumber data diperoleh dari data primer dan data sekunder. Data primer,

adalah data yang diperoleh secara langsung dari masyarakat yang dilakukan melalui wawancara, observasi termasuk hasil dokumentasi foto hasil obervasi, dan alat

32

Max Helly Waney, 1989, Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, hlm. 34.

33

(28)

17

lainnya.34 Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari atau berasal dari bahan kepustakaan, yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, bahan hukum tertier35, masing-masing yaitu :

a. Bahan hukum primer, adalah bahan-bahan hukum yang mengikat36, yang terdiri dari :

1) Norma Dasar atau Kaidah Dasar, yaitu Pancasila.

2) Peraturan Dasar, yaitu Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945).

3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

4) Undang-undang dan peraturan operasional lainnya, yaitu :

a) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209);

b) Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168); dan c) Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan

Kekuatan dalam Tindakan Kepolisian.

34

P. Joko Subagyo, 2006, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek ,Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 87.

35

Ibid., hlm. 88.

36

(29)

18

b. Bahan hukum sekunder, adalah bahan hukum yang digunakan untuk memberi penjelasan yang berhubungan dengan bahan primer bentuk karya ilmiah, literatur-literatur tertulis oleh para ahli yang ada relevansinya dengan isu hukum dalam penelitian ini.37

c. Bahan hukum tersier, adalah bahan yang memberikan petunjuk dan penjelasan terhadap bahan primer dan sekunder antara lain kamus, ensiklopedia, dan sebagainya yang ada relevansinya dengan isu hukum dalam penelitian ini agar diperoleh informasi terbaru, relevan dan mutakhir.38

4. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini antara lain dilaksanakan di Kepolisian Resor Kota (Polresta)

Palembang dan Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Selatan, karena wilayah hukum Sumatera Selatan khususnya Kota Palembang telah terjadi beberapa kasus dugaan tindak pidana pencurian dengan kekerasan (pembegalan) yang berakhir pada tindakan tembak mati bagi pelaku karena melakukan perlawanan kepada aparat Kepolisian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu :

a.Studi kepustakaan, terhadap data sekunder yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder, maupun bahan hukum tersier yang

37

Ibid.

38

Bambang Sunggono, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada, hlm.144.

(30)

19

diperoleh melalui studi kepustakaan, kemudian dihimpun, dianalisa, dan dilakukan klasifikasi bahan hukum dan informasi.

b. Penelitian lapangan, merupakan penelitian yang dilakukan dengan cara mendatangi langsung tempat yang menjadi objek penelitian.39 Penelitian ke lapangan bertujuan untuk menghasilkan data primer yang berkorelasi dalam rangka mendukung atau melengkapi data utama melalui metode wawancara pribadi (personal interviewing) yaitu percakapan dua arah atas inisiatif pewawancara untuk memperoleh informasi40, dengan menggunakan teknik wawancara mendalam (in–depth interview), yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.41

Studi lapangan akan didukung dengan penentuan populasi dan sampel :

1) Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik

39

Moh. Nazir, 2005, Metode Penelitian, Bogor : Ghalia Indonesia, hlm. 34. 40

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta, hlm. 138.

41

(31)

20

kesimpulannya.42 Jadi populasi bukan hanya orang tetapi juga benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu.43 Populasi dalam penelitian ini adalah institusi Kepolisian di wilayah hukum Kota Palembang, yang dibatasi sebanyak tiga orang.

2) Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi, sebagai contoh (master) yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu, atau merupakan suatu proses dalam memilih suatu bagian dari suatu populasi yang berguna untuk menentukan bagian-bagian dari obyek yang akan diteliti.44 Untuk itu, untuk memilih sampel yang representatif diperlukan teknik sampling. Dalam penelitian ini, teknik penarikan sampel yang dipergunakan oleh penulis adalah teknik purposive-non random sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan khusus sehingga layak dijadikan sampel. Maksud digunakan teknik ini agar diperoleh subyek-subyek yang ditunjuk sesuai dengan tujuan penelitian.45 Oleh karena itu,

42

Ibid., hlm. 139.

43

Ibid.

44

Margono, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 121. 45

(32)

21

penelitian ini didukung dengan data penunjang melalui sampel informan, yaitu :

1) Pihak Kepolisian Daerah (Polda) Sumatera Selatan (1 (satu) orang)); dan

2) Pihak Kepolisian Resor Kota (Polresta) Palembang (2 (dua) orang)).

6. Teknik Pengolahan Data

Setelah semua data dikumpulkan dengan metode wawancara, maka dilakukan pengolahan data primer dengan cara editing, reconstructing, dan systematizing. Editing yaitu mengkoreksi apakah data sudah cukup lengkap, cukup benar dan sudah sesuai/relevan dengan masalah. Reconstructing yaitu menyusun ulang data secara teratur, berurutan, logis sehingga mudah dipahami dan diinterprestasikan. Systematizing yaitu menempatkan data dan kerangka sistematika bahasan berdasarkan urutan masalah.46

Terhadap data sekunder yang terdiri dari bahan-bahan hukum primer, sekunder, dan tersier, kemudian diolah dengan melakukan inventarisasi terhadap peraturan perundang-undangan yang ada relevansinya dengan pengaturan hukum mengenai kebijakan tembak mati pelaku tindak pidana pencurian dengan kekerasan oleh aparat Kepolisian. Setelah memperoleh bahan-bahan hukum tersebut dari studi kepustakaan,

46

(33)

22

maka dilakukan pengolahan bahan-bahan hukum yang dilakukan dengan cara mengadakan sistemisasi terhadap bahan-bahan hukum tersebut.

7. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif, yaitu dengan cara memaparkan, menguraikan, menjelaskan bahan hukum secara bermutu dalam bentuk kalimat yang teratur, runtun, dan tidak tumpang tindih serta efektif sehingga mempermudah pemahaman dan interprestasi bahan penelitian.47 Analisis kualitatif digunakan untuk menganalisis pengaturan hukum kebijakan tembak mati dan tindak pidana pencurian dengan kekerasan, untuk kemudian disistematisasi (termasuk interpretasi), menganalisa, serta menilai bahan penelitian baik dari segi substansi maupun relevansi substansinya. Setelah itu analisis masalah yuridis, baik deskriptif maupun komparatif. Hasil penelitian ini bersifat evaluatif analisis yang kemudian dikonstruksikan dalam suatu kesimpulan yang ringkas dan tepat sesuai tujuan dari penelitian ini.48

8. Teknik Penarikan Kesimpulan

Teknik penarikan kesimpulan dalam skripsi ini menggunakan logika berpikir

deduktif yaitu cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Dalam penarikan kesimpulan dengan logika berpikir deduktif ditemukan penalaran hukum yang berlaku secara umum. Proses yang terjadi dalam deduksi adalah konkritisasi (hukum), dan norma-norma hukum yang

47

Ibid., hlm. 127.

48

(34)

23

dirumuskan secara umum dalam aturan-aturan hukum positif, kemudian dijabarkan dan diterapkan guna penyelesaian persoalan hukum konkrit yang dihadapi sehingga diperoleh kesimpulan sebagai jawaban atas permasalahan hukum.49

49

(35)

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku

Abdul Halim Barkatullah, 2005, Politik Hukum Pidana : Kajian Kriminalisasi dan Dekriminalisasi, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Andi Hamzah, 2009, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten) di Dalam KUHP, Jakarta : Sinar Grafika.

Asri Muhammad Saleh, 2003, Menegakkan Hukum atawa Mendirikan Hukum, Pekanbaru : Bina Mandiri Press.

A. S. Alam, 2010, Pengantar Kriminologi, Makassar : Pustaka Refleksi Books.

Bambang Sunggono, 2010, Metode Penelitian Hukum, Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Barda Nawawi Arief, 1998, Beberapa Aspek Kebijakan Penegakan dan Pengembangan Hukum Pidana, Bandung : Citra Aditya Bakti.

_______, 2002, Kebijakan Hukum Pidana, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. _______, 2011, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan

Penyusunan Konsep KUHP Baru), Cet. III, Jakarta : Kencana Prenada Group. Budi Rizki Husin, 2014, Lembaga Penegak Hukum, Jakarta : Gramedia.

Dardji Darmodihardjo, 2002, Pokok-Pokok Filsafat Hukum Apa dan Bagaimana Filsafat Hukum Indonesia, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Firganefi & Deni Achmad, 2013, Hukum Kriminologi, Bandar Lampung : PKKPUU. Frans Maramis, 2012, Hukum Pidana Umum dan Tertulis di Indonesia, Jakarta :

Rajawali Pers.

Hamdan, 1997, Politik Hukum Pidana, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Johnny Ibrahim, 2005, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang :

Bayumedia Publishing.

Kunarto, 2001, Perilaku Organisasi Polri, Jakarta : Cipta Manunggal, Jakarta.

(36)

90

Mahmud Mulyadi, 2008, Criminal Policy: Pendekatan Integral Penal Policy dan Non Penal Policy dalam Penanggulangan Kejahatan Kekerasan, Medan : Pustaka Bangsa Press.

Margono, 2010, Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta : Rineka Cipta.

Max Helly Waney, 1989, Wawasan Ilmu Pengetahuan Sosial, Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Mien Rukmini, 2006, Aspek Hukum Pidana dan Kriminologi, Bandung : PT Alumni : Bandung.

Moeljatno, 2003, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Jakarta : Bumi Aksara. Moh. Nazir, 2005, Metode Penelitian, Bogor : Ghalia Indonesia.

M. Yahya Harahap, 2002, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP Penyidikan dan Penuntutan, Jakarta : Sinar Grafika.

Peter Mahmud Marzuki, 2005, Penelitian Hukum, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

P. Joko Subagyo, 2006, Metode Penelitian Dalam Teori dan Praktek ,Jakarta : Rineka Cipta.

Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri, Jakarta : Ghalia Indonesia.

R. Soesilo, 1996, KUHP dan Komentar-Komentarnya Lengkap, Bogor : Politeia. Sadjijono, 2005, Fungsi Kepolisian dalam Pelaksanaan Good Governance,

Yogyakarta : Laksbang Mediatama.

Soerjono Soekanto, 1983, Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

_______, 1988, Efektivitas Hukum dan Peranan Saksi, Remaja, Bandung : Karyawa. Soetandyo Wignyosoebroto, 1980, Hukum dan Metode-Metode Kajiannya, Jakarta :

BPHN.

Sudarto, 1993, Hukum Pidana dan Perkembangan Masyarakat, Kajian Terhadap Pembaharuan Hukum Pidana, Bandung : Sinar Baru.

(37)

91

Sugiyono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitaf, Kualitatif, dan R&D, Bandung : Alfabeta.

Sudikno Mertokusumo, 2005, Mengenal Hukum Suatu Pengantar, Yogyakarta : Liberty.

Sunaryati Hartono, 1994, Penelitian Hukum Indonesia Pada Akhir Abad ke-20, Bandung : Alumni.

S.R. Sianturi, 1986, Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia dan Penerapannya, Jakarta : Alumni Ahaem- Petehean.

Teguh Prasetyo, 2011, Hukum Pidana Edisi Revisi, Jakarta : Rajawali Pers.

Warsito Hadi Utomo, 2005, Hukum Kepolisian di Indonesia, Jakarta : Prestasi Pustaka. W.J.S. Purwodarminto, 1996, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.

b. Jurnal

Fatimah Tola, “Begal Motor Sebagai Perilaku Menyimpang”, Jurnal Equilibrium Pendidikan Sosiologi, Vol. 4, No. 1, ISSN e-2477-0221 p-2339-2401, Mei 2016, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

Glory Donda Monika, “Upaya Kepolisian Dalam menanggulangi Tindak Pidana Pembegalan di Wilayah Kota Yogyakarta”, Jurnal Hukum, 2015, Fakultas Hukum Universitas Atma Jaya Yogyakarta.

Hamzah, “Ancaman Pidana Mati Bagi Pelaku Tindak Pidana Begal Sebagai Solusi Mengurangi Tingkat Kejahatan Begal Di Kota Makassar”, Jurnal Al Daulah, Vol. 5, No. 1, Juni 2016, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar.

Kholis Zamroni, “Strategi Humas Polresta Malang Dalam Sosialisasi Kewaspadaan Masyarakat Pada Isu Tindak Kriminal Begal”, Jurnal Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Vol. 5, No. 3, ISSN. 2442-6962, 2016, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tribhuwana Tunggadewi Malang.

Mpu Tantular, “Hukum dan Dinamika Masyarakat”, Jurnal Cita Hukum, Vol. 3, No. 1, 2015, Fakultas Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

(38)

92

Roni, “Hirabah (Begal) Dalam Perspektif Hukum Islam”, Jurnal Al Daulah, Vol. 7, No. 1, Juni 2018, Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar.

Tabah Santoso, “Analisis Yuridis Pemenbakan Oleh Polisi Terhadap pelaku Yang Diduga Melakukan Tindak Pidana Dikaitkan Dengan Asas Praduga Tidak Bersalah”, Jurnal Ilmu Hukum JOM, Vol. 2, No. 2, Oktober 2015, Fakultas Hukum Universitas Riau.

c. Skripsi

Fathul Muhammad, “Tinjauan Kriminologis Tentang Kejahatan Begal Yang Menggunakan Senjata Tajam (Studi Kasus di Kota Makassar Tahun 2011-2015)”, Skripsi, Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar.

d. Peraturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP).

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) (Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3209).

Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian (Lembaran Negara Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4168). Peraturan Kapolri Nomor 1 Tahun 2009 Tentang Penggunaan Kekuatan dalam

Tindakan Kepolisian.

Peraturan Kepala Kepolisian Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2009 Tentang Implementasi Prinsip dan Standar Hak Asasi Manusia dalam Penyelenggaraan Tugas Kepolisian Republik Indonesia.

e. Internet dan Sumber Lainnya

Ali Akhmad Noor Hidayat (Kontributor Tempo.co), 2018, “Instruksi Kapolda Tembak Mati Begal Dinilai Melanggar Aturan”, diakses pada laman website : https:// metro.tempo.co/read/1108361/instruksi-kapolda-tembak-mati-begal-

(39)

93

dinilai-melanggar- aturan/full&view=ok, diakses pada 20 Oktober 2018, pukul 09.00 WIB.

Argo Yuwono (Kabid Humas Polda Metro Jaya), 2018, “Dikritik Soal Tembak Mati Penjahat Ini Tanggapan Polisi”, diakses pada laman website : https:// news.detik.com/ berita/ 4121838/dikritik-soal-tembak-mati-11-penjahat-ini-tanggapan- polisi, diakses pada tanggal 20 Oktober 2018, pukul 15.00 WIB.

Boby Paludin Tambunan (Kapolres Bangkalan), 2018, “Anggota Tembak Mati Begal Di Siang Bolong, Kapolres Bangkalan Buka Suara”, diakses pada laman website

E. https:// www.liputan6.com/regional/read/3541766/anggota-tembak-mati-begal-di-siang-bolong-kapolres-bangkalan-buka-suara, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.10 WIB.

Dennie (KA SPK Polresta Palembang), ”Jakabaring MakinRawan Begal, Nak Gilo Nian!”, dikutip pada laman website : https://news.detik.com/berita/d-3820532/Jakabaring-Makin-Rawan-Begal,-Nak-Gilo-Nian!-, diakses pada tanggal 6 Desember 2018, pukul 13.05 WIB.

Erlin Tangjaya (Kapolres Ogan Komering Ulu Timur), 2018, diakses pada laman website : https:// news.detik.com/berita/4118469/begal-bersenpi-di-sumsel-ditembak-mati, diakses pada 1 September 2018, pukul 09.30 WIB.

Hamidah Abdurrahman (Kriminolog dari Universitas Indonesia), 2015, “Apa Saja Hukuman Untuk Begal Motor”, diakses pada laman website : https://metro.tempo.co/read/645236/apa-saja-ancaman-hukuman-untuk-begal-motor/full&view=ok, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.05 WIB.

Hendy Febrianto Kurniawan (Kepala Polres Karawang), 2018, “Polisi Karawang Tembak Mati Dua Begal Yang Tewaskan Guru Enok”, diakses pada laman website : https:// regional.kompas.com/read/2018/04/11/21501021/polisi-karawang-tembak-mati-dua-begal-yang-tewaskan-guru-enok, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.20 WIB.

Idham Azis (Kapolda Metro Jaya), 2018, “Kapolda Metro Jaya Perintahkan Tembak Mati Begal Dan Jambret”, diakses pada laman website : https://

www.cnnindonesia.com/nasional/20180704111329-12-311409/kapolda-metro-jaya-perintahkan-tembak-mati-begal-dan-jambret, diakses pada 1 September 2018, pukul 09.20 WIB.

Irman Sugema (Kapolrestabes Bandung), 2018, “Kapolrestabes Bandung Perintahkan Tembak Di Tempat Untuk Begal”, diakses pada laman website : https:// regional.kompas.com/read/2018/09/03/09494721/kapolrestabes-bandung-

(40)

94

perintahkan-tembak-di-tempat-untuk-begal., diakses pada 1 September 2018, pukul 09.00 WIB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanpa tahun, “Pengertian Begal”, diakses pada laman website : https://kbbi.web.id/begal, diakses pada 1 September 2018, pukul 08.00 WIB.

Kamus Besar Bahasa Indonesia, tanpa tahun, “Pengertian Kebijakan”, diakses pada laman website : https:// kbbi.web.id/bijak, diakses pada 14 September 2018, pukul 15.59 WIB.

Prasetijo Utomo (Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Sumsel), 2017, “Waspada! Lima Daerah di Sumsel Rawan Kejahatan Begal”, diakses pada laman website : http://sumeks.co.id/waspada-lima-daerah-di-sumsel-rawan-kejahatan-begal/, diakses pada 14 September 2018, pukul 16.05 WIB.

Ridwan Kamil (Walikota Bandung), 2018, “Kapolrestabes Bandung Perintahkan Tembak Di Tempat Untuk Begal”, diakses pada laman website : https:// regional.kompas.com/ read/2018/09/03/09494721/ kapolrestabes-bandung-perintahkan-tembak-di-tempat-untuk-begal., diakses pada 1 September 2018, pukul 09.00 WIB.

Rivanda (Kapolsek Sukarami), 2018, "Remaja 16 Tahun di Palembang Tewas Dibacok Belasan Begal", dikutip pda laman website : https://regional.kompas.com/read/ 2018/07/09/16372631/remaja-16-tahun-di-palembang-tewas-dibacok-belasan-begal., diakses pada tanggal 6 Desember 2018, pukul 13.00 WIB.

Tito Karnavian (Kapolri), 2018, "Kaplori Tito : Tembak Mati Pelaku Begal Saat Mudik Lebaran", diakses pada laman website : https://www.cnnindonesia.com/ nasional/20180611143156-20-305234/kapolri-tito-tembak-mati-pelaku-begal-saat-mudik-lebaran, diakses pada 1 September 2018, pukul 12.00 WIB. Wahyu Bintoro (Kapolresta Palembang), 2018, “Melawan Saat Ditangkap Polisi

Tembak Mati Begal Sadis Di Palembang”, diakses pada laman website : https:// news.detik.com/berita/3456528/melawan-saat-ditangkap-polisi-tembak-mati-begal-sadis-di-palembang, diakses pada 2 September 2018, pukul 11.00 WIB.

.

Referensi

Dokumen terkait

3. Tingkat Ketergantungan Masyarakat Terhadap Ketersediaan RTH: Tingkat ketergantungan masyarakat di Kecamatan Mijen menurun, selain dampak pembangunan yang

Dengan adanya penambahan fasilitas ini mengakibatkan bertambahnya jumlah pengunjung yang menuju Kawasan Wisata Pantai Muaro Lasak Kota Padang, hal ini mendorong

kinkan siswa terlibat secara aktif dalam se- mua proses penulisan, siswa belajar dari te- man melalui kerja kelompok, berdiskusi un- tuk mencari kesalahan, memberi

Disertasi Doktor pada Program Pascasarjana IKIP Bandung: tidak diterbitkan.. Instructional Systems Development for Vocational and Technical

Pendapat Hawari (2008) juga mendukung hasil pengkajian ini, yaitu bahwa klien yang mengalami ansietas muncul respons fisik berupa lambung terasa kembung, mual, perut mulas

Berdasarkan hasil Analisis ratio keuangan diperoleh Kontribusi PAD terhadap Penerimaan daerah Kota Jayapura menunjukkan bahwa semakin tinggi kontribusi PAD rata-rata

Penggunaan karbon aktif dalam pengolahan air terolah dengan air baku dari air sungai. sangat layak dari segi kemampuan karbon aktif dalam menghilangkan bau,

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Bidang Cipta Karya merupakan dokumen perencanaan dan pemrograman pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya yang disusun