• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1Pengertian dasar Perencanaan dan Pengembangan Produk

Proses perancangan dan pengembangan produk adalah urutan langkah-langkah atau kegiatan-kegiatan dimana suatu perusahaan berusaha untuk menyusun, merancang, dan mengkomersialkan suatu produk.

Proses generik pengembangan produk adalah salah satu proses pengembangan produk yang menempatkan faktor pasar sebagai faktor pemicu dan penentu keberhasilan pengembangan produk. Dalam hal ini, pengembangan akan dimulai dari keinginan konsumen dan dengan susunan kebutuhan konsumen yang sudah dikumpulkan tersebut akan ditentukan perencanaan dan hal-hal teknis untuk kelanjutan pengembangan produk. Dengan demikian proses generik paling sering diwujudkan untuk produk-produk market pull. Kebalikan dari proses generic adalah technology push, yang lebih mengutamakan teknologi sebagai landasan pengembangan produk lalu kemudian diciptakan pasar. Jadi dalam technology push, produk dibuat terlebih dahulu baru kemudian mencari/menciptakan pasar yang sesuai. Hal ini disebabkan karena umumnya konsumen belum mengerti tentang produk.

(2)

Setiap organisasi perusahaan akan memilih proses pengembangan sesuai kondisi perusahaan tersebut. Bisa saja proses pengembangan produk yang dipilih akan berbeda dengan perusahaan lain, yang penting proses yang dipilih dapat memperhatikan dengan baik semua sasaran dan rintangan perusahaan, mengenal pasar dan konsumen, serta memperhatikan aspek kualitas untuk kepuasan pelanggan. Ada beberapa alasan perlunya proses pengembangan yang baik antara lain:

1. Jaminan kualitas : Proses pengembangan yang baik akan menjelaskan tahapan-tahapan yang dilalui, melakukan pengawasan selama waku pengembangan produk sehingga kualitas produk dapat terjamin.

2. koordinasi : proses pengembangan juga sebagai master plan yang menjelaskan apa, kapan dan bagaimana tim perancang dapat memberikan masukan terhadap usaha pengembangan produk.

3. Rencana : dapat menentukan waktu kapan memulai, waktu yang diperlukan tiap aktivitsas pengembangan, jadwal kegiatan-kegiatan dan kapan berakhirnya proyek pengembangan.

4. Improvisasi : sistem dokumen yang baik terhadap organisasi dapat membantu mengetahui peluang pengembangan.

2.2. Produksi dan Sistem Produksi

Proses produksi adalah aktivitas proses dalam membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin, energi, pengetahuan teknis dan lain – lain. Proses produksi merupakan tindakan nyata dan dapat dilihat. Proses produksi ini

(3)

terdiri dari beberapa sub proses, contoh-contohnya antara lain proses compounding, filling dan packaging.

Sistem produksi adalah sekumpulan aktivitas untuk pembuatan suatu produk, dimana dalam pembuatan ini melibatkan tenaga kerja, bahan baku, mesin, energi, informasi, modal dan tindakan manajemen. Sistem produksi sering disebut juga perencanaan dan pengendalian produk yang berarti suatu sistem untuk membuat produk (mengubah bahan baku menjadi barang jadi ) yang melibatkan fungsi manajemen untuk merencanakan dan mengendalikan proses pembuatan tanpa membahas proses pembuatan produk tersebut.

2.3. Quality Function Deployment (QFD)

Quality Function Deployment (QFD) pertama kali di coba oleh Prof. Dr. Mizuno, Tokyo Institute of Tecnology, di Mitsubishi Heavy Industries, Ltd., Kobe Shipyard, Japan dalam tahun 1972. Setelah empat tahun pengembangan studi kasus, penyempurnaan latihan , QFD diterapkan dengan sukses dalam pembuatan minivan oleh Toyota. Hasil selama beberapa tahun menunjukkan penurunan biaya produksi secara kumulatif.

2.3.1 Definisi Quality Function Deployment (QFD)

QFD sebenarnya adalah merupakan suatu jalan bagi perusahaan untuk berusaha mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan serta keinginan konsumen

(4)

terhadap produk atau jasa yang dihasilkannya. Berikut ini akan dikemukakan beberapa definisi QFD:



QFD adalah metodologi terstruktur, yang digunakan dalam proses perancangan dan pengembangan produk untuk menetapkan spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen serta memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk atau jasa dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan konsumen.



QFD adalah merupakan metodologi untuk menterjemahkan keinginan dan kebutuhan konsumen ke dalam suatu rancangan produk yang memiliki persyaratan teknis dan karakteristik kualitas tertentu.

Dalam menggunakan metode QFD dalam proses perancangan dan pengembangan produk akan merupakan suatu nilai tambah bagi perusahaan. Sebab perusahaan akan mempunyai keunggulan kompetitif dengan menciptakan suatu produk atau jasa yang mampu memuaskan konsumen.

2.3.2 Manfaat Quality Function Deployment (QFD)

Manfaat dari metode matriks Quality Function Deploymernt (QFD) adalah sebagai berikut :

(5)

 Memperjelas area dimana tim pengembangan produk perlu untuk memenuhi informasi dalam mengidentifikasikan produk atau jasa yang akan memenuhi kebutuhan konsumen.

 Mempuyai bentuk yang jelas dan teratur serta kemampuan untuk penelusuran kembali pada kebutuhan konsumen dari seluruh data/informasi yang dibutuhkan untuk memberi keputusan yang tepat dalam hal definisi, desain, produksi dan penyediaan produk atau jasa.  Menyediakan forum untuk analisa masalah yang timbul dari data yang tersedia mengenai keputusan konsumen dan kemampuan kompetensi produk atau jasa.

 Menyimpan perencanaan untuk produk sebagai hasil keputusan bersama.

 digunakan untuk mengkonsumsi rencana terhadap produk untuk mendukung manajemen dan pihak lainnya yang akan bertanggung jawab terhadap implementasi dari rencana tersebut.

QFD tidak hanya mengenai aktivitas teknik saja, tetapi juga aktivitas non teknik, seperti produk jasa atau pelayanan. Misalnya saja riset pasar untuk mengembangkan produk baru, periklanan, hubungan masyarakat, penjualan, dan lain-lain. Menurut Prof. Riggs, seorang professor dari Universitas Stanford, pada symposium pengendalian kualitas di Jepang, terhadap empat strategi fungsional yang mempengaruhi teknologi fungsi, yaitu:

1. Strategi Pemasaran (Market Strategy)

(6)

3. Strategi Produk (Product Strategy)

4. Strategi Proses Produksi (Manufacturing Process Strategy)

2.3.3 Proses QFD

Proses QFD dapat dibagi menjadi empat fase/tahapan (www.proactdev.com/pages/ehoq.htm) tergantung pada siklus pengembangan produk atau jasa yang akan dilakukan. Setiap fase terdiri dari kolom vertikal (WHAT’s) dan kolom horisontal (HOW’s), bagian pada kolom vertikal akan menjadi kolom horisontal pada fase berikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 2.1. C u s to m e r R e q u ir e m e n t T e ch n ica l R e q u ir e m e n t P a rt C h a ra ct e ri st ic P ro ce ss C h a rt

Gambar 2.1. Model 4 Fase QFD (Sumber: www.proactdev.com/pages/ehoq.htm)

a) Fase pertama, yaitu perencanaan konsep produk (product concept planning) yang dimulai dengan penelitian terhadap pasar dan pengambilan data yang berasal dari konsumen (customer requirement) pada kolom horisontal dan

(7)

pada kolom vertikal adalah technical requirement. Hasil dari fase ini adalah rencana produk baik berupa ide, sketsa, konsep modal ataupun perencanaan pemasaran.

b) Fase kedua, yaitu perencanaan desain (design planning) yang dimulai dengan keberadaan technical requirement yang kemudian dikembangkan menjadi spesifikasi produk dan komponen (part characteristic). Pada tahap ini prototipe dari produk yang dibuat dan diuji.

c) Fase ketiga, yaitu perencanaan proses (process planning) dimana proses manufaktur dan peralatan produksi (processing characteristic) dirancang berdasarkan spesifikasi produk dan komponennya (part characteristic). d) Fase keempat, yaitu perencanaan produksi (production planning) yang tujuan

utamanya adalah untuk menghasilkan perencanaan mengenai pengontrolan proses manufaktur dan peralatan produksi (production requirement) yang digunakan dalam pembuatan produk.

2.4 HOUSE OF QUALITY (HOQ)

2.4.1 Pengertian House of Quality (HOQ)

Dalam proses QFD digunakan suatu matriks yang berbentuk rumah dan dinamakan rumah kualitas atau House of Quality (HOQ). House of Quality merupakan rumah pertama dan merupakan bagian terlengkap dari pengembangan Quality Function Deployment.

Secara garis besar matriks ini adalah upaya untuk mengkonversi suara-suara konsumen (Voice of Customer) secara langsung terhadap karakteristik teknis

(8)

dan spesifikasi teknis dari produk atau jasa yang dihasilkan. Perusahaan akan berusaha mencapai karakteristik teknis yang sesuai dengan target yang ditetapkan, dengan sebelumnya melakukan benchmarking terhadap produk-produk pesaing. Benchmarking dilakukan untuk mengetahui posisi-posisi relative product yang ada dipasaran yang merupakan pesaing.

House of Quality dapat digambarkan seperti berikut :

Gambar 2.2. House of Quality

(Sumber :Lou Cohen, Quality Function Deployment, 1995)

1. What’s. Merupakan masukan dari pelanggan yang didapat dari voice of

customer. Pada proses QFD membutuhkan data pelanggan yang ditulis sebagai atribut-atribut dari suatu produk atau jasa. Tiap atribut mempunyai data numeric yang berkaitan dengan kepentingan relative atribut bagi pelanggan dan tingkat performansi kepuasan pelanggan dari produk yang

(9)

dibuat berdasarkan atribut tadi. Data dari pelanggan dapat menunjukkan variasi pola hubungan yang mungkin tergantung bagaimana performansi kepuasan atribut dikumpulkan. Interprestasi data ini harus memperhitungkan apakah pelanggan yang disurvei menggunakan satu atau beberapa produk dan apakah sampel pelanggan terdiri atas seluruh pelanggan dari berbagai tipe atau segmen.

2. Importance Ratings. Bobot nilai yang diberikan What’s yang dinyatakan

sebagai kepentingan relatif. Kolom ini tempat merekam bagaimana tingkat kepentingan masin-masing keinginan. Kolom ini diletakkkan sebelah data keinginan pelanggan.

Ada tiga tipe data kepentingan yang diguanakan, yaitu :

Absolute Importance Relative importance Ordinal Importance

3. How’s. cara atau bahasa teknis perusahaan untuk mencapai What’s

memunculakan karakteristik kualitas pengganti (Substitute Quality Caracteristic). Tahap ini mempunyai transformasi dari kebutuhan. Kebutuhan pelanggan yang bersifat nonteknis menjadi data yang bersifat teknis guna memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.

(10)

4. Corelations Matriks. Menggambarkan hubungan antar elemen How’s.

pada bagian ini memetakan hubungan dan kepentingan antara karakteristik kualitas pengganti atau respon teknis (How’s)

5. Relationship matriks. Bagan ini menentukan seberapa kuat hubungan

antara respon teknis (How’s) dengan kebutuhan-kebutuhan pelanggan (waktu)

Untuk memudahkan hubungan setiap elemen How’s ini, maka digambarkan simbol sebagai berikut :

= Sedang (nilai 3)

= Kuat (nilai 9)

= Lemah (nilai 1)

6. Customer Competitive Assessment. Tujuan dari karakteristik produk

dibandingkan dengan produk lain. Membuat matrik produk dengan data pesaing dengan menganalisis hubungan antara produk baru atau produk hasil pengembangan dengan produk pesaing dengan hasil untuk mencapai target spesifikasi produk, bagan ini juaga berfungsi sebgaai keputusan mengenai positioning Produk.

7. Absolute Score. Penjumlahan dari perhitungan-perhitungan nilai untuk

(11)

Score. Rangkaian nilai-nilai dari masing-masing How’s termasuk nilai absolute terhadap bobot atribut Customer Needs.

2.4.2 Langkah-Langkah Pembuatan House of Quality

Berikut ini beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam membuat House of Quality:

1. Mengidentifikasi keinginan pelanggan (customer requirement)

Langkah awal dalam proyek QFD adalah menentukan target pasar dan siapa yang akan menjadi konsumen. Kemudian tim QFD mengidentifikasi informasi dari konsumen berupa keinginan dan kebutuhan mereka terhadap suatu produk atau jasa. Suara dari pelanggan (voice of customer) yang telah diperoleh merupakan masukan utama bagi proses QFD. Untuk mendapatkan voice of customer tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan survey langsung terhadap pelanggan dari produk atau jasa yang sedang diteliti.

2. Membuat matriks informasi pelanggan

Setelah memperoleh data tentang keinginan pelanggan maka langkah berikutnya membuat matriks informasi pelanggan yang merupakan bagian horisontal dalam House of Quality. Terdapat beberapa bagian dalam matriks informasi pelanggan ini, yaitu:

Menyusun atribut keinginan pelanggan (customer requirement) yang diperoleh dari hasil survey pada tahap sebelumnya.

(12)

Mengidentifikasi tingkat kepentingan (level of importance) dari setiap atribut keinginan pelanggan, dan menentukan atribut yang menjadi prioritas karena memiliki tingkat kepentingan tinggi.

♦ Mengidentifikasi tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan dan pesaing (customer competitive evaluation).

Menentukan tujuan (goal) dari masing-masing atribut, atribut mana yang dianggap menjual (sales point).

Menghitung improvement ratio dengan cara membagi goal tersebut terhadap tingkat kepuasan yang diperoleh.

Menghitung row weight, yang akan dijadikan patokkan dalam menentukan atribut yang terpilih.

3. Membuat matriks kebutuhan teknikal (technical requirements)

Matriks kebutuhan teknikal merupakan bagian vertikal dalam House of Quality, bagian ini dapat dibagi menjadi beberapa tahapan, yaitu:

Mengidentifikasi persyaratan teknikal (technical response)

Persyaratan teknikal merupakan karakteristik desain yang menjelaskan persyaratan pelanggan yang diekspresikan dalam bahasa desainer dan insinyur. Intinya persyaratan pelanggan ini merupakan tanggapan perusahaan terhadap keinginan pelanggan.

(13)

Langkah ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau organisasi dengan test dalam rumah berkualitas dan mentranslasikannya menjadi perhitungan. Evaluasi ini kemudian dibandingkan dengan competitive berdasarkan persyaratan pelanggan untuk menentukan konsistensi antar keinginan pelanggan dan persyaratan teknikal.

♦ Membuat matriks hubungan antara keinginan pelanggan dan persyaratan teknikal (relation matrix).

Tujuan dari matriks hubungan ini adalah untuk memperlihatkan apakah persyaratan teknikal yang dilakukan perusahaan dapat memenuhi keinginan pelanggan. Penentuan hubungan ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman para ahli, respon dari pelanggan, atau uji coba terkendali.

Menentukan target arah pengembangan (direction of improvement) Matriks ini merupakan arah pengembangan yang harus dilakukan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggannya.

♦ Menghitung nilai bobot persyaratan teknikal

Tujuan perhitungan ini adalah untuk menentukan respon teknikal mana yang sebaiknya diprioritaskan oleh perusahaan dalam rangka meningkatkan kepuasan pelanggannya. Bobot ini dapat dibedakan menjadi Absolute Importance dan Relative Importance. Absolute Importance adalah suatu indikasi yang menunjukan keinginan pelanggan yang paling utama yang harus segera dipenuhi oleh perusahaan dalam hubungannya

(14)

dengan technical requirement. Relative Importance merupakan angka dalam persen komulatif.

Menentukan hubungan antar persyaratan teknikal (technical correlation) Technical correlation merupakan hubungan atau keterkaitan antar setiap persyaratan teknikal.

♦ Menentukan target nilai dari persyaratan teknikal

Dalam langkah ini ditentukan sampai sejauh mana persyaratan teknikal dapat memenuhi keinginan pelanggan. Biasanya target ini ditentukan oleh internal dalam bentuk skala nilai atau keterangan yang akan diambil.

2.5. Brainstorming

Brainstorming membantu membangkitkan ide–ide alternatif dan persepsi didalam suatu tim kerja (team work) yang bersifat terbuka dan bebas. Manfaat brainstorming dapat digunakan dalam hal –hal sebagai berikut ini :

1. Memutuskan masalah produktivitas apa yang perlu diselesaikan.

2. Menentukan faktor penyebab yang mungkin dari menurunnya produktivitas dan atau solusi terhadap masalah - masalah yang terjadi. 3. Digunakan untuk menyaring sebanyak mungkin persepsi alternatif. 4. Anggota tim secara bebas menuangkan ide – ide yang mereka punya. 5. Fasilisator dapat secara efektif mengelola tim.

(15)

Adapun pelaksanaan dari brainstorming ini dapat mengikuti langkah – langkah sebagai berikut :

1. Menyatakan pernyataan masalah produktivitas secara jelas.

2. Seluruh anggota kelompok harus berfikir secara aktif dan mencatatnya. 3. Setiap ide atau gagasan yang diberikan oleh anggota kelompok tidak boleh

dikritik atau diberi komentar.

4. Setiap anggota kelompok wajib diminta memberikan ide atau gagasan. 5. Setiap anggota kelompok menyiapkan suatu rangking dari ide atau

gagasan tersebut.

6. Rangking individual terhadap ide atau gagasan itu dibandingkan. 7. Memprioritaskan untuk memilih ide-ide atau gagasan yang terbaik.

Adapun kelemahan atau keterbatasan–keterbatasan dari pemakaian brainstorming adalah sebagai berikut :

• Tidak produktif, relatif tidak berstruktur. • Sensor arah disalokasi eksternal

• Didominasi oelh salah satu atau dua orang anggota kelompok.

2.6 Wawancara dan Kuesioner

Untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian maka dilakukan proses wawancara kepada pimpinan perusahaan dan penyeberan kuesioner kepada para pakar untuk mendapatkan alternatif strategi pemasaran.

(16)

Adapun karakteristik, manfaat dan kekurangan cara tersebut adalah sebagai berikut.

2.6.1 Wawancara

Manfaat wawancara adalah sebagai berikut:

Mempunyai tingkat ketelitian yang tinggi karena langsung dari sumber asalnya.

Kadang – kadang data tertentu diperoleh di luar rencana.

Mudah memeriksa kebenaranya karena dapat langsung mempertim-bangkannya.

Kemungkinan pertanyaanya tidak dijawab adalah sangat kecil. Kekurangan wawancara adalah sebagai berikut.

Hanya efektif untuk jumlah sampel yang kecil, terutama yang menyangkut biaya.

Faktor subyektif pewawancara kecil sekali kemungkinanya untuk dapat dihilangkan.

2.6.2 Kuesioner

Tujuan pembuatan kuesioner menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya ”Riset Pemasaran” (1997) yaitu memperoleh informasi yang relevan dengan tingkat keandalan (reliability) dan keabsahan atau validitas (validity) setinggi mungkin. Reliability adalah tingkat kemantapan atau konsistensi suatu alat ukur. Alat ukur yang mantap dengan sendirinya:

Dapat diandalkan (dependability).

(17)

Dapat menunjukkan tingkat ketepatan.

Validitas atau keabsahan adalah menyangkut pemahaman mengenai kesesuaian antara konsep dengan kenyataan empiris. Reabilitas memberikan kesesuaian antara hasil-hasil pengukuran atau konsistensi pengukuran; sedangkan validitas merupakan kesesuaian konsep pengukuran tersebut dengan fakta di lapangan. Suatu alat ukur yang validitas atau tingkat keabsahannya tinggi secara otomatis biasanya dapat diandalkan. Namun sebaliknya, suatu pengukuran yang andal, belum tentu memiliki keabsahan yang tinggi.

Ada dua jenis pertanyaan, yaitu terbuka (open-ended question) dan tertutup (close-ended question).

Pertanyaan Terbuka

Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan yang tidak menggiring ke jawaban yang sudah ditentukan dan tinggal dipilih dari alternatif yang ditawarkan. Contoh: Menurut pendapat anda merek mie instant apa yang paling disukai anak-anak?

Pertanyaan Tertutup

Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang sudah menggiring ke jawaban yang alternatifnya sudah ditetapkan (ya atau tidak). Contoh: Apakah anda sudah mendengar bahwa Edi Kancil meloloskan diri? (1) Ya (2) Tidak

Kombinasi Tertutup dan Terbuka Contoh:

1. Ada sementara orang yang beranggapan bahwa kebebasan berpolitik di negeri ini tidaklah seperti yang diharapkan. Menurut anda sampai seberapa jauhkah kebebasan yang anda rasakan untuk hidup di negeri ini?

(18)

b. Cukup bebas  lanjutkan ke pertanyaan no. 3 c. Tidak begitu bebas  lanjutkan ke pertanyaan no. 2 d. Tidak bebas sama sekali  lanjutkan ke pertanyaan no. 2 2. Dalam hal apakah anda merasa tidak begitu bebas?

3. Dengan mempertimbangkan berbagai segi, seberapa jauh kepuasan anda mengenai kehidupan berpolitik di negeri ini? 4. Angka manakah yang paling dekat mencerminkan tingkat kepuasan yang anda rasakan?

1---2---3---4---5---6---7

sangat puas netral sangat tidak puas Petunjuk membuat pertanyaan:

1. Gunakan kata-kata sederhana 2. Pertanyaan jelas dan khusus

3. Pertanyaan berlaku bagi semua responden 4. Berkaitan dengan masalah dan sasaran penelitian 5. Tidak ambigu

6. Tidak menggiring

7. Tidak memuat informasi yang tidak dimiliki oleh responden 8. Tidak memuat hal yang bersifat pribadi dan peka

9. Tidak bersifat klise

Karakteristik kuesioner yang baik adalah sebagai berikut. 1. Kuesioner harus mudah dipahami.

(19)

3. Jawaban yang mungkin diperoleh sebaiknya dalam bentuk : ya atau tidak, pilihan ganda, mengisi bagian yang kosong, indikasi numerik.

4. Kuesioner harus konsisten dan jangan ditanyakan berulang – ulang. 5. Hindarkan jawaban yang berbelit – belit atau hindarkan jawaban

dalam bentuk isian tabel.

Keunggulan kuesioner adalah sebagai berikut.

1. Dapat menjangkau area yang lebih luas dengan waktu yang lebih cepat.

2. Metode pengolahan data relatif memerlukan biaya yang lebih murah.

Kekurangan metode kuesioner adalah sebagai berikut.

1. Seringkali kuesioner tidak dijawab dengan penjelasn lisan.

2. Banyak kasus pertanyaan tidak terjawab, tidak dapat direalisasikan karena sulit untuk langsung dikontrol.

3. Seringkali kuesioner tidak kembali, terutama jika dikirim lewat pos.

4. Proses pengembalian tidak bersama – sama dan memakan waktu cukup lama.

(20)

2.7 Skala Pengukuran dan Metode Pengambilan Sampel

2.7.1 Skala Pengukuran

Untuk menentukan tingkat pengukuran dalam pengolahan data tergantung dari jenis skala yang dipilih. Teknik membuat skala adalah cara mengubah fakta – fakta kualitatif (atribut) menjadi suatu urutan kuantitatif (variabel). Dalam membuat skala objek yang diukur biasanya berasal dari sample dan dibuat inferensinya terhadap populasi. Skala harus mempunyai validitas, artinya skala tersebut benar – benar mengukur apa yang dikehendaki untuk diukur. Skala juag harus mempunyai reliabilitas dengan perkataan lain skala tersebut akan menghasilkan ukuran serupa jika digunakan pada sampel yang sama.

Menurut Freddy Rangkuti dalam bukunya ”Riset Pemasaran” (1997), sifat skala dibedakan menjadi empat tingkatan, yaitu:

Skala Nominal

Skala ini hanya sekadar membedakan suatu kategori dengan kategori lainnya dari suatu variabel. Angka-angka yang diberikan kepada obyek merupakan label dan tidak diasumsikan adanya tingkatan antara suatu kategori dan kategori lainnya dari suatu variabel.

Skala Ordinal

Adalah skala yang bertujuan untuk membedakan antara kategori-kategori dalam satu variabel dengan asumsi bahwa ada urutan atau tingkatan skala. Angka-angka tersebut tidak menunjukkan kuantitas absolut, tidak pula memberikan petunjuk bahwa interval-interval antar setiap dua angka itu sama.

Skala Interval

Adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, dan mempunyai tingkatan, juga diasumsikan mempunyai jarak yang pasti antara satu kategori dan kategori yang lain dalam satu variabel.

(21)

Skala Rasio

Adalah skala suatu variabel yang selain dibedakan, mempunyai tingkatan serta jarak antara suatu nilai dengan nilai yang lainnya, juga diasumsikan bahwa setiap nilai variabel diukur dari suatu keadaan atau titik yang sama (mempunyai titik nol mutlak). Angka-angka pada skala menunjukkan besaran sesungguhnya dari sifat yang kita ukur.

Teknik skala pengukuran yang sering digunakan, yaitu:

1. Skala Likert adalah skala yang hubungan dengan pernyataan tentang sikap seseorang terhadap sesuatu, misalnya setuju-tidak setuju, senang-tidak senang, atau baik-tidak baik. Responden diminta mengisi pertanyaan dalam skala ordinal berbentuk verbal dalam jumlah kategori tertentu.

Untuk membuat Skala Likert dilakukan langkah – langkah sebagai berikut. a. Kumpulkan sejumlah pertanyaan yang sesuai dengan sikap yang akan

diukur dan dapat diidentifikasi dengan jelas (positif atau tidak positif). b. Berikan pertanyaan – pertanyaan di atas kepada sekelompok responden

untuk diisi dengan benar.

c. Respon untuk setiap pertanyaan dihitung dengan cara menjumlahkan angka – angka dari setiap pernyataan sedemikian rupa sehingga respon yang berada pada posisi yang sama akan menerima sercara konsisten nilai angaka yang selalu sama. Misalnya, bernilai 5 untuk angka yang sangat positif dan 1 untuk yang sangat negatif. Hasil hitung akan mendapatkan skor tiap – tiap pernyataan dan skor total, baik untuk tiap responden maupun secara keseluruhan.

(22)

d. Mencari pernyataan – pernyataan yang tidak dapat dipakai dalam penelitian, dengan patokan :

1. Pernyataan yang tidak diisi lengkap oleh responden.

2. Pernyataan yang secara total responden tidak menunjukan korelasi yang substansial dengan nilai totalnya.

e. Pernyataan – pernyataan hasil saringan akhir akan membentuk skala Likert yang dapat dipakai untuk mengukur skala sikap, serta menjadi kuesioner baru untuk mengumpulkan data berikutnya.

2. Skala Thurston adalah skala yang mengurutkan responden berdasarkan suatu kriteria tertentu, yaitu membedakan intensitas sikap atau perasaan seseorang. 3. Skala Guttman adalah skala yang menentukan hingga manakah suatu skala

sikap berdimensi satu atau unidimensial. Artinya apakah skala itu mengukur dimensi yang sama dari sikap tertentu dalam berbagai intensitas dari paling kuat atau tinggi sampai paling lemah atau rendah. Responden ini hanya mempunyai dua pilihan yaitu setuju atau tidak setuju, oleh karena itu sekala ini tidak banyak digunakan.

2.7.2 Metode Pengambilan Sampel

Secara umum, ada dua macam metode pengambilan sampel, yaitu : sample yang memberikan kemungkinan yang sama bagi setiap unsur populasi yang biasanya disebut probability dan yang tidak memberikan kemungkinan yang sama bagi semua populasi yang dipilih disebut dengan non probability sampling.

(23)

Metode pengambilan sampel probability dibedakan sebagai berikut ( Prof. Dr. Sugiyono, 2009) :

1. Pengambilan sampel acak sederhana (Simple Random Sampling ).

Dimasukkannya adalah bahwa setiap populasi yang dimiliki peluang yang sama dalam pemilihannya.

2. Pengambilan sampel acak stratifikasi (Stratified Random Sampling).

Populasi yang diteliti biasanya harus digolongkan menurut ciri – ciri tertentu untuk penelitian. Dapat menjadi sesuatu yang kompleks jika sampel yang diperoleh jika sampel mempunyai beberapa ciri sekaligus.

3. Pengambilan sampel acak distratifikasi (Disproportionate Stratified Random Sampling).

Sampel ini hampir sama dengan yang diatas, tetapi bedanya terdapat pada sub kategorinya tidak didasarkan atas proporsi yang sebenarnya dalan populasi. Hal ini disebabkan sub kategori tertentu terlampau sedikit jumlah sampelnya.

4. Pengambilan sampel gugus sederhana (Simple Cluster Sampling).

Pengambilan sampel ini terjadi, jika sampel tersebar dalam suatu daerah yang cukup luas dan secara keseluruhan ciri dari keadaan yang tidak ada dikenal.

Sedangkan pengambilan sampel yang bersifat tidak acak atau yang disebut juga non probability adalah metode pengambilan sampel dimana setiap unsur dalam populasi belum tentu memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel, bahkan probabilitas anggota populasi tertentu terpilih

(24)

tidak diketahui. Adapun beberapa cara pengambilan sampel secara non acak ini adalah sebagai berikut ( Husein Umar, 2003 ) :

1. Cara Sederhana (Convenience Sampling)

Sampel ini hampir tidak dapat diandalkan, tapi biasanya paling murah dan cepat dilakukan, karna penelitian memiliki kebebasan memilih siapa saja yang ditemui. Cara ini bisa bermanfaat, misalnya saja pada tahap awal penelitian eksploratif saat mencari petunjuk – petunjuk penelitian, hasilnya dapat menunjukkan bukti – bukti yang cukup berlimpah, sehingga tidak diperlukan lagi prosedur pengambilan sampel yang lebih canggih.

2. Cara Keputusan (Judgement Sampling)

Cara jutgement sampling atau purposive sampling lebih cocok dipakai pada tahap awal study eksploratif, karna cara ini menggunakan pertimbangan subjektif dalam memilih anggota populasi dengan ciri – ciri tertentu dan menolak anggota populasi yang tidak memiliki ciri – ciri tersebut. Misalnya dipakai pada saat penelitian ingin mengetahui pendapat karyawan tentang produk yang akan dibuat. Penelitian beranggapan bahwa karyawan lebih banyak tahu daripada orang lain.

3. Cara Kuota (Quota Sampling)

Cara ini digunakan jika riset dilakukan untuk mengkaji suatu fenomena dari beberapa sisi, dan responden yang akan dipilih adalah orang – orang yang dapat menjawab semua sisi itu. Misalnya akan diteliti prihal aktifitas mahasiswa dalam belajar dikelas, melakukan riset – riset kecil dan dalam

(25)

membaca buku – buku perpustakaan. Dosen – dosen seperti ini dapat dijadikan sampel sebagai wakil dari populasi seluruh dosen yang ada.

4. Cara Bola Salju (Snowball Sampling)

Cara ini adalah teknik penentuan sampel mula – mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini dapat dijadikan sampel lagi, begitu seterusnya sehingga jumlah sampel tersebut menjadi banyak.

5. Area Sampling

Pada prinsipnya, cara ini menggunakan perwakilan bertingkat, dimana populasi dibagi atas beberapa bagian populasi, dan setiap bagian populasi dapat dibagi – bagi. Dari bagian populasi yang paling kecil diambil sampel sebagai wakilnya untuk masuk kepada populasi yang lebih besar. Dari bagian populasi yang lebih besar ini akan diambil lagi sampel yang akan dipakai lagi, dan seterusnya.

Gambar

Gambar 2.1. Model 4 Fase QFD                                                                                  (Sumber: www.proactdev.com/pages/ehoq.htm)
Gambar 2.2. House of Quality

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini, minat terhadap SMS pengingat donor darah dapat diketahui dari sikap yang positif dengan tidak keberatan untuk menerima SMS pengingat donor darah,

Berdasarkan hasil UAT dan Uji Kebermaknaan yang dilakukan terhadap pengunjung website, Aplikasi layanan pemesanan katering berbasis web mampu menampilkan daftar menu yang

Adapun tujuan pada penelitian ini adalah untuk mengetahui kekuatan tarik material komposit yang diperkuat serat tangkai sagu dipadukan dengan serbuk gergaji kayu

Dalam studi manajemen, kehadiran konflik pendidikan tidak bisa terlepas dari permasalahan keseharian yang dirasakan oleh pengelola lembaga pendidikan. Konflik tersebut

Mengingat bahwa hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh antara perilaku konsumtif terhadap gaya hidup hedonis mahasiswa statistika fmipa unpad maka

Kegiatan pembelajaran berikutnya yaitu membaca teks mengenai anggota tubuh hewan dan fungsinya. Salah satu siswa membacakan teks di buku pegangan siswa yang ditunjuk oleh guru

a) Hamil atau diduga hamil. b) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya. c) Tidak dapat menerima bila terjadi gangguan haid. d) Menggunakan obat tuberkulosis

Sebaliknya individu yang memiliki tingkat pe- ngetahuan tentang agama yang rendah akan melakukan perilaku seks bebas tanpa berpikir panjang terlebih dahulu sehingga